The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Kesenian Tradisional merupakan salah satu kesenian yang berasal dari kebudayaan dan tradisi turun temurun dari generasi ke generasi.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by bagas07solo, 2022-11-23 06:34:05

KESENIAN DAN KARYA SASTRA TRADISIONAL

Kesenian Tradisional merupakan salah satu kesenian yang berasal dari kebudayaan dan tradisi turun temurun dari generasi ke generasi.

PROYEK KESENIAN & KARYA SASTRA TRADISIONAL

Disusun oleh KELOMPOK 7 XE-8:
Boyche Raka Maylano (7)
Naufal Bagas Falah (25)
Nuuha Zaki Aprianata (26)
Rafael Aditya Saputro (28)

Yanuaryno Maha Surya Nugraha (35)
SMA NEGERI 5 SURAKARTA

JALAN. LETJEND SUTOYO NO. 18 SURAKARTA

i

LEMBAR PENGESAHAN

Program Penguatan Profil Pelajar Pancasila yang berjudul “Kearifan Lokal Kesenian dan KaryaSastra
Tradisional”, dengan ini telah disahkan di SMAN 5 Surakarta pada,

Hari / Tanggal: 2022

Surakarta, 2022

Mengetahui, Wali Kelas
Kepala SMA Negeri 5 Surakarta

Drs. Harmani, M.Hum. Endang Maryanti, S.Pd.
NIP. 19670120 199103 1004 NIP. 19670526 200312 2002

Ketua Proyek

Ninik Maliyah, S.Pd., M.Pd.
NIP. 19670602 199702 2001

ii

MOTTO :

“Jadilah seperti seni, hidup disegani, mati terkenang abadi.”. Boyche Raka Maylano (7)
“ Seni merupakan gabungan dari kerumitan dan perpaduan yang menghasilkan keindahan tiada
duanya.”. Naufal Bagas Falah (25)
“ Seni adalah kebohongan yang memungkinkan kita untuk menyadari kebenaran.” Nuuha Zaki
Aprianata (26)
‘’Seseorang yang lahir dari sebuah negara yang kaya akan budaya, belum tentu sudah mengenal
budaya negaranya.”. Yanuaryno Ganteng (35)
“Semakin keras kamu bekerja untuk sesuatu, semakin besar kamu merasakannya ketika
mencapainya.”. Fafa Rafael ( 28)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, atas rahmat dan anugrah yang telah dihaturkan kepada
kami, hingga kami dapat menyelesaikan tugas proyek “Kearifan Lokal” , yang kami beri judul
“Kesenian dan KaryaSastra Tradisional”. Dalam pembuatan karya ini kami telah menuliskan makalah
ini dari berbagai sumber dan pihak bantuan.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami dari Kelompok 7 XE-8 ingin menyampaikan banyak
terimakasih khususnya pada yang terhormat :

1. Bapak Kepala Sekolah SMA Negeri 5 Surakarta
2. Bapak/Ibu guru dan karyawan sekolah SMA Negeri 5 Surakarta
3. Sahabat sekaligus rekan yang telah mendukung dan membantu dalam pembuatan makalah.
4. Orang tua yang selalu mendukung dan yakin terhadap kemampuan peserta didik.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Kami mohon maaf jika
terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini. Diharapkan kritik serta saran dari para pembaca untuk
dijadikan bahan pertimbangan makalah serta refleksi diri kami.

Surakarta, 2022

Penulis

iv

ABSTRAK

Wayang merupakan sebuah warisan budaya yang tersusun dari beberapa seni. Wayang memiliki jenis
maupun bentuk yang bermacam-macam disetiap wilayahnya. Wayang memiliki fungsi yang terus
berkembang mulai dari alat untuk dakwah, pendidikan, pemahaman filsafat, serta hiburan.
Setiap karakter dalam Wayang merupakan representasi dari sikap dan watak manusia yang berbeda
beda. Tujuan dari kegiatan ini yaitu agar peserta didik bisa lebih mengenal serta memahami lebih lanjut
tentang hal yang berkaitan dengan Wayang.
Kegiatan proyek Kesenian Tradisional Wayang merupakan kegiatan yang mengenalkan serta
memberikan informasi tentang Wayang Tradisional. Wayang adalah kesenian yang harus dipertahankan
berdasarkan manfaat dan fungsinya untuk masyarakat dan sebagai salah satu bentuk keunikan suatu
wilayah bahkan negara.

v

LEMBAR PERSEMBAHAN

Pertama kami ucapkan puji syukurkepada Tuhan Yang Maha Esa yang dengan limpahan
rahmat-Nya, kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini. Kami mempersembahkan makalah ini
kepada:

1. Bapak Kepala Sekolah SMAN 5 Surakarta yang senantiasa mendorong serta mendukung
kegiatan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.

2. Kepada Bapak/Ibu Guru pembimbing yang senantiasa membimbing dan mendidik kami.
3. Kepada orang tua kami yang selalu mendukung dan membantu.
4. Kepada rekan rekan yang selalu kompak dan semangat solidaritas.
Terima kasih.

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………I
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………………….II
MOTTO…………………..………………………………………………………………....III
KATA PENGANTAR…..………………………………………………………………......IV
ABSTRAK.………………..………………………………………………………………....V
PERSEMBAHAN.………..………………………………………………………………....VI
DAFTAR ISI……………..………………………………………………………………....VII
BAB I. PENDAHULUAN….………………………………………………………………....1

A. Latar Belakang.….…..………………………………………………………………....1
B. Tujuan…...…………..………………………………………………………………....1
C. Rumusan Masalah…..……….………………………………………………………....2
D. Manfaat....…………..……….………………………………………………………....2
E. Pembatasan Masalah..……….………………………………………………………....2
BAB II. KAJIAN TEORI.…..……….………………………………………………………....3
A. Wayang Tradisional....……….………………………………………………………....3
B. Sejarah Wayang....…..……….………………………………………………………....3
C. Perkembangan Wayang..…….………………………………………………………....4
D. Jenis Wayang………..……….………………………………………………………....4
E. Pengertian Pola Hidup……….………………………………………………………...10
BAB III. METODE PENELITIAN….………………………………………………………...11
A. Deskripsi Lokasi Penelitian….………………………………………………………...11
B. Subjek Penelitian……..……….……………………………………………………….11
C. Data dan Sumber Data..……….……………………………………………………….11
D. Teknik Pengumpulan Data…….……………………………………………………….12
E. Teknik Analisis Data…..……….………………………………………………………12

vii

F. Hasil Penelitian………..……….……………………………………………………….13
BAB IV. PENUTUP.………..……….………………………………………………………....15

A. Kesimpulan...………..……….………………………………………………………....15
B. Saran….....…………..……….………………………………………………………....15
BAB V. DAFTAR PUSTAKA...…….………………………………………………………....16
A. Lampiran...…………..……….………………………………………………………....16

viii

BAB 1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa wayang berasal dari sebuah
kalimat yang berbunyi ‘Ma Hyang’, artinya ‘berjalan menuju yang maha tinggi’.
Namun, sebagian orang mempercayai bahwa wayang berasal dari kata ‘wayangan’
dalam bahasa Jawa, yang berarti bayangan.
Wayang berasal dari kata-kata bayang ini dengan bukti masyarakat menyaksikan
pertunjukan wayang dengan hanya melihat bayangan yang digerakkan oleh dalang.
Dalang merupakan singkatan dari kata-kata ngudhal piwulang yang mana ngudhal
berarti menyebarluaskan dan piwulang berarti pendidikan. Dalang juga merupakan
pemain wayang atau orang yang menggerakkan wayang saat pertunjukan.

B. Tujuan

1. Peserta didik mampu melaksanakan tugas yang diberikan.
2. Peserta didik mampu membuat dan menyusun makalah.
3. Peserta didik mampu mengenal lebih lanjut tentang kesenian khususnya

wayang
4. Peserta didik mampu mengetahui dan mengenali jenis jenis wayang.
5. Peserta didik mampu mengenal lebih lanjut tentang kesenian khususnya

wayang.

1

C. Rumusan Masalah

1. Kapan Ibu mempelajari hal – hal yang berkaitan dengan wayang?

2. Dimana awal mula Ibu mengetahui hal – hal yang berkaitan dengan wayang?

3. Mengapa wayang memiliki banyak jenis dan bentuk?

4. Apa yang Ibu ketahui tentang hal yang berkaitan dengan wayang?

5. Bagaimana kondisi pemuda – pemudi sekarang terhadap wayang? Jika kurang
baik bagaimana solusinya?

6. Siapa tokoh yang berperan penting dalam wayang Nusantara?

D. Manfaat
Manfaat dari kegiatan proyek ini adalah peserta didik menjadi lebih tahu tentang
segala hal yang berhubungan dengan kesnian wayang. Kegiatan ini juga
memberikan peserta didik pengalaman dalam melakukan kegiatan observasi
wawancara dan melatih penyusunan laporan. Secara tidak langsung, kegiatan ini
juga merupakan salah satu usaha untuk mengenalkan dan melestarikan kesenian
wayang agar bertahan dan tidak hilang termakan zaman.

E. Pembatasan Masalah

Agar topik atau tema makalah tidak terlalu luas maka tema ini kami batasi dengan
berfokus pada tema wayang. Pembahasan yang terdapat dalam makalah berisikan
informasi yang difokuskan pada tema dan hasil penelitian dari observasi yang
telah dilakukan.

2

BAB. II KAJIAN TEORI

A. Kesenian Wayang
Seni tradisional merupakan seni yang menjadi bagian hidup dalam kelompok

masyarakat tertentu. Seni tradisional di definisikan sebagai karya yang memiliki nilai
keindahan terhadap tradisi dan makna kesenian yang mendalam. Setiap daerah di
Indonesia memiliki kesenian yang berbeda – beda serta arti kesenian yang berbeda
dari setiap daerah.

Wayang berasal dari kata "Ma Hyang" yang artinya menuju kepada roh
spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa. Wayang adalah istilah bahasa Jawa yang
bermakna "bayangan" karena penonton selalu melihat bayangan dari Wayang saat
pertunjukan. Wayang merupakan kesenian yang merupakan gabungan atau kolaborasi
dari beberapa kesenian lainnya, sehingga banyak makna yang terkandung dalam
wayang itu sendiri.

B. Sejarah Wayang
Banyak orang mempercayai bahwa asal usul wayang telah hadir sejak abad

ke- 15 sebelum Masehi yang lahir dari cendikia suku Jawa di masa silam. Wayang
diperkirakan terbuat dari rerumputan yang diikat sehingga bentuknya masih sangat
sederhana. Periode selanjutnya, penggunaan bahan-bahan lain seperti kulit binatang
buruan atau kulit kayu mulai dikenal

Tahun 930 Masehi tentang adanya pertunjukkan wayang mengacu pada sebuah
prasasti. Sosok penting pewayangan adalah Galigi mawayang yang merupakan
penampil yang sering menggelar pertunjukkan cerita tentang Bima, seorang ksatria
dari kisah Mahabharata. Dirinya membawakan cerita wayang dalam kakawin
Arjunawiwaha buatan Mpu Kanwa tahun 1035.

3

C. Perkembangan Wayang
Perkembangan wayang di mulai pada masa Prasejarah hingga masa

Hindu – Buddha. Pada masa ini wayang pada masa Prasejarah digunakan
sebagai media memanggil Hyang dan dalang disebut sebagai Syaman. Pada
masa Hindu – Buddha wayang mulai menggunakan kain pemisah yang
kemudian cerita wayang mulai di pengaruhi cerita Mahabarata dan Ramayana.

Wayang pada masa Islam dimanfaatkan oleh penyebar agama sebagai
media dakwah. Pada masa ini tokoh wayang di perbanyak dan memiliki
variasi ornamen. Pada masa kolonial menghadirkan satu wayang baru yaitu
Wayang Tengul. Kemudian pasca kemerdekaan, wayang tidak mengalami
peningkatan yang signifikan, hanya saja waktu pementasan diperpendek.

D. Jenis Wayang
Wayang memiliki berbagai jenis serta bentuk. Keberagaman jenis itu
dipengaruhi oleh kebudayaan yang berkembang dalam setiap daerah. Berikut
berbagai jenis – jenis wayang tradisional di setiap daerah,

Wayang Beber, bisa ditemukan di daerah Pacitan, Donorojo, Jawa Timur.
Wayang beber adalah seni pertunjukan wayang yang penyajiannya
diwujudkan dalam bentangan (Jawa: bèbèran, han.: ꦧꦺꦧꦺꦂꦫꦤ꧀)

lembaran kertas atau kain bergambar dengan stilisasi wayang (kulit) disertai
narasi oleh seorang dalang. Pertunjukan wayang beber muncul dan
berkembang di Jawa bagian Wengker (sekarang Ponorogo dan Pacitan)
pada masa pra-Islam karena Ponorogo masa itu sudah dapat membuat
Daluwang atau kertas Ponoragan, tetapi terus berlanjut hingga masa
kerajaan-kerajaan Islam (seperti Kesultanan Mataram). Cerita yang
ditampilkan diambil dari Mahabharata maupun Ramayana. Setelah Islam
menjadi agama utama di Jawa, cerita-cerita Panji.

4

1. Wayang Kulit, bisa ditemu kan di daerah Bali dan Jawa.
Terutama berkembang di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dalam kepercayaan
dan sastra Jawa, Wayang kulit diciptakan oleh Sunan Kali Jaga yang
merupakan keturunan Bangsawan Ponorogo Arya Wiraraja yang juga
sebagai Wali Songo. Yang dimana Sunan Kalijaga melihat masyarakat Jawa
yang menggemari pertunjukan Wayang Beber, dalam Islam melukis diatas
kertas dianggap Haram, Maka Sunan Kalijaga memodifikasi bahan karakter
Wayang yang semula dibuat dari Daluang (kertas Ponoragan) diganti
menjadi Kulit Kambing, selain itu digunakan sebagai Syiar agama Islam
jalur Budaya.kan di daerah Bali dan Jawa.

5

2. Wayang Klitik, biasanya mengangkat cerita dari kerajaan Jawa Timur.
Wayang ini pertama kali diciptakan oleh Pangeran Pekik, adipati
Surabaya, dari bahan kulit dan berukuran kecil sehingga lebih sering
disebut dengan wayang krucil. Munculnya wayang menak yang terbuat
dari kayu, membuat Sunan Pakubuwana II kemudian menciptakan wayang
klithik yang terbuat dari kayu yang pipih (dua dimensi). Tangan wayang
ini dibuat dari kulit yang ditatah. Berbeda dengan wayang lainnya, wayang
klithik memiliki gagang yang terbuat dari kayu. Apabila pentas
menimbulkan bunyi "klithik, klithik" yang diyakini sebagai asal mula
istilah penyebutan wayang klithik.

3. Wayang Golek, dapat dibedakan menjadi dua, Wayang Golek Papak
Cepak dan Wayang Golek Purwa.
Pertunjukan seni wayang golek merupakan seni pertunjukan teater rakyat
yang banyak dipagelarkan. Selain berfungsi sebagai pelengkap upacara
selamatan atau ruwatan, pertunjukan seni wayang golek juga menjadi
tontonan dan hiburan dalam perhelatan tertentu. Sejak 1920-an, selama
pertunjukan wayang golek diiringi oleh sinden. Popularitas sinden pada
masa-masa itu sangat tinggi sehingga mengalahkan popularitas dalang
wayang golek itu sendiri, terutama ketika zamannya Upit Sarimanah dan
Titim Patimah sekitar tahun 1960-an.

6

4. Wayang Wong, awalnya digunakan untuk menghibur bangsawan, Tetapi
sekarang menjadi karya seni populer di kalangan masyarakat.
Adalah wayang yang dimainkan dengan menggunakan orang sebagai tokoh
dalam cerita wayang tersebut. Wayang wong diciptakan oleh Sri Susuhunan
Hamangkurat I pada tahun 1731 di Kerajaan Mataram.

5. Wayang Suket, biasanya digunakan sebagai penyampaian cerita anak –
anak.
Merupakan bentuk tiruan dari berbagai figur wayang kulit yang terbuat dari
rumput. Wayang suket biasanya dibuat sebagai alat permainan atau
penyampaian cerita perwayangan pada anak-anak di desa-desa Jawa. Untuk
membuatnya, beberapa helai daun rerumputan dijalin lalu dirangkai (dengan
melipat) membentuk figur serupa wayang kulit. Karena bahannya, wayang
suket biasanya tidak bertahan lama.

7

6. Wayang Motekar, terbuat dari plastik dengan warna modern.
Wayang Motekar adalah sejenis pertunjukan teater bayang-bayang (shadow
puppet theater) atau di dalam kebudayaan Sunda, Jawa, dan Indonesia pada
umumnya dikenal dengan sebutan wayang kulit. Tapi, bedanya, jika wayang
kulit atau seperti semua bentuk shadow puppet itu berupa pertunjukan
bayang-bayang (shadow) satu warna hitam; sedangkan Wayang Motekar
telah menemukan teknik baru sehingga bayang-bayang wayang itu bisa
tampil dengan warna penuh. Kemungkinan itu terjadi karena prinsip dasar
Wayang Motekar menggunakan bahan plastik, pewarna transparan, dan
sistem cahaya dan layar khusus.

7. Wayang Pring, berkembang di daerah Jepara.
8

Adalah kesenian khas dari yang berasal dari wilayah Kampung Cijahe,
Kelurahan Curugmekar, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa
Barat.[1] Wayang ini terbuat dari bambu yang dibersihkan dan di bentuk
menyerupai karakter tokoh tertentu, wayang bambu juga dimainkan oleh
seorang dalang dan diiringi lagu kesenian khas Sunda.[2]

Berbeda dengan tema cerita pewayangan lain di daerah Pulau Jawa dan Bali
yang mengambil cerita Mahabarata, Wayang bambu dibawakan dengan
mengusung cerita sehari-hari yang menggambarkan kehidupan masyarakat,
khususnya warga Kota Bogor. Pada acara pagelaran seni, wayang bambu
sering dibawakan dalam bahasa Sunda dialek Bogor agar lebih dekat dengan
warga dan menghibur.

8. Wayang Potehi, sudah ada sejak 3000 tahun lalu dalam kebudayaan
Tiongkok.
Menurut legenda, seni wayang ini ditemukan oleh pesakitan di sebuah
penjara. Lima orang dijatuhi hukuman mati. Empat orang langsung
bersedih, tetapi orang kelima punya ide cemerlang. Ketimbang bersedih
menunggu ajal, lebih baik menghibur diri. Maka, lima orang ini mengambil
perkakas yang ada di sel seperti panci dan piring dan mulai menabuhnya
sebagai pengiring permainan wayang mereka. Bunyi sedap yang keluar dari
tetabuhan darurat ini terdengar juga oleh kaisar, yang akhirnya memberi
pengampunan.

9

E. Pengertian Pola Hidup
Pola Hidup adalah cara orang menjalani kehidupannya. Wayang sangat
digemari oleh masyarakat tradisional Jawa. Pola hidup itu berlaku bagi
semuanya. Manusia hanya bisa pestha tetapi pesthi mutlak milik “Yang punya
hidup.” . Hal ini adalah “Dzat transcendental” yang meliputi segala dan asal
mula, serta tujuan terakhir “Sangkan Paraning Dumadi”. Membaca dan
menonton wayang sebagai proses identifikasi serta berteladan dalam berbuat.

10

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Kegiatan penelitian yang dilakukan dengan tema kearifan local yang berfokus pada
kesenian mengambil lokasi di SMK 8 Surakarta yang berlokasi di Jl. Sangihe, Kepatihan
Wetan, Kecamatan Jebres, Surakarta, Jawa Tengah. SMK ini merupakan sekolah
menengah kejuruan yang berfokus pada kesenian budaya dan pelestarian budaya. Di SMK
8 ini, terdapat banyak jurusan yang berkaitan dengan kesenian. Dalam kegiatan penelitian
ini kami mengambil jurusan pedalangan.

B. Subjek Penelitian
Dalam kegiatan wawancara kami memilih narasumber yang berkaitan dengan topik atau
tema yang kami dapat yaitu kesenian dan karya sastra tradisional yang berfokus pada
wayang. Narasumber tersebut bernama Ibu Nia Dwi Raharjo. Beliau merupakan salah satu
guru yang mengajar seni pedalangan di SMK 8 Surakarta.

C. Data dan Sumber Data
Data yang terlampir dalam makalah ini kami peroleh dari kegiatan observasi berupa
wawancara. Informasi maupun data juga diperoleh dari beberapa sumber diinternet sebagai
tambahan referensi dan pelengkap informasi.

11

D. Teknik Pengumpulan Data
Tehnik yang kami lakukan adalah tehnik wawancara. Sebelum melakukan wawancara kami
mempersiapkan beberapa pertanyaan untuk wawancara yang kemudian setelah selesai
dengan menyusun pertanyaan , kami mulai mencari lokasi serta narasumber sebagai
pemberi informasi yang dibutuhkan. Tidak hanya itu kami juga mengumpulkan beberapa
data dan informasi dari media sosial sebagai pelengkap dan penambah data yang kurang.

E. Teknik Analisis Data
Analisis data yang kami lakukan yaitu dengan cara memilah dan memilih informasi –
informasi yang penting dan pokok. Selain itu informasi yang kami dapatkan disesuaikan
dengan topik kesenian wayang. Setiap data yang kami peroleh dan lihat kami analisis
dengan seksama agar bisa tersampaikan dan mudah dipahami, serta sesuai dengan inti tema.

12

F. Hasil Penelitian

1. Kapan Ibu mempelajari hal – hal yang berkaitan dengan wayang?
Jawaban: Saya mulai mempelajari kesenian ini Ketika saya duduk di bangku SMA.

2. Dimana awal mula Ibu mengetahui hal – hal yang berkaitan dengan wayang?
Jawaban: Kebetulan berasal dari keluarga seniman sehingga sudah mengetahui sejak kecil
ap aitu wayang.

3. Mengapa wayang memiliki banyak jenis dan bentuk?
Jawaban: Wayang memiliki banyak bentuk dikarenakan sesuai dengan adat istiadat dan ciri
– ciri setiap daerah.

4. Apa yang Ibu ketahui tentang hal yang berkaitan dengan wayang?
Jawaban: Yang saya ketahui dari wayang yaitu perkembangannya dimana mulai dikenal
pada zaman para Wali dengan fungsi untuk penyebaran agama Islam. Di Indonesia, wayang
mulai dipentaskan dimana – mana untuk syiar agama. Untuk wayang yang asli terdapat di
Bali akan tetapi sudah dilarang karena dianggap berhala.

13

5. Bagaimana kondisi pemuda – pemudi sekarang terhadap wayang? Jika kurang baik
bagaimana solusinya?
Jawaban: Untuk di SMK 8, murid – murid disini adalah siswa yang menyukai tentang
kesenian baik dari pedhalangan maupun kesenian lainnya. Untuk pemuda – pemudi umum,
kemungkinan ada yang menyukai wayang dan ada juga yang belum mengetahui apa itu
wayang.
(-) Solusi dari permasalahan tersebut adalah sebagai seniman, mulai membuat semacam
ramuan, pentas wayang yang akan disukai oleh anak – anak muda sekarang, membuat lebih
menarik dan berkolaborasi dengan kesenian lainnya.

6. Siapa tokoh yang berperan penting dalam wayang Nusantara?
Jawaban: Tokoh yang berperan penting yaitu seperti Pandawa Lima ( Yudhistira,
Werkudara, Arjuna, Nakula, Sadewa) dan juga seperti Punokawan ( Semar, Gareng, Petruk,
Bagong).

14

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari kegiatan makalah ini adalah Wayang merupakan salah satu kesenian
yang dimana setiap karakternya melambangkan watak dan sifat manusia serta awalnya
digunakan untuk sebagai alat untuk menyebarkan agama berkembang menjadi hiburan
untuk dinikmati khalayak ramai.

B. Saran
 Kita harus memperkenalkan budaya kita kepada pendatang atau cucu kita nanti.
 Kita dapat mengubah cara pengenalan budaya tradisional dengan cara modern
sesuai dengan perkembangan zaman.
 Kita juga dapat mengkreasikan budaya kita agar menarik dan dapat disukai dan
digemari oleh pemuda – pemudi sekarang.

15

BAB VI.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Wayang
https://www.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-013754158/asal-usul-kesenian-wayang-
pemujaan-roh-kisah-mahabharata-hingga-dakwah-islam-wali-songo
https://yoursay.suara.com/kolom/2022/07/21/092508/perkembangan-wayang-dari-masa-ke-
masa
https://www.suaramerdeka.com/jawa-tengah/pr-0436718/wayang-perlambang-kehidupan-
manusia

16

A. Lampiran

Gb.1: Kegiatan Pembuatan Proposal Proyek di Rumah

Gb.2: Kegiatan Wawancara SMKN 8 Surakarta
17

Gb.3: Selesai Wawancara di SMKN 8 Surakarta

Gb.4: Kegiatan Wawancara
18

Gb.5: Narasumber Bu Nia Dwi Raharjo
19


Click to View FlipBook Version