BIBLIOGRAFI BERANOTASI
“KESEHATAN MENTAL REMAJA DAN ANAK PADA MASA PANDEMI”
Disusun Oleh : 151911313004
Nurul Hidayatul Fitri 151911313006
Debi Alifiyani Mutiara 151911313019
Amita Dwi Ramadhana 151911313032
Rindi Olyvia Nelly Dellawati 151911313042
Farda Nuria Damayanti
PROGRAM STUDI D-III PERPUSTAKAAN
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
JURNAL PENELITIAN
Zulfia, Intan and Meilinda. "Kesehatan Mental Remaja Pada Masa Pandemi." Counseling As
Syamil 1.1 (2021): 11-19.Web.
Kecemasan terhadap kondisi pandemi menyebabkan remaja merasakan adanya perubahan pola
konsumsi sehari-hari, termasuk dalam hal pembelajaran secara daring. Masa pandemi ini
menjadi sebuah pandemi yang terjadi di banyak negara di seluruh dunia, salah satunya
berdampak terhadap proses pembelajaran yang diubah menjadi metode daring. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan kondisi kesehatan mental
remaja di masa pandemi Covid-19. Kesehatan mental merupakan tingkatan kesejahteraan
psikologis atau ketiadaan gangguan jiwa yang terdiri dari beberapa jenis kondisi yang secara
umum dikategorikan dalam kondisi sehat, gangguan kecemasan, stres dan depresi. Penelitian
ini mengambil data dengan wawancara terstruktur pada mahasiswa prodi Bimbingan Konseling
Islam yang melaksanakan pembelajaran daring. Wawancara dilakukan dengan memberikan
pertanyaan berupa dokumen yang dikirim lewat pesan pribadi kepada setiap mahasiswa yang
dijadikan sampel. Kuesioner tertutup dilakukan dengan disebarkan lewat grup WhatsApp dan
pesan pribadi menggunakan laman google form agar memperoleh informasi yang lengkap. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pandemi Covid-19 ini telah menjadi masalah tersendiri bagi
kesehatan mental remaja selama pembelajaran daring di masa pandemi. Hal tersebut
dikarenakan terdapat beberapa faktor dan tantangan selama pembelajaran. Kondisi inilah yang
mengakibatkan timbulnya konflik batin dan tekanan yang dirasakan para remaja sehingga
mengganggu kesehatan mental mereka. Secara keseluruhan, penelitian ini dapat dijadikan
patokan atau acuan dalam membuat penelitian mengenai kesehatan mental remaja pada masa
pandemi Covid-19 sebab dari hasil yang diperoleh, penelitian ini memberikan hasil yang
menunjukkan bahwa pandemi covid-19 memberikan pengaruh yang besar terhadap kesehatan
mental khususnya remaja pada saat pembelajaran secara daring. Namun pada penelitian ini perlu
dilengkapi data wawancara yang dilakukan pada saat mewawancarai responden. Jadi pada
penelitian selanjutnya atau penelitian serupa diharapkan dapat melengkapi data wawancara agar
hasil penelitian dapat dibuktikan secara akurat.
Bélanger, E.Richard, et al. "An Impact Analysis of the Early Months of the COVID-19
Pandemic on Mental Health in a Prospective Cohort of Canadian Adolescents."
Journal of Adolescent Health (2021): 1.
Latar belakang penelitian : Pemeriksaan kesehatan mental diperlukan untuk mendapatkan
dampak dari adanya tindakan pandemi yang sedang berlangsung cukup lama serta gejalanya
terus berubah ubah, efek yang ditimbulkan dari perbedaan keberuntungan secara sosial, maupun
efek yang keterkaitan dari tahun ke tahun. Paparan yang ditimbulkan terhadap adanya faktor
risiko yang akan mengurangi kemampuan untuk mengatasi stresor di masa mendatang . hal ini
akan memunculkan bentuk konsekuensi, sensitisasi stres yang berkaitan dengan masa pandemi
menurunkan ambang toleransi untuk tantangan berikutnya, mekanistik melalui jalur efektifitas,
andresilience yang dimana proses tersebut akan mendorong mendorong adaptasi lingkungan
terhadap tantangan yang ada. Semua ini akan dilakukan melalui potensial yang memerlukan
penelitian prospektif berlanjut serta komprehensif untuk mengevaluasi dengan kekuatan pandemi
yang tidak dapat ditentukan.
Tujuan Dampak dari adanya pandemic COVID-19 terutama pada kesehatan mental remaja yang
menjadi pemusatan perhatian global, akan tetapi sebagian respons pandemic ini dimulai dengan
adanya perubahan dalam individu yang bertujuan dari studi kesehatan mental prospektif ini
adalah untuk mengevaluasi efek dari adanya tanda awal COVID-19 pada kesehatan mental dan
kesehatan remaja sebagai bentuk eksperimen alami.
Argumen Utama : Remaja mengalami depresi, kecemasan, serta perkembangan yang berbalik
meningkat. Namun, perubahan kesehatan mental dari gelombang pra-COVID-19 dari tahun ke
tahun tidak sebanding dengan adanya perubahan yang terlihat di seluruh tahun 2018 hingga
tahun 2019.
Metode penelitian : penelitian yang menggunakan data terkait 3 tahun dari studi COMPASS,
termasuk 7.653 orang Kanada (Quebec, Ontario ) remaja dari mana 2.099 menyelesaikan survei
di ketiga gelombang serta menggunakan penelitian online pada bulan mei-juli 2020, 2 sampai
dengan bulan setelah adanya pandemi. Pendekatan dari bentuk model persamaan struktural
untuk efektifitas remaja agar terjadi perbedaan digunakan untuk memperkirakan pra-COVID-19
hingga perubahan awal penguncian dalam kesehatan mental serta kesehatan yang buruk yang
terjadi seperti gejala depresi dan kecemasan,
Kesimpulan : Hasil dari penelitian ini tidak dapat mendukung efektifitas yang dapat merugikan
dari setiap tahapan awal ataupun langkah-langkah penguncian COVID-19 pada kesehatan mental
remaja. Penurunan kesehatan mental pada respons awal COVID-19 kurang dari penurunan yang
ditemukan selama periode pra pandemi.
Analisis penelitian : Penelitian yang dilakukan melalui prospektif lebih lanjut diperlukan untuk
mengeksplorasi lebih dalam dampak dari adanya pandemi yang sedang berlangsung secara terus
menerus dan tindakan terkait pada remaja dan efek yang tidak adil dalam kelompok populasi
masyarakat
Magson, R Natasha, et al. "Risk and Protective Factors for Prospective Changes in
Adolescent Mental Health during the COVID-19 Pandemic." Youth and
Adolescence (2021): 1.
Latar belakang penelitian : Pembatasan yang diberlakukan untuk menahan virus COVID-19
telah menyebabkan isolasi sosial yang meluas, berdampak pada kesehatan mental di seluruh
dunia. Pembatasan ini mungkin sangat sulit bagi remaja, yang sangat bergantung pada koneksi
teman sebaya mereka untuk bantuan emosional. Namun, belum ada penelitian longitudinal yang
meneliti dampak psikologis dari COVID-19 pandemi di kalangan remaja.
Tujuan : Tujuan dari penelitian saat ini adalah untuk menentukan dampak pandemi dan
pembatasan yang diberlakukan pemerintah terkait dengan respons terhadap COVID-19 pada
kesehatan emosional remaja. Pertama Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor
mana yang dipandang oleh remaja sebagai penyebab terbesar penderitaan terkait COVID-19.
Dihipotesiskan bahwa tidak bisa melihat dan menghabiskan waktu bersama teman, dan
kekhawatiran tentang pindah ke online belajar, akan menyebabkan remaja paling tertekan
Argumen Utama Dalam studi kasus kesehatan ini memberikan bukti longitudinal awal untuk
penurunan mental remajakesehatan selama pandemi COVID-19.
Metode penelitian metode alternatif yang digunakan merupakan metode ekologi dengan
penilaian sesaat atau catatan harian dapat membantu untuk memperjelas tatanan temporal antara
sosial, pendidikan, dan pengalaman emosional selama pandemi dan kesehatan mental remaja.
Setelah semua data telah dilaporkan dan dengan demikian tunduk pada bias yang mungkin tidak
selaras dengan lebih banyak lagi penilaian objektif kesehatan mental dan perilaku. Untuk
mengatasi keterbatasan ini, penelitian ini dapat digabungkan dengan laporan orang tua dan guru
tentang penyesuaian remaja selama pandemi COVID-19. Akhirnya, sampel yang digunakan
dalam studi saat ini relatif kecil dan demografis terbatas
Kesimpulan Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dikalangan remaja lebih
peduli terhadap peraturan yang ditelah ditetapkan oleh pemerintah tentang pembatasan yang
dirancang untuk mencegah penyebaran virus COVID-19, yang akan memunculkan kekhawatiran
tersendiri terkait dengan peningkatan kecemasan serta segala macam gejala depresi, dan
penurunan kepuasan hidup.
Analisis penelitian penelitian ini mengungkapkan bahwa COVID-19 merupakan bentuk
kekhawatiran tersendiri terkait kesulitan belajar online serta adanya peningkatan konflik yang
bermunculan dengan orang tua yang dapat memprediksi peningkatan masalah kesehatan mental
dari tahun ke tahun, sedangkan ketaatan terhadap perintah untuk tetap berada di rumah akan
merasa terhubung secara sosial selama berlangsungnya pandemi COVID-19 agar tetap
terlindungi dari kesehatan mental buruk yang terjadi pada usia remaja.
Rahayuni, Rai Ayu I Gusti and Putri Ayu Ida Wulandari. "Dampak Pandemi Covid-19
Pada Kesehatan Mental Remaja Di Kabupaten Bangli-Bali." Riset Kesehatan
Nasional 5(1) (2021): 35.
Latar belakang : Menetapkan situasi lockdown pada masa pandemic covid-19 memiliki berbagai
macam dampak fisik oleh karena virus dampak psikologis, mental dan sosial menjadi prioritas
masalah termasuk pada remaja sebagai subjek produktif, aktif dan dinamis yang membawa
remaja pada transis, kemerosotan yang sulit dengan social distancing sudah berlangsung lebih
dari 3 bulan yang dapat memicu kebosanan, stress, depresi dan dampat kesehatan mental lainnya.
Tujuan : penelitian deskriptif dengan pendekatan crossectional ini mengambil data pada SMA 1
Bangli di bulan juli 2020 dengan menggunakan Teknik total sampling pada 302 remaja yang
memenuhi kriteria inklusi. Dengan mengumpulkan data menggunakan kuesioner SRQ-29 versi
Bahasa Indonesia secara online dan diolah secara univariat deskriptif.
Hasil : hasil penelitian ini menggambarkan kondisi selama pandemic covid-19 berlangsung
bahwa 10 orang pernah menjalani rapid test sedangkan 6 orang menjalani swab test dan 1 orang
pernah dikonfirmasi positif covid-19 serta 113 orang mengatakan daerah asal atau tempat
tinggalnya pernah menjadi zona merah
Analisa : kondisi mental di masa pandemic bahwa 93 orang mengindikasikan adanya gejala
neurosis 21 orang mengindikasi adanya gejala psikotik dan 284 orang mengindikasi adanya
gejala PTSD
Kesimpulan : Untuk mendukung seluruh pihak melalui kebijakan yang telah ditetepkan oleh
perhatian serta intervensi maka diperkukannya meminimalisir adanya gangguan mental terutama
pada gejala PTSD yang terdapat pada kesehatan mental usia remaja sehingga remaja bisa mulai
produktif kembali.
Fitria, Linda and Ifdil Ifdil. "Kecemasan remaja pada masa pandemi Covid -19."
Education 6(1) (2020): 1.
Latar belakang penelitian Anxiety ini juga dialami oleh para remaja karena usia remaja dapat
dikatakan usia yang masih labil dalam menghadapi kondisi-kondisi yang tidak terduga. Kondisi
emosi remaja akan mudah terguncang seperti, anxiety yang berlebihan, ketakutan akan tertular
virus ini dan sebagainya.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kecemasan yang dialami oleh
remaja di masa pandemi covid-19. adanya penelitian ini untuk mengungkap tentang kondisi
anxiety yang dialami oleh remaja pada masa pandemic COVID19.
Metode penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif.
sampel penelitian ini adalah 139 remaja dengan menggunakan teknik Purposive Random
Sampling. Instrument yang digunakan Skala Kecemasan Remaja. Analisis data menggunakan
analisis deskriptif menggunakan dengan bantuan program SPSS.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat anxiety remaja pada masa
pandemic covid-19 berada pada kategori tinggi. Keadaan ini harus direduksi dengan memberikan
berbagai pelayanan konseling agar tingkat anxiety remaja tersebut dapat diperkecil. Layanan
yang dapat diberikan kepada remaja untuk menurunkan tingkat anxiety dalam masa pandemic
covid-19 adalah layanan konseling individual, bimbingan dan konseling kelompok.
Analisis penelitian Penelitian ini menggunakan deskriptif metode penelitian kuantitatif.
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja berusia 12 sampai 19 tahun, dengan sampel
sebanyak 139 orang. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner tentang kecemasan. Analisis
data menggunakan analisis deskriptif. Berdasarkan analisis data penelitian, kecemasan remaja
selama pandemi covid-19
Hertz, Marci F., et al. “Adolescent Mental Health, Connectedness, and Mode of School
Instruction During COVID-19.” Journal of Adolescent Health, 2021, p. 3.
Latar Belakang: Sejak COVID-19 dinyatakan sebagai pandemi pada Maret 2020, hampir 93%
siswa AS terlibat dalam beberapa pembelajaran jarak jauh. Gangguan sekolah ini dapat
berdampak negatif kesehatan jiwa remaja. Faktor protektif, seperti merasa terhubung dengan
keluarga atau sekolah mungkin menunjukkan efek penyangga, berpotensi memoderasi hasil
kesehatan mental negatif.
Tujuan: Menguji cara pengajaran di sekolah mempengaruhi mental kesehatan dan menentukan
apakah hubungan sekolah dan keluarga melemahkan hubungan ini.
Metode: Survei Pengalaman COVID dilakukan secara online atau melalui telepon Oktober -
November 2020 kepada remaja berusia 13-19 tahun menggunakan Panel AmeriSpeak NORC,
kemungkinan panel berbasis direkrut menggunakan sampling berbasis alamat acak dengan surat
dan telepon non tindak lanjut tanggapan. Sampel akhir termasuk 567 remaja di kelas 7-12 yang
menerima virtual, secara langsung, atau instruksi gabungan. Asosiasi yang tidak disesuaikan dan
disesuaikan di antara empat hasil kesehatan mental dan mode instruksi diukur, dan hubungan
dengan sekolah dan keterhubungan keluarga dieksplorasi untuk efek perlindungan.
Hasil: Data diperoleh hampir semua melaporkan kesehatan mental yang lebih buruk daripada
siswa menghadiri secara langsung. Remaja yang menerima instruksi virtual dilaporkan lebih
tidak sehat secara mental hari, gejala depresi yang lebih persisten, dan kemungkinan yang lebih
besar untuk serius mempertimbangkan mencoba bunuh diri daripada siswa dalam mode
pengajaran lainnya. Setelah penyesuaian demografis keterhubungan sekolah dan keluarga
masing-masing mengurangi hubungan antara instruksi virtual vs. tatap muka untuk keempat
indikator kesehatan mental.
Kesimpulan: Seperti yang dihipotesiskan, cara pengajaran di sekolah dikaitkan dengan kesehatan
mental hasil, dengan remaja yang menerima instruksi langsung melaporkan prevalensi terendah
indikator kesehatan mental negatif. Keterhubungan sekolah dan keluarga mungkin memainkan
peran penting dalam menyangga hasil kesehatan mental yang negatif
Analisa Penelitian: Pandemi Covid-19 membuat pemerintah melakukan kebijakan agar tetap
berada di rumah, seperti yang dirasakan pada remaja usia sekolah yang mana rasa kebosanan
menghampiri mereka dengan tuntutan tugas dan lainnya dan sempat terfikirkan untuk
mengakhiri hidup mereka. Pencegahan yang dilakukan ialah adanya kerjasama yang dilakukan
antara pihak sekolah dengan keluarga misalnya dengan menstabilkan emosional anak dengan
tidak menambah pekerjaan lain selain sekolah atau kegiatan yang bisa mereka kerjaan dalam
waktu yang singkat, tidak menimbulkan kegaduhan di dalam rumah, dan masih banyak
lainnya.
Althiabi, Youssef. “Attitude, anxiety and perceived mental health care needs among parents of
children with Autism Spectrum Disorder (ASD) in Saudi Arabia during COVID-19
pandemic.” Research in Developmental Disabilities, 2021, p. 1.
Latar Belakang: Pandemi COVID-19 telah menimbulkan kecemasan dan masalah kesehatan
mental secara umum. Gejala dari kecemasan, depresi dan kesehatan mental yang buruk
cenderung lebih meningkat pada orang tua dari anak-anak dengan Autism Spectrum Disorder
(ASD) selama COVID-19, dikarenakan tindakan darurat yang melibatkan penangguhan layanan
penting, penutupan sekolah, kebijakan bekerja dari rumah dan kurangnya dukungan profesional,
dll.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi sikap, kecemasan dan persepsi kesehatan
mental pengasuhan orang tua dengan anak ASD di masa pandemi COVID-19.
Metode: Sebanyak 211 peserta, termasuk ibu dan ayah dari anak ASD dari Kerajaan Arab Saudi,
berpartisipasi dalam studi online ini.. Seiring dengan detail demografis, data pada sikap,
kecemasan, status kesehatan mental dan perawatan kesehatan mental yang dirasakan diperoleh
dengan menggunakan kuesioner yang dilaporkan sendiri dan kuesioner standar referensi. Data
yang dikumpulkan dianalisis menggunakan uji-t, analisis korelasi Pearson dan analisis regresi
linier. Tanggapan untuk pertanyaan terbuka juga dikumpulkan dan dianalisis secara kualitatif.
Hasil: Sikap terhadap merawat anak-anak dengan ASD terpengaruh oleh usia orang tua dan usia
anak, dan ibu lebih terpengaruh. Selanjutnya, kecemasan orang tua selama COVID-19 secara
signifikan lebih tinggi daripada sebelum situasi COVID-19. Pertanyaan terbuka menunjukkan
bahwa orang tua mencari dukungan dari guru, anggota keluarga, dan terapis untuk menangani
anak ASD selama pandemi kejadian luar biasa. Perawatan kesehatan mental dapat mengunjungi
psikologis dan finansial dukungan, langkah-langkah lainnya seperti sesi pelatihan, kelas online,
dll.,
Kesimpulan: Pentingnya dukungan dari pemerintah dan otoritas kesehatan setempat untuk
memperkenalkan intervensi bagi orang tua dan anak-anak dengan ASD untuk meningkatkan
kesehatan mental secara keseluruhan.
Analisa Penelitian: Adanya pandemi Covid-19 memicu kesehatan mental menjadi lemah terlebih
pada orang tua dari anak ASD dikarenakan mereka harus mengikuti kebijakan pemerintah
setempat untuk tetap berada di rumah. Memecahkan permasalahan ini orang tua melakukan
kunjungan ke psikolog untuk dapat mengarahkan mereka ke dalam aktivitas yang dapat
menyegarkan fikiran tanpa harus keluar rumah
Rahmayanthi, Denia , Marisa Fransiska Moeliono and Lenny Kendhawati. "Kesehatan Mental
Remaja Selama Pandemi Covid-19." Jurnal Ilmiah Psikologi 23 (2021): 93-99.
Pandemi Covid-19 terjadi menyeluruh di berbagai Negara salah satunya di Indonesia
.Langkah-langkah pencegahan penyebaran Covid 19 berdampak adanya pembatasan aktivitas
fisik ,sosial serta kebijakan pembelajaran jarak jauh bagi siswa dari jenjang sekolah dasar hingga
perguruan tinggi bagi remaja menjadi faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan mental remaja.
Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran kesehatan mental remaja, faktor-faktor
sosiodemografi yang mempengaruhi kesehatan mental remaja selama pandemic Covid-19. Untuk
melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan metode kuantitatif survei memberikan gambaran
kuantitatif serta melakukan pendekatan cross-sectional. Partisipan adalah remaja usia 15-18
tahun SMA/SMK di kota Bandung yang memiliki akses menggunakan internet dengan total
partisipan yang diperoleh sebanyak 205 partisipan. Data sosiodemografi yang akan dijaring pada
penelitian adalah jenis kelamin, usia, perubahan jam tidur, perubahan aktivitas olahraga, jam
sekolah pada pembelajaran jarak jauh serta waktu yang digunakan untuk screen time. Data
didapatkan dengan menggunakan alat ukur self-assessment General Health Questionnaire
(GHQ-12). Hasil dari penelitian menunjukan bahwa 59,5% remaja mengalami permasalahan
psikologis dalam bentuk distress psikologis dan disfungsi sosial. Remaja mengalami
permasalahan psikologi yang berhubungan dengan distress psikologis dan disfungsi sosial seperti
merasakan kurang dapat berkonsentrasi, merasa dibawah tekanan dan kurang dapat menikmati
aktivitas sehari-hari Remaja perempuan dan laki-laki memiliki permasalahan yang berbeda.
Remaja perempuan mengalami perubahan jam tidur lebih besar untuk permasalahan psikologis
dan memerlukan perhatian yang lebih daripada remaja laki- laki. remaja perlu memperhatikan
pola tidur agar tidak berdampak pada distress psikologis dan disfungsi sosial selama pandemi.
Secara keseluruhan, penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam dalam membuat penelitian terkait
kesehatan mental remaja pada masa pandemic Covid -19 dengan mengukur distress psikologis,
menggunakan General Health Questionnaire -12 (GHQ-12) atau sebagai acuan untuk mengatasi
masalah gangguan mental pada masa.
Rahayu, Restianingsih Putri. "Kesehatan Mental Anak dan Remaja Selama Masa Isolasi Sosial
Covid-19: Literature Review." Jurnal Kebidanan (2021): 599-606.
Pada masa pandemi setiap Negara membuat kebijakan untuk melakukan isolasi sosial sebagai
upaya pencegahan penularan Covid-19. Isolasi sosial menyebabkan perubahan dinamika
terhadap rutinitas sehari-hari bagi anak-anak dan remaja. Isolasi sosial yang mengakibatkan
penutupan sekolah, hubungan dengan orang tua di rumah dan kehilangan orang yang dicintai
mempengaruhi kesejahteraan anak-anak dan remaja yang menyebabkan tekanan psikologis.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kesehatan mental pada anak dan remaja selama
masa isolasi sosial Covid-19. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah studi literature
Review yang dilakukan pada tanggal 18 sampai dengan 22 November 2020 dengan pelaporan
naratif. Pencarian studi yang relevan dengan topik dengan hasil akhir 9 artikel yang digunakan.
Menurut hasil literature review, isolasi sosial berpotensi mengganggu kesehatan mental,
termasuk depresi atau kecemasan dan penurunan tingkat kebahagiaan. Isolasi sosial menjadi
pendahulu untuk masalah kesehatan mental orang tua dan guru didorong untuk membantu
anak-anak dan remaja untuk mempertahankan jaringan sosial mereka serta tenaga kesehatan
untuk memelihara kesehatan mental sejak dini. Tenaga kesehatan bisa memberikan edukasi pada
orangtua tentang kebutuhan perkembangan anak di berbagai fase masa anak serta menyebarkan
bahan bacaan promosi kesehatan mental yang sederhana dan spesifik secara online atau melalui
handout kepada orang tua. Dengan adanya penelitian ini memperkuat argumen serta memberikan
informasi kepada pembaca terkait kesehatan mental anak dan remaja selama masa isolasi sosial
Covid 19 menggunakan metode literature review dari beberapa jurnal atau artikel.
Oktaviany, Ria. “Pengaruh Pandemi Covid-19 Terhadap Kesehatan Jiwa Remaja.” OSF
Preprints, 6 Apr. 2021. Web.
Pandemi masih belum berakhir. Covid-19 masih menjadi momok yang menakutkan bagi
masyarakat Indonesia dan negara-negara lain. Seluruh masyarakat dari berbagai kelompok usia
turut merasakan dampak akibat pandemi Covid-19 ini. Situasi yang mencekam saat ini dapat
menyebabkan masalah kesehatan mental seperti stres, kecemasan, gejala depresi, insomnia,
penolakan, kemarahan dan ketakutan. Hal tersebut juga dirasakan oleh remaja dan bahkan
anak-anak. Metode yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ini adalah dengan
menggunakan metode studi pustaka tersistematis dari berbagai literatur ilmiah seperti jurnal dan
textbook, dan artikel ilmiah yang tentunya memiliki keterkaitan dengan judul karya tulis. Dari
hasil kajian literatur diperoleh adanya hubungan pandemi Covid-19 terhadap kesehatan jiwa
remaja. Ketakutan, kekhawatiran dan stres adalah respon normal terhadap ancaman yang
dirasakan atau nyata dan pada saat dihadapkan pada ketidakpastian atau yang tidak diketahui
(WHO, 2020). Banyaknya survei yang dilakukan membuat kita sadar bahwa pandemi Covid-19
ini mampu mengganggu kesehatan jiwa remaja. Secara keseluruhan, karya ilmiah ini dapat
dijadikan patokan dalam penulisan karya ilmiah selanjutnya sebab dalam karya ilmiah ini
menjelaskan secara spesifik mengenai pengaruh pandemi terhadap kesehatan jiwa remaja yang
bersumber dari berbagai penelitian terdahulu. Namun alangkah lebih baik jika dalam penulisan
karya tulis selanjutnya, penulis dapat melakukan penelitian mandiri mengenai kesehatan mental
remaja dan anak pada masa pandemi agar mendapatkan data yang relevan dengan teori dan
penelitian terhadulu yang telah dijadikan patokan sebelumnya.
Iqbal, Muhammad and Lutfiyah Rizqulloh. "Deteksi Dini Kesehatan Mental Akibat
Pandemi Covid-19 Pada Unnes Sex Care Community Melalui Metode Self
Reporting Questionnaire." Jurnal PRAXIS 3.1(2020): 20-24. Web.
Latar belakang penelitian Jumlah penderita COVID-19 yang terus merangkak naik di berbagai
negara termasuk Indonesia menggambarkan betapa cepatnya virus tersebut menyebar dan
berpindah, di Indonesia sendiri hingga bulan Juli 2020 jumlah paisen positif COVID-19
mencapai 88.214 orang dan 4.239 orang dilaporkan meninggal. Pandemi COVID-19 tidak hanya
berdampak kepada kesehatan secara fisik saja, melemahnya ekonomi dan pembatasan interaksi
secara individul maupun kelompok juga merupakan dampak pandemi yang akan mempengaruhi
kesehatan mental seseorang. Kelompok usia remaja merupakan kelompok usia yang memiliki
beban paling berat dibandingkan dengan usia dewasa dan anak-anak, hal ini dikarenakan masa
remaja merupakan masa transisi dimana perubahan secara anatomi tubuh, fisiologi, intelektual,
emosional, hingga interaksi dengan lingkungan sosialnya.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi sejak dini kesehatan mental pada Unnes Sex
Care Community melalui metode self reporting questionnaire terutama pada masa pandemic
COVID 19 guna melakukan skrining gangguan psikiatri.
Metode penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kuantitatif deskriptif.
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling
berjumlah 44 orang mahasiswa yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Unnes
Sex Care Community Universitas Negeri Semarang tahun periode 2019-2020.
Kesimpulan Pandemi COVID-19 faktanya tidak hanya mempengaruhi kesehatan secara fisik,
melainkan juga kesehatan secara mental. Bedasarkan hasil penelitian deteksi dini kesehatan
mental akibat pandemi COVID-19 pada remaja melalui metode self reporting questionnaire
(studi pada organisasi unnes sex care community). Dalam 30 hari terakhir sebanyak 63,6% dari
total responden terindikasi mengalami permasalahan kesehatan secara mental, 59% merasa
tegang, cemas atau 50% merasa sulit untuk tidur, 50% merasa sulit untuk berfikir jernih, 50%
merasa lelah sepanjang waktu dan 9% dari total responden memiliki pemikiran untuk mengakhiri
hidupnya.
Analisis penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif deskriptif. Informan utama
dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa
(UKM) Unnes Sex Care Community Universitas Negeri Semarang tahun periode 2019-2020.
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling, yang
terdiri dari seluruh anggota UKM Unnes Sex Care Community Universitas Negeri Semarang
tahun periode 2019-2020 sebanyak 44 orang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni-Juli
Tahun 2020.
Nafisah, Durotun, Laura Khattrine and Siti Juwariyah. "Hubungan Regulasi Emosi
Terhadap Tingkat Kesehatan Mental Remaja Pada Masa Pandemi Covid-19."
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan 5.2 (2021): 104-109. Web.
Latar belakang penelitian Kesehatan mental adalah dimensi kehidupan yang sangat penting,
karena dengan kesehatan mental, kehidupan akan berjalan dengan baik dan wajar. Perubahan
emosi yang terjadi pada masa remaja mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan para remaja.
Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui hubungan regulasi emosi terhadap tingkat
kesehatan mental remaja pada masa pandemi covid -19 yang meliputi kemampuan mengatur
perasaan, reaksi fisiologis, cara berfikir, dan respon emosi (ekspresi wajah, tingkah laku dan
nada suara) sehingga dapat diekspresikan secara tepat dengan lingkungan.
Metode penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan cross
sectional dengan menerapkan kriteria inklusi dan eksklusi, Variabel independen dalam penelitian
ini adalah regulasi emosi sedangkan variabel dependennya adalah tingkat kesehatan mental
remaja.
Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan variabel regulasi emosi terhadap tingkat kesehatan
mental remaja pada masa pandemi covid-19, regulasi emosi terhadap tingkat kesehatan mental
remaja yaitu p value (0.018<0.05). kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan antara
regulasi emosi terhadap tingkat kesehatan mental remaja pada masa pandemi covid-19. Dari
penelitian ini diharapkan pada remaja dapat memberikan pengetahuan tentang regulasi emosi dan
tingkat kesehatan mental remaja menjadi lebih baik dan remaja bisa mengontrol emosi yang
dialami sehingga tidak mengalami kesehatan mental.><0,05) pada masa pandemi covid-19. Dari
penelitian ini diharapkan pada remaja dapat memberikan pengetahuan tentang regulasi emosi dan
tingkat kesehatan mental remaja menjadi lebih baik dan remaja bisa mengontrol emosi yang
dialami sehingga tidak mengalami kesehatan mental.
Analisis penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan
Cross Sectional karena pada penelitian ini menjelaskan tentang suatu penelitian observasional
dimana penilaian paparan dan outcome dilakukan dalam satu waktu. Pemilihan subjek pada cross
sectional yaitu memilih subjek penelitian berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
Populasi pada penelitian ini adalah remaja usia 10-18 tahun RW 002 Desa Glonggong dengan
jumlah 100 responden. Pada penelitian ini, penentuan besar sampel menggunakan rumus Slovin
yaitu sebanyak 60 responden. Hasil penelitian menurut Lopes et al., (2011) menyatakan bahwa
individu yang memiliki kemampuan strategi regulasi emosi tinggi cenderung mengalami lebih
sedikit konflik dengan orang lain dan memiliki hubungan sosial yang lebih positif. Kemampuan
regulasi emosi sangat dibutuhkan bagi remaja, dengan memiliki regulasi emosi yang baik, remaja
dapat mengelola emosi negatif dan berperilaku dengan cara yang dapat diterima oleh orang lain
sehingga remaja yang memiliki regulasi emosi yang baik dapat mengatasi perasaan sedih,
kecewa, dan putus asa sehingga dapat menghindari terjadinya depresi pada remaja.
Fauziyyah, Rifa, Rinka Citra Awinda and Besral. "Dampak Pembelajaran Jarak Jauh
terhadap Tingkat Stres dan Kecemasan Mahasiswa selama Pandemi COVID-19."
Bikfokes 2 (2021).
Perubahan kebijakan pada masa pandemi Covid 19 ini mengakibatkan mahasiswa harus
beradaptasi dengan metode baru dan salah satu dampak dari hal tersebut adalah munculnya
masalah kesehatan mental seperti stres dan kecemasan pada mahasiswa. Penelitian ini bertujuan
untuk menunjukkan adanya peningkatan stres dan kecemasan pada mahasiswa akibat dari
dampak pembelajaran jarak jauh selama masa pandemi COVID-19. Penulis dalam penelitian ini
menggunakan metode kajian pustaka dari jurnal nasional dan internasional yang meneliti tentang
pengaruh pandemi COVID-19 terhadap stres dan kecemasan yang dialami mahasiswa. Beberapa
upaya dapat dilakukan mahasiswa seperti olahraga atau aktivitas fisik, istirahat yang cukup,
melakukan hobi, sosialisasi secara virtual serta menerapkan lingkungan yang sehat baik secara
fisik maupun psikologis untuk mengurangi stres dan kecemasan. Secara keseluruhan, penelitian
ini dapat di gunakan sebagai sumber informasi terkait dampak pembelajaran jauh bagi
mahasiswa untuk mengatasi stress dan cemas .
BERITA
“CNN Indonesia." Studi : Pandemi Covid-19 Tingkatkan Depresi Anak 2 Kali Lipat.
CNN Indonesia. 12 August 2021. Web. 31 October 2021
<https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20210812120346-255-679461/studi-
pandemi-covid-19-tingkatkan-depresi-anak-2-kali-lipat>.
Latar Belakang : Studi terbaru menunjukkan pandemi Covid-19 membuat kondisi anak di
seluruh dunia semakin buruk.
Tujuan : Penelitian yang dipublikasikan di JAMA Pediatrics ini bertujuan untuk menemukan
depresi dan kecemasan pada anak dan remaja meningkat dua kali lipat dibandingkan sebelum
pandemi.
Audiens yang dituju : Penelitian ini melibatkan anak dari Asia, Eropa, dan Amerika. Penelitian
ini didapat setelah peneliti mengulas 29 studi dengan total 80 ribu anak yang berusia 4-17 tahun
dengan rata-rata usia anak adalah 13 tahun.
Kesimpulan : Berdasarkan penelitian, berita ini menyebutkan bahwa selama pandemi Covid-19,
1 dari 4 remaja secara global mengalami gejala depresi yang meningkat secara klinis. Sedangkan
1 dari 5 remaja mengalami kecemasan yang meningkat. Studi ini juga menemukan anak-anak
yang lebih tua mengalami dampak yang lebih parah. Hal ini dipengaruhi oleh masa pubertas.
Anak perempuan juga menunjukkan tingkat depresi dan cemas yang lebih besar dibandingkan
anak laki-laki. Keadaan tersebut membuat anak-anak dan remaja mengalami gangguan dan stres
yang luar biasa selama pandemi, dan itu berdampak pada kesehatan mental mereka.
Analisis isi berita : Secara keseluruhan, berita ini dapat dijadikan acuan bagi penulis berita lain
yang hendak memberikan informasi terkait kesehatan mental remaja dan anak selama masa
pandemi sebab berita ini memberikan informasi yang dapat dipercaya sebab dilengkapi dengan
data-data yang diperoleh dari sumber yang terpercaya. Selain itu, penulis dalam berita ini juga
memberikan saran kepada masyarakat khususnya para orang tua dalam meningkatkan kesehatan
mental anak dengan menciptakan suasana yang aman dan nyaman bagi anak di rumah.
Azmi, Nabila. Dampak Pandemi Terhadap Kesehatan Mental Remaja. Hello Sehat. 01
April 2021. Web. 01 November 2021
<https://hellosehat.com/infeksi/covid19/dampak-pandemi-mental-remaja/>.
Pandemi COVID-19 telah memengaruhi hampir setiap aspek dalam kehidupan, termasuk
aktivitas harian masyarakat, terutama kelompok anak dan remaja. Awalnya mungkin beberapa
remaja merasa hal ini adalah kesempatan mereka untuk berlibur. Namun seiring dengan
berjalannya waktu dampak pandemi ternyata berpengaruh terhadap mental remaja. Berita ini
bertujuan untuk memberikan informasi mengenai dampak pandemi terhadap kesehatan mental
remaja. Berita ini menjelaskan bahwa kebanyakan remaja terlihat murung, sedih, atau kecewa
ketika menjalani karantina di rumah selama pandemi COVID-19. Selain itu, dampak pandemi
terhadap kesehatan mental remaja juga cukup memberikan pengaruh bagi remaja dengan
keluarga yang kurang mampu dan berada dalam etnis minoritas dimana mungkin memiliki
kekurangan sumber daya untuk melanjutkan sekolah dari rumah, seperti akses internet. Oleh
sebab itu dalam hal ini, orang tua dan masyarakat sekitar perlu memberi perhatian khusus pada
masalah ini. Masalah-masalah tersebut menjadi dampak yang sangat berpengaruh terhadap
kesehatan mental remaja pada masa pandemi saat ini. Secara keseluruhan, berita ini dapat
dijadikan acuan bagi penulis berita lain yang hendak memberikan informasi terkait kesehatan
mental remaja pada masa pandemi sebab berita ini menyajikan berita yang disertai dengan fakta
yang berasal dari penelitian dunia yang menjadikan berita ini dapat dipercaya oleh masyarakat.
Selain itu, berita ini juga memberikan saran dan masukan terhadap masalah yang sedang dibahas
di dalam berita, seperti gejala yang perlu diwaspadai orang tua ketika remaja dan anak
mengalami stres yang berdampak pada kesehatan mental serta memberikan tips yang dapat
dilakukan untuk menjaga kesehatan mental remaja pada masa pandemi.
Halidi, Risna. (2021, Maret 14). suaramerdeka.com. Retrieved from
https://www.suara.com/health/2021/03/14/153000/setahun-pandemi-covid-19-kesehatan-ment
al-generasi-muda-makin-memburuk
Latar belakang : Menurunnya kualitas kesehatan mental pada generasi muda akibat
adanya pandemic Covid-19. Kondisi ini merenggut 80 persen remaja di seluruh
dunia mengalami penurunan drastis kondisi kesehatan mental selama masa
pandemic. Selain adanya penurunan kualitas terdapat penanganan kekecewaan
yang menyebabkan remaja dapat memperburuk keadaan kesehatan mentalnya
sehingga menjadi top global blind spot atau dapat dibilang dengan resiko global
yang paling bisa terabaikan selama berlangsungnya pandemic Covid-19
Tujuan : Kondisi kesehatan mental dengan pandemic covid-19 sangat mempengaruhi
satu sama lain dengan berbagai aspek perekonomian tetapi dengan adanya
pandemic ini memerlukan adanya upaya untuk melakukan investasi dalam setiap
penanganan kondisi kesehatan mental agar menjadi lebih terfokustan dalam
memilih proses pemulihan pasca pandemic, selain itu remaja dapat menggunakan
saluran dimanapun mereka dapat menggunakan suara tersebut sehingga dapat
memberikan kontribusi penuh dalam pemulihan global ini untuk masa depan yang
cemerlang.
Audiens yang dituju : Penelitian ini dapat diungkap dalam laporan Risiko Global 2021
yang diterbitkan oleh world economic forum. Laporan ini menuliskan bahwa 80
persen remaja diseluruh dunia telah mengalami penurunan kondisi kesehatan
mental selama berlangsungnya masa pandemic Covid-19. Berdasarkan data yang
didapatkan dari Risiko Global 2021 oleh WEF dan Zurich mengatakan
bahwasanya kondisi kesehatan mental remaja memburuk akibat adanya prosepek
ekonomi serta sarana Pendidikan yang sangat terbatas.
Kesimpulan : Dalam situasi kesehatan mental ini merupakan salah satu masalah yang
kompleks sehingga tidak bisa diselesaikan secara individual. Untuk memulihkan
kesehatan mental pada remaja dapat dilakukan dengan mendorong semua
pemangku kepentingan untuk bekerja sama dan mencari solusi agar kesehatan
mental remaja tetap membaik dan mencegah bencana masa depan dikalangan
remaja.
Analisis isi berita : Melambatnya angka perekonomian pada masa pandemic tengah
meningkat dengan jumlah pengangguran yang sangat signifikan , terutama
generasi muda yang akan memasuki dunia kerja. Hal ini disebabkan oleh adanya
kesenjangan digital selama pandemic.
Halidi, Risna and Lilis Varwati. "Setahun Pandemi Covid-19: Kesehatan Mental Generasi
Muda Makin Memburuk". Suara.com. 14 Maret 2021. Web. 1 November 2021
<https://www.suara.com/health/2021/03/14/153000/setahun-pandemi-covid-19-ke
sehatan-mental-generasi-muda-makin-memburuk>
Latar Belakang : Kualitas kesehatan mental generasi muda menurun akibat pandemi Covid-19.
Kondisi itu diungkap dalam laporan Risiko Global 2021 yang diterbitkan World Economic
Forum (WEF) bersama Zurich Insurance Group (Zurich).
Tujuan : Penelitian yang dipublikasikan di suara.com ini bertujuan untuk melihat kesehatan
mental yang dialami generasi muda yang makin memburuk dalam setahun terakhir.
Audiens yang dituju : Tertulis dalam laporan, 80 persen anak muda di seluruh dunia mengalami
penurunan kondisi kesehatan mental selama pandemi. Data dari Risiko Global 2021 oleh WEF
dan Zurich dijelaskan bahwa memburuknya kondisi kesehatan mental anak muda diakibatkan
oleh prospek ekonomi dan pendidikan yang terbatas.
Kesimpulan : Berdasarkan penelitian, berita ini menyebutkan bahwa selama pandemi Covid-19,
perlu adanya upaya investasi dalam penanganan kondisi kesehatan mental juga menjadi fokus
dalam proses pemulihan pasca pandemi. Selain itu, generasi muda juga harus memiliki saluran di
mana mereka dapat bersuara dan memberikan kontribusi dalam pemulihan global untuk masa
depannya.
Analisis isi berita : Secara keseluruhan, berita ini dapat dijadikan acuan bagi penulis berita lain
yang hendak memberikan informasi terkait melambatnya ekonomi selama masa pandemi juga
telah meningkatkan jumlah pengangguran yang signifikan, terutama generasi muda yang baru
memasuki dunia kerja. Menurut WEF dan Zurich, anak muda di kawasan terpencil lebih berisiko
menganggur dengan adanya kesenjangan digital selama pandemi. Ketika anak muda di perkotaan
lebih cepat beradaptasi dan berkembang pada era digitalisasi, sedangkan anak muda di pedesaan
masih kesulitan mengimbangi minimnya akses dan infrastruktur digital sehingga menurunkan
kesehatan mental remaja.
Oktari, Rosi. "Perhatikan Kesehatan Mental Remaja Saat Pandemi COVID-19." Januari
2021. Indonesiabaik.id. 02 November 2021.
<https://indonesiabaik.id/infografis/perhatikan-kesehatan-mental-remaja-saat-pan
demi-covid-19>.
Penutupan sekolah dan dibatalkannya berbagai aktivitas penting mengakibatkan remaja
kehilangan moment dalam kehidupannya. Para remaja bukan hanya kecewa tetapi
mengakibatkan kecemasan dan perasaan terisolasi yang membebani akibat pandemic Covid
-19.Tujuan berita ini untuk memperhatikan kesehatan mental remaja yang terganggu akibat
pandemi Covid-19.Penelitian ini melibatkan anak- anak dan remaja di bawah 18 tahun dari
seluruh dunia (2,34 miliar) tinggal di salah satu dari 186 negara dengan beberapa bentuk
pembatasan gerakan yang berlaku karena COVID-19. Sebanyak 60 persen anak tinggal di salah
satu dari 82 negara dengan lockdown penuh (7 persen) atau sebagian (53 persen) – yang
jumlahnya mencakup 1,4 miliar jiwa muda. Berdasarkan berita ini menyebutkan bahwa selama
pandemi Covid-19, menimbulkan kecemasan dan perasaan terisolasi yang membebani. yang bisa
dilakukan untuk mengatasi kesehatan mental remaja dengan memberikan pengertian pada remaja
untuk bisa menyadari bahwa kecemasannya adalah hal yang wajar. Kecemasan yang dialami
remaja adalah fungsi normal dan sehat yang bisa membuat kita waspada terhadap ancaman, dan
membantu kita untuk mengambil tindakan untuk melindungi diri. Mencari informasi yang benar
dari sumber terpercaya, mengurangi bermain sosial media, serta membatasi menonton/melihat
berita tentang virus corona juga bisa mengurangi kecemasan yang dirasakan pada remaja.Secara
keseluruhan, berita ini dapat dijadikan acuan bagi penulis berita lain yang hendak memberikan
informasi terkait kesehatan mental remaja dan anak selama masa pandemi sebab berita ini
memberikan informasi yang dapat dipercaya sebab dilengkapi dengan data-data yang diperoleh
dari sumber yang terpercaya. Selain itu, penulis dalam berita ini juga memberikan saran kepada
masyarakat khususnya para orang tua dalam meningkatkan kesehatan mental anak dengan
menciptakan suasana yang aman dan nyaman bagi anak di rumah.
Unisef. "Dampak COVID-19 terhadap rendahnya kesehatan mental anak-anak dan
pemuda hanyalah ‘puncak gunung es’ - UNICEF." 5 Oktober 2021. Unisef. 02
November 2021.
<https://www.unicef.org/indonesia/id/press-releases/dampak-covid-19-terhadap-re
ndahnya-kesehatan-mental-anak-anak-dan-pemuda-hanyalah>.
Latar Belakang : UNICEF memperingatkan bahwa anak-anak dan remaja berpotensi
mengalami dampak jangka panjang dari COVID-19 terhadap kesehatan mental mereka.Menurut
laporan berjudul The State of the World’s Children 2021; On My Mind: promoting, protecting
and caring for children’s mental health paling komprehensif tentang kesehatan mental
anak-anak, remaja, dan pengasuh mereka di abad ke-21 – sebelum COVID-19 pun anak-anak
dan remaja sudah menanggung beban kesehatan mental tanpa ada investasi yang bermakna untuk
mengatasi masalah ini.
Tujuan : Penelitian yang dipublikasikan unicef.org ini bertujuan mengetahui dampak Covid-19
terhadap kesehatan dan kesejahteraan mental anak-anak dan orang muda terus memburuk
Audiens yang dituju : Tertulis dalam laporan, the State of the World’s Children 2021 – terdapat
median 1 dari 5 anak muda usia 15-24 tahun yang di dalam survei yang menyatakan mereka
sering merasa depresi atau rendah minatnya untuk berkegiatan. Laporan tersebut dari survei
internasional terhadap anak-anak dan orang dewasa di 21 negara yang dilaksanakan oleh
UNICEF dan Gallup
Kesimpulan : Berdasarkan penelitian, berita ini menyebutkan bahwa Memasuki tahun ketiga
pandemi COVID-19, dampak pandemi terhadap kesehatan dan kesejahteraan mental anak-anak
dan orang muda terus memburuk. Data terkini dari UNICEF menunjukkan bahwa, secara global,
setidaknya 1 dari 7 anak mengalami dampak langsung karantina, sementara 1,6 miliar anak
terdampak oleh terhentinya proses belajar mengajar. Gangguan terhadap rutinitas, pendidikan,
rekreasi, serta kecemasan seputar keuangan keluarga dan kesehatan membuat banyak anak muda
merasa takut, marah, sekaligus khawatir akan masa depan mereka.
Analisis isi berita : Secara keseluruhan, berita ini dapat dijadikan acuan bagi penulis berita lain
yang hendak memberikan informasi terkait dampak dari covid 19 bagi kesehatan anak yang
disertai beberapa laporan serta hasil survei dari berbagai lembaga yang meneliti terkait kesehatan
mental anak selama pandemi.
BUKU
Mewujudkan Remaja Sehat Fisik, Mental dan Sosial: (Model Intervensi Health Educator
for Youth). N.p., Airlangga University Press, 2020.
Latar Belakang : Perubahan ini adalah efek dari latar belakang stres sehingga tidak dapat
dideteksi oleh individu. dengan beberapa faktor pernyataan mengapa stress ini memicu masalah
kesehatan mental pada remaja. Permasalahan ini dapat ditinjau secara kelompok sehingga dapat
diambil oleh beberapa faktor dengan persetujuan yang lainnya. Dalam kelompok harusnya saling
bersama untuk mencapai suatu tujuan. Kesehatan mental remaja akan menghadapi segala macam
permasalahan baru dengan satu tingkatan yang lebih sulit daripada masalah yang mereka peroleh
sebelumnya. Remaja cenderung merasa lebih banyak mendapatkan suatu masalah sampai mereka
dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan sendirian.
Tujuan: Tujuan yang paling utama dalam melakukan perencanaan agar dapat membantu remaja
sehingga lebih fokus pada tugas yang seharusnya mereka laksanakan dalam batasan waktu yang
telah direncanakan. Hal ini dapat memberikan suatu informasi tentang gizi yang baik dan
seimbang bagi remaja serta dapat memberikan informasi mengenai akibat dari kurangnya gizi
bagi usia remaja.
Metode: metode yang digunakan yaitu metode edukasi dan entertainment (Edutainment).
efektifitas edutainment ini dilakukan evaluasi melalui penelitian. Desain penelitian ini
menggunakan quasi experiment with control grup dengan durasi 45 menit.
Hasil: Dari hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa keefektifan metode edutainment sebagai
upaya untuk meningkatkan pembelajaran pada usia remaja. Pembelajaran ini dapat dikemas
dengan suasana senang terhibur serta bereksperimen sehingga hasilnya tidak terlalu
membosankan, tetapi dapat berupa suatu arena hiburan yang edukatif dan menyenangkan bagi
peserta didik
Kesimpulan: Desain kesehatan mental yang dilakukan dengan menggunakan quasi experiment
with control group. melakukan aktivitas yang akan membuat remaja merasa senang.
Menyediakan sarana hiburan seperti bercerita, mentonton video, berkelompok atau dengan
melakukan bentuk pembelajaran melalui game dan membuat film mini dari hasil karya remaja
sendiri.