DAFTAR ISI MODUL
COVER .....................................................................................................................
DAFTAR ISI MODUL ............................................................................................ i
PENDAHULUAN..................................................................................................... ii
A. Deskripsi Materi............................................................................................. 1
B. Petunjuk Belajar............................................................................................. 2
C. Capaian Pembelajaran.................................................................................... 3
D. Pokok-Pokok Materi ...................................................................................... 3
E. Uraian Materi ................................................................................................. 4
RINGKASAN ........................................................................................................... 16
GLOSARIUM........................................................................................................... 16
SOAL LATIHAN EVALUASI 17
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………. 21
i
PENDAHULUAN
Pencegahan Stunting Pada Remaja
Modul ini akan memberikan pemahaman dan kemampuan kepada
mahasiswa untuk memahami lebih dalam pencegahan stunting pada
remaja yang diharapkan dapat menjadi bekal sebagai seorng calon ibu
yang akan melahirkan generasi bangsa. Topik pada modul ini akan
membahas mengenai definisi stunting, faktor-faktor yang memengaruhi
stunting, definisi remaja, dan pemicu stunting pada remaja.
Modul ini terdiri dari 1 Kegiatan Belajar
Pada akhir Modul ini anda diharapkan dapat:
Mengetahui definisi stunting, faktor-faktor yang memengaruhi stunting
serta strategi mengatasi stunting
1
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
Modul ini terdiri dari satu kegiatan belajar. Kegiatan belajar ini akan
menguraikan tentang definisi stunting, pencegahan stunting, dan stategi
mengatasi stunting.
1. Bagi Siswi
Untuk memperoleh hasil belajar secara maksimal dalam
menggunakan modul ini, maka langkah-langkah yang dilakukan
antara lain:
• Bacalah dan pahamilah secara seksama uraian-uraian materi
yang ada pada kegiatan belajar
• Kerjakan semua tugas formatif (soal latihan) untuk mengathui
seberapa besar kepahaman terhadap materi
• Jika belum memahami materi yang disampaikan bertanyalah
2. Bagi peneliti
Dalam kegiatan belajar peneliti berperan untuk:
• Menjelaskan materi yang disampaikan kepada siswa dalam
proses belajar
• Membimbing siswa dalam memahami konsep
2
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini diharapkan mampu memahami konsep
dasar:
1. Stunting
✓ Definisi Stunting
✓ Faktor yang Memengaruhi Terjadinya Stunting
✓ Dampak Stunting
✓ Pemicu Stunting
✓ Pencegahan Stunting
2. Remaja
✓ Definisi Remaja
POKOK MATERI 1
Setelah mempelajari pokok materi ini, anda diharapkan dapat
memahami tentang materi pencegahan stunting. Secara khusus anda
diharapkan dapat menjelaskan tentang (1) Pengertian stunting dan
remaja, (2) Faktor yang memengaruhi terjadinya stunting, (3) Pemicu
stunting bagi remaja, (4) Dampak Stunting dan (5) Pencegahan Stunting.
Tentunya anda sudah pernah melihat bahkan mungkin mempelajari
materi mengenai stunting bukan? Stunting umumnya merupakan masalah
gizi yang dialami oleh seorang anak yang memberikan dampak panjang
maupun dampak pendek.
3
Untuk mengingatkan anda pada pencegahan stunting yang dapat di
lakukan oleh remaja, silahkan menyaksikan.
Bagaimana? Apakah anda sudah mulai memahami Peran
Remaja dalam Pencegahan Stunting? Untuk memperkuat
kedalaman materi mengenai pencegahan stunting, berikut beberapa
materi yang terkait dengan konsep pencegahan stunting.
Dibawah ini, anda juga bisa membaca materi mengenai
Pencegahan Stunting secara ringkas melalui power point, silahkan
menekan icon power point di bawah ini.
4
PENCEGAHAN STUNTING PADA REMAJA
A. Definisi Stunting
Stunting merupakan suatu kondisi yang terjadi akibat adanya kurangnya
asupan gizi yang didapatkan mulai dari janin. Oleh karena itu, masalah stunting
harus di edukasikan sejak remaja karena kaitannya antara remaja dan stunting
siklus. Apabila asupan gizi sejak remaja sudah kurang maka ia berisiko
mempunyai anak kurang gizi dan si anak akan mencontoh pola makan ibunya
dan terus berputar. (Mardiana, 2019)
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Stunting
Status gizi pada dasarnya ditentukan oleh dua hal, yaitu makanan yang
dimakan faktor yang memengaruhi terjadinya stunting dan keadaan sehat.
Kualitas dan kuantitas makanan seorang tergantung pada kandungan gizi
makanan tersebut. (Khodijah Parinduri, 2021)
1. Asupan Zat Gizi
a. Asupan Zat Gizi
Defisiensi zat gizi yang paling berat dan meluas terutama akibat
kekurangan zat gizi sebagai akibat kekurangan konsumsi makanan dan
hambatan mengabsorbsi zat gizi. Asupan makan yang tidak adekuat
merupakan penyebab langsung terjadinya stunting. Kurangnya asupan
energi dan protein menjadi penyebab gagal tumbuh telah banyak
diketahui.
Faktor-faktor yang mempengaruhi asupan gizi yaitu;
5
1) Daya Beli Keluarga
Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang menyebabkan
orang-orang tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang
dibutuhkan. Anak yang tumbuh dalam suatu keluarga kurang
mampu paling rentan terhadap kurang gizi.
2) Tingkat Pendidikan Ibu
Pendidikan ibu menjadi modal utama dalam menunjang
ekonomi keluarga. Bagi keluarga dengan tingkat Pendidikan yang
tinggi akan lebih mudah menerima informasi, khususnya tentang
informasi dibidang gizi.
3) Riwayat Kehamilan
Risiko kehamilan akan terjadi pada ibu yang melahirkan dengan
usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun erat kaitannya
dengan terjadinya kanker rahim dan BBLR, bayi yang BBRL akan
berpotensi untuk menjadi stunting. Kehamilan dengan
KEK/Kurang energi kronis merupakan keadaan dimana ibu
penderita kekurangan makanan yang berangsung menahun yang
mengakibatkan timbulna gangguan kesehatan pada ibu. Risiko
KEK jika ukuran LILA <23,5 cm. ibu yang hamil menderita KEK
dan anemia berisiko mengalami Intrauterine Growht Retardation
(IUGR atau pertumbuhan janin terhambat)
Hubungan antara frekuensi pemeriksaan dengan terjadinya
BBLR adalah semakin kurang frekuensi pemeriksaan kehamilan
makan semakin meningkatnya resiko sebanyak 1,5-5 kali untuk
mendapatkan BBLR.
C. Dampak Stunting
Dampak yang ditimbulkan stunting dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Dampak Jangka Pendek
6
a) Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian
b) Perkembangan kognitif, motoric, dan verbal pada anak tidak optimal
c) Peningkatan biaya kesehatan
2. Dampak Jangka Panjang
a) Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa
b) Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya
c) Menurunnya kesehatan reproduksi
d) Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat masa sekolah
e) Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal.
Tidak hanya itu, dampak bagi bangsa Indonesia adalah menghambat
pembangunan di Indonesia, menurunkan daya saing bangsa, menghambat
pertumbuhan ekonomi dan berdampak pada kerentanan pada penyakit.
D. Pemicu Stunting Bagi Remaja
1. Anemia
Wanita dan remaja putri membutuhkan zat besi 2 kali lebih banyak dari
pria, karena remaja putri mengalami haid dan akan kehilangan darah waktu
melahirkan. Zat besi dibutuhkan untuk memproduksi darah dalam tubuh.
Selain itu umumnya wanita kurang mengkonsumsi makanan yang
mengandung zat besi seperti daging, ikan ,hati, sayur berwarna tua, kacang-
kacangan dan buah-buahan. (Mardiana, 2019)
Solusi untuk mencegah terjadinya anemia bagi remaja putri seperti;
a) Minum Tablet Tambah Darah (TTD)
b) Makan makanan yang kaya zat besi terutama dari sumber hewani.
c) Makanan sebagai sumber zat besi yang baik berasal dari hewani
seperti: hati sapi, hati ayam, daging, ikan, telur, dll.
d) Pencegahan Anemia Remaja dengan minum TTD 1 x tiap minggu
selama 52 minggu.
7
2. Kurang Energi Kronik/KEK
Kekurangan Energi Kronis adalah masalah gizi yang disebabkan karena
kekurangan asupan makanan dalam waktu yang cukup lama, hitungan
tahun. KEK biasanya terjadi pada wanita usia subur yaitu wanita yang
berusia 15-45 tahun. Wanita Usia Subur yang mempunyai lingkar lengan
atas yang kurang dari 23,5 cm dapat dikatakan ia mengalami kekurangan
gizi kronis. Kekurangan gizi pada anak remaja dapat dilihat menggunakan
IMT. Pengukuran indeks massa tubuh (IMT) yang sering kali dijadikan
tolak ukur status gizi orang dewasa tidak bisa digunakan pada anak. Indeks
massa tubuh (IMT) adalah penilaian status gizi untuk usia dewasa dengan
melakukan perbandingan berat badan dalam kilogram dengan tinggi badan
dalam meter kuadrat. (Teja, 2019)
Rekomendasi Penambahan Berat Badan
Berdasarkan Indeks Massa Tubuh
Kategori IMT
Rendah <19,8
Normal 19,8-26
Tinggi 26-29
Obesitas >29
Sumber : Rismalinda, 2015
Pencegahan KEK bisa dilakukan dengan mengkonsumsi makanan
dengan gizi seimbang dan meningkatkan porsi makan. Makanan beraneka
ragam makanan yaitu sumber karbohidrat, lauk hewani, lauk nabati dan
sayur dan buah dan minum air putih 8 gelas atau 2 liter perhari.
E. Obesitas
8
Kondisi kelebihan berat badan yang didefinisikan sebagai ukuran lipatan
kulit yang melebihi 85 persen. (Teja, 2019)
Bahwa faktor-faktor terjadinya obesitas bagi remaja putri adalah
1. Faktor lingkungan/Gaya Hidup
a) Konsumsi fast-food dan soft-drink
b) Pergaulan remaja yang cenderung mengkonsumsi fast-food dan soft
drink untuk menciptakan citra diri yang modern dalam komunitasnya.
c) Kurangnya aktivitas fisik (olahraga), lebih banyak menghabiskan
waktunya untuk :
- Menonton tv
- browsing internet
- Bermain video game.
2. Faktor Genetik
Kedua orang tua obesitas memiliki kemungkinan 80% Anak Obesitas.
Salah satu orang tua obesitas memiliki kemungkinan 40% Anak Obesitas.
Tidak ada orang tua yang obesitas memiliki kemungkinan 14% Anak
Obesitas .
Obesitas memiliki dampak negatif bagi remaja putri seperti:
a) Penyakit metabolik dan degeneratif, juga kanker
b) Kematian dini umur rata-rata 7 tahun lebih pendek
c) Menghambat perkembangan psikososial bagi anak, remaja dan dewasa
muda.
Obesitas dapat dihindari dengan melakukan pemberdayaan masyarakat
untuk ber PHBS terutama GHS (Gaya Hidup Sehat) seperti :
a) Makan bergizi seimbang. Energi cukup, rendah lemak (dan
kolesterol), tinggi serat. Bagi obes energi berkurang 10-5%
b) Aktivitas fisik, minimal 30 menit sehari, 4 kali /minggu denyut jantung
naik, berkeringat bakar energi.
c) Hindari alkohol, rokok, narkoba dan lain-lainnya.
9
F. Pencegahan Stunting pada Remaja
Menurut (Kemenkes RI, 2016) Upaya yang dapat dilakukan untuk pencegahan
stunting pada remaja antara lain ;
1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat/PHBS
Terciptanya masyarakat yang sadar kesehatan dan memiliki bekal
pengetahuan dan kesadaran untuk menjalani perilaku hidup yang menjaga
kebersihan dan memnuhi standar kesehatan.
Manfaat PHBS antara lain:
a) Mencegah penyakit infeksi
b) Mendukung Produktivitas
c) Mendukung tumbuh kembang anak
d) Melestarikan kebersihan
2. Kesehatan Reproduksi
Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan Reproduksi
adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, yang tidak
semata-mata bebas dari penyakit atau kecatatan, yang berkaitan dengam
sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya.
Peraturan Pemerintah nomor 71 tahun 2O14 menjelaskan bahwa setiap
orang berhak memperoleh pelyanan reproduksi yang bermutu, aman dan
dapat dipertanggungjawabkan, dimana peraturan ini juga menjamin
kesehatan perempuan dalam usia reproduksi sehingga mampu melahirkan
generasi yang sehat, berkualitas yang nantinya berdampak pada penurunan
angka kematian ibu.
Kurangnya edukasi terhadap hal yang berkaitan dengan reproduksi
nyatanya bisa memicu terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Kuatnya
norma sosia yang menganggap seksualitas adlah hal yang tabu akan
berdampak pada kuatnya penolakan terhadap usulan agar pendidikan
seksualitas terintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan.
Masalah terkait seksualitas daan stunting yang masih banyak dihadapi oleh
remaja, antara lain:
10
a) Perkawinan dan Pernikahan Dini
Pernikahan dini umumnya lebih sering terjadi di pedesaan.
Alasan terjadi pernikahan dini yaitu pergaulan bebas seperti hamil
diluar nikah. Remaja yang menikah di usia dini, baik secara fisik
maupun biologis belum siap untuk melahirkan, mengingat organ
reproduksi belum cukup matang untuk bisa mengandung yang
menjadikan tinggi akan resiko bagi calon ibu tersebut. Perempuan
dengan usia kurang dari 20 tahun yang menjalani kehamilan sering
mengalami kekurangan gizi dan anemia. Mengingat anak remaja yang
menikah dengan usia kurang dari 20 tahun masih mengalami proses
pertumbuhan, jika hamil maka kalsium yang seharusnya untuk remaja
tersebut akan tersalurkan ke bayi. Begitupula dengan ukuran panggul
anak remaja yang belum siap untuk melahirkan mengingat usia yang
masih tergolong muda (Kemenkes RI, 2016).
b) Pola Gizi Seimbang
Gizi adalah zat-zat pembangun tubuh manusia dalam rangka
mempertahankan dan memperbaiki jaringan-jaringan agar fungsi
tubuh dapat berjalan sebagaimana mestinya. Gizi seimbang adalah
susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dengan
jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan
memperhatikan prinsip atau pilar gizi seimbang.
Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak menjadi
dewasa. Pada masa ini mana pertumbuhan fisik, mental, dan emosional
berubah sangat cepat. Pada saat proses pematangan fisik, terjadilah
perubahan komposisi tubuh baik tinggi badan maupun berat badan
yang akan mempengaruhi status kesehatan dan gizi seseorang.
Makanan dengan gizi seimbang dan pola makan sehat sangat penting
pada periode ini untuk membantu tumbuh dan berkembang dengan
baik.
11
Pemenuhan gizi dalam tubuh yang menjadi dasar untuk tenaga antara
lain :
(1) Karbohidrat
Karbohidrat dikenal sebagai zat gizi makro sumber
“bahan bakar” (energi) utama bagi tubuh. Sumber karbohidrat
utama dalam pola makanan Indonesia adalah beras. Di beberapa
daerah, selain beras digunakan juga jagung, ubi, sagu, sukun dan
lain-lain. Sebagian masyarakat, terutama dikota, juga
menggunakan mie dan roti yang dibuat dari tepung terigu.
Karena sebagian besar energi berasal dari karbohidrat, maka
makanan sumber karbohidrat digolongkan sebagai makanan
pokok.
(2) Protein
Makanan yang tinggi protein biasanya tinggi lemak
sehingga dapat menyebabkan obesitas. Kelebihan protein
memberatkan ginjal dan hati yang harus memetabolisme dan
mengeluarkan kelebihan nitrogen. Batas yang dianjurkan untuk
konsumsi protein adalah dua kali Angka Kecukupan Gizi
(AKG) untuk protein. Menganjurkan angka kecukupan gizi
(AKG) protein untuk remaja 1,5 - 2,0 gr/kg BB/hari. AKG
protein remaja dan dewasa muda adalah 48-62 gr per hari untuk
perempuan dan 55-66 gr per hari untuk laki-laki.
(3) Lemak
Lemak juga sebagai sumber asam lemak esensial yang
diperlukan oleh pertumbuhan, sebagai sumber suplay energi
yang berkadar tinggi, dan sebagai pengangkut vitamin yang
larut dalam lemak. Cara yang digunakan untuk mengurangi diet
berlemak adalah dengan memanfaatkan aneka buah dan sayur
dan produk padi-padian dan serelia : juga dengan memilih
makanan rendah lemak dan daging tanpa lemak.
12
(4) Serat
Serat jumlahnya berlimpah, fungsinya pada tubuh
adalah untuk melancarkan proses pengeluaran tubuh. Sumber
yang baik dari diet, misalnya ; seluruh produk padi-padian,
beberapa jenis buah dan sayur, kacang-kacangan kering, dan
biji-bijian. Bila kekurangan asupan mungkin menimbulkan
absorpsi mineral berkurang. Meskipun serat bukan zat gizi
tetapi keberadaan serat diperlukan sekali. Serat tidak dapat
dicerna oleh manusia tetapi dapat dicerna oleh bakteri dan
organism lain. serat diperlukan untuk membentuk ‘bulk’
(volume) dalam usus.
(5) Zat Besi
Remaja adalah salah satu kelompok yang rawan
terhadap defesiensi zat besi, dapat mengacu semua kelompok
status sosial ekonomi, terutama yang berstatus ekonomi rendah.
Penyebab sebagian besar oleh karena ketidakcukupan asimilasi
zat besi yang berasal dari diet, zat besi dari cadangan dalam
tubuh dengan cepatnya pertumbuhan dan kehilangan zat besi.
Kebutuhan zat besi meningkat pada remaja oleh karena
terjadi pertumbuhan yang meningkat ekspansi volume darah
dan masa otot. Peran zat besi penting untuk mengangkut oksigen
dalam tubuh dan peran lainnya dalam pembentukan sel darah
merah gadis yang menstruasi membutuhkan tambahan zat besi
yang lebih tinggi.
Kebutuhan zat besi rata-rata pada saat anak prapubertas
adalah 10 mg/hari diet remaja hanya mengandung 6 mg/1000
kkal, sehingga pada gadis yang umumnya membutuhkan kalori
yang lebih rendah akan kesulitan untuk mencukupi kebutuhan
zat besinya. Kekurangan zat besi akan menyebabkan defesiensi
besi, atau anemia besi, sebaliknya kelebihan asupan pada pasien
13
dengan predisposisi genetic tertentu menyebabkan overioad zat
besi, sumber zat besi yang baik dalam diet, hati, daging sapi,
kacang kering, bayam, dan padi-padian dan serelia yang
diperkaya.
(6) Kalsium
Kalsuim yang penting pada remaja untuk pembentukan
dan pertumbuhan tulang sehingga tulang dapat terpenuhi. Pada
remaja putri asupan kalsium lebih rendah dari kebutuhan sehari-
hari yang dianjurkan sekitar lebih dari 50% remaja putri diet
dengan kalsium kurang dari 70% kebutuhan kalsium sehari.
Faktor utama yang mempengaruhi kalsium adalah kecukupan
asupan vitamin baik dari diet maupun sinar matahari.
(7) Vitamin
Vitamin A merupakan nutrisi yang larut dalam lemak,
esensial untuk mata, tulang, pertumbuhan, pertumbuhan gigi,
sel reproduksi dan intregitas system imun. Fungsi vitamin C
dalam pembentukan kolagen, tulang dan gigi, promasi absorpsi
zat besi ; melindungi vitamin lain dan mineral dari oksidasi
(antioksidan). Rata-rata asupan vitamin C remaja laki-laki 121
mg/hari, dan pada gadis 80 mg/hari. Asupan ini termasuk lebih
tinggi, yakni 50 mg/hari untuk usia remaja 11-14 tahun, dan 60
mg/hari untuk usia 15-18 tahun. Buah-buahan segar seperti
jeruk, tomat, kentang, sayur hijau tua, dan strawberi yang dijus
merupakan asupan vitamin C yang sangat baik untuk remaja.
Fungsinya sebagai antioksidan sumber vitamin E yang baik
dalam dalam diet, minyak dan lemak sayur-sayuran, beberapa
produk sereal, kacangkacangan dan beberapa ikan laut. Asupan
yang tidak menimbulkan frogilitas sel darah merah.
G. Remaja
14
1. Definisi Remaja
World Health Organization (2018) mendefinisikan remaja sebagai
periode tumbuh 10-19 tahun. Remaja merupakan masa percepatan
pertumbuhan kedua yang cepat setelah anak-anak. Masa remaja ditandai
dengan percepatan pertumbuhan fisik, kematangan seksual, psikologis, dan
perubahan perilaku sehingga membawa transformasi dari anak-anak menjadi
dewasa.
Menurut (Putri, 2021), Remaja dapat dikelompokkan ke dalam tiga
tahap perkembangan, yaitu:
a. Remaja awal (10/13 - 14/15 tahun) yang ditandai oleh kejadian
pubertas dan peningkatan perkembangan kognitif, peningkatan yang
cepat dari pertumbuhan dan kematangan fisik.
b. Remaja pertengahan (14/15 – 17 tahun) yang ditandai oleh hampir
lengkapnya pertumbuhan pubertas, peningkatan kebebasan dan
eksperimentasi.
c. Remaja akhir (18-21 tahun) merupakan suatu masa pembuatan
keputusan personal dan yang berhubungan dengan pekerjaan.
2. Perubahan Fisik pada Remaja
Menurut (Khodijah Parinduri, 2021), menyebutkan bahwa selama masa
remaja, mereka mengalami beberapa perubahan perkembangan fisik,
diantaranya:
a) Pertambahan berat dan tinggi badan yang cepat
Pertambahan berat merupakan hasil dari peningkatan lemak
pada perempuan dan perkembangan otot pada laki-laki.
b) Perkembangan karakteristik seks sekunder
Perkembangan seks sekunder adalah tanda-tanda fisik yang
muncul pada pria dan wanita pada masa pubertas sebagai akibat dari
matangnya hormon seksual. Contoh seks sekunder pada pria adalah
tumbuhnya kumis, tubuh berotot dan tumbuhnya jenggot. Sedangkan
15
ciri seks sekunder pada wanita adalah tumbuhnya payudara dan
pinggul membesar.
a) Perkembangan otak berkelanjutan
Riset terakhir menunjukkan bahwa otak remaja belum
berkembang secara sempurna sampai akhir remaja. Beberapa
studi mengusulkan bahwa hubungan antara sel saraf yang
memengaruhi emosi, fisik dan kemampuan mental belum
sempurna.
Menurut (Amaliah et al., 2012), bahwa intervensi pada remaja
puteri mempunyai manfaat yang terkait reproduksi:
1) Meningkatkan berat badan sebelum hamil dan cadangan
gizi, yang berkontribusi terhadap perbaikan outcome
kehamilan dan laktasi;
2) Memperbaiki status besi dengan berkurangnya resiko
anemia pada masa hamil, berat badan lahir rendah, kesakitan
dan kematian ibu, meningkatkan produktivitas kerja dan
pertumbuhan linier;
3) Memperbaiki status folat, serta berkurangnya anemia
megaloblastic pada masa kehamilan.
16
RINGKASAN MODUL
Stunting merupakan kondisi yang terjadi akibat adanya kurangnya asupan gizi
yang didapatkan mulai dari janin. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
stunting yaitu asupan gizi, riwayat kehamilan, pemberian ASI ekslusif, dan pemberian
MP ASI.
Menurut World Health Organizatio (WHO) tahun 2018 remaja ialah periode
tumbuh pada usia 10-19 tahun. Ada beberapa faktor yang dapat memicu stunting pada
remaja yaitu anemia, KEK atau kurang gizi, obesitas, dan pernikahan dini.
GLOSARIUM : Kekurangan sel darah merah
Anemia
Antibody : Biadian system kekebalan yang bekerja untuk
melindungi tubuh dari bahaya virus, bakteri, kuman
BBLR dan zat asing bagi tubuh.
IMT
Kolostrum : Berat Badan Bayi Lahir Rendah.
LILA : Indeks Masa Tubuh
Sikluas
WUS : Cairan pertamaberwarna kunig yang dikeluarkan
oleh kelenjar payudara
: Lingkar Lengan Atas
: Kejadian yan berulang-ulang
: Wanita Usia Subur
17
LATIHAN EVALUASI
1. Apa yang dimaksud dengan stunting..
a. Anak kerdil/pendek
b. Anak lahir premature
c. Anak tinggi
d. Anak kelebihan berat badan
Penjelasan :
Stunting atau kerdil ialah keadaaan yang memiliki tinggi badan yang kurang
bila dibandingkan dengan usianya yang tampak saat bayi menginjak usia 2
tahun.
Jawaban : A
2. Stunting anak disebabkan oleh..
a. Kekurangan asupan gizi dan penyakit infeksi
b. Kekurangan zat gizi mikro
c. Kekurangan zat gizi makro
d. Kekurangan serat sayuran
Penjelasan :
Stunting di sebabkan oleh kurangnya asupa gizi dan penyakit infeksi yang
menyerang anak tersebut yang memberikan efek dampak panjang. Perlu
18
diketahui stunting itu bertumbuh pendek, sementara yang bertumbuh pendek
belum tentu stunting
Jawaban : A
3. Stunting pada anak merupakan..
a. Penyakit bawaan sejaka lahir
b. Penyakit menular
c. Penyakit tidak menular
d. Gangguan tumbuh kembang
Penjelasan :
Stunting adalah suatu keadaan yang tidak bisa disembuhkan melainkan bisa
dicegah sebelum mucul tanda dan gejala anak akan menjadi stunting.
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, stunting merupakan
gangguan tumbuh kembang yang melanda anak saat ini
Jawaban : D
4. Salah satu faktor yang memengaruhi asupan gizi, kecuali..
a. Daya beli keluarga
b. Tingkat pendidikan
c. Pengetahuan gizi ibu
d. Riwayat berobat
Penjelasan :
Menurut sulytyawati tahun 2018, faktor-faktor yang mempengaruhi asupan
gizi antara lain daya beli kelaurga, tingkat pendidikan ibu, pengetahuan gizi
ibu.
Jawaban : B
5. Berikut salah satu ciri-ciri anak stunting..
19
a. Pertumbuhan melambat
b. Pertumbuhan gigi cepat
c. Anak memiliki intelektual yang baik
d. Anak sudah tumbuh gigi
Penjelasan :
Pertubuhan melambuat merupakan salah satu ciri-ciri dari anak stunting
yang sudah tidak bisa disembuhakan.
Jawaban : A
6. Salah satu dampak jangka pendek dari stunting ialah
a. Peningkatan biaya kesehatan
b. Postur tubuh yang tidak optimal
c. Produktivitas dan kapasitas kerja uang optimal
d. Menurunnya kesehatan reproduksi
Penjelasan :
Menurut Patimah, 2013, dampak jangka pendek dari peningkatan
kejaidan kedoe dan kematian, perkemabnagn kognitif, motoric, dan vc,
dan peningkatan biaya kesehatan
Jawaban : A
7. Dibawah ini dampak jangka panjang stunting ialah
a. Menurunnya kesehatan reproduksi
b. Menurunnya risiko obesitas
c. Perkembangan anak tidak optimal
d. Peningkatan biaya kesehatan
Penjelasan :
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Dampak jangka
panjang dari stunting adalah postur tubuh yang tidak optimal,
meningkatnya risiko obesitas, menurunnya keshetan reproduksi,
produktivitsas.
20
Jawaban : A
8. Pemicu stunting bagi remaja yang sangat di hindari ialah
a. KEK
b. Anemia
c. Obesitas
d. Penikahan Dini
e. Perilaku gizi yang salah
Penjelasan :
Menurut Gillespie tahun 2017, pemicu stunting yang paling di hindari
dari pemicu pertama hingga terkahir ialah anemia, KEK, Obesitas,
Perilaku Gizi yang Salah.
Jawaban : A
9. Alat organ reproduksi yang terkena dampak dari pernikahan dini merupakan
dampak dari..
a. Dampak lingkungan
b. Dampak psikologis
c. Dampak Biologis
d. Dampak kesehatan Reproduki
Penjelasan ;
Dampak biologis ialah yang membahas alat-alat organ reproduksi yang
masih dalam proses menuju kematangan sehingga belum siap untuk
melakukan hubungan seks, dengan lawan jenisnya.
Jawaban : C
10. Apakah anak stunting dapat kembali normal?
21
a. Tidak dapat karena kekurangan gizi lama
b. Tidak daapt karena sudah menjadi keturunan
c. Dapat kembali normal, tanpa diberi makanan yang bergzi
d. Dapat kembali normal boila gizi diperbaiki
Penjelasan :
Menurut Ringkasan Dalam, perlu diingat, stunting itu pasti betumbuh
pendek, sementara yang bertubuh pendek belum tentu stunting
Jawaban : A
DAFTAR PUSTAKA
Amaliah, N., Sari, K., & Ch, R. B. (2012). Stunting Increased Risk of Delaying
Menarche on Female Adolescent Aged 10-15 Years. Penelitian Gizi Makanan,
35(2), 150–158.
Khodijah Parinduri, S. (2021). Optimalisasi Potensi Remaja Putri Dalam Pencegahan
Stunting Di Desa Wangunjaya Kecamatan Leuwisadeng Kabupaten Bogor.
Promotor, 4(1), 23. https://doi.org/10.32832/pro.v4i1.5518
Mardiana, S. (2019). Hubungan Tingkat Pendidikan dan pengetahuan Tentang Status
Gizi Dengan Angka Kejadian Stunting Di Desa Secangkang Kabupaten Langkat.
In Jurnal Ilmiah Maksitek (Vol. 3, Issue 2).
http://www.tjyybjb.ac.cn/CN/article/downloadArticleFile.do?attachType=PDF&
id=9987
Putri, E. T. (2021). Upaya Pemberdayaan Remaja Dalam Pendewasaan Usia
Pernikahan, Peningkatan Kesehatan Reproduksi, Pencegahan Stunting Dan
Pernikahan Dini. Jurnal Dharma Bakti, 4(2), 202–208.
Teja, M. (2019). Stunting Balita Indonesia Dan Penanggulangannya. Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI, XI(22), 13–18.
22