Jurnal Daftar Isi
KEDOKTERAN GIGI
Universitas Padjadjaran
Volume 32, No. 1, April 2020
Laporan Penelitian dan Laporan Kasus
1-8 Kadar hambat minimum dan kadar bunuh minimum ekstrak etanol lengkuas merah (Alpinia galanga l.)
Terhadap pertumbuhan candida albicans
Harunai Kamoda, Shelly Lelyana, Vinna Kurniawati Sugiaman
9 - 15 Pengaruh gel ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia) 5% terhadap peningkatan osteoblas pada
proses penyembuhan luka pasca pencabutan gigi tikus strain wistar
Jannatus Salis Sa’diyah, Dewi Ayu Septiana, Nanda Nailul Farih, Juwita Raditya Ningsih
16- 25 Hubungan antara bentuk dengan ukuran linggir alveolar pada model studi pasien edentulus penuh
Tri Rizki, Ismet Danial Nasution
26 - 33 Penatalaksanaan perawatan maloklusi dentoskeletal kelas III disertai crowding ringan dan masalah
tooth size discrepancy menggunakan reduksi interproksimal
Ni Luh Nyoman Ary Mayasari, Endah Mardianti
34- 40 Pola bakteri pada karies gigi pasien diabetes melitus
Rita Endriani, Elita Rafni, Fajri Marindra Siregar, Risa Aprilia Setiawan, Fadly Rasyid
41 - 46 Pola makan mahasiswa berdasarkan Healthy Eating Plate
Nabillah Ar Rahmi, Ina Hendiani, Sri Susilawati
47 - 51 Fitur radiografis ameloblastoma pada CBCT dan panoramik
Anak Agung Istri Agung Feranasari, Lusi epsilawati, Farina Pramanik
52 - 58 Hubungan urutan erupsi gigi kaninus dan premolar mandibula dan gigi berjejal anterior pada pasien
ortodonti berdasarkan usia dan jenis kelamin
Hilda Fitria Lubis, Rahma Khairunnisa
59 - 65 Perawatan ortodontik menggunakan protraction arch pada kasus prognati mandibula dengan anterior
crossbite dan central diastema
Dhani Ayu Andini, Haru Setyo Anggani
66 - 71 Pengaruh minuman teh pada pemakai basis gigi tiruan nilon termoplastik terhadap penyerapan air dan
stabilitas warna
Siti Wahyuni, Ricca Chairunnisa
72 - 77 Pengaruh penggunaan denture adhesive sediaan powder dan denture adhesive sediaan cream
terhadap kekuatan retensi pada pemakai gigi tiruan lengkap
Hafidzah Alhusna, Ariyani Dallmer
78 - 83 Efek perendaman pada landasan akrilik self-cured terhadap viabilitas sel fibroblas
Laurensius Randy Soetono, Taufik Sumarsongko, Lisda Damayanti, Bremmy Laksono
Jurnal
KEDOKTERAN GIGI
Universitas Padjadjaran
Formulir berlangganan
Bersama ini mengajukan permohonan berlangganan Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran:
Nama :..............................................................................
Tempat/Tanggal Lahir :..............................................................................
Pekerjaan :..............................................................................
Instansi :..............................................................................
Alamat :..............................................................................
Negara :..........................Telp:........................Fax:.................
E-mail :..............................................................................
Metode Pembayaran (silakan bubuhkan tanda (x))
Cek/Bank draft Wesel
Transfer ke: Lainnya (jelaskan) : ................
No. rekening Rupiah : 0614147164
No. rekening Non-Rupiah : 0614150653
Bank : BNI 46 Cabang Perguruan Tinggi
Atas nama : Padjadjaran Journal of Dentistry
Biaya berlangganan nasional/internasional
(belum termasuk biaya pengiriman)
Tanggal :.......................................
Asal Negara 1 tahun / 3 edisi
Indonesia Rp. 450.000,-
Luar Ne geri US$ 35 Tanda tangan :.......................................
Perubahan alamat pengiriman Untuk pelanggan
Nama :.................................................... Kirimkan ke:
Alamat :.................................................... Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran
Negara :..............Telp:..............Fax:............. Jl. Sekeloa Selatan No.1 Bandung - 40132
Jawa Barat-Indonesia
E-mail :.................................................... Atau
Tanggal : ................................................... Fax ke:
+6222-2532805
Tanda tangan : ............................................
Jurnal Petunjuk Penulisan Naskah
KEDOKTERAN GIGI metode eksperimental yang digunakan Hasil memuat
temuan utama termasuk hasil kunci kuantitatif, atau
Universitas Padjadjaran tren, bersama dengan ringkasan singkat dari interpretasi
Anda Simpulan menyatakan dengan jelas implikasi dari
Jurnal Kedokteran Gigi (Universitas Padjadjaran) jawaban yang diberikan seluruh riset kepada Anda, bukan
adalah publikasi ilmiah tiga bulanan yang diterbitkan oleh hasil analisis statistik
fakultas kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. Jurnal • Semua akronim atau singkatan dalam abstrak didefinisikan
Kedokteran Gigi menerima artikel penelitian, ulasan ketika pertama kali disebutkan.
sistematik dan laporan kasus. • Abstrak berisi kata kunci yang terdiri dari 3-5 frase (Urutkan
sesuai urutan kata/frase yang ingin ditonjolkan), pemisah
Syarat- Syarat Pengiriman Artikel: menggunakan tanda koma, frase pertama ditulis huruf
Artikel belum pernah dipublikasikan atau dikirim pada besar dan frase selanjutnya ditulis huruf kecil.
majalah/jurnal lain pada saat yang sama, untuk menghindari Pendahuluan
plagiarisme. Semua artikel akan dinilai oleh pakar bidang • Tetapkan konteks penelitian yang dilaporkan dengan
ilmu masing - masing dan penyunting pelaksana. Artikel yang
perlu perbaikan format atau isi akan dikembalikan kepada membahas literatur penelitian primer yang relevan (dengan
penulis untuk diperbaiki. Laporan penelitian pada manusia kutipan) dan meringkas pemahaman saat ini tentang
harus memperoleh persetujuan tertulis (Sign informed masalah yang Anda teliti;
consent). • Nyatakan tujuan penelitian dalam bentuk hipotesis,
pertanyaan, atau masalah yang Anda selidiki;
Petunjuk penulisan Jurnal Kedokteran Gigi • Jelaskan alasan dan pendekatan Anda dan kemungkinan
Universitas Padjadjaran (JKG Unpad) terdiri atas 3 petunjuk hasil yang dapat diungkap oleh penelitian Anda dengan
organisasi naskah terperinci dari 3 jenis artikel yang singkat;
dipublikasikan oleh JKG Unpad, yaitu: Artikel penelitian,
laporan kasus, dan ulasan sistematik. Selengkapnya dalam Metode
tautan berikut: http://jurnal.unpad.ac.id/jkg • Menggambarkan jenis, waktu, lokasi penelitian, instrumen
Laporan Penelitian penelitian, metode pengambilan sampel dan analisis
(kecuali penelitian deskriptif)
Judul • Jelaskan desain penelitian Anda dengan jelas
• Judul tidak lebih dari 20 kata (bahasa Indonesia maupun • Harus memiliki kutipan referensi jika diperlukan
• Sebutkan pernyataan izin etik dari komisi etik yang relevan
bahasa Inggris)
• Judul menggunakan kalimat deskriptif yang terkait erat Hasil
• Secara obyektif menyajikan hasil kunci Anda, tanpa
dengan konten
• Judul ditulis dalam 2 bahasa, bahasa Indonesia dan bahasa interpretasi, dalam urutan yang teratur dan logis
menggunakan teks dan materi ilustratif yang mendukung
Inggris (judul bahasa Inggris dicantumkan setelah abstrak (Tabel dan Gambar, tidak lebih dari 6).
bahasa Indonesia) • Laporkan hasil Anda untuk memberikan sebanyak mungkin
• Judul mencakup nama lengkap penulis, afiliasi, alamat informasi kepada pembaca tentang sifat perbedaan, atau
lengkap untuk korespondensi, nomor telepon, dan alamat arah, atau besaran tertentu dari permasalahan yang Anda
email teliti.
• Sudut kanan atas halaman yang memuat judul harus • Atur urutan hasil berdasarkan urutan Tabel dan Gambar
dituliskan jenis artikel yang akan Anda sertakan.
• Judul harus singkat, menarik, dan tidak ambigu • Isi dari bagian hasil adalah presentasi berbasis teks dari
• Judul harus mengandung kata kunci temuan-temuan kunci yang mencantumkan referensi
• Dalam penelitian deskriptif, judul dapat mencakup tempat yang menjelaskan masing-masing Tabel dan Gambar.
dan periode penelitian. Pencantuman hal ini tergantung • Rangkuman tes statistik (nama tes, p-value) biasanya
pada faktor-faktor penting, terutama untuk hasil yang dilaporkan secara parenthetical bersama dengan hasil
mungkin tidak dapat digeneralisasikan ke lokasi lain biologis/klinis pendukungnya yang mereka dukung:
• Ditempatkan di bagian tengah atas halaman, dengan Bold 1. Hindari menghabiskan seluruh kalimat untuk
Sentence case, BUKAN digarisbawahi atau dicetak miring
melaporkan hasil statistik semata.
Abstrak 2. Hindari penggunaan berlebihan dari kata
• Abstrak ditulis dalam satu paragraf, tidak melebihi 250
“signifikan”
kata dalam bahasa Indonesia, dan 300 kata dalam Bahasa
Inggris, merangkum aspek-aspek utama dari seluruh
artikel dalam urutan sebagai berikut: Pendahuluan
memuat pertanyaan yang Anda selidiki (atau tujuan
penelitian), nyatakan tujuan dengan sangat jelas dalam
kalimat terakhir dari bagian ini Metode memuat desain dan
Jurnal Petunjuk Penulisan Naskah
KEDOKTERAN GIGI
Universitas Padjadjaran
• Presentasikan hasil penelitian Anda dalam urutan yang berkaitan dengan dukungan finansial, hibah atau
secara logis akan mendukung (atau memberikan bukti skema pendanaan lain dengan menyebutkan individu
terhadap) hipotesis, atau menjawab pertanyaan, yang atau institusi terkait.
telah Anda nyatakan dalam Pendahuluan.
Daftar Pustaka
• Tetap laporkan hasil negatif
• Selalu masukkan unit yang tepat ketika melaporkan data • Referensi utama berasal dari jurnal atau prosiding yang
diterbitkan 10 tahun terakhir dan referensi tambahan berasal
atau ringkasan statistik. dari buku teks yang diterbitkan dalam 10 tahun terakhir.
Pembahasan • Referensi utama bersumber dari jurnal dan prosiding
• Menjelaskan hasil yang diperoleh dari penelitian. Penulis
minimal 80%, dan sumber referensi tambahan bersumbe
menyusun, menganalisis, mengevaluasi, menafsirkan, dari Buku Teks maksimal 20%.
dan membandingkan temuan terbaru dengan temuan • Kutipan daftar pustaka dibuat dalam urutan numerik
dari penelitian yang ada, dan melakukan analisis. Jumlah sesuai dengan urutan penyebutan naskah sesuai dengan
paragraf harus lebih panjang dari pada pendahuluan. aturan Vancouver.
Penulis harus memperhatikan konsistensi artikel dari • Vancouver adalah gaya referensi bernomor yang biasa
judul hingga diskusi. Kelemahan penelitian dan saran digunakan dalam bidang kedokteran dan sains, dan terdiri
untuk pengembangan penelitian lebih lanjut yang dapat dari:
memberikan pemahaman baru bagi bidang yang Anda 1. Kutipan untuk karya orang lain dalam naskah,
teliti, dapat juga dijelaskan di bagian ini.
• Jangan menampilkan hasil baru yang tidak muncul pada ditunjukkan dengan penggunaan angka
bagian Hasil sebelumnya pada bagian Pembahasan. 2. Daftar pustaka yang diberi nomor secara berurutan
di akhir dokumen yang memberikan rincian lengkap
dari referensi dalam teks yang sesuai
Simpulan Lain-Lain
• Hasil dari analisis statistik bukanlah hasil kunci, melainkan • Semua nama organisasi, lembaga, dll., ditulis sesuai
alat analitis yang membantu kita memahami apa hasil dengan ketentuan resmi mereka sebelum disingkat. Istilah
kunci kita.
• Simpulan adalah hasil jawaban rumusan masalah dan penggunaan selain bahasa Indonesia harus ditulis
penelitian Anda. dalam format italic.
• Jangan hanya meringkas poin yang sudah dibuat • Hasil layout final dari setiap manuskrip mungkin berbeda
sebelumnya sebagai gantinya, tafsirkan temuan Anda dengan versi proofread final yang Anda buat dengan
pada tingkat abstraksi yang lebih tinggi. template yang kami sediakan dalam versi .docx, karena
• Buatlah simpulan yang menarik dan mudah diingat bagi
pembaca. perangkat lunak yang berbeda yang digunakan untuk
membuat versi layout final (Jurnal Kedokteran Gigi
Ucapan Terima Kasih
Ucapan terimakasih atau pernyataan jelas hanya apabila Universitas Padjadjaran menggunakan perangkat lunak
Adobe® InDesign sebagai perangkat lunak pengeditan
layout)
Panduan teknis lengkap, dapat diakses pada : http://jurnal.unpad.ac.id/jkg
Jurnal Petunjuk Penulisan Naskah
KEDOKTERAN GIGI subjektif dan objektif, hasil pemeriksaan penunjang,
diagnosis, rencana perawatan, serta prognosis.
Universitas Padjadjaran • Langkah-langkah perawatan dijelaskan secara sistematis
disertai gambar pendukung.
Laporan Kasus • Pernyataan persetujuan pasien untuk dipublikasikan
harus termuat.
Judul • Gambar dimasukkan dalam teks pada bagian ini
• Judul tidak lebih dari 20 kata (bahasa Indonesia maupun
Pembahasan
bahasa Inggris) • Menjelaskan interpretasi dari temuan kasus.
• Judul menggunakan kalimat deskriptif yang terkait erat • Anda harus menyusun, menganalisis, mengevaluasi dan
dengan konten menginterpretasi, serta membandingkan hasil temuan
• Judul ditulis dalam 2 bahasa, bahasa Indonesia dan kasus terbaru dengan temuan dari laporan kasus Anda.
• Hindari pengulangan kalimat baik dari bagian
bahasa Inggris (judul bahasa Inggris dicantumkan setelah Pendahuluan maupun Laporan Kasus
abstrak bahasa Indonesia)
• Judul mencakup nama lengkap penulis, afiliasi, alamat Simpulan
lengkap untuk korespondensi, nomor telepon, dan alamat • Berisi simpulan hasil perawatan serta saran dan
email
• Pada sudut kanan atas halaman yang memuat judul harus rekomendasi kepada sejawat terkait penanganan
dituliskan jenis artikel kasus yang dilaporkan
• Judul harus singkat, menarik, dan tidak ambigu Judul
harus mengandung kata kunci Ucapan Terima Kasih
• Dalam penelitian deskriptif, judul dapat mencakup tempat • Ucapan terimakasih atau pernyataan jelas hanya apabila
• dan periode penelitian. Pencantuman hal ini tergantung
pada faktor-faktor penting, terutama untuk hasil yang berkaitan dengan dukungan finansial, hibah atau
mungkin tidak dapat digeneralisasikan ke lokasi lain skema pendanaan lain dengan menyebutkan individu
• Ditempatkan di bagian tengah atas halaman, dengan Bold atau institusi terkait.
sentence case, BUKAN digarisbawahi atau dicetak miring
Daftar Pustaka
Abstrak • Referensi utama berasal dari jurnal atau prosiding yang
• Abstrak ditulis dalam satu paragraf, tidak melebihi 250
diterbitkan 10 tahun terakhir dan referensi tambahan
kata dalam bahasa Indonesia, dan 300 kata dalam Bahasa berasal dari buku teks yang diterbitkan dalam 10 tahun
Inggris, merangkum aspek-aspek utama dari seluruh artikel terakhir.
dalam urutan sebagai berikut: Pendahuluan memuat latar • Referensi utama bersumber dari jurnal dan prosiding
belakang kasus yang Anda laporkan (atau tujuan Anda minimal 80%, dan sumber referensi tambahan bersumber
memilih laporan penatalaksanaan kasus tertentu), dengan dari Buku Teks maksimal 20%.
tujuan yang dinyatakan dengan jelas dalam kalimat • Kutipan daftar pustaka dibuat dalam urutan numerik
terakhir. Laporan kasus memuat metode yang digunakan sesuai dengan urutan penyebutan naskah sesuai dengan
dalam penatalaksanaan kasus. Simpulan menyatakan aturan Vancouver
hasil perawatan serta saran dan rekomendasi kepada • Vancouver adalah gaya referensi bernomor yang biasa
sejawat terkait penatalaksanaan kasus yang dilaporkan. digunakan dalam bidang kedokteran dan sains, dan terdiri
Semua akronim atau singkatan dalam abstrak didefinisikan dari:
ketika pertama kali disebutkan. 1. kutipan untuk karya orang lain dalam naskah,
• Abstrak berisi kata kunci yang terdiri dari 3-5 frase (Urutkan
sesuai urutan kata/frase yang ingin ditonjolkan), pemisah ditunjukkan dengan penggunaan angka
menggunakan tanda koma, frase pertama ditulis huruf 2. daftar pustaka yang diberi nomor secara berurutan
besar dan frase selanjutnya ditulis huruf kecil.
di akhir dokumen yang memberikan rincian lengkap
Pendahuluan dari referensi dalam teks yang sesuai
• Menjelaskan latar belakang kasus yang dikaji, tinjauan • Sistem referensi mengikuti aturan yang ditetapkan
oleh International Committee of Medical Journal
pustaka, rumusan masalah, dan tujuan penulisan laporan Editor, sekarang dikelola oleh the U.S. National Library
kasus. of Medicine. Hal ini juga dikenal sebagai Uniform
• Memuat 4 – 6 paragraf dimana satu paragraf harus memuat Requirements for Manuscripts Submitted to Biomedical
lebih dari 2 kalimat. Journals.
• Tidak memuat sub judul 1. Menyingkat judul jurnal sesuai dengan gaya yang di
Laporan Kasus
• Menjelaskan tentang kondisi sebelum perawatan
meliputi keluhan utama pasien, hasil pemeriksaan
Jurnal Petunjuk Penulisan Naskah
KEDOKTERAN GIGI
Universitas Padjadjaran
gunakan dalam NLM Catalog • dengan ketentuan resmi mereka sebelum disingkat. Istilah
2. Periksa detail referensi Anda dari sumber yang
dan penggunaan selain bahasa Indonesia harus ditulis
sebenarnya – hal mana yang mengindikasikan dalam format italic.
bahwa Anda benar-benar menggunakan sumber • Hasil layout final dari setiap manuskrip mungkin berbeda
yang benar ketika Anda mengutipnya. dengan versi proofread final yang Anda buat dengan
3. Konsisten dan hindari pengulangan referensi Anda di
seluruh naskah. template yang kami sediakan dalam versi .docx, karena
• Berikut panduan singkat gaya pengutipan dan referensi
Vancouver perangkat lunak yang berbeda yang digunakan untuk
membuat versi layout final (Jurnal Kedokteran Gigi
Lain-Lain
• Semua nama organisasi, lembaga, dll., ditulis sesuai Universitas Padjadjaran menggunakan perangkat lunak
Adobe® InDesign sebagai perangkat lunak pengeditan
layout)
Panduan teknis lengkap, dapat diakses pada : http://jurnal.unpad.ac.id/jkg
Jurnal Petunjuk Penulisan Naskah
KEDOKTERAN GIGI Ulasan Sistematik
• Bagian esensial dalam sebuah naskah ulasan sistematik.
Universitas Padjadjaran
Berkaitan dengan telaah atas teori yang dapat digunakan
Ulasan Sistematik untuk menjelaskan fenomena dan telaah ulasan sistematik
yang telah dilakukan sebelumnya untuk menunjukkan
Judul keterkaitan antara ulasan sistematik yang sedang
• Judul tidak lebih dari 20 kata (bahasa Indonesia maupun dilakukan dengan ulasan sistematik dalam permasalahan/
topik yang telah dilakukan sebelumnya.
bahasa Inggris) • Ulasan sistematik yang baik dapat menunjukkan apakah
• Judul menggunakan kalimat deskriptif yang terkait erat riset yang dilakukan relevan dengan body of knowledge
yang ada, menciptakan koherensi, dan meringkas “what
dengan konten is known in an area”
• Judul ditulis dalam 2 bahasa, bahasa Indonesia dan • Ulasan sistematik memungkinkan pengelompokan dan
sintesis hasil-hasil ulasan sistematik yang berbeda
bahasa Inggris (judul bahasa Inggris dicantumkan setelah • Ulasan sistematik yang baik dapat menggambarkan
abstrak bahasa Indonesia) apakah ulasan sistematik yang sedang dilakukan
• Judul mencakup nama lengkap penulis, afiliasi, alamat dapat menunjukkan apa yang sudah dilakukan dan
lengkap untuk korespondensi, nomor telepon, dan alamat apa yang belum dilakukan, membantu ulasan untuk
email menceritakan temuan-temuan sebelumnya, sehingga
• Pada sudut kanan atas halaman yang memuat judul harus ulasan memberikan manfaat untuk pengembangan ilmu
dituliskan jenis artikel pengetahuan dan teknologi.
• Judul harus singkat, menarik, dan tidak ambigu • Penekanan yang juga perlu diperhatikan adalah
• Judul harus mengandung kata kunci bagaimana ulasan sistematik Anda meenunjukkan
• Dalam penelitian deskriptif, judul dapat mencakup tempat pemahaman Anda tentang kualitas ulasan sistematik
dan periode penelitian. Pencantuman hal ini tergantung yang telah diketahui di bidang pengetahuan yang sedang
pada faktor-faktor penting, terutama untuk hasil yang ditelaah untuk memperlihatkan kompetensi, kemampuan
mungkin tidak dapat digeneralisasikan ke lokasi lain dan latar belakang ulasan yang ditulisan.
• Ditempatkan di bagian tengah atas halaman, dengan Bold • Anda dapat menyertakan gambar-gambar pendukung
sentence case, BUKAN digarisbawahi atau dicetak miring ulasan sistematik dengan mencantumkan sumber original
dari gambar tersebut
Abstrak
• Abstrak ditulis dalam satu paragraf, tidak melebihi 250 Pembahasan
• Pembahasan. Pembahasan ulasan sistematik
kata dalam bahasa Indonesia, dan 300 kata dalam Bahasa
Inggris, merangkum aspek-aspek utama dari seluruh menjelaskan hasil analisis dan sintesis temuan, serta
artikel dalam urutan sebagai berikut: Pendahuluan diakhiri dengan pembahasan implikasi dari hasil temuan
memuat latar belakang singkat mengenai ulasan, tinjauan Anda
pustaka, rumusan masalah dan tujuan penulisan ulasan
sistematik yang dinyatakan dengan sangat jelas dalam Simpulan
kalimat terakhir dari bagian ini. Ulasan sistematik memuat • Menjawab tujuan ulasan sistematik yang disampaikan
keterkaitan antara ulasan sistematik yang sedang dilakukan
dengan yang telah dilakukan. Simpulan menjawab tujuan sebelumnya di bagian Pendahuluan
penulisan ulasan sistematik.
• Semua akronim atau singkatan dalam abstrak didefinisikan Ucapan Terima Kasih
ketika pertama kali disebutkan. Ucapan terimakasih atau pernyataan jelas hanya apabila
• Abstrak berisi kata kunci yang terdiri dari 3-5 frase (Urutkan berkaitan dengan dukungan finansial, hibah atau
sesuai urutan kata/frase yang ingin ditonjolkan), pemisah skema pendanaan lain dengan menyebutkan individu
menggunakan tanda koma, frase pertama ditulis huruf atau institusi terkait.
besar dan frase selanjutnya ditulis huruf kecil.
Daftar Pustaka
Pendahuluan • Referensi utama berasal dari jurnal atau prosiding yang
• Tetapkan konteks penelitian yang dilaporkan dengan
diterbitkan 10 tahun terakhir dan referensi tambahan
membahas literatur penelitian primer yang relevan (dengan berasal dari buku teks yang diterbitkan dalam 10 tahun
kutipan) dan meringkas pemahaman saat ini tentang terakhir.
masalah yang Anda teliti;
• Menjelaskan latar belakang permasalahan/topik yang
dikaji, tinjauan pustaka, rumusan masalah dan tujuan
penulisan ulasan sistematik
• Memuat 4 – 6 paragraf dimana satu paragraf harus memuat
lebih dari 2 kalimat.
• Tidak memuat sub judul
Jurnal Petunjuk Penulisan Naskah
KEDOKTERAN GIGI
Universitas Padjadjaran
• Referensi utama bersumber dari jurnal dan prosiding Lain-Lain
minimal 80%, dan sumber referensi tambahan bersumber
dari buku teks maksimal 20%. • Semua nama organisasi, lembaga, dll., ditulis sesuai
• Kutipan daftar pustaka dibuat dalam urutan numerik dengan ketentuan resmi mereka sebelum disingkat. Istilah
sesuai dengan urutan penyebutan naskah sesuai dengan
aturan Vancouver dan penggunaan selain bahasa Indonesia harus ditulis
dalam format italic.
• Vancouver adalah gaya referensi bernomor yang biasa • Hasil layout final dari setiap manuskrip mungkin berbeda
digunakan dalam bidang kedokteran dan sains, dan terdiri dengan versi proofread final yang Anda buat dengan
dari:
1. Kutipan untuk karya orang lain dalam naskah, template yang kami sediakan dalam versi .docx, karena
ditunjukkan dengan penggunaan angka
2. Daftar pustaka yang diberi nomor secara berurutan perangkat lunak yang berbeda yang digunakan untuk
di akhir dokumen yang memberikan rincian lengkap membuat versi layout final (Jurnal Kedokteran Gigi
dari referensi dalam teks yang sesuai
Universitas Padjadjaran menggunakan perangkat lunak
Adobe® InDesign sebagai perangkat lunak pengeditan
layout)
Panduan teknis lengkap, dapat diakses pada : http://jurnal.unpad.ac.id/jkg
Laporan Penelitian
Kadar hambat minimum dan kadar bunuh minimum ekstrak etanol
lengkuas merah (Alpinia galanga l.) Terhadap pertumbuhan candida
albicans
Harunai Kamoda1, Shelly Lelyana1, Vinna Kurniawati Sugiaman1*
1Departemen Oral Biologi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Kristen Maranatha, Indonesia
*Korespondensi: [email protected]
Submisi: 29 Desember 2019; Penerimaan: 22 April 2020; Publikasi online: 30 April 2020
DOI: 10.24198/jkg.v32i1.25422
ABSTRAK
CandidaPaelbnidcaanhsu,ludaenng: aKnanpdreidviaalseisnsriocnugkguapmtinuglugtimyaeirtuup2a0k%an- infeksi yang disebabkan oleh jamur patogen
75%. Obat antijamur yang umum digunakan
guhanartlaugnkagnpayeanLg)reoylbaaantitgfamndiakdahunagdla.idSmieaebsmiasgilriakoiinaaglkgtetaivrnmitaautsilfualtanaitndijaadmlaighuurnn. iaTskutaajutniannt,aapnkeaanmneatlientitaaonpbiainntiissateadptaienlartmhi leuemnntgiulikkkuimaesfeenmkgeseartaamhhpu(iinAkglpadidnaainar
kpheaelmrotumbmaptboukmhuianjniimyCuaamnngd(miKdHeanMagl)abnidcdaaunnnsgk. aMedkeastrtorbaduken:euJthaennmoislinlpeimennugemkluitaia(sKnBmeMek)srapehekrs(imatrlapekinntiaealtagmnauolarlnnligedanegLnk)guadanesnmmgaeenmrabkhaonntedsreihnnagtdkraaasnpi
2pnae00dgaamtgi9f/6bmewlr;ue1pl0la0pDmlaMtge/SmmOl;e15n00g%mgugtne/marhkl;aa2dn5asmppgpe/ecmrtrtluo; mp1h2bo,u5thomamgne/mCtela;rn6dd,2iad5namKaglB/bmMicla;dkniostendntertounlkgpaaonnsmimtifeebnneggrgauumpnaaatnki iaksentakcteionrul,ohdnaaynnclkaoorununtttraeonrl
dengan pengulangan sebanyak 4 kali. Analisis data menggunakan uji parametrik ANOVA dan uji Post Hoc
Tuckey. Hasil: Hasil uji ANOVA nilai p 0,00 yang artinya bahwa kedua data memiliki nilai yang signifikan
Camkmenaeeltonnraadmgrhihpdpaeao(mArklaalbuplkbajiuinitctaieaa6nrn0h,gs%ad.ada,laansnpeugdjjuaiaPmnLogl)askhtateHnCrohaecankddTsatiudrpacakk.peSeeyitrmatmunpmeoumlbllupaehennarg:lnikKhuaaCadtksaaanrmndHeitdaeraamrdhbaa(aplAbtailMcpt aipinnneiiacmrbsgueaamdldaa(aanKlngaHahyMaL2n))0get0ikdsmsaigtgkrna/dmikfiaklepatnaanatnpmomaluedlenmanbhgsuaeknuntiuaayhaps
Kata kunci: Candida albicans, lengkuas merah, Alpinia galanga L.
The minimum inhibitory concentration and a minimum lethal dose of red galangal
(Alpinia galanga L.) ethanolic extract on the growth of Candida albicans
ABSTRACT
20% - 70In%trpordeuvcatleionnc:e Cinahnudmidaana.lAbinctaifnusngisaladpruagthsoogfetennicufsuendgufosr that can cause oral candidiasis, reaches
oral candidiasis treatment is nystatin, but
nystatin has many harmful side effects, and its price is relatively high. Therefore, herbal remedies such as
red galangal (Alpinia galanga L.), which presumed to have antifungal activity, can be used as an alternative
treatment. The purpose of this research was to determine the minimum inhibitory concentration and a
minimum lethal dose of red galangal ethanolic extract on the growth othf eCatensdtidgaroaulbpiccaonnst.a Mineintghoedthsa: nTohliics
research was an experimental laboratory, conducted by comparing
extracts of red galangal (Alpinia galanga L.) with the concentrations of 200mg/ml; 100mg/ml; 50mg/
ml; 25mg/ml; 12.5mg/ml; and 6.25mg/ml; positive control group was treated with nystatin; and negative
control with 10% DMSO. The solutions on 96 well plates were observed with a spectrophotometer, and
the minimum killing concentration (MKC) was determined using a colony counter, and the experiment
was replicated four times. The result was then analysed with ANOVA parametric test and the Post-Hoc
Tuckey test aalfltterrewaatmrdesn. tRs ehsauveltsa: sTighneifriecasunlttvoafluthee, ANOVA test showed that the p-value was < 0.05, which
means that while the Post-Hoc Tuckey test indicated that there were
significant differences in each group (rAelgpainridainggaltahneganuLm) ebtehranoof lCicaenxdtirdaactaalgbaiciannsts.C Canodnicdlauasliboinca: nMsignrimowutmh
Inhibitory Level (MIC) of red galangal
is 200mg/ml but only inhibits 60% of the growth. In contrast, the extract is unable to mortally affects the
Candida albicans.
Keywords: Candida albicans, red galangal, Alpinia galanga L.
1
Kadar hambat minimum dan kadar bunuh minimum ekstrak etanol lengkuas merah (Kamoda dkk.)
PENDAHULUAN candidiasis.3 Antijamur nistatin merupakan
golongan polien yang dihasilkan oleh Streptomyces
Kandidiasis rongga mulut merupakan infeksi noursei.9-11 Obat ini bekerja dengan mengikat
rongga mulut, disebabkan oleh jamur Candida komponen utama dinding sel jamur yaitu ergosterol.
albicans yang bersifat oportunistik. Prevalensi Sehingga hasil ikatan dapat membentuk pori-
pada individu yang sehat dapat mencapai 20- pori pada membran yang menyebabkan bahan-
75% sedangkan pada penderita penyakit sistemik, bahan essensial dari sitoplasma sel jamur keluar.
prevalensi infeksi dapat mengalami peningkatan Pemakaiannya tersedia dalam bentuk krim, bubuk,
mencapai 71-79%.1-3 Orang dewasa yang tubuhnya salep, suspensi, obat tetes, dan tablet untuk
lemah dan bayi lebih sering terserang.3 Pada tahun vagina.11 Nistatin yang merupakan obat sintesis
2001 laporan yang didapat dari World Health tidak jarang dapat menimbulkan efek samping
Organization (WHO) kandidiasis rongga mulut diantaranya adalah diare, mual, muntah dan
secara epidemiologi berkisar antara 5,8 - 98,3%.4 gangguan gastrointestinal, serta harga obatnya
pun tidak murah.12,13 Adanya efek samping tersebut
Rongga mulut merupakan bagian pertama membuat masyarakat mulai beralih menggunakan
dari sistem pencernaan yang akan berakhir di anus obat herbal yang merupakan sumber bahan obat
yang memiliki fungsi beragam, yaitu dapat sebagai yang potensial berasal dari tanaman karena
mastikasi, fonetik dan juga estetik. Makanan dipercaya dapat memberikan efek terapetik yang
dicerna secara kimiawi dan mekanik didalam maksimal dan efek samping yang minimal.12
rongga mulut dengan bantuan lidah, saliva, gigi
dan jaringan pendukung gigi. Mikroorganisme Tanaman yang digunakan dapat berupa
dapat masuk ke dalam tubuh bersamaan melalui bumbu dapur, sayur-mayur, buah, bahkan tanaman
makanan atau minuman dikarenakan rongga yang tumbuh di sembarang tempat.13 Lengkuas
mulut merupakan jalan masuk / pintu gerbang merah (Alpinia galanga L) merupakan anggota
utama berbagai macam mikroorganisme sehingga familia Zingiberaceae yang banyak ditemukan
menjadikan rongga mulut sebagai bagian yang dan dapat dijadikan sebagai obat herbal. Rimpang
paling rawan terhadap berbagai macam infeksi. lengkuas ini tidak pernah menimbulkan masalah
selama bertahun-tahun digunakan sebagai salah
Salah satu flora normal pada rongga mulut satu bumbu masak dan banyak juga dimanfaatkan
yaitu Candida albicans, namun dapat berubah sebagai sumber obat-obatan sebagai contoh
menjadi patogen karena berbagai faktor yang ialah sumber nabati dari lengkuas merah. Selain
menyebabkan flora normal tersebut terganggu.1,5 digunakan sebagai antijamur, lengkuas merah
Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang juga dapat mengobati penyakit demam, gangguan
lemah oleh karena obat-obatan atau penyakit perut, pembengkakan limfa, rematik, dan bronkitis.
lebih sering terinfeksi, contohnya penggunaan Lengkuas merah memiliki kandungan flavonoid,
antibiotik menyebabkan keseimbangan alami fenol, terponoid dan minyak atsiri.14 Senyawa
mikroorganisme dalam tubuh dapat terganggu. antijamur yang terdapat pada rimpang lengkuas
Bila keseimbangan alami mikrooganisme dalam merah seperti eugenol dan galangin tersebut dapat
tubuh terganggu, maka akan terjadi pertumbuhan menyebabkan ketidakteraturan pada membran
berlebih dari jamur. Oral candidiasis menimbulkan sitoplasma jamur.
rasa perih pada rongga mulut6, secara klinis terlihat
bercak berwarna putih yang akan meninggalkan Hasil penelitian yang dilakukan Salim yang
daerah yang berwarna merah dan terkadang menguji ekstrak rimpang lengkuas menunjukan
berdarah jika dikerok.3,7 Pada pengguna gigi tiruan, bahwa pertumbuhan jamur Trichophyton rubrum
stomatitis apthosa, median rhomboid glossitis dapat dihambat pada konsentrasi terkecil (0,1%).
dan angular cheilitis, biasanya ditemukan adanya Hasil penelitian Violita, dkk. menyatakan jamur
Candida albicans yang berlebih.8 Kandidiasis tidak penyebab panu Malassezia furfur mengalami
dirawat dapat berkembang menjadi kandidiasis penghambatan dengan diameter zona hambat
leukoplakia yang bersifat praganas, dan kemudian 17,5mm menggunakan perasan lengkuas
mengakibatkan karsinoma sel skuamosa.5 merah.15 Penelitian Ayu dkk.16 menyatakan
bahwa minyak atsiri dari rimpang lengkuas
Nistatin adalah obat yang paling umum merah memiliki kemampuan sebagai antijamur
digunakan masyarakat dalam mengatasi oral
2
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. April 2020;32(1)1-8.
terhadap pertumbuhan Candida albicans dengan Penelitian ini terdiri dari delapan perlakuan
menggunakan metode destilasi uap air, nilai KHM yaitu enam perlakuan dari bahan coba ekstrak
terdapat pada konsentrasi 12% dengan diameter etanol lengkuas merah dengan konsentrasi 200,
zona hambat 16mm.16 100, 50, 25, 12,5 dan 6,25mg/ml; kontrol positif
(nistatin); dan kontrol negatif (DMSO). Sebanyak
Penulis tertarik untuk mengetahui kadar 100 ul esktrak dalam DMSO 10% dan 100 ul
hambat minimum (KHM) dan kadar bunuh suspensi bakteri dalam PDB dimasukan kedalam
minimum (KBM) ekstrak etanol lengkuas merah 96 well plate flat round. Kontrol negatif ditambahkan
(Alpinia galanga L) terhadap pertumbuhan 100 ul medium PDB dan 100 ul DMSO 10% Kontrol
Candida albicans berdasarkan uraian tersebut. positif ditambahkan 100 ul Nistatin dan 100 ul
Tujuan penelitian untuk mengetahui kadar hambat suspensi bakteri dalam Medium PDB.
minimum (KHM) dan kadar bunuh minimum (KBM)
ekstrak etanol lengkuas merah (Alpinia galanga L) Plate diinkubasikan pada suhu 36oC
terhadap pertumbuhan Candida albicans. selama 24 jam; (5) 96 well plate flat round di
spectrophotometer untuk melihat kadar hambat
METODE minimum dengan metode absorbansi; (6) Kemudian
untuk KBM di lakukan dengan menggunakan
Jenis penelitian eksperimental murni, untuk metode cawan tuang, diambil sebanyak 50 ul dan
mengetahui KHM dan KBM menggunakan teknik dipindahkan kedalam medium PDA (cawan petri)
dilusi cair. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium kemudian diinkubasikan setelah 24 jam, koloni
Aretha Medika Utama Bandung dari bulan Mei – Juli candida dihitung menggunakan Colony Counter;
2019. Variabel penelitian terdiri dari variabel terikat (8) Lakukan pengulangan sebanyak empat kali.
adalah Candida albicans, dan Variabel bebas
adalah ekstrak etanol lengkuas merah (Alpinia Data yang dinilai adalah KHM dan KBM
galanga L) dengan konsentrasi 200; 100; 50 ; 25; ekstrak etanol lengkuas merah dengan konsentrasi
12,5 dan 6,25 mg/ml. Sampel penelitian berupa: sebesar 200, 100, 50, 25, 12,5 dan 6,25mg/ml
Biakan Candida albicans ATCC 10231 didapat terhadap pertumbuhan Candida albicans yang diuji
dari sediaan murni Laboratorium Mikrobiologi menggunakan uji parametrik ANOVA dimana nilai
dan Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas p< 0,05 yang artinya hasil dianggap signifikan.
Padjajaran dan Lengkuas merah (Alpinia galanga L)
diperoleh dari Kebun Percobaan Manoko Bandung. HASIL
Ekstrak Lengkuas Merah ditimbang sebanyak Kadar Hambat Minimum (KHM)
1 gram dalam tabung falcon menggunakan Hasil pengujian KHM memperlihatkan bahwa
analytical balance. Ekstrak kemudian dilarutkan
dalam DMSO 10% untuk mencapai konsentrasi 200 pada konsentrasi ekstrak etanol lengkuas merah
mg/ml (1 gram ekstrak dalam 5 ml DMSO 10%). tertinggi yang diujikan masih teramati adanya
Larutan ekstrak kemudian di saring menggunakan pertumbuhan Candida albicans, hal ini dapat
Filter 0.45mm dilanjutkan dengan penyaringan terlihat pada Gambar 1 yang menunjukkan masih
menggunakan Filter 0.22 untuk mensterilkan adanya pertumbuhan jamur pada konsentrasi
ekstrak. Ekstrak kemudian diencerkan secara dilusi 200mg/ml.
untuk mencapai konsentrasi akhir 200, 100, 50, 25,
12,5 dan 6,25 mg/ml. Berdasarkan perhitungan Gambar 1. Plate hasil pengujian kadar hambat minimum
menggunakan rumus Federer, pada setiap
kelompok dilakukan empat kali pengulangan.
Metode pada penelitian ini menggunakan
metode yang dikembangkan oleh CLSI (Clinical
Laboratory Standard Institute) dengan sedikit
modifikasi, yaitu dengan mengecilkan volume
reaksi. Persen penghambatan = absorbansi
koreksi kontrol/DMSO)-absorbansi koreksi sampel/
absorbansi koreksi kontrol (DMSO) X 100%.
3
Kadar hambat minimum dan kadar bunuh minimum ekstrak etanol lengkuas merah (Kamoda dkk.)
Hasil pengujian pengukuran disajikan dalam koreksi tertinggi pada konsentrasi 6,25mg/ml,
Tabel 1. hasil absorbansi koreksi menunjukkan
bahwa nilai absorbansi tertinggi terdapat sehingga menunjukkan bahwa ekstrak etanol
pada perlakuan kontrol negatif DMSO (Dimetil
sulfoksida) dan hasil absorbansi koreksi terendah lengkuas merah dapat menghambat pertumbuhan
terdapat pada perlakuan kontrol positif nistatin. Candida albicans.
Pada perlakuan ekstrak, hasil absorbansi koreksi
terendah terdapat pada perlakuan 200mg/ml Perhitungan penghambatan Candida
ekstrak etanol lengkuas merah dan absorbansi albicans dapat dilihat dengan gambar 2 persen
penghambatan yang tercantum diatas. Hasil
perhitungan persen penghambatan Candida
albicans disajikan pada Gambar 2.
Tabel 1. Asorbansi sampel setelah di treatment ekstrak etanol lengkuas merah
Perlakuan Absorbansi Blank Absorbansi koreksi
Kontrol (-) DMSO 1 2 345 12 3 4 5
Kontrol (+) Nistatin 0.7278
200 0.8094 0.8094 0.8157 0.8709 0.7717 0.0439 0.7655 0.7655 0.7718 0.827 -0.0454
100 0.29
50 2.313 2.2463 2.1175 2.1334 2.1987 2.2441 0.0689 0.0022 -0.1266 -0.1107 0.6535
25 0.7341
12.5 0.6828 0.6985 0.6871 0.6812 0.6616 0.3716 0.3112 0.3269 0.3155 0.3096 0.7476
6.25 0.752
0.8717 0.8695 0.8666 0.8641 0.8417 0.1882 0.6835 0.6813 0.6784 0.6759 0.78
0.8408 0.8592 0.8396 0.8356 0.8385 0.1044 0.7364 0.7548 0.7352 0.7312
0.8331 0.8329 0.8258 0.8088 0.8205 0.0729 0.7602 0.76 0.7529 0.7359
0.7604 0.8288 0.7955 0.8762 0.8113 0.0593 0.7011 0.7695 0.7362 0.8169
0.8141 0.7235 0.8621 0.8141 0.8329 0.0529 0.7612 0.6706 0.8092 0.7612
Persen penghambatan C.albicans oleh ekstrak etanol lengkuas merah
Gambar 2. Persen penghambatan pertumbuhan candida albicans oleh ekstrak etanol lengkuas merah berdasarkan hasil
absorbansi
Kadar Bunuh Minimum (KBM) pada kelompok perlakuan nistatin (tidak ada
pertumbuhan Candida). Pada perlakuan ekstrak
Hasil pengujian KBM menunjukkan etanol lengkuas merah jumlah Candida tertinggi
bahwa pada konsentrasi tertinggi ekstrak etanol terdapat pada konsentrasi 6,25mg/ml dan jumlah
Candida terendah terdapat pada konsentrasi
lengkuas merah yang diujikan masih teramati
adanya pertumbuhan Candida albicans. Untuk 200mg/ml. Hasil ini sejalan dengan pengamatan
menghitung jumlah Candida pada tiap konsentrasi KHM menggunakan teknik spectrophotometer
pengujian dilakukan perhitungan jumlah Candida
yang menunjukkan bahwa terdapat penghambatan
menggunakan teknik pengenceran cawan tuang pertumbuhan Candida oleh ekstrak etanol
(total plate count). Hasil pengujian total plate count lengkuas merah. Hasil perhitungan jumlah Candida
menunjukkan bahwa jumlah Candida tertinggi pada
kontrol DMSO. Hasil Candida terendah terdapat tercantum pada Tabel 2. dengan menggunakan
4
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. April 2020;32(1)1-8.
Tabel 2. Hasil perhitungan jumlah candida setelah inkubasi 24 jam pada berbagai konsentrasi ekstrak etanol lengkuas
merah
Perlakuan Jumlah Candida (CFU/mL) Rerata Std. Deviation RSD
Kontrol Negatif 3500000 3700000 3200000 3400000 3466667 208167 6%
Nistatin 0 0 000 0 #DIV/0!
Ekstrak 200 mg/mL 1360000 1380000 1330000 1350000 1356667 20817 1.53%
Ekstrak 100 mg/mL 1480000 1430000 1560000 1490000 1490000 53541 3.59%
Ekstrak 50 mg/mL 1800000 1870000 1890000 1850000 1853333 38622 2.08%
Ekstrak 25 mg/mL 2080000 2030000 1860000 1990000 1990000 94163 4.73%
Ekstrak 12.5 mg/mL 2460000 2430000 2210000 2370000 2366667 111467 4.71%
Ekstrak 6.25 mg/mL 2920000 2730000 2810000 2820000 2820000 77889 2.76%
Rsd: standar deviasi rerata (pengulangan baik apabila kurang dari 20%)
Jumlah Yeast setelah diberi perlakuan E. Lengkuas merah
Gambar 3. Jumlah candida dihitung menggunakan colony counter
Tabel 3. Hasil uji anova
Nama data Sum of squares Df Mean square F Sig.
Jumlah Candida (Log) 1080.447 .000
Persen Penghambatan 25304.146 7 3614.878
286.915 .000
80.297 24 3.346
25384.443 31
.509 6 .085
.006 21 .000
.515 27
colony counter, sehingga dapat disimpulkan bahwa Uji Post Hoc Tuckey
tidak terdapat daya bunuh terhadap Candida Hasil uji Post Hoc Tuckey disajikan pada tabel
albicans pada ekstrak etanol lengkuas merah
karena tidak dapat membunuh sebesar 99% atau 4. Hasil uji post Hoc Tuckey memperlihatkan bahwa
100% pada media agar.
pada setiap kelompok terdapat perbedaan yang
Hasil Uji ANOVA satu arah signifikan terhadap jumlah Candida. Hasil analisis
Hasil uji ANOVA dilampirkan pada tabel 3.
persen penghambatan menunjukkan bahwa tidak
Hasil uji ANOVA memperlihatkan nilai yang Sig.
(0.00) dimana pada berbagai macam pelakuan terdapat perbedaan aktivitas penghambatan
yang diujikan terdapat perbedaan yang signifikan. pertumbuhan Candida antara ekstrak konsentrasi
Untuk mengalisis perbedaan antar tiap perlakuan
dilakukan uji Post Hoc Tuckey. 200mg/ml dengan ekstrak konsetrasi 100mg/ml
dan ekstrak konsentrasi 50mg/ml dengan ekstrak
konsentrasi 25mg/ml. Hal ini menunjukkan bahwa
konsentrasi tersebut memilki kemampuan yang
sama dalam membunuh Candida albicans.
5
Kadar hambat minimum dan kadar bunuh minimum ekstrak etanol lengkuas merah (Kamoda dkk.)
Tabel 4. Hasil uji post hoc tuckey lengkuas merah selanjutnya diuji kandungan
fitokimianya secara kualitatif menggunakan metode
Perlakuan Rerata Jumlah Rerata Persen Farnsworth. Ekstrak Etanol Lengkuas Merah yang
Candida (cfu) Penghambatan (%) telah dilakukan uji fitokimia memiliki kandungan
flavonoid, fenol, triterpenoid dan terpenoid dalam
Kontol Negatif 3.466.667a - jumlah yang sedikit dan tidak mengandung alkaloid
dan steroid. Penelitiaan yang dilakukan oleh Avasthi
Nistatin 0b 100a dkk18 sebanding dengan uji fitokimia yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa lengkuas merah
Ekstrak 200 mg/mL 1.356.667c 60.9b mengandung fenol, flavonoid, steroid, triterpenoid
dan terpenoid, namun dalam penelitian tersebut
Ekstrak 100 mg/mL 1.490.000d 57.0b ditemukan adanya alkaloid dalam ekstrak lengkuas
merah.18 Adanya penghambatan Candida diketahui
Ekstrak 50 mg/mL 1.853.333e 46.6c karena ekstrak etanol lengkuas merah memiliki
kandungan zat aktif yang terdapat dalam ekstrak
Ekstrak 25 mg/mL 1.990.000f 42.6c yang telah dilakukan skrining fitokimia sehingga di
dapatkan metabolit sekunder diantaranya saponin,
Ekstrak 12.5 mg/mL 2.366.667g 31.7d flavonoid, fenol, triterpenoid, dan terpenoid.12,19,20
Ekstrak 6.25 mg/mL 2.820.000h 18.7e Kandungan saponin pada lengkuas sangat
berperan dalam mekanisme ketahanan terhadap
*Data disajikan dalam rerata. Perbedaan yang signifikan serangan patogen khususnya jamur. Selain itu
saponin juga berperan sebagai antioksidan,
pada <0.05 Dilihat pada notasi huruf yang berbeda pencegah kanker, anti bakteri, dan membantu
penyembuhan berbagai penyakit kulit.12 Kandungan
PEMBAHASAN fenol pada lengkuas dapat mengakibatkan
denaturasi protein dan lisis sel jamur sehingga
Hasil penelitian menunjukan penghambatan menyebabkan kebocoran nutrien dari dalam sel
tertinggi terdapat pada konsentrasi 200 mg/ml karena perubahan permeabilitas.6,12 Penelitian yang
terhadap candida albicans. Hasil ini sesuai dengan dilakukan oleh indah22 sesuai dengan hal tersebut
penelitian yang dilakukan oleh khusnul, dkk17 yang yang menyatakan bahwa ekstrak lengkuas putih
menyataka lengkuas merah dapat menghambat yang metabolit sekundernya mengandung fenol
pertumbuhan jamur, pada penelitian mengenai dapat lebih menghambat pertumbuhan Candida
uji efektivitas ekstrak etanol rimpang lengkuas pada plat akrilik. Bentuk senyawa antijamur lainnya
terhadap pertumbuhan Trichophyton rubrum secara adalah golongan terpenoid yang terkandung dalam
in vitro menyatakan bahwa ekstrak etanol rimpang lengkuas. Golongan ini merupakan kelompok utama
lengkuas dapat menghambat jamur Trichophyton sebagai penyusun minyak atsiri. Mekanisme kerja
rubrum dari konsentrasi 30% dengan zona hambat terpenoid adalah menghambat pertumbuhan jamur
sebesar 3,00 mm; 40% sebesar 6,00 mm; 50% dan patogen dengan cara merusak organel-organel sel
60 % sebesar 12,00 mm; 70% sebesar 14,00 mm; jamur, baik melalui membran sitoplasma maupun
90% sebesar 16,00 mm; dan 100% sebesar 18,00 mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
mm.17 spora jamur.23
Aktivitas antijamur dari suatu ekstrak Hasil uji pada penelitian ini menunjukan
tergantung pada beberapa faktor seperti kondisi bahwa ekstrak etanol lengkuas merah dapat
alamiah senyawa, metode ekstraksi yang menghambat pertumbuhan Candida albicans
digunakan, kondisi dan waktu penyimpanan, dll.18-20 namun tidak efektif dibandingkan dengan nistatin
Tanaman mengandung berbagai macam senyawa yang bertindak sebagai kontrol positif. Hal ini
metabolit yang bervariasi dengan sifat kimiawi sejalan dengan penelitian khusnul dkk17 karena
seperti polaritas dan kelarutan yang berbeda- ekstrak rimpang lengkuas yang digunakan diambil
beda. Beberapa pelarut telah dikembangkan langsung dari alam sehingga banyak faktor
dalam proses ekstraksi metabolit dari tanaman yang mempengaruhi aktifitas sebagai antifungi,
diantaranya metanol, etanol, etyl-asetat, dan
pelarut lainnya.18,19,21 Oleh karena itu, proses
ekstraksi akan mempengaruhi kandungan senyawa
metabolit dalam ekstrak dan akan mempengaruhi
aktivitas antijamur dari suatu ekstrak.18 21
Ekstraksi diawali dengan penghilangan
kadar air pada sampel menghasilkan berat kering.
Lengkuas merah memiliki kadar air yang cukup
tinggi, dilihat dari besarnya penyusutan bahan basah
menjadi simplisia, dari 1,5kg rimpang lengkuas
merah, dihasilkan hanya 200g simplisia. Ekstrak
6
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. April 2020;32(1)1-8.
diantaranya faktor lingkungan, kesuburan tanah, DAFTAR PUSTAKA
jenis tanah, ketinggian daratan, temperature,
dll.17 Pada konsentrasi 200mg/ml terdapat 1. Akpan A, Morgan R. Oral candidiasis.
penghambatan pertumbuhan Candida albicans Postgrad Med J. 2002:78:455-9. DOI: 10.1136/
sebesar 60% (Gambar 2). pmj.78.922.455
Menurut penelitian Chouni dan Paul20, 2. Arun S, Verma R, Murari A, Agrawal A. Oral
lengkuas mengandung beberapa senyawa candidiasis: An overview. J Oral Maxillofac
yang dapat menghambat pertumbuhan jamur Pathol. 2014 Sep;18(Suppl 1):S81–5. DOI:
diantaranya adalah Actocychavicol Acetate. 10.4103/0973-029X.141325.
Senyawa ini mampu menghambat 100% Candida
albicans pada konsentrasi 254 ug/ml. Berdasarkan 3. Prasetya, Windayona Hadi. Oral thrust. 1st ed.
hasil penelitian yang didapatkan, kemungkinan Yogyakarta. 2011. h. 17-28.
esktrak etanol lengkuas merah pada penelitian
ini memiliki senyawa-senyawa yang mampu 4. Egusa H, Soysa NS, Ellepola AN,
menghambat Candida albicans namun dalam Yatani H, Samaranayake LP. Oral
konsentrasi yang sedikit sehingga pada penelitian candidosis in HIV-infected patients. Curr
ini pertumbuhan Candida albicans tidak dapat HIV Res 2008 Nov;6(6):485-99. DOI:
dihambat 100%. 10.2174/157016208786501445.
Hal ini bisa dilihat berdasarkan nilai 5. Hakim L, Ramadhian MR. Kandidiasis oral.
absorbansi koreksi terendah dari Tabel 1, dimana Medic J Lampung Univ. 2015;4(9):53-7.
diantara berbagai macam perlakuan yang diujikan,
yang mendekati kontrol positif (nistatin) adalah 6. Fridayanti CMA, Priyanto D, Isbandrio B.
konsentrasi 200 mg/ml, hal ini menandakan bahwa Pengaruh pajanan asap terhadap jumlah
semakin rendah nilai absorbansi koreksi maka candida di rongga mulut. Laporan Karya tulis.
semakin baik suatu sampel dalam menghambat Program Pendidikan Sarjana Kedokteran
pertumbuhan Candida dalam pengujian ini. Jika Universitas Diponegoro. 2014. h. 10-20.
dibandingkan dengan perlakuan ekstrak yang
lainnya, penghambatan pertumbuhan Candida 7. Regezi JA, Sciubba JJ, Jordan RCK. Oral
pada konsentrasi 200mg/ml memiliki zat aktif pathology: clinical pathologic correlations 6th
yang lebih banyak. Semakin tinggi konsentrasi ed. Elsevier. 2012. h. 104-7.
ekstrak etanol lengkuas merah yang digunakan,
akan semakin efektif dalam memberikan efek 8. Samaranayake L. Essential microbiology
antijamur, sedangkan KBM pada penelitian ini for dentistry. 4th ed. Hongkong: Churchill
tidak memberikan hasil yang efektif, dimana hasil Livingstone Elsevier. 2012. h. 307-10.
perhitungan menggunakan colony counter masih
teramati adanya jamur. 9. Andriani R, Rundjan L. Nistatin oral sebagai
terapi profilaksis infeksi jamur sistemik
Penelitian lebih lanjut penting dilakukan pada neonatus kurang bulan. Sari Pediatri.
untuk mengetahui aktivitas antijamur dari lengkuas 2010:11(6):420-7.
merah dengan pelarut lain, selain etanol. Dan
penelitian serupa terhadap jamur spesies lain 11. Rimadhani A. Farmakologi Senyawa Obat
penyebab infeksi rongga mulut. Antifungi. Academia. 2015
SIMPULAN 12. Kurniawati. Perbedaan khasiat anti jamur
antara ekstrak etanol daun Kersen (Muntingia
Kadar Hambat Minimum (KHM) ekstrak calabura L.) dengan nistatin terhadap
etanol lengkuas merah (Alpinia galanga L) terhadap pertumbuhan Candida albicans (The
pertumbuhan Candida albicancs adalah 200mg/ comparison of antifungal effect of Muntingia
ml namun hanya menghambat 60%, sedangkan calabura L. leaf ethanol extract toward growth
ekstrak etanol lengkuas merah (Alpinia galanga L) Candida albicans). J PDGI. 2016:65(3):74-7.
tidak dapat membunuh Candida albicans.
13. Bhaskara GY. Uji daya hambat ekstrak etanol
daun salam (syzygium polyanthum) terhadap
candida albicans ATCC 10231 secara in vitro
[skripsi]. FK Univ Muham Surakarta. 2012.
14. Husen S, Yunus R, Supiati. Uji daya
hambat perasan lengkuas merah terhadap
pertumbuhan jamur penyakit panu (malassezia
furfur) dengan konsentrasi yang berbeda
7
Kadar hambat minimum dan kadar bunuh minimum ekstrak etanol lengkuas merah (Kamoda dkk.)
menggunakan metode difusi kertas cakram In vitro antibacterial, antifungal, antioksidant,
(paper disk). Skripsi. Politeknik Kesehatan and antihemolytic activities of Alpinia galangal.
Kendari. 2018. Inter J Phytomed. 2015:7:78-89.
15. Violita Y, Wantini S, Sulistianingsih E. 19. Subramanian V, Suja S. Phytochemical
Perbandingan uji efektivitas air perasan screening of alpinia purpurata (vieill). Res J
lengkuas merah (alpinia purpurata k.Schum) Pharmac Biol Chem Scie 2011:2(3):866-71.
dengan air perasan lengkuas putih (alpinia 20. Chouni A, Paul S. A review on phytochemical
galangal l.Wild) terhadap pertumbuhan jamur and pharmacological potential of alpinia
malassezia furfur penyebab panu. Jurnal galanga. Pharmacogn J. 2018:10(1):9-15.
Analisis Kesehatan. 2013:2(2):282-9. 21. Al-Judaibi A, Al-Yousef F. Antifungal Effect of
16. Wardani AA. Uji efektivitas minyak atsiri Ethanol Plant Extract on Candida sp. Am J
lengkuas merah (Alpinia purpurata k.Schum) Agric Biol Scie. 2014:9(3):277-83.
dalam menghambat pertumbuhan candida 22. Indah YF, Marsono, Yusuf. Efektivitas ekstrak
albicans. Stikes Muhammadiyah Klaten. 2018. lengkuas (alpinia galangal l stuntz var.Alba)
17. Khusnul. Uji efektivitas ekstrak etanol rimpang dan kunyit (curcuma domestica l) terhadap
lengkuas (Alpinia Galangal l) terhadap pertumbuhan candida albicans pada plat resin
pertumbuhan trichophyton rubrum secara in akrilik. Medali J. 2015:2(1):37-40.
vitro. J Kes Bakti Tunas Husada. 2017:17(1):73- 23. Moiz A, Ansari, Amiya A, Zeeshan F, Saif H.
80. DOI: 10.36465/jkbth.v17i1.210. Natural Phenolic Compounds: A potential
18. Avasthi AS, Jain S, Bhatnagar M, Ghosal S. antifungal agent. Formatex. 2013. h. 1189-95.
8
Laporan Penelitian
Pengaruh gel ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia) 5%
terhadap peningkatan osteoblas pada proses penyembuhan luka
pasca pencabutan gigi tikus strain wistar
Jannatus Salis Sa’diyah1*, Dewi Ayu Septiana1, Nanda Nailul Farih1, Juwita Raditya
Ningsih1
1Departemen Biomedis dan Biologi Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Indonesia
*korespondensi: [email protected]
Submisi: 22 Juni 2019; Penerimaan: 10 April 2020; Publikasi online: 30 April 2020
DOI: 10.24198/jkg.v32i1.26885
ABSTRAK
Pendahuluan: Pencabutan gigi di dunia kedokteran gigi adalah tindakan yang sering dilakukan.
Pasca terjadinya pencabutan gigi, maka tulang pada soket akan rusak. Penyembuhan tulang ditandai
dengan terbentuknya sel-sel osteoblas baru. Daun binahong merupakan daun yang mengandung flavonoid,
alkaloid, terpenoid, asam askorbat, saponin, tanin dan asam oleanolik. Kandungan dari daun binahong
dapat meningkatkan jgueml elakhstorasktedoabulansbpinaashcoanpge(nAcnarbeudtearna gcoigrid. iTfouljiuaa) knodnasrei npteranseili5ti%anteardhaaldaahpmpeennginagnkaalitsains
pengaruh pemberian
osteoblas pada proses penyembuhan mluukarnpi adsecnagapnenracnacbauntagnangipgoi.sMt teetsotdoen:lyJeconnistrpoel ngeroliutiapndiensiimgne.rSupuabkyaenk
penelitian eksperimental laboratorium
penelitian berupa 45 ekor tikus dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok gel ekstrak daun binahong,
kontrol negatif dan kontrol positif. Gigi insisivus sentral kiri rahang bawah dilakukan pencabutan gigi
kemudian diaplikasikan gel ekstrak daun binahong 5%, CMC-Na 1% dan iod gliserin. Tikus diterminasi
mrdpbaaeeesndrtnmeaguraahn.nkajHunrpkaaieksknaaeilgnn:3etHat,ce5raar,7sdtkai,ael1nplu4oahjmidtepamppanoearkra2tbom1e(kpedps<taiarl0iaisnk,nc0eoa5yon)daseinpilnawga.kdabJuayuekmraammnnlaaaopshkveinansnagecm-la(meopbns<auuts0teani,no0njugb5gkl)ahaigpsaniarduitd.ienharHtiduthuaakansprsgiailetkdLlaepeSnenD5jrgu,b7at(en,Lndy1eaao4aapdsdnttiiblaajSuunbaimg2dtnl1apaifnrhaiecnsopatosanaftrcrteawaeotabkhDrelieasilfostfioemmylroeaapgngnoitegsk)
perlakuan dengan kontrol negatif dan terdapat perbedaan yang bermakna pada hari ke 7 dan 14 antara
kelompok perlakuan dan kontrol positif. Simpulan: Gel ekstrak daun binahong konsentrasi 5% berpengaruh
dalam meningkatkan jumlah sel osteoblas pasca dilakukan pencabutan gigi.
Kata kunci: Pencabutan gigi, gel ekstrak daun binahong, osteoblas.
Effect of 5% binahong (Anredera cordifolia) leaf extract in increasing the
osteoblast amount at the tooth extraction wound healing process of Wistar rat
ABSTRACT
bone in tIhnetrsoodcukcettiownill: bTeoodtahmeaxgtreadc.tiTonheisfothremmatoiosnt common treatment in dentistry. After tooth extraction, the
of new osteoblast characterises bone healing. Binahong
leaves contain flavonoids, alkaloids, terpenoids, ascorbic acid, saponins, tannins and oleanolic acids. This
research was aimed to investigate the effectivity of binahong (thAenrteodoethraexctorardcitfioolniaw) oleuanfdehxetraalcint ggeplrowciethssa.
concentration of 5% in increasing the number of osteoblasts at a post-test only control group design. Forty-
Mfiveethraotdssw: eTrheisdirveisdeeadrcinhtow3asgaronuepxsp; ebriinmaehnotnagl laboratory with negative control group, and positive control
leaf gel group,
group. Mandibular left central incisive was extracted, then binahong leaf gel, 1% CMC-Na, and glycerin
were applied on the wound socket in different groups. All rats then terminated at day 3, 5, 7, 14, and 21
post-extraction and processed for the histological examination then coloured by haematoxylin-eosin. The
number of osteoblasts was calculated by Optilab and roassteteorbilmasatgseamsooftnwgagrero. uRpessu(plt<s0:.0T5h)eoAnNeOacVhA test
result showed significant differences in the number of day.
The LSD (Least Significance Different) test result showed significant differences (p<0.05) at day 5, 7, 14,
and 21 post-extraction, between binahong leaf gel group compared to the negative control group, and also
at day 7 and 14 post-extraction between binahong leaf gel group compared to the positive control group.
oCsotneocblulassiot nin: Binahong leaf extract gel with a concentration of 5% is effective in increasing the number of
the wound healing process after tooth extraction.
Keywords: Tooth extraction, Binahong leaf extract gel, osteoblast.
9
Pengaruh gel ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia) 5% terhadap peningkatan osteoblas (Sa’diyah dkk.)
PENDAHULUAN Terpenoid berfungsi untuk membantu tubuh
dalam proses sintesa organik dan pemulihan sel-
Pencabutan gigi di dunia kedokteran gigi sel tubuh.12 Kandungan asam askorbat dapat
adalah tindakan yang sering dilakukan.1 Tulang merangsang pertumbuhan dan diferensiasi
alveolar akan mengalami resorbsi apabila gigi telah osteoblas.4 Kandungan saponin dalam daun
dicabut.2 Pasca dilakukannya pencabutan gigi, maka binahong berfungsi sebagai antimikroba dan
tulang pada soket akan mengalami penyembuhan memicu pertumbuhan sel-sel baru pada luka.8 Sifat
yang disebut dengan proses osteogenesis. Saat antimikrobial pada saponin berperan dalam proses
proses osteogenesis akan terjadi deposisi tulang penyembuhan luka dengan mengurangi lamanya
yang akan membentuk tulang baru. Apabila proses fase inflamasi.13 Tanin bersifat sebagai antibakteri
osteogenesis terhambat maka dapat mengurangi karena dapat merusak membran sel bakteri.9
keberhasilan tindakan perawatan dental yang Kandungan asam oleanolik sebagai antiinflamasi
lain seperti pemakaian gigi tiruan dan implan dan antibakteri serta antioksidan yang mampu
gigi.3 Osteoblas adalah sel yang berperan dalam menstimulasi sel fibroblas dan fibronektin.10
mensekresi kolagen organik pada matrik tulang
dan mengatur proses mineralisasi osteoid pada Penelitian mengenai gel ekstrak daun
proses osteogenesis. Osteoblas terbentuk dari binahong dengan beberapa konsentrasi pernah
osteoprogenitor dalam periosteum dan sumsum dilakukan oleh Mutiara pada tahun 2015 dengan
tulang serta terletak di permukaan tulang.4 membandingkan konsentrasi gel ekstrak daun
binahong 2,5, 5 dan 7%. Hasil pada penelitian
Pasca dilakukan pencabutan gigi, tersebut menyebutkan bahwa gel ekstrak daun
jaringan lunak maupun jaringan keras yang binahong konsentrasi 5% dapat mempercepat
rusak akan mengalami proses penyembuhan. proses penyembuhan dengan meningkatnya jumlah
Proses penyembuhan dapat dipercepat dengan sel makrofag. Berkaitan dengan ini, kandungan gel
penggunaan obat-obatan agar menghindari ekstrak binahong (Anredera cordifolia) konsentrasi
terjadinya infeksi pada soket pasca dilakukan 5% dimungkinkan dapat mempercepat waktu
pencabutan gigi. Obat yang seringkali digunakan penyembuhan luka terutama proses pembentukan
adalah iod gliserin. Iod gliserin berperan untuk tulang baru pasca pencabutan gigi tikus putih
membunuh mikroorganisme dan dapat mencegah (Rattus norvegicus) strain wistar yang diwakili oleh
terjadinya infeksi sehingga tidak mengganggu jumlah sel osteoblast. Tujuan dari penelitian adalah
proses penyembuhan luka serta memiliki menganalisis pengaruh pemberian gel ekstrak
sifat sebagai antiinflamasi dan mengurangi daun binahong (Anredera cordifolia) konsentrasi
perdarahan.5 Obat ini memiliki kekurangan yaitu 5% terhadap peningkatan osteoblas pada proses
dapat menimbulkan reaksi sensitivitas, eritema penyembuhan luka pasca pencabutan gigi.
lokal serta nyeri apabila digunakan dalam jangka
panjang.6 METODE
Tanaman binahong merupakan tanaman Jenis penelitian ini merupakan penelitian
merambat yang mudah ditemui di Indonesia. eksperimental laboratorium murni dengan
Tanaman binahong memiliki ciri-ciri daun rancangan posttest only control group design.
menyerupai jantung, tersusun berseling, berwarna Penelitian mengenai pengaruh gel ekstrak daun
hijau, daunnya tipis, akar tunggang, dan batang binahong (Anredera cordifolia) konsentrasi 5%
yang lunak.7 Daun binahong (Anredera cordifolia) ini terhadap peningkatan osteoblas pada proses
mengandung flavonoid, alkaloid, terpenoid, asam penyembuhan luka pasca pencabutan gigi tikus
askorbat, saponin, tanin dan asam oleanolik.8,9 putih (Rattus norvegicus) strain wistar telah selesai
Flavonoid memiliki sifat antiinflamasi yang dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian
berpengaruh terhadap proliferasi sel fibroblas.10 Terpadu unit IV Universitas Gajah Mada (LPPT-
Flavonoid mempunyai kandungan quercetin UGM Unit IV).
yang dapat membersihkan radikal dan dapat
menstimulasi diferensiasi osteoblas.11 Alkaloid Bahan yang digunakan adalah daun
merupakan bahan organik yang mengandung binahong yang sebelumnya dilakukan determinasi
nitrogen sebagai bagian dari sistem heterosiklik.12 di Laboratorium Biologi, Fakultas MIPA Universitas
10
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. April 2020;32(1):9-15.
Muhamadiyah Surakarta. Bahan dibuat dalam diserap secara cepat kedalam jaringan sehingga
sediaan serbuk kemudian dimaserasi atau dapat mempercepat proses penyembuhan. Tikus
direndam kedalam percolator dengan etanol 70% diterminasi pada hari ke 3,5,7,14 dan 21 pasca
sebanyak 2 liter selama 5 hari dengan sesekali dilakukan pencabutan gigi kemudian diambil
diaduk dengan spatula. Dilakukan penyaringan rahang bawahnya untuk dibuat preparat histologis
untuk memisahkan residu dan hasil filtratnya dengan pengecatan hematoksilin eosin.
dengan menggunakan kertas flanel. Filtrat yang
dihasilkan kemudian dilakukan evaporasi pada Jumlah sel osteoblas dihitung dengan
suhu 50oC selama 9 jam dengan menggunakan optilab pada mikroskop dan software image raster.
vaccum rotary evaporator. Evaporasi berfungsi Uji yang digunakan yaitu uji parametrik dengan
untuk memisahkan larutan pelarut dengan ekstrak menggunakan uji One Way Anova dengan SPSS
binahong sehingga didapatkan ekstrak daun 20. Syarat dapat dilakukanya uji parametrik one
binahong yang kental. way anova yaitu data harus terdistribusi normal
dan varian data harus homogen. Uji normalitas
Ekstrak daun binahong kemudian dibuat yang digunakan adalah uji Shapiro wilk dan uji
sediaan gel dengan dicampurkan CMC-Na 1%. homogenitas menggunakan uji Levene’s test. Uji
Subyek penelitian berupa 45 ekor tikus dengan homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah
usia 4-9 minggu, berat badan 200-250 gram dan varian dari data homogen atau tidak. Kegiatan
jenis kelamin jantan, dibagi menjadi 3 kelompok, penelitian ini telah mendapatkan persetujuan etik
yaitu kelompok gel ekstrak daun binahong, kontrol (ethical approval) untuk menggunakan hewan
negatif dan kontrol positif. Penelitian yang pernah uji tikus strain wistar dari Rumah Sakit Umum
dilakukan oleh Khairunnisa pada tahun 2018 Daerah Moewardi Surakarta dengan nomor 74/I/
dengan menggunakan hewan uji berupa tikus HREC/2019.
wistar untuk dilakukan pencabutan gigi insisivus
rahang bawah, karena gigi insisivus rahang bawah HASIL
tikus memiliki ukuran yang lebih besar dan panjang
sehingga mudah untuk dilakukan pencabutan Sampel sejumlah 45 ekor tikus putih (Rattus
gigi. Gigi insisivus kiri rahang bawah dilakukan norvegicus) strain wistar telah dilakukan perhitungan
pencabutan gigi kemudian diaplikasikan gel ekstrak jumlah osteoblas dengan menggunakan mikroskop
daun binahong 5% (kelompok perlakuan), CMC- optilab dan software image raster. Rata-rata dan
Na 1% (kontrol negatif) dan iod gliserin (kontrol standar deviasi hasil perhitungan jumlah osteoblas
positif) selama 10 menit. Pengaplikasian bahan pada proses penyembuhan luka pasca pencabutan
pada masing-masing kelompok dilakukan satu gigi tikus disajikan dalam grafik 1.
kali pasca dilakukan pencabutan gigi selama 10
menit. Gel memiliki sifat first pass metabolism yang Hasil rata-rata jumlah osteoblas dari
artinya mampu menyerap kedalam jaringan dengan gambar diatas (Gambar 1) menunjukkan bahwa
cepat. Pengaplikasian gel selama 10 menit mampu sel osteoblas belum mulai terbentuk pada hari
ke-3. Jumlah sel osteoblas pada masing-masing
rata-rata dan standar deviasi jumlah osteoblast
Perlakuan
Kontrol negatif
Kontrol Positif
Hari ke 3 Hari ke 5 Hari ke 7 Hari ke 14 Hari ke 21
Gambar 1. Grafik rata-rata dan standar deviasi jumlah osteoblast
11
Pengaruh gel ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia) 5% terhadap peningkatan osteoblas (Sa’diyah dkk.)
kelompok mengalami peningkatan mulai dari hari kelompok pada hari ke-3 adalah nol (0). Hasil uji
homogenitas dengan menggunakan uji Levene’s
ke 5 hingga ke 21. Jumlah sel osteoblas pada test menunjukkan bahwa semua data homogen
kelompok perlakuan lebih tinggi dibandingkan karena semua data pada hari ke-5, ke-7, ke-14 dan
ke-21 memiliki p-value >0,05. Data yang sudah
dengan kelompok kontrol negatif dan kontrol positif.
terdistribusi normal dan homogen, kemudian
Hasil uji normalitas dari data yang telah dilanjutkan dengan uji parametrik yaitu One Way
dianalisis dengan menggunakan software SPSS Anova.
20 secara keseluruhan diketahui data terdistribusi Hasil uji parametrik One Way Anova, pada
normal yang dianalisis dengan uji Shapiro
wilk (jumlah sampel < 50). Hasil uji Shapiro hari ke-5, ke-7, ke-14 dan ke-21 menunjukkan
wilk menunjukkan bahwa p-value dari masing- p-value <0,05 sehingga dapat dikatakan terdapat
masing kelompok dalam beberapa hari >0,05 perbedaan yang bermakna antar kelompok. (tabel 1).
kecuali pada hari ke-3 karena data dari semua
ABC
DEF
GH I
JK L
MN O
Gambar 2. (A) Perlakuan hari ke-3, (B) Kontrol negatif hari ke-3, (C) Kontrol positif hari ke-3; (D) Perlakuan hari ke-5, (E)
Kontrol negatif hari ke-5, (F) Kontrol positif hari ke -5; (G) Perlakuan hari ke-7, (H) Kontrol negatif hari ke-7, (I) Kontrol
positif hari ke -7; (J) Perlakuan hari ke-14, (K) Kontrol negatif hari ke-14 (L) Kontrol positif hari ke 14; (M) Perlakuan hari
ke-21, (N) Kontrol negatif hari ke-21(O) Kontrol positif hari ke 21; (perbesaran 100x)
12
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. April 2020;32(1):9-15.
Tabel 1. Hasil uji One Way Anova jumlah osteoblas perbedaan jumlah osteoblas antara kelompok
Hari ke- Sig. perlakuan dan kontrol positif. Hal ini menunjukkan
5 0,050* bahwa gel ekstrak daun binahong memiliki
7 0,000* kemampuan yang setara dengan iod gliserin.
14 0,001* Pada kelompok perlakuan dan kontrol negatif
21 0,006* menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna
Keterangan: * (p-value <0,05) : terdapat perbedaan yang
bermakna (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa gel ekstrak
Tabel 2. Ringkasan analisis LSD osteoblas antar kelompok daun binahong mampu mempercepat proliferasi
perlakuan dalam berbagai hari pengamatan
dan diferensiasi sel osteoprogenitor menjadi sel
Kelompok Hari Pengamatan Sig.
osteoblas dibandingkan dengan kontrol negatif.
5 0,019*
Hari ke-7 pasca pencabutan gigi masih terjadi
Perlakuan-Kontrol Negatif 7 0,000* proliferasi sel osteoblas serta terbentuknya woven
14 0,000* bone dimulai dari bagian tepi soket. Osteoblas ini
akan membantu proses mineralisasi soft callus
21 0,003*
dengan cara mensekresi matriks (kolagen tipe l)
5 0,104 yang nantinya akan menjadi woven bone. Uji LSD
Perlakuan-Kontrol Positif 7 0,025* menunjukkan bahwa antara kelompok perlakuan
14 0,042*
dan kontrol positif terdapat perbedaan yang
21 0,487
Keterangan: * (p-value <0,05) : terdapat perbedaan yang bermakna. Hal ini menunjukkan bahwa gel ekstrak
bermakna
daun binahong mampu meningkatkan proses
Uji selanjutnya yaitu uji Post hoc dengan
menggunakan LSD (Least Significant of Difference) proliferasi dan diferensiasi osteoblas.
untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki Hari ke-14 pasca dilakukan pencabutan
gigi terjadi aktivitas perubahan woven bone
perbedaan yang bermakna.Hasil uji disajikan pada menjadi lamellar bone oleh sel osteoblas. Aktivitas
tabel 2. osteoblas dan osteoklas akan mengubah tulang
yang belum matang (woven bone) menjadi lamellar
PEMBAHASAN bone. Osteoklas mampu merusak sel-sel yang
Hari ke-3 pasca pencabutan gigi rusak pada soket pasca dilakukan pencabutan
terjadi diferensiasi sel mesenkim menjadi sel
osteoprogenitor. Sel osteoprogenitor berasal dari yang kemudian akan diganti oleh osteoblas untuk
jaringan mesenkim yang berada pada sumsum
tulang yang diferensiasinya dipengaruhi oleh membentuk tulang baru. Uji LSD menunjukkan
parathyroid hormone (PTH), dengan memproduksi
osteocalcin, bone sialoprotein dan extracellular bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara
matrix proteins spesifik untuk tulang. Hari ke-3
pasca pencabutan gigi pada semua kelompok kelompok perlakuan dengan kontrol positif dimana
belum terlihat adanya sel osteoblas yang baru.
Hal ini menunjukkan bahwa gel ekstrak daun gel ekstrak daun binahong mampu mempercepat
binahong tidak mempercepat proses diferensiasi
sel mesenkim menjadi sel osteoprogenitor. proliferasi osteoblas.
Hari ke-5 pasca pencabutan pada masing- Hari ke-21 pasca pencabutan gigi terlihat
masing kelompok terlihat adanya osteoblas yang adanya spikula-spikula yang memadat menjadi
baru pada bagian tepi soket. Pada hari ke-5
terjadi proliferasi sel osteoprogenitor menjadi sel trabekula tulang. Hari ke-21 ini osteoblas sudah
osteoblas. Uji LSD menunjukkan bahwa antara
kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol positif mulai terjebak didalam trabekula tulang dan
didapatkan p-value >0,05 sehingga tidak terdapat
selanjutnya membentuk osteoid. Deposisi garam
kalsium akan terjadi dengan diawali pembentukan
kristal berupa pulau kecil atau spikula kemudian
akan membentuk osteon dengan sistem Harver.
Saat osteoid terbentuk, beberapa sel osteoblas
terperangkap dalam osteoid dan selanjutnya
disebut osteosit. Uji LSD pada hari ke 21
menunjukkan antara kelompok perlakuan dengan
kelompok kontrol positif tidak terdapat perbedaan
yang bermakna.
Hari ke-21 pasca pencabutan gigi terlihat
adanya spikula-spikula yang memadat menjadi
13
Pengaruh gel ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia) 5% terhadap peningkatan osteoblas (Sa’diyah dkk.)
trabekula tulang. Hari ke-21 ini osteoblas sudah dapat menginduksi mesechymal stem cell untuk
mulai terjebak didalam trabekula tulang dan berproliferasi menjadi osteoblas. Mekanisme
selanjutnya membentuk osteoid. Deposisi garam vitamin C dapat menginduksi proliferasi osteoblas
kalsium akan terjadi dengan diawali pembentukan yang dimediasi oleh sintesis kolagen tipe I,
kristal berupa pulau kecil atau spikula kemudian interaksi antara alpha2 dan beta1-integrin, aktivasi
akan membentuk osteon dengan sistem Harver. dari mitogen-activated protein kinase pathway dan
Saat osteoid terbentuk, beberapa sel osteoblas fosforilasi osteoblas-specific-transcription factors.
terperangkap dalam osteoid dan selanjutnya Vitamin C dapat menginduksi ekspresi EB1 (end
disebut osteosit. Uji LSD pada hari ke 21 binding protein 1) untuk menstabilisasi β-catenin
menunjukkan antara kelompok perlakuan dengan signaling pada wnt pathway, β-catenin signaling
kelompok kontrol positif tidak terdapat perbedaan yang stabil penting untuk ekspresi gen osteoblas
yang bermakna. Hal ini dapat disebabkan yang dimediasi oleh runx2.16
pertumbuhan osteoblas yang mulai stabil pada
kelompok perlakuan dimana osteoblas sudah Peneliti menyarankan untuk dilakukan
mulai terjebak didalam matriks menjadi osteosit penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
dibandingkan dengan kontrol positif yang masih mekanisme spesifik dari aktivitas zat aktif daun
terus menunjukkan peningkatan lebih tinggi dimana binahong terhadap jumlah sel osteoblas pada
deposisi matriks tulang oleh osteoblas menjadi proses penyembuhan luka, perlu dilakukan
osteosit masih sedikit dibandingkan kelompok penelitian lebih lanjut terkait stabilisasi, daya
perlakuan. sebar dan homogenitas pada bahan ekstrak daun
binahong konsentrasi 5% dan perlu dilakukan
Hal ini dikarenakan kandungan zat aktif penelitian lebih lanjut pada waktu lebih dari 21 hari
yang terkandung dalam daun binahong. Flavonoid untuk mengetahui jumlah puncak proliferasi dan
pada daun binahong mampu mempercepat proses diferensiasi sel osteoblas.
diferensiasi osteoblas menjadi osteosit pada proses
osteogenesis. Flavonoid diklasifikasikan sebagai SIMPULAN
fitoestrogen karena memiliki kemiripan aktivitas
yang sama dengan estrogen. Fitoestrogen juga Pemberian gel ekstrak daun binahong
berperan sebagai zat alternatif yang efektif untuk (Anredera cordifolia) konsentrasi 5% memiliki
mencegah kerusakan tulang akibat defisiensi pengaruh terhadap peningkatan osteoblas pada
estrogen.14 Flavonoid merupakan polisakarida yang proses penyembuhan luka pasca pencabutan gigi
terdiri atas glikosaminoglikan yang memiliki sifat tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar.
osteokonduktif sel sehingga dapat menstimulasi
pembentukan osteblas dan menurunkan aktivitas DAFTAR PUSTAKA
osteoklas dengan cara menghambat aktivitas IL-6.15
1. Windrawati NM, Mintjelunngan C, Pangemanan
Flavonoid mampu menstimulasi proliferasi DHC. Gambaran perawatan gigi dan mulut
sel osteoblas menjadi osteosit dengan cara pada bulan kesehatan gigi nasional periode
meningkatkan aktivitas reseptor-reseptor estrogen Tahun 2011 dan 2014 di RSGM UNSRAT.
dan meningkatkan faktor pertumbuhan seperti TGF- e-Gigi 2015:3:266–72. DOI: 10.35790/
1 sehingga dapat menstimulasi proliferasi dari sel eg.3.2.2015.8766
osteoblas. Selain itu, flavonoid juga berperan dalam
mencegah kematian sel dan sebagai antiinflamasi 2. Ningsih JR. Ilmu dasar kedokteran gigi.
sehingga dapat mempercepat waktu inflamasi dan Surakarta: Muhammadiyah University Press.
mempercepat memasuki fase proliferasi sel.11 2018.
Daun binahong memiliki kandungan 3. Hamzah Z, Kartikasari N. Pencabutan gigi
asam askorbat atau biasa yang dikenal yang irrasional mempercepat penurunan
dengan vitamin C yang berperan dalam proses struktur anatomis dan fungsi tulang alveolar.
pembentukan tulang baru atau osteogenesis Stomatognatik JKG Unej 2015:12(2):61–6.
untuk mempercepat pertumbuhan dan proliferasi
osteoblas. Osteoprogenitor akan berkembang 4. Koraag JR, Leman MA, Siagian KV. Efektivitas
menjadi osteoblas dalam periosteum.4 Vitamin C perasan daun pepaya terhadap jumlah
osteoblas pasca pencabutan gigi pada tikus
14
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. April 2020;32(1):9-15.
wistar jantan. Pharmacon. 2015:4(4):40–6. (cavia cobaya). Odonto Dent J. 2015:2(1):64–
5. Baroro A, Utami DF. Pengaruh pemberian 70.
11. Ceriana R, Djuwita I, Wresdiyati T. Ekstrak
povidone iodine 1% terhadap kejadian batang sipatah-patah meningkatkan proliferasi
komplikasi pada proses penyembuhan dan diferensiasi sel punca mesenkimal
luka pasca pencabutan gigi. Media Medika sumsum tulang. Jurnal Veteriner.2014: 15(4):
Muda.2015:4(4):371–8. 436–45. DOI: 10.30659/odj.2.1.64-70
6. Rifdayani N, Budiarti LY, Carabelly AN. 12. Apriliani RDP. Uji efektivitas ekstrak segar
Perbandingan efek bakterisidal ekstrak daun binahong (anredera cordifollia) terhadap
mengkudu (morinda citrifolia liin) 100% dan bakteri (staphylococcus aureus) secara in vitro.
povidone iodine 1% terhadap streptococcus J Pen Kaj Ilm Kes 2015:1(2):90–4.
mutans in vitro. Dentino JKG. 2014:II(1):1–6. 13. Ningsih JR, Haniastuti T, Handajani J. Re-
7. Susetya DS. Khasiat dan manfaat daun ajaib epitelisasi luka soket pasca pencabutan gigi
binahong. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. setelah pemberian gel getah pisang raja (musa
2015. sapientum l) kajian histologis pada marmut
8. Mutiara G, Nurdiana, Utami YW. Efektifitas (cavia cobaya). J Ilmu Ked Gig 2015:2(1):5.
hidrogel binahong (anredera cordifolia 14. Aditama AP, Agil M, Laswati H. An in vitro
(ten.) Steenis) terhadap penurunan jumlah antiosteoporotic activity of 96% ethanol extract
makrofag pada penyembuhan luka fase of albelmoschus manihot l. Medik Leaves
proliferasi tikus putih (rattus norvegicus) galur Using MC3T3-E1 Preosteoblast Cells. Trad
wistar kondisi hiperglikemia gadis. Maj Kes Med J 2016:21(3):116–23.
FKUB.2015:2(1):29–40. 15. Salim S, Rostiny, Kuntjoro M. Efek kombinasi
9. Virgianti DP, Purwati DM. Daya hambat ekstrak spirulina kitosan untuk preservasi soket
etanol daun binahong (anredera cordifolia terhadap osteoblas, osteoklas dan kepadatan
(ten.) Steenis) terhadap pertumbuhan bakteri kolagen. Dentika Dent J 2015:18(3):225–31.
streptococcus pyogenes secara in vitro. J Kes 16. Pustylnik S, Fiorino C, Nabavi N, Zappitelli T,
Bakti Tun Hus.2015:13: 24–27. DOI: 10.36465/ Silva R, Aubin JE, dan Harrison, R. E. EB1
jkbth.v13i1.7 Levels Are Elevated in Ascorbic Acid ( AA )
10. Ardiana T, Kusuma ARP, Firdausy MD. -stimulated Osteoblasts and Mediate Cell-Cell
Efektivitas pemberian gel binahong (anredera Adhesion-induced. The Journal Of Biological
cordifolia) 5% terhadap jumlah sel fibroblast Chemistry. 2013:288(30): 22096–110.
pada soket pasca pencabutan gigi marmut
15
Laporan Kasus
Penatalaksanaan perawatan maloklusi dentoskeletal kelas III disertai
crowding ringan dan masalah tooth size discrepancy menggunakan
reduksi interproksimal
Ni Luh Nyoman Ary Mayasari1, Endah Mardianti1*
1Departemen Ortodonti, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran,
Indonesia
*korespondensi: [email protected]
Submisi: 24 Juli 2018; Penerimaan: 13 April 2020; Publikasi online: 30 April 2020
DOI: 10.24198/jkg.v32i1.22898
ABSTRAK
Pendahuluan: Pasien yang telah melewati masa tumbuh kembang dapat dirawat dengan perawatan
ortodonti kamuflase atau bedah ortognati. Perawatan ortodonti kamuflase dengan hasil yang cukup baik
dapat dilakukan jika diskrepansi skeletal tidak terlalu berat. Laporan kasus ini bertujuan untuk mengetahui
keefektifan penatalaksanaan perawatan maloklusi skeletal kelas III dengan perawatan ortodonti kamuflase.
Laporan kasus: Pasien perempuan, berusia 16 tahun 7 bulan, datang ke klinik PPDGS Ortodonti
RSGM UNPAD dengan keluhan gigi depan tidak rapi dan gigi bawah terlihat lebih maju dibandingkan
gigi rahang atas. Hasil diagnosis menunjukkan maloklusi dentoskeletal kelas III disertai asimetri wajah,
palatum tinggi, pergeseran garis median rahang bawah, overjet terbalik, crossbite anterior, geligi berjejal,
dan kurva Spee dalam. Pasien dirawat dengan straight wire appliance selama 1 tahun 8 bulan. Breket
rahang atas dipasang terlebih dulu sampai overjet terkoreksi. Breket rahang bawah dipasang diikuti reduksi
interproksimal. Pasien menggunakan elastik kelas III untuk koreksi relasi kaninus. Reduksi interproksimal
menggunakan strip abrasif metal merupakan salah satu cara untuk mendapatkan ruangan pada kasus
crowding ringan. Kombinasi reduksi interproksimal gigi anterior rahang bawah dan flaring gigi rahang
atas, diikuti penggunaan elastik kelas III efektif mengoreksi overjet terbalik pada kasus maloklusi kelas
IdIiIs. eSritmaipcurolawnd:inRgerdinugkasni indtaenrpmroakssaimlahalTdSaDn. elastik kelas III berhasil mengoreksi kasus maloklusi kelas III
Kata kunci: Maloklusi, skeletal kelas III, crowding ringan, tooth size discrepancy (TSD), reduksi
interproksimal.
Management of Class III dentoskeletal malocclusion treatment with mild
crowding and tooth size discrepancy problems using interproximal reduction
ABSTRACT
treated wInitthroodruthcotdioonn:tiPcactaiemnot wufiltahgdeeonrtoosrktheolegtanlacthlaicsssuIIrIgmearylo. cCcalumsoiounfl,apgoestt-rpeuabtmeretanlt growth spurt, may be
with good prognosis
can have acceptable results if there is an only mild skeletal discrepancy. This report was aimed to investigate
the effectiveness coaf mcaemtoouOflratgheodtroenatitcmseCntlininicdoefnUtonsikveelrestiatal sclPasasdjIaIIdpjaartaiennDt.eCnatasleHroesppoitrat:l,Acofemmpalaleinpinagtiehnetr,
16 y.o 7 months,
anterior teeth looks crowded and her protrusive mandible. She was diagnosed with dentoskeletal class
III malocclusion with asymmetrical face, high palate, midline shifting mandible, reverse overjet, crossbite
anterior, crowding, and the deep curve of Spee. The patient was treated with straight wire appliance for
one year and eight months. A lower bracket was bonded after anterior crossbite corrected, followed with
interproximal reduction. Elastic class III was used to correct canine relationship. Interproximal reduction
with metal abrasive is a common practice in orthodontic practice to gain spaces in mild crowding cases.
Interproximal reduction in mandibular anterior teeth combined with anterior flaring of maxillary teeth,
followed with elastic class III, effectively correct anterior crossbite in class III skeletal patient. cCroowndcilnugsiaonnd:
Interproximal reduction and elastic class III effective to correct class III malocclusion with mild
tooth size discrepancy problem.
Keywords: Maloccusion, dentoskeletal class III, mild crowding, tooth size discrepancy (TSD), interproximal
reduction.
26
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. April 2020;32(1):26-33.
PENDAHULUAN LAPORAN KASUS
Kasus maloklusi skeletal kelas III lebih Pasien perempuan, berusia 16 tahun 7
bulan, datang ke klinik PPDGS Ortodonti RSGM
banyak ditemukan di Asia dibandingkan di Eropa, UNPAD dengan keluhan gigi tidak rapi, gigi depan
rahang atas terletak lebih ke dalam dibandingkan
Amerika, atau Afrika. Etiologi maloklusi kelas III gigi rahang bawah, dan rahang bawah terlihat
lebih maju dan besar dibandingkan rahang atas.
dengan prognati mandibula sangat dipengaruhi Orangtua dan saudara pasien memiliki profil yang
normal, tetapi kakek dari pihak ayah memiliki profil
faktor genetik. Maloklusi kelas III skeletal yang serupa dengan pasien, yaitu rahang bawah
yang terlihat lebih maju dibandingkan rahang atas.
dapat dirawat dengan modifikasi pertumbuhan, Analisis ALD memperlihatkan crowding ringan
pada rahang atas (-1mm) dan rahang bawah
kompensasi dentoalveolar/kamuflase, dan bedah (-1,5mm) (Gambar 1). Analisis Bolton menunjukkan
ukuran gigi rahang bawah pasien berlebih 2,6 mm
ortognati. Modifikasi pertumbuhan dapat dilakukan dibandingkan seharusnya terhadap gigi rahang
sebelum pasien memasuki pubertal growth spurt. atas. Analisis sefalometri lateral memperlihatkan
pasien memiliki relasi skeletal kelas III disertai
Pasien yang telah melewati periode tersebut prognati mandibula, bidang oklusal curam, sudut
interinsisal protrusi, sudut I RB ke bidang oklusal
dirawat dengan perawatan kamuflase atau bedah protrusi, I RA ke APg proposisi, I ke NA proposisi,
ortognati.1,2
Perawatan ortodonti kamuflase
mempunyai beberapa keterbatasan dibandingkan
perawatan bedah ortognati. Hal tersebut harus
dikomunikasikan sebelum perawatan dimulai
untuk menyamakan ekspektasi antara dokter gigi
dan pasien. Namun secara umum kasus dengan
diskrepansi skeletal ringan mempunyai prognosis
yang cukup baik.
Gambar 1. Foto pasien sebelum perawatan
27
Penatalaksanaan perawatan maloklusi dentoskeletal kelas III disertai crowding ringan (Mayasari dkk.)
Tabel 1. Analisis sefalometri pasien sebelum perawatan
- Rata-rata + Pasien
88
<Facial o 82 87.8 95 -3,5
<Conv o 3
Bdg. A-B o 10 0 -8.5 26
Bdg. Mand (Down) o 64
Sumbu Y o -9 -4.6 0 15
Bdg. Okl o 118
I - I o (Down) 28 21.9 17 22
I - bdg Okl o 5
I - bdgMan o 66 59.4 53
I - bdg APg (mm) 7 mm
<SNA o 14 9.3 1.5 80
<SNB o 83
<ANB o 130 135.4 150.5 -3
I ke NA mm
<I ke NA o 20 14.5 -3.5 10,5 mm
I ke NB mm 38
<I ke NB o 7 1.4 -2.5
<Pg ke NB mm 7 mm
<I ke I o 5 2.7 -1 28
<Okl ke SN o
<GoGn ke SN o 78 82 86 2 mm
118
76 80 84 18
31
02 4
24 6
15 22 32
24 6
15 25 32
-2 -
150 131 120
5 14 30
20 32 40
Gambar 2. Foto pasien setelah dirawat selama 12 bulan
28
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. April 2020;32(1):26-33.
Gambar 3. Foto pasien setelah perawatan
Tabel 2. Analisis sefalometri setelah perawatan
- Rata-rata + Awal Akhir
87
<Facial o 82 87.8 95 88 -3
<Conv o 2.5
Bdg. A-B o 10 0 -8.5 -3.5 27
Bdg. Mand (Down)o 65
Sumbu Y o -9 -4.6 0 3 12
Bdg. Okl o 26 116
I-Io 28 21.9 17 21
I - bdg Okl o 4
I - bdgMan o 66 59.4 53 64 8.5
I - bdg APg mm 15 80.5
<SNA o 14 9.3 1.5 118 83
<SNB o -2.5
<ANB o 130 135.4 150.5 11.5
I ke NA mm 40
<I ke NA o 20 14.5 -3.5 22 6
I ke NB mm 7 1.4 -2.5 5 27
<I ke NB o 2
5 2.7 -1 7 116
<Pg ke NB mm 78 82 86 80 16
<I ke I o 32
<Okl ke SN o 76 80 84 83
<GoGn ke SN o 024 -3
246 10.5
15 22 32 38
246 7
15 32 28
-2- 2
150 131 120 118
5 14 30 18
20 32 40 31
29
Penatalaksanaan perawatan maloklusi dentoskeletal kelas III disertai crowding ringan (Mayasari dkk.)
Gambar 4. Superimpose pasien sebelum (garis hitam) dan setelah perawatan (garis merah)
sudut I ke NA protrusi, dan I ke NB proposisi untuk memperbaiki gigitan antara gigi-gigi rahang
atas dan rahang bawah. Perawatan selesai
(Tabel 1). Hasil diagnosis menunjukkan maloklusi dalam 1 tahun 8 bulan. Hasil akhir perawatan
memperlihatkan oklusi antara rahang atas dan
dentoskeletal kelas III disertai asimetri wajah, rahang bawah cukup baik, crossbite anterior
terkoreksi, crowding terkoreksi. Pasien cukup puas
palatum tinggi, pergeseran garis median rahang dengan estetik gigi-gigi depan (Gambar 3). Hasil
bawah, overjet terbalik, crossbite anterior, geligi analisis sefalometri dan superimpose diperlihatkan
dalam Tabel 2, Gambar 4.
berjejal, dan kurva Spee dalam.
Pasien dirawat dengan straight wire PEMBAHASAN
appliance selama 1 tahun 8 bulan. Rencana Kasus maloklusi kelas III lebih banyak
perawatan rahang atas adalah levelling dan ditemukan di Asia dibandingkan di Eropa,
alignment disertai flaring ke anterior, diikuti Amerika, atau Afrika. Maloklusi kelas III skeletal
dapat dirawat dengan modifikasi pertumbuhan,
pembuatan peninggian gigitan di posterior untuk kompensasi dentoalveolar/ kamuflase, dan bedah
koreksi crossbite anterior. Breket rahang bawah ortognati. Modifikasi pertumbuhan dapat dilakukan
dipasang 6 bulan kemudian setelah crossbite sebelum pasien memasuki pubertal growth spurt.
Pasien yang telah melewati periode tersebut
anterior terkoreksi. Reduksi interproksimal pada dirawat dengan perawatan kamuflase atau bedah
ortognati.1,2
gigi anterior rahang bawah dilakukan setelah tahap
levelling dan alignment selesai untuk mengatasi Kerr et al3 pada tahun 1992 merumuskan
beberapa panduan dalam analisis sefalometri
rasio Bolton gigi rahang bawah yang berlebih. pada pasien maloklusi kelas III skeletal untuk
menentukan kriteria objektif sebagai pilihan
Tindakan reduksi interproksimal menggunakan perawatan. Tindakan bedah ortognatik disarankan
jika pasien memiliki nilai ANB kurang dari -4o, rasio
strip abrasif metal satu sisi dilakukan pada 6 gigi maksila/mandibula (M/M) kurang dari 0,84, inklinasi
insisif mandibula terhadap bidang mandibula
anterior rahang bawah karena hanya gigi anterior kurang dari 83o, dan sudut Holdaway 3,5o namun
pilihan perawatan tetap kembali pada preferensi
rahang bawah yang ukuran mesiodistalnya berlebih klinisi.1,3
terhadap gigi anterior rahang atas. Perawatan kamuflase adalah perawatan
yang dilakukan dengan tidak mengubah deformitas
Setelah 1 tahun perawatan, pasien skeletalnya dan hanya mengubah posisi gigi
dilakukan pencatatan kemajuan perawatan berupa
foto intraoral dan ekstraoral, dan pencetakan.
Pasien mulai menggunakan elastik kelas III untuk
mengoreksi oklusi dan relasi kaninus (Gambar
2). Tahap leveling dan alignment rahang atas dan
rahang bawah telah selesai dilakukan. Pada tahap
ini terlihat gigi-gigi rahang atas dan bawah sudah
masuk ke lengkungnya, tetapi oklusi masih belum
baik dan masih terdapat diastema di gigi-gigi
rahang atas, terutama sisi kiri.
Pasien menggunakan elastik kelas III selama
5 bulan untuk koreksi oklusi dan relasi kaninusnya.
Dalam tahap ini juga dilakukan penyesuaian
30
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. April 2020;32(1):26-33.
AB C
Gambar 5. Berbagai macam alat yang biasa digunakan untuk prosedur reduksi interproksimal: (A) Diamond disk; (B)
Ortho-strips with holder; (C) Bur dengan deactivated point (kanan).15
untuk mendapatkan oklusi yang baik dengan bawah disebut tooth size discrepancy (TSD).5-7
memperhatikan norma estetik dan stabilitas. Hasil
perawatan yang cukup baik dapat diperoleh jika Analisis yang banyak digunakan untuk menentukan
pola fasial normal atau pendek, diskrepansi rahang
anteroposterior ringan, gigi berjejal kurang dari TSD adalah analisis Bolton yang terdiri dari rasio
4-6 mm, tampilan jaringan lunak normal (hidung, anterior dan rasio total.7,8 Prevalensi TSD lebih
bibir, dan dagu), dan tidak ada problem transversal
skeletal.2,4 tinggi pada pasien dengan maloklusi dibandingkan
pasien dengan oklusi normal.8,9 Ukuran TSD yang
Pasien dalam laporan kasus ini sudah
melewati tahap pubertal growth spurt, sehingga dianggap signifikan adalah jika diskrepansi lebih dari
perawatan yang bisa dilakukan adalah perawatan 2 mm.2 Penelitian Lopatiene5, Prasanna et al.10 dan
kamuflase ortodontik atau bedah ortognati. Cancado et al.11 menemukan tidak ada perbedaan
Pasien menolak tindakan operasi bedah ortognati,
sehingga perawatan yang dipilih adalah perawatan TSD antara pasien dengan maloklusi kelas I, II,
kamuflase ortodontik. Pasien telah dijelaskan dan III. Penelitian Strujic et al.6 menemukan bahwa
sebelumnya mengenai keterbatasan perawatan
yang dapat dilakukan karena adanya diskrepansi terdapat kecenderungan ukuran gigi rahang bawah
skeletal. Pasien memiliki prognosis yang cukup
baik karena diskrepansi skeletal tidak terlalu besar yang berlebih pada pasien dengan maloklusi kelas
(ANB -3o) dan crowding ringan pada rahang atas
dan rahang bawah (kurang dari 4mm). III, dan ukuran gigi rahang atas yang berlebih pada
Kekurangan ruangan pada pasien ini adalah pasien dengan maloklusi kelas II. Pasien dalam
sebanyak 1 mm pada rahang atas dan 1.5 mm pada
rahang bawah. Kekurangan ruangan pada rahang laporan kasus ini mempunyai ukuran gigi rahang
atas terkoreksi dengan flaring gigi-gigi ke anterior,
sedangkan kekurangan ruangan di rahang bawah bawah yang berlebih 2,6 mm yang terlokalisasi
dikoreksi dengan melakukan reduksi interproksimal
pada 6 gigi anterior. pada gigi-gigi anterior. Reduksi interproksimal
Pemasangan breket pada pasien ini tidak dilakukan menggunakan strip abrasif metal satu
dilakukan sekaligus. Breket rahang bawah baru
dipasang setelah gigi rahang atas flaring. Hal sisi pada gigi-gigi anterior rahang bawah untuk
tersebut untuk mengantisipasi agar gigi-gigi rahang mengoreksi TSD dan crowding rahang bawah.
bawah tidak flaring ke anterior saat leveling dan
alignment. Reduksi interproksimal merupakan prosedur
Oklusi yang normal tidak dapat tercapai yang umum dilakukan dalam praktik ortodonti.
jika rasio ukuran gigi-gigi rahang atas dan rahang
bawah tidak proporsional. Ketidaksesuaian ukuran Tindakan ini disebut juga dengan interdental
mesiodistal gigi-gigi rahang atas dan rahang stripping, enamel approximation, slenderizing,
reproximation, air rotor stripping (ARS).12,13 Reduksi
interproksimal diperkenalkan tahun 1944 oleh
Ballard dengan melakukan stripping permukaan
proksimal segmen anterior mandibula untuk
mengoreksi disharmoni ukuran gigi. Beberapa
tahun kemudian Hudson menjelaskan lebih detail
teknik stripping menggunakan strip metalik, yang
diikuti tindakan polishing dan aplikasi fluoride.
Teknik ARS oleh Sheridan pada pertengahan
tahun 1980-an menarik perhatian klinisi karena
memberikan alternatif selain prosedur ekstraksi
atau ekspansi dalam mengatasi gigi berjejal ringan
sampai moderat.12,14
31
Penatalaksanaan perawatan maloklusi dentoskeletal kelas III disertai crowding ringan (Mayasari dkk.)
Reduksi interproksimal sebaiknya dilakukan SIMPULAN
pada pasien dengan indeks karies rendah dan oral
hygiene baik. Indikasi utama reduksi interproksimal Penatalaksanaan perawatan maloklusi
dentoskeletal kelas III disertai crowding ringan dan
adalah gigi berjejal dengan kekurangan ruangan masalah tooth size discrepancy menggunakan
reduksi interproksimal dan elastik kelas III berhasil
tidak lebih dari 8 mm, diskrepansi rasio Bolton, mengoreksi crowding ringan dan tooth size
discrepancy.
anomali bentuk mahkota gigi, makrodontia,
eliminasi black triangle, meningkatkan retensi DAFTAR PUSTAKA
stabilitas setelah perawatan ortodonti, dan koreksi 1. Rabie ABM, Wong RWK, Min GU. Treatment
in borderline class III malocclusion: orthodontic
kurva Spee. Prosedur ini tidak boleh dilakukan camouflage (extraction) versus orthognatic
pada pasien dengan indeks karies tinggi dan oral surgery. Open Dent J 2008;2:38-48. DOI:
hygiene buruk. Kontraindikasi utama tindakan 10.2174/1874210600802010038.
ini adalah kekurangan ruangan lebih dari 8 mm, 2. Proffit WR, Fields H. Contemporary orthodontics
5th ed. Elsevier: St. Louis. 2013.
terdapat penyakit periodontal, gigi hipersensitif,
3. Kerr WJ, Miller S, Dawber JE. Class III
terdapat restorasi multipel, dan pasien muda malocclusion: surgery or orthodontics?
dengan ruang pulpa yang masih besar.14,15 Br J Orthod. 1992;19:21-4. DOI: 10.1179/
bjo.19.1.21.
Alat yang banyak digunakan untuk prosedur
4. Akhoon AB, Mushtaq M, Ishaq A. Borderline
reduksi interproksimal tersebut adalah strip abrasif class III patient and treatment option: a
metal, diamond disk, air-rotor stripping/ARS (bur), comprehensive review. Int J Med Health Res
dan ortho-strips. ARS saat ini direkomendasikan 2018;4(2):14-6. DOI:10.22271/ijmhr.
menggunakan bur dengan deactivated point untuk
5. Lopatiene K, Dumbravaite A. Relationship
mencegah terbentuknya alur/parit di permukaan between tooth size discrepancies and
proksimal gigi (Gambar 5).15,16 malocclusion.Stomatologija2009;11(4):119-24.
Reduksi interproksimal merupakan prosedur 6. Strujic M, Milosevic SA, Mestrovic S. Tooth
size discrepancy in orthodontic patients among
yang aman dilakukan jika dilakukan dengan different malocclusion groups. Eur J Orthod
2009;31:584-589. DOI: 10.1093/ejo/cjp013.
benar. Banyak peneliti menyarankan bahwa
7. Grauer D, Heymann GC, Swift Jr EJ. Clinical
reduksi sampai 50% ketebalan email proksimal management of tooth size discrepancies. J
aman dilakukan.13,14 Crain dan Sheridan tidak Esthet Restor Dent 2012; 24(3):155-9. DOI:
10.1111/j.1708-8240.2012.00520.x.
menemukan peningkatan insidensi karies dan
8. Wedrychowska-Szulc B, Janiszewska-
penyakit periodontal 2-5 tahun pada pasien setelah Olszowska J, Stepień P. Overall and anterior
dilakukan reduksi interproksimal.17 Zachrisson et Bolton ratio in class I, II, and III orthodontic
al.18 juga tidak menemukan peningkatan karies patients. Eur J Orthod 2010;32(3):313-318.
DOI: 10.1093/ejo/cjp114.
dan penyakit periodontal pasien setelah 10 tahun
9. Uysal T, Sari Z, Basciftci FA, Memili B.
dilakukan reduksi interproksimal pada gigi insisif Intermaxillary tooth size discrepancy and
mandibulanya. Jarjuera et al.19 menemukan bahwa malocclusion: is there a relation? Angle Orthod
2005;75:208-13. DOI: 10.1043/0003-3219(200
reduksi interproksimal tidak meningkatkan resiko 5)075<0204:ITSDAM>2.0.CO;2.
karies atau efek buruk lainnya. Jorjuera et al.19
10. Prasanna AL, Venkatramana V, Aryasri AS,
juga menemukan bahwa aplikasi topikal flour pada Katta AK, Santhanakrishnan K, Maheshwari U.
permukaan yang dilakukan stripping pada pasien Evaluation and comparison of intermaxillary
yang telah menggunakan pasta gigi berflouride
tidak memberikan keuntungan apapun.
Hasil akhir perawatan memperlihatkan gigi
insisif rahang atas protrusi dan proposisi terhadap
tulang basalnya, sedangkan gigi insisif rahang
bawah mempunyai inklinasi dan posisi yang cukup
normal terhadap tulang basalnya. Hal tersebut
merupakan kompensasi untuk mencapai overjet
yang normal. Selain itu, terdapat sedikit rotasi
mandibula ke bawah dan belakang sehingga sedikit
memperbaiki profil pasien. Secara keseluruhan,
profil pasien masih cukup memuaskan.
32
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. April 2020;32(1):26-33.
tooth size discrepancy among clas I, class II 15. Choudary A, Gautam AK, Chouksey A, Bhusan
division 1, and class III subjects using Bolton M, Nigam M, Tiwari M. Interproximal enamel
analysis: an in vitro study. J Int Oral Health reduction in orthodontic treatment: A review.
2015;7(9):58-64. JOADMS 2015;1(3):123-7.
11. Cancado RH, Gonçalves Júnior W, Valarelli FP,
Freitas KM, Crêspo JA. Association between 16. Frindel, Clement. Clear thinking about
bolton discrepancy and angle malocclusion. interproximal stripping. J Dentofacial Anom
Braz Oral Res 2015;29(1):1-6. DOI: Orthod 2010;13:187-199. DOI: 10.1051/
10.1590/1807-3107BOR-2015.vol29.0116 odfen/2010208
12. Livas C, Cornelis JA, Ren Y. Enamel reduction
techniques in orthodontics: a literature review. 17. Crain G, Sheridan JJ. Susceptibility to caries
The Open Dentistry Journal 2013; 7; 146-51. and periodontal disease after posterior air-rotor
DOI: 10.2174/1874210601307010146 stripping. J Clin Orthod 1990;24(2):84-5.
13. Rossouw PE, Tortorella A. Enamel reduction
procedures in orthodontic treatment. J Can 18. Zachrisson BU, Nyøygaard L, Mobarak K.
Dent Assoc 2003; 69(6): 378-83. Dental health assesed more than 10 years after
14. Rostegi S, Gupta A. Interproximal reduction interproximal enamel reduction of mandibular
in orthodontics: A literature review. Int J Dent & anterior teeth. Am J Orthod 2007;131:162-9.
Oral Heal 2018;4(10)164-72. DOI: 10.1016/j.ajodo.2006.10.001.
19. Jarjoura K, Gagnon G, Nieberg L. Caries risk
after interproximal reduction. Am J Orthod 2006;
130:26-30. DOI: 10.1016/j.ajodo.2004.08.024.
33
Laporan Penelitian
Pola bakteri pada karies gigi pasien diabetes melitus
Rita Endriani1*, Elita Rafni2, Fajri Marindra Siregar3, Risa Aprilia Setiawan1, Fadly
Rasyid1
1Departemen Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Riau, Indonesia
2Poliklinik Spesialis Gigi dan Mulut, Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Riau, Indonesia
3Departemen Biokimia, Fakultas Kedokteran Universitas Riau, Indonesia
*Korespondensi: [email protected]
Submisi: 20 November 2019; Penerimaan: 24 April 2020; Publikasi online: 30 April 2020
DOI: 10.24198/jkg.v32i1.24692
ABSTRAK
Pendahuluan: Karies gigi merupakan penyakit infeksi pada jaringan keras gigi dengan prevalensi
yang tinggi pada masyarakat. Pasien diabetes melitus (DM) kronis dan tidak terkontrol memiliki predisposisi
untuk pembentukan karies gigi. Karies gigi disebabkan berbagai faktor, diantaranya bakteri. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pola bakteri pada karies gigi pasien diabetes mellitus. Metode: Penelitian
dilakukan dengan consecutive sampling. Sampel penelitian diambil dari swab karies gigi pasien diabetes
melitus yang berobat di Poli Penyakit Dalam RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Spesimen plak gigi diisolasi,
dikultur, dan diidentifikasi di laboratorium Mikrobiologi dan laboratorium Sentral FK UNRI. Data ditampilkan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dinyatakan dalam presentase. Hasil: Pola bakteri pada karies
gigi pasien diabetes melitus adalah gram positif berupa Streptococcus sp (26,3%), Staphylococcus areus
(5,3%) dan CNS (15,8%) sedangkan gram negatif berupa Escherichia coli (10,53%) dan Klebsiella sp
(42,10%). Dari hasil uji PCR didapatkan Streptococccus mutans (40%). Simpulan: Pola bakteri pada plak
karies gigi pasien diabetes mellitus untuk Gram positif terbanyak berupa Streptococcus sp sedangkan
Gram negatif berupa Klebsiella sp.
Kata kunci: Dabetes melitus, karies gigi, pola bakteri.
Bacteria in dental caries of diabetes mellitus patients
ABSTRACT
Introduction: Dental caries is an infectious disease in hard tooth tissue that has a high prevalence in
the community. Patients with chronic and uncontrolled diabetes mellitus (DM) predispose to the formation of
dental caries. Various factors, including bacteria, cause dental caries. This study was aimed to determine
the bacterial pattern in dental caries of DM patients. Methods: This was an experimental laboratory study.
The sample was taken from dental caries swab of DM patients in the Internal Medicine Polyclinic of Arifin
Achmad Regional Hospital, Riau Province. Dental plaque specimens were isolated, cultured, and identified
in the Microbiology laboratory and the Central laboratory of FK UNRI. Data is presented in the form of a
frequency distribution table and expressed in percentages. Results: The bacterial pattern in dental caries
of DM patients were Gram-positive with details of Streptococcus sp (26.3%), Staphylococcus aureus
(5.3%) and CNS (15.8%) while Gram-negative with details of Escherichia coli (10.53%) and Klebsiella
sp (42.10%). From the PCR test results, 2 cases of Streptococcus mutants were identified. Conclusion:
Bacterial pattern on dental caries plaque of DM patients for the most positive Gram was Streptococcus sp
while Gram-negative was Klebsiella sp.
Keywords: Diabetes mellitus, dental caries, bacterial pattern.
34
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. April 2020;32(1):34-40.
PENDAHULUAN gigi yang akan memudahkan terjadinya karies
Karies gigi merupakan penyakit infeksi gigi.7 Karies gigi disebabkan oleh interaksi yang
pada jaringan keras gigi (enamel dan dentin) yang
mempunyai prevalensi tinggi pada masyarakat.1 kompleks dari gigi, makanan, bakteri mulut di
Karies gigi ditemukan pada berbagai golongan
umur dan banyak ditemukan pada anak usia 6 dalam plak, dan lingkungan serta faktor genetik.8
tahun, sesuai laporan dari berbagai negara pada
tahun 2006 dengan prevalensi masing-masing Bakteri yang dapat menyebabkan karies gigi dapat
yaitu di Filipina 97,1%, Taiwan 89,4% dan Meksiko
90,2%.2 Menurut Hasil Riset Kesehatan Dasar berupa Gram positif dan Gram negatif baik bentuk
(Riskesdas)3 tahun 2018, prevalensi masalah
kesehatan gigi dan mulut secara nasional kokus maupun batang. Bakteri yang berperan
tertinggi dijumpai pada umur 5-9 tahun (54,0%)
dan umur 45-54 (50,8%). Prevalensi karies gigi penting dalam pembentukan plak gigi dan karies
di Provinsi Riau sebesar 45,6%.3 Menurut data gigi adalah bakteri dari genus Streptococcus, yaitu
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru4 tahun 2015 bakteri Streptococcus mutans.8-11 Selain itu peneliti
penyakit infeksi gigi dan mulut menempati urutan
ke tiga setelah ISPA dan hipertensi dari 10 penyakit lain melaporkan komposisi mikroorganisme
terbanyak di kota Pekanbaru, dengan rincian
jumlah kasus karies gigi berupa penyakit pulpa di dalam plak gigi/biofilm itu berbeda-beda.
dan periapikal sebesar 15.940 kasus.4 Penelitian
di Rumah Sakit Universitas Riau selama tiga tahun Peneliti lain melaporkan bakteri yang terdapat
(2015-2017) didapatkan karies gigi sebanyak 333
kasus, dengan gigi yang terbanyak terkena adalah dalam plak gigi terdiri dari Streptoccous sobrius,
gigi molar (67,0%).5
Streptococcus mitis, Streptococcus gordonii,
Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu
penyakit tidak menular kronis dan menjadi masalah Lactobacillus, Enterococci, Staphyloccus
kesehatan di masyarakat yang menduduki peringkat
ke empat dari penyakit tidak menular setelah aureus dan Actinomycetes.7 Pada tahap awal
penyakit kardiovaskular (penyakit jantung koroner,
stroke), kanker dan penyakit pernapasan kronis pembentukan plak/biofilm, bakteri terbanyak
(asma dan penyakit paru obstruksi kronis). Saat ini adalah kokus Gram positif seperti Streptococcus
jumlah penderita DM di seluruh dunia diperkirakan mutans, Streptococcus sanguis, Streptococcus
sebanyak 285 juta orang dan jumlah ini akan terus mitis, Streptococcus salivarius dan Lactobacillus
mengalami peningkatan mencapai 438 juta orang sp.12,13 Pada infeksi oromaksilofasial termasuk
pada tahun 2030. Hasil Survei Kesehatan Nasional
tahun 2013 dan International Diabetes Federation karies gigi, bakteri yang terbanyak diidentifikasi
(IDF) tahun 2014, diperkirakan jumlah penyandang
DM di Indonesia sebanyak 9,1 juta orang. adalah Neisseria, Haemophilus, Champylobacter,
Pada tahun 2030 di Indonesia jumlah penderita
DM di perkirakan mencapai 21,3 juta orang.6 Streptococcus, Veillonella, Fusobacteria,
Penderita DM kronis dan tidak terkontrol Actinobacteria dan Bacteroides.14
berpengaruh terhadap pembentukan karies gigi
karena kadar glukosa di dalam cairan krevikuler Penderita DM yang berobat ke poli penyakit
gingiva (GCF) lebih tinggi dibandingkan dengan
penderita DM terkontrol atau non DM. Hal ini akan dalam Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah
bakteri di dalam mulut sehingga mempercepat Arifin Achmad (RSUD AA) Provinsi Riau memiliki
pembentukan biofilm dan plak pada permukaan
berbagai faktor risiko, diantaranya jenis kelamin,
umur, obesitas, status glukosa darah terkontrol dan
tidak terkontrol sehingga memudahkan terjadinya
karies gigi. Berdasarkan hal ini peneliti tertarik
ingin mengetahui karakteristik penderita diabetes
mellitus dan pola bakteri pada karies gigi penderita
DM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola
bakteri pada karies gigi pasien diabetes mellitus.
METODE
Penelitian ini dilakukan dengan consecutive
sampling. Data penelitian berasal dari data primer
hasil identifikasi bakteri dan data sekunder dari
rekam medik pasien DM dengan karies gigi.
Populasi penelitian adalah pasien yang datang
berobat ke poli penyakit dalam RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau dan didiagnosis diabetes melitus
oleh dokter spesialis penyakit dalam. Ukuran
sampel minimal diperoleh dengan pendekatan
Paul Leedy= . Berdasarkan pendekatan tersebut,
35
Pola bakteri pada karies gigi pasien diabetes melitus (Endriani dkk.)
dengan standar deviasi normal (Za) yang digunakan koloni secara makroskopis, mikroskopis dengan
adalah 1,96 untuk derajat kemaknaan 95%, derajat
penyimpangan terhadap populasi (d) sebesar 10%, pewarnaan Gram, reaksi biokimia, tes katalase,
serta proporsi (p) adalah proporsi tertinggi bakteri
RSUD Arifin Achmad. Ukuran sampel minimal (n) tes koagulase, uji novobisin dan reaksi biokimia.
yang diperoleh 30 sampel. Pengambilan sampel Bakteri Streptococcus sp selanjutnya
dilakukan secara Consecutive Sampling. Sampel
penelitian adalah pasien yang belum mendapat dilakukan PCR untuk mengidentifikasai
perawatan gigi atau kontrol dan bersedia ikut Streptococcus mutans. Kultur Streptococcus sp
dalam penelitian ini.
dimurnikan dan dimasukkan ke dalam eppendorf
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian 1,5 ml yang telah ditambah dengan Phospat Buffer
ini adalah alat-alat yang biasa digunakan untuk Saline (PBS) 1x sebanyak 200 μl. Isolasi DNA
kultur dan identifikasi bakteri konvensional bakteri menggunakan High Pure PCR Preparation
di laboratorium Mikrobiologi FK Unri. Untuk Kit. Identifikasi S.Mutans menggunakan PCR
identifikasi Streptococcus mutans secara molekuler
menggunakan sentrifuge, waterbath, PCR dan alat dengan target gen 16S RNA. PCR yang dilakukan
lainnya. Bahan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah: plak karies gigi penderita diabetes menggunakan Master Mix (Promega) sebanyak 5
melitus, media kultur (Tryptone Soya Broth/ μl, primer forward S.mutans (10 μM), primer reverse
TSB, lempeng agar darah, lempeng agar Endo), S.Mutans dengan konsentrasi akhir 0,5 μl (10 μM),
perangkat pewarnaan Gram, bahan reaksi biokimia Template/DNA sebanyak 3 μl ,ddH2O/RNAse free
dan bahan-bahan lainnya yang digunakan untuk water sebanyak 1 μl.
identifikasi bakteri.
Semua data penelitian yang diperoleh
Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan,
tempat di RSUD Arifin Achmad, laboratorium dilakukan pencatatan kemudian dilakukan
Mikrobiologi dan Laboratorium Sentral FK UNRI.
Penelitian ini telah melalui prosedur kaji etik dan pengolahan data dengan cara komputerisasi. Hasil
telah mendapat pernyataan lulus dari Unit Etik
Penelitian dan Kesehatan Fakultas Kedokteran penelitian ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi
Universitas Riau dengan Surat Keterangan Lolos
Kaji Etik Nomor: 141/UN.19.5.1.1.8/UEPKK/2019. frekuensi dan dinyatakan dalam presentase.
Inform consent dilakukan sebelum pengambilan
sampel penelitian, pasien atau keluarga pasien HASIL
diberi penjelasan tentang tindakan yang akan
dilakukan. Pasien atau keluarga pasien yang Karateristik Subjek Penelitian
bersedia diikutsertakan dalam penelitian dengan Penelitian yang dilakukan selama periode
menandatangani informed consent.
penelitian di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
Pengambilan plak karier gigi dilakukan didapatkan sampel penelitian sebanyak 30 sampel.
dengan cara pasien berkumur-kumur dengan Karateristik subjek penelitian dapat dilihat pada
aqudes sebelum pengambilan plak gigi, isolasi tabel di bawah ini.
daerah karies dengan cotton roll, ambil plak gigi
dengan eksavator, masukan ke dalam medium Tabel 1. Karateristik pasien dm dengan karies gigi
TSB, tutup tabung dengan erat dan beri label nama
pasien atau no sampel, bawa ke laboratorium Karateristik N%
mikrobiologi untuk dikultur. Selanjutnya plak
karies gigi dalam TSB di inkubasi pada suhu 37º Jenis Kelamin
C selama 18-24 jam. Bakteri pada media TSB
diambil dengan ose, digoreskan ke media agar Laki – laki 13 43,33
darah dan agar Endo di inkubasi pada suhu 37º C
selama 18-24 jam. Setelah itu dilakukan identifikasi Perempuan 17 56,67
Umur
± 44 – 79 tahun 30 100
Pendidikan
SD/Sederajat 8 26,67
SMP/Sederajat 3 10
SMA/Sederajat 12 40
Perguruan Tinggi 7 23,33
Pekerjaan
IRT 12 40
Pelajar/ Mahasiswa 00
PNS/ Pensiun/POLRI 10 33,33
Wiraswasta 8 26,67
Jumlah 30 100
36
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. April 2020;32(1):34-40.
Berdasarkan Tabel 1, karateristik Tabel 4. Jenis bakteri pada pasien diabetes melitus
pasien DM dengan karies gigi terbanyak pada
perempuan(56,67%), umur ± 44–79 tahun, Bakteri N%
pendidikan SMA/ sederajat (40%) dan pekerjaan
IRT (40%). Gram positif 9 47,4
Streptococcus sp 5 26,3
Staphylococcus areus 1 5,3
Staphylococci Coagulase Negatif (CNS) 3 15,8
Tabel 2. Karateristik pasien berdasarkan status dan Gram negatif 10 52,63
faktor risiko dm Escherichia coli 2 10,53
Klebsiella sp 8 42,10
Karateristik N%
Status DM Jumlah 19 100
Terkontrol 6 20
Tidak terkontrol 24 80 Pada Tabel 4, bakteri yang berhasil
Faktor Risiko DM (Keluarga, Obesitas, diidentifikasi adalah Gram positif terbanyak
Hipertensi Streptococcus sp (26,3%) dan Gram negatif
terbanyak Klebsiella sp (42,10%). Streptococcus sp
Satu faktor risiko 9 30
selanjutnya ddilakukan PCR untuk mengidentifikasi
Dua faktor risiko 12 40 Streptococcus mutans dan hasilnya dapat dilihat
Tiga faktor risiko 2 6,67 pada tabel di bawah ini.
Tidak diketahui 7 23,33
Jumlah 30 100
Pada Tabel 2, status DM terbanyak tidak Tabel 5. Hasil identifikasi streptococcus mutans pada
terkontrol (80%) dan faktor risiko terbanyak dua pasien diabetes melitus
faktor risiko yaitu keluarga dan obesitas (40%).
Bakteri N %
Streptococcus mutans (+) 2 40
Streptococcus mutans (-) 3 60
Tabel 3. Karateristik pasien berdasarkan kedalaman dan Jumlah 19 100
banyaknya gigi karies
Berdasarkan Tabel 5, Streptococcus mutans
Karateristik N % (+) yang berhasil diidentifikasi sebanyak 2 (dua)
Kedalaman Karies sampel (40%).
Superfisial 4 13,33
Media 14 46,67 PEMBAHASAN
Profunda 12
Banyaknya gigi kena karies 40 Hasil penelitian pada Tabel 1, penderita
1 gigi 6 DM terbanyak ditemukan pada jenis kelamin
2-3 gigi 9 20 perempuan (56,67%), umur 44 tahun sampai 79
>3 gigi 15 30 tahun, pendidikan SMA/ sederajat (40%) dan
30 50 ibu rumah tangga (40%). Hasil ini sama dengan
Jumlah 100 penelitian sebelumnya melaporkan penderita
DM terbanyak jenis kelamin perempuan (60%).7
Berdasarkan Tabel 3, terlihat kedalaman Tingginya karies gigi penderita DM pada perempuan
karies terbanyak pada media (46,67%) dan dapat disebabkan karena pengaruh berbagai
banyaknya gigi kena karies > dari 3 (tiga) gigi hormon pada prempuan seperti hormon estrogen,
(50%). progesteron, kortisol, prolaktin dan plasenta
laktogen. Hormon ini akan mempengaruhi reseptor
Pola Bakteri Aerob pada Karies Gigi Pasien insulin pada sel sehingga mengurangi afinitas
Diabetes Melitus insulin dan meningkatkan risiko DM. Meningkatnya
risiko DM juga akan meningkatkan risiko terjadinya
Kultur yang dilakukan terhadap 30 sampel karies gigi.15
penelitian terdapat pertumbuhan bakteri sebanyak
19 sampel (63,33%), 9 sampel (30%) tidak ada
pertumbuhan bakteri dan 2 sampel (6,67%)
pertumbuhan jamur. Bakteri yang berhasil
diidentifikasi dapat dilihat pada tabel 4.
37
Pola bakteri pada karies gigi pasien diabetes melitus (Endriani dkk.)
Hasil penelitian menunjukan umur penderita dalam CGF dan saliva ini akan dimetabolisme oleh
mulai dari 44 tahun sampai 79 tahun. Umur
merupakan faktor risiko terjadinya DM. Pertambahan bakteri di mulut yang akan menghasilkan asam
umur akan mengakibatkan peningkatan paparan
makanan yang mengandung glukosa dan bersifat dan menurukan pH saliva. pH saliva yang asam
kariogenik. Hal ini dapat menyebabkan tingginya
konsentrasi glukosa di dalam darah dan saliva menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah
terutama pada orang dengan oral hygiene jelek
mengakibatkan tingginya prevalensi karies pada bakteri di dalam mulut. Peningkatan glukosa ini juga
penderita diabetes melitus.16 Pertambahan umur
juga merupakan bisa meningkatkan risiko DM, berakibat pada kandungan pada lapisan biofilm
khususnya umur lebih dari 40 tahun karena pada
saat itu mulai terjadinya peningkatan intoleransi dan plak pada permukaan gigi yang berfungsi
glukosa. Pertambahan umur individu juga akan
mengalami penurunan fungsi tubuh (degeneratif) sebagai tempat perlekatan bakteri. Bakteri ini akan
termasuk organ pankreas yang menghasilkan
hormon insulin.7 menghasilkan zat yang akan mempercepat proses
Hasil penelitian pada Tabel 2, penderita DM demineralisasi email yang akan menyebabkan
terbanyak adalah tidak terkontrol (80%). Penderita
sebagian besar mempunyai faktor risiko berupa terjadinya karies gigi.7,18 Peneliti lain melaporkan
keluarga, obesitas dan hipertensi. Faktor risiko
terbanyak adalah keluarga dan obesitas (40%). adanya hubungan bermakna antara efek sekresi
Banyaknya penderita DM yang tidak terkontrol
kemungkinan berhubungan dengan faktor dan viskositas saliva pada karies gigi penderita
keluarga dan gaya hidup. Keluarga, gaya hidup
dan perilaku makan di era modern yang suka DM. Neuropati yang terjadi pada penderita DM
makan makanan instan dan jarang beraktivitas
sehingga memiliki peluang untuk peningkatan dapat menyebabkan sistem syaraf simpatis dan
indeks massa tubuh yang lebih besar (obesitas).
7 Hubungan antara karies gigi dengan DM adalah parasimpatis pada kelenjar saliva terganggu. Hal
kompleks. Pertambahan usia, kadar glukosa
darah, sekresi saliva dan oral hygiene yang ini mengakibatkan sekresi dan viskositas saliva
jelek akan mempengaruhi prevalensi karies pada
penderita DM sehingga penderita DM harus selalu menurun sehingga menyebabkan mulut kering
melakukan kontrol diet, glukosa darah dan oral (xerostomia). Xerostomia mengakibatkan gigi
hygiene secara rutin.17-19
menjadi rentan terhadap terjadinya karies.20,21
Hasil penelitian pada Tabel 3, terlihat
bahwa banyaknya gigi terkena karies terbanyak Hasil penelitian pada Tabel 4, bakteri
> 3 (tiga) gigi sebanyak 50% dengan kedalaman Gram negatif berupa E. coli dan Klebsiella sp,
karies terbanyak sudah sampai ke media atau sedangkan Gram positif berupa Streptococcus
dentin (46,67%). Banyaknya gigi yang kena karies sp, Staphylococcus aureus dan CNS. Hasil yang
dengan kedalaman sampai dentin kemungkinan
berhubungan dengan banyaknya penderita DM didapatkan pada penelitian ini berbeda dengan hasil
dengan status tidak terkontrol (80%). Hasil ini
sama dengan hasil peneliti lain yang melaporkan penelitian lain, melaporkan bakteri yang terdapat
indeks karies yang tinggi (36%) ditemukan pada dalam plak gigi terdiri dari Streptococcus sobrius,
glukosa darah yang tidak terkontrol. Penderita DM Streptococcus mitis, Streptococcus gordonii,
kronis dan tidak terkontrol kadar glukosa di dalam Lactobacillus, Enterococci, Staphyloccus aureus
cairan krevikular gingiva (GCF) dan saliva lebih dan Actinomycetes. 7 Peneliti lain juga melaporkan
tinggi dibanding pada DM yang terkontrol. Glukosa
bahwa tahap awal pembentukan plak/ biofilm,
bakteri terbanyak adalah kokus Gram positif seperti
Streptococcus mutans, Streptococcus sanguis,
Streptococcus mitis, Streptococcus salivarius dan
Lactobacillus sp.13 Peneliti lain juga melaporkan
bahwa bakteri yang terbanyak diidentifikasi dari
plak gigi karies adalah Neisseria, Haemophilus,
Champylobacter, Streptococcus, Veillonella,
Fusobacteria, Actinobacteria dan Bacteroides.14
Perbedaan komposisi bakteri pada Tabel 4,
kemungkinan bisa disebabkan karena perbedaan
kadar glukosa dalam darah, saliva dan komposisi
bakteri di saliva. Hal ini akan menyebabkan
perbedaan komposisi bakteri di dalam plak dan
karies gigi.17,18,,22
Hasil penelitian pada Tabel 5, Streptococcus
sp yang dilakukan pemeriksaan PCR dapat
mengidentifkasi Streptococcus mutans sebanyak
dua sampel (40%). Pada penelitian ini hanya
dilakukan pemeriksaan PCR untuk mengidentifikasi
38
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. April 2020;32(1):34-40.
Streptococcus mutans karena berdasarkan 85.
kepustakaan Streptococcus mutans merupakan 2. Bagramian RA, Godoy FG, Volpe AR. The
bakteri yang sering menyebabkan karies gigi. Hasil
ini sama dengan penelitian yang disampaikan global increase in dental caries. Am J Dent.
Yadav dkk8 dan Caviglia dkk10 melaporkan bakteri 2009;21(1):1-8.
yang dapat menyebabkan karies gigi dapat berupa 3. Kemenkes Republik Indonesia. Laporan hasil
Gram positif dan Gram negatif. Bakteri yang riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2018.
berperan penting dalam pembentukan plak gigi Jakarta. 2018. h. 184-5.
dan karies gigi adalah Streptococcus mutans.8,10,11 4. Dinas Kesehatan Pekanbaru. Profil Kesehatan
Streptococcus mutans memiliki berbagai protein Pekanbaru tahun 2015. Pekanbaru. 2015. h.
dan enzim berfungsi untuk perlekatan dan virulensi 23-5.
pada permukaan gigi dalam pembentukan 5. Endriani R, Nazriati E, Sari T, Hikmah M. Pola
plak gigi. Salah satu enzim yang dihasilkan penyakit infeksi gigi dan mulut di rumah sakit.
adalah glukosiltransferase surface (Gtfs). Enzim Fak Ked Univ Riau 2018. h. 13-5.
glukosiltransferase surface pada Streptococcus 6. Depkes RI, Pedoman panduan pengelolaan TB-
mutans terdiri dari 3 jenis yaitu gtf B, gtf C, dan gtf DM di FKTP, Direktorat Jendral Pengendalian
D. Gen gtf B berperan sebagai salah satu faktor Penyakit dan Penyehatan Lingkungan: 2015.
virulensi yang dapat mensintesis glukan yang h. 1-5.
bersifat tidak larut dalam air dan sifat kariogenik 7. Ampow FV, Pangemanan DHC, Anindita
menyebabkan terjadinya karies gigi. 23-25. PS. Gambaran karies gigi pada penyandang
diabetes melitus di rumah sakit Kaloorang
Berdasarkan kepustakaan bakteri yang Amurang. Jurnal e –GIGI (eG); 2018; 6(2):107-
sering menyebabkan karies gigi juga banyak dari 11. DOI: 10.35790/eg.6.2.2018.20598.
bakteri anaerob. Keterbatasan penelitian ini adalah 8. Yadav K, Prakash S. Dental caries: A
belum dapat melakukan kultur, identifikasi bakteri Microbiologycal approach. J Clin Infectious
anaerob pada plak gigi karies penderita DM dan Diseases & Practice. 2017;2(1):1-15. DOI:
hubungan berbagai faktor yang dapat meningkatkan 10.4172/2476-213X.1000118.
karies gigi penderita DM. Hal ini disarankan untuk 9. Douglass AB, Douglass JM. Common
pengembangan penelitian selanjutnya. dental emergencies. Am Fam Physician.
2003;(67):511-6.
SIMPULAN 10. Caviglia I, Techera A, Gracia G. Antimicrobial
therapies for odontogenic infections in children
Pola bakteri pada plak karies gigi pasien DM and adolescent. J Oral Res. 2014;4(1):50-6.
untuk Gram positif terbanyak berupa Streptococcus DOI: 10.17126/joralres.2014.013.
sp, sedangkan Gram negatif berupa Klebsiella 11. Banas JA. Virulence properties of streptococcus
sp. Pada penelitian ini juga berhasil diidentifikasi mutans. Front Biosci. 2004;1(9):1267-77. DOI:
Streptococccus mutans sebanyak 2 sampel dari 10.2741/1305.
plak karies gigi pasien DM 12. Matsumoto M, Nakano. Role of Streptococcus
mutans surface proteins for biofilm formation.
UCAPAN TERIMAKASIH Jpn Dent Sci Rev. 2018 Feb; 54(1):22–29.
DOI: 10.1016/j.jdsr.2017.08.002.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada 13. Fatmawati DWA. Hubungan biofilm
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Riau, yang streptococcus mutans terhadap resiko
telah memberi bantuan dana untuk melaksanakan terjadinya karies gigi. Stomatognatic. JKG
penelitian ini. Unej 2011;8(3):127-30.
14. Maddi A, Scannapieco FA. Oral biofilm, oral and
DAFTAR PUSTAKA periodontal infection, and systemic disease.
Am J Dent. 2013:26(5):249-54.
1. Anderson M. Risk assessment and 15. Nurfalah R, Nita D, Nurholis. Pemeriksaan
epidemiology of dental caries: review of the glukosa darah pada wanita pengguna
literature. Pediatric Dentistry. 2002;24(5):377- kontrasepsi oral dan pada wanita hamil
39
Pola bakteri pada karies gigi pasien diabetes melitus (Endriani dkk.)
trimester III. J Kes Bakti Tun Hus 2017:17(2). dental caries. Dentika Dent J. 2019;22(1):1-5.
385-9. DOI: 10.32734/dentika.v22i1.1672
16. Moin M, Malik A. Frequency of dental caries 21. Marchella DA, Lestari S. Relationship between
and level of risk among type II diabetics. oral and dental care habits with dental
Dentistry: 2015; 5(0):1-5. DOI:10.4172/2161- caries in diabetes mellitus patients. J PDGI;
1122.1000334. 2012;61(2):70-3.
17. Latti BR, Kalburge JV, Birajdar SB, Latti RG. 22. Coelho A, Paula A, Mota M, Laranjo M,
Evaluation of relationship between dental Abrantes M, Carrilho F, et all. Dental caries
caries, diabetes mellitus and oral microbiota and bacterial load in saliva and dental biofilm of
in diabetics. J Oral Maxillofac Pathol 2018;22: type 1 diabetics on continuous subcutaneous
282-3. DOI: 10.4103/jomfp.JOMFP_163_16. insulin infusion. J Appl Oral Sci. 2018:1-8.
18. Gupta VK, Malhotra S, Sharma V, Hiremath DOI: 10.1590/1678-7757-2017-0500.
SS. The influence of insulin dependent 23. Banaz JA, Virulence properties of streptococcus
diabetes mellitus on dental caries and mutans. Front Biosci 2004;1(9):1267-77. DOI:
salivary flow. Int J Chronic Dis. 2014:1-5. 10.2741/1305
DOI:10.1155/2014/790898. 24. Soemantadiredja YH, Satari MH. Isolasi gen
19. Singh I, Singh P, Singh A, Singh T, Kour R. kariogenik gtf BC Streptococcus mutans dari
Diabetes an inducing factor for dental caries: plak gigi anak. Maj Ked Gigi (Dent J) 2005;38(
A case control analysis in Jammu. J Int Soc 3):151-3. DOI: 10.20473/j.djmkg.v38.i3.p151-
Prevent Communit Dent.2016;6:125-9. DOI: 153.
10.4103/2231-0762.178748. 25. Nakano MM. Role of Streptococcus mutans
20. Lubis WH, Prakas K. The effect of viscosity and surface proteins for biofilm formation. Japanese
saliva buffer in diabetes melitus patients on the Dental Science Review 2018;54:22-9.
40
Laporan Penelitian
Hubungan urutan erupsi gigi kaninus dan premolar mandibula dan
gigi berjejal anterior pada pasien ortodonti berdasarkan usia dan jenis
kelamin
Hilda Fitria Lubis1*, Rahma Khairunnisa1
1Departemen Ortodonti, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, Indonesia
*Korespodensi: [email protected]
Submisi: 20 Agustus 2019; Penerimaan: 28 April 2020; Publikasi online: 30 April 2020
DOI: 10.24198/jkg.v32i1.23273
ABSTRAK
Pendahuluan: Urutan erupsi gigi sangat penting untuk diperhatikan terutama pada masa gigi
bercampur, karena pada masa ini akan memberikan dampak yang sangat besar untuk perkembangan
gigi permanen dan perkembangan oklusi anak. Dampak yang diberikan salah satunya adalah gigi berjejal,
adanya deteksi dini sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya maloklusi yang lebih berat. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisi hubungan urutan erupsi gigi kaninus dan premolar mandibula
dilihat dari segi usia dan jenis kelamin dengan gigi berjejal anterior pada pasien ortodonti. Metode: Jenis
penelitian ini adalah penelitian observasi analitik dengan desain cross sectional. Sampel penelitian ini
adalah 100 sampel radiografi panoramik dan model gigi pasien di Klinik Ortodonti FKG USU 10 tahun
terakhir. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran pada radiografi panoramik dan model gigi
yang memenuhi kriteria penelitian. Data ditabulasi dan dianalisis dengan uji chi-square. Hasil: Terdapat
hubungan yang signifikan (p<0,05) antara urutan erupsi gigi kaninus dan premolar pertama mandibula
dengan gigi berjejal anterior. Simpulan: Tidak terdapat hubungan antara usia dan urutan erupsi gigi
kaninus dan premolar mandibular, namun terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan
urutan erupsi gigi kaninus dan premolar mandibula, serta ditemukan hubungan antara urutan erupsi gigi
kaninus dan premolar mandibula dengan terjadinya gigi berjejal anterior pada pasien ortodonti.
Kata kunci: Urutan erupsi gigi, gigi berjejal anterior, periode gigi bercampur.
Relationship between canine and mandibular premolars eruption and anterior
crowding in orthodontic patients based on age and sex
ABSTRACT
Introduction: Tooth eruption sequence is crucial to be noted, especially during mixed dentition,
because this period will give a significant impact on the development of permanent teeth and the
development of children’s occlusion. One of the effects given is crowded teeth; thus, early detection is
required to prevent more severe malocclusion. The purpose of this study was to determine the relationship
of the eruption sequences of canines and mandibular premolars with anterior crowding of the patients at
the Orthodontic Clinics of the Faculty of Dentistry North Sumatra University. Methods: This research was
analytic observational research with cross-sectional design. The sample of this study was 100 panoramic
radiographic samples and dental models of patients at the Orthodontic Clinics of the Faculty of Dentistry
North Sumatra University in the last ten years. Data collection was carried out through measurements
on panoramic radiography and dental models which meet the study criteria. Data were tabulated and
analysed by the chi-square test. Result: There was a significant relationship (p < 0.05) between the eruption
sequence of canines and mandibular first premolars with anterior crowding. Conclusion: There is found no
relationship between age and order of eruption of canines and mandibular premolars. However, there is a
significant relationship between sex and order of eruption of canines and mandibular premolars, and also
the relationship between the eruption of canines and mandibular premolars with the occurrence of anterior
crowding in orthodontic patients.
Keywords: Tooth eruption sequence, anterior crowding, mixed dentition.
52
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. April 2020;32(1):52-58.
PENDAHULUAN Moshkelgosha dkk.,2014), menunjukkan bahwa
gigi berjejal lebih sering terjadi pada urutan
Pertumbuhan dan perkembangan gigi erupsi premolar pertama yang lebih dahulu erupsi
merupakan proses kompleks dari pembentukan sebelum kaninus permanen. Menurut penelitian
gigi yang dimulai pada janin berusia 4-6 minggu. Moshkelgosha dkk., menunjukkan selisih urutan
Perkembangan gigi dimulai dari pembentukan erupsi gigi premolar mandibula dengan kaninus
benih gigi kemudian akan terus berkembang permanen pada anak dengan gigi yang berjejal
sampai terjadinya proses erupsi gigi.1 Proses lebih besar daripada anak tanpa gigi yang berjejal.6
erupsi gigi bervariasi setiap individu, dapat lebih Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
cepat atau lebih lama dari yang seharusnya. Variasi mengetahui hubungan urutan erupsi gigi kaninus
dapat terjadi pada urutan dan pola erupsi gigi.2 dan premolar mandibula dengan usia, jenis kelamin
Pada umumnya urutan erupsi untuk mandibula gigi dan gigi berjejal anterior pada pasien ortodonti.
kaninus permanen erupsi lebih dahulu sebelum
gigi premolar pertama.1,3 Menurut penelitian METODE
Vithanaarachchi dkk., di Srilanka Barat tahun
2018 menunjukkan bahwa perempuan memiliki Jenis penelitian ini adalah penelitian
pola erupsi, yaitu kaninus permanen mandibula observasi analitik, dengan desain cross sectional
lebih dahulu erupsi daripada premolar mandibula karena data diambil satu kali dalam satu waktu.
sedangkan laki-laki memiliki urutan erupsi premolar Penelitian dilaksanakan di klinik Ortodonti FKG
pertama mandibula lebih dahulu erupsi daripada USU pada bulan September – Mei 2019. Populasi
kaninus permanen mandibula.4 penelitian ini adalah data sekunder dari pasien di
klinik Ortodonti FKG USU selama 10 tahun terakhir
Variasi urutan dan pola erupsi gigi sangat yaitu pada tahun 2009-2018. Sampel penelitian ini
penting untuk diperhatikan terutama pada masa adalah subjek yang diambil dari populasi penelitian
gigi bercampur, karena urutan dan pola dari dengan menggunakan teknik purposive sampling.
erupsi gigi permanen memiliki dampak terhadap Kriteria inklusi penelitian ini adalah anak usia 7-10
perkembangan gigi permanen dan perkembangan tahun yang menjadi pasien di klinik Ortodonti
oklusi yang benar.2,5 Keterlambatan erupsi gigi FKG USU tahun 2009-2018, terdapat 4 gigi
kaninus permanen mandibula dan premolar insisivus mandibula erupsi sempurna, gigi kaninus
pertama mandibula yang terlebih dahulu erupsi permanen mandibula dan premolar pertama
berpengaruh terhadap terjadinya gigi berjejal mandibula sedang erupsi, tidak ada premature
anterior, disebabkan karena penggunaan Leeway loss dan persistensi gigi, hubungan molar pertama
space yang tidak tepat.6Leeway space pada periode permanen Klas I Angle, diskrepansi ruang anterior:
gigi bercampur akan menimbulkan perubahan tidak berjejal ≤ 1,6 mm dan gigi berjejal >1,6 mm.
pada oklusi gigi, karena oklusi pada periode gigi Kriteria eksklusi penelitian adalah sasien dengan
bercampur dalam keadaan yang relatif dinamis.7 riwayat penyakit sistemik, model gigi dalam
keadaan rusak atau patah, radiografi panoramik
Gigi berjejal merupakan kasus ortodonti yang rusak atau tidak terbaca.
yang sering terjadi bahkan hampir 2/3 populasi
manusia.8 Menurut penelitian Amaral dan Lopez, Variabel penelitian ini adalah urutan erupsi
menunjukkan gigi berjejal pada mandibula sebesar gigi kaninus permanen mandibula, premolar
83,7% dan gigi tidak berjejal ditemukan 16,2%.9 pertama mandibula (C-P atau P-C) dan gigi berjejal
Menurut penelitian Fares, menunjukkan pada anak anterior. Instrumen penelitian menggunakan alat
usia 8 tahun ± 4 bulan ditemukan prevalensi gigi tulis, jangka sorong digital dengan ujung runcing,
berjejal anterior pada mandibula sebesar 62,3% kawat/brass wire 0,3 mm, kertas asetat/tracing
dan pada maksila 40,2%, pada anak usia 10 paper. Pengukuran dilakukan pada model gigi
tahun ± 2 bulan ditemukan prevalensi gigi berjejal setiap sampel untuk menghitung diskrepansi
anterior pada mandibula sebesar 49,5% dan ukuran gigi dan panjang lengkung (TSALD/Tooth
maksila 31,4%.10 Menurut penelitian , menunjukkan Size Arch Length Discrepancy). Cara menghitung
bahwa gigi berjejal anterior lebih sering ditemukan TSALD, yaitu: yaitu ruang yang diperlukan/required
pada mandibula yaitu sebesar 22,5% dan pada space untuk erupsi 4 gigi anterior permanen
maksila 13,3%.11 Menurut penelitian Lange (cit.
53
Hubungan urutan erupsi gigi kaninus dan premolar mandibula dengan gigi berjejal anterior (Lubis dkk.)
(gigi insisivus sentralis dan lateralis) dikurangi (a) jarak dari tepi inferior mandibula ke tonjol gigi
dengan ruang yang tersedia/available space dari permanen yang belum erupsi, dan ukur (b) jarak
mesial kaninus desidui kanan ke mesial kaninus dari ujung tonjol gigi permanen yang belum erupsi
desidui kiri. Ruang yang diperlukan diukur dengan ke garis proyeksi. Persentase erupsi gigi kemudian
mengukur lebar mesiodistal dari gigi geligi anterior dihitung dengan membagi pengukuran pertama
(gambar 1A). Ruang yang tersedia diukur dengan dengan jumlah keduanya (a/a+b) (gambar 3). Cara
membagi lengkung gigi menjadi 2 segmen anterior pengukuran ini diadopsi dari Shumakher dan El
terpisah, yaitu: segmen pertama (a) dimulai dari Hadary.6
mesial 41 sampai ke mesial kaninus desidui kanan
dan segmen kedua (b) dimulai dari mesial kaninus
desidui kiri sampai ke mesial 41 (gambar 1B).
Tingkat keparahan gigi berjejal anterior diadopsi
dari Turkkahraman dan Sayin.10
AB Gambar 3. Perhitungan persentase erupsi kaninus dan
Gambar 1. (A) Pengukuran mesiodistal gigi; (B) model gigi premolar pertama mandibula (persentase = () x100)6
dibagi menjadi 2 segmen.6,10 Analisis statistik menggunakan uji chi-
square untuk mengetahui hubungan urutan erupsi
Pengukuran dilakukan pada radiografi gigi kaninus dan premolar mandibula dengan gigi
panoramik untuk dilakukan tracing agar dapat berjejal anterior. Hasil dikatakan signifikan ketika
menentukan presentase erupsi gigi kaninus dan p<0,05. Penelitian ini telah mendapat persetujuan
premolar satu mandibula. Tracing dilakukan pada komisi etik penelitian kesehatan Universitas
kertas kalkir (tracing paper) dengan pensil 2B. Sumatera Utara (301/TGL/KEPK FK USU-RSUP
Tracing dilakukan pada salah satu sisi mandibula HAM/2019).
(gambar 2).
HASIL
Gambar 2. Radiografi panoramik dan tracing satu sisi
mandibular.6,7 Penelitian ini dilakukan di Klinik Ortodonti
FKG USU dengan menggunakan data sekunder
Garis proyeksi terlebih dahulu dibuat, yaitu melalui pengamatan pada rekam medis,
dengan menjalankan garis melalui ujung tonjol pengukuran pada model gigi dan radiografi
yang paling tinggi dari molar desidui dan molar panoramik pasien yang dirawat di Klinik Ortodonti
satu permanen. Setelah itu tarik garis melalui ujung FKG USU tahun 2009-2018 sebanyak 100 sampel
tonjol gigi permanen yang belum erupsi di tengah- pasien anak yang telah memenuhi kriteria inklusi
tengah dari gigi desidui dan pastikan tegak lurus dan eksklusi dengan metode purposive sampling.
terhadap inferior mandibula. Kemudian diukur Berdasarkan hasil penelitian, dilakukan uji chi-
square untuk mengetahui apakah ada hubungan
antara urutan erupsi gigi kaninus dan premolar
mandibula dengan gigi berjejal anterior pada
pasien Klinik Ortodonti FKG USU.
Tabel 1 menunjukkan untuk nilai persentase
erupsi gigi kaninus diperoleh sebesar 64,58 ± 7,78,
nilai persentase erupsi gigi premolar yaitu 67,46
± 4,96, dan nilai perbedaan persentase erupsi
sebesar 2,88±7,03. Distribusi gigi berjejal anterior,
diperoleh gigi tidak berjejal -0,09 ±1,19 dan gigi
berjejal anterior -2,45±1,18.
54
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. April 2020;32(1):52-58.
Tabel 1. Distribusi persentase erupsi kaninus, dan premolar
Distribusi persentase erupsi dan gigi berjejal anterior N Mean SD
7,78472 %
Persentase kaninus 64,5874 % 4,96290 %
7,03889 %
Persentase premolar 67,4684 % 1,19459 mm
1,18546 mm
Perbedaan Persentase Kaninus dan Premolar 100 2,8810 %
Tidak berjejal -0,0951 mm
Berjejal -2,4500 mm
Tabel 2 menunjukkan hubungan usia dengan terlebih dahulu erupsi daripada kaninus (P>C) lebih
urutan erupsi. Kaninus terlebih dahulu erupsi
sering ditemukan pada usia 8 tahun yaitu sebanyak
dibandingkan premolar pertama (C>P) lebih sering 25 orang (67,6%). hasil uji chi-square diperoleh
ditemukan pada anak dengan usia 9 tahun yaitu nilai p = 0,138, artinya tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara usia dan urutan erupsi.
sebanyak 15 orang (40,5%) dan premolar pertama
Tabel 2. Hubungan usia dengan urutan erupsi gigi
Usia Urutan erupsi Total P-value
0,138
7 C>P P>C
8
9 0 (0%) 6 (100%) 6 (100%)
10
Total 12 (32,4%) 25 (67,6%) 37 (100%)
15 (40,5%) 22 (59,5%) 37 (100%)
10 (50,0%) 10 (50,0%) 20 (100%)
37 (37,0%) 63 (63,0%) 100 (100%)
Tabel 3 menunjukkan hubungan jenis pertama terlebih dahulu erupsi daripada kaninus
kelamin dengan urutan erupsi diperoleh, urutan
erupsi untuk kaninus terlebih dahulu erupsi (P>C) lebih sering ditemukan pada laki-laki yaitu
daripada premolar pertama (C>P) lebih sering
ditemukan yaitu pada perempuan yaitu sebanyak sebanyak 36 (80,0%) anak laki-laki. Berdasarkan
28 orang (50,9%) anak perempuan dan premolar hasil uji chi-square diperoleh nilai p = 0,001, artinya
terdapat hubungan yang signifikan antara jenis
kelamin dan urutan erupsi.
Tabel 3. Hubungan jenis kelamin dengan urutan erupsi gigi
Jenis kelamin Urutan erupsi Total P-value
0,001
Laki-laki C>P P>C
Perempuan
9 (20,0%) 36 (80,0%) 45 (100%)
Total
28 (50,9%) 27 (49,1%) 55 (100%)
37 (37,0%) 63 (63,0%) 100 (100%)
Tabel 4 menunjukkan hubungan usia anterior dan sebanyak 18 orang (48,6%) gigi tidak
dengan gigi berjejal anterior. diperoleh yang paling berjejal. Hasil uji chi-square diperoleh nilai p =
banyak ditemukan pada anak dengan usia delapan 0,479. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak
tahun dan sembilan tahun dengan nilai yang sama terdapat hubungan yang signifikan antara usia dan
yaitu 19 orang (51,4%) yang memiliki gigi berjejal gigi berjejal anterior.
Tabel 4. Hubungan usia dengan gigi berjejal anterior
Usia Gigi berjejal anterior Total P-value
0,479
7 Tidak berjejal Berjejal
8
9 2 (33,3%) 4 (66,7%) 6 (100%)
10
Total 18 (48,6%) 19 (51,4%) 37 (100%)
18 (48,6%) 19 (51,4%) 37 (100%)
13 (65,0%) 7 (35,0%) 20 (100%)
51 (51,0%) 49 (49,0%) 100 (100%)
55
Hubungan urutan erupsi gigi kaninus dan premolar mandibula dengan gigi berjejal anterior (Lubis dkk.)
Tabel 5. Hubungan jenis kelamin dengan gigi berjejal anterior
Jenis kelamin Gigi berjejal anterior Total P-value
0,047
Laki-laki Tidak berjejal Berjejal
Perempuan
18 (40,0%) 27 (60,0%) 45 (100%)
Total
33 (60,0%) 22 (40,0%) 55 (100%)
51 (51,0%) 49 (49,0%) 100 (100%)
Tabel 6. Hubungan urutan erupsi gigi dengan gigi berjejal anterior
urutan erupsi Gigi berjejal anterior Total P-value
0,001
Tidak berjejal Berjejal
C>P 33 (89,2%) 4 (10,8%) 37 (100%)
P>C 18 (28,6%) 45 (71,4%) 63 (100%)
Total 51 (51,0%) 49 (49,0%) 100 (100%)
Tabel 5 menunjukkan hubungan jenis lain-lain.5
kelamin dengan gigi berjejal anterior, diperoleh Tabel 3 menunjukkan terdapat hubungan
gigi berjejal yang paling banyak ditemukan pada
laki-laki sebanyak 27 (60,0%) anak laki-laki dan yang signifikan antara jenis kelamin dan
gigi tidak berjejal paling banyak ditemukan pada urutan erupsi yaitu anak laki-laki lebih sering
perempuan sebanyak 33 (60,0%) anak perempuan. ditemukan premolar pertama terlebih dahulu
Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh nilai p = erupsi daripada kaninus dan anak perempuan
0,047, artinya terdapat hubungan yang signifikan sering ditemukan kaninus terlebih dahulu erupsi
antara jenis kelamin dengan gigi berjejal anterior. daripada premolar pertama mandibula dengan
nilai p=0,001. Penelitian ini sejalan dengan
Tabel 6 menunjukkan hubungan jenis penelitian Vithanaarachchi dkk., di Srilanka
kelamin dengan urutan erupsi diperoleh, 37 Barat tahun 2018 juga menunjukkan perempuan
anak dengan urutan erupsi kaninus terlebih memiliki pola erupsi, yaitu kaninus permanen
dahulu erupsi daripada premolar pertama (C>P) mandibula lebih dahulu erupsi daripada premolar
ditemukan sebanyak 33 (89,2%) gigi tidak berjejal mandibula sedangkan laki-laki memiliki urutan
dan sebanyak 4 (10,8%) gigi berjejal anterior, 63 erupsi premolar pertama mandibula lebih dahulu
anak dengan urutan erupsi premolar pertama erupsi daripada kaninus permanen mandibula.4
terlebih dahulu erupsi daripada kaninus (P>C), Penelitian ini berbeda dengan penelitian Chaitanya
ditemukan sebanyak 45 (71,4%) gigi berjejal dkk., menunjukkan ada keterlambatan erupsi yang
anterior dan sebanyak 18 (28,6%) gigi tidak berjejal. signifikan dalam erupsi gigi kaninus permanen di
Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh nilai p = kedua jenis kelamin.12 Menurut penelitian Feraru
0,001, artinya terdapat hubungan yang signifikan dkk., ditemukan urutan erupsi untuk mandibula
antara urutan erupsi dengan gigi berjejal anterior. pada anak laki-laki dan perempuan adalah
premolar pertama, kaninus dan premolar kedua.
PEMBAHASAN Menurut penelitan Rajic dkk., di Croatia tahun 2000
(cit. Feraru dkk., 2011) menemukan erupsi gigi
Variasi urutan erupsi gigi sangat penting premolar pada anak perempuan sedikit lebih awal
untuk diperhatikan terutama pada masa gigi daripada pada anak laki-laki tetapi erupsi kaninus
bercampur yaitu usia 9-12 tahun yaitu ketika gigi maksila dan mandibula lebih awal pada anak laki-
kaninus dan premolar permanen erupsi, karena laki.5 Perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh
urutan dan pola dari erupsi gigi permanen ini nutrisi yang memiliki faktor paling penting dalam
memiliki dampak terhadap perkembangan gigi hal pertumbuhan dan perkembangan anak yang
permanen dan perkembangan oklusi yang benar.2,5 mempengaruhi erupsi gigi, kemudian faktor ras/
Faktor-faktor yang mengkontribusi terjadinya suku yang berbeda setiap negara menyebabkan
variasi dalam erupsi gigi, diantaranya adalah hasil yang berbeda.
fisiologis (seperti: genetik, geografi, etnik/ras, jenis
kelamin, nutrisi, iklim, urbanisasi), patologis, dan Tabel 5 menunjukkan terdapat hubungan
yang signifikan antara jenis kelamin dan gigi berjejal
56
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. April 2020;32(1):52-58.
anterior yaitu anak laki-laki lebih sering ditemukan dapat menyebabkan penggunaan Leeway space
gigi berjejal anterior dibandingkan perempuan yang tidak tepat sehingga meningkatkan terjadinya
dengan nilai p=0,047. Penelitian ini sejalan gigi berjejal anterior.6 Penggunaan Leeway space,
dengan Sandeep dan Sonia yang menemukan apabila premolar terlebih dahulu erupsi akan
gigi berjejal lebih sering ditemukan pada laki- menempati ruangan yang lebih besar daripada
laki sebesar 76,5% sedangkan pada perempuan kaninus yang erupsi, ini disebabkan karena lebar
sebesar 66,1%.13 Penelitian ini berbeda dengan dari mesiodistal gigi premolar lebih besar (7,0 mm)
Yu dkk., yang menemukan bahwa prevalensi pada dibandingkan dengan lebar mesiodistal dari gigi
perempuan lebih tinggi untuk gigi berjejal anterior kaninus permanen (6,7 mm).1
daripada laki-laki.11 Menurut penelitian Fares yang
menemukan gigi berjejal anterior yaitu pada grup SIMPULAN
umur 8 tahun ± 4 bulan perempuan sebesar 69,8%
dibandingkan laki-laki sebesar 55% dan pada grup Tidak terdapat hubungan antara usia
umur 10 tahun ± 2 bulan perempuan sebesar 53,6% dan urutan erupsi gigi kaninus dan premolar
dibandingkan laki-laki sebesar 44,8%, perempuan mandibular, terdapat hubungan yang signifikan
ditemukan lebih sering daripada laki-laki karena antara jenis kelamin dan urutan erupsi gigi kaninus
growth spurt pada anak perempuan menyebabkan dan premolar mandibula serta terdapat hubungan
pertumbuhan orofasial yang signifikan yang antara urutan erupsi gigi kaninus dan premolar
mengarah ke rotasi mandibula awal yang akan mandibula dengan terjadinya gigi berjejal anterior
mempengaruhi gigi anterior mandibula.10 Penelitian pada pasien klinik ortodonti.
lain menemukan bahwa laki-laki memiliki lengkung
rahang yang lebih panjang dan luas dibandingkan DAFTAR PUSTAKA
perempuan, namun untuk mandibula lebar
interkaninus perempuan dan laki-laki tidak memiliki 1. Minasari. Peran gigi geligi pada rongga mulut.
perbedaan yang signifikan.14 Medan: USU Press, 2015. h. 30-49.
Tabel 6 menunjukkan terdapat hubungan 2. Achmad H, Natsir M, Samad R. Maloklusi
yang signifikan antara urutan erupsi kaninus dan pada anak dan penanganannya. Jakarta: CV.
premolar pertama mandibula dengan gigi berjejal Sagung Seto. 2016. h. 1-6, 33-9, 44-53, 79-99.
anterior dengan nilai p=0,001. Berdasarkan hasil
penelitian ini, 37 anak dengan urutan erupsi kaninus 3. Proffit WR, Fields HW, Sarver DM.
terlebih dahulu erupsi daripada premolar pertama Contemporary orthodontics 5th ed. St.Louis:
(C>P) ditemukan sebanyak 33 (89,2%) gigi tidak Elsevier Mosby, 2013. h. 3-7,81-6.
berjejal dan sebanyak 4 (10,8%) gigi berjejal, 63
anak dengan urutan erupsi premolar pertama 4. Vithanaarachchi VSN, Nawarathne LS,
terlebih dahulu erupsi daripada kaninus (P>C), Wijeyeweera RL. Eruption times and patterns
ditemukan sebanyak 45 (71,4%) gigi berjejal dan of permanent teeth in Sri Lankan school
sebanyak 18 (28,6%) gigi tidak berjejal. Penelitian children in Western Province. Sri Lanka Dent J
ini sejalan dengan Lange (cit. Moshkelgosha dkk., 2018;48(1): 25-31.
2014), menemukan anak-anak akan memiliki risiko
yang lebih besar untuk mengalami gigi berjejal 5. Feraru IV, Raducanu AM, Feraru SE, Herteliu
sering terjadi pada urutan erupsi 4-3-5 dibandingkan C. The sequence and chronology of the
3-4-5. Menurut penelitian Moshkelgosha dkk., eruption of permanent canines and premolars
menemukan urutan erupsi gigi pada anak dengan in a group of Romanian children in Bucharest.
gigi yang berjejal berbeda pada anak tanpa gigi J Oral Health and Dent Manag 2011;10(4):193-
yang berjejal.6 8.
Keterlambatan erupsi gigi kaninus permanen 6. Moshkelgosha V, Khosravifard N, Golkari A.
mandibula dan premolar pertama yang terlebih Tooth eruption sequence and dental crowding:
dahulu erupsi berpengaruh terhadap terjadinya gigi a case-control study. F1000Res 2014;3:1-7.
berjejal anterior. Kejadian ini disebabkan karena DOI: 10.12688/f1000research.3196.1
erupsi gigi premolar pertama sebelum kaninus
7. British Orthodontic Society. Managing the
developing occlusion. London: BOS, 2010. h.
1-15.
8. Erliera, Alamsyah RM, Harahap NZ. Hubungan
57
Hubungan urutan erupsi gigi kaninus dan premolar mandibula dengan gigi berjejal anterior (Lubis dkk.)
status gizi dengan kasus gigi berjejal pada in the early mixed dentition in Shanghai China.
murid SMP kecamatan Medan Baru. Dentika PeerJ. 2019 Apr 2;7:e6630. DOI: 10.7717/
Dent J 2015;18(3):242-46. DOI: 10.32734/ peerj.6630.
dentika.v18i3.1960 12. Chaitanya P, Reddy JS, Suhasini K, Chandrika
9. Amaral MGG, Lopez LVR. Prevalence, types IH, Praveen D5. Time and eruption sequence
and etiologic factors of mandibular crowding of permanent teeth in hyderabad children:
in orthodontic patients in Tabasco Mexico a descriptive cross-sectional study. Int J
2015 – 2016. Revista Mexicana de Ortodoncia Clin Pediatric Dent 2018; 11(4):330-7. DOI:
2018;6(1):20-5. 10.5005/jp-journals-10005-1534.
10. Fares A. Assessment of incisor crowding in 13. Sandeep G, Sonia G. Pattern of dental
mixed dentition among Saudi schoolchildren malocclusion in orthodontic patients in
attending college of dentistry clinics at King Rwanda: a retrospective hospital based study.
Saud University. Pakistan Oral and Dent J Rwanda Med J 2012;69(4):13-8. DOI: 10.9734/
2011;31(1):122-7. arrb/2019/v34i430156.
11. Yu X, Zhang H, Sun L, Pan J, Liu Y, Chen L. 14. Stanaityte R, Gervickas GTA. Do wisdom
Prevalence of malocclusion and occlusal traits teeth induce lower anterior teeth crowding: a
systematic literature review. Stomatologi Baltic
Dent Maxillo J 2014;16:15-8.
58
Laporan Kasus
Perawatan ortodontik menggunakan protraction arch pada kasus
prognati mandibula dengan anterior crossbite dan central diastema
Dhani Ayu Andini1*, Haru Setyo Anggani1
1Departemen Ortodonti, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Indonesia
*Korespondensi:[email protected]
Submisi: 16 Maret 2020; Penerimaan: 29 April 2020; Publikasi online: 30 April 2020
DOI: 10.24198/jkg.v32i1.26640
ABSTRAK
Pendahuluan: Profil wajah cekung dan anterior crossbite merupakan gambaran morfologi wajah
khas pada maloklusi kelas III dan diperkuat oleh hasil analisis sefalometri lateral. Terkadang maloklusi
kelas III disertai dengan ukuran gigi yang lebih kecil dari normal sehingga menyebabkan terbentuknya gigi
bercelah. Gambaran tersebut tentu semakin mengurangi estetika wajah pasien maloklusi kelas III. Tujuan
laporan kasus ini adalah menyampaikan perawatan maloklusi kelas III yang memiliki malposisi anterior
crossbite dan central diastema. Laporan kasus: Seorang pasien wanita usia 32 tahun, berprofesi sebagai
jurnalis datang ke RSKGM FKG UI dengan keluhan gigi atas bercelah, gigi bawah maju serta merasa
senyum kurang menarik. Perawatan ortodontik dilakukan menggunakan protraction arch dengan tujuan
menghilangkan anterior crossbite serta menutup gigi bercelah. Hasil perawatan selama 18 bulan, anterior
crossbite dan celah gigi sudah terkoreksi, tercapai overjet positif, gigi insisif atas memberi dukungan
bagi bibir sehingga profil wajah menjadi lurus dan penampilan menjadi lebih baik. Simpulan: Perawatan
ortodontik menggunakan protraction arch pada kasus prognati mandibula dengan anterior crossbite dan
central diastema memberikan hasil yang cukup baik karena diskrepansi dentoalveolar masih tergolong
ringan, tidak terdapat diskrepansi transversal dan didukung oleh pola pertumbuhan wajah dalam rentang
normal atau cenderung ke arah horizontal dan dapat memperbaiki fungsi pengunyahan dan estetika.
Kata kunci: Anterior crossbite, maloklusi kelas III, central diastema, protraction arch.
Orthodontic treatment using protraction arch in prognathic mandibular with
anterior crossbite and central diastema
ABSTRACT
Introduction: Concave profile and anterior crossbite are common facial deformity appear in
skeletal class III, besides the lateral cephalometric analysis. Frequently, small-sized teeth appear in class
III malocclusion cases which causes spacing. Spaced teeth caused unpleasing appearance. This case
report described conventional orthodontic treatment for skeletal class III with anterior crossbite and central
diastema. Case report: A 32 years-old-female journalist came to the Dental Hospital of the Faculty of
Dentistry University of Indonesia complaining about her central diastema in the upper arch, forwardly lower
jaw position and unpleasant smile. The orthodontic treatment using protraction arch aimed at correcting
anterior crossbite and eliminating spaced teeth. An 18-months treatment successfully fixed the anterior
crossbite and spaced teeth. Ideal overjet was achieved, upper teeth camouflaged the mid-face deficiency;
therefore, create a balanced facial profile. Conclusion: Orthodontic treatment using arch protraction in
the case of mandibular prognosis with anterior crossbite and central diastema gives good results because
dentoalveolar discrepancy is still relatively mild. There is no transversal discrepancy and supported by
facial growth patterns in the normal range, or tends to be horizontal, and proven to be able to improve the
mastication and aesthetical function.
Keywords: Anterior crossbite, malocclusion class III, central diastema, protraction arch.
59
Perawatan ortodontik menggunakan protraction arch pada kasus prognati mandibula ( Andini dkk.)
PENDAHULUAN diskrepansi vertikal serta penampilan dentofasial.2
Pola pertumbuhan wajah yang menyertai kasus
Maloklusi kelas III merupakan maloklusi yang maloklusi kelas III atau prognati mandibula
kompleks sehingga perawatannya pun tidaklah harus diperhatikan.3 Apabila pola pertumbuhan
mudah.1,2 Menegakkan diagnosis dan membuat wajah pasien cenderung ke arah horizontal,
rencana perawatan yang tepat merupakan kunci maka perawatan ortodontik konvensional dapat
keberhasilan merawat kasus maloklusi kelas III.1,2 diharapkan mampu menyamarkan diskrepansi
Beberapa hal perlu dipertimbangkan sebelum kelas III tersebut.7 Sebaliknya, pola pertumbuhan
membuat rencana perawatan antara lain usia wajah yang cenderung ke arah vertikal, kurang
pasien, arah dan pola pertumbuhan wajah, menguntungkan karena seringkali memberikan
derajat diskrepansi dentoskeletal antero-posterior, tampilan profil wajah yang semakin panjang.
Gambar 1. Keadaan ekstra oral dan gigi geligi sebelum perawatan ortodontik
Hal lain yang harus diperhatikan adalah dan central diastema menggunakan sistem MBT
dan mekanoterapi menggunakan protraction arch
ada tidaknya diskrepansi arah transversal yang untuk memperbaiki fungsi dan estetis.
menyertai maloklusi kelas III tersebut. Perawatan LAPORAN KASUS
ortodontik pada pasien dewasa dengan diskrepansi Seorang pasien wanita berusia 32 tahun
transversal ringan yaitu tidak terdapat posterior datang ke klinik RSKGM FKG UI dengan keluhan
crossbite serta profil relatif lurus, masih dapat gigi atas bercelah dan gigi bawah maju. Foto awal
sebelum perawatan ortodonti menunjukkan bentuk
menyamarkan diskrepansi skeletal yang ada, wajah pasien mesofasial, asimetris dan seimbang.
Dagu miring ke kanan sejauh 1 mm. Profil pasien
dengan kata lain prognosisnya masih baik.3,4 lurus. Tangen line 7,50; sudut nasolabial 900 dan
bibir kompeten (gambar 1). Terdapat sentral
Selain beberapa pertimbangan di atas, diastema pada gigi 11-21 dan gigi bercelah pada
42-41-31-32. Pemeriksaan intraoral menunjukkan
dikatakan bahwa maloklusi kelas III masih dapat kebersihan mulut sedang, tidak terdapat
kegoyangan gigi, palatum dalam, ukuran lidah
dirawat secara konvensional apabila relasi gigi besar. Hubungan molar kelas III seperempat unit
geligi tidak parah. Menurut diagram Envelope
of Discrepancy, terdapat batasan pergerakan
gigi.5 Melalui perawatan ortodontik konvensional,
batasan protraksi gigi insisif atas sebanyak 2 mm,
retraksi maksimal sebanyak 7 mm, intrusi maksimal
2 mm dan ekstrusi maksimal 4 mm.5 Tujuan laporan
kasus ini menyampaikan keberhasilan perawatan
kasus prognati mandibula disertai anterior crossbite
60
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. April 2020;32(1):59-65.
pada sisi kanan dan kiri. Hubungan kaninus kelas mm. Lengkung gigi atas dan bawah berbentuk oval.
Hasil analisa Kesling terdapat kelebihan ruangan
I sisi kanan dan kiri. Hubungan insisif kelas III, di lengkung gigi atas kanan sebesar +2 mm,
terdapat anterior crossbite 12,11,21,22 terhadap kelebihan ruangan di kiri +1 mm dan kekurangan
gigi 33,32,31,41,42,43. Overjet -1 mm dan overbite ruangan di lengkung gigi bawah -1,5 mm.
-1 mm (Gambar 1). Curve of spee normal yaitu 2
Gambar 2. Gambaran sefalometri lateral dan panoramik sebelum perawatan ortodontik
Analisis sefalometri lateral (gambar 2) Terdapat hambatan oklusi dalam arah horizontal,
menunjukkan hubungan skeletal kelas III dengan pada saat mandibula melakukan gerak ke depan
hubungan mandibula terhadap maksila prognati dan ke lateral. Gigi 11,21 mengalami hambatan
(SNA 860, SNB 880, ANB -20). Profil skeletal cekung terhadap gigi 31,41 ketika mandibula gerak ke
(Angle of Convexity -4,50), pertumbuhan muka
depan dan hambatan pada gigi 11 terhadap gigi 42
tengah dan bawah hipo divergen (SN-MP 230).
ketika mandibula bergerak ke lateral.
Etiologi kasus maloklusi kelas III skeletal ini diduga
Tujuan perawatan ini adalah untuk mencapai
faktor genetik yang diturunkan dari ibu.1,6,7,8,12
hubungan molar kelas I, mempertahankan
Gangguan pernafasan berupa hidung tersumbat
hubungan kaninus yang sudah kelas I, mengoreksi
disebabkan karena rongga nasal kiri lebih sempit anterior crossbite serta mencapai overjet dan
overbite yang ideal. Central diastema dan gigi
daripada rongga kanan. Informasi ini didapat
bercelah ditutup supaya didapatkan titik kontak
pada saat melakukan anamnesa dan dikonfirmasi antara gigi geligi dan mendapatkan midline
oleh gambaran panoramik, seperti pada gambar yang sejajar. Gigi anterior atas di protraksi untuk
2. Kelainan bentuk anatomis ini menyebabkan mendapatkan fungsi mastikasi yang baik. Pada
perubahan pola bernafas sehingga terjadi konstriksi perawatan kasus ini tidak dilakukan pencabutan gigi.
rahang atas kiri. Pertumbuhan mandibula yang Gigi geligi atas dirawat terlebih dahulu
berlebihan dibandingkan maksila menyebabkan dengan cara protraksi ke anterior menggunakan
protraction arch. Setelah gigi anterior jumping
terjadinya gigitan silang yaitu 22,21,11,12 terhadap maka penutupan central diastema mulai dilakukan.
gigi 33,32,31,41,42,43.3,7,13,14 Gigi bercelah rahang Gigi regio kanan dan kiri digeser secara bertahap
ke arah midline. Sedangkan pada gigi geligi bawah
bawah disebabkan oleh disharmoni ukuran gigi
dilakukan penutupan gigi bercelah kemudian diikuti
terhadap ukuran rahang, dimana ukuran rahang
dengan retraksi gigi anterior bawah menggunakan
lebih besar daripada ukuran gigi.2,4 Sedangkan
elastik kelas III. Elastik kelas III digunakan pula
sentral diastema terjadi karena perlekatan frenulum
sebagai kontrol rahang dalam arah anteroposterior.
yang rendah pada rahang atas.
Perawatan kasus ini menggunakan braket MBT slot
Hasil pemeriksaan fungsional,
0.022” (Perusahaan Ormco, Glendora, California,
memperlihatkan gerak buka tutup mulut maksimal,
USA).
mandibula bergerak ke kanan lalu kembali ke
Maloklusi kelas III skeletal ini dirawat
tengah. Pasien mempunyai kebiasaan mengunyah ortodontik menggunakan straightwire dengan
hanya pada sisi kiri. Pasien merasa tidak nyaman tujuan guna mendapatkan gambaran klinis lebih
baik.1 Upaya dilakukan untuk menghilangkan
saat mengunyah menggunakan sisi kanan karena
terdapat tumpatan di gigi 46 sejak beberapa bulan
lalu. Keadaan sendi temporomandibula normal.
Tidak terdapat hambatan oklusi dalam arah vertikal.
61
Perawatan ortodontik menggunakan protraction arch pada kasus prognati mandibula ( Andini dkk.)
anterior crossbite yaitu dengan memprotraksi gigi Hubungan molar kelas III rahang atas
geligi anterior atas. Hal ini dicapai dengan memakai dikoreksi dengan cara mesialisasi gigi anterior dan
“protraction arch”. Protraction arch merupakan
wire yang diletakkan 1 mm didepan gigi anterior posterior, mulai dari gigi insisif lateral sampai gigi
kemudian dilakukan tekukan wire pada gigi molar
kanan dan kiri. Peletakan wire 1 mm di depan premolar kedua kanan dan kiri. Setelah dilakukan
gigi anterior dilakukan dengan tujuan supaya mesialisasi gigi satu persatu maka tercapai relasi
gigi tersebut terprotraksi. Protraksi gigi anterior molar pertama kelas I pada kedua sisi. Gigi geligi
atas dilakukan setelah tahap aligning leveling bawah diretraksi untuk mendapatkan overjet dan
selesai dilakukan. Penutupan central diastema overbite ideal. Retraksi gigi bawah sejauh 1 mm
dilakukan setelah koreksi anterior crossbite dilakukan menggunakan bull loop dan elastik
selesai. Penutupan sentral diastema dilakukan kelas III. Retraksi gigi anterior bawah dilanjutkan
dengan torquing akar. Torquing akar dilakukan
dengan merapatkan gigi anterior menggunakan
powerchain pada working wire. Working wire yaitu karena ujung akar gigi anterior bawah menonjol
ke bukal. Torquing akar dilakukan pada working
pada SS 0.017x 0.025. Setelah penutupan sentral wire menggunakan torquing plier. Tahap finishing
diastema terdapat ruangan diantara distal insisif digunakan untuk memperbaiki interdigitasi gigi
lateral dan kaninus kanan dan kiri. Ruangan ini atas dan bawah. Interdigitasi yang baik akan
digunakan untuk mesialisasi gigi posterior. menghasilkan kestabilan perawatan jangka
panjang.11
Gambar 3. Keadaan gigi geligi sebelum, selama dan sesudah 18 bulan perawatan ortodontik
Setelah 18 bulan perawatan, tercapai Gambar 4. Keadaan ekstra oral sesudah perawatan
hubungan insisif dan molar kelas I. Anterior ortodontik
crossbite sudah terkoreksi, overjet positif sudah
tercapai sehingga memberi dukungan yang cukup
pada 1/3 wajah saat tersenyum. Retraksi gigi
bawah dilakukan menggunakan bulls loops dan
elastik kelas III. Retraksi gigi bawah menyebabkan
ketebalan bibir bawah sedikit berkurang sehingga
penampilan pasien menjadi lebih baik. Gambar 5
menunjukkan foto perbaikan ekstra oral sesudah
perawatan ortodontik.
62