The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Corona membuat dunia menjadi huru hara, dengan hadirnya corona di tahun 2020 bertepatan bulan Ramadhan inilah rasa tantangan yang sangat berarti dalam menyambut bulan Ramadhan.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Rizki akbar Nasution, 2022-12-15 05:06:15

Dinamika Cinta di Ramadhan Corona

Corona membuat dunia menjadi huru hara, dengan hadirnya corona di tahun 2020 bertepatan bulan Ramadhan inilah rasa tantangan yang sangat berarti dalam menyambut bulan Ramadhan.

KATA PENGANTAR

‫حشَىَْمُدحآنلِأَِوَََّنحْ ِد‬،َ‫ُنََصَالأََّوَّمَحىاوحِماَدبَلحهنُلحعهُُلدَاسَ؛َعِيّلَئَحياَشِوِرَِحَتوَأََكسَلّحعلََمَموُالََِونَوأَاَعل‬،‫َعُبِِإأوىَذُحححشنَببَِِِْيّاَسلنَاُدلاِهٍنأََوَِمإَِّنرَحنُسللحاَولََُِشنَإِحالُوَرِحموَوُِراإمَِللَأَِّمَّاّندحَحٍدُافلِنلِسه‬.‫يحمُْلََوحمنوََُعل‬،‫َوحأسََُاتََلَعحِلصّحضحيُلِْنَُحَوُّحمالبَِِوفوَنَلَصَاَحوِسّلَمتََىححغنَاوِفِدتََُسربِِهُلََّع‬.‫لُِمََعلّحبِوِضُد ََهُّلحن ََلَموَوُرُدُسهَُوحوَملَُونوُحَن‬ ‫إِ َّن اْحلَحم َد‬
َ‫اللهُ فَلا‬
‫ُُمَ َّم ًدا‬

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt. semata, atas segala curahan rahmat dan limpahan
nikmat bagi seluruh alam. Dengan ilham-Nyalah karya ini bisa terselesaikan. Dengan kesempatan-
Nyalah karya ini bisa hadir di hadapan kita. Shalawat beserta salam semoga senantiasa tetap
tercurahkan keharibaan Nabi Muhammad saw. beserta keluarga, sahabat-sahabatnya, tabi’in,
tabi’ut tabi’in dan para generasi selanjutnya yang senantiasa berjuang penuh kesungguhan,
istiqomah dan konsisten dengan ajaran dan sunah-sunahnya demi tegaknya bendera Islam di tengah
padang pasir kebodohan, meletakkan prinsip-prinsip pengetahuan agama bagi kepentingan umat
sepanjang zaman.

Dengan selesainya karya sederhana ini, buku berupa bunga rampai goresan tinta Sahabat Rumy
1441H/2020M, saya merasa bersyukur sekaligus bangga kepada mereka. Mereka mungkin tidak
sadar bahwasanya mereka adalah pejuang, Neo-Al Fatih Zaman Now. Karena, di tengah rasa capek,
penat, lelah dan rasa khawatir yang menggunung di masa pandemi, selama sebulan lebih mereka
berjuang membantu sesama, namun tetap istiqomah menjalankan serangkaian ibadah utama di
bulan mulia. Lebih hebat lagi mereka mampu menyempurnakan karya ini. Para penulis sudah
berupaya semaksimal mungkin untuk merampungkan karya ini, walaupun banyak sekali guratan-
guratan kehidupan yang mengiringi. Tentunya, karya ini merupakan hasil jerih payah dan
“pengendapan” kecerdasan intelektual, emisional dan spiritual para penulis.

Sebagai Khatimah, karya ini tentu bukanlah segalanya, di sana-sini masih terdapat banyak
kesalahan. Maka menjadi kebanggaan tersendiri bagi para penulis tentunya, ketika saran dan kritik
yang konstruktif pembaca tujukan kepada penulis. Dengan harapan ridho-Nya, semoga karya ini
bermanfaat bagi para penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya, serta memunculkan
inspirasi dan temuan-temuan baru tentang bagaimana kita harus bersikap dan menjalani hidup yang
semestinya. Karena, dengan upaya itulah kita lebih berarti di tengah putaran masa. Terima kasih.


Yogyakarta, 7 September 2020
Al-Fakir,

Asep Setiawan, S.Th.I., M.Ud.


WAKTU

( Oleh : Rizki Akbar Nasution )

Sejak pertama kali muncul pada Desember 2019 lalu di Wuhan China. Hingga
sekarang, jumlah orang yang positif terjangkit covid-19 di seluruh dunia sudah menembus
angka 3 juta lebih. Sedangkan di Indonesia yang positif hampir menembus angka 9.511per 28
April 2020. covid-19 pun mengubah langkah aktivitas kehidupan manusia secara global.
Hampir semua aktivitas bekerja, belajar, berdakwah, berdagang, bahkan berpolitik dilakukan
secara daring atau virtual.

Ramadhan 1441H/2020M tepatnya Pada 23 April 2020, Kementerian Agama
(Kemenag) menggelar sidang isbat melalui video conference dan bisa disaksikan masyarakat
secara streaming. Situasi Ramadhan tahun1441H/2020M berbeda dibandingkan tahun
sebelumnya. Sepanjang perjalanan Ramadhan yang dilalui umat muslim. Di tengah situasi
pandemi virus covid-19, masyarakat diimbau untuk banyak berdiam diri di rumah, termasuk
beribadah. Jika di lihat di media sosial, banyak yang berharap situasi wabah virus covid-19
segera berakhir, berharap Ramadhan bisa berlangsung seperti tahun-tahun sebelumnya.
Imbauan Kementerian Agama juga sudah mengeluarkan imbauan kepada umat muslim untuk
melakukan rangkaian ibadah Ramadhan 1441H/2020M di rumah. Melakukan ibadah dari
rumah disebut sebagai pilihan terbaik untuk dijalankan saat ini, karena wabah virus covid-19
di Indonesia yang begitu cepat penyebarannya.

Berdiam di rumah, termasuk dalam menjalankan Ibadah Ramadhan disebut sebagai
upaya pencegahan virus covid-19, yang sesuai dengan imbauan pemerintah dan Badan
Kesehatan Dunia (WHO). Meskipun kita sama-sama memahami dan menyadari betapa
pentingnya dan betapa mulianya berada beribadah di masjid, dalam konteks seperti sekarang
ini, wajib hukumnya bagi kita semua untuk berada dan beribadah di rumah.

Ramadhan adalah momen yang di tunggu-tunggu umat muslim, karena bualn suci
Ramadhan penuh dengan keberkahan. Banyak yang di siapkan umat muslim untuk
menyambut bulan Ramadhan, ada yang membuat pentas seni, tabliq akbar, majelis dzikir dan
lain sebagainya. Umat muslim di seluruh dunia sangat gembira dengan kehadiran bulan
Ramadhan karena bulan tersebut bulan penuh keberkahan, ampunan, dan lain sebagainya, di
bulan tersebut ada melaksanakan ibadah sholat tarawih, tadarus, kajian Ramadhan. Nah,
begitu banyak umat muslim sangat gembira dengan menyambut bulan Ramadhan dengan


tujuan mohon ampunan dari Allah SWT. Tapi Allah berkehendak lain, Allah kirimkan ujian
di bulan Ramadhan kali ini yaitu bernama covid-19.

Semua umat muslim seluruh dunia merasakan ujian tersebut, awalnya dengan gembira
menyambut Ramadhan dengan berbagai aktivitas, ada yang ingin membuat tabliq akbar,
majelis dzikir, pentas seni. Tapi, dengan adanya ujian ini semua umat manusia di anjurkan
tidak melaksanakan aktivitas dengan mengundang banyak orang, aktivitas ibadahnya di
rumah aja, sholat 5 waktu, sholat tarawih kemudian tadarus, iktikaf, sahur, membayar zakat
hingga sholat id. Himbauan Ramadhan 1441H/2020M ini di lakukan untuk menekan
penyebaran viris covid-19 di Indonesia. Sehingga momen-momen yang di rencanakan indah
selama Ramadhan. Tidak bisa di laksanakan secara berjamaah.

Dua kata yang boleh jadi terlintas dalam benak kita sebagian umat Islam pada bulan
Ramadhan barangkali adalah puasa dan refleksi. Ramadhan, yang dipercaya sebagai bulan
suci para muslim pada tahun 1441H/2020M dirayakan di tengah pandemi virus corona.
Karena itu persiapan Ramadhan kali ini pun akan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

Pada masa-masa sebelumnya, sekitar 30 hari puasa dijalani dengan berbagai ritual
yang melibatkan banyak orang salat berjamaah, buka puasa bersama, sahur on the road
hingga berburu tajil musykil ada.

Tapi, sekarang orang diminta membatasi jarak satu sama lain, tetap di rumah, tidak
mudik demi mengerem laju penyebaran virus covid-19. Sekalipun begitu, tak berarti kita
memulai Ramadhan dengan ala kadarnya.

`` Hikmah Corona Di Bulan Ramadhan ``

Virus covid-19 sebuah virus yang cepat menular dan sangat berbahaya. Oleh karena
itu, kita harus memperhatikan dan mendengar suara seruan dan pandangan dari ahli medis,
menurut ahli medis untuk memutus mata rantai dari penyebaran virus ini kita harus
melakukan jaga jarak. Karena itu di daerah yang memang terjangkit virus masih tinggi jangan
menunaikan ibadah Ramadhan di Masjid, tunaikan ibadah di rumah aja. Bulan
Ramadhan1441H/2020 sering disebut sebagai momentum introspeksi dan muhasabah diri.
Ibarat motor, puasa merupakan saatnya „turun mesin‟ untuk meneliti dan memeriksa
sekaligus memperbaiki berbagai onderdil yang rusak. Ibarat komputer, puasa merupakan


proses me-restart diri. Restart dapat diartikan sebagai proses memulai kembali yang
sebelumnya dimatikan beberapa saat. Proses restart diri sangat penting. Metode restart bisa
disebut sebagai langkah mengintegrasikan antara software (rohani) dan hardware (jasmani)
agar dapat terkoneksi secara baik dan holistik. ibadah yang di syariatkan oleh Allah SWT
dengan kaifiyah atau tata cara tertentu.

Dengan kata lain, puasa bukan sekadar ritual tahunan yang berisi ritual peribadatan.
Namun, puasa menghadirkan ruang untuk merenung dan berkontemplasi. Merekap dan
merekam pelajaran apa saja yang dapat kita petik selama setahun. Ibarat survei ataupun
penelitian, ini merupakan model survei paling akurat dan presisi karena didasarkan bukan
hanya pada pengamatan, tetapi atas dasar semua hal yang dialami dengan semua pancaindera.
Jika ibadah puasa mampu menghadirkan spirit egalitarisme di kalangan umat islam di seluruh
dunia, di mana semuanya menjalankan perintah yang sama dari Allah SWT (tak peduli warna
kulit ataupun derajat sosial seseorang), maka hal sama terjadi saat wabah covid-19 melanda.
siapapun orangnya (kaya atau miskin, muda ataupun tua, dan sebagainya) bisa tertular.
Karenanya, ibadah puasa di tengah wabah covid-19 me-restart diri manusia agar merenung
dan mengingat kembali kekuasaan Allah SWT. Sehebat apapun manusia berencana, Tuhanlah
yang menentukan. Selain itu, di tengah pandemi tidak hanya mampu menumbuhkan
kepekaan spiritual seseorang, namun juga kepekaan sosial. Wujud dari kepekaan sosial ialah
sikap empati dan pro sosial. Empati berarti suatu keadaan di mana orang merasa dirinya
berada dalam perasaan atau pikiran yang sama dengan orang lain. Wabah covid-19 bukan
saja persoalan kesehatan, namun punya ekses turunan berupa dampak sosial ekonomi. Akibat
covid-19, setidaknya terdapat sekitar 1,6 juta warga negara Indonesia yang telah di PHK.
memproyeksikan, seiring dengan meluasnya wabah covid-19, maka tingkat kemiskinan di
Indonesia juga makin bertambah. Sebagai contoh, saat ini saja ada sebanyak 115 juta
masyarakat rentan miskin di Tanah Air. Dengan adanya musibah covid-19, golongan tersebut
rentan sekali jatuh ke bawah garis kemiskinan. Karena itu, umat islam sebagai mayoritas
penduduk di Tanah Air, harus mampu menjadikan bulan puasa di tengah pandemi ini sebagai
momentum me-restart kesadaran untuk berbagi dan berderma.

Adanya pandemi virus covid-19 saat bulan Ramadhan1441 H / 2020 M, menyimpan
secercah hikmah. Sekarang adalah momentum tepat bagi umat islam untuk selalu
menjalankan perintah agama dan menjauhi larangannya. Secara sosial, ada hikmah yang bisa
kita sadari agar semakin meningkatkan solidaritas. Hikmahnya masyarakat semakin gotong
royong, akan semakin baik saling membantu satu sama lain. Solidaritas antar masyarakat agar


saling membantu sangat dibutuhkan. Pemerintah selalu menyerukan agar berkerja dari rumah.
Istilahnya work from home. Hikmah bekerja di rumah itu work from home bisa dekat dengan
keluarga. Bisa berkumpul dan harus disyukuri karena jika ada aktifitas padat biasanya jarang
berkumpul. Ada dampak positif yang bisa kita telaah dibalik wabah yang sedang melanda
saat ini.


RAMADHAN-KU BERBEDA

( Oleh : Ilham Efendi )

Mungkin pemilihan sub judul yang saya pilih seperti tercantum diatas sedikit
kelihatan membingungkan, namun ini merupakan bentuk ungkapan ekspresi yang ada dalam
hati dan fikiran saya terkait pengalaman. Sebenarnya ada banyak sesuatu hal yang ingin saya
ceritakan terkait kagiatan saya disemua tahun pada bulan suci Ramadhan selama saya hidup,
namun sepertinya tidaklah mungkin untuk saya ungkapkan dikesempatan saat ini secara
keseluruhan. Tetapi ada beberapa cerita Ramadhan tentunya yang ingin saya ungkapkan,
mungkin ini terkait beberapa pengalaman ataupun kegiatan Ramadhan yang telah saya jalani
selama saya berada di Jogja. Bagi saya ini cukup menarik untuk saya berbagi cerita kepada
pembaca mengenai kegiatan Ramadhan yang telah saya jalani selama saya berada di Jogja.

Berawal dari niat saya untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi, ketika waktu itu
dipertengahan tahun 2016. Saya mencoba menyampaikan kepada Ayah saya terkait niat
maupun minat saya untuk kuliah tentunya, ketika itu saya menyampaikan kepada Ayah saya
bahwa diri saya ingin melanjutkan studi ke kota Medan. Respon dari Ayah saya cukup baik,
bahkan saya malah ditawarkan oleh Ayah saya untuk kuliah ke Jogja saja. Saat itu juga saya
tidak fikir panjang langsung menerima tawaran dari Ayah saya tersebut untuk memilih lanjut
studi ke Jogja. Singkat cerita ketika saya sampai di Jogja saat itu sudah memasuki tanggal 1
Ramadhan 1437 H. Maka saat itu pula saya pertama menjalani Ibadan Ramadhan di Jogja,
yang mana tentunya masih asing bagi saya menjalaninya. Hal ini dikarenakan perbedaan
suasana dan budaya antara Medan dengan di Jogja, yang mana tentunya disetiap daerah
dalam menyambut maupun menjalani bulan suci Ramadhan berbeda-beda budaya dan
suasananya.

Tahun pertama saya menjalani bulan suci Ramadhan di Jogja, tentunya ada sesuatu
pengalaman yang sangat berharga dan menarik bagi saya ketika itu. Hal ini mungkin
dikarenakan saya menjalani bulan suci Ramadhan pertama ditempat baru dengan suasana
baru tentunya, walaupun kegiatan Ramadhan yang saya jalani biasa-biasa saja seperti ibadah
Ramadhan pada umunya. Namun ternyata ketika saya sudah mulai aktif kuliah dan mendapati
bulan suci Ramadhan ditahun-tahun berikutnya, ternyata masih banyak hal-hal yang lebih
menarik dari pada bulan suci Ramadhan yang telah saya jalani ditahun 2016 tersebut. Namun


menarik disini bukan hanya sekedar menarik saja, akan tetapi ada hal yang begitu sangat
berharga dari perjalanan Ramadhan tersebut, yang mana begitu banyak ilmu bermanfaat yang
tidak didapatkan dalam bangku perkuliahan. Akan tetapi ilmu yang berharga disini adalah
merupakan ilmu dari pengalaman yang saya jalani ketika di bulan-bulan suci Ramadhan
selama di Jogja, ketika selama menjadi mahasiswa bahkan setelah menjadi sarjana.

Pada awal saya masuk kuliah, saya bertempat tinggal di Unires UMY selama satu
tahun. Unires UMY merupakan asrama mahasiswa yang memiliki banyak program
didalamnya, jadi disini bukan hanya sekedar tempat tinggal saja, akan tetapi di Unires kita
mendapat program pendidikan tambahan yang lebih kepada pengembangan pendidikan
keAgamaan (Islam). Singkat cerita, bahwa di Unires UMY memiliki salah satu program yang
menurut saya sangat menarik, yaitu program Mubaligh Hijrah (MH). Program tersebut
dilaksanakan setiap tahun di bulan suci Ramadhan saja, untuk pelaksanaannya selama 20 hari
Ramadhan, yang mana tentunya melibatkan Resident (Mahasiswa Asrama). Akan tetapi
Unires tidak mewajibkannya, disini Unires hanya mengajak Resident yang mau ikut
berpartisipasi atas dasar keinginan sendiri tanpa ada paksaan dalam mengikuti program
Mubaligh Hijrah (MH) tersebut.

Dalam kesempatan pada program Mubaligh Hijrah (MH) yang dilaksanakan oleh
Unires UMY tersebut, tepatnya pada Ramadhan 1438 H, saya langsung tertarik untuk
mengikutinya dan ikut berpartisipasi atas keinginan saya sendiri tentunya. Maka saya
mendaftarkan diri saya dalam program tersebut, tentunya disini saya sangat penasaran dengan
program tersebut, yang mana selama hidup saya baru mendengar mengenai program tersebut,
maka dari itu saya sangat tertarik ingin mengikutinya. Pada program Mubaligh Hijrah (MH)
yang dilaksanakan oleh Unires UMY ini, hanya sedikit Resident yang mengikutinya, hal ini
dikarenakan kebanyakan para Resident lebih memilih untuk pulang ke kampung halamannya
karena liburan smester perkuliahan, yang mana bertepatan pula dengan bulan suci Ramadhan.

Adapun kegiatan dalam program Mubaligh Hijrah (MH) yang saya jalani selama 20
hari Ramadhan begitu banyak. Seperti mengajar TPA, kultum sholat tarawih, dan membantu
beberapa program Masjid. Begitu banyak kegiatan yang saya lakukan selama program
tersebut, yang mana ini merupakan pengalaman pertama saya selama saya hidup. Pengalaman
tersebut sangat begitu merubah hidup saya, dikarenakan dalam program tersebut sangat baik
dalam membentuk karakter positif, tentunya disini dalam pandangan saya pribadi dan saya
langsung merasakan perubahan yang begitu baik dalam diri saya. Perubahan disini baik


dalam segi bersosial, berkomunikasi, bekerja sama, bersabar, dan banyak lagi perubahan-
perubahan positif lainnya yang saya rasakan. Sebagai contoh, perubahan bersosial yang saya
rasakan, dimana saya di program tersebut dituntut untuk berbaur dengan masyarakat, akan
tetapi disini bukan hanya sekedar berbaur saja, namun juga menyampaikan nilai-nilai Agama
(Berdakwah) kepada masyarakat tersebut. Tentunya selama saya jadi mahasiswa saya kurang
dalam bersosial maupun berdakwah ditengah-tengah masyarakat. Selanjutnya perubahan
berkomunikasi, bagian perubahan ini menurut saya begitu sangat penting dalam hidup saya,
ini karena selama saya menjadi mahasiswa saya hanya menggunakan bahasa-bahasa
akademis (Formal) dalam berkomunikasi, tetapi pada kesempatan deprogram tersebut saya
benar-benar harus berkomunikasi dengan bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti oleh
masyarakat awam. Maka dari itu saya tentunya menggunakan bahasa-bahasa yang
sesederhana mungkin, baik ketika berbicara secara individu, maupun dalam forum besar
seperti dalam kultum didepan jama‟ah Masjid. Saya begitu sangat merasakan perbedaan
Ramadhan yang saya jalani saat ketika mengikuti program Mubaligh Hijrah (MH) yang
dilaksanakan oleh Unires UMY tersebut, dari pada Ramadhan di tahun-tahun sebelumnya.

Setelah selesai program Mubaligh Hijrah (MH) tersebut, maka selesai pula waktu
saya dan teman-teman Resident lainnya untuk menghuni Unires UMY. Hal ini dikarenakan
untuk jatah waktu menempati Unires tersebut hanya maksimal 1 tahun saja, tentunya ditandai
dengan program Mubaligh Hijrah (MH) tersebut, kecuali Resident yang akan melanjutkan
menjadi Asisten Senior Resident (ASR) atau Senior Resident (SR) bisa tetap lanjut menghuni
beberapa tahun kedepan, namun ada test yang sangat ketat untuk hal tersebut. Namun saya
tidak memiliki niat dan minat untuk menjadi ASR maupun SR tersebut. Saya memutuskan
untuk keluar dan mencari kost terdekat dengan kampus, agar mudah dalam hal perkuliahan.
Alhamdulillah ketika itu saya mendapat kost dekat dengan kampus, dan dekat pula dengan
Masjid masyarakat. Singkat cerita saya tinggal dikost tersebut selama 1 tahun kurang 3
pekan. Kemudian pada waktu akhir-akhir saya tinggal di kost tersebut, saya mendapat
tawaran untuk menjadi Takmir Masjid Kampus UMY dari senior saya yang merupakan
aktivis Masjid Kampus UMY. Pada saat itu juga bertepatan H- 2 pekan menuju bulan suci
Ramadhan tahun 1439 H. Awalnya saya menolak tawaran tersebut, dikarenakan saya merasa
bahwa diri saya masih belum pantas untuk menjadi seorang Takmir, apalagi mengemban
amanah menjadi Takmir Masjid Kampus UMY yang merupakan impian dari banyak
mahasiswa. Namun saya terus diyakinkan oleh senior saya tersebut, maka saya


memberanikan diri untuk menerima tawaran tersebut walau masih dalam keadaan belum
yakin sepenuhnya.

Ketika saya memutuskan untuk menerima tawaran dari senior saya untuk menjadi
Takmir Masjid Kampus UMY, ketika itu sudah memasuki bulan suci Ramadhan tahun 1439
H / 2018 M. Disamping itu, saya diberikan syarat sebelum menjadi Takmir tetap di Masjid
Kampus UMY dari pihak pengurus Masjid, adapun syarat tersebut saya diberikan kesempatan
selama bulan Ramadhan untuk benar-benar aktif dalam mengikuti maupun mengatur segala
kegiatan yang ada di Masjid Kampus UMY. Bila saya benar-benar aktif dalam kepengurusan
tersebut, maka untuk selajutnya saya diberikan izin bahkan wewenang untuk mengurus
maupun mengatur kegiatan-kegiatan yang ada di Masjid Kampus UMY sampai saya lulus
kuliah. Bertepatan dengan syarat yang diajukan tersebut kepada saya dari pihak pengurus
Masjid, bertepatan pula dengan adanya program Ramadhan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta (RUMY) tahun 1439 H, yang mana program tersebut merupakan program yang
nantinya akan rutin dilaksanakan disetiap tahun tepatnya pada setiap bulan suci Ramadhan.

Selama saya kuliah di kampus UMY, saya baru pertama kali itu pula mendengar
bahkan berkesempatan untuk berpartisipasi dalam program tersebut. Namun saya mendapat
informasi secara jelas dari senior saya yang merupakan salah satu inisiator dari terbentuknya
program tersebut, bahwa senior saya menjelaskan program Ramadhan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta (RUMY) tersebut awal mulanya atas inisiatif dari aktivis
mahasiswa, tepatnya dari aktivis Ortom IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah). Namun
awal mula konsepnya berbeda dengan apa yang telah dilaksanakan setelah terbentuknya
program RUMY Untuk konsep awal para aktivis mahasiswa tersebut mencari anggaran
(Open Donasi), yang mana pendapatan dari Open Donasi yang terkumpul tersebut nantinya
akan mereka belikan makanan siap santap, selanjutnya untuk mereka bagi-bagikan kepada
orang-orang diluar kampus UMY / masyarakat umum.

Namun setelah adanya perhatian dari beberapa pihak pimpinan kampus UMY, maka
pihak pimpinan kampus UMY berinisiatif untuk merubah konsep tersebut, yang mana
kegiatan akan dialihkan sepenuhnya di internal kampus UMY dan juga sepenuhnya anggaran
dana program RUMY akan ditanggung oleh kampus UMY. Tentunya pihak pimpinan
melakukan hal tersebut karena beralasan agar Mahasiswa/i, karyawan, bahkan mungkin
dosen UMY sedikit terbantu ketika selama menjalankan ibadah puasa. Khususnya terbantu
untuk menghemat pengeluaran makan sahur maupun berbuka puasa. Karena program RUMY


salah satu kegiatan pokoknya adalah, berbagi dalam hal makan sahur maupun berbuka puasa
kepada civitas akademika UMY. Walaupun tentu disamping itu masih banyak kegiatan-
kegiatan lainnya yang sangat bermanfaat seperti kajian, tadarus, maupun I‟tikaf.

Mendengar dari cerita maupun penjelasan senior saya tersebut, maka saya memahami
konsep dari program RUMY, dan saya beruntung mendapat kesempatan untuk bergabung
dalam kepanitian ditahun itu. Banyak pengalaman bahkan ilmu-ilmu baru tentunya yang saya
peroleh dalam mengikuti kepanitian RUMY pada saat pertama saya mengikutinya. Walaupun
dalam kepanitiaan juga masih banyak yang tidak saling mengenal, akan tetapi rasa
kekeluargaan begitu sangat terasa ketika kami bersama-sama dalam melayani jama‟ah selama
bulan suci Ramadhan, dan bersama-sama mencari segala ide-ide maupun solusi ketika
mendapatkan sebuah permasalahan dalam kegiatan program tersebut. Selain itu juga,
mengapa kekeluargaan itu sangat terasa saat menjadi panitia dari program RUMY,
dikarenakan kita selaku panitia selalu stay di Masjid kampus UMY bersama-sama hampir 24
jam setiap harinya selama 25 hari di bulan suci Ramadhan.

Banyak hal yang menarik, ketika saya menjalani kegiatan dari program Ramadhan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (RUMY) ditahun 1439 H / 2018 M saat ketika itu.
Intinya, yang pasti sangat berbeda dari bulan suci Ramadhan yang saya jalani di tahun-tahun
sebelumnya. Begitu banyak ilmu-ilmu yang bermanfaat, kekeluargaan yang erat, kepuasan
batin dalam melayani ummat, dan hal-hal positif lainnya yang sulit untuk diungkapkan
dengan kata-kata. Akan tetapi disamping itu tentunya juga ada duka yang saya rasakan ketika
menjadi panitia saat itu. Namun duka tersebut tertutupi dengan suka dan kebahagiaan yang
saya rasakan didalam hati saya.

Setelah berakhirnya kegiatan RUMY ditahun 1439 H/2018 M, maka mulai saat itu
pula saya dinyatakan tetap untuk mengemban amanah sebagai Takmir di Masjid Kampus
UMY. Hal ini dikarenakan kemungkinan pimpinan atau pengurus Masjid kampus UMY
sudah mempertimbangkannya terlebih dahulu untuk memberikan kepercayaan itu kepada
saya, dan mulai pada saat itu pula saya dengan keyakinan hati yang kuat untuk menerima
juga menyanggupi atas amanah yang telah diberikan kepada saya sebagai Takmir Masjid
Kampus UMY. Mungkin tidak berlebihan saya nyatakan bahwa bulan suci Ramadhan di
tahun 1439 H/ 2018 M, sebagai bulan suci Ramadhan yang Insya Allah tidak akan terlupakan
dikehidupan saya dihari tua kelak. Hal ini dikarenakan, pada bulan suci Ramadhan ditahun
tersebut saya pertama kalinya mendapat kesempatan dan pengalaman berharga sebagai


panitia RUMY, disamping itu juga saya mendapatkan kesempatan maupun kepercayaan
untuk menjadi Takmir di Masjid Kampus UMY yang merupakan impian dari kebanyakan
mahasiswa UMY.

Hari bergulir dan berganti. Tidak terasa sudah satu tahun dari Ramadhan 1439 H /
2018 M, saya menjalani aktivitas dan kehidupan di Masjid kampus UMY, yang mana secara
maksimal saya selalu mencoba menjalankan amanah yang telah dilimpahkan kepada saya
untuk mengatur hampir segala kegiatan yang ada di Masjid kampus UMY. Tiba saatnya atas
izin Allah SWT, saya dipertemukan kembali dengan bulan suci Ramadhan ditahun 1440 H /
2019 M. Namun ketika itu, sebelumnya kurang lebih dua pekan sebelum memasuki bulan
suci Ramadhan, sudah ada pembahasan dengan pimpinan terkait program RUMY ditahun itu.
Pada waktu rapat dengan pimpinan, dalam pembahasan program tersebut saya juga
dilimpahkan tanggung jawab sebagai koordinator panitia Ramadhan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta (RUMY) ditahun 1440H / 2019 M. Tentunya disamping itu saya
juga mendapat amanah untuk mencarikan ketua, seketaris, dan bendahara untuk kepanitiaan
RUMY ditahun itu.

Pada waktu itu semua amanah yang dilimpahkan kepada saya, dengan maksimal saya
selalu tuntaskan segala tanggung jawab yang diberikan kepada saya secara cepat.
Alhamdulillah, semua berjalan dengan lancar dan hasilnya cukup baik. Ketika waktu itu saya
dengan cepat mendapatkan ketua, seketaris, dan bendahara yang sesuai dengan kriteria yang
diinginkan oleh pimpinan mapun saya pribadi. Singkat cerita, saya dengan teman-teman
koordinator lainnya maupun dengan ketua, seketaris, dan bendahara yang telah ditetapkan
tersebut, bersama-sama untuk merekrut mahasiswa untuk menjadi panitia RUMY tahun 1440
H / 2019 M. Semua segala kebutuhan-kebutuhan untuk kegiatan program RUMY yang akan
dilaksanakan ditahun itu sudah terpenuhi, hanya tinggal menunggu datangnya bulan suci
Ramadhan untuk menjalankan segala kegiatan program tersebut.

Tibalah waktu yang ditunggu-tunggu, yaitu bulan suci Ramadhan tahun 1440 H /
2019 M telah datang. Maka pada waktu itu juga kegiatan program Ramadhan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta (RUMY) berlangsung dengan berbagai kegiatan-kegiatannya.
Untuk konsep kegiatan program Ramadhan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
(RUMY) ditahun 1440 H / 2019 M, hampir sama seperti dengan konsep kegiatan program
Ramadhan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (RUMY) ditahun 1439 H / 2018 M.
Akan tetapi ada juga terdapat beberapa perbedaan konsep kegiatan, salah satunya jumlah


penyediaan makan sahur maupun berbuka puasa ada penambahan dan ada perubahan
rancangan menu. Selain itu juga terdapat perubahan konsep kegiatan tadarus, yang mana
ditahun sebelumnya tadarus hanya khatam Al-Qur‟an satu kali saja selama program RUMY
berlangsung, akan tetapi RUMY ditahun 1440 H / 2019 M ini khatam Al-Qur‟an dua kali
selama program RUMY berlangsung. Begitu pula dengan perubahan konsep I‟tikaf yang
dilaksanakan di Masjid Kampus UMY berbeda dengan Ramadhan ditahun sebelumnya, yang
mana ada penambahan kuota untuk peserta I‟tikaf, dan juga pergantian pemateri kajian-
kajiannya.

Sebenarnya masih ada lagi beberapa perbedaan konsep kegiatan program RUMY
ditahun 1440 H / 2019 M dari RUMY ditahun sebelumnya, akan tetapi dikesempatan ini saya
tidak dapat menyampaikan secara keseluruhan dan secara rinci. Namun inti yang ingin saya
sampaikan dari semua hal itu adalah, bahwa perubahan dalam suatu konsep kegiatan itu
sangatlah penting. Tetapi dengan catatan, bahwa perubahan itu dapat menjadikan suatu
kegiatan mauapun suatu program menjadi berkembang maju, semakin baik lagi, semakin
bermanfaat bagi ummat, dan yang terpenting berdampak positif tentunya. Selain itu juga yang
ingin saya sampaikan, bahwa program Ramadhan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
(RUMY) ditahun 1440 H / 2019 M tersebut, semakin menjadikan saya dewasa atas semua
ilmu-ilmu dan pengalaman berharganya. Selain itu juga program RUMY tersebut semakin
menggugah saya untuk terus berfikir kritis, inovatif, produktif, dan visioner. Hal lainnya juga,
bahwa program RUMY tersebut telah merubah saya secara perlahan menjadi manusia yang
humanis, dan utamanya meningkatkan religiusitas saya menjadi hamba yang terus menerus
berusaha memperbaiki ibadah dan kedekatan saya kepada Allah SWT.

Setelah kegiatan program Ramadhan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
(RUMY) ditahun 1440 H/2019 M berakhir, tentunya ada duka yang terasa karena telah
berpisah dengan teman-teman kepanitiaan, yang mana sudah dianggap sebagai keluarga
sendiri. Namun tentunya seperti RUMY ditahun sebelumnya, kedukaan itu hanya terasa
sementara saja dan tertutupi dengan suka maupun kebahagiaan yang telah membekas dihati.
Dimana kebahagiaan itu telah didapatkan dari kepuasan batin setelah mengabdikan diri
kepada Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Masjid K.H. Ahmad Dahlan Kampus UMY,
dan kepada civitas akademika UMY, melalui program Ramadhan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta (RUMY).


Ketika waktu bulan suci Ramadhan di tahun 1440 H / 2019 M berakhir, maka pada
waktu itu memasuki tahun ke 2 saya bertempat dan mengabdikan diri di Masjid kampus
UMY. Hal itu pula menandakan, bahwa jatah waktu saya untuk tinggal dan waktu
pengabdian saya di Masjid kampus UMY hanya tinggal kurang lebih satu tahun lagi. Dalam
hati saya pada waktu itu, bahwa harapan saya dapat berkesempatan lagi untuk ikut serta
dalam kegiatan program RUMY ditahun berikutnya, yaitu ditahun 1441 H / 2020 M.

Atas izin Allah SWT, Alhamdulillah saya masih diberikan kesempatan untuk dapat
lagi berpartisipasi dan ikut berperan dalam program kegiatan Ramadhan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta (RUMY) ditahun 1441 H / 2020 M. Akan tetapi ketika ditahun
itu jauh sebelum memasuki bulan suci Ramadhan, sekitar kurang lebih 2 bulan sebelum bulan
suci Ramadhan tiba, dunia ditimpa musibah yang luar biasa. Termasuk Negara Republik
Indonesia juga, yang mana terdampak dari musibah besar ini. Adapun musibah tersebut
dikenal dengan Corona Virus Desease atau Covid-19, yang mana telah menggemparkan
seluruh dunia karena virus ini telah menjadi pandemic. Kita ketahui bahwa virus tersebut
sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, karena terlalu bahayanya sampai dapat
menghilangkan nyawa seseorang apabila terjangkit virus tersebut. Corona Virus ini sifatnya
menular, maka dari itu penyebarannya sangat begitu cepat.

Dari permasalahan tersebut, maka pimpinan Universitas muhammadiyah Yogyakarta
masih sangat mempertimbangkan perihal untuk pelaksanaan kegiatan program Ramadhan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (RUMY) ditahun 1441 H / 2020. Namun dengan
sering adanya pembahasan-pembahasan yang dilakukan, baik dengan beberapa pimpinan
UMY beserta para protokoler kesehatan, dan juga dengan beberapa Relawan covid, maka
dengan pertimbangan yang matang pelaksanaan kegiatan program RUMY tahun 1441 H /
2020 M akan tetap dilaksanakan dengan catatan, tetap selalu patuh dengan protokoler
kesehatan dan didampingi oleh tim relawan covid-19.

Selain itu juga, tentu banyak kegiatan-kegiatan yang merupakan bagian dari kegiatan
RUMY, tidak dilaksanakan atau pelaksanaannya dilakukan secara daring / online, karena
mempertimbangkan kasus covid-19 tersebut. Contohnya, seperti kegiatan tadarus Al-Qur‟an,
dan kajian-kajian, dilaksanakan secara daring. Adapun kegiatan I‟tikaf, sahur bersama, buka
puasa bersama, dan tarawih berjama‟ah, maka ditiadakan. Namun untuk menu atau makan
sahur dan makan berbuka puasa tetap disediakan untuk civitas akademika UMY terkhusus
untuk mahasiswa/i, karena hal tersebut merupakan kegiatan inti dari program RUMY. Akan


tetapi sistem pembagian makannya dilakukan secara berbeda dengan sistem Drive Thru, ini
dilakukan agar jama‟ah ketika dalam penggambilannya tidak berdesak-desakan, dan juga
sistem ini sangat efektif untuk mempercepat dalam proses pengambilan atau
pendistribusiannya.

Adapun konsep untuk kegiatan program Ramadhan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta (RUMY) ditahun 1441 H / 2020 M, tentu berbeda dengan konsep RUMY
ditahun-tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan, bahwa suasana maupun keadaan bula suci
Ramadhan ditahun tersebut sangatlah berbeda daripada bulan suci Ramadhan ditahun-tahun
sebelumnya. Tentunya karena disebabkan oleh adanya kasus pandemic covid-19 ditahun
1441 H / 2020 tersebut. Namun Alhamdulillah tetap bisa terlaksana, dan berjalan dengan baik
sampai selesai.

Sebelumnya, saat ketika sebelum pelaksaan dari kegiatan program RUMY ditahun
1441 H / 2020 M itu tiba, untuk kedua kalinya atas kehendak Allah SWT saya dipercayakan
oleh pimpinan untuk menjadi koordinator kepanitiaan, tentu dengan beberapa teman-teman
lainnya. Seperti tahun-tahun sebelumnya juga, bahwa saya diamanahkan kembali untuk
mencarikan ketua, seketaris, dan bendahara untuk kepanitiaan RUMY ditahun tersebut.
Singkat cerita, saya pun mendapatkan calon untuk dijadikan ketua, seketaris, dan bendahara
untuk kepanitiaan RUMY ditahun tersebut. Walau ada sedikit kendala dengan pimpinan
terkait calon bendahara yang saya ajukan, bahwa tidak memenuhi kriteria yang diinginkan
oleh pimpinan, maka tentu ada penolakan yang mana saya tidak bisa memaksakan perihal
tersebut kepada pimpinan. Dari hal penolakan tersebut, maka saya menyerahkan sepenuhnya
kepada pimpinan untuk pemilihan calon bendahara sesuai dengan kriteria yang pimpinan
inginkan. Namun untuk calon ketua dan seketaris kepanitiaan RUMY yang saya ajukan,
pimpinan menyetujuinya.

Ketika sudah adanya fiksasi dari pimpinan, terkait ketua, seketaris, dan bendahara
untuk kepanitiaan RUMY ditahun 1441 H / 2020 M tersebut. Maka tidak lama dari itu,
setelah sudah membahas konsep yang akan diterapkan dalam kegiatan program RUMY
ditahun itu dengan para pimpinan. Selanjutnya kami selaku koordinator, beserta ketua,
seketaris, dan bendahara yang telah dipilih dan ditetapkan oleh pimpinan, membahas terkait
open rekrutmen untuk kepanitiaan RUMY ditahun 1441 H / 2020 M tersebut. Setelah
pembahasan terkait open rekrutmen kepanitiaan RUMY dilaksanakan, maka kami pun


secepatnya melakukan open rekrutmen kepada para mahasiswa UMY yang mau
berpartisipasi dalam kepanitiaan RUMY ditahun itu.

Pada awalnya ketika open rekrutmen dilakukan, waktu itu situasi dan kondisi
pandemic Covid-19 belum begitu massif di Indonesia terkhusus di Jogja. Sehingga
mahasiswa yang mendaftarkan diri untuk menjadi panitia RUMY ditahun itu cukup banyak
yang mendaftar, sekitar lebih dari 100 orang. Namun ketika sudah mendekati bulan suci
Ramadhan, bertepatan pula pada saat itu situasi maupun kondisi pandemic Covid-19 sudah
mulai massif di Jogja. Maka banyak dari mahasiswa calon panitia RUMY yang sudah
mendaftarkan diri, tiba-tiba mengundurkan diri untuk tidak melanjutkan lagi sebagai panitia
RUMY ditahun itu. Hal ini tentunya bisa dimaklumkan, karena kita sama-sama memahami
bahwa setiap orang pada saat itu sangat khawatir akan dirinya terjangkit oleh penyakit
tersebut (Covid-19).

Hampir 90 persen, bahkan mungkin 90 persen lebih calon panitia RUMY yang
mengundurkan diri pada waktu itu, dari 100 orang lebih kini tinggal sekitar 15 Orang yang
masih bertahan untuk tetap lanjut dan berpartisipasi sebagai bagian dari kepanitiaan RUMY
ditahun 1441 H / 2020 M tersebut. Pandangan saya pribadi selaku koordinator kepanitiaan
kepada teman-teman yang tetap bertahan dan konsisten dengan pendiriannya tersebut, untuk
tetap mau menjadi panitia RUMY di massa pandemic Covid-19 pada saat itu, tentu itu suatu
keberanian yang luar biasa menurut saya. Selain itu juga, bahwa orang-orang tersebut
tentunya memiliki semangat yang sangat membara dan memiliki keikhlasan yang besar
didalam hatinya. Hal ini tentu bukan hanya sekedar pandangan saya secara subjektif saja,
akan tetapi juga banyak dari jama‟ah bahkan ada seorang pimpinan UMY sendiripun sampai
menjuluki mereka bukan hanya sebagai relawan saja, akan tetapi juga sebagai pahlawan
kemanusiaan dimassa pandemic Covid-19. Bagaimana tidak, mungkin tidak berlebihan saya
katakan bahwa, mereka bukan hanya sekedar mengorbankan tenaga dan fikirannya saja,
tetapi bahkan nyawa juga mereka pertaruhkan demi untuk pelayanan kepada ummat dalam
situasi dan kondisi yang tidak normal pada waktu itu.

Selain itu juga konsistensi dari panitia RUMY tersebut luar biasa, mereka sangat
amanah karena menyelesaikan setiap tanggung jawab yang diberikan oleh pimpinan kepada
mereka sampai dengan akhir dari kegiatan program RUMY ditahun 1441 H / 2020 M
tersebut. Semoga apa yang mereka lakukan mendapatkan pahala dan kebaikan dari Allah
SWT, dan semoga amalan mereka tersebut dapat memasukkan mereka kedalam surga Allah


SWT. Selain itu semoga kedepannya banyak generasi-generasi yang memiliki karakter dan
sifat seperti mereka.

Banyak cerita maupun hal-hal yang menarik, selama berlangsung bahkan setelah
berakhirnya kegiatan program Ramadhan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (RUMY)
ditahun 1441 H / 2020 M waktu itu. Mulai dari ketegangan antar panitia RUMY kepada tim
covid-19, namun berakhir dengan persahabatan bahkan kekeluargaan yang erat. Kemudian
ketegangan antara koordinator dengan pimpinan, yang akhirnya tetap bisa terselesaikan
dengan kebaikan. Selanjutnya juga, ketegangan antara relawan dengan para jama‟ah ketika
waktu pembagian makanan. Tentu dinamika yang ada selama kegiatan program RUMY
tersebut, sangat menguras emosional semua orang, baik dari relawan sendiri, jama‟ah, bahkan
pimpinan-pimpinan.

Akan tetapi semua dinamika tersebut menjadikan kita semakin dewasa dalam berfikir
dan bersikap. Banyak pelajaran juga hikmah yang berharga dari kegiatan program RUMY
ditahun 1441 H / 2020 M waktu itu, yang mana tergantung kita masing-masing bagaimana
mengambil pelajaran serta hikmah tersebut untuk menjadikan kita agar lebih baik lagi dalam
menjalani hidup kita. Tentu yang tidak kalah pentingnya, bahwa marilah kita terus berbuat
kebaikan dengan cara apa saja, yang tentunya cara itu dibenarkan oleh Agama Islam. Sekecil
apapun kebaikan yang kita lakukan, Insya Allah akan Allah SWT balas dengan kebaikan
pula. Selain itu juga marilah menjadi orang-orang yang bertanggung jawab, amanah apabila
diberikan kepercyaan oleh orang lain. Selesaikanlah kebaikan yang telah kita mulai, maka
seterusnya kita Insya Allah akan terlatih untuk selalu konsisten dalam melakukan hal-hal
kebaikan kedepannya.


HUJAN DI BULAN MEI
( Oleh : Fikri Manalani )

Kesempatan, Apakah kesempatan itu benar-benar ada? aku rasa tidak. Kita tidak akan pernah
memiliki kesempatan jika kita tidak benar-benar memberikan kesempatan. Lalu, apakah
pantas kita memberi sebuah kesempatan? Tanyakan pada hatimu. Diskusikan dengan dirimu.
Kamu tau, apa yang terbaik untuk dirimu.

Dalam sebuah proses kehidupan, akan selalu ada sebuah kejadian yang akan terangkai
dalam suatu peristiwa. Proses yang mudah atau proses yang lelah. Entah, apakah kamu akan
mengingatnya, mengenangnya atau malah melupakannya begitu saja. Hah, kamu yang tahu.
Semua akan mengalir dan menuju ke tepian. Hanya saja, perlu ada kemudi untuk
membelokkannya agar tepian yang dipilih adalah tepat. Entah tepian dari sebuah
penyelesaian atau tepian dari awal sebuah permasalahan. Kita akan tahu jawabannya jika kita
benar-benar mau dan bertekad mengendalikan kemudi itu. Bukan hanya diam dan mengikuti
arus gelombang yang akan menghempaskan.

Apa artinya hujan bagimu? Ku rasa setiap orang memiliki versinya sendiri-sendiri
dalam mendefinisikan sesuatu. Termasuk definisi hujan.

Hujan bulan ini, bagiku adalah spesial. Sangat spesial. Setiap tetesnya yang jatuh
adalah cinta Tuhan. Setiap rintiknya adalah kekuatan. Dan aromanya adalah harapan. Tuhan
selalu punya cara yang tak terduga dalam menyapa dan menguatkan. Lewat syair-syair alam
yang menumpahkan diri di atas atmosfer bumi.

`` Ramadhan 1441 H ``

Bulan Ramadhan. Bulan yang penuh kemuliaan dan bersejarah bagi setiap umat Islam
di seluruh dunia. Bulan diturunkannya Kitab Allah, Al-Qur‟an sebagai penyempurna dan
pedoman hidup umat manusia. Bulan terjadinya peristiwa besar, yakni Perang Badar. Bulan
yang terdapat malam lailatul qadar, malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Bulan
pembebasan kota Makkah Al-Mukarramah dan Allah Aza Wa Jalla memenangkan Rasulullah
Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Dan bulan dimana pintu-pintu surga dibuka
sedangkan pintu neraka ditutup.


Ramadhan, memiliki tempat tersendiri di hati setiap umat muslim. Bulan yang spesial,
akan diperlakukan spesial pula. Banyak rancangan, banyak angan, banyak target yang ingin
ditunaikan. Mengagendakan khusus bulan penuh berkah ini. Bercinta dengan Al-Qur‟an di
rumahnya Allah, bersuka cita menikmati hidangan takjil bersama kawan, duduk diam di
lapangan ta’lim dan banyak lagi hal kebaikan yang akan dilakukan. Tapi rancangan itu hilang
begitu saja dan digantikan dengan kecemasan. Penuh ketakutan dan kekhawatiran.

Tentara Allah yang Allah turunkan ke bumi di penghujung tahun 2019. Tentara Allah
yang Allah turunkan di Ramadhan 1441 H/2020 ini. Dan tentara Allah yang Allah turunkan
sebagai tanda kebesaran kuasa Allah. Sombongnya manusia yang merasa diri adalah yang
paling hebat. Sombongnya manusia atas apa yang bisa ia ciptakan dan lakukan. Dan
kesombongan manusia hingga ia lupa dari mana dia berasal. Semua seketika terdiam,
dikalahkan makhluk kecil bernama virus. Tak kasat mata, tapi memiliki kekuatan untuk
mematikan. Begitulah Kuasa Allah. Jika Allah sudah berkehendak “kun fayakun”, maka
jadilah, maka tidak ada yang bisa menolak.

Ramadhan istimewa. Jika aku boleh bilang, adalah sebuah pembelajaran tetang makna
kehidupan, tentang sebuah rasa ikhlas, tentang sebuah pengorbanan, tentang sebuah kata
ketulusan, tentang sebuah kebersamaan, tentang sebuah rasa syukur, tentang sebuah arti
memiliki, dan tentang sebuah makna menerima. Terbingkai jadi satu di Ramadhan istimewa.
Berbagai macam peristiwa yang penuh suka cita. Kekhawatiran yang dikuatkan. Kesedihan
yang berujung dengan kebahagiaan. Kekecewaan yang berakhir dengan keridhoan.
Pengorbanan yang berbalas air mata. Dan air mata yang diubah menjadi sebuah senyum
kerinduan.

Jika aku boleh bertanya, aku ingin bertanya. “Apakah pantas seseorang menyalahkan
tanpa tau kebenarannya? Apakah pantas seseorang menghakimi tanpa ada bukti? dan apakah
pantas seseorang dikatakan bijak jika ia hanya berpedoman pada pendengarannya ke satu
orang?” silahkan, kalian pasti memiliki jawabannya.

Hujan di bulan Mei. Aku memiliki rangkuman berbagai peristiwanya. Setiap detiknya
memiliki makna, dan bahkan mungkin ketika mata telah terlelap, hah, begitulah dunia. Setiap
detailnya perlu ada terjemahannya, setiap detiknya, setiap hembusan nafasnya, dan setiap
kedipan matanya ada makna yang tersirat.

Pukul 01.30 WIB kelopak mata sudah harus dipaksa untuk terbuka. Katupnya yang
masih terkunci rapat, mau tidak mau tetap harus dibuka paksa. Langkah kaki sempoyongan


dipaksa bertahan untuk menopang tubuh yang mulai aktif bekerja dari pada biasanya. Udara
dingin yang menyelimuti atmosfer bumi harus diperangi. Demi sebuah kehormatan sebagai
rasa kemanusiaan. Namun, jalan tidak selalu semudah yang ada dalam bayangan, ketika hati
dijatuhkan dengan sebuah cacian, harapan dipatahkan oleh sebuah ucapan, dan angan
dipudarkan oleh sebuah paksaan. Semua terasa berat. Ketika mulut tetap harus menampakkan
senyum walau hati dalam keadaan teriris, mata harus tetap terjaga, meski pupil sudah
mengecil, badan harus tetap aktif meski urat nadi terasa akan putus, keadaan itulah hanya
Tuhan yang mampu menguatkan.

Dalam ilmu kehidupan tidak ada kata mudah, semua permasalahan adalah sebuah
proses dari pendewasaan. Tuhan mengirimkan masalah kepada hamba_Nya karena Tuhan
peduli dengan hamba_Nya, Tuhan ingin memberikan kekutan terhadap hamba_Nya, Tuhan
ingin menguatkan hamba_Nya. Hanya saja, terkadang kita sebagai manusia selalu merasa
tidak adil, dengan kehendak Tuhan. Selalu merasa bahwa rencana kita adalah benar. Lalu,
bagaimana ceritanya kita mengharapkan kehidupan sempurna, jika kerikil saja kita merasa
takut untuk menerjangnya? Tanyakan pada hatimu, kuatkan pada jiwamu, dan kokohkan
dalam prinsipmu.

Pukul 01.30 dini hari. Tubuh mau tidak mau harus dipaksa bekerja, ketika manusia
lain sedang terlelap dalam dunia mimpinya bersama kasur empuk dan selimut hangatnya.
Jantung harus memompa darah lebih ekstra dari pada biasanya. Mulut harus tersenyum lebih
sering dan lebih lebar dari biasanya, semua serba lebih dari biasanya, hanya ada dua alasan
yang menguatkan. Melihat senyum-senyum mereka adalah kekuatan terbesar yang Tuhan
berikan. Anggukan kepala dan sebuah ucap “terima kasih” adalah kebahagiaan kecil yang
Tuhan hadirkan. Begitu sederhana cara Tuhan untuk menguatkan.

Pada setiap pukul 04.00 WIB, kita sudah harus bergegas menyelesaikan kunyahan.
Menelan lamat-lamat setiap tegukan sambil bertukar rasa dan canda untuk mencairkan
suasana. Tidak ada rasa yang bisa menguatkan daripada melihat setiap garis wajah
kebahagiaan mereka. Garis wajah yang seoalah-olah berbicara, bahwa semua akan baik-baik
saja dan indah pada waktunya. Lagi-lagi itulah cara Tuhan dalam menyampaikan cinta.
Seolah-olah Tuhan berkata, “Kamu tidak sendirian”.

Ketika suara adzan telah dikumandangkan, segera kita bergegas berbenah diri untuk
menghadap kepada Sang Pencipta, Allah Aza Wa Jalla. Mengadu setiap goresan luka,
menangis sejadi-jadinya. Menumpahkan segala rasa, Karena hanya kepada Tuhanlah harapan


itu akan menjadi nyata. Tuhanlah satu-satunya tempat untuk berharap yang paling tepat.
Karena jika kita berharap pada manusia, dengan mudah manusia bisa ingkar. Tapi, jika
berharap pada Tuhan, Tuhan tidak akan pernah ingkar akan janji_Nya, bahkan Tuhan akan
memberikan sesuatu yang jauh lebih indah dari pada apa yang kita harapkan. Percayalah pada
janji Tuhan.

Apakah perjalanan kita cukup sampai disitu? Aku jawab tidak. Ketika mata sudah
mulai berat untuk dibuka. Ketika tubuh sudah memberikan isyarat atas rasa lelah, tapi otak
dengan tidak adanya perasaan terus menghadirkan susunan kegiatan yang harus dikerjakan.
Tumpukan kertas yang harus segera dijamak. Berderetan abjad yang sudah menanti.
Memberikan rasa dan kesan tersendiri. Berkejaran dengan waktu. Menguras seluruh emosi.
Belum lagi omelan-omelan deadline tugas yang sudah mulai meraung-raung. Terkadang rasa
ingin teriak bermunculan. Kata-kata makian untuk diri sendiri. Tapi percuma, itu tidak akan
membantu apa-apa. Hanya menguras tenaga dan menyakiti diri snediri. Satu atau dua jam
saja terlelap. Kemudian kembali lagi ke atifitas layaknya mahasiswa. Berkutat pada layar
laptop yang menghadirkan berderet-deret kata.

Konflik yang Tuhan hadirkan adalah isyarat bahwa kita diciptakan luar biasa. Kita
diciptakan sebagai makluk yang istimewa. Bukan makhluk yang lemah, yang bisa diperbudak
oleh keadaan. Makhluk yang lemah selayaknya hewan. Ketika disuruh datang akan datang
dan ketika disuruh pergi maka akan pergi. Tapi tidak dengan manusia. Tuhan ciptakan kita
dengan sebaik-baiknya bentuk. Dihadirkan konflik sebagi pembuktian bahwa manusia
memiliki akal. Karena manusia dilahirkan sebagai makhluk yang penuh dengan rasa
penasaran. Merasa puas jika sesuatu yang terjadi ada pembuktiannya.

Pada pukul 14.20 WIB belum selesai tubuh beristirahat, panggilan atas sebuah
kehormatan akan rasa kemanusian berkumandang. Meraung-raung meneriaki sendi-sendi
yang mulai putus asa dan rasa ingin menyerah. Perintah memaksa untuk bangkit dari sebuah
kata lelah. Memaksa tubuh yang mulai manja untuk bekerja. Paksaan demi paksaan yang
dikuatkan oleh kehormatan atas rasa kemanusiaan akan diubah menjadi sebuah kebiasaan.
Menghadirkan sebuah harap yang besar akan ucapan kata “kalian luar biasa” dari orang yang
dikatakan atasan. Apakah itu terjadi? Kalian punya jawabannya.

Apakah setiap manusia diciptakan untuk memiliki hati yang membatu? Hati yang
keras? Aku rasa jawabannya tidak. Sekeras apapun sikap manusia, pasti ada sisi lembut yang
dimilikinya. Hanya saja terkadang kita melihatnya dari satu sisi. Apakah mereka yang salah?


Tidak. Tapi kitalah yang salah. Melihat segala sesuatu hanya dengan sudut pandang diri kita.
Melihat segala sesuatu hanya dalam sudut padang yang dapat terlihat mata. Karena terkadang
yang menurut kita benar bukan berarti itu adalah tepat. Kita juga memiliki porsi kesalahan.
Pandanglah orang lain dengan dua sisi. Sisi kita dan sisi dia. Dengan begitu kita akan tahu,
setiap manusia memiliki kelembutannya.

Gerakan gesit dan senyuman lebar yang kami lempar, sebagai penguat akan sebuah
rasa ingin menyerah. Segala candaan yang terlontar hanyalah sebuah batu loncatan untuk kita
bisa saling menyapa, untuk menumbuhkan rasa saling memiliki. Setiap sorot mata yang
diam-diam menatap tajam hanyalah penghibur hati yang sudah mulai lelah. Lirikan mata
yang mencuri pandangannya, seketika patah ketika keempat bola mata berbenturan di detik
yang sama. Menyisakan raut muka ketegangan seolah berkata, “jangan sampai dia tau, bahwa
mata ini sedang menatap”. Hah, lagi-lagi itu hanyalah penghibur hati. Boleh saja, asal jangan
sampai kehilangan keseimbangan. Agar cinta bisa datang di waktu yang tepat bersama orang
yang tepat. Hah, hanya sekedar hiburan semata.

Pada pukul 17.30 WIB ketika tumpukan box-box masih terlihat tinggi, mau tidak mau
kita harus memaksa tubuh ini bertegur sapa dengan kehidupan luar. Mata-mata yang
berbinar-binar ketika menerima sekotak asupan tubuh dan ucapan tulus yang keluar dari
palung hati, memberikan makna tersendiri. Betapa kita kurang mensyukuri hidup ini.
Berbagai ungkapan keluh kesah yang selalu terlontar, dipatahkan seketika oleh ungkapan
“terimakasih” dari mereka.

Tetap pada prinsip utama. Mengabdikan diri untuk Tuhan. Selelah apapun tubuh ini
terasa, tetap harus dipaksa untuk menghadap kepada Sang Pencipta. Meluangkan waktu
khusus untuk berkomunikasi dengan_Nya. Melantunkan ayat-ayat_Nya sambil menahan
mata agar tetap terjaga. Mungkin terdengar berat, tapi Tuhan sudah menguatkan, lewat
kepingan-kepingan air mata yang tumpah diatas sajadah. Tuhan berbicara, bahwa DIA selalu
ada untuk hamba-hamba_Nya, bahkan tanpa hamba_Nya minta.

Setiap pengorbanan pasti akan Allah tukar dengan apa yang jauh lebih baik. Detik-
detik pembukaan yang dipenuhi emosi. Saling berebut akan kehormatan sebuah rasa
kemanusiaan. Yang berujung pada sebuah kesalah pahaman. Detik-detik pembukaan yang
dipenuhi air mata. Beribu-ribu tetes yang tumpah. Beribu-ribu kata yang terlontarkan untuk
menguatkan diri sendiri. Semua Allah ganti dengan sebuah kebahagiaan. Akhir dari sebuah
keikhlasan. Karena tidak ada yang salah dengan sebuah pertemuan. Hanya saja tergantung


bagaimana cara kita mengukir kenangan. Tetap lakukan kebaikan sekecil apapun. Dan selalu
bersyukurlah atas kehidupan yang Tuhan berikan. Tetap nikmati pertemuan dengan orang-
orang baru. Dengan begitu kita bisa tau, apa artinya sebuah kata “menghargai”.


UEFORIA RAMADHAN CORONA

( Oleh : Muhammad Grandi Wirautama )

Kuliah pagi-pagi diawal semsester. Lalu lalang mahasiswa dari berbagai fakultas
dikampusku. Ada yang sibuk ditaman batu dengan tugas-tugas mereka. Terlihat juga
Sebagian kawan-kawanku terlihat saling berdiskusi untuk memunculkan ide-ide cemerlang
saat kelas kami memiliki tugas kelompok presentasi mata kuliah hukum tata negara.

Dari kursi duduk yang terbuat dari batu ubin granit bersih tempatku duduk ini,
bertepatan dengan lobby fakultas hukum inilah terlihat dosen-dosen fakultas berjalan untuk
mulai mengajar disetiap kelas-kelas. Terlihat sejuk dipandang, semua berkesibukan, saling
memburu ilmu-ilmu dan kepentingan-kepentingan bagi kehidupan. Mamang-mamang
cleaning service yang selalu menebar senyum, dan pak satpam yang selalu menegur
mahasiswa yang parkir tak rapi. Kadang juga selalu mengelilingi area parkir jikalau ada kunci
motor mahasiswa yang tertingal dan langsung untuk diamankan.

Hari-hari ku jalani layaknya mahasiswa lain. Pagi sampai menjelang sore hari
kuhabiskan waktu dikampus. Sore hari sampai kadang larut malam kusibukkan diri dengan
mengerjakan berkas-berkas lomba persidangan IMCC difakultas tempatku menimba ilmu
hukum dikampusku.

Semuanya berjalan normal, sampai akhirnya sesuatu kabar mengejutkan media.
“virus corona menyebar dikota Wuhan China ”, disaat kabar itu muncul jujur dalam hatiku
pun masih meremehkan “ah, masa sih nyampe ke Indonesia, mustahil”. Dan pertanyaanku
terjawab Ketika disalah satu kota diindonesia ada yang terpapar virus tersebut, dan sudah
mulai merebak ke berbagai daerah termasuk di Yogyakarta, ya kota kelahiranku,. Hati mulai
gundah, perasaan mulai tak beraturan Ketika mendengar kabar tempat-tempat dan fasilitas
umum ditutup, termasuk tempat-tempat Pendidikan yang itu artinya kampus pun ikut
diliburkan.

Tidak ada rasa gembira karena status libur ini dikarenakan kabar pandemi dari
pemerintah. Persiapan lomba yang kususun berbulan-bulan Bersama kelompok lomba ku
terbengkalai, bahkan isu jika lomba akan dibatalkan. persiapan tugas-tugas praktikum
presentasi auto dibatalkan, dan semua kelas kuliah diganti dengan kelas online. Kegembiraan


Bersama teman-teman dikampus pupus karena merebaknya virus ini dan pemerintah
melarang adanya kerumunan agar mencegah tersebar luasnya virus covid-19 ini. Itu artinya
hari-hari kedepan hanya akan menghabiskan waktu dirumah.

Banyak dan hampir semua teman-teman dan mahasiswa lain yang pulang ke kampung
halaman mereka sebelum kondisi semakin memburuk. Akhirnya universitas pun memberi
kebijakan untuk kuliah daring (kuliah online) dirumah masing-masing.

Waktu berjalan kurang lebih 2 bulan selama pandemic ini. Dan akhir bulan sya‟ban
pun telah tiba. Itu artinya bulan suci Ramadhan tinggal sebentar lagi dan kondisi pandemi ini
pun masih saja belum reda. Bosen, kangen dengan teman-teman, rindu akan kelas-kelas dan
kehidupan kuliah. Walaupun dirumah berkumpul dengan keluarga dirumah, tetap saja rindu
dengan habbit/kebiasaan kehidupan menimba ilmu.

Lima hari lagi bulan suci Ramadhan akan tiba, euphoria Ramadhan kali ini pasti
sangat berbeda jauh dengan Ramadhan tahun kemarin. Dimana malam pertama mulai shalat
tarawih berjamaah, dengan tahun ini ada Sebagian daerah yang meniadakan sholat tarawih
berjamaah, dan diganti dengan tarawih berjamah dirumah Bersama keluarga masing-masing.
Yang biasanya banyak acara-acara keagamaan seperti kajian, buka Bersama, atau acara-acara
ngabuburit.

Pesan whatsapp grup masuk ke ponselku. Ada informasi bahwa kampus mengadakan
event Ramadhan seperti tahun kemarin yaitu RUMY ( Ramadhan UMY) . Akupun tertarik
dan mulai untuk mendaftarkan diri sebagai anggota kepanitiaan Ramadhan universitas.
Singkat cerita Ramadhan pun tiba. Hari pertama aku datang kekampus disiang hari. Sesampai
dikampus berbagai protokol Kesehatan sudah sangat disiapkan oleh kampus. Dari mulai
pengecekan suhu hingga persiapan social distancing Ketika ditempat penginapan kepanitiaan
Ramadhan kampus.

Malam pertama Ramadhan kami (teman-teman panitia Ramadhan) melaksanakan
sholat tarawih berjamaah dengan shaf renggang (social distancing). Selepas sholat tarawih
kami pun berkumpul diserambi masjid untuk sekedar berkenal sapa karena keikutsertaan
anggota ini diikuti oleh mahasiswa dari berbagai fakultas (ya maklumlah ada Sebagian yang
belum kenal, jumlah mahasiswa dikampusku belasan ribu). Kepanitiaan ini ada dari berbagai
fakultas. Seperti fakultas Pendidikan Bahasa, ekonomi dan bisnis, pertanian, fakultas tehknik,
fakultas hukum, dan dari fakultas agama islam yang mendominasinya.


Malam itu selain saling berkenal sapa, kami juga membahas prospek kerja kepanitiaan
yang akan dijalankan dihari kedepannya. Dari mulai jadwal-jadwal kegiatan seperti
pembagian ta‟jil dan sahur, bedah buku,tadarus, imam tarawih berjamaah, dll. Dalam
kesempatan Ramadhan kali ini, aku merasakan hal baru. Selain dapat menambah banyak
teman, juga aku bisa berlatih kepanitiaan dan kepemimpinan secara langsung dalam lingkup
keagamaan. Baru hari pertama saja sudah terasa sekali kebersamaan dan kesungguhan teman-
teman dalam menjalani kegiatan ini.

Hari pertama puasa pun tiba. Dini hari pukul 1, kami sudah harus berada dilobby
Gedung AR Fakhruddin B untuk menyambut datangnya makanan sahur dari BOGA kampus
untuk dibagikan kepada mahasiswa. Sekitar 1.300 porsi lebih yang harus dibagikan pagi itu.
Semua bekerja membungkusi porsi makanan dan minuman dengan kantong plastic. Oiya,
dalam kegiatan ini bukan hanya tim kepanitiaan Ramadhan kampus saja, melainkan juga
diikuti oleh tim relawan covid dari kampus juga.

Hari-hari Ramadhan berjalan menyenangkan walaupun ada sedikit kesalahpahaman
oleh tim covid dengan kepanitiaan Ramadhan kampus. Disinilah aku bisa mengambil banyak
ilmu dari banyak orang-orang bagaimana cara menyelesaikan masalah dengan cara baik,
karna jujur aku ini tipe orang yang keras/emosian jika menghadapi suatu masalah dan
berusaha melupakan masalah agar tidak menambah beban. Tetapi disini aku dapat mengambil
pelajaran bahkam semua masalah itu harus diselesaikan, disamping kita umat islam harus
saling menjalin ukhuwah yang baik kepada sesame. Selain kebersamaan dalam menjalankan
bulan suci Ramadhan, ditengah kondisi pandemic corona ini mengajarkan banyak sekali
ilmu-ilmu baru dan juga telada-teladan baru untukku dan mungkin juga bagi pantia-panitia
Ramadhan kampus ku yang lain. Awalnya yang aku berfikir Ramadhan kali ini akan tidak
menyenangkan ternyata lebih terasa berkahnya. Saat membagikan ta‟jil dan sahur bagi
mahasiswa, melihat raut wajah Bahagia mereka saja menumbuhkan rasa kebahagiaan
tersendiri bagi diri. Sempat berfikir juga, benar juga para mahasiswa akan sangat kesulitan
dalam mendapatkan makanan ta‟jil dan sahur dikarenakan pandemic ini banyak tempat
makan/warung makan yang tutup disamping itu para mahasiswa adalah kebanyakan anak
rantau, ada yang ekonominya menurun karena masa pandemic ini. Dengan adanya kegiatan
ini sangat membantu sekali.


Masa-masa pandemi sehingga membatasi orang-orang dalam menjalankan kegiatan-
kegiatan keseharianya. Dibulan suci Ramadhan, yang biasanya padat akan kegiatan-kegiatan
keagamaan, terbatasi apalagi dalam menjalankan ibadah-ibadah dibulan Ramadhan.

Mengikuti Ramadhan kampus, berkah, kebersamaa, ilmu, dan juga kesempatan untuk
berbuat lebih dari orang-orang lain saat pandemi, memunculkan kesan tersendiri dalam
menjalankan ibadah Ramadhan kali ini, tetap menjalin ukhuwah ditengah wabah, tentu
dengan SOP yang memadai. Memang, jika dirasa badan yang sangat letih, saat pagi-pagi
sekali jam 1 dini hari harus sudah siap untuk melayani mahasiswa dan masyarakat dalam
santap sahur dan kadang juga membagikan keluar kampus untuk dibagikan kepada
masyarakat-masyarakat dikala porsi sahur yang tersisa. Namun kebahagiaan kebersamaan,
jalinanan solidaritas, dan juga keikhlasan yang selalu dibalut dengan rasa semangat,
menimbulkan kekusyukan hati dalam tenang dan selalu mengharap keberkahan Allah.
Tatkala diri bosan dirumah tanpa Gerakan kebaikan social, allah tunjukan dan hadiahkan
momen menghabiskan Ramadhan dengan orang-orang sholih dan menumbuhkan berbagai
macam kebaikan.

Ramadhan telah usai, dengan berbagai keluh peluh dan kebahagiaan Ramadhan tahun
ini, walaupun nafas Ramadhan ditengah-tengah pandemi covid-19 yang semoga lekas
membaik dan Kembali normal, kuambil hikmah dalam kejadian ini semua, bahwasanya allah
sedang menguji hambanya, seberapa tebal semangat ibadah ditengah-tengah terpaan cobaan
yang allah berikan, semakin mendekatkan diri kepada-Nya, mengambil kesempatan dengan
meningkatkan amal dan perbuatan dengan mengharap ridho dan pahala dari-Nya, atau malah
berleha-leha dirumah menikmati keberistirahatan yang ada? Namun, berbuat baiklah
walaupun itu sangat kecil, dan berikan bantuan terbaik yang diri kita miliki, entah itu tenaga,
harta, atau fikiran, bukan hanya dibulan Ramadhan saja, melainkan dibulan-bulan lainnya
juga. Sekian, semoga potongan ayat dibawah dapat menguatkan hati dan semangat kita dalam
berbuat baik kepada orang lain dan senantiasa meningkatkan amal perbuatan dan ibadah.

Allah SWT Berfirman, Yang Artinya: “Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”. ( QS. AL-Baqarah: 195).

Jelas bahwa dalam Firman Allah SWT diatas menunjukkan bahwa, Allah SWT sangat
menyukai orang-orang yang berbuat baik. Sebagaimana Allah SWT adalah sang Maha baik
dan senantiasa menyukai kebaikan. Selain itu juga tentunya Allah SWT akan membalas
segala kebaikan yang kita perbuat, yaitu dengan kebaikan-kebaikan pula. Tentu kita semua


meyakini bahwa, sebaik-baik balasan kebaikan yaitu langsung dari sang pemilik kebaikan
yaitu Allah SWT. Seperti pada Firman Allah SWT dibawah ini :
“Tidak ada balasan untuk kebaikan kecuali kebaikan (pula)”. (QS. Ar-Rahman: 60)

Semoga kita senantiasa terpacu selalu untuk terus berbuat baik dan melakukan
kebaikan. Kapan pun dan dimana pun. Hari ini, bahkan esok, dan seterusnya.


GORESAN LUKA DI BALIK SENYUM JAMA’AH

( Oleh : Destiana )

Satu bentuk kesyukuran yang tidak bisa terlupakan adalah bertemu dengan teman-
teman satu misi, satu tujuan, satu niat, satu tekad, dan satu harapan. Mereka adalah Relawan
Ramadhan. Di tengah-tengah pandemi Covid-19, dimana kebanyakan mahasiswa
memutuskan untuk kembali ke kampung halaman, memilih melalui masa-masa pandemi
bersama keluarga, namun kami Relawan Ramadhan memilih untuk berbeda. Kami memilih
bertahan, memilih untuk tidak pulang ke kampung halaman, memberanikan diri untuk
berjuang melayani ribuan jama‟ah di bulan yang penuh berkah. Iya, aku sebut sebagai
perjuangan, perjuangan menjadi seorang Relawan Ramadhan.

Setiap hari, istiqomah merupakan satu kalimat yang selalu kupintakan kepada-Nya.
Karena sadar, bertahan ditengah-tengah situasi yang tidak biasa (pandemi) merupakan satu
hal yang tidak mudah. Di awal-awal perjalanan, perjuangan itu terasa begitu berat. Bukan
perihal beratnya amanah menjadi Relawan, bukan perihal beratnya jobdesk yang harus
dikerjakan, namun perjalanan ini terasa berat lantaran belum menyatunya raga dan hati. Iya,
terutama hati. Hati masih tertinggal sementara raga sudah dahulu berada di depan. Hati belum
sepenuhnya ikhlas akan menjalani perjuangan, sementara raga telah dulu menjalani
perjuangan itu, bahkan dengan semangat membara dan bahagia. Rasanya, raga dan hati ini
belum bisa saling mendukung untuk satu tujuan, untuk sama-sama berjuang.

Lalu bagaimana kelanjutannya dengan hati? Atas Izin Allah yang maha mengetahui
segala isi hati, Allah yang tahu akan hal terbaik bagi hambanya, Allah yang Maha penyayang
di atas semua penyayang, Allah yang kasih sayangnya tak bisa tergambarkan oleh apapun,
Allah yang memberikan apa-apa yang di butuhkan oleh hambanya,bukan apa-apa yang di
inginkan hambanya, Allah yang maha penuntun,yang juga telah menyatukan hati dan raga
ini. Iya, pada akhinya tanpa keraguan sedikitpun, hati telah ikhlas untuk mendukung raga
yang sebelumnya telah berjalan lebih dulu meninggalkannya.

Satu hal yang membuat hati berat dan sedikit lama untuk menyusul raga adalah
keluarga. Seorang putri,tanpa memiliki satu keluarga pun di tanah rantau, memilih untuk
bertahan di sana dibanding pulang ke dekapan keluarga. Orangtua mana yang dengan mudah


memberikan izin putrinya untuk bertahan di perantauan di tengah-tengah situasi yang sedang
tidak normal, sekalipun niatnya mulia yaitu menjadi Relawan Ramadhan.

Di sinilah hati di uji. Tarik ulur niat, negosiasi dengan keluarga, mencari keputusan
terbaik, terus berlangsung dari sebelum perjuangan hingga hari ke-14 perjuangan. Tak jarang,
negosiasi ini berujung pada air mata. Dengan berjalannya hari, atas izin Allah hati dan raga
semakin nyaman dan ikhlas untuk melanjutkan perjuangan.

Aku selalu mengabarkan pada keluarga bahwa disini kami aman dan Insya Allah di
lindungi oleh sang Maha Pelindung. Aku mengabarkan bahwa perjuangan ini dilengkapi
dengan penerapan protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak, sistem drive-
thru yang tertib, dan sering mencuci tangan menggunakan sabun. Setidaknya berita tersebut
membuat hati keluarga lega karena alasan utama keluarga tidak serta merta mengiznkan
untuk aku melakukan perjuangan adalah perihal keselamatanku.

Ini bukan hanya tentang covid-19, aku, dan keluarga. Tapi di dalamnya juga ada
tentang amanah. Sebuah amanah yang telah menhampiri sebelum covid-19 di DIY se-eksis
sekarang. Sejatinya amanah itu diberikan bukan pada sembarang orang. Adalah Allah yang
terlibat di dalamnya. Dan Allah memilih untuk melibatkan aku, bukan orang lain. Maka
bagaimana mungkin dengan mudah aku menolak. Terlebih lagi di tengah-tengah
kebimbangan yang luar biasa ada satu keyakinan bahwa ada segudang hikmah yang
menungguku disana, ada segudang pembelajaran yang Allah siapkan untuk ku di sana, ada
segudang pahala dan kemuliaan yang bisa ku raup jika perjuangan ini dilakukan dengan
ikhlas.

Jika jauh dari keluarga adalah luka, maka Allah hadirkan teman-teman seperjuangan
sebagai obatnya. Allah menghadirkan mereka, orang-orang pilihan, orang-orang istimewa
sebagai pelipur lara. Aku bahagia bisa bersua dengan mereka, walau jauh dari keluarga.
Menjadi bagian dari Relawan Ramadhan 1441H adalah sebuah kesyukuran, bukan
penyesalan. Sedikit pun tidak ada penyelasan untukku.

`` Hikmah saat pandemi ``

Ikhlas itu perlu, tapi perjalanan menuju ikhlas itu yang tidak mudah. Relawan
ramadhan ini mengajarkan bahwa ikhlas itu apabila hati dan raga satu frekuensi. Hati tidak
mengeluh tentang apa-apa yang sedang dikerjaan raga. Begitu pula sebaliknya, raga tidak


mengeluh tentang apa-apa yang sedang menjadi kemauan hati. Barulah terasa ikhlas kalau
raga dan hati sama-sama berjalan dan saling mendukung. Relawan Ramadhan juga
mengajarkan bahwa istiqomah itu tidak mudah. selain kekuatan dari dalam diri, nyatanya
partner kerja juga mempengaruhi ke-istiqomah-an diri. Dan itu ada pada kalian, teman-teman
seperjuangan. Kalian adalah oase ditengah-tengah padang pasir.

Masih teringat jelas tentang senyum, candaan, larian, teriakan, nyanyian, tilawah-an
kalian ditengah-tengah pejuangan yang sangat beresiko itu. Kelak cerita ini akan ku ceritakan
ke anak cucu bahwa diri ini pernah menjadi pejuang Ramadhan di tengah-tengah Covid-19,
Ramadhan 1441H.


KEBAHAGIAAN YANG OTENTIK

( Oleh : Muliyanti )

Kesenangan yang tidak bisa di lupakaan adalah di saat melihat orang lain bahagia
maka sayapun ikut bahagia. Jadi, walaupun mengorbankan nyawa sementara kondisi
sekarang lagi berbahaya. Ketika melihat di mana orang lain membutuhkan, rasa hati ini tidak
bisa di lawan, ada dorongan hati untuk menolong orang lain, walapun kondisi sedang ada
wabah covid-19. Ketika mahasiswa datang mengambil takjil dan sahur ada rasa kebahagiaan
yang tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata, kenapa? Karena kata-kata itu sangat
sederhana untuk mengungkapkan persasaan kebahagiaan. Baayak kebahagiaan yang sulit
untuk di lupakaan, yaitu, dimana teman-teman panitia Relawan Ramadhan sangat peduli
dengan kawan-kawannya yang lain, inilah membuat kebahagiaan di hati yang tidak bisa di
lupakan.

Dari banyak teman-teman dan karakter kawan-kawan yang berbeda di sinila
membuat diri saya semakin dewasa, ternyata apa yang saya pikirkan belum tentu orang lain
setuju, dengan adanya program UMY mengabdi baru saya tahu betapa indahnya jika
memahami karakter seseorang yang berbeda-beda tapi dengan misi yang sama.

Banyak pelajaran-pelajaran yang paling berharga yang saya alami di saat Ramadhan
corona, yaitu ketika Relawan RUMY dengan Relawan covid-19 mis komunikasi, di
karenakan kurangnya penjelasan sehingga terjadi perang dingin hehehe. Dengan tujuan sama
dengan adanya mis komunikasi jadinya suasana kebahagiaan mulai menurun. Akan tetapi,
ketika di jalani pekerjaan dan di situ saling kerja sama lambat laun seiring berjalannya waktu
saling terbuka satu sama lain, saling memahami dan rasa hati ini menjadi cinta yang tidak
bisa di lupakan.

Banyak orang mengatakan kenapa ikut panitia Ramadhan UMY apa tidak ada rasa
takut?. Yah kalau di tanya rasa takut pasti ADA. Tapi, rasa takut itu kembalikan lagi sama
Allah SWT, dengan niat untuk menolong mahasiwa yang tidak bisa pulang, dan masyarakat
membutuhkan, ikhtiarnya pun di tingkatkan dengan cara jaga kebersihan, pakai masker, jaga
jarak, mengikuti protokolan yang di perintahkan. Misal ketika ikhitar sudah semaksimal
mungkin, tapi terkena virus covid-19 nah itu bisa saya terima dengan lapang dada, karena


kan itu wabah, perlu di perhatikan apapun yang ada di dunia ini saya yakin itu adalah ciptaan
Allah, dan Allah itu menciptakan sesuatu Allah menetapkan apa yang di kehendakinya,
bukan seorang hamba yang menetapkannya, yang penting tingkatkan ketaqwaan terhadap
Allah, dan di samping itu jangan lupa ikhtiarnya.

Dengan semangat untuk mengikuti program UMY mengabdi, ternyata keluarga ada
rasa panik, takut dengan terkontaminasi dengan wabah covid-19, untuk meyakinkan keluarga
supaya berfikiran positif maka saya meyakinkan dengan adanya keprotokolan yang sangat
ketat, dengan meyakinkan keluarga seperti itu Alhamdulillah keluarga tidak merasa panik
lagi.

`` Hikmah Di Ramadhan Corona ``

Menjadikan umat Islam untuk menjaga kebersihan, dengan bukan mahram selalu
social distencing, orang-orang yang mampu sangat semangat untuk memberi kepada rakyat
yang sulit, di sinilah ternyata hikmah di balik wabah corona. Ternyata Allah itu pengen lihat
mana sih hamba ku yang benar-benar mau membantu hambanya yang lagi kesulitan, ketika
dia di katakan orang mampu. Karena setiap wabah yang di beri Allah Swt pasti ada
hikmahnya, salah satunya menurut saya adalah, Allah SWT pengen lihat mana hamba-
hambanya yang bisa mengeluarkan uangnya, tenaganya, perhatiannya, sama orang-orang
yang membutuhkan.


MASYARAKAT

(Oleh : Al Ikhsan)

Sudah tiga tahun mengikuti Ramadhan UMY (RUMY), waktu pertama tahun 2018
menjadi panitia. Akan tetapi, belum menjadi takmir masjid, namun sudah menjadi panitia
pada saat itu, bertanggung jawab kajian ba‟da Dzuhur. Alhamdulilah lancar, setelah itu lanjut
ke tahun ke dua, tahun 2019 saya sudah tinggal di masjid kampus. Selanjutnya, tahun 2020
masih menjabat takmir masjid, Nah, namun yang berbeda dari 2 tahun sebelumnya dengan
tahun ini 2020. Ramadhan ini bedanya hanya di tempat pembagiannya, dan itu sangat
berbeda sekali. Karena di tahun-tahun sebelumnya tidak pernah begitu, tapi membuat ini
menjadi menarik itu adalah di mana di tahun sebelumnya itu tidak pernah kejadian seperti ini,
yaitu masyarakat tahun sebelumnya tidak ada mengambil makanan takjil, sahur. Kalau pun
ada paling satu atau dua orang. Namun, di tahun ini masyarakat juga ikut serta dan saya harap
di Ramadhan selanjutnya seperti ini ada masyarakat yang ikut serta, juga menikmati makanan
takjil dan sahur, bukan mahasiswa yang mendapatkan takjil namun juga masyarakat sekitar
universitas. Nah, itu sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Masyarakat bisa masuk
dan siapa pun bisa untuk mengambil takjil.

Di tengah-tengah pandemi seperti ini, mau gak mau harus menjadi panitia RUMY,
kenapa?. Karena saya sebagai takmir masjid juga, di wajibkan untuk mengikuti kegiatan
tersebut. Jadi, memang harus menjadi panitia di dalam hal tersebut apapun yang terjadi
kondisi saat ini. Kami sebagai takmir tidak menjadi ketua, untuk jadi ketua tidak boleh dari
takmir sendiri, karena biar ada regenerasi dari junior sehingga mereka ada pengalaman untuk
Ramadhan selanjutnya.

Setiap hari berjumpa nih dengan ribuan jama‟ah, bagaima cara menaggulangi supaya
tidak terjangkit covid-19?. yaitu cukup dengan menjaga diri, jaga jarak dan sebagainya,
menggunakan masker itulah cara menjaga diri, tapi protokol seperti itu sudah di anjurkan
oleh pemerintah bahwa memang harus melakukan protokol kesehatan selama pandemi ini,
karena memang jangan sampai berbuat baik tapi tidak menjaga diri.

Kondisi saat ini sangat berbahaya, jika sering berjumpa dan tatap muka dengan ribuan
jama‟ah akan mengkwatirkan terjangkit covid-19, tanggapan orangtua saya soal pandemi ini
mungkin sangat berbeda dengan orangtua pada umumnya, orangtua lain mungkin bilang
pulang aja, jaga diri jaga badan ya udah jangan kemana-mana, kalau di kampus di kost aja


mungkin kebanyakan orangtua seperti itu. Akan tetapi, orangtua cuma bilang “Ya udah
jangan pulang” orangtua yakin bisa jaga diri, yang penting jangan ninggalin sholat, jangan
meninggalin kebaikan-kebaikan yang selama ini di lakukan, orangtua yakin pasti bisa jaga
diri.

Ibadah di saat covid-19, Alhamduluillah aman-aman saja, namun tetap mengikuti
peraturan dari kesehatan, pemerintah, bahwa kalau seandainya suatu wilayah itu masih
kondisinya masih aman maka tetap menjalankan ibadah sholat dan sebagainya, namun
menjaga jarak. Walaupun memang ada sebagian orang mengatakan, kenapa Masjid kampus
mengadakan sholat berjama‟ah baik itu sholat tarawih maupun sholat wajib, namun itu semua
di adakan bahwa yang sholat di masjid itu adalah orang-orang panitia yang stay di masjid.

`` Hikmah Ramadhan ``

Apa hikmah Ramadhan saat pandemi covid-19?. Kita harus berjuang atau saling
berbagi dalam keadaan susah. Jadi, panitia itu sebenarnya tidak di gaji, hanya di kasi makan
untuk stay di masjid. Tapi semua panitia semangat untuk berbagi di saat susah untuk makan,
padahal di luar itu sudah koar-koar gak boleh ketemu antara satu dengan yang lain, bahkan
ada kampus yang lain pun mengatakan kurang baik program RUMY. Tapi, luar biasanya
panitia tetap melakukan program tersebut dalam pengawasan dan perlengkapan kesehatan
sehingga aman.

Sangat terkesan sekali, ketika kita bisa melihat masyarakat yang bisa masuk ikut
bergabung bersama dengan panitia, masyarakat mungkin tidak bisa beli makanan di luar pada
saat itu, karena berbeda dengan tahun-tahun sebelumya. Tahun-tahun sebelumnya mereka
bisa mengambil makanan di mana pun atau mereka bisa menjelajahi masjid-masjid di sekitar
rumahnya . Namun, dengan covid-19 mereka tidak bisa melakukan seperti itu dan akhirnya
panitia RUMY pasang badan untuk pemberian takjil dan sahur. UMY dan panitia mau untuk
bekerja sama untuk melayani jama‟ah, padahal banyak orang yang enggan tidak mau
melakukan hal tersebut karena mungkin takut dengan covid-19.


Tetap beribadah dimusim corona

(Oleh : Rayhan Muhammad Fajri)

Masa depan adalah suatu yang ghaib, yang diamana hanya Allah satu-satunya zat
yang maha tau akan sesuatu dimasa depan. Sebagaimana dalam musibah wabah covid-19 ini,
musibah yang tidak disangka sebelumnya, bahwa kita tidak akan tau bawa musibah cocid-19
bisa menjadi wabah yang meng-global. Tentu kita sebagai kaum muslimin ketika
mendapatkan suatu musibah, upaya yang harus dilakukan yaitu tetap ikhtiar dan juga disertai
dengan tawakkal kepada Allah Ta‟ala. Karena sebagaimana yang kita ketahui, Allah
mendatangkan musibah karena ada sesuatu kebaikan yang ingin Allah berikan kepada kita,
Allah juga tidak akan mendatangkan suatu cobaan yang melebihi kapasitas hambanya.
Hendaknya kita ber-Husnudzon kepada Allah, bahwa dibalik semua musibah yang Allah
berikan, pasti ada hikmah dan juga kebaikan yang ingin Allah berikan kepada kita.

Dialah Allah yang berkuasa langit dan bumi, Allah satu-satu zat yang maha berkuasa
atas segala sesuatu, Dia juga satu-satunya zat yang mengatur alam semesta, bahkan daun
kering yang berjatuhan pun juga diatas kehendaknya. Begitupun dengan salah satu musibah
wabah pandemi covid-19 ini, musibah yang membuat manusia kepanikan. Bahkan virus
yang sangat kecil ini dengan kuasa Allah dapat membuat seluruh manusia menjadi tak
berdaya.

Setiap Muslim haruslah beriman kepada takdir Allah yang baik maupun yang buruk,
dan manusia tetap berhusnudzon kepada-Nya. Karena kita semua yakin apa yang Allah
tetapkan dan Allah takdirkan itu semua pasti ada hikmahnya. Allah menciptakan suatu
musibah pasti ingin hamba-nya untuk kembali taat kepadanya, untuk kembali kepada tujuan
manusia diciptakan yaitu beribadah kepadanya. Tetap jaga rasa tawakkal kepada Allah,
jangan kemudian menjadi hamba yang lemah, yang hanya ketika diuji dengan yang sedikit
kemudian rasa iman dan tawakkal kepada sang pencipta sudah menurun.

Dengan adanya wabah covid-19, pasti derajat akan dinaikkan, dan dosa juga
terampuni. Allah memberikan cobaan sesuai dengan kapasitas kemampuan hambanya,
tetaplah bersabar dijalan Allah dan memperbanyak doa, karena pada bulan Ramdahan
terdapat tiga waktu utama yang doa akan sangat mudah diijabah oleh Allah, yang pertama
waktu sahur, kedua, Ketika berpuasa, dan yang ketiga waktu berbuka puasa. Kemudian, tak
lupa kita meminta ampun kepada Allah, agar semua keadaan Kembali normal dan kita


terutama umat islam dapat merasakan nikmatnya beribadah tanpa ada sesuatu yang
menghalanginya

Kemudian kita menyibukkan diri dengan hal-hal yang positif, karena dengan adanya
pandemi ini, merupakan momentum kita untuk lebih giat dalam membaca buku-buku
keislaman. Kembali muraja‟ah hafalan kita, perbanyak zikir kepada Allah dan hal-hal positif
lainnya.

Dalam perkembangan teknologi seperti saat ini, sangat banyak berita simpang siur
yang kita dapati dimedia sosial. Tak sedikit pemberitaan yang seperti itu hanyalah untuk
memanipulasi data yang sebenarnya. Media-media yang tidak bertanggung jawab
memberikan informasi hoaks tanpa berdasarkan sumber yang valid. Maka dari itu, wajib bagi
seorang Muslim untuk memfilter terhadap apa yang ia dapat di media sosial, agar ia tak
hanyut dan terlena dengan kabar dusta tersebut. Allah telah berfirman dalam surah Al-Hujarat
(6), dijelaskan bahwa seorang muslim harus pandi dalam menyikapi suatu pemberitaan
dengan kroscek terlebih dahulu.

Segala upaya telah dilakukan oleh elemen masyarakat dan pemerintah untuk
pencegahan dari wabah ini. Berawal dari seruan untuk melakukan social distancing, work
form home, dan karantina wilayah yang diterapkan disetiap daerah terpencil hingga ke kota-
kota besar. Namun tetap saja masih banyak masyarakat yang mengabaikan seruan dan saran
untuk mencegah penyebaran virus covid-19 ini. Akibatnya segala cara dan upaya dari
pemerintah masih menuai hasil nihil, bahkan korban-pun bertambah banyak.

Berbulan-bulan lamanya wabah pandemi telah mengganggu seluruh kegiatan
masyarakat yang sudah semestinya dilakukan. Roda kehidupan pun berjalan lamban dengan
adanya pandemi ini. Perekonomian-pun juga mendapatkan imbasnya, banyak perusahan yang
mengeluarkan surat PHK kepada karyawannya. Pedagang kecil pun tak luput dari ganas nya
virus cocid-19 ini, mereka dipaksa tutup oleh pemerintah agar tidak terjadi kerumunan orang.
Slogan dan hastag dirumah aja menjadi trending di media sosial, untuk mengkampanyekan
dan menyadarkan masyarakat bahwa seruan dan saran dari pemerintah untuk mencegah rantai
pencegahan covid-19 ini harus dipatuhi sebagaiman mestinya.

Kita sebagai umat islam merasakan perbedaan yang signifikan dalam menjalankan di
bulan Ramadhan, banyak sekali ritul-ritual keagaaman yang sudah seharusnya dilakukan
secara semarak dan Bahagia akan datangnya bulan yang penuh keistemewaan ini, akan tetapi


dengan adanya pandemi ini keadaan terjadi sebaliknya, seluruh aktivitas ibadah dilakukan
dirumah. Masjid-masjid pun ditutup sementera karena anjuran dari pemerintah. Hal itu
dilakukan untuk meminimalisir terjadinya kerumunan orang. Tak hanya pemerintah,
organisasi Islam yang lain, seperti Muhammadiyah dan MUI juga mengajurkan untuk
menutup dan menghentikan sementara seluruh kegiatan dimasjid.

Ramadhan kali ini berbeda dengan Ramadhan sebelumnya. Ramadhan sekarang ini
kita benar-benar diuji kadar keimanan kita. Karena, sekarang ini umat manusia dilanda
kepanikan dan ketakutan dengan adanya virus covid-19. Namun, sebagai seorang muslim kita
tidak boleh bersikap lemah. Bukan berarti dengan adanya pandemi seperti ini lalu membuat
kita malas beribadah dibulan Ramadhan. Sungguh merugi orang yang melewatkan
keutamaan-keutaaman dibulan Ramadhan. Pahala ibadah dilipatgandakan, syaithan-syaithan
dibelenggu, dosa akan terampuni, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup,
malaikat akan turun ke bumi dengan izin Allah untuk mencatat amal kebajikan hamba-hamba
setiap Muslim. Maka sangat dungu Ketika kita berada diluar bulan Ramadhan kita
melewatkan waktu kita beribadah kepada Allah, dan kemudian Ketika dibulan penuh
keberkahan kita juga berbuat demikian.

Untuk itu jadilah hamba yang bersungguh-sungguh dalam beramal dan
memanfaatkan sebaik mungkin. Bulan Ramadhan adalah bulan bonus yang hanya Allah beri
kepada umat Nabi Muhammad SAW, yang tidak terdapat pada umat-umat sebelumnya.

Karena banyak sekali agenda ibadah Ramadhan yang seharusnya kita laksanakan
secara berjamaah dimasjid dengan perasaan bahagia, kemudian dengan berat hati kita lakukan
rangkaian ibadah tersebut dirumah masing-masing sesuai dengan anjuran dari pemerintah.
Yang perlu kita pahami adalah, dengan adanya anjuran tersebut bukan berarti kita kemudian
tidak melakukan ibadah-ibadah pada bulan Ramadhan. Hanya saja, tempat pelaksanaan yang
dipindah dari masjid ke rumah masing-masing.

Kemudian bagi yang merasa ibadahnya kurang karena hanya dilakukan dirumah,
maka cukup hadits berikut ini dapat dijadikan sebagai penghibur kita

Dari Abu Musa radhiyallu‟anhu, Rasulullah SAW bersabda:

“Jika seorang hamba sakit atau melakukakan safar(perjalanan jauh), maka dicatat baginya
pahala sebagaimana kebiasaan dia Ketika mukim dan Ketika sehat”(HR. Bukhari, no.2996)


Berdasarkan keterangan hadits ditas maka barangsiapa yang terbiasa melakukan suatu
amal ibadah kemudian terhalangi karena terdapat udzur syar‟i maka ia tetap mendapatkan
pahala sesuai dengan kebiasannya. Semisal kita pada bulan Ramadhan sebelumnya kita
terbiasa melaksanakan shalat tarawih berjamaah dimasjid, kemudian pada Ramadhan kali ini
ia dapati sedang terjadi wabah corona, sehingga dia ganti pelaksanaannya dirumah karena
terdapat udzur Syar‟i didalamnya, makai ia tetap mendapatkan pahala shalat tarawih
berjamaah sesuai dengan kebiasaanya.

Tetap jadikan bulan Ramadhan kali ini sebagai ajang berlomba-lomba dalam meraih
kebaikan, ber-fastabiqul khairat. Jangan jadikan ibadah kita kendor pada Ramadhan kali ini.
Tetap-lah istiqomah dalam menjalakan berbagai macam ibadah yang ada pada bulan
Ramadhan, seperti memperbanyak shalat malam. Karena nabi sallallahu „alaihi wa sallam
bersabda.

“barangsiapa yang berdiri (menunaikan shalat) di bulan Ramadhan dengan iman dan
mengharap pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (H.R Bukhari no.
2008 dan Muslim, no.174).

Dalam hal meneladani Rasulullah shallallahu‟alaihi wasallam, para sahabat adalah
generasi yang paling terdepan yang dapat mencotoh sifat Nabi shallallahu‟alaihi wasallam.
Oleh karenanya, kita temuhi bahwa banyak diantara mereka memilih sifat kedermawanan.
Terutama pada bulan Ramadhan, mereka sangat gemar sekali ber-shodaqah. Contohnya,
Ketika tiba datangnya buka puasa maka mereka tak berbuka kecuali jika telah mengajak
orang miskin dan anak-anak yatim disekitar mereka. Maka dapat dikatan bahwa shadaqah
adalah termasuk amalan utama pada saat bulan Ramadhan.

Sebagaimana yang kita ketahui, Bulan Ramadhan adalah bulan Al-Qur‟an. Malaikat
Jibri menurunkan kitab Al-Qur‟an kepada Nabi Muhammad pada bulan Ramadhan. Maka,
kita dianjurkan unutuk memperbanyak bacaan kita pada saat bulan ini. Kita telah mengetahui
bahwa tiap-tiap huruf pada bacaan Al-Qur‟an bernilai pahala. Allah memberikan kepada kita
pada tiap-tiap hrufnya, bisa dibayangkan jika kita membaca Al-Qur‟an semalam suntuk maka
pahala yang akan kita dapat dari membaca Qur‟an sangatlah banyak. Terlebih ketika kita
membacanya pada malam Lalitul Qadr, yang dimana malam tersebut lebih baik daripada
seribu bulan.


Kemudian ibadah selanjutnya yang dapat kita lakukan dan merupakan ibadah yang
paling agung, yaitu berburu keberkahan malam Lailatul Qadr. Nabi kita shallallahu‟alaihi
wasallam pada zaman dahulu, selalu memotivasi para sahabat dan kerabatnya untuk
mengencangkan tali sabuknya. Maksudnya adalah pada malam-malam 10 hari terakhir kita
dianjurkan lebih semangat dalam menjalankan ibadah Ramadhan. Lailatul Qadr bisa kita
dapatkan dimana saja, dengan syarat pada saat itu kita dalam kondisi beribadah kepada Allah.
Maka dalam kondisi seperti ini, ber-iktikaf dirumah pun juga tak mengapa, insyaallah kita
tetap dapat mendapatkan keutamaan malam Lailatul Qadr.

Ketika yang kain sudah jatuh berguguran, maka kita haruslah berdiri menjadi yang
terdepan dan menjadi seorang pemenang dihadapan Allah dalam menjalankan serangkaian
ibadah bulan Ramadhan. Semoga Allah menerima amalan ibadah kita semua pada bulan
Ramadhan.

`` Hikmah Ramadhan ``

Maka saya berpesan ada dua syarat suatu amalan itu diterima, yang pertama yaitu
Ikhlas dan yang kedua yaitu sesuai dengan yang dicontohkan Nabi. Maka dari itu, kita tahu
bahwa pada tahun ini memang sangat sulit, apalagi kita sebagai kaum muslim yang sedang
dalam menjankan ibadah bulan Ramadhan. Sesuatu hal yang berbeda Ketika kita
menjalankan semua rangkain ibadah Ramadhan hanya dirumah saja. Maka tetaplah beribadah
dengan ikhlas dan mengharap keridhoan kepada Allah SWT.

Dan semoga dari sekian banyak nasihat dan pesan yang saya sudah paparkan diatas
semoga bisa menjadi bermanfaat bagi kita dan saya pribadi. Semoga Allah mengampuni
dosa-dosa kita dan dosa kedua orang tua kita, dan para kaum muslimin diseluruh dunia. Dan
semoga Allah mengangkat virus covid-19 ini dari atas muka bumi dan Allah gantikan
dengan kebaikan bagi kita semua.


KISAH HATI DIKALA PANDEMI

(Oleh : Faruq Ahmad Muslih)

Tepat satu pekan sebelum Ramadhan. Diri ini selalu terbayang bagaimana suasana
Ramadhan besok? Akankah ramai kala tahun-tahun lalu? Bergerombol orang datang ke
masjid dari yang muda hingga yang tua, baik laki-laki maupun wanita untuk menyambut dan
memeriahkan kedatangan bulan yang suci ini. Atau, apakah virus ini (covid-19) akan
membuat suasana Ramadhan tahun ini sepi? Tanpa ada suara tadarus yang menggema dalam
masjid seperti pada Ramadhan sebelumnya, dan tanpa adanya berbagai kajian menjelang
berbuka puasa, dan tanpa adanya pasar sore yang menyajikan menu berbuka puasa yang
mana banyak di kunjungi orang sambil menunggu waktu berbuka puasa. dan ramainya
Ramadhan sebagai penyambut bulan suci ini. Akankah semua keceriaan Ramadhan tidak
tergambar kembali pada tahun ini? berbagai keramaian-keramaian Ramadhan pada tahun
lalu. Dan diri ini takut jika tidak optimal dalam menyambut bulan suci ini,bulan yang dimana
banyak keberkahan di dalamnya. Dalam kegelisahan yang mendalam akhirnya saya terpikir
untuk mencari kegiatan yang bermanfaat sebagai sarana mencari keberkahan Ramadhan.

Dalam hal ini aku membulatkan tekan untuk maksimal dalam kepanitiaan Ramadhan
di UMY. Di dalam benak aku berfikir, mungkin dengan inilah aku dapat memaksimalkan
meraih keberkahan Ramadhan. Kemudian pada tanggal satu Ramadhan, saya bergegas
menyiapkan semua kebutuhan dan berangkat menuju Maskam (Masjid Kampus). "Duh
gimana nih nanti, aku gak ada kenalan lagi di kepanitiaan ini! ". Bisikku dalam hati. Jujur
diawal-awal saya merasa tidak nyaman dengan keadaan ini,keadaan dimana semuanya adalah
orang baru bagi saya. Akan tetapi waktu terus berjalan dan kujalani semua ini. Malam itu
rapat, disitulah awal kami memulai memperkenalkan diri masing masing. Satu, dua, hingga
semua orang mulai saya kenal dan aku mulai mencoba menyamankan diri di lingkungan ini.
Malam itu kami membahas agenda yang akan dilaksanakan satu bulan kedepan.

Sore hari di hari sabtu adalah hari pertama kami bertugas menyiapkan takjil bagi
mahasiswa dan warga sekitar. Sungguh berat dan repot kala itu, pihak kampus menyiapkan
1600 porsi nasi kotak. Untuk menghindari kontak langsung, maka berbagai upaya kami
terapkan seperti membungkus takjil dengan kresek, menggunakan APD untuk pembagi takjil,
dan menerapkan sistem drive thru.


Walaupun sempat kualahan akan tetapi sore itu berjalan baik berkat bantuan tim
Covid UMY, dan berjalannya waktu kami panitia RUMY (Ramadhan UMY) dan tim Covid
UMY melebur menjadi satu sebagai Tim Relawan UMY.

Keesokan harinya,pada pukul 01.30 dini hari. "Bangun semua, ayo bangun boga udah
di depan nih. Ayo semua turun!!", ucap salah satu teman sambil sibuk membangunkan yang
masih tertidur pulas. Walau masih mengantuk, aku paksakan bangun dan kekamar mandi
untuk cuci muka dan bergegas menuju lokasi pembagian makanan sahur untuk menyiapkan
semua.

Pagi jam 01.30 kami menyiapkan makan sahur bagi para mahasiswa dan warga
sekitar, siang kami bergantian menyiapkan kajian Ramadhan baik secara live maupun
pengambilan vidio pendek untuk di shere ba'da subuh, sorenya jam 15.00 kami mulai
menyiapkan takjil berbuka puasa, malamnya tarawih di lanjut tadarus melalui zoom dan di
lanjut lagi dengan bedah buku hingga jam 10 malam bahkan bisa lebih. Begitulah kegiatan
kami sehari-hari, Alhamdulillah cukup melelahkan tapi insyaallah kami jalani ikhlas mencari
ridho Allah SWT.

Bicara tentang bedah buku, kali pertama dalam hidupku menjadi pemantik dalam
bedah buku tersebut. Harus bagaimana lagi ku menolak, karena agenda ini sudah terjadwal
dan teman-teman lain juga kedapatan waktu menjadi pemantik dalam bedah buku tersebut.
Dalam forum ini terdapat pula diskusi mengenai hal yang di paparkan oleh pemantik, banyak
pendapat yang di kemukakan pada forum tersebut sehingga banyak pula ilmu yang kami
dapat dalam diskusi tersebut. Sungguh menarik diskusi ini, bahkan diskusi kadang berlanjut
di kamar hingga dini hari setelah forum bedah buku itu selesai.

Lelah dan letih menghiasi kami para Relawan Ramadhan UMY, di samping lelahnya
menyiapkan semua untuk makan sahur dan buka puasa terkadang kami juga menghadapi
beberapa omongan dari pihak luar, sungguh kesal hati ini jika orang-orang yang berbicara
demikian tidak tau kondisi kami dalam kegiatan ini. "emang napa mas kalau pake celana
pendek ? Peraturan gak usah gitu baget lah, nyusahin aja" ucap salah satu mahasiswa yang
mengambil takjil. Atau "mas masa gak boleh ngambilin temen sih, kontrakan kita jauh masa
harus mondar mandir!?". Atau "gimana sih mas, klo dah mau habis harusnya di bawa ke
depan biar kita gak perlu jauh-jauh masuk ke sini!!". Aah banyak sekali hal-hal semacam ini,
bahkan sampai berdebat.


Berbagai komentar dari luar sering kali kami dapat, dan Alhamdulillah teman-teman
Relawan menghadapinya dengan sabar. Banyak masalah yang kami hadapi bersama sehingga
tumbuhlah rasa kekeluargaan diantara kami para Relawan. Suka dan duka selalu kami lewati
bersama-sama bagaikan sebuah keluarga yang membantu secara totalitas untuk menyelaikan
suatu masalah. Canda dan tawa selalu menghiasi hari-hari kami seakan-akan menutupi
masalah-masalah yang kami hadapi kala itu.

Berbagai latar belakang dan sifat-sifat teman-teman Relawan UMY menjadikan
penyempurna diantara yang lain. Berjalan bersama demi tujuan yang sama, yakni dapat
berbagi ketika pandemi ini.

Sempat aku terfikir, sepertinya dalam kepanitiaan ini ada beberapa buih-buih cinta
mulai bertumbuhan diantara teman-teman Relawan UMY, entah apakah itu benar atau hanya
perasaanku saja? Tapi lucunya hal ini juga tersebar di antara teman-teman yang lainnya.
Kisah cinta yang rumit di pahami akan tetapi seru untuk bahan gurauan antar teman, yang
mana membuat kekeluargaan makin erat. Ada beberapa orang yang sering di jadikan bahan
gurauan, kisah cinta yang bermacam-macam. Ada yang bermula dari satu tugas yang sama
hingga akhirnya tumbuhlah buih-buih cinta. Adapula yang diam-diam memperhatikan tanpa
mengungkapkan perasaannya. Dan bahkan lucunya lagi ada kisah cinta segitiga dalam
kepanitiaan ini, dimana salah seorang temanku tertarik akan seseorang, akan tetapi dia tidak
tertarik dengan temanku tadi, melainkan dengan orang yang lainnya. Unik bukan ? Begitulah
yang terjadi dalalam kepanitiaan Relawan UMY, aku tidak tau pastinya apakah benar timbul
buih-buih cinta di kepanitiaan ini, ataukah hanya senda gurau teman-teman. Yang aku tau
pasti bahwa ini menjadikan ikatan kekeluargaan kami makin kuat.

Ada berbagai kenangan cerita dalam kepanitiaan ini yang tidak dapat aku lupakan.
Ada kenangan ketika hendak donor darah pertama kali dalam hidupku, aku dan teman-teman
berangkat menuju PMI Bantul, akan tetapi disana sudah tutup, maka kami kembali ke PMI
besoknya. Ada juga sebuah kenangan ketika kondisi hujan, kami menyerok air bagaikan anak
kecil yang menikmati air untuk bermain-main. Ada juga kenangan ketika kami di sorot dari
berbagai pihak media televisi.

Ada pula kisah perjuangan salah seorang teman dalam berburu cicak-cicak yang ada
di kampus, sungguh kurang kerjaan bukan ? Tapi anehnya aku pun ikut terlibat didalamnya,
bersama dengan beberapa temanku berburu cicak. Tujuannya sih satu, melempar cicak itu
kedalam kolam agar di makan oleh ikan yang berada di kolam itu. Saking semangatnya


temanku melempar cicak ke kolam tanpa disadari Hp nya pun menjadi korban atas
semangatnya tersebut. Hp tersebut tenggelam didalam dasar kolam selama beberapa
detik,untungnya Hp itu masih bisa digunakan sebagaimana mestinya.

Ada pula kisah kami seperti penguasa di kampus ini,kami bebas menggunakan sarana
olahraga bahkan kami pun bisa bermain ps dengan puas di ruangan samping lapangan
futsal,sungguh kampus ini berasa milik kami.

Mengenai cerita-cerita tersebut, aku mengingat satu cerita lagi yang mana sangat
berkesan bagi saya selama kepanitiaan tersebut. Ketika malam itu saya benar-benar suntuk
setelah memikirkan tugas-tugas dari dosen dan ditemani letihnya badan waktu itu. aku
mengangkat kasur dan kuletakkan di maskam bagian belakang, sambil bermain Hp dan
berniat ingin istirahat. tiba-tiba datanglah teman dari balik pintu,"Bro gak ada kerjaan kan?
yok kita cari kerjaan, ngerakit pancing buat besok kita pakai!" kata temanku tiba-tiba
membuatku hilang rasa ngantuk dan bergegas bergabung dengannya untuk merakit pancing,
sambil ku lihat jam sudah menunjukkan pukul 10 malam.

Saya acungi jempol untuk teman yang satu ini. Dia sangat bersemangat untuk
mancing, dia sudah siapkan semua dari kail, pancing, gagang pancing, dan bahkan juga pelet
untuk umpan ikan. Setelah selesai merakit pancing yang awalnya ingin digunakan besoknya,
tiba-tiba temanku ini mengajak untuk testing pancing tersebut, sontak aku semakin
bersemangat dan meng-iyakan . Kami ber-3 mengendap-endap di gelapnya malam menuju
empang ikan samping perpustakaan kampus. Semua dilakukan dengan hening agar tidak
diketahui oleh satpam. Dan akhirnya mulailah aksi kami di malam itu. Rembulan dan bintang
malam menjadi saksi bisu aksi kami pada malam itu. Aah sungguh mengasyikkan suasana
pada malam itu.satu, dua, tiga mulailah beberapa ikan tersangkut pada pancing kami. Ikan
lele, mujair, nila, patin, dan gurame ada semua di dalam empang itu.

Satu jam dua jam telah berlalu, hingga akhirnya kami menyadari jam sudah
menunjukkan pukul 01.30. Kemudian kami menyudahi aksi kami ini dan bersiap-siap untuk
kedepan menyiapkan pembagian sahur. Setelah semua sudah kami bereskan kemudian kami
menuju ke depan di tempat pembagian sahur. Di tengah-tengah menyiapkan, kami bercerita
kejadian pada malam itu kepada teman-teman di sana. Sambil menyusun makanan, tertawa
pulalah mereka mendengar cerita kami di tengah malam beraksi memancing ikan di empang
samping perpustakaan kampus itu. Tawa dan canda menghiasi pagi kami sambil menunggu
kedatangan mahasiswa yang akan mengambil makanan untuk sahur.


Itulah kisah kami selama kepanitiaan sebagai Relawan UMY. Rasa cinta bukan
sekedar rasa antara pria dan wanita yang saling berbagi kasih. Rasa cinta juga termasuk rasa
yang nyaman dan tentram antara sekelompok orang yang saling membantu dan mendukung.
Itulah rasa cinta yang kami rasakan didalam kerelawanan ini. Keluarga baru yang saling
mensuport. Dan dengan kekeluargaan ini memberikan rasa nyaman ketika sedang
menjalankan tugas untuk berbagi makanan pada mahasiswa dan warga sekitar untuk sahur
dan buka puasa. Lelah dan letih kami dalam menjalankan tugas telah hanyut terbawa oleh
gelombang tawa dan canda kami selama menjalankan tugas ini. Ketahuilah,kita harus
menciptakan rasa cinta di lingkungan kita agar kita nyaman dan tidak terbebani di lingkungan
tersebut. Salam kami Relawan UMY


Ramadhan : Cinta Dunia & Akhirat

(Oleh : Andrian Alfazri)

Tidak terasa Ramadhan sudah berlalu ditinggalkan. Berat rasa hati saat Ramadhan
akan pergi, karena bayang-bayang kenangan tentang Ramadhan yang mungkin tidak akan
terulang lagi. Karena bertemu nya pun jika masih kita punya umur yang panjang. Jika tak
panjang, maka Ramadhan kemarin adalah Ramadhan terakhir.

Walau bagaimanapun kita merasa sedih karena Ramadhan pergi, maka kita harus
mengambil pelajaran terbaik selama kita menjalani Ramadhan kemarin. Tentang Ibadah
malam yang kita lakukan seperti Sholat, Membaca Al-Qur‟an, dan Zikir yang selalu kita
lantunkan baik saat diam maupun bersuara merupakan kekuatan yang sulit untuk kita lakukan
jika kita tidak fokus dan berniat tulus. Maka yang jadi pertanyaan besar adalah apakah
suasana Ramadhan masih terekam di dalam diri kita sampai sekarang?

Mari kita cermati bahwa Ramadhan hanyalah 30 atau 29 hari saja, sisanya adalah
bulan lain yang dimana kita bisa sepuasnya untuk makan pada saat pagi dan siangnya. Bulan
Ramadhan mengajarkan kita untuk menahan yang awalnya diperbolehkan seperti makan dan
minum. Maka pelajaran pertama yang kita dapat ambil adalah bahwa dalam kehidupan kita
yang tidak lama ini apakah kita mampu menahan hawa nafsu kita untuk senantiasa
menjalankan perintah Allah dan Rasul dimana pun kita berada. Tentu godaan datang silih
berganti, tapi dengan mengingat bahwa setiap apapun yang kita perbuat di dunia ini akan
dipertanggungjawabkan, maka kita tidak akan berani berbuat tercela meskipun Ramadhan
telah kita lewati.

Ramadhan tahun ini terasa berbeda sekali. Tidak ada keramaian yang biasanya kita
temukan di Masjid jika dibandingkan dengan tahun kemarin. Masjid-masjid menjadi lowong
dari biasanya, iktikaf pun hanya bisa dilakukan dirumah saja, suasana nya tidak terasa seperti
Ramadhan. Namun tidak tidak boleh menyurutkan semangat kita untuk turut menjadikan
Ramadhan ini sebagai bulan terbaik untuk kita mendekatkan diri kepada Allah.

Perbedaan yang terjadi adalah karena adanya wabah virus covid-19 yang
menyebabkan dunia menjadi begitu waspada. Penyebaran virus yang tak kasat mata baik
yang dibawa oleh orang yang bergejala maupun yang tidak bergejala menyebabkan seluruh
manusia menjadi waspada. Sehingga Pemerintah mengeluarkan anjuran untuk tidak


mengadakan kegiatan berkerumun dengan orang banyak. Maka Otoritas Ulama melalui MUI
dan ormas lainnya bersepakat bahwa selama pandemi ini disarankan untuk menjalankan
segala rutinitas ibadah hanya dari rumah termasuk pada bulan Ramadhan, karena
dikhawatirkan jika masjid masih dibuka maka akan menjadi episentrum penyebaran virus di
dusun atau daerah setempat.

Walau suasana berbeda, namun Ramadhan tetaplah Ramadhan. Banyak kandungan
kebaikan di dalamnya yang bisa kita gali untuk kita memanen dengan kebaikan tentunya.
Dimana hasilnya nanti akan kita petik untuk kebaikan kita di akhirat kelak, sebagai pemberat
amal kebaikan kita. Meski hanya dirumah saja tetapi esensi nya tetaplah sama karena kita
berharap bahwa Allah SWT mengampuni kita pada bulan ini. Maka setelah Pandemi berakhir
senantiasa diri kita untuk bisa berperan aktif didalam segala aktifitas positif, termasuk
dakwah. Karena mungkin saja dari dakwah yang kita lakukan bisa menjadi pahala penggerak
kita untuk masuk ke Surga Allah SWT.

Ramadhan adalah sebuah bulan dimana seluruh roda kehidupan bergerak. Ekonomi
ikut bergerak, interaksi meningkat, dan kegiatan filantropi menjadi marak. Dunia seolah
hidup kembali pada bulan Ramadhan. Namun tidak dengan Ramadhan ini, karena adanya
pandemi seluruh kegiatan diatas menjadi terbatas untuk dilakukan. Maka dunia seolah mati
sunyi tanpa hampir ada kegiatan positif diluar.

Tenaga kesehatan yang selama ini berjuang di Rumah Sakit adalah pahlawan
sesungguhnya pada Ramadhan ini. Bagaimana mereka meninggalkan keluarganya untuk
membantu penanganan pandemi yang dialami oleh saudara-saudara kita yang terkena. Baju
lengkap (APD) yang dipakai menandakan bahwa virus ini tak terlihat namun bisa menularkan
dengan mudah bila kita lengah. Maka sudah selayaknya anjuran Ulama dan Pemerintah untuk
kita dirumah saja adalah menjadi prioritas saat ini. Jika kita melakukan itu, maka kita sudah
membantu meringankan beban tenaga kesehatan yang saat ini berjuang menolong saudara
kita yang terkena Covid-19 ini.

Sesungguhnya jika maknai dengan benar dan mendalam, maka banyak hikmah yang
bisa kita ambil dari peristiwa pandemi saat ini. Kehidupan yang mengharuskan kita dirumah
membuat kita lebih banyak waktu untuk bisa berinteraksi bersama anggota keluarga kita,
maka kedekatan kepada keluarga jika kita arahkan dengan baik bisa menuju kedekatan
kepada Allah SWT. Sholat berjamaah di rumah, berzikir bersama di rumah, dan aktifitas
lainnya seharusnya membuat kita semakin dekat dengan keluarga dan semakin dekat kepada


Allah SWT. Namun terkadang ada yang belum beruntung bagi mereka yang tidak bisa
berkumpul dengan keluarganya pada Ramadhan kali ini, karena terhalang aturan yang
melarang untuk mudik. Namun saling mendoakan dari jauh adalah obat yang terbaik untuk
mengobati rasa rindu dengan kampung halaman.

Sebuah ungkapan, Sesungguhnya kita akan bersama dengan orang yang kita cintai,
demikian lah Rasulullah SAW Bersabda. Maka sudah sepantasnya kita mencintai Rasulullah
dalam setiap kehidupan kita semuanya. Menjadikan setiap perbuatan yang beliau kerjakan
sebagai Ibrah untuk bisa menjadikan diri kita lebih baik di masa depan. Pandemi ini
mengajarkan pada kita untuk selalu bersabar atas apa yang terjadi saat ini. Setiap peristiwa
tentu ada hikmah nya. Maka pentinglah bagi kita yang berfikir untuk mengambil pelajaran
penting, bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sementara. Namun sementara banyak
manusia yang menyiakan umur yang diberikan dengan berbuat tidak baik. Lalu apakah kita
tidak bergerak atas apa yang terjadi hari ini? Bergeraklah dalam diam. Berdzikir dalam
tenang. Berdoa dalam sunyi. Perbanyak berfikir untuk kebaikan bukan berfikir berbuat
kejahatan.

Dunia dan seisinya hanyalah sementara. Ibarat pelabuhan, kita takkan berhenti selama
nya di pelabuhan, kita harus melanjutkan perjalanan menuju destinasi utama kita. Maka
kehidupan dunia jika diibaratkan adalah demikian. Maka akhirat merupakan destinasi utama
kita dalam kehidupan di dunia ini. Jangan menjadikan dunia menjadi tujuan kehidupan kita.
Dikisahkan bahwa banyak sahabat bila diberikan jabatan, maka mereka bersedih karena takut
akan tanggungjawab nya di akhirat kelak karena dikhawatirkan tidak amanah. Mereka
menjadikan dunia ada ditangan mereka bukan dihati mereka. Sehingga mereka memandang
bahwa dunia adalah tempat mereka bekerja untuk akhirat mereka, sedang akhirat adalah
tempat istirahat mereka nantinya. Sebuah tempat yang mungkin tidak bisa di bayangkan
penglihatan, tapi mampu ditangkap oleh angan.

Maka dalam sebuah hadist, amalan itu ditentukan oleh akhirnya. Mari kita sebelum
Allah memanggil, untuk selalu berupaya berbuat kebaikan walau perbuatan itu kecil. Jangan
khawatirkan omongan orang terkait apa yang kau lakukan, tapi pentingkan apa yang Allah
dan Rasul-Nya ridhai karena kau berbuat baik. Cintai dunia ini sebagai tempat untuk kita
berbuat baik untuk menempati tempat yang kalian cintai nanti, yaitu akhirat.


surat dari hati kecil buat orang tua yang jauh disana.

(Oleh : Hammada Syarif )

Alhamdulillah hari ini masih diberikan nikmat yang luar biasa oleh Allah SWT, yang
tidak bisa digantikan oleh nikmat apapun. terimakasih atas kesempatan yang diberikan oleh
saya, agar saya dapat berpartisipasi dalam penulisan buku ini.

Awal awal pandemi covid 19 menyerang, saya hanya berdiam diri kamar dan hanya
keluar untuk membeli makanan. semua kegiatan di kampus secara berangsur – angsur
dihentikan untuk menghentikan penyebaran virus covid 19 ini. tidak terkecuali kegiatan ukm,
secara total telah dihentikan semua aktivitasnya. Hingga suatu ketika, terbentuklah satgas
covid 19 yang dibentuk oleh lpka dengan melibatkan beberapa ukm kesehatan, ukm umum,
lembaga kampus, dan mahasiswa umum yang masih di ruang lingkup civitas umy.

Pada awalnya ksr umy mengadakan open rekrutmen untuk menjadi relawan umy dan
berhasil menerjunkan 2 personil untuk bergabung dengan Relawan umy, dan bertambah
menjadi 5 orang. nah, Relawan umy sendiri berada langsung dibawah lpka jadi tidak ada
hubungannya dengan kegiatan ukm yang ada. semenjak saat itu, KSR PMI UMY
menerjunkan Relawan di 2 aksi, PMI bantul dan Relawan UMY (satgas covid 19). Hari – hari
awal penugasan di satgas covid19 ini, tugas yang harus dilakukan adalah pengecekan suhu
terhadap semua orang yang ingin masuk kedalam kampus umy. ketika itu, saya bertemu
dengan berbagai orang dengan perbedaan yang berbeda beda. beda prodi, beda fakultas, beda
organisasi, dan masih banyak perbedaan dan harus disatukan secara singkat dan disamakan
visi misi nya, proses perubahan yang sangat cepat tersebut menuntut saya untuk
menyesuaikan dengan cepat. tidak sulit bagi saya untuk dapat beradaptasi dengan dinamika
yang begitu cepat dan saya sudah menyatu dengan yang lainnya. Hari demi hari, bulan demi
bulan penugasan di satgas covid 19 UMY akan memasuki bulan Ramadhan. pihak kampus
UMY akan mengadakan kegiatan yang bernama UMY mengabdi. kegiatan tersebut meliputi
pembagian sembako ke mahasiswa yang masih berada di sekitar Jogja. pembagian tersebut
berlangsung selama 2 hari. hari pertama dikhususkan bagi mahasiswal yang berasal dari luar
jogja, dan hari berikutnya untuk mahasiswa yang berasal dari jogja. sebelumnya para
mahasiswa diminta untuk mendaftarkan diri melalui krs dan dapat mengambil menggunakan
KTM, dan menujukkan KTP. sangat mudah sekali. Perkiraan mahasiswa yang terlibat dalam
kegiatan UMY mengabdi ini adalah sekitar 1600an mahasiswa. pembagian tersebut terjadi


Click to View FlipBook Version