SEJARAH INDONESIA MASA REFORMASI 2024 Referendum Timor Leste: Kebebasan Menyatakan Pendapat dan Aspirasi Politik di Era Presiden B.J Habibie Dosen Pengampu: Ibu Isawati., S.Pd., M.A. Disusun oleh: Naila Fathia Nufus/K4422052/B
Daftar Isi Sejarah Singkat Timor Timur..............................................................................................1 Timor Timur Bergabung dengan NKRI...............................................................................2 Tragedi Santa Cruz...............................................................................................................5 Menuju Timor Timur Merdeka.............................................................................................7 Referendum Timor Leste.....................................................................................................8 Kesimpulan dan Penutup..................................................................................................11
Jauh sebelum kemerdekaan Indonesia, kawasan Timor Timur pernah berada di bawah pengaruh Kesultanan Ternate pada masa pemerintahan Sultan Baabullah (1570–1583). Saat itu, Timor Timur adalah wilayah tak bertuan (wilde occupantie) yang dihuni oleh beberapa suku-suku kecil dan para pedagang Portugis yang bernaung untuk mencari pundi-pundi uang. Datangnya Belanda ke Nusantara pada akhir abad ke16 membuat Kesultanan Ternate mulai mengabaikan wilayahwilayah kekuasaannya, termasuk Timor Timur. Hal tersebut terjadi seiring menguatnya pengaruh Belanda di Nusantara. Akhirnya, Timor-Timur menjadi daerah yang diperebutkan di antara Belanda dan Portugis. Pada 1859, Perjanjian Lisboa membagi Pulau Timor menjadi dua, Timor bagian timur dikuasai oleh Portugis, sedangkan bagian baratnya dikuasai oleh Belanda. Oleh sebab itu, Timor-Timur bertumbuh dengan sistem dan pengajaran Portugis. 1 Sejarah Singkat Timor Timur Kawasan Asia Tenggara, Pulau Timor bagian Timur, koordinat 8.50' LS, 125.55' BT. Peta Timor-Leste
Latar Belakang: Pada 1974, Revolusi Anyelir membuat Portugis mengeluarkan kebijakan dekolonisasi dan mulai meninggalkan wilayah jajahannya termasuk Timor Timur. Mulai saat itu, tebentuklah beberapa fraksi dan partai di Timor Timur untuk mempersiapkan kemerdekaan. Dua fraksi terbesar yang ada ialah Uniao Democratica Timorense (UDT) dan Frente Revolucionaria de TimorLeste Independente (Fretilin), keduanya bersaing sengit satu sama lain. Partai UDT menghendaki agar Timur Timor tetap berada di bawah naungan Portugis, sedangkan Fretilin yang berhaluan komunis menginginkan Timor Timur merdeka sebagai sebuah negara berdaulat. Isu komunis yang dihembuskan pada Fretilin membuat konflik saudara terjadi di Timor Timur sehingga sebagian rakyatnya mengungsi ke wilayah Indonesia. Timor-Timur ‘Bergabung’ dengan NKRI Revolusi Anyelir adalah kudeta tak berdarah yang terjadi di Portugis pada tahun 1974. Peristiwa ini menggulingkan rezim diktator yang telah berlangsung selama hampir 50 tahun sehingga Portugis berubah menjadi negara demokratis. Nama "Revolusi Anyelir" berasal dari bunga anyelir yang diletakkan di moncong senjata dan juga di seragam ketika rakyat Portugis turun ke jalan dalam merayakan jatuhnya rezim diktator. 2
Proses Terjadinya: Indonesia yang kala itu dipimpin oleh Presiden Soeharto merasa khawatir akan komunisme yang ditengarai tengah berkembang di Timor Timur, sebab jika hal tersebut terjadi maka pengaruhnya dapat dirasakan oleh bangsa Indonesia. Untuk menyelesaiakan hal tersebut, maka pada 6 Desember 1975 Seoharto bertemu dengan Presiden Amerika Serikat, Gerald Rudolph Ford dan Menteri Luar Negeri AS, Henry Kissinger, di Jakarta. Sehari setelahnya, Angkatan Perang Bersenjata Repbulik Indonesia (ABRI) melakukan invansi militer ke Timor Timur yang disebut sebagai “Operasi Seroja”. Sebelum Operasi Seroja, pemerintah RI sudah melancarkan operasi intelijen dengan nama sandi Operasi Komodo pada 1974 untuk mencari info-info terkait politik di Timor Timur yang berpusat di Dili. Rosihan Anwar dalam Sejarah Kecil “Petite Histoire” Indonesia Volume 1 (2004) menuliskan bahwa Operasi Komodo dipimpin oleh Ali Moertopo dan bertujuan memasukkan Timor Timur ke dalam wilayah Republik Indonesia. Hasil penyelidikan ini terungkap bahwa Fretilin yang berpaham komunis dan menginginkan kemerdekaan lebih diminati oleh sebagian besar rakyat Timor Timur. Itulah yang menjadi alasan pemerintah RI dan AS melancarkan Operasi Seroja. Pada malam hari di 7 Desember 1975, Dili sudah bisa dikuasai. Tiga hari berselang, kota terbesar kedua di Timor Timur, Baucau, direbut oleh militer Indonesia. Hasilnya, pada 17 Juli 1976 Timor Timur sepenuhnya dikuasai dan resmi menjadi bagian dari NKRI yang dikenalkan sebagai provinsi ke-27. 3
4 GALERI OPERASI SEROJA Sumber: Foto-Foto Masa Penugasan di TimorTimur/Operasi SEROJA..(my Dads private collection) | KASKUS https://br.pinterest.com/pin/411 65784080050538/ Sumber: Sejarah dan Detikdetik Invasi Indonesia ke TimorTimur 1975 Perang Seroja https://www.kaskus.co.id/thread /51cc48fa1cd7196a07000009/s ejarah-dan-detik-detik-invasiindonesia-ke-timor-timur-1975- perang-seroja Sumber: Sumber: Foto-Foto Masa Penugasan di TimorTimur/Operasi SEROJA..(my Dads private collection) | KASKUS https://www.kaskus.co.id/show_ post/579b379e60e24b4e0c8b4 569/1088/- Sumber: Tour of Duty: Operasi Seroja Timor Timur https://penaabad.blogspot.com/2012/12/tou r-of-duty-operasi-seroja-timortimur.html
Pembantaian Santa Cruz/Pembantaian Dili adalah peristiwa berdarah yang meninggalkan jejak hitam militer Indonesia di Bumi Lorosae. Pada 12 November 1991 terjadi penembakan terhadap pemrotes pro kemerdekaan Timor Timur di kuburan Santa Cruz di ibu kota Dili. Para demonstran yang sebagian besar adalah mahasiswa mengadakan aksi protes terhadap pemerintahan Indonesia pada penguburan rekan sesama mahasiswa yang bernama Sebastião Gomes, yang diduga ditembak mati oleh pasukan militer Indonesia sebulan sebelumnya. Insiden tersebut disaksikan oleh dua jurnalis Amerika, Amy Goodman dan Allan Nairn, serta direkam oleh Max Stahl yang diam-diam membuat liputan untuk Yorkshire Television di Britania Raya. Para juru kamera berhasil menyelundupkan pita video tersebut dengan memberikannya kepada Saskia Kouwenberg, wartawan Belanda, untuk menghindari penangkapan dan penyitaan oleh pihak berwenang. Video tersebut ditayangkan dalam dokumenter “First Tuesday” berjudul “In Cold Blood: The Massacre of East Timor di ITV” di Britania pada Januari 1992. Tragedi Santa Cruz 5
6 Rekaman pembantaian yang ditayangkan di berbagai penjuru dunia membuat pemerintah Indonesia dipermalukan. Sejumlah kelompok mahasiswa pro-demokrasi dan pers mahasiswa tidak hanya mulai berani membahas dan mengkritisi Timor Timur, namun juga mengenai Orde Baru, sejarah dan masa depan Indonesia secara keseluruhan. Tragedi Santa Cruz kini diperingati sebagai Hari Pemuda oleh Timor Leste yang merdeka. Tragedi 12 November ini dikenang oleh Timor Leste sebagai salah satu hari yang paling berdarah dalam sejarah mereka, yang memberikan perhatian internasional bagi perjuangan mereka untuk merebut kemerdekan. Tragedi Santa Cruz
Dimulainya era Reformasi yang menggantikan rezim Orde Baru membaawa angin baru bagi Indonesia sekaligus Timor-Timur. Dalam usaha penyelesaian permasalahan Timor Timur, B.J Habibie presiden pertama di era Reformasi mengeluarkan kebijakan untuk memberikan otonomi khusus. Namun nyatanya kebijakan otonomi khusus yang diberikan Pemerintah Indonesia tidak dapat meredam gejolak konflik yang semakin meluas. Dunia internasional, khususnya Australia, Amerika dan, UniEropa semakin gencar membawa permasalahan Timor Timur dalam agenda Internasional. Timor Timur selalu menjadi agenda rutin dalam sidang PBB. Diplomasi Timor Timur diwakili oleh Ramos Horta yang dengan gencar melakukan lobi-lobi ke Australia hingga Horta mendapat dukungan dari seorang aktivis Australia bernama David Scott yang berhasil maju berbicara untuk memperjuangkan Timor Timur di Forum PBB di New York. Menuju Timor Leste Merdeka 7
Dalam menyelesaikan masalah tersebut, pemerintah Indonesia menawarkan referendum kepada rakyat Timor Timur. Terdapat dua pilihan, yaitu: 1.Diberikan status otonomi khusus di bawah NKRI 2.Melepaskan diri dari Indonesia Pelaksanaan pemungutan suara atas referendum tersebut terbuka bagi seluruh warga Timor Timur, warga Timor Timur yang berada di luar wilayah Timor Timur, serta warga Timor Timur yang dapat menunjukkan kartu identitas sebagai warga asli Timor Timur dan berada di luar negeri. BJ Habibie mengirimkan permintan referendum kepada Sekretaris Jenderal PBB, Kofi Annan pada 27 Januari Tahun 1999. Selanjutnya, jajak pendapat dilaksanakan pada 30 Agustus 1999 di Timor-Timur. 8 Referendum Timor Leste Surat Suara Jajak Pendapat Referendum Timor Leste
Suasana demokratis yang terjadi pada saat dilaksanakannya jajak pendapat menunjukkan adanya kebebasan politik dan berekpresi yang mulai bertumbuh pada masa reformasi. Selanjutnya, hasil pemungutan suara diketahui pada tanggal 4 September 1999. Hasilnya adalah dari 438.968 suara, sebanyak 344.580 suara (78,2%) memilih berpisah dari Indonesia, dan sebanyak 94.388 suara (21,8%) memilih otonomi khusus. Menanggapi hasil pemungutan suara, pemerintah Indonesia menghormati keputusan tersebut karena hasil yang telah diumumkan merupakan perwakilan dari aspirasi seluruh rakyat Timor Timur. Pada 19 Oktober 1999, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Republik Indonesia (RI) resmi mengakui hasil referendum untuk melepaskan Provinsi Timor Timur dari Indonesia. Setelah melalui proses yang panjang, akhirnya pada 20 Mei 2002 Timor Timur diakui sebagai negara merdeka oleh dunia Internasional dan berganti nama menjadi Timor Leste. Hasil Jajak Pendapat Referendum Timor Leste 9
10 Jembatan B.J Habibie Bertepatan dengan 20 tahun referendum Timor Leste, pada Sabtu 29 Agustus 2019 dilakukan peresmian jembatan B.J Habibie yang berada di Bidau Santana, Dili, Timor Leste. Jembatan ini memiliki panjang 540 meter dengan lebar 78 meter dan terbagi dalam dua jalur. Pembangunan jembatan ini merupakan wujud terima kasih dan penghormatan rakyat Timor Leste kepada Presiden Habibie yang telah memberikan kedaulatan negara Timor Leste. Jembatan yang menghubungkan Timor Leste dengan Indonesia ini diharapkan mampu mempermudah kerja sama kedua negara, khususnya di bagian perbatasan seperti Motaain, Motamasin, dan Wini.
11 "Seperti telah saya nyatakan dalam pidato pertanggungjawaban betapa pun pahit dan pedihnya kita menyaksikan kekalahan rakyat Timor Timur yang prointegrasi dalam jajak pendapat tersebut, namun kita sebagai bangsa yang besar yang menjunjung tinggi nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945- yang dalam era baru sekarang ini berketetapan hati untuk memajukan demokrasi dan pelaksanaan hak asasi manusia harus menerima dan menghormati hasil jajak pendapat itu." —B.J Habibie. Kesimpulan dan Penutup Kemerdekaan Timor Leste yang memilih untuk melepaskan diri dari NKRI berarti mengembalikan nilai-nilai demokrasi yang sempat terkikis di masa Orde Baru. Meskipun diliputi oleh berbagai dinamika, namun jalan tersebut adalah sebaik-baiknya keputusan bagi kedua belah negara demi kesejahteraan bersama, khususnya bagi negara Indonesia dalam mewujudkan reformasi yang memperbaiki segala tatanan dan sistem bangsa.
Daftar Pustaka [1] Coelho, A. M. (2012). Dua Kali Merdeka Esei Sejarah Politik Timor Leste. Yogyakarta: Djaman Baroe. [2] Dea. (2019, September 11). BJ Habibie dan Sejarah Pembebasan Timor Leste. Retrieved from CNN Indonesia: https://www.cnnindonesia.com/internasional/20190911200504-106-429654/bj-habibiedan-sejarah-pembebasan-timor-leste. [3] Firman, T. (2019, Agustus 30). Referendum Timor Leste: Jalan Panjang Kemerdekaan Sebuah Bangsa. Retrieved from Tirto Id: https://tirto.id/referendumtimor-leste-jalan-panjang-kemerdekaan-sebuah-bangsa-bFyB. [4] Hall, D. G. (1988). Sejarah Asia Tenggara. Surabaya: Usaha Nasional. [5] Harahap, A. (2019, September 2019. Jembatan BJ Habibie, Penghargaan Timor Leste untuk Habibie. Retrived from Good News Indonesia: https://www.goodnewsfromindonesia.id/2019/09/12/jembatan-b-j-habibiepenghargaan-dari-timor-leste-untuk-habibie [6] Hidayat, W. A. (2021, November 3). Sejarah Timor Timur "Bergabung" dengan NKRI & Peran Amerika Serikat. Retrieved from Tirto ID: https://tirto.id/sejarah-timortimur-bergabung-dengan-nkri-peran-amerika-serikat-eesp. [7] Komisi Penerimaan, Kebenaran, dan Rekonsiliasi (CAVR) di Timor-Leste V. (2010). Chega!: Laporan Komisi Penerimaan, Kebenaran, dan Rekonsiliasi (CAVR) di Timor-Leste V. Jakarta: KPG. [8] Jardine, M. (1999). East Timor: Genocide in Paradise. Monroe, ME: Odonian Press. [9] Suartika, T. (2015). Korban Jajak Pendapat di Timor-Timur, 199. Jurnal AVTARA 3 https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/avatara/article/view/10343. [10] Vickers, A. (2005). A History of Modern Indonesia. Cambridge University Press.
2024 Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta