The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Ni Luh Putu Sinta Maharani, 2023-03-16 19:17:53

Kerajaan Mengwi

Kerajaan Mengwi

KERAJAAN M E N G W I


BERDIRINYA KERAJAAN MENGWI Asal-usul Kerajaan Mengwi dapat ditelusuri dari kisah seorang tokoh bernama Agung Anom, yang berhasil menguasai Desa Kapal (selatan Mengwi) pada abad ke-17. Namun, karena serangan penguasa lokal lainnya, ia terpaksa melarikan diri dan akhirnya menjadi pemimpin di Desa Blayu. Agar kekuasaannya semakin kokoh, Agung Anom menjalin aliansi dengan Buleleng, yang saat itu dikuasai oleh Panji Sakti. Bahkan hubungan keduanya dikukuhkan dengan pernikahan antara Agung Anom dengan putri Panji Sakti. Menjelang awal abad ke-18, Agung Anom turut serta dalam penaklukan Buleleng atas Blambangan di ujung timur Jawa Timur.Setelah kematian Panji Sakti pada sekitar 1704, hubungan Agung Anom dengan Buleleng, yang mengalami konflik suksesi, mulai renggang. Ia lantas mengukuhkan diri sebagai raja Mengwi pertama dengan gelar I Gusti Agung Ngurah Made Agung (1690-1722). Setelah itu, pusat kerajaan dipindahkan dari Blayu ke Desa Mengwi, yang letaknya dianggap lebih strategis. Di bawah kekuasaan Agung Anom, wilayah Kerajaan ini diperluas hingga Buleleng di utara, Jembrana di barat, dan Blambangan di Jawa Timur.


Pemberontakan di Mengwi Pemberontakan di Mengwi Munculnya Kerajaan ini sebagai kekuatan baru di Bali membuat persaingan dengan kerajaan lain tidak dapat dihindarkan. Ancaman masih datang saat Agung Anom digantikan oleh putranya, Gusti Agung Made Alengkajeng pada 1722. Selainmemertahankan kekuasaan Mengwi atas Blambangan, pada 1733, Gusti Agung Made Alengkajeng juga menghadapi perlawanan Buleleng dan Sukawati (Gianyar). Peperangan yang melibatkan setidaknya 12.000 pasukan ini berhasil dimenangkan oleh Mengwi. Ancaman juga dihadapi raja dari keluarga kerajaan sendiri. Pada 1739, Gusti Agung Made Alengkajeng berhasil memadamkan upaya kudeta yang dilakukan oleh seorang saudaranya. Konflik masih berlanjut pada masa penggantinya, yakni Gusti Agung Made Munggu, di mana Mengwi harus merelakan Blambangan kepada VOC dan Buleleng kepada Karangasem pada 1770-an.


Raja-raja Kerajaan Mengwi Gusti Agung Anom (1690-1722) Gusti Agung Made Alengkajeng (1722-1740) Gusti Agung Made Munggu (1740-1770) Gusti Ayu Oka (1770-1807) Gusti Agung Ngurah Made Agung (1807-1823) Gusti Agung Ngurah Made Agung Putra (1823- 1836) Ratu Biang Agung (1836-1857) Gusti Agung Ngurah Made Agung II (1859-1891) Raja - raja di Kerajaan Mengwi


Runtuhnya kerajaan Mengwi Runtuhnya Kerajaan Mengwi Mundurnya Kerajaan ini terjadi pada masa pemerintahan Gusti Ayu Oka, yang jatuh cinta terhadap Dewa Manggis V dari Gianyar. Karena perasaannya itu, ratu Mengwi bahkan membiarkan raja Gianyar mencaplok beberapa wilayahnya. Ketika Agung Ngurah Made Agung menggantikan Gusti Ayu Oka, wilayah Mengwi semakin menyusut karena direbut oleh kerajaan-kerajaan lain. Keadaan menjadi semakin parah setelah raja menyingkirkan orang-orang yang jujur dari kerajaan dan memertahankan pejabat yang korup. Antara 1823-1828, Kerajaan Mengwi berada di bawah kekuasaan Badung, kemudian diserahkan ke Klungkung. Meski Gusti Agung Ngurah Made Agung Putra berusaha menegakkan kedaulatan kerajaannya, nyatanya keinginan itu sulit untuk dicapai. Sepeninggal Gusti Agung Ngurah Made Agung Putra, Kerajaan Mengwi terus menghadapi masalah suksesi. Sepeninggal Gusti Agung Ngurah Made Agung Putra, Kerajaan Mengwi terus menghadapi masalah suksesi. Pada 1885, hubungan Mengwi dengan Klungkung, Badung, dan Tabanan berubah menjadi kurang harmonis. Di tengah kondisi internalnya yang kacau, Mengwi mendapat serangan dari Kerajaan Klungung pada 1891. Di tengah peperangan, Raja Klungkung menyerahkan Mengwi kepada Tabanan, Badung, dan Bangli. Riwayat Kerajaan Mengwi resmi berakhir saat rajanya tewas dan wilayahnya dibagi oleh kerajaan-kerajaan yang menang dalam pertempuran.


Kehidupan Sosial Politik Kerajaan Mengwi Politik Kerajaan Mengwi sering melakukan perang dengan Kerajaan Badung dan Suku Bugis.[4] Pada tahun 1829, Kerajaan Mengwi menjadi bawahan dari Kerajaan Badung. Hal ini terjadi pada masa pemerintahan Gusti Agung Ngurah Made Agung Putra. Kerajaan Mengwi kembali menjadi kerajaan mandiri setelah wafatnya raja Kerajaan Badung yaitu Gusti Ngurah Made Pemecutan.[5] Gusti Agung Ngurah Made kembali berkuasa di Kerajaan Mengwi dengan kekuasaan yang setara dengan Kerajaan Badung.[6]


Adat Istiadat Adat Istiadat Pada masa pemerintahan Kerajaan Mengwi, di Desa Mengwi dibentuk sebuah Desa Adat Mengwi. Wewenangnya adalah mengelola urusan adat, kekayaan masyarakat hukum adat, dan seni budaya masyarakat Kerajaan Mengwi. Desa Adat Mengwi masih diberlakukan dan berbagi kepemimpinan dengan kepala desa dari pemerintahan sipil. Salah satu adat istiadat yang adi di mengwi adalah "tradisi mekotek".Tradisi ngerebeg mekotek atau biasa dikenal mekotek adalah kepercayaan masyarakat adat setempat untuk menolak bala sekaligus memohon keselamatan. Ini terkait peristiwa wabah atau gerubuk agung yang pernah melanda warga desa hingga menimbulkan korban jiwa.


Peninggalan Kerajaan Mengwi Peninggalan Bersejarah Pura Taman Ayun Artikel utama: Pura Taman Ayun Pura Taman Ayun adalah tempat beristirahat dan beribadah bagi keluarga Kerajaan Mengwi. Pura ini berada di Desa Mengwi. Pengelolaannya diserahkan kepada keturunan dari keluarga Kerajaan Mengwi.[10] Pura ini memiliki 50 kompleks bangunan suci dengan dua kolam yang masingmasing berada di dalam dan di luar pura.[11] Pura Taman Ayun dibangun pada tahun 1634 dan mengalami pemugaran pada tahun 1937. Nama awal dari Pura Taman Ayun adalah Pura Taman Ahyun yang berarti kebun keinginan. Nama tersebut kemudian berubah menjadi Taman Ayun yang berarti kebun yang indah. Pada masa Kerajaan Mengwi, pura ini juga dijadikan sebagai sumber pengairan bagi lahan para petani.[12]


DOKUMENTASI DI KERAJAAN MENGWI DAN PENINGGALANNYA


Nama kelompok: - I Komang Okta Pratama (12) - I Putu Pande Bagus Artha Nugraha (18) - Ni Ketut Diah Nandini (26) - Ni Nyoman Pradnyandary (31)


Click to View FlipBook Version