Nur 'Ain Kaluku Gita S. Said Lika Anda RistaTEORI PERKEMBANGAN MORAL MENURUT KOHLBERG TEORI PERKEMBANGAN MORAL MENURUT KOHLBERG kelompok 8
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas izin dan karunia-Nya lah kami Masih diberi kesehatan, kesempatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah perkembangan peserta didik. Sholawat serta salam tak lupa pula kita diberikan kesehatan dan dilindungi oleh Allah SWT. Kami ucapkan terima kasih kepada dosen dr. Herson Kadir S.Pd , M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah perkembangan peserta didik Yang sudah mempercayakan tugas ini kepada kami. Tiada kata selain maaf apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini KATA PENGANTAR
D a f t a I s i r KATA PENGANTAR..................................................................................................... DAFTAR ISI.................................................................................................................. BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................. LATAR BELAKANG...............................................................................................1.1 BAB 2 PEMBAHASAN................................................................................................. PENGERTIAN PERKEMBANGAN MORAL....................................................2.1 TEORI PERKEMBANGAN MORAL..................................................................2.2 TAHAPAN PERKEMBANGAN MORAL MENURUT KOLHBER...........................2.3 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN MORAL.......2.4 BAB III................................................................................................................................ KESIMPULAN........................................................................................................3.1 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................3.2 KATA PENGANTAR..................................................................................................... DAFTAR ISI.................................................................................................................. BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................. LATAR BELAKANG...............................................................................................1.1 BAB 2 PEMBAHASAN................................................................................................. PENGERTIAN PERKEMBANGAN MORAL....................................................2.1 TEORI PERKEMBANGAN MORAL..................................................................2.2 TAHAPAN PERKEMBANGAN MORAL MENURUT KOLHBER...........................2.3 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN MORAL.......2.4 BAB III................................................................................................................................ KESIMPULAN........................................................................................................3.1 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................3.2
Masalah moral merupakan masalah yang sekarang ini sangat banyak meminta perhatian, terutama bagi para pendidik, ulama, pemuka masyarakat dan para orang tua. Tidak henti-hentinya kita mendengar berita tentang tindakan kriminalitas yang dilakukan oleh anak-anak, seperti yang terjadi di beberapa daerah yang hampir setiap minggu diberitakan di berbagai media, baik media cetak maupun elektronik. Bagi warga Ibukota bukan suatu hal yang aneh apabila mendengar atau melihat anak-anak sekolah melakukan tawuran (perkelahian antar pelajar) yang tidak sedikit menimbulkan sejumlah korban. 1.1 LATAR BELAKANG
diperlukan waktu yang panjang dan upaya pendidikan yang sungguh-sungguh untuk mengatasi kondisi ini. pendidikan dalam hal ini diartikan secara luas, yaitu sebagai upaya untuk mentransformasikan nilai-nilai, sikap, sikap dan moral dari generasi sebelumnya sampai generasi berikutnya. pendidikan merupakan alat strategisuntuk membentuk dan mengembangkan nilai, sikap dan generasi dari sebelumnya kepada generasi berikutnya. adapun moral sama dengan etika, atau kesusilaan yang diciptakan oleh akal, adat dan agama, yang memberikan norma tentang bagaimana kita harus hidup. nilai moral pada dasarnya adalah mengupayakan anak mempunyai kesadaran dan berperilaku taat moral yang secara otonom berasal dari dalam diri sendiri. dasar otonomi nilai moral adalah identifikasi dan orientasi diri.
Pola hidup keluarga (ayah dan Ibu ) merupakan “model Ideal” bagi peniruan dan pengindentifikasian perilaku dirinya. Otomisasi nilai moral dalam diri anak berlangsung dalam dua tahap, yaitu pembiasaan diri dan identifikasian diri. Merujuk pada sistem moral Spranger, nilai-nilai moral yang diupayakan bagi kepemilikan dan pengembangan dasar – dasar disiplin diri mencakup lima nilai, yaitu nilai-nilai ekonomis, social,politis, Ilmiah, estetis dan agama dalam sistem nilai spranger nilai etik tidak berdiri sendiri, tetapi sebagai bagian integral dari nilai religi. Hubungan antara disiplin diri dengan nilai ini merupakan konsep nilai moral yang memungkinkan orang tua untuk membantu anak dalam memiliki dasar disiplin diri.
2.1 Pengertian Perkembangan Moral 2.1 Pengertian Perkembangan Moral prinsip-prinsip dan aturan-aturan. (Abdul, 2005) Pengertian perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru. Helden (1977) dan Richards (1971) berpendapat moral adalah suatu kepekaan dalam pikiran, perasaan, dan tindakan dibandingkan dengan tindakan-tindakan lain yang tidak hanya berupa kepekaan terhadap
Perkembangan moral adalah perubahan-perubahan perilaku yang terjadi dalam kehidupan anak berkenaan dengan tatacara, kebiasaan, adat, atau standar nilai yang berlaku dalam kelompok sosial. Kita telah mengetahui arti dari kedua suku kata yaitu perkembangan dan moral maka selanjutnya yaitu kita mulai memahami arti dari gabungan dua kata tersebut “Perkembangan Moral” Santrock (1995) Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain.
Moral pada setiap diri manusia adalah sangatlah berbeda, pada dunia psikologi moral disebut superego, sedangkan pada agama islam menyebutnya denga hati nurani atau af’idah yang di dalamnya menunjukkan kehidupan rohania atau spiritual. Pada pemunculan hati nurani adalah ketika orang tua dengan susah payah mendidik dan membimbing anak agar memahami apa dan bagaimana prilaku yang baik dan benar, serta mana dan bagaimana prilaku yang salah dan buruk.karena hati nurani diwarnai, diolah dan dimatangan oleh lingkungan serta pada kematangan mengikuti kematangan perkembangan kepribadian. Pengaruh lingkungan dan norma yang ditanamkan orang tua dan masyarakat menjadi kepribadian.
2.2 Teori Perkembangan Moral 2.2 Teori Perkembangan Moral Lawrance kholberg menjelaskan tahapan perkembangan moral sebagai ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan penalaran moralnya.tahapan tersebut dibuat saat ia psikologi di university of Chicago berdasarkan teori yang ia buat setelah terinspirasi hasil kerja Jean piaget di kekagumannya akan reaksi anak-anak terhadap dilema moral.
Ia menulis disertai doktornya pada tahun 1958 yang menjadi awal dari apa yang sekarang disebut tahapan-tahapan perkembangan moral dari kohlberg .teori ini berpandangan bahwa penalaran moralnya. Tahapan tersebut disertai doktornya pada tahun 1958 yang menjadi awal dari apa yang disebut tahapan-tahapan perkembangan moral dari kohlberg. Teori ini berpandangan bahwa penalaran moral,yang merupakan dasar dari perilaku etis mempunyai enam tahapan perkembangan yang dapat teridentifikasi.
Kohlberg mengunakan cerita-cerita tentang dilema moral dalam penelitiannya. Ia mengikuti perkembangan dari moral seiring penambahan usia yang semula diteliti piaget, logika dan moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan konstruktif. Pandangan tersebut diperluas kembali oleh kohlberg dengan menentukan bahwa proses perkembangan moral pada Prinsipnya berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya berlanjut selama kehidupan, walaupun ada dialog yang mempertanyakan implikasi filosofis dari penelitianny
Kohlberg mengunakan cerita-cerita tentang dilema moral dalam penelitiannya. Ia mengikuti perkembangan dari moral seiring penambahan usia yang semula diteliti piaget, logika dan moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan konstruktif. Pandangan tersebut diperluas kembali oleh kohlberg dengan menentukan bahwa proses perkembangan moral pada Prinsipnya berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya berlanjut selama kehidupan, walaupun ada dialog yang mempertanyakan implikasi filosofis dari penelitianny
Ia tertarik bagaimana orang-orang akan menjustifikasi tindakan-tindakan mereka bila mereka berada dalam persoalan moral yang sama. Lawrence kohlberg menekankan bahwa perkembangan moral didasarkan terutama pada penalaran moral dan berkembang secara bertahap. Konsep kunci dan teori kohlberg ialah internalisasi, yakni perubahan perkembangan dan perilaku yang dikendalikan secara internal. Kohlberg sampai pada pandangannya setelah 20 tahun melakukan wawancara yang unik dengan anak-anak. Terdapat hasil wawancara, yang menjadi sebuah cerita dimana tokoh-tokohnya menghadapi dilema-dilema moral. Bagaimana anak-anak dalam menyikapi setiap cerita yang dilakukan oleh masingmasing tokoh dalam cerita yang disampaikan oleh kohlberg.
. Berikut ini adalah salah satu cerita dilema Kohlberg yang paling populer: “Di Eropa seorang perempuan hampir meninggal akibat sejenis kanker. Ada suatu obat yang menurut dokter dapat menyelamatkannya. Obat tersebut adalah sejenis radium yang baru-baru ini ditemukan oleh seorang apoteker di kota yang sama. Biaya membuat obat ini sangat mahal, tetapi sang apoteker menetapkan harganya sepuluh kali lipat lebih mahal dari pembuatan obat tersebut. Untuk pembuatan satu dosis kecil obat ia membayar 200 dolar dan menjualnya 2000 dolar.
Suami pasien perempuan, Heinz pergi ke setiap orang yang ia kenal untuk meminjam uang, tetapi ia hanya bisa mengumpulkan 1000 dolar atau hanya setengah dari harga obat tersebut. Ia memberitahu apotoker bahwa istrinya sedang sakit dan memohon agar apoteker bersedia menjual obatnya lebih murah atau memperolehkannya membayar setengahnya kemudian. Tetapi sang apoteker berkata, “Tidak, aku menemukan obat, dan aku harus mendapatkan uang dari obat itu. ” Heinz menjadi nekat dan membongkar toko obat itu untuk mencuri obat bagi istrinya ” .
Tetapi sang apoteker berkata, “Tidak, aku menemukan obat, dan aku harus mendapatkan uang dari obat itu. ” Heinz menjadi nekat dan membongkar toko obat itu untuk mencuri obat bagi istrinya ” . Cerita ini adalah salah satu dari sebelas cerita yang dikembangkan oleh Kohlberg untuk menginvestigasi hakekat pemikiran moral. Setelah membaca cerita, anak-anak menjadi responden menjawab serangkaian pertanyaan tentang dilema moral.
(Muhammad, 2017). Setelah membaca cerita, anak-anak menjadi responden menjawab serangkaian pertanyaan tentang dilema moral. Haruskah Heinz mencuri obat? Apakah mencuri obat tersebut benar atau salah? Mengapa? Apakah tugas suami untuk mencuri obat bagi istrinya kalau ia tidak mendapatkannya dengan cara lain? Apakah apoteker memiliki hak untuk mengenakan harga semahal itu walaupun tidak ada suatu aturan hukum yang membatasi harga? Mengapa atau mengapa tidak?. Berdasarkan penalaran tersebut, Kohlberg kemudian mengkategorisasi dan mengklasifikasi respon yang dimunculkan ke dalam enam tahap yang berbeda
2.3 Tahapan Perkembangan Moral Menurut Kohlberg 2.3 Tahapan Perkembangan Moral Menurut Kohlberg dalam penelitiannya Lawrence Cohlberg berhasil memperlihatkan 6 tahap dalam seluruh proses perkembangannya pertimbangan moral anak dan orang muda. Keenam tipe ideal itu diperoleh dengan mengubah tiga tahap Piaget/Dewey dan menjadikannya tiga "tingkat" yang masing-masing dibagi lagi atas dua "tahap " . Ketiga "tingkat" itu adalah tingkat pra konvensional, konvensional dan pasca-konvensional.
Anak dalam tahap prakonvensional seringkali berperilaku "baik" dan tanggap terhadap label-label budaya mengenai baik dan buruk, namun ia menafsirkan semua label ini dari segi fisiknya (hukuman, ganjaran, kebaikan) atau segi dari kekuatan fisik mereka yang mengadakan peraturan dan menyebut label tentang baik dan buruk. tingkat ini biasanya ada pada anak-anak yang berusia 4-10 tahun. pada tingkat ini akan dijumpai dua tahapan yakni: tahap 1, orientasi hukuman dan: orientasi pada hukuman dan rasa hormat yang tak di persoalkan terhadap kekuasaan yang lebih tinggi. Akibat fisik atau tindakan terlepas arti atau nilai manusiawinya, menentukan sifat baik dan buruk dari tindakan ini.
Dilanjutkan, tahap 2: Orientasi relativis-intrumental: perbuatan yang benar adalah perbuatan yang secara instrumental memuaskan kebutuhan individu sendiri dan kadang-kadang kebutuhan orang lain. hubungan antar manusia dipandang seperti hubungan di tempat umum. terdapat unsur-unsur kewajaran, timbal balik, dan persamaan pembagian, akan tetapi semuanya itu selalu ditafsirkan secara fisis pragmatis, timbal balik, dan bukan soal kesetiaan rasa Terima kasih atau keadilan.
kedua tahapan dalam tingkat awal ini disebut hedonisme instrumental di mana sifat timbal balik di sini memegang peranan tapi dalam arti masih " moral balas dendam " . kedua tahapan ini pun sesuai dengan waktu dengan stadium operasional dalam teori perkembangan kognitif piaget "Monks, dkk, 1999:313). tingkat kedua atau tingkat konvensional yang terjadi pada usia 10-13 tahun, juga dapat digambarkan sebagai tingkat konformis, meskipun istilah itu mungkin terlalu sempit.
pada tingkat ini, Hana hanya menuruti harapan keluarga, kelompok atau bangsa, dan dipandangnya sebagai hal yang bernilai dalam dirinya, tanpa mengindahkan akibat yang segera dan nyata. individu tidak hanya berupaya menyesuaikan diri dengan tatanan sosialnya, tetapi juga untuk mempertahankan, mendukung dan membenarkan tatanan sosial itu.
pada tingkat konvensional terdapat dua tahapan yang meliputi: tahap 3, yakni orientasi kesepakatan antara pribadi atau orientasi " anak manis " . pada tahap ini, perilaku yang baik adalah perilaku yang menyenangkan atau membantu orang lain dan yang disetujui oleh mereka. terdapat banyak konformitas dengan gambaran-gambaran stereotip mengenai apa yang dianggap tingkah laku mayoritas atau tingkah laku yang ' wajar ' . perilaku kerap kali dinilai menurut niat, ungkapan "ia bermaksud baik" untuk pertama kalinya menjadi penting dan digunakan secara berlebihlebihan.
orang mencari persetujuan dengan berperilaku "baik" . kemudian diikuti oleh tahap 4 yakni anak akan mematok orientasi hukum dan ketertiban. orientasi kepada otoritas, peraturan yang pasti dan pemeliharaan tata aturan sosial. perbuatan yang benar adalah menjalankan tugas, memperlihatkan rasa hormat terhadap otoritas, dan pemeliharaan tata aturan sosial tertentu demi tata aturan itu sendiri. orang mendapat rasa hormat dengan berperilaku menurut kewajibannya.
Tahap pasca-konvensional yang terjadi dalam usia 13 tahun ke atas, yang dicirikan oleh dorongan utama menuju ke prinsip-prinsip moral otonom, mandiri, yang memiliki validitas dan penerapan, terlepas dari otoritas kelompok-kelompok atau pribadi-pribadi yang memegangnya dan terlepas pula dari identifikasi si individu dengan pribadi-pribadi atau kelompok-kelompok tersebut. pada tingkat ini terdapat usaha yang jelas untuk merumuskan nilainilai dan prinsip moral yang memiliki keabsahan dan dapat diterapkan terlepas dari otoritas kelompok atau orang yang berpegang pada prinsip-prinsip itu.
Pada tingkat pasca-konvensional kita melihat ada dua tahapan yakni tahap 5; orientasi kontrak sosial legalistis. suatu orientasi kontrak sosial, umumnya bernada dasar legalistis dan utilitarian. perbuatan yang benar cenderung didefinisikan dari segi hak-hak bersama dan ukuran-ukuran yang telah diuji secara kritis dan disepakati oleh seluruh masyarakat titik terdapat suatu kesadaran yang jelas mengenai relativis nilai-nilai dan pendapat-pendapat pribadi serta suatu tekanan pada prosedur yang sesuai untuk mencapai kesepakatan.
tetapi dengan menggarisbawahi kemungkinan perubahan hukum berdasarkan pertimbangan rasional mengenai kegunaan sosial dan bukan membuatnya beku dalam kerangka hukum dan ketertiban seperti pada gaya tahap 4 di luar rumah bidang legal persetujuan dan kontrak bebas merupakan unsur-unsur pengikat unsur-unsur kewajiban. Terlepas dari apa yang disepakati secara konstitusional dan demokratis, yang benar dan yang salah merupakan soal nilai dan pendapat pribadi titik hasilnya adalah suatu tekanan atau sudut pandangan legal,
Dan tingkat ih diakhiri oleh tahap 6 yang berisi orientasi etika universal. orientasi pada keputusan suara hati dan pada prinsip-prinsip etis yang dipilih sendiri, yang mengacu pada pemahaman logis, penyelundupan universalitas dan konsistensi. prinsipprinsip ini bersifat abstrak dan etis (kaidah emas, kategoris imperatif).
Para peneliti perkembangan telah mengindentifikasikan sejumlah faktor yang berhubungan dengan perkembangan penalaran dan perilaku moral antara lain yaitu perkembangan kognitif umum, perkembangan ratio dan rational, isu dan dilema moral dan perasaan diri. Berikut merupakan penjelasan dari faktor yang mempengaruhi perkembangan moral 2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Moral 2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Moral
perkembangan kognitif umum penalaran moral yang tinggi (advanced) penalaran yang dalam mengenai hukum moral dan nilainilai luhur seperti kesetaraan, keadilan, hak-hak asasi manusia memerlukan refleksi yang mendalam mengenai ide-ide abstrak.dengan demikian dalam batas-batas tertentu, perkembangan moral bergantung pada perkembangan kognitif. sebagai contoh anak-anak yang secara intelektual (gifted) berbakat umumnya lebih sering berpikir tentang isu moral dan bekerja keras mengatasi ketidakadilan di masyarakat lokal ataupun dunia secara umum ketimbang teman-teman sebayanya. meski demikian, perkembangan kognitif tidak menjamin perkembangan moral. terkadang siswa berpikir abstrak mengenai materi akademis dan pada saat yang sama bernalar secara pra konvensional, yang berpusat pada diri sendiri. 1.
penggunaan ratio dan rasionale anak-anak lebih cenderung memperoleh manfaat dalam perkembangan moral ketika mereka memikirkan kerugian fisik dan emosional yang ditimbulkan perilakuperilaku tertentu terhadap orang lain. menjelaskan kepada anak-anak alasan perilaku-perilaku tertentu tidak dapat diterima, dengan fokus pada perspektif orang lain dikenal sebagai induksi. 2.
Kohlberg percaya bahwa delima moral dapat digunakan untuk memajukan tingkat penalaran moral anak tetapi hanya setahap demi setahap. dia berteori bahwa cara anak-anak melangkah dari satu tahap ke tahap berikutnya ialah dengan berinteraksi dengan orang-orang lain yang penalarannya berada satu atau paling tinggi dua tahap di atas tahap mereka. isu dan delima moral dalam teorinya mengenai perkembangan moral, kolhberg menyatakan bahwa anak-anak berkembang secara moral ketika mereka menghadapi suatu delima moral yang tidak dapat ditangani secara memadai dengan menggunakan tingkat penalaran moralnya saat itu. kolhberg menyarankan agar guru menawarkan penalaran moral satu tahap di atas tahap yang dimiliki anak saat itu 3.
perasaan diri anak-anak tapi cenderung terlibat dalam perilaku moral ketika mereka berpikir bahwa sesungguhnya mampu menolong orang lain dengan kata lain ketika mereka memiliki pemahaman diri yang tinggi mengenai kemampuan mereka membuat suatu perbedaan. lebih jauh, pada masa remaja, beberapa anak muda mulai mengintegrasikan komitmen terhadap nilai-nilai moral terhadap identitas mereka secara keseluruhan. mereka menganggap diri mereka sebagai pribadi bermoral dan penuh perhatian, yang peduli pada hak-hak dan kebaikan orang lain. tindakan altruistic dan bila rasa yang mereka lakukan tidak terbatas hanya pada teman-teman dan orang-orang yang mereka kenal saja, melainkan juga meluas ke masyarakat. 4.
moral adalah sikap perilaku seseorang yang didasari oleh norma-norma hukum yang berada di lingkungan tempat dia hidup. jadi seseorang dapat dikatakan memiliki moral adalah ketika seseorang sudah hidup dengan mentaati hukum-hukum yang berlaku di tempat dia hidup. sedangkan menurut Lawrence Kohlberg. tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya. Kesimpulan
P u s t D a f t a r a k a https://eprints.unm.ac.id/2085/ Agus, Andi Aco. "Teori Perkembangan Moral menurut Pieget dan Lawrence Kohlberg serta Implikasinya Bagi Pendidikan." Birokrasi 1.6 (2016): 8-17. Bahri, S. (2021). KOMPARASI PERKEMBANGAN POTENSI ANAK USIA DINI MENURUT ISLAM DENGAN TEORI KOHLBERG. Ta ’ allum: Jurnal Pendidikan Islam, 9(1), 185-204. https://doi.org/10.21274/taalum.2021.9.1.185-204 Dwiyanti, Retno. "Peran Orangtua Dalam Perkembangan Moral Anak (Kajian Teori Kohlberg)." (2013). https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/handle/11617/3983
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/al-athfaal/article/view/6500 Fitri, Mardi. "Faktor yang mempengaruhi perkembangan moral pada anak usia dini." Al-Athfaal: Jurnal Ilmiah Pendidikan Anak Usia Dini 3.1 (2020): 1-15. Fatma Laili Khoirun Nida: Intervensi Teori Perkembangan moral Lawrence Kohlberg dalam dinamika pendidikan karakterEdukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam 8 (2), 2013 http://www.ejournal.radenintan.ac.id/index.php/konseli/article/view/1483 Maharani, Laila. "Perkembangan moral pada anak." KONSELI: Jurnal Bimbingan Dan Konseling (E-Journal) 1.2 (2014): 93-98. Nida, Fatma Laili Khoirun. "Intervensi Teori Perkembangan moral Lawrence Kohlberg dalam dinamika pendidikan karakter." Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam 8.2 (2013). https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Edukasia/article/view/754 https://dx.doi.org/10.21043/edukasia.v8i2.754 Hermansyah. (2001). _Pengembangan Moral._ Depdiknas, Jakarta.
Pakasi, Soepartinah. Anak dan Perkembangan. Jakarta: Gramedia.1981. Nurhayati, Siti Rohmah. "Telaah kritis terhadap teori perkembangan moral Lawrence Kohlberg. " Paradigma 1.02 (2006). https://journal.uny.ac.id/index.php/pa radigma/article/view/5948 PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK (TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIS). (2021). (n.p.): Penerbit Widina. Pendidikan Anak Usia Dini Teori dan Praktik Pembelajaran. (2021). (n.p.): Prenada Media. _Moral Dasar Bagi Anak disertai kegiatan yang bisa dilakukan orang tua bersama anak. Jakarta: PT Elex Media Komputindo._ Schiller, Pam. Dan Bryant, Tamera. 2002. The Values Book Children 16
Yatazaka, Y. (2014). Gender dan Pengembangan Pemikiran Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan Islam, 3(2), 289. https://doi.org/10.14421/jpi.2014.32.289 -306 Yinyang: Jurnal Studi Islam Gender Dan Anak 15 (1), 41-58, 2020Perbedaan perkembangan moral anak laki-laki dan anak perempuan pada usia Sekolah Dasar https://doi.org/10.24090/yinyang.v15i1.3 442