BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sifat optimis adalah sifat orang yang memiliki harapan positif dalam menghadapi
segala hal atau persoalan. Sedangkan kebalikan sifat optimis adalah pesimis. Orang yang
memiliki sifat pesimisselalu berpandangan negatif dalam menghadapi persoalan.Sebagai
seorang muslim sudah seharusnya kita memiliki sifat optimis karena sifat itu memicu
seseorang menjadi bersemangat dalam menyelesaikan pekerjaan dan memberi kekuatan
dalam menghadapi suatu masalah. Sebaliknya sifat pesimis menjadi penyebab seseorang
menjadi terpuruk tidak bersemangat. Sifat optimis termasuk perilaku terpuji (akhlak
karimah) yang harus dimiliki seorang muslim. Seorang muslim yang memiliki sifat optimis
akan selalu berpikiran positif dan berprasangka baik kepada Allah Swt. Nabi Muhammad
saw. memberikan teladan kepada kita agar senantiasa memiliki sikap optimis.
Ikhtiar merupakan sebuah usaha yang seharusnya dilakukan manusia untuk dapat
memenuhi segala kebutuhan dalam kehidupannya, baik secara material, emosional, spiritual,
kesehatan, seksual, dan juga masa depannya agar tujuan hidup untuk dapat sejahtera dunia
akhirat dapat terpenuhi. Ikhtiar disini memang seharusnya dilakukan dengan sungguh-
sungguh, sepenuh hati dan semaksikmal mungkin tapi juga tak lepas dari seberapa besar
kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya.
Tawakal artinya berserah diri kepada Allah Swt. atas hasil usaha kita setelah berusaha
dengan sungguh-sungguh dan berdoa. Misalnya, saat menghadapi ulangan kamu sudah
belajar dengan sungguh-sungguh dan menyelesaikan soal-soal dengan cermat dan teliti.
Setelah itu kamu pasrah dan menyerahkan keputusan atas hasil usaha kamu kepada Allah
Swt.
BAB II
PEMBAHASAN
A. OPTIMIS
1. Pengertian Optimis
Sifat optimis adalah sifat orang yang memiliki harapan positif dalam menghadapi
segala hal atau persoalan. Sedangkan kebalikan sifat optimis adalah pesimis. Orang yang
memiliki sifat pesimisselalu berpandangan negatif dalam menghadapi persoalan. Ikhtiar
adalah berusaha bersungguh-sungguh untuk mencapai harapan, keinginan, atau cita-cita.
Tawakal artinya berserah diri kepada Allah Swt. atas hasil usaha kita setelah berusaha dan
berdoa dengan sungguh-sungguh. Orang yang menyertakan tawakal dalam setiap tindakan
dan usahanya akan berdampak positif terhadap kepribadiannya.
Berperilaku optimis sangatlah penting.Tetapi, kita harus mengimbangi perilaku
optimis dengan ikhtiar dan tawakal. Contoh perilaku optimis:
1. Seorang siswa/siswi yang mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB) dia
berharap akan lulus dan diterima di perguruan tinggi yang ia pilih.
2. Seseorang ingin bekerja di sebuah perusahaan swasta, kalau ia berfikir optimis, tentu
dia akan berusaha mengajukan lamaran dan berharap agar lamaran diterima serta dapat
bekerja di perusahaan tersebut.
Dengan cara begitu bisa memandang masa depan dengan cara optimis tidak akan
punya pikiran bahwa kita akan gagal untuk mencoba hal baru. Berpikir optimis untuk
mencoba hal baru bisa juga menyebabkan hal itu benar terjadinya. Karna sudah yakin
bahwa hal itu benar terjadinya. Jika mencoba hal baru tidak disertai optimis belum
dijalani sudah berpikir negative , itu juga bisa menyebabkan hal itu hasilnya tidak baik
karna dari awal sudah tidak berpikir negative tidak disertai optimis.
Goleman (2002) menyatakan bahwa optimisme merupakan harapan kuat terhadap
segala sesuatu yang terdapat dalam kehidupan akan mampu teratasi dengan baik,
walaupun ditimpa masalah dan frustasi. Optimisme merupakan sikap yang menopang
individu agar jangan sampai terjatuh dalam kemasabodohan, keputusasaan, maupun
mengalami depresi ketika individu menghadapi kesulitan. optimisme sebagai suatu
keyakinan bahwa peristiwa buruk hanya bersifat sementara, tidak sepenuhnya
mempengaruhi semua aktivitas, dan tidak sepenuhnya disebabkan kecerobohan diri
sendiri tetapi bisa karena situasi, nasib, atau orang lain. Ketika mengalami peristiwa yang
menyenangkan, individu yang optimis akan yakin bahwa hal tersebut akan berlangsung
lama, mempengaruhi semua aktivitas dan disebabkan oleh diri sendiri. Pengertian tersebut
dijelaskan lebih lanjut oleh Safarina (2016) bahwa optimisme merupakan suatu keyakinan
tentang segala yang terjadi saat ini merupakan hal baik yang akan memberikan harapan
dimasa depan sesuai apa yang kita angankan. Saat menghadapi suatu kesulitan, seseorang
yang optimis yakin bahwa kesulitan baik bagi pengembangan diri dan dibaliknya pasti
ada kesempatan untuk mencapai harapan.
Waskito (2013) mengartikan optimisme sebagai ciri kehidupan seseorang yang
beriman yang merupakan rahasia dibalik keberhasilan disetiap perjuangan. Optimisme
menyebabkan lahirnya keyakinan; dari keyakinan memunculkan suatu kesadaran; dari
kesadaran melahirkan amaliah dan dari amaliah akan tercapainya hasil-hasil yang
diharapkan. Tanpa memiliki optimisme, individu tidak akanmencapai suatu perjuangan.
Optimisme memiliki lawan kata yaitu pesimisme. Optimisme diartikan sebagai suatu
harapan positif, maka pesimisme diartikan sebagai putus harapan atau putus asa.
Dietrich Bonhoeffer (dalam Idham,2011) mengungkapkan bahwa esensi optimis
bukan untuk mengubah kenyataan yang sudah terjadi, tetapi mengubah yang belum terjadi
titik sedangkan menurut ubaidi 2007 optimis memiliki dua pengertian titik pertama
optimisme adalah Doktrin hidup yang mengajarkan kita untuk meyakini adanya kehidupan
yang lebih baik. Kedua optimisme berarti kecenderungan batin untuk merencanakan aksi
untuk mencapai hasil yang lebih bagus.
Optimisme adalah suatu rencana atau tindakan untuk menggali yang terbaik dari diri
sendiri bertanggungjawab penuh atas hidup membangun cinta kasih dalam hidup dan
menjaga agar antusiasme tetap tinggi. Seseorang harus mengubah dirinya dari pesimis
menjadi optimis melalui rencana tindakan dan strategi yang ditetapkan sendiri untuk menjaga
agar dirinya tetap terus termotivasi. Sedangkan bersikap optimis menurut Fauzan 2002 di
artikan sebagai sikap percaya diri bahwa individu mempunyai kemampuan menghasilkan
sesuatu yang baik. Optimisme sebenarnya adalah kemampuan memperkirakan kebahagiaan
yang mungkin terjadi berdasarkan reaksi individu terhadap suatu situasi dengan kata lain
belajar memandang hidup ini sebagai akibat dari tindakan individu sendiri.
Selama ini pandangan umum masyarakat mengenai optimisme adalah cara
memandang satu hal seperti terlihat gelas yang tidak penuh sebagai gelas yang setengah
berisi dan bukan setengah kosong atau bersikap menguatkan diri dengan kalimat-kalimat
positif kepada dirinya sendiri tetapi makna optimisme sebetulnya lebih dalam dari itu titik
dasar dari optimisme adalah bagaimana cara berpikir seseorang ketika menghadapi suatu
masalah.Seseorang berpikir bila menghadapi permasalahan atau persoalan titik tujuan
berpikir adalah memecahkan masalah tersebut karena itu sering dikemukakan bahwa Berpikir
itu merupakan aktivitas psikis yang intensional berpikir tentang sesuatu titik dalam
pemecahan masalah tersebut orang memikirkan sesuatu hal hingga mendapatkan
pemecahannya. Dalam berpikir ini seorang bisa memunculkan sesuatu optimisme dalam
dirinya.
Pola berpikir bisa dibedakan menjadi dua yaitu pola berpikir positif dan pola berpikir
negatif dalam menghadapi permasalahan atau peristiwa yang tidak mengenakkan peran pola
pikir ini sangat penting. Seseorang yang menggunakan pola pikir positif dalam menghadapi
peristiwa yang tidak mengenakkan akan bersikap optimis sedangkan apabila menggunakan
pola berpikir negatif akan menimbulkan sikap pesimis.
Penjelasan-penjelasan optimisme tersebut dapat disimpulkan bahwa optimisme
merupakan harapan baik yang dimiliki seseorang terhadap segala sesuatu yang terjadi
dalam kehidupan seseorang meskipun sedang dalam tertimpa suatu masalah. Seseorang
yang optimis akan memandang kegagalan sebagai proses pengembangan diri yang akan
berakibat baik dimasa depan dan memandang pengalaman baik sebagai seseuatu yang
pantas untuk didapatkan.
2. Aspek aspek optimisne
Menurut seligman 2008 terdapat beberapa aspek dalam individu memandang suatu
peristiwa atau masalah berhubungan erat dengan gaya penjelasan yaitu.
a. Permanence
Gaya penjelasan peristiwa ini menggambarkan bagaimana individu melihat peristiwa
berdasarkan waktu yaitu bersifat sementara dan menetap titik orang-orang yang mudah
menyerah percaya bahwa penyebab kejadian kejadian buruk yang menimpa mereka bersifat
permanen selalu hadir mempengaruhi hidup mereka. Orang-orang yang melawan
ketidakberdayaan percaya bahwa penyebab kejadian buruk itu bersifat sementara. Orang-
orang yang pesimis melihat peristiwa yang buruk sebagai sesuatu yang menetap dan Mereka
cenderung menggunakan kata-kata selalu dan tidak pernah misalnya diet Saya tidak akan
pernah berhasil. Orang pesimis melihat hal-hal yang baik hanyalah sebagai hal yang bersifat
sementara misalnya program diet saya berhasil karena ada bantuan dari teman-teman saya.
Sebaliknya orang yang optimis terlihat peristiwa buruk sebagai suatu hal yang hanya bersifat
sementara misalnya dia saya tak akan berguna jika saya tetap makan terlalu banyak.
Sementara orang yang optimis melihat yang baik sebagai suatu hal yang bersifat permanen
misalnya program diet saya berhasil karena memang saya mampu.Orang-orang yang
meyakini bahwa peristiwa baik memiliki penyebab permanen, ketika berhasil mereka
berusaha lebih keras lagi pada kesempatan berikutnya. Orang-orang yang menganggap
peristiwa baik disebabkan oleh alasan temporer mungkin menyerah bahkan ketika berhasil
karena mereka percaya itu hanya satu kebetulan titik orang yang paling bisa memanfaatkan
keberhasilan dan terus bergerak maju begitu segala sesuatu mulai berjalan dengan baik adalah
orang yang optimisme
b. Pervasif (spesifik versus universal)
Gaya penjelasan peristiwa ini berkaitan dengan ruang lingkup peristiwa tersebut yang
meliputi universal menyeluruh spesifik khusus orang yang optimis bila dihadapkan pada
kejadian yang buruk akan membuat penjelasan yang spesifik dari Kejadian ini, bahwa hal
buruk terjadi diakibatkan oleh sebab-sebab khusus dan tidak akan meluas kepada hal-hal
yang lain. Misalnya meskipun nilai ulangan saya kemarin jelek itu tidak akan membuat saya
gagal menjadi juara kelas. Bila dihadapkan pada hal yang baik ia akan menjelaskan hal itu
diakibatkan oleh faktor yang bersifat universal misalnya saya mendapat nilai yang bagus
karena saya pintar. Sementara Orang yang pesimis akan melihat kejadian yang baik sebagai
satu hal yang spesifik dan berlaku untuk hal-hal tertentu saja. Misalnya saya mendapat nilai
bagus karena saya pintar dalam pelajaran matematika titik sedangkan jika menemui kejadian
buruk pada satu sisi hidupnya ia akan menjelaskannya sebagai suatu hal yang universal, dan
akan meluas ke seluruh sisi lain dalam hidupnya, dan biasanya akibat hal ini menjadi mudah
menyerah terhadap segala hal meski Ia hanya gagal dalam satu hal. Misalnya saya tidak akan
menjadi juara kelas karena ulangan matematika saya kemarin jelek.
c. Personalization
Merupakan gaya penjelasan masalah yang berkaitan dengan sumber dari penyebab
kejadian tersebut meliputi dari internal dari dalam dirinya dan eksternal dari luar dirinya. Saat
hal buruk terjadi seseorang bisa menyalahkan dirinya sendiri atau menyalahkan orang lain
atau keadaan titik orang-orang yang menyalahkan dirinya sendiri saat mereka gagal membuat
rasa penghargaan terhadap diri mereka sendiri menjadi rendah titik mereka berpikir mereka
tidak berguna tidak mempunyai kemampuan dan tidak dicintai titik orang-orang yang
menyalahkan kejadian-kejadian eksternal tidak kehilangan rasa penghargaan terhadap dirinya
sendiri saat kejadian kejadian buruk menimpa mereka titik secara keseluruhan mereka lebih
banyak. Ketika mengalami hal yang buruk Orang yang pesimis akan menganggap bahwa hal
itu terjadi karena faktor dari dalam dirinya. Misalnya saya mendapat nilai jelek pada ulangan
matematika kemarin karena saya tidak pintar berhitung. Bila dihadapkan pada peristiwa baik
ia akan menganggap bahwa hal itu disebabkan oleh faktor luar dirinya. Misalnya tim saya
berhasil menang pada pertandingan tadi malam karena lawan tidak dalam kondisi yang baik.
Disisi lain orang optimis akan menganggap hal yang baik merupakan hal yang disebabkan
oleh faktor dalam dirinya misalnya kami berhasil menang dalam pertandingan tadi malam
karena kemampuan Kami memang lebih baik dari lawan. Sedangkan ketika menghadapi
sesuatu yang buruk yang disebabkan oleh faktor eksternal titik misalnya saya mendapat nilai
yang jelek dalam Ulangan kemarin karena waktu yang disediakan terlalu sempit.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa ketiga aspek tersebut
menggambarkan tanda-tanda Apakah seseorang dapat dikatakan optimis atau bukan yaitu
tentang bagaimana cara seseorang dalam menjelaskan kejadian kejadian buruk, cara
seseorang memandang satu kebiasaan dari pikiran yang pernah dialami saat masa kanak-
kanak dan remaja, dan satu pikiran bahwa seseorang dapat diterima dan dihargai atau tidak
diterima dan tidak dihargai oleh orang lain, yaitu meliputi aspek permanen dan personalis.
Adapun ciri-ciri optimisme menurut pandangan para ahli seligman 2005 mengatakan
bahwa orang yang optimis percaya bahwa kegagalan hanyalah satu kemunduran yang bersifat
sementara dan penyebabnya pun terbatas kau mereka juga percaya bahwa hal tersebut muncul
bukan diakibatkan oleh faktor dari dalam dirinya melainkan akibat oleh faktor luar. Adapun
ciri-ciri optimis yaitu :
1. Jarang terkejut oleh kesulitan Hal ini dikarenakan orang yang optimis berani menerima
kenyataan dan mempunyai penghargaan yang besar pada hari esok
2. Mencari pemecahan sebagian permasalahan titik orang primis berpandangan bahwa Tugas
apa saja tidak peduli sebesar Apapun masalahnya bisa ditangani kalau kita memecahkan
bagian-bagian dari yang cukup kecil. Mereka membagi pekerjaan menjadi kepingan-kepingan
yang bisa ditangani
3. Merasa yakin bahwa mampu mengendalikan atas nama depan mereka titik individu merasa
yakin bahwa dirinya mempunyai kekuasaan yang besar sekali terhadap keadaan yang
mengelilinginya. Yakin bahwa individu menguasai keadaan ini membantu mereka bertahan
lebih lama setelah lain-lainnya menyerah
4. Memungkinkan memungkinkan terjadinya pembaharuan secara teratur orang yang
menjaga optimisnya dan merawat antusiasnya dalam waktu bertahun-tahun adalah individu
yang mengambil tindakan secara sadar dan tidak sadar untuk melawan dorongan atau
keinginan pribadi untuk memastikan bahwa sistem tidak meninggalkan mereka
5. Menghentikan pemikiran yang negatif. Optimis bukan hanya menyala menyalah
pemikirannya yang negatif dan menggantikannya dengan pemikiran yang lebih logis, mereka
juga berusaha melihat banyak hal sedapat mungkin dari segi pandangan yang menguntungkan
6. Meningkatkan kekuatan apresiasi yang kita ketahui bahwa dunia ini dengan semua
kesalahannya adalah dunia besar yang penuh dengan hal-hal baik untuk dirasakan dan
dinikmati
7. Menggunakan imajinasi untuk melatih sukses optimis akan mengubah pandangannya
hanya dengan mengubah penggunaan imajinasinya mereka belajar mengubah kekhawatiran
menjadi bayangan yang positif
8. Selalu gembira bahkan ketika tidak bisa merasa bahagia optimis berpandangan bahwa
dengan perilaku ceria akan lebih merasa optimis
9. Merasa yakin bahwa memiliki kemampuan yang hampir tidak terbatas untuk diukur titik
optimis tidak peduli berapapun umurnya individu mempunyai keyakinan Yang Sangat kokoh
karena apa yang terbaik Dari Dirinya belum tercapai
10. Suka bertukar berita baik di optimis berpandangan apa yang kita bicarakan dengan orang
lain mempunyai pengaruh yang penting terhadap suasana hati kita
11. Membina cinta dalam kehidupan titik-titik saling mencintai sesama mereka titik individu
mempunyai hubungan yang sangat erat individu memperhatikan orang-orang yang sedang
berada dalam kesulitan dan menyentuh banyak arti kemampuan titik kemampuan untuk
mengagumi dan menikmati banyak hal pada diri orang lain merupakan daya yang sangat kuat
yang membantu mereka memperoleh optimis
12. Menerima apa yang tidak bisa diubah titik optimis berpandangan orang yang paling
bahagia dan paling sukses adalah orang yang ringan kaki yang berhasrat mempelajari cara
baru yang menyesuaikan diri dengan sistem baru setelah sistem lama tidak berjalan
3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi optimis
a.Pesimis banyak yang menyatakan Mereka ingin bisa lebih positif tetap berpikir mereka
terkutuk dengan sifat pesimis tik dan untuk dapat mengubah dirinya dari pesimis menjadi
Optimus dapat-dapat rencana tindakan yang ditetapkan sendiri
b. Pengalaman bergaul dengan orang lain kemampuan untuk mengagumi dan menikmati hal
pada diri orang lain merupakan daya yang sangat kuat sehingga dapat membantu mereka
memperoleh optimis
c. Prasangka, prasangka hanyalah prasangka bisa merupakan fakta bisa pula tidak.
Individu akan mempengaruhi hampir seluruh kehidupannya antara lain dalam bidang
berikut :
a. Pendidikan dalam bidang prestasi yang pesimis berada di bawah potensi mereka yang
sesungguhnya sedangkan orang klinis dapat melebihi potensi yang mereka miliki orang yang
optimis lebih berhasil daripada Orang yang pesimis meskipun Orang yang pesimis itu
mempunyai minat dan bakat relatif sebanding
b. Pekerjaan individu yang berpandangan optimis lebih sulit menghadapi berbagai tantangan
sehingga akan lebih sukses dalam bidang pekerjaan dibandingkan individu yang
berpandangan pesimis.
c. Lingkungan tumbuhnya optimisme dipengaruhi oleh pengalaman bergaul dan orang-orang
mendukung menambahkan bahwa kritik pesimis dari orang-orang yang dihormati seperti
orang tua. Guru dan pelatih agar membuat negara memulai kritik terhadap dirinya dengan
gaya penjelasan yang pesimis pula
d. Konsep diri individu dengan konsep diri yang tinggi selalu termotivasi untuk menjaga
pandangannya positif tentang dirinya dan jika individu memandang hal-hal positif dalam
dirinya maka individu tersebut akan melakukan refleksi diri dan akan merefleksi
pengalamannya yang bermacam-macam dan apa yang dia ketahui sehingga individu dapat
mengetahui dirinya dan dunia sekitarnya
Fungsi dan manfaat optimisme dalam kesehatan.
Menurut Ubaedy 2007 terdapat beberapa fungsi optimis yang dibagi menjadi 3 bagian
diantaranya sebagai berikut :
1. Sebagai energi positif mengatakan bahwa esensi menjadi orang Optimis adalah
menghindarkan diri dari kondisi batin yang terburuk hanyut dan larut ke dalam realitas buruk
2. Sebagai perlawanan singkat perlawanan seseorang terhadap masalah atau bahkan
hambatan yang dihadapi terkait dengan tingkat keoptimisan nya. Orang dengan optimis kuat
biasanya punya perlawanan yang kuat untuk menyelesaikan masalah
3.. sebagai sistem pendukung juga berfungsi sebagai sistem pendukung Apabila seseorang
mengingatkan keberhasilan maka ia berpikir akan berhasil memiliki kemampuan untuk
berhasil mempunyai sikap yang dibutuhkan untuk berhasil dan melakukan hal-hal yang
dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan
Optimisme dalam perspektif Islam optimisme merupakan sikap selalu mempunyai
harapan baik dalam segala hal serta kecenderungan untuk mengharapkan hasil yang
menyenangkan titik optimisme juga dapat diartikan berpikir positif. Berpikir optimis dalam
Islam adalah wujud keyakinan hamba kepada rabbnya dalam surat Ali Imron ayat 139 yang
artinya janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati padahal
Kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya Jika kamu orang-orang beriman..
Dalam melihat suatu permasalahan Islam mengajarkan untuk melihatnya dari sudut
pandang positif. Dalam Islam hal tersebut kita kenal dengan istilah husnudzon husnudzon
artinya berbaik sangka perilaku Sultan ini termasuk akhlak terpuji yang wajib dimiliki oleh
orang muslim. Sifat ini sangat diperbolehkan oleh Allah Subhanahu ta'ala namun
kebalikannya itu sebutan atau buruk sangka yang sangat dilarang oleh Allah dalam Alquran
Allah berfirman
يايهاالذين امنوااجتنبواكثيرامن الضن اثم ولا يغتب بعضكم بعضا ايحب احدكم انيا كل لحم اخيه ميتا فكرهتموه واتقوا الله
ان الله تواب رحيم
“hai hai orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan prasangka kecurigaan an
dari prasangka itu dosa dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan
daging saudaranya yang sudah mati maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya dan
bertakwalah kepada Allah Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat dari maha
penyayang” QS ALHUJURAT 12
Sebagaimana Surat Al Hujurat secara keseluruhan, ayat 12 ini juga tergolong madaniyah.
Yakni turun sesudah Rasulullah hijrah ke Madinah, tepatnya tahun 9 hijrah. Al Hujurat
( )الحجراتyang menjadi nama surat ini diambil dari ayat 4. Arti al hujurat adalah kamar-
kamar. Yakni kamar-kamar tempat kediaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersama istri-istri beliau.
Tafsir Surat Al Hujurat ayat 12 ini disarikan dari Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil Quran,
Tafsir Al Azhar, Tafsir Al Munir dan Tafsir Al Misbah. Harapannya, agar ringkas dan mudah
dipahami.
Poin pertama dari Surat Al Hujurat ayat 12, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan
orang beriman untuk menjauhi prasangka buruk.
ِإ ْثمَ ال َّظ َن َب ْع ََض ِإ َن ال َّظ َن ِم َنَ َك ِث ر ًيا ا ْج َت ِن ُبوا َآ َم ُنوا ا َّل ِذي َنَ َأ ُّي َها َيا
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian
dari purba-sangka itu dosa. (QS. Al Hujurat: 12)
Kata ijtanibuu ( )إجتنبواberasal dari kata janb ( )جنبyang artinya adalah samping.
Mengesampingkan sesuatu berarti menjauhkan dari jangkauan tangan. Penambahan huruf ta’
( )تberfungsi penekanan sehingga artinya bersungguh-sungguhlah menjauhi. Kedua, kata
katsiran ( )كثيراartinya adalah banyak, meskipun biasa diterjemahkan sebagai kebanyakan.
Tiga dari sepuluh adalah banyak. Enam dari sepuluh adalah kebanyakan. Berikutnya, kata
dhan ( )ظنartinya adalah dugaan. Namun dalam ayat ini, dhan yang dilarang dan menjadi
dosa adalah dugaan buruk.
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, melalui Surat Al Hujurat ayat 12 ini, Allah
melarang hamba-hambaNya yang beriman dari banyak berprasangka buruk. Yakni
mencurigai orang lain dengan tuduhan buruk yang tidak berdasar. Karena sebagian dugaan
itu adalah murni dosa, maka ia harus dijauhi sebagai tindakan preventif. Poin kedua dari
Surat Al Hujurat ayat 12, Allah melarang memata-matai dan mencari-cari keburukan orang
lain. تَ َج َّس ُسوا َو َلا..Dan janganlah mencari-cari keburukan orang.. (QS. Al Hujurat: 12) Kata
tajassasuu ( )تجسسواberasal dari kata jassa ()جس, yaitu upaya mencari tahu dengan cara
tersembunyi. Dari kata itu pula, mata-mata disebut jaasus ()جاسوس. Poin ketiga dari Surat Al
Hujurat ayat 12, Allah melarang ghibah.
ََوَل َي ْغ َت ْ َب ََب ْع ُض ُك ْم َبَ ْع ًضا َأ ُي ِح ُّ َب ََأ َح ُد ُك ْم َأ َْن َي ْأ ُك ََل ََل ْح َم َ َم ْي ًتا َف َك ِر ْه ُت ُمو َُه
أ ِخي َِه
dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang
daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
(QS. Al Hujurat: 12)
Kata yaghtab ( )يغتبterambil dari kata ghiibah ( )غيبةyang berasal dari kata ghaib ( )غيبyaitu
tidak hadir. Ghibah adalah membicarakan sesuatu tentang orang yang tidak hadir yang jika
orang tersebut mengetahuinya maka dia tidak suka.
َر ِحيم تَ َّواب َل َّلاَ ِإ َّن َل َّلاَ َواتَّقُوا
Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi
ang.” (QS. Al Hujurat: 12)
Allah kembali mengingatkan agar orang-orang mukmin bertaqwa kepada Allah. Sebab
dengan taqwa, seseorang akan terjaga dari buruk sangka, mencari keburukan orang lain dan
ghibah.
“Jika selama ini perangai yang buruk ini ada pada dirimu, mulai sekarang segeralah
hentikan dan bertaubatlah dari kesalahan yang hina itu disertai penyesalan dan bertaubat,”
kata Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar ketika menafsirkan Surat Al Hujurat ayat 12 ini.
“Allah senantiasa membuka pintu kasih sayang-Nya, membuka pintu selebar-lebarnya
menerima kedatangan para hamba-Nya yang ingin menukar perbuatan yang salah dengan
perbuatan baik, kelakuan durjana dengan akhlak terpuji.”
Kata attawwab ( )أخويكمsering diartikan penerima taubat. Namun Imam Ghazali
memaknainya lebih luas. At tawwab, menurut Al Ghazali, adalah Dia (Allah) yang kembali
berkali-kali menunjukkan cara yang memudahkan hamba-Nya untuk bertaubat
Berikut ini adalah isi kandungan Surat Al Hujurat ayat 12:
Allah memerintahkan orang-orang yang beriman untuk menjauhi prasangka buruk.
Allah melarang memata-matai dan mencari-cari keburukan orang lain. Allah melarang
ghibah. Bahkan menjelaskan ghibah laksana memakan bangkai saudaranya sendiri. Buruk
sangka, memata-matai dan mencari-cari keburukan orang lain serta ghibah adalah haram serta
menjadi perusak persatuan. Padahal orang-orang beriman itu bersaudara dan harus menjaga
persatuan sebagaimana dijelaskan dalam Surat Al Hujurat ayat 10. Allah memerintahkan
orang-orang beriman untuk bertaqwa. Jika orang beriman masih melakukan perbuatan buruk
tersebut, hendaklah bertaubat dan bertaqwa. Dengan taqwa, terjagalah diri dari sifat-sifat
buruk tersebut dan dengan taqwa Allah akan menerima taubatnya. Allah senantiasa membuka
pintu taubat dan pintu kasih sayang bagi hamba-hamba-Nya yang bertaubat dan bertaqwa.
(Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya
sebagian prasangka itu adalah dosa) artinya, menjerumuskan kepada dosa, jenis prasangka itu
cukup banyak, antara lain ialah berburuk sangka kepada orang mukmin yang selalu berbuat
baik. Orang-orang mukmin yang selalu berbuat baik itu cukup banyak, berbeda keadaannya
dengan orang-orang fasik dari kalangan kaum muslimin, maka tiada dosa bila kita berburuk
sangka terhadapnya menyangkut masalah keburukan yang tampak dari mereka (dan
janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain) lafal Tajassasuu pada asalnya adalah
Tatajassasuu, lalu salah satu dari kedua huruf Ta dibuang sehingga jadilah Tajassasuu, artinya
janganlah kalian mencari-cari aurat dan keaiban mereka dengan cara menyelidikinya (dan
janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain) artinya, janganlah kamu
mempergunjingkan dia dengan sesuatu yang tidak diakuinya, sekalipun hal itu benar ada
padanya. (Sukakah salah seorang di antara kalian memakan daging saudaranya yang sudah
mati?) lafal Maytan dapat pula dibaca Mayyitan; maksudnya tentu saja hal ini tidak layak
kalian lakukan. (Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya) maksudnya,
mempergunjingkan orang semasa hidupnya sama saja artinya dengan memakan dagingnya
sesudah ia mati. Kalian jelas tidak akan menyukainya, oleh karena itu janganlah kalian
melakukan hal ini. (Dan bertakwalah kepada Allah) yakni takutlah akan azab-Nya bila kalian
hendak mempergunjingkan orang lain, maka dari itu bertobatlah kalian dari perbuatan ini
(sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat) yakni selalu menerima tobat orang-orang yang
bertobat (lagi Maha Penyayang) kepada mereka yang bertobat1
1 Tafsir jalalain
Di Hadist juga dijelaskan
لا طيرة وخيرها الفأل:قال النبي صلى الله عليه وسلم
الكلمة الصالحة يسمعها أحدكم: وما الفأل يا رسول الله ؟ قال:قالوا
Nabi Saw. bersabda: “tidak ada thiyarah dan yang terbaik adalah al-fa’l. Para sahabat
bertanya, al-Fa’l itu apa wahai Rasul? Rasulullah Saw. bersabda: “kata yang baik yang salah
seorang kalian perdengarkan.”
Bersikap optimis masuk ke dalam ruang lingkup keyakinan bahwa segala sesuatu ini
merupakan bagian dari takdir Allah. Dan, takdir yang telah Allah tetapkan adalah bagian dari
kasih sayang Allah Swt. kepada seantero makhluk-Nya. Inti dari sikap optimis Rasulullah
Saw. juga diwujudkan dalam hal-hal yang sangat sederhana, tapi Rasulullah Saw.
mengajarkan pentingnya menunjukkan sikap positif dalam segala sisi kehidupan. Dalam
berbagai kesempatan, bahkan Rasulullah Saw. menunjukkan sikap positif dan optimis,
misalnya ketika ingin pergi ke suatu tempat atau menemui seseorang, dengan mendengar
namanya. Ini digambarkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal
dari Buraidah ra.
ولكنه إذا أراد أن يأتي أرضا سأل عن اسمها فإن كان حسنا رؤي،كان رسول الله صلى الله عليه وسلم لا يتطير من شيء
وإن كان قبيحا رئي ذلك في، وكان إذا بعث رجلا سأل عن اسمه فإن كان حسن الاسم رئي البشر في وجهه.ذلك في وجهه
2وجهه
Rasulullah Saw. itu tidak pernah meramal nasib sedikitpun. Tetapi jika ia ingin
mendatangi suatu tempat, dia bertanya apa nama tempat itu. Jika nama tempat itu baik,
ekspresi (kesenangannya) terlihat di wajahnya. Jika nama tempat itu buruk, eskpresi
(ketidaksukaan juga) terlihat di wajahnya (H.R. Ahmad)
Bahkan, ekspresi kesenangan beliau terhadap sesuatu yang bersifat optimisitik atau aura
positif juga tergambar dari cara beliau menyikapi nama seseorang. Ini digambarkan dalam
sebuah riwayat yang dikisahkan oleh Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah dalam kitab Miftah Dar as-
Sa’adah. Riwayat tersebut bersumber dari Ibn ‘Abd al-Bar dari Ya’isy al-Ghifari,
2 Hadis arbain nawawi
B. TAWAKKAL
1. Pengertian Tawakal
Kata tawakkal berasal dari bahasa Arab at-tawakkul yang dibentuk dari kata
وكلyang berarti mewakilkan atau menyerahkan diri. Kata tawakkal juga dapat
dimaknai menyerahkan segala perkara, ihktiar, dan usaha yang dilakukan kepada
Allah swt serta berserah diri sepenuhnya kepada Allah untuk mendapatkan manfaat
atau menolak yang mudarat. Secara istilah kata tawakkal dapat diartikan sebagai sikap
menyandarkan diri kepada Allah swt tatkala menghadapi suatu kepentingan.
Bersandar kepadaNya dalam waktu kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana
disertai jiwa yang tenang dan hati yang tenteram. Tawakkal juga di
artikan sikap bersandar dan mempercayakan diri kepada Allah, Tuhan Yang Maha
Esa. Tawakkal merupakan implikasi langsung iman seorang hamba kepada Allah,
maka tidak ada tawakkal tanpa iman demikian juga sebaliknya. Pendapat yang hampir
senada seperti yang dikemukakan oleh Harun Nasution ketika beliau membicarakan
tentang maqamat dalam tasawuf, tawakkal adalah: Menyerahkan diri kepada qada dan
keputusan Allah. Selamanya dalam keadaaan tenteram, jika mendapat pemberian
berterima kasih, jika mendapatkan apa-apa bersikap sabar dan menyerah kepada qada
dan qadar tuhan, tidak memikirkan hari esok, baginya cukup apa yang ada hari ini.
Tidak mau makan jika ada orang yang lebih berhajat pada makanan tersebut daripada
dirinya. Percaya kepada janji Allah. Menyerah kepada Allah dengan Allah dan karena
Allah. Bahkan sungguhpun tak ada padanya, selalu merasa tentram. Kendatipun apa
adanya dalam kehidupannya.
Beberapa definisi lain dapat dikemukakan dibawah ini :
a. Amin Syukur dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Studi Islam” dengan
singkatan menyatakan, tawakal artinya memasrahkan diri kepada Allah. 9 Dalam buku
lainnya yang berjudul “Tasawuf Bagi Orang Awam” merumuskan “tawakal” adalah
membebaskan hati dari ketergantungan kepada selain yang Allah SWT, dan menyerahkan
segala keputusan hanya kepada-Nya).
b. Imam Qusairi dalam bukunya yang berjudul Risalah Qusyairiyyah menjelaskan
bahwa : menurut Abu Nashr As-Siraj Ath-Thusi, Syarat tawakal sebagaimana yang di
ungkapkan oleh Abu Turab An- Nakhsyabi adalah melepaskan anggota tubuh dalam
penghambaan, menggantungkan hati dengan keutuhan, dan bersikap merasa cukup. Apabila
dia diberikan sesuatu, maka dia bersyukur, apabila tidak maka ia bersabar. Menurut Dzun
Nun Al-Mishri, yang dimaksud tawakal adalah meninggalkan hal-hal yang diatur oleh nafsu
dan melepaskan diri dari daya upaya dan kekuatan. Seseorang hamba akan selalu
memperkuat ketawakalannya apabila mengerti bahwa Allah SWT selalu mengetahuinya dan
melihat segala sesuatu. Abu Ja’far bin Fjar mengatakan, “Saya pernah melihat seorang laki-
laki yang mengetahui Unta Aisyah kerena dia sangat cerdik. Ia dipukul dengan cambuk,
saya bertanya kepadanya, “dalam keadaan bagaimana sakitnya pukulan lebih mudah
diketahui? “Dia menjawab, Apabila kita dipukul karena dia, maka tentu dia
mengetahuinya”. Husein bin Manshur pernah bertanya kepada Ibrahim Al-Khawwash, “Apa
yang telah engkau kerjakan dalam perjalanan dan meninggalkan padang pasir ?” “Saya
bertawakal dengan memperbaiki diriku sendiri.”
d. Menurut Imam Al-Ghazali, tawakal adalah pengendalan hati kepada Tuhan Yang
Maha Pelindung karena segala sesuatu tidak keluar dari ilmu dan kekuasaan-Nya,
sedangkan selain Allah tidak dapat memnahayakan dan tidak dapat manfaat3
e. Menurut Muhammad bin Hasan Asy-Syarif, tawakal adalah orang yang
mengetahui bahwa hanya Allah penanggung rizkinya dan urusannya. Oleh karena itu ia
bersadar kepada-Nya semata-mata dan tidak bertawakal kepada selainnya.
Dalam konteks Tasawuf, sebelum seorang calon sufi menjadi sufi maka terlebih
dahulu harus melewati jenjang atau maqamat yang tujuannya adalah untuk membersihkan
jiwa agar mudah berhubungan dengan Allah. Tawakkal adalah jenjang ke-enam sebelum
sampai ke jejang berikutnya yaitu Ridha. Ada bebepa jenjang atau maqamat yang harus
dilalui seorang sufi: Taubat, Zuhud, Wara’, Fakir, Sabar, Tawakkal, Ridha. Maqamat-
maqamat tersebut merupakan tempat penyucian diri bagi orang yang memasuki jalan
tasawuf, artinya seseorang yang sudah berhasil menjalani tahapan sampai ketingkat ridha
belumlah disebut sufi tetapi apa bila telah sampai ke tingkat hal / ahwal barulah sesorang
tersebut dikatakan sufi. Hal / ahwal adalah kondisi kejiwaan seorang sufi terhadap Allah.
DalamDalam penerapannya tawakkal terdiri atas tiga tingkatan yaitu: Hati selalu senantiasa
merasa tenang dan tenteram terhadap apa yang di janjikan Allah swt. Kemudian Taslim
yaitu menyerahkan urusan kepada Allah swt karena Allah mengetahui segala sesuatu
mengenai diri dan keadaanya. Tingkatan ketiga yaitu tafwid yaitu rida atau rela menerima
segala ketentuan Allah bagaima bentuk dan keadaannya. Keyakinan utama yang mendasari
3Imam Al-Ghazali, Muhtasar Ihya Ulumuddin, Ter. Zaid Husein al-Hamid, Pustaka Amani, Jakarta, 1995,hlm.
290.
tawakkal adalah keyakinan sepenuhnya akan kekuasaan dan kebesaran Allah. Karena itu
tawakkal merupakan bukti nyata seberapa besar kadar keimanan kepada Allah, karena
bertawakkal tertanam iman yang kuat bahwa segala sesuatu terletak di tangan Allah swt,
tidak seorangpun dapat berbuat dan menghasilkan sesuatu tanpa izin dan kehendak Allah
swt.
Soal tawakal ini pernah dijelaskan dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Umar bin
Khattab RA dari Rasulullah SAW, beliau bersabda:
تَ ْغدُو ِخ َما ًصا َوتَ ُر ْو ُح ِب َطانًا، لَ ُر ِز ْقتُم َك َما تُ ْر َز ُق ال َّط ْي ُر،َل ْو أَ ّنَ ُك ْم ُك ْنتُ ْم تَ َو َّكلُ ْو َن َعلَى َل َّلاِ َح َّق تَ َو ُّك ِل ِه
benar tawakal maka Allah -Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar“
akan memberi rezeki kalian sebagaimana Allah memberi rezeki burung, pergi pagi hari
”.dalam keadaan lapar dan kembali dalam keadaan kenyang
Dalam hadits yang mulia ini, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa orang-orang yang
bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, niscaya akan dicukupkan rezekinya
oleh Allah sebagaimana Dia mencukupi rezeki burung-burung. Betapa tidak, Allah adalah
Dzat Yang Mahahidup, dan Yang tidak pernah mati. Karena itu, barangsiapa bertawakal
kepada-Nya, niscaya Allah SWT akan mencukupi segala kebutuhannya.
Dalam beberapa ayat ditegaskan di (QS Al-An'am: 102).
َٰذَ ِل ُك ُم ٱََّّللُ َر ُّب ُك ْم ۖ َل ٓا ِإَٰ َلهَ إِ َّلا ُه َو ۖ َٰ َخ ِل ُق ُك ِل َش ْى ٍء فَٱ ْعبُدُوهُ ۚ َو ُه َو َع َل َٰى ُك ِل َش ْى ٍء َو ِكيل
(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada
Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah
Pemelihara segala sesuatu. (Demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan
selain Dia; pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia) esakanlah Dia (dan Dia
adalah pemelihara segala sesuatu) yang memelihara semuanya.4
4 Tafsir jalalain
Żāt yang memiliki sifat-sifat seperti demikian itulah Rabb kalian, wahai manusia.
Maka tidak ada tuhan lain selain Dia. Dan tidak ada sembahan yang benar selain Dia. Karena
Dia lah Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia saja. Karena hanya Dia lah yang berhak
disembah. Dan Dia Maha Menjaga segala sesuatu.5
Sesungguhnya yang disifati menggunakan sifat-sifat sebelumnya itu adalah Allah,
Tuhan kalian yang merupakan satu-satunya Tuhan yang Esa, tiada Tuhan bagi kalian selain
Dia. Dialah Dzat yang Maha Menciptakan setiap sesuatu. Jadi Dialah yang berhak untuk
disembah, maka sembalah Dia. Dan Dia itu Maha Mengawasi segala sesuatu6.
Di jelaskan juga di alqur’an surah An-Nisa’ Ayat 81
َِويَقُولُو َن َطا َعة فَإِذَا َب َر ُزو ۟ا ِم ْن ِعن ِد َك َبيَّ َت َطآ ِئفَة ِم ْن ُه ْم َغ ْي َر ٱ َلّ ِذى تَقُو ُل ۖ َوٱََّّللُ يَ ْكتُ ُب َما يُ َب ِيتُو َن ۖ فَأَ ْع ِر ْض َع ْن ُه ْم َوتَ َو َّك ْل َعلَى ٱََّّللِ ۚ َو َكفَ َٰى بِٱََّّلل
َو ِكي ًلا
“Dan mereka (orang-orang munafik) mengatakan: "(Kewajiban kami hanyalah) taat". Tetapi
apabila mereka telah pergi dari sisimu, sebahagian dari mereka mengatur siasat di malam
hari (mengambil keputusan) lain dari yang telah mereka katakan tadi. Allah menulis siasat
yang mereka atur di malam hari itu, maka berpalinglah kamu dari mereka dan tawakallah
kepada Allah. Cukuplah Allah menjadi Pelindung”
(Dan mereka berkata) maksudnya orang-orang munafik, jika mereka datang
kepadamu, "Kewajiban kami hanyalah (taat) kepadamu." (Tetapi apabila mereka telah keluar
dari sisimu, segolongan di antara mereka menyembunyikan) ta diidgamkan kepada tha dan
boleh pula tidak (lain dari apa yang mereka katakan) padamu di hadapanmu tadi berupa
ketaatan, tegasnya mereka menyembunyikan kedurhakaan mereka (Allah menulis)
maksudnya menyuruh malaikat menulis (apa yang mereka sembunyikan itu) yakni dalam
buku-buku catatan mereka agar menerima pembalasan nanti (maka berpalinglah kamu dari
mereka) dengan memaafkan mereka (dan bertawakallah kepada Allah) artinya percayalah
kepada-Nya karena Dia pasti melindungimu (dan cukuplah Allah itu sebagai pelindung) atau
tempat bertawakal7
Dan mereka itu berkata:"Kami ta'at", tetapi apabila ber- pisah daripadamu, maka
segolongan dari mereka, mereka-reka pada malam lain dari yang mereka katakan, tetapi
Allah menulis apa yang mereka reka-reka pada malam itu. Lantaran itu, berpa- linglah dari
mereka dan berserah dirilah kepada Allah, karena Allah itu cukup sebagai Pembela, Kalau
5 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
6 Tafsirr Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir
Universitas Islam Madinah
7 Tafsir jalalain
begitu, apakah mereka tidak mau tadabbur akan Qur 'an? Karena jika adalah ia dari sisi yang
lain dari Allah, niscaya mereka dapati padanya perselisihan yang banyak.8
( َطا َعة َو َيقُولُو َنDan mereka (orang-orang munafik) mengatakan: “(Kewajiban kami
hanyalah) taat”) Yakni apabila mereka di sisimu mereka mengatakan: kami diperintah untuk
taat. ( ِعن ِد َك ِم ْن بَ َر ُزو ۟ا َفإِذَاTetapi apabila mereka telah pergi dari sisimu) Yakni telah keluar dari
sisimu. ( ِم ْن ُه ْم َطآ ِئ َفة بَيَّ َتsebahagian dari mereka mengatur siasat di malam hari) Sebagian mereka
mengubah perkataan mereka. (( ۖۖ تَقُو ُل الَّ ِذى َغ ْي َرmengambil keputusan) lain dari yang telah
mereka katakan tadi) Yakni dengan perkataan selain perkataan yang kamu katakan kepada
mereka tadi, dan perintah selain perintah yang kamu perintahkan. Pendapat lain mengatakan
makna dari kalimat ini adalah mereka mengubah dan mengganti perkataanmu dalam masalah
perjanjian yang kamu ambil atas mereka. ُ( يُ َب ِيتُو َن َما َي ْكتُ ُب َواللهAllah menulis siasat yang mereka
atur di malam hari itu) Yakni menulisnya dalam kitab catatan amal mereka, dan membalas
mereka atas hal itu. ( َع ْن ُه ْم َفأَ ْع ِر ْضmaka berpalinglah kamu dari mereka) Yakni biarkanlah
mereka dan urusan mereka sampai kamu mempunyai kemungkinan untuk membalas mereka.9
Dijleaskan juga di Al-Qur’an Surah Al anfal Ayat 61
َو ِإن َجنَ ُحو ۟ا ِلل َّس ْل ِم َفٱ ْج َن ْح َل َها َوتَ َو َّك ْل َع َلى ٱََّّللِ ۚ ِإ َّن ۥهُ ُه َو ٱل َّس ِمي ُع ٱ ْل َع ِلي ُم
“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui”
(Dan jika mereka condong) cenderung (kepada perdamaian) boleh dibaca lissilmi dan
boleh pula dibaca lissalmi, artinya perdamaian (maka condonglah kepadanya) adakanlah
perjanjian dengan mereka untuk itu. Akan tetapi menurut Ibnu Abbas r.a. bahwa ayat ini
dimansukh hukumnya oleh ayat perintah untuk berperang. Mujahid mengatakan, bahwa
hukum yang terkandung di dalam ayat ini khusus hanya menyangkut ahli kitab sebab ayat ini
diturunkan berkenaan dengan orang-orang Yahudi Bani Quraizhah (dan bertawakallah
kepada Allah) percayalah kepada-Nya. (Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar)
perkataan (lagi Maha Mengetahui) perbuatan10
8 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
9 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad
Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah
10 Tafsir jalalain
( لَ َها َفا ْجنَ ْح ِلل َّس ْل ِم َجنَ ُحو ۟ا َو ِإنDan jika mereka condong kepada perdamaian, maka
condonglah kepadanya) Yakni apabila mereka menginginkan perdamaian maka terima dan
harapkanlah juga perdamaian. Terdapat pendapat mengatakan bahwa hukum ayat ini telah
dinasakh. ( ۚۖ الل ِه َع َلى َوتَ َو َّك ْلdan bertawakkallah kepada Allah) Yakni bertawakkallah kepada
Allah dalam kecondongan kamu untuk berdamai dengan mereka dan janganlah takut dari tipu
daya mereka karena Allah Sesungguhnya Maha Mendengar apa yang mereka katakan dan
Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.11
Jika mereka condong untuk melakukan perdamaian, maka condonglah kepadanya dan
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar segala perkataan
lagi Maha Mengetahui segala perbuatan dan maksud hati12
Hadis arbain nawawi
،ََََُذقَه[اِواَأَُِاقَتفََللْنَ ََدَُّيجاَْْعالِبصعْنَََُُِكهرْحهْفَِرَْمِشَكاَكفبء،َِاعَةإب َه:ِفَْمُعمَ َاُذْكاسلَْلأنُِْلَليسَ ُشََََتركمَتَدتَو،َ ََلِوأقِ]إاُبَيََِفننَْالَََْلخواْاًلسلسَاََرأْعاِكََْليلل.ََوَالامنلاِو:عَمَحَْكَيَن ََأُعكاَْلح َْْْنيَنسِ َهَسََتلع ََْعنَامَْنللََأُلََاْحخَتْدََج َيَتطصوََِّإأََمََذُثَلاعكَ ا،َِيَصف َُْياوَصبْ َُّسَسضَحَّْتلكوي،َ ِفَا،ًَيَاََكب ََْفعلَرََلْقكَْوَماامََيَِبولَِبَةَماَيالِْ ِْوللوِشُِهيمء:شِْإاََويءَلِرُِْاإكَنليُْأَلمَنُغمََيذللَ َةَْاُمََُيأمَ َُّأ َضيَنَْغاور َص َوا:، ََُْْلَعكدعَِ َُلَهَلََْكملَََمتاا َاِبلل َُُْيَهَلجتَ َْتاَُأقخَْمَْ ِعحَدَِّطَلع َفِئُبمََِْتَََظكِ َكَْل:َأَِنَت َْظِاََنوجلا،،َعَيَفِ ْنااَأتََل َفلنمََُالَععََْْْلماوْيَََْضَحَكَكََأكف،َِْعْرِشفََرمَكءَع،َت ِج َْدماَُهَلِعَإراا ََْللَلخَوََفياَلََِْنءَرجاََ ِفْفَجُِحعََفَِْوفَوأَتاَِْاَنلكَظَلِ ََلاَأَليلِْْإق ََْملح َصاَِلَبُْفمَََِْتيَُظ
Terjemah hadits / الحديث ترجمة:
Dari Abu Al Abbas Abdullah bin Abbas radhiallahuanhuma, beliau berkata : Suatu saat saya
berada dibelakang nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, maka beliau bersabda : Wahai
ananda, saya akan mengajarkan kepadamu beberapa perkara: Jagalah Allah, niscaya dia
akan menjagamu, Jagalah Allah niscaya Dia akan selalu berada dihadapanmu. Jika kamu
meminta, mintalah kepada Allah, jika kamu memohon pertolongan, mohonlah pertolongan
kepada Allah. Ketahuilah sesungguhnya jika sebuah umat berkumpul untuk mendatangkan
manfaat kepadamu atas sesuatu, mereka tidak akan dapat memberikan manfaat sedikitpun
kecuali apa yang telah Allah tetapkan bagimu, dan jika mereka berkumpul untuk
mencelakakanmu atas sesuatu , niscaya mereka tidak akan mencelakakanmu kecuali
kecelakaan yang telah Allah tetapkan bagimu. Pena telah diangkat dan lembaran telah
kering.13
11 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad
Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah
12 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas
Islam Madinah
13 Hadis Arbain Nawawi
(Riwayat Turmuzi dan dia berkata : Haditsnya hasan shahih). Dalam sebuah riwayat selain
Turmuzi dikatakan : Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapatkan-Nya didepanmu.
Kenalilah Allah di waktu senggang niscaya Dia akan mengenalmu di waktu susah.
Ketahuilah bahwa apa yang ditetapkan luput darimu tidaklah akan menimpamu dan apa yang
ditetapkan akan menimpamu tidak akan luput darimu, ketahuilah bahwa kemenangan
bersama kesabaran dan kemudahan bersama kesulitan dan kesulitan bersama kemudahan).
Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الحديث من الفوائد:
Perhatian Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam dalam mengarahkan umatnya serta
menyiapkan generasi mu’min idaman. Termasuk adab pengajaran adalah menarik perhatian
pelajar agar timbul keinginannya terhadap pengetahuan sehingga hal tersebut lebih terkesan
dalam dirinya. Siapa yang konsekwen melaksanakan perintah-perintah Allah, nicsaya Allah
akan menjaganya di dunia dan akhirat. Beramal shalih serta melaksanakan perintah Allah
dapat menolak bencana dan mengeluarkan seseorang dari kesulitan. Tidak mengarahkan
permintaan apapun (yang tidak dapat dilakukan makhluk) selain kepada Allah semata.
Manusia tidak akan mengalami musibah kecuali berdasarkan ketetapan Allah ta’ala .
Menghormati waktu dan menggunakannya kepada sesuatu yang bermanfaat sebagaimana
Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam memanfaatkan waktunya saat beliau berkendaraan.
Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya' Ulumiddin mendefinisikan tawakal sebagai
"penyandaran hati hanya kepada wakil (yang ditawakali) semata. Sedangkan menurut
Allamah Al-Manawi tawakal adalah "menampakkan kelemahan serata penyandaran (diri)
kepada yang ditawakali".
Apakah tawakal identik dengan sikap pasif dan apatis? Dalam Alquran perintah bertawakal
terulang sebanyak sebelas kali; sembilan berbentuk tunggal dan dua berbentuk jamak.
Kesemuanya selalu awali perintah melakukan sesuatu. Sebagai contoh:
Rasulullah SAW menyerupakan orang yang bertawakal dan diberi rezeki itu dengan
burung yang pergi dipagi hari untuk mencari rezeki dan pulang sore hari dalam keadaan
kenyang. Kita tahu bahwa burung tidak memiliki sandaran apapun, baik perdagangan,
pertanian, dan lainnya. Ia keluar dari sarang dengan bekal tawakal kepada Allah SWT yang
kepada-Nya ia bergantung.
Rasul senantiasa mengajak para sahabatnya bermusyawarah mengenai suatu
persoalan yang terjadi untuk menjadikan hati mereka senang dan agar hati mereka lebih
semangat dalam berbuat. Nabi selalu bermusyawarah dengan para sahabatnya baik dalam
masalah perang atau masalah-masalah lainnya.kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, maka bertawakkal lah kepad Allah. Artinya jika kamu telah bermusyawarah dengan
mereka mengenai suatu masalah, lalu kamu telah benar-benar bulat terhadap keputusan
yang dihasilkan maka berawakkal lah kepada Allah.
Prinsip-prinsip musyawarah tidak secara spesifik di jelaskan dalam Alquran.
Alquran hanya menerangkan secara umum bagaimana prinsip-prinsip musyawarah tersebut.
Demikian juga halnya hadis hanya menjelaskan secara umum prinsip-prinsip musyawarah,
meskipun dalam hal tertentu hadis banyak menjelaskan prinsip-prinsip umum yang terdapat
dalam al-Qur’an.Salah satu contonya adalah suksesi yang dilakukan oleh empat khalifah
beliau (nabi Muhammad Muhammad saw) nyaitu, Abu Bakar Siddiq, Umar Bin Khattab,
Usman Bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Dalam
proses suksesi tersebut pengangkatan Abu Bakar dengan cara di Ba’iat, Umar bin Khattab
dengan cara penunjukan yang dilakukan oleh Abu Bakar sebelum beliau wafat,
pengangkatan Usman bin Affan dengan model formatur atau di sebut juga dengan dengan
Ahl al-Hal wa al-‘Aqd. Dewan ini terdiri dari 7 orang, enam orang berhak untuk di pilih dan
memilih menjadi khalifah dan satu orang tidak berhak untuk dipilih tetapi mempunyai suara
untuk memilih yaitu Abdullah bin Umar putra Umar bin Khattab, kemudian pengangkatan
Ali Bin Abi Thalib dengan cara Ba’iat.
Dalam bermusyawarah untuk mengambil keputusan diperlukan sikap:
1. Sikap lemah lembut
2. Memberi maaf dan membuka lembaran baru.
3. Permohonan ampunan ilahi.
Dalam mengambil keputusan tersebut maka diperlukan sikap legowo untuk menerima
hasil keputusan tersebut meskipun keputusan yang diambil tidak sesuai dengan keinginan
pribadi, tetapi karena dalam pengambilan keputusan dilakukan dengan musyawarah maka
hasil keputusan tersebut harus dipatuhi.
Untuk dapat mematuhi dan mentaati seluruh hasil musyawarah tersebut maka diperlukan
sikap tawakkal (menyerahkan diri kepada Allah). Tawakkal kepada Allah diperlukan setiap
kali usai mengambil keputusan penting (khususnya keputusan yang menyangkut orang
banyak melalui musyawarah), guna memperoleh keteguhan hati dan ketabahan dalam
melaksanakannya, serta agar tidak mudah mengubah keputusan tersebut, sehingga
memasrahkan diri kepada Allah, karena hanya Allah yang bisa merubah hati manusia.
Sikap tawakkal juga diperlukan apabila keputusan yang telah diambil bersama ternyata tidak
sesuai dengan kenyataan atau tidak mendapatkan hasil yang maksimal, maka tidak
akanmenyalahkan pihak lain dan berusaha untuk mencari kambing hitam terhadap
kegagalan tersebut.
Dengan kata lain tawakkal dalam konteks ayat di atas adalah agar muncul
kekokohan jiwa menghadapi lawan (khususnya orang munafik) dan agar perhatian kepada
usaha untuk menegakkan kebenaran tidak terpecah karena adanya lawan, dengan
dibarengi keyakinan bahwa Allah akan melindungi dan menjaga keyakinan kita.
Menurut Amin Syukur, tawakal ialah membebaskan hati dari ketergantungan kepada
selain Allah SWT, dan menyerahkan segala keputusan hanya kepada-Nya14. Tawakal
merupakan salah satu ibadah hati yang paling utama dan salah satu dari berbagai akhlak
iman yang agung15. Sebagaimana yang dikatakan Ghazali, tawakal berarti penyerahan diri
kepada Tuhan Yang Maha Pelindung karena segala sesuatu tidak keluar dari ilmu dan
kekuasaan-Nya, sedangkan selain Allah tidak dapat membahayakan dan tidak dapat
member manfaat.16Tawakal merupakan tempat persinggahan yang paling luas dan umum
kebergantungannya kepada Asma’ul Husna. Tawakal mempunyai kebergantungan secara
khusus dengan keumuman perbuatan dan sifat-sifat Allah. Semua sifat Allah dijadikan
gantungan tawakal. Maka siapa yang lebih banyak ma’rifatnya tentang Allah, maka
tawakalnya juga lebih kuat.17Hamka seorang ulama Indonesia menyatakan tawakal, yaitu
menyerahkan keputusan kepada perkara, ikhtiar dan usaha kepada Tuhansemesta
alam18Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tawakal adalah penyerahan segala
perkara, ikhtiar, dan usaha yang dilakukan kepada Allah SWT serta berserah diri
sepenuhnya kepada-Nya untuk mendapatkan kemaslahatan atau menolak
14Amin Syukur, Tasawuf Bagi orang Awam; menjawab problem kehidupan, Suara Merdeka bekerjasama
dengan pustaka pelajar, Yogyakarta, 2006, hlm.97.
15 Yusuf Qardawi, Tawakal, Terj. Moh. Anwari, Pustaka al-Kautsar, Jakarta, 1996,
hlm.17.
16 Abu Hamid Muhammad al-Ghazali, Muhtashar Ihya Ulum al-Din, Terj. Moh Solikhin, Pustaka Amani, Jakarta,
1995, hlm. 290.
17 Ibnu Qayyim jauziyah, Madarijus Salikin, Pendakian Menuju Allah: Penjabaran Konkrit : Iyyaka Na’budu wa
iyyaka Nasta’in. Terj. Kathur Suhardi, Pustaka al-Kautsar, Jakarta, 2003, hlm. 195.
18Hamka, Tasawuf Modern, Pustaka Panjimas, Jakarta, 1990, hlm. 232-233.
kemudaratan.Menurut ajaran islam, tawakal itu adalah landasan atau tumpuan terakhir
dalam sesuatu usaha atau perjuangan. Baru berserah diri kepada Allah setelah
menjalankan ikhtiar19 Itulah sebabnya meskipun tawakal diartikan sebagai penyerahan
diri dan ikhtiar sepenuhnya kepada Allah SWT, namun bukan berarti orang yang
bertawakal harus meninggalkan semua usaha dan ikhtiar. Menurut Amin Syukur, adalah
keliru bila orang yang menganggap tawakal dengan memasrahkan segalanya kepada
Allah SWT tanpa diiringi dengan usaha maksimal.20Usaha dan ihktiar itu harus tetap
dilakukan, sedangkan keputusan terakhir diserahkan kepada Allah SWT.
Orang yang bertawakal kepada Allah SWT tidak akan berkeluh kesah dan gelisah. Ia
akan selalu berada dalam ketenangan, ketentraman, dan kegembiraan. Jika ia memperoleh
nikmat dan karunia dari Allah, ia akan bersyukur, dan jika tidak atau kemudian misalnya
mendapat musibah, ia akan bersadar. Ia menyerahkan semua keputusan, bahkan dirinya
sendiri kepada Allah SWT. Penyerahan diri itu dilakukan dengan sungguh-sungguh dan
semata-mata karena Allah SWT.
Keyakinan utama yang mendasari tawakal adalah keyakinan sepenuhnya akan
kekuasaan akan kekuasaan dan kemahabesaran Allah SWT. Karena itulah tawakal
merupakan bukti nyata dari tauhid. Didalam batin seseorang yang bertawakal tertanam
imam yang kuat bahwa segala sesuatu terletak ditangan Allah SWT dan berlaku atas
ketentuan-Nya. Tidak seoarang pun dapat dapat berbuat dan menghasilkan sesuatu tanpa
isin dan kehendak Allah SWT, baik berupa hal-hal yang memberikan manfaat atau mudarat
dan menggembirakan atau mengecewakan. Sekalipun seluruh makhluk berusaha untuk
memberikan sesuatu yang bermanfaat kepadanya, mereka tidak akan dapat melakukannya
kecuali dengan izin Allah SWT. Demikian pula sebaliknya. Sekalipun mereka semua
berkumpul untuk memudaratkannya, mereka tidak akan dapat melakukannya kecuali dengan
izin Allah SWT.
Karena itu, menurut para ulama kalam dan fisik, hikmah dan keutamaan tawakal
antara lain membuat seseorang penuh percaya diri, memiliki keberanian dalam menghadapi
setiap persoalan, memiliki ketenangan dan ketentraman jiwa, dekat dengan Allah SWT dan
menjadi kekasih-Nya, dipelihara, ditolong, dan dilindungi Allah SWT, diberikan rezeki
yang cukup, dan selalu berbakti dan taat kepada Allah SWT.
19M. YUnan Nasution, Pegangan Hidup I, Publicita, Jakarta, 1978, hlm. 170.
20Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, CV Bima Sejati, Semarang, 2000, hlm. 173.
Sebagaimana telah dinyatakan sebelumnya bahwa orang yang tawakal akan mampu
menerima dengan sabar segala macam cobaan dan musibah. Berbagai musibah dan
malapetaka yang melanda Indonesia telah dirasakanmasyarakat. Bagi orang yang tawakal
maka ia rela menerima kenyataan pahit, sementara yang menolak dan atau tidak tawakal, ia
gelisah dan protes dengan nasibnya yang kurang baik. Menurut TM. Habsyi Ash-Shiddieqy,
tawakal diharuskan menyerahkan diri keadaan di luar kemampuan manusia untuk
merubahnya dan tidak diharuskan semasih ada kemungkinan dan kemampuan untuk
mengubahnya. Orang-orang yang pasrah dan tidak berusaha, hanya semata-mata mendakwa
bertawakal kepada Allah, adalah orang-orang yang dusta. Sejalan dengan keterangan
diatas,menurut amin syukur, seorang yang bertawakal hatinya menjadi tentram, karena
yakin akan keadilan dan rahmat-Nya. Oleh karena itu, islam menetapkan iman harus diikuti
dengan dengan sifat ini (tawakal). Ini menjadikan petunjuk adanya relevasi antara konsep
tawakal dengan kesehatan mental. Sebagaimana telah diutarakan diatas bahwa ikhtiar tanpa
tawakal akan membangun jiwa yang gelisah, ia hidup dibayang-bayangi oleh rasa cemas,
dan gelisah. Sebaliknya ikhtiar yang dilengkapi dengan tawakal akan membangun ruhani
yang tenang karena puncak dari segala usahanya di iringi dengan pasrah dari pada Allah
SWT, salah satu cara untuk pasrah diri pada Allah SWT dengan cara menjaga kesehatan
emosional atau kecerdasan emosional.
Allah SWT mengingatkan kepada orang-orang yang berfikir, bahwa mereka telah
diberikan nikmat cinta dan kasih saying, yang mesti dikolola dengan sebaik-baiknya, apabila
mereka menggunakan kecerdasan emosionalnya dengan mengendalikan emosinya,
mengelola cintanya dengan sebaik-baiknya, maka akan dilahirkan kedamaian dan
ketentraman.
Tawakal artinya berserah diri kepada Allah Swt. atas hasil usaha kita setelah berusaha
dengan sungguh-sungguh dan berdoa. Misalnya, saat menghadapi ulangan kamu sudah
belajar dengan sungguh-sungguh dan menyelesaikan soal-soal dengan cermat dan teliti.
Setelah itu kamu pasrah dan menyerahkan keputusan atas hasil usaha kamu kepada Allah
Swt.Contoh lain misalnya seseorang telah bekerja mencari nafkah dengan sungguh-sungguh.
Berapa pun hasilnya ia pasrahkan sepenuhnya kepada Allah Swt. Ia meyakini bahwa Allah
adalah Dzat Yang Maha Pemberi Rezeki, Maha Pemurah, dan Maha Kaya. Seseorang yang
menyertakan tawakal dalam setiap tindakan dan usahanya akan berdampak positif terhadap
kepribadiannya. Dampak positif ini terlihat tidak hanya ketika usahanya berhasil. Namun
juga terlihat ketika usahanya tidak berhasil. Orang yang tawakal tetap menanggapinya dengan
positif. Kalau usahanya sukses, orang yang tawakal meyakini bahwa kesuksesan itu
merupakan karunia Allah Swt. yang harus disyukuri dan tidak perlu menjadi tinggi hati.
Kalau usaha tidak sukses, orang yang tawakal tidak berputus asa dan tetap berusaha. Bahkan
dia melakukan introspeksi diri mengapa usahanya tersebut belum berhasil. Apakah ada
sesuatu yang kurang atau ada yang ia kerjakan dengan tidak sungguh-sungguh. Orang yang
tawakal tetap meyakini bahwa kegagalan yang tertunda. Contoh perilaku tawakal :
1. Selalu bersyukur apabila mendapatkan nikmat keberhasilan dari Allaah SWT, dan bersabar
apabila mendapatkan musibah.
2. Tidak berkeluh kesah dan gelisah ketika berusaha dan beriktiar
3. Selalu berusaha dan berikhtiar dengan maksimal, selanjutnya bertawakal kepada Allah
SWT
4. Tidak mudah berputus asa dalam berusaha
5. Menerima segala ketentuan Allaah SWT dengan rasa ikhlas dan ridha.
6. Berusaha memperoleh sesuatu yang dapat memberikan manfaat kepada orang lain
2. Macam-macam Tawakal
Ditinjau dari sudut orang yang bersikap tawakal, tawakal itu dibagi menjadi dua
bagian, yaitu : tawakal kepada Allah dan tawakal kepada Selain Allah, dan pada masing-
masing bagian ini terdapat beberapa macam tawakal :
Sikap tawakal kepada Allah terdapat empat macam, yaitu :
a. Tawakal kepada Allah dalam keadaan diri yang Istiqomah serta dituntun dengan petunjuk
Allah, serta bertauhid kepada Allah secara murni, dan konsisten terhadap agama Allah baik
secara lahir maupun batin, tanpa ada usaha untuk member pengaruh kepada orang lain,
artinya sikap tawakal itu hanya bertujuan memperbaiki dirinya sendiri tanpa melihat pada
orang lain.
b. Tawakal kepada Allah dalam keadaan diri yang Istiqomah seperti disebutkan di atas, dan
ditambah dengan tawakal kepada Allah SWT untuk menegakkan, memberantas bid’ah,
memerangi orang- orang kafir dan munafik, serta memperhatikan kemaslahatan kaum
muslim, memerintahkan kebaikan serta mencegah kemungkaran dan member pengaruh pada
oaring lain untuk melakukan penyembahan hanya kepada Allah, ini adalah sikap tawakalnya
para nabi dan sikap tawakal ini di wariskan oleh para ulama sesudah mereka, dan ini adalah
sikap tawakkal yang paling agung dan yang paling bermanfaat di antara sikap tawakkal
lainnya.
c. Tawakkal kepada Allah dalam hal mendapatkan kebutuhan seorang hamba dalam urusan
duniawi-nya atau untuk mencegah sesuatu yang tidak diingini berupa musibah atau bencana,
seperti orang yang bertawakkal untuk mendapatkan rezeki atau kesehatan atau istri atau anak-
anak atau mendapatkan kemenangan terhadap musuhnya dan lain-lain seperti ini, sikap
tawakkal ini dapat mendatangkan kecukupan bagi dirinya dalam urusan dunia serta tidak
disertai kecukupan urusan akhirat, kecuali jika ia meniatkan untuk meminta kecukupan
akhirat dengan kecukupan dunia itu untuk taat kepada Allah Swt.
d. Tawakkal kepada Allah dalam berbuat haram dan menghindari diri dari perintah Allah21
Tawakal merupakan tempat persinggagahn yang paling luas dan menyeluruh, yang
senantiasa ramai ditempati orang-orang yang singgah di sana, karena luasnya kaitan tawakal,
banyaknya kebutuhan penghuni alam, keumuman tawakal, yang bias di singgahi orang-orang
Mukmin dan juga orang-orang kafir, orang baik orang jahat, termasuk pula burung, hewan
liar dan binatang buas. Semua penduduk bumi dan langit berada dalam tawakal, sekalipun
kaitan tawakal mereka berbeda-beda. Para wali Allah dan hamba-hamba-Nya yang khusus
bertawakal kepada Allah karena iman,menolong agamanya, meninggikan kalimat-Nya,
berjihad memerangi musuh-musuh-Nya, karena mencintainya dan melaksanakan perintah-
Nya. Sedangkan selain mereka bertawakal kepada Allah karena iman, menolong Agama-Nya,
meninggikan kalimat-Nya, berjihad memerangi musuh-musuh-Nya, karena mencintai-Nya
dan melaksanakan perintah-Nya. Sedangkan selain mereka bertawakal kepada Allah karena
kepentingan dirinya dan menjaga keadaannya dengan memohon kepada Allah. Ada pula
diantara mereka yang bertawakal kepada Allah karena sesuatu yang hendak didapatkannya,
entah rezeki, kesehatan, pertolongan saat relawan musuh, mendapatkan istri, anak dan lain
sebagainya. Ada pula yang bertawakal kepada Allah justru untuk melakukan kekejian dan
berbuat dosa. Apa pun yang meraka inginkan atau yang mereka dapatkan, biasanya tidak
lepas dari tawakal kepada Allah dan memohon pertolongan kepada-Nya. Bahkan boleh jadi
tawakal mereka ini lebih kuat daripada tawakalnya orang-orang yang taat. Mereka
21Abdullah Bin Umar Ad-Dumaji, RahasiaTawakkal sebab dan Musabab, Terj. Kamaluddin Sa’diatulharamaini,
Pustaka Azzam, Jakarta,2000,hlm. 125.
menjerumuskan diri dalam kebinasaan dan kerusakan sambil memohon kepada Allah agar
menyelamatkan mereka dan mengabulkan keinginan mereka.
Tawakal yang paling baik adalah tawakal dalam kewajiban memenuhi hak kebenaran,
hak makhluk dan diri sendiri. Yang paling luas dan yang paling bermanfaat ialah tawakal
dalam mementingkan faktor eksternal dalam kemaslahatan agama, atau menyingkirkan
kerusakan agama. Ini merupakan tawakalnya para nabi dalam menegakkan agama Allah dan
menghentikan kerusakan orang-orang yang rusak di dunia. Ini juga tawakalnya para pewaris
nabi. Kemudian tawakal, manusia setelah itu tergantung dari hasrat dan tujuannya. Diantara
mereka ada yang bertawakal kepada Allah untuk mendapatkan serpihan roti. Siapa yang
benar dalam tawakalnya kepada Allah untuk mendapatkan sesuatu, tentu dia akan
mendapatkannya. Jika sesuatu diinginkan dicintai dan di ridhoi Allah, maka dia akan
mendapatkan kesudahan yang terpuji. Jika sesuatu yang dinginkan itu dibenci Allah, maka
apa yang diperolehnya itu justru akan membahayakan dirinya, jika sesuatu yang dinginkan itu
sesuatu yang mubah, maka dia mendapatkan kemaslahatan dirinya dan bukan kemaslahatan
tawakalnya, selagi hal itu tidak dimaksudkan untuk ketaatan kepada-Nya.
C. IKHTIAR
Selain tawakkal untuk menatap masa depan harus disertai ikhtiar juga. Ikhtiar
berasal dari kata bahasa arab ikhtiaroo yang memiliki arti mencari hasil yang lebih baik,
memilih. Sedangkan dalam KBBI kata ikhtiar berarti alat, syarat untuk mencapai tujuan
yang dimaksud. Adapun secara istilah pengertian ikhtiar yakni, suatu usaha yang
dilakukan dengan segala cara untuk mendapat hasil yang maksimal, ikhtiar juga dapat
diartikan sebagai usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk dapat
merasakan kebahagiaan dalam hidup, baik di dunia maupun di akhirat22. Ikhtiar
merupakan sebuah usaha yang seharusnya dilakukan manusia untuk dapat memenuhi
segala kebutuhan dalam kehidupannya, baik secara material, emosional, spiritual,
22 Zulkifli, Mewujudkan Generasi Optimis : Perspektif Islam, Proceeding International Seminar on Education
Faculty of Tarbiyah and Teaching Training, Oktober 2016, h. 437
kesehatan, seksual, dan juga masa depannya agar tujuan hidup untuk dapat sejahtera
dunia akhirat dapat terpenuhi23. Ikhtiar disini memang seharusnya dilakukan dengan
sungguh-sungguh, sepenuh hati dan semaksikmal mungkin tapi juga tak lepas dari
seberapa besar kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya. Mengingat manusia
memiliki cita-cita dan kenginan untuk dapat sukses dan bahagia, dan sewajarnya tidak
ada orang yang menginginkan sebuah kegagalan. Apabila keinginan atau cita-cita yang
dikehendakinya dapat dikelola dengan baik, maka akan didapatkan jalan untuk
menggapai kesuksesan yang diinginkan, tentu saja kesuksesan itu tidak akan diperoleh
tanpa adanya usaha. Seperti halnya firman Allah dalam surat Al-Ra’d ayat 11
إِ َّن َل َّلاَ َلا يُ َغيِ ُر َما بِقَ ْو ٍم َحتَّى يُ َغ ِي ُروا َما ِبأَ ْنفُ ِس ِه ْم
Yang Artinya :
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali
tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”
Dari ayat ini dapat dipahami bahwasanya usaha merupakan faktor penting untuk
mengubah diri menjadi lebih baik. Salah satu bentuk ikhtiar untuk dapat mewujudkan
sebuah cita-cita diantaranya terdapat lima hal yang harus diperhatikan. yaitu: fokus pada
cita-cita dan masa dengan yang diimpikan. Memikirkan dengan seksama apa yang benar-
benar diinginkan, menyusun sebuah rencana, menggali potensi dan kelebihan yang dimiliki,
menemukan strategi, cara dan segala kemungkinan untuk dapat mewujudkannya, yakin dan
percaya bahwa diri ini bisa untuk mewujudkan itu. Keyakinan merupakan modal utama
untuk dapat mewujudkan apa yang dinginkan. Tidak ada yang tidak mungkin dalam hidup
ini, seringkali hal yang dianggap tidak mungkin itu karena belum pernah dicoba. Lakukan
saja sesuai dengan kemampuan, mengikuti kata hati, menutup telinga terhadap hal-hal
negatif dan rasa pesimis yang datang dari orang lain, serta menyelesaikan apa yang telah
dimulai. Apabila gagal dalam suatu ikhtiar, setiap orang terutama muslim dianjurkan untuk
bersabar dan berdoa pada Allah, karena orang yang sabar dan berserah tidak akan gelisah
dan berkeluh kesah ataupun putus asa. Agar ikhtiar atau usaha dapat berhasil dan sukses,
maka hendaknya usaha tersebut dilandasi dengan niat ikhlas untuk mendapatkan ridho Allah
23Mu’ammar, Kajian Hadis Tentang Konsep Ikhtiar dan Takdir Dalam Pemikiran Muhammad AlGhozali dan
Nurcholis Madjid; (Study Komparasi Pemikiran), (Jakarta: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2011) , h. 39
SWT, didampingi dengan berdoa dan senantiasa melaksanakan perintahNya dan
melanggengkan perbuatan baik, melakukan studiterhadap apa yang akan dituju, tetap berhati
hati dalam menjalankan usaha tersebut, mencari rekan yang tepat dalam mewujudkan hal
tersebut, serta selalu melakukan intropeksi diri.
(Baginya) manusia (ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran) para
malaikat yang bertugas mengawasinya (di muka) di hadapannya (dan di belakangnya) dari
belakangnya (mereka menjaganya atas perintah Allah) berdasarkan perintah Allah, dari
gangguan jin dan makhluk-makhluk yang lainnya. (Sesungguhnya Allah tidak mengubah
keadaan sesuatu kaum) artinya Dia tidak mencabut dari mereka nikmat-Nya (sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri) dari keadaan yang baik
dengan melakukan perbuatan durhaka. (Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap
suatu kaum) yakni menimpakan azab (maka tak ada yang dapat menolaknya) dari siksaan-
siksaan tersebut dan pula dari hal-hal lainnya yang telah dipastikan-Nya (dan sekali-kali tak
ada bagi mereka) bagi orang-orang yang telah dikehendaki keburukan oleh Allah (selain Dia)
selain Allah sendiri (seorang penolong pun) yang dapat mencegah datangnya azab Allah
terhadap mereka. Huruf min di sini adalah zaidah.24
ُ( ُمعَ ِق َٰبت لَ ۥهBagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran)
Mereka adalah para malaikat penjaga yang datang secara bergiliran. ( َخ ْل ِف ِهۦ َو ِم ْن يَدَ ْي ِه بَ ْي ِن ِمنdi
muka dan di belakangnya) Yakni para malaikat penjaga itu menjaga manusia dari segala sisi.
ُ( اللهِ أَ ْم ِر ِم ْن يَ ْح َف ُظو َنهۥmereka menjaganya atas perintah Allah) Yakni mereka menjaga sesuai
dengan perintah Allah, dan mereka tidak dapat mencegah takdir Allah. Dikatakan bahwa
mereka menjaga manusia dari jin. Dikatakan pula bahwa mereka menjaga manusia dari
ketetapan Allah dengan perintah-Nya, dan apabila telah datang takdir Allah maka mereka
akan menyingkir. (بِ َق ْو ٍم َما يُ َغيِ ُر َلا اللهَ ِإ َّنSesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu
kaum) Dari keadaan penuh nikmat dan kesehatan. (ۖ ِبأَنفُ ِس ِه ْم َما يُ َغ ِي ُرو ۟ا َحتَّ َٰىsehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri) Dengan ketaatan kepada Allah. Maka
Allah tidak mencabut kenikmatan yang Allah berikan kepada hamba-Nya sampai seseorang
itu merubah kebaikan dan amal shalih mereka menjadi keburukan. ( ُس ٓو ًءا ِبقَ ْو ٍم اللهُ أَ َرادَ َو ِإذَآDan
apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum) Yakni kebinasaan dan
siksaan. ( ۚۖ لَ ۥهُ َم َردَّ فَ َلاmaka tak ada yang dapat menolaknya) Maka tidak akan dapat ditolak.
Terdapat pendapat mengatakan maknanya adalah apabila Allah menghendaki keburukan bagi
suatu kaum maka Allah akan membutakan hati mereka sehingga mereka memilih sesuatu
24 Tafsir jalalain
yang mendatangkan musibah. ( َوا ٍل ِمن دُونِ ِهۦ ِمن لَ ُهم َو َماdan sekali-kali tak ada pelindung bagi
mereka selain Dia) Yang mengatur urusan mereka dan menjadi pelindung beri mereka, yang
mencegah siksaan yang turun kepada kaum itu.25
Allah berfirman dalam Surat-17 Al-Israa’ ayat-19:
ًَو َم ْن أَ َرادَ الآ ِخ َرةَ َو َسعَى لَ َها َس ْع َي َها َو ُه َو ُم ْؤ ِمن فَأُولَ ِئ َك َكا َن َس ْعيُ ُهم َّم ْش ُكورا
Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan
sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang
usahanya dibalasi dengan baik.
(Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu
dengan sungguh-sungguh) yakni ia beramal dengan amal yang dengannya ia berhak untuk
mendapatkan kehidupan akhirat (sedangkan ia adalah mukmin) kalimat ini berkedudukan
menjadi hal (maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik) di sisi
Allah; artinya amalnya diterima oleh-Nya dan mendapat pahala dari-Nya.26
Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah
pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas
Islam Madinah 19. ( ا ْل َٰا ِخ َرةَ أَ َرادَ َو َم ْنDan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat)
Yakni yang menginginkan kehidupan akhirat dengan amalan-amalannya. ( َس ْعيَ َها َل َها َو َس َع َٰىdan
berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh) Yakni dengan usaha yang sesuai dengan yang
diperintahkan tanpa melakukan bid’ah atau dibarengi kdeeinmgaannanhaywaangnabfseun.arََو.( ُمَفْ ُأؤ ِ۟موٰٓل ِئَن َ َكَو ُهsَ َنeكاdَ aمnهgُ ْع ُيiسaَ
adalah mukmin) Yakni beriman kepada Allah dengan
(م ْش ُكوًراmaka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik) Yakni diterima oleh
Allah.
Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri
Suriah 19. “Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat,” kemudian dia menyukai
dan mengutamakannya daripada kehidupan dunia “dan berusaha kea rah itu dengan sungguh-
sungguh,” (tempat) yang mana kitab samawi dan atsar nabi mengajak kepadanya, lalu dia
beramal sesuai dengan batas (maksimal) kemampuannya “sedang dia orang yang beriman,”
kepada Allah, para malaikatNya, kitab-kitabNya, para rasulNya, dan Hari Akhir, “Maka
25 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan
Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah
26 Tafsir jalalain
mereka itu, adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik,” maksudnya amalnya
diterima, berkembang dan tersimmpan. Bagi mereka pahala dan ganjaran di sisi Rabbnya27
Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha (berikhtiar) ke “
-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-arah itu dengan sungguh
.orang yang usahanya
Seorang muslim harus berikhtiar yang semaksimal mungkin dalam seluruh
urusannya. Serta sebisa mungkin harus berusaha mandiri dalam hidupnya. Tidak boleh
merasa lemah atau bahkan bersikap malas dan menggantungkan pada orang lain. Bahkan
kalau mampu hendaknya dia membantu yang lainnya, bukan malah menjadi beban.
Rasulullah bersabda,
ُ ِه َي ال َّسا ِئ َلة: َوال ُّس ْفلَى،ُ ِه َي ال ُم ْن ِفقَة: فَاليَدُ العُ ْليَا،اليَدُ العُ ْل َيا َخ ْير ِم َن ال َي ِد ال ُّس ْف َلى
sedang tangan ,Tangan diatas lebih baik dari tangan dibawah. Tangan diatas yaitu pemberi
)HR. Bukhari no. 1429 dan Muslim no. 1033( ”dibawah yaitu peminta.
Orang yang mandiri akan merasakan kebahagiaan dan kemuliaan dalam hidup. Dulu
para salafushshalih jika mereka berkendaraan lalu kemudian tali atau tongkatnya jatuh
mereka turun sendiri untuk mengambil, mereka tidak minta tolong orang lain untuk
mengambilkan. Seorang muslim harus berusaha mandiri dan tidak menggantungkan pada
orang lain selama dirinya mampu. Betapa indah pesan dan nasehat yang disampaikan
Rasulullah,
َوا ْستَ ِع ْن بِالهِ َو َلا، َوفِي ُك ٍل َخ ْير ا ْح ِر ْص َعلَى َما َي ْن َفعُ َك، َخ ْير َوأَ َح ُّب ِإ َلى اللهِ ِم َن ا ْل ُم ْؤ ِم ِن ال َّض ِعي ِف،ا ْل ُم ْؤ ِم ُن ا ْل َق ِو ُّي
تَ ْع َج ْز
Mukmin yang kuat lebih dicintai oleh Allah dari mukmin yang lemah, pada
-keduanya ada kebaikan, bersemangatlah kamu terhadap apa apa yang bermanfaat
27 Tafsir al wajiz
HR. Muslim ( ”bagi kamu, dan mohonlah pertolongan pada Allah dan jangan merasa lemah!
)no. 2664
Ikhtiar adalah berusaha bersungguh - sungguh untuk mencapai harapan, keinginan,
atau cita-cita. Ketika seseorang menginginkan sesuatu maka ia harus mau berusaha atau
berupaya untuk meraihnya. Ikhtiar berarti tidak mengenal putus asa, dan yakni bahwa rahmat
Allah pasti datang setelah berikhtiar. Allah memerintahkan hamba-Nya untuk berikhtiar, dan
melarang hamba-Nya untuk berputus asa. manusia sebagai hamba Allah diperintahkan untuk
berusaha, bukan untuk berleha-leha. Sebab, rahmat Allah turun kepada kita melalui sebab
atau usaha yang kita lakukan. Artinya, kita jangan pernah berputus asa dalam mencari rahmat
dan ridha Allaah SWT.
Contoh-contoh ikhtiar adalah sebagai berikut:
1.Orang yang ingin pandai harus berusaha dengan rajin belajar.
2.Orang yang ingin hidup berkecukupan harus berusaha dengan rajin bekerja.
3.Orang yang ingin memiliki tabungan harus berusaha hidup hemat atau mengurangi
pengeluaran.
4.Orang yang ingin sehat harus berusaha dengan rajin menjaga kebersihan dan berolah raga.
5.Orang yang sedang sakit dan ingin sembuh harus berobat.
Melihat pengertian tersebut, maka unsur kebaikan dalam ikhtiar menjadi signifikan,
bahkan keniscayaan. Kebaikan yang dimaksud tentunya menurut syari’at Islam, bukan
semata akal, adat, atau pendapat umum. Dengan demikian, ikhtiar lebih tepat diartikan
sebagai ‚memilih yang baik, yakni melakukan segala sesuatu yang selaras dengan tuntunan
Allah dan Rasul-Nya28. Orang yang berikhtiar berarti dia memilih suatu pekerjaan atau
perbuatan, kemudian dia melakukannya dengan sungguh-sungguh sesuai syariat agar dapat
berhasil dan sukses sesuai yang dikehendaki.
DariDari terminologi di atas ikhtiar adalah bentuk usaha yang sungguh sungguh
dalam meraih kehendak yang sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu yang berlaku dalam bidang
yang diusahakan29, dan sesuai kaidah Islam, dengan disertai doa kepada Allah agar usahanya
28 Wan Mohd. Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib Al
Attas , ....., h. 102
29Bidang yang dimaksud berupa disiplin keilmuan, baik teologi, filsafat, tasawuf, ekonomi, sosial, pendidikan,
dan lain-lainya, yang dikategorikan dalam pengetahuan untuk kemaslahatan umat.
berhasil dengan baik.Dengan demikian dalam ikhtiar terkandung pesan taqwa30yakni
bagaimana menuntaskan masalah dengan mempertimbangkan pertama tama apa yang baik
menurut Islam, dan kemudian menjadikannya sebagai pilihan, untuk kemaslahatan umat dan
mencari ridha-Nya.
Selain dari pada itu, ikhtiar mengandung nilai-nilai kreativitas, inovasi, inisiatif dalam
melakukan pekerjaan dalam koridor Islam. Karena ikhtiar bermakna memilih dan
menentukan mana yang baik untuk dilaksanakan. Pemilihan dan penentuan ide, gagasan, dan
cara yang baik, maka akan mendapatkan hasil kerja yang baik atau berprestasi tinggi. Allah
menghendaki manusia untuk berusaha, dan manusia akan dibalas oleh Allah dari apa yang
diusahakannya.
Segala kebutuhan, keinginan, cita-cita, dan harapan dapat dicapai dengan cara usaha.
Diam hanya akan melahirkan kekecewaan, kegagalan, dan kesialan. Tidak ada keberuntungan
diraih dengan berpangku tanganTidak mungkin emas jatuh tiba-tiba dari langit. Semuanya
ada proses dan waktu. Di situlah sesungguhnya peran ikhtiar kita. Tidak bergerak dan
berproses berarti berhentinya roda kehidupan.
Islam memberikan keyakinan bahwa manusia adalah makhluk Tuhan. Ketinggian,
keutamaan, dan kelebihan yang dimiliki manusia yang membuatnya berbeda dengan makhluk
Tuhan lainnya terletak pada akal yang dianugerahkan kepadanya. Akal merupakan karunia
kenikmatan yang tiada tara dan dapat dipastikan memiliki potensi kegunaan yang istimewa
pula. Kebudayaan dan peradaban yang diciptakan dan disemai manusia adalah karena akal
yang dimilikinya. Adanya ilmu pengetahuan dan teknologi yang terwujud juga karena akal.
Menatap masa depan memang harus di sertai sifat Optimis, Tawakkal dan Ikhtiar.
Karna dengan cara seperti itu kita tidak mudah berperasangka buruk untuk mencoba hak baru
sebelum hal itu belum terwujud. Untuk menatap masa depan di awali dengan mencoba hal
baru dulu. Yang pertama kita harus optimis percaya bahwa hal yang akan kita coba itu
hasilnya baik dan kita pasti bisa meraih itu. Selain optimis untuk mencoba hal baru kita harus
ikhtiar berusaha dengan sungguh-sungguh, tanpa ada kata lelah atau putus asa di tengah jalan
dan harus yakin bahwa kita dengan bersungguh-sungguh mengerjakan hal itu hasilnya akan
baik. Kemudian setelah optimis dan ikhtiar kita harus tawakkal. Yang di maksud tawakkal
30Berusaha yang dilakukan dengan pertimbangan sesuai kaidah Islam dan didahului niat dan disertai doa, maka
usaha itu bernilai ibadah. Dilakukan dengan waspada dan hanya mencari ridha-Nya. Itu adalah asas hidup yang
benar yang sesuai asas takwa. Nurcholis Madjid, Asas Hidup Takwa , penyunting: Asrori S. Karni & Lina Sellin,
(Jakarta: Noura Books, 2015), h. 18
disini yaitu meminta kepada allah tanpa campur tangan siapapun. Harus meminta kepada
allah karna allah lah yang menentukan nasib dan takdir seseorang. Untuk memulai hal baru
memang perlu adanya 3 cara seperti yang sudah di sebutkan diatas, optimis, ikhtiar, dan
tawakkal. Dengan menerapkan sifat 3 diatas untuk memulai hal baru bisa menjadikan tidak
mudah berputus asa, lebih dekat dengan allah dan lebih bersungguh-sungguh lagi untuk
mencapai sesuatu dan lebih yakin bahwa hal itu benar terjadinya dan pasti bisa meraihnya.
Meraih kesuksesan dengan opotimis, ihtiar dan tawakkal bisa menjadikan apa yang
kita inginkan itu benar terjadinya karna kita sudah yakin bahwa yang akan kita raih itu pasti
hasilnya baik dan kenyataan. Selalu berfikir baik, tidak mudah menyerah, dan meminta
pertolongan kepada allah denga bersungguh-sungguh.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Fuad Abdul Baqy, Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz Al-Qur’an al-Karim, Dar al-
Fikr, Beirut, 1980, hlm. 762.
Amin Syukur, Tasawuf Bagi orang Awam; menjawab problem kehidupan, Suara Merdeka
bekerjasama dengan pustaka pelajar, Yogyakarta, 2006, hlm.97.
Yusuf Qardawi, Tawakal, Terj. Moh. Anwari, Pustaka al-Kautsar, Jakarta, 1996,
hlm.17.
Abu Hamid Muhammad al-Ghazali, Muhtashar Ihya Ulum al-Din, Terj. Moh Solikhin,
Pustaka Amani, Jakarta, 1995, hlm. 290.
Ibnu Qayyim jauziyah, Madarijus Salikin, Pendakian Menuju Allah: Penjabaran Konkrit :
Iyyaka Na’budu wa iyyaka Nasta’in. Terj. Kathur Suhardi, Pustaka al-Kautsar, Jakarta, 2003,
hlm. 195.
Hamka, Tasawuf Modern, Pustaka Panjimas, Jakarta, 1990, hlm. 232-233.
M. YUnan Nasution, Pegangan Hidup I, Publicita, Jakarta, 1978, hlm. 170.
Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, CV Bima Sejati, Semarang, 2000, hlm. 173.
Hadis arbain nawawi
Tafsir al wajiz
Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan
Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah
Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris
tafsir Universitas Islam Madinah
Hadis Arbain Nawawi
Tafsir Jalalain