The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by sariantika11, 2022-12-30 00:09:02

ebook burike

ebook burike

E-BOOK
Bahasa Indonesia

Kelas 4 SD

Capaian Pembelajaran
Peserta didik mampu mengungkapkan gagasan
dalam suatu percakapan dan diskusi dengan
mematuhi tata caranya.

Tujuan Pembelajaran

4.1 Melalui teks cerpen dialog, peserta didik mampu
menjelaskan isi teks dialog dengan benar.

4.2 Melalui teks cerpen dialog, peserta didik mampu
mengemukakan pendapat terkait isi teks dialog dengan
benar.

4.3 Melalui diskusi aktif, peserta didik mampu memberikan
pendapat dengan baik dan benar.

Indikator Pencapaian

1. Peserta didik mampu menyimak dan menjelaskan isi dari
teks cerpen dialog.

2. Peserta didik mampu mengemukakan pendapat dari isi teks
cerpen dialog.

3. Peserta didik mampu memberikan pendapat dengan baik
dan benar melalui diskusi aktif.

PENGERTIAN
CERPEN

Cerpen merupakan singkatan dari cerita pendek. Cerpen adalah salah satu karya sastra yang
berupa cerita pendek yang umumnya berisi tentang cerita fiksi atau fantasi. Saat membaca
cerpen biasanya sangat cepat selesai. Selain itu, isi pada cerpen juga sangat mudah dipahami
karena ceritanya yang relatif pendek. Oleh karena itu banyak orang yang suka dengan cerita yang
singkat dan tidak rumit seperti pada cerpen.

Pada umumnya, permasalahan yang dikisahkan pada cerpen tidak terlalu rumit. Maka dari itu
jumlah kata pada cerpen juga dibatasi. Biasanya cerpen terdiri dari berbagai kisah seperti genre
percintaan, kasih sayang, jenaka, dan lain-lain. Pada cerpen juga mengandung pesan dan amanat
untuk para pembaca, sehingga bukan hanya terhibur saja kita bisa menerapkan setiap pesan
tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

STRUKTUR
CERPEN

Pada cerpen biasanya terdiri beberapa struktur yang diperlukan seperti elemen dasar dan
tambahan abstrak. Struktur tersebut sangat diperlukan ketika menyusun sebuah cerpen. Berikut
inilah beberapa elemen dasar untuk membangun sebuah cerpen :

1. Abstrak
Abstrak merupakan pemaparan gambaran awal dari cerita yang dikisahkan. Pada cerpen
abstrak biasanya digunakan sebagai pelengkap cerita. Maka dari itu abstrak bersifat
opsional atau bisa jadi tidak ada pada cerpen tersebut.

2. Orientasi
Pada orientasi cerpen biasanya menjelaskan tentang latar cerita seperti waktu, suasana,
tempat/lokasi yang digunakan dalam penggambaran cerita cerpen.

3. Komplikasi
Komplikasi menjelaskan tentang struktur yang berkaitan dengan pemaparan awal suatu
masalah yang dihadapi oleh tokoh. Watak dari tokoh juga dijelaskan pada bagian ini. Selain
itu pada komplikasi juga menjelaskan urutan kejadian yang berhubungan dengan sebab
akibat.

4. Evaluasi
Pada bagian evaluasi ini terjadi konflik masalah yang semakin memuncak. Konflik mulai
menuju bagian klimaks dan mendapatkan penyelesaian atas masalah yang terjadi.

5. Resolusi
Resolusi merupakan bagian akhir permasalahan yang terjadi pada cerpen. Pada bagian ini
terdapat penjelasan dari pengarang mengenai solusi permasalahan yang dialami tokoh.

6. Koda
Koda merupakan nilai atau pesan moral yang terdapat pada sebuah cerpen yang
disampaikan oleh penulis kepada para pembaca. Pesan moral yang disampaikan sesuai
dengan jenis cerpen.

FUNGSI
CERPEN

Pada umumnya cerpen memiliki cerita yang sangat singkat dan jelas. Namun cerpen juga memiliki
fungsi seperti karya sastra lainnya. Berikut inilah yang termasuk dalam fungsi cerpen :

1. Fungsi Rekreatif
Fungsi rekreatif yaitu sebagai sarana penghibur bagi para pembaca.

2. Fungsi Estetis
Fungsi estetis yaitu sebagai nilai estetika atau keindahan yang ada pada cerpen sehingga
memberikan kepuasan kepada pembaca.

3. Fungsi Didaktif
Fungsi didaktif yaitu sebagai pemberi pelajaran atau pendidikan yang akan bermanfaat bagi
para pembaca.

4. Fungsi Moralitas
Fungsi moralitas yaitu sebagai nilai moral berdasarkan isi cerita untuk mengetahui baik
buruk yang disampaikan penulis kepada para pembaca.

5. Fungsi Religiusitas
Fungsi religiusitas yaitu sebagai pemberi pelajaran yang religius yang nantinya bisa
dijadikan sebagai contoh baik oleh pembaca.

Meskipun cerpen hanya memiliki kisah cerita yang singkat, akan tetapi memiliki makna dan
pengetahuan yang terkandung dalam sebuah cerpen. Biasanya cerpen memberikan nilai positif
yang dapat diambil oleh pembacanya. Dengan begitu nilai positif tersebut dapat dimanfaatkan
untuk kehidupan sehari-hari.

CIRI-CIRI
CERPEN

Ciri-ciri cerpen sebagai berikut :

1. Pada umumnya cerpen bersifat fiktif atau berupa karangan dari penulis
2. Cerpen memiliki susunan kata yang tidak lebih dari 10.000 (sepuluh ribu) kata.
3. Saat membaca cerpen biasanya selesai dengan sekali duduk.
4. cerpen memiliki bentuk cerita yang sangat singkat.
5. Cerpen memiliki diksi atau pilihan kata yang tidak rumit sehingga mudah dipahami oleh

pembaca.
6. Cerpen hanya memiliki alur cerita tunggal atau satu jalan cerita saja.
7. Kisah cerita pada cerpen biasanya berasal dari peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.
8. Karakter tokoh pada cerpen sangat sederhana.
9. Di akhir bagian biasanya terdapat pesan moral yang sangat mendalam sehingga

membuat pembaca ikut merasakan kisah pada cerpen tersebut.

JENIS-JENIS
CERPEN

Tidak selamanya semua cerita yang berukuran pendek dikategorikan dalam cerita pendek. Ada
beberapa jenis dari cerita pendek / cerpen yang biasanya dibuat oleh penulis. Berikut ini berbagai
jenis cerpen yang harus Anda ketahui :

1. Cerpen Pendek
Seperti yang kita ketahui, cerita pendek adalah jenis cerita yang kurang dari 10.000 kata
panjangnya. Jenis pertama dari cerpen adalah Cerpen Pendek. Dan seperti namanya, cerita
pendek yang satu ini cenderung lebih pendek daripada jenis cerita pendek lainnya. Panjang
kata dari Cerpen Pendek yaitu sekitar 500 hingga 700 kata.
Karangan fiktif yang satu ini biasanya digunakan untuk menjelaskan sebuah kejadian
dengan bahasa yang singkat, padat, menarik perhatian, dan efektif. Bagian pembuka
biasanya sangat sedikit, sekitar 1 hingga 2 paragraf, lalu masuk ke bagian konflik inti.
Bagian akhir juga biasanya lebih sedikit daripada jenis cerpen lainnya.

2. Cerpen Sedang
Jenis cerita pendek atau cerpen yang kedua yaitu cerita pendek sedang / Cerpen Sedang.
Cerita pendek Sedang biasanya memiliki panjang sekitar 700 hingga 1.000 kata panjangnya.
Cerpen sedang juga bisa ditemui dengan mudah pada buku-buku pelajaran sekolah karena
dianggap efektif dan menarik perhatian.
Cerpen Sedang sedikit lebih panjang daripada Cerpen Pendek. Sehingga bagian
pembukaannya juga akan lebih panjang sedikit daripada cerpen pendek. Selain itu,
penokohan dari tokoh yang diceritakan bisa dijabarkan dengan kalimat yang lebih jelas. Tak
hanya itu, Cerpen Sedang biasanya digunakan untuk menjelaskan cerita dengan lebih
mendetail.

3. Cerpen Panjang
Jenis cerpen yang terakhir yaitu Cerpen Panjang. Cerpen yang satu ini biasanya dibuat
dengan panjang sekitar 1.000 kata atau lebih. Dan bahkan ada sebuah cerpen yang dibuat
mendekati 5.000 kata atau bahkan 10.000 kata. Jenis cerpen yang satu ini memiliki ciri
umum yang penuturannya yang santai.
Karena penulis ingin menuturkan cerita yang lumayan panjang, biasanya bagian
pembukaan dan penutupan cukup panjang pula. Proses memasuki bagian konflik juga
lebih panjang dari biasanya, sehingga pembaca bisa lebih memahami cerita dengan lebih
mendetail. Biasanya jenis cerita pendek yang satu ini jarang ditampilkan pada buku
pelajaran karena cukup panjang.

UNSUR-UNSUR

CERPEN

• UNSUR INTRINSIK

Berikut inilah beberapa unsur intrinsik dalam cerpen :

1. Tema
Sebuah cerpen harus memiliki tema cerita. Hal ini karena tema menjadi unsur utama yang
ingin disampaikan penulis pada kisah ceritanya.

2. Alur atau Plot
Alur atau plot merupakan urutan peristiwa atau jalan cerita pada sebuah cerpen. Pada
umumnya alur pada cerpen diawali dengan perkenalan, konflik masalah, lalu penyelesaian.
ada beberapa jenis alur cerita yaitu alur maju, alur mundur, dan alur campuran.

3. Setting
Setting merupakan penjelasan mengenai latar atau tempat, waktu, dan suasana yang terjadi
dalam cerpen tersebut.

4. Tokoh
Tokoh merupakan pemeran yang diceritakan dalam sebuah cerpen. Tokoh terdiri dari pemeran
utama dan pemeran pendukung.

5. Watak
Watak merupakan gambaran sifat dari para pemeran. Watak terdiri dari tiga jenis yaitu
protagonis (baik), antagonis (jahat) dan netral.

6. Sudut pandang atau point of view
Sudut pandang merupakan cara pandang pengarang saat menceritakan kisah pada sebuah
cerpen. Sudut pandang dibagi menjadi dua bentuk yaitu sudut pandang orang pertama yang
terdiri dari pelaku utama (“aku” merupakan tokoh utama) dan pelaku sampingan (“aku
menceritakan orang lain). Sedangkan sudut pandang orang ketiga terdiri dari serba tahu
(“dia” menjadi tokoh utama) dan pengamat (“dia” menceritakan orang lain).

7. Amanat
Amanat merupakan pesan moral atau pelajaran yang disampaikan oleh penulis kepada
pembaca. Pesan moral yang disampaikan biasanya dalam bentuk tersirat maupun tersurat.

• UNSUR EKSTRINSIK

Berikut inilah beberapa unsur ekstrinsik pada sebuah cerpen:

1. Terdapat latar belakang dari pengarang. Biasanya latar belakang pada kisah cerpen berasal
dari pengalaman pribadi pengarangnya. Namun tak jarang jika pengarang mengambil
cerita dari kisah orang lain.

2. Terdapat latar belakang dari masyarakat. Latar belakang dari masyarakat ini akan
membantu berlangsungnya jalan cerita. Biasanya juga mempengaruhi isi ceritanya juga.

3. Terdapat biografi yang memaparkan biodata, riwayat hidup dan pengalaman secara
menyeluruh dan lengkap dari pengarangnya.

4. Terdapat aliran sastra yang mempengaruhi gaya bahasa yang digunakan oleh penulis saat
menyampaikan ceritanya.

5. Terdapat kondisi psikologis berupa keadaan senang, sedih, suka dan duka yang
mempengaruhi mood penulis saat membuat sebuah cerita pendek.

KAIDAH KEBAHASAAN

CERPEN

Cerpen memiliki ciri-ciri kebahasaan yang dapat dilihat melalui pemilihan gaya bahasa dan diksi
yang digunakan. Pada cerpen umumnya penulis menggunakan pendeskripsian fisik tokoh secara
kuat. Hal ini akan membantu menggambarkan suasana yang tepat dan sesuai dengan ceritanya.

Pada cerpen juga menggunakan frasa adverbial atau kata keterangan yang membantu
menunjukan latar tempat atau waktu seperti di pagi hari, sore hari atau di sebuah tempat pada
peristiwa kejadian. Selain itu juga harus menerapkan penggunaan kalimat langsung dan tak
langsung atau berupa dialog.

Cerpen juga identik dengan penggunaan kata-kata kiasan atau konotatif untuk menambah kesan
keestetikan sehingga akan menambah nilai kepuasan para pembaca. Selain itu juga
menggunakan kalimat informal maupun semi formal sesuai dengan peristiwa kejadian.

TEKS DIALOG

❖ Teks dialog merupakan teks hasil pembicaraan seseorang ataupun hasil percakapan.

❖ Dialog adalah adalah percakapan timbal balik antara dua orang atau lebih dalam
percakapan maupun karya tulis

Secara bahasa, dialog berasal dari bahasa Yunani dia dan logos yang artinya cara manusia dalam
menggunakan kata. Secara istilah, dialog adalah percakapan timbal balik antara dua orang atau
lebih dalam percakapan maupun karya tulis.

Dalam istilah lain, dialog adalah sebuah kegiatan literatur dan teatrikal yang terdiri antara dua
tokoh atau lebih. Sejarah dialog berasal dari narasi, filosofi, atau lambang dedikasi yang
ditemukan di literatur Yunani Kuno dan India, khususnya pada seni kuno yaitu Retorika.

Dialog merupakan proses komunikasi yang harus mempertimbangkan kaidah semantis dan
pragmatis. Dengan dialog, diharapkan timbul percakapan yang saling mengerti, memahami,
menerima, hidup damai dan bekerja sama untuk mencapai kesejahteraan bersama.

Dalam kegiatan dialog, pihak-pihak yang terlibat saling menyampaikan informasi, data,
fakta, gagasan, dan pendapat, seta saling berusaha mempertimbangkan, memahami dan
menerima. Tidak terdapat monopoli pembicaraan dan kebenaran dalam dialog.

Ciri-ciri teks dialog :

• Dalam berdialog melibatkan banyak orang yakni tidak dilakukan secara sendiri namun
banyak pelaku yang terlibat dari dialog tersebut baik langsung maupun tidak langsung.

• Terdapat tanya jawab antara pewawancara dengan narasumber, agar dialog berjalan lancar.
• Dialog dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
• Biasanya dialog interaktif ditayangkan di acara televisi maupun radio.

Syarat-syarat dialog :

1. Mengerti dengan benar makna, maksud dan tujuan dari dialog dan juga harus memiliki
kecakapan untuk melaksanakan dialog.

2. Memiliki pendidikan maupun pengetahuan mengenai topik yang akan dijadikan bahan
dialog.

3. Dengan kehendak yang baik untuk mencari kebenaran dalam dialog. Karena itu dalam
mendengarkan dialog sebaiknya harus bersikap terbuka, tidak berprasangka dan tidak
memihak.

4. Menciptakan suasana yang damai dan tenang, jauh dari emosi dan rasa paling hebat.
Harus dapat menyampaikan gagasan dengan baik, jelas dan boleh juga dengan semangat
akan tetapi dengan nada yang enak dan bijak tidak dengan nada yang sedang emosi.

5. Dalam keseluruhan dialog harus bersikap jujur, tidak manipulatif, tulus dan tidak
mencari-cari kelemahan dan kekurangan rekan dialog, dan juga harus percaya bahwa
berbagai hal yang dibahas didalam dialog tidak dimanfaatkan di luar dialog untuk tujuan
lain demi keuntungan diri sendiri atau kelompok tertentu.

6. Dialog dapat digunakan sebagai cara untuk langsung membahas suatu hal ataupun
sebagai pendahuluan untuk pembahasan materi yang memang berat dan sulit. Adapun
hal-hal yang dijadikan bahan untuk dialog diantaranya meliputi berbagai macam bidang
kehidupan, seperti: sosial, moral, ekonomi, budaya, politik, etika, agama dan lain
sebagainya.

Cerpen Pendek
Hutan Merah
Karya: Fauzia. A

Matahari bersinar terik di Lampung. Sinarnya terhalang rimbunnya pepohonan, sehingga hanya
menyisakan berkas tipis. Burung-burung berkicau seolah sedang menyanyikan lagu untuk alam. Bunyi
riak jernih sungai beradu dengan batu kali berpadu dengan sahutan dari beberapa penghuni hutan
yang lainnya. Ya, inilah tempat tinggal Bora, si anak gajah Lampung yang sekarang tengah asyik
bermain bersama teman-temannya di sebuah sungai.

Ketika Bora menyemprotkan air ke arah Dodo—anak gajah lainnya—dengan belalainya, ia pun
memekik nyaring. Sampai akhirnya, kegembiraan mereka terpecah oleh bunyi bising dari sebelah
utara hutan. Bunyi bising itu bercampur dengan deru sesuatu yang sama sekali tidak Bora kenal.

“Hei, lihat itu!”

Semua serentak menghentikan kegiatan mereka dan menengok ke langit yang ditunjuk Dodo.
Asap hitam tebal yang membumbung tinggi dari sana. Asap itu semakin tebal dan terus menebal. Itu
merupakan fenomena aneh yang baru pertama kali mereka saksikan. Selama ini yang mereka tahu,
langit selalu berwarna biru cerah dengan awan putih berarakan.

Keheningan hutan itu kemudian pecah saat Teo tiba-tiba saja datang sambil memekik nyaring, “Hutan
terbakar! Hutan terbakar!”

Semua ikut memekik ketakutan. Hutan terbakar! Tempat tinggal mereka terbakar!

“Bora! Apa yang kau lakukan!? Cepat pergi!” Pipin berteriak sambil menarik belalai Bora dengan
belalainya..

Suasana hutan yang tadinya damai tenteram, seketika menjadi neraka bagi semua hewan. Asap
hitam pekat yang mulai menyelimuti seluruh hutan ini. Suhu udara mulai panas, membuat para
hewan makin berteriak nyaring.

Bora panik bukan main. Sambil mengikuti langkah Pipin, matanya bergerak ke sana-ke mari, mencari
sosok ibunya.

“Pipin! Di mana ibuku?” tanya Bora.
“I-ibu ... ibumu ....” Pipin tidak bisa menjawab karena sama-sama tidak tahu di mana ibu Bora berada.

“Aku harus kembali ke sarang!” Bora melepaskan belalainya dari belalai Pipin, lalu berbalik untuk
kembali ke sarangnya.

Namun, sebelum Bora melancarkan niatnya itu, Pipin sudah menarik kembali belalainya. “Ibumu pasti
sudah berada di depan. Bersama gajah dewasa lainnya.”
Bora menghiraukan ucapan Pipin, lalu kembali meloloskan belalainya dan berlari sekuat mungkin
menuju sarangnya.

“Bora!” Pipin berteriak di belakangnya.

Bora sampai di dekat sarangnya berada dengan napas terengah. Ia langsung membelalakkan mata
begitu melihat sosok ibunya sedang bersusah payah keluar dari sarang. Api sudah menjalar di setiap
pohon di dekat sarangnya itu.

“Ibu!” teriak Bora sekuat tenaga.

“Sedang apa kamu?! Cepat pergi dari sini!” teriak ibu Bora sambil menggerakkan belalainya,
menyuruh Bora menjauh dari tempat ini.

“Tidak! Aku tidak mau!” balas Bora keras kepala. Kenapa ibunya masih bisa berkata seperti itu?
Padahal jelas-jelas ia dalam keadaan terjebak api?

“Cepat pergi, Bora!”

“Bora! Ayo pergi!” Tiba-tiba saja Pipin datang ke tempatnya dan langsung menarik belalai Bora.

“Tidak mau!” Bora menyentak belalai Pipin keras. “Ibu! Aku akan menyelamatkanmu!”

“Jangan, Bora!” bentak Pipin

Kraaak! Braaak!

“IBU!! IBU!!” Bora terus meraung memanggil ibunya. Pohon yang sedang terbakar itu jatuh dan
kemudian menimpa tubuh payah ibu Bora.

“Ayo, Bora, kita harus pergi,” lirih Pipin sambil menarik Bora.

Sekali lagi Bora menoleh ke belakang saat dirinya sudah cukup jauh dari sarangnya. Tidak ada lagi
hutan hijau dengan tumbuhan rindang di sekitarnya. Hutan hijau yang selalu ia kagumi sudah
berubah menjadi hutan merah yang sangat panas

Cerpen Sedang
Dilema Nara

Karya: Alya Khalisah

Nara terbangun karena sinar matahari menembus jendela kamarnya yang entah sejak kapan terbuka.
Sejenak, ia hanya menatap langit-langit kamar. Matanya masih terasa sembab, sisa tangisan tadi
malam.

Kemudian, Nara bangun dan duduk di sisi ranjang kecilnya. Gadis itu memandang sekeliling kamar,
dan tiba-tiba, suara pecahan kaca terdengar dari luar.

Nara menutup kedua telinganya kuat-kuat, enggan mendengar apa pun. Setetes bening air matanya
bergulir di pipi. Wajahnya dibenamkan dalam kedua telapak tangan yang lemah. Rasanya ia sudah tak
sanggup lagi hidup dalam situasi seperti ini. Ia tak kuat hidup dalam lingkaran kesedihan yang
menggiringnya menuju kegilaan.

Nara berjalan perlahan ke luar rumah, di antara jalanan sepi sambil menundukkan kepala seolah malu
dunia melihatnya. Ia menatap siluet hitamnya di antara bayang-bayang pepohonan dan rumah. Nara
berhenti melangkah saat seseorang menghalangi bayangannya.

“Ada yang ingin kukatakan padamu.” Orang itu mulai berbicara kepadanya.

Nara mendongak. Wajahnya terasa familiar.

“Kenapa?” Gadis itu bertanya dengan wajah datar, tapi Nara hanya diam. “KENAPA KAMU HARUS LAHIR
DI DUNIA INI?!” Ia mulai membentak.

Gadis itu melayangkan telapak tangannya ke pipi Nara. “PERGI!”

Nara tak sanggup menatap lawan bicaranya. Ia hanya memegang pipinya yang terasa nyeri karena
tamparan barusan. Hilanglah dari dunia ini, dasar penghancur keluarga orang! hardik gadis itu. Nara
terisak diiringi suara teriakan gadis itu di telinganya. Tetesan bening meleleh, merayapi sudut
wajahnya.

Nara adalah anak perempuan biasa yang hidup dengan kasih sayang utuh dari orang tua. Ia hidup
berkecukupan, bahkan lebih. Semula, ia mengira hidup dalam zona kesempurnaan. Tetapi ternyata,
semua itu hanya bualan. Ayahnya, ternyata, seorang pria yang telah berkeluarga. Saat itulah ia
menyadari, ibunya adalah istri kedua ayahnya.

Keluarganya tidak diinginkan oleh semua orang. Ibunya dianggap wanita yang tak punya harga diri.
Tidak ada yang sudi berbagi nafas dan tempat dengan keluarga Nara. Mereka tidak pernah mau tahu
separah apakah kerusakan jiwa yang mendera orang yang mereka cemooh.

Istri pertama ayah Nara adalah sahabat dekat ibu Nara. Sahabat dekat yang saling mengaitkan janji
satu sama lain sejak duduk di bangku sekolah untuk tidak mengkhianati. Begitu istri pertama
ayahnya mengetahui apa yang telah terjadi, ia tentu syok berat. Suami yang ia cintai, berpaling darinya.
Sahabat yang paling ia percaya, mengkhianatinya dalam waktu yang sama.

Nina, anak istri pertama ayahnya, pun tak percaya. Ia nyaris pingsan saat ayahnya mengungkapkan
hal itu sendiri. Selanjutnya, teror mulai berdatangan sebagai tanda balas dendam. Mulai dari pecahnya
kaca jendela di rumah, hingga lemparan api untuk rumahnya.
“Na?” Lamunan Nara terhenti. Gadis itu tetap diam, memandang kosong.
“Nara? Sayang, kamu ada di dalam, kan?” Panggilan itu tak membuat Nara beranjak dari posisi yang
nyaman bagi dirinya. Kemudian ketukan demi ketukan tak bernada mulai terdengar dari balik pintu.
“Nara, buka pintunya, Sayang. Ibu mau bicara mengenai kepindahan kita,”

Memang, keluarganya berencana untuk pindah. Pindah ke wilayah yang cukup jauh untuk mengubur
kelamnya masa lalu dan melanjutkan hidup. Tapi baginya, pindah rumah hanyalah bentuk pelarian
diri. Raganya takkan teraniaya lagi. Namun, jiwa dan pikirannya telah menyatu dengan frustasi
berkepanjangan yang diderita Nara selama ini. Ia tetap tidak akan hidup dalam damai seperti
sebelumnya.

Nara bergeming. Dalam pikirannya yang kalut, ia mengingat Nina. Gadis itu ingi ia lenyap dari dunia
ini. Ia ingin Nara musnah. Nara tahu apa artinya itu.
Nara memandangi tubuh kakunya yang ditumpahi tangisan dan penyesalan yang terlontar dari ayah
dan ibunya. Ia tertegun dan mengingat kejadian yang terasa begitu cepat.

Awalnya, ia berniat memutuskan urat nadi tangan kirinya dengan gunting hijau kesukaannya. Awalnya,
ia tidak mau melihat orangtuanya menangis hebat sambil memeluknya. Awalnya, ia ingin merasakan
rasa sakit yang mendera jiwanya lebih lama lagi. Namun, saat ia menutup mata dan menguatkan diri
atas segala risiko perbuatannya nanti, seberkas cahaya putih menyinari dirinya. Sesaat, ia pikir cahaya
itu hanya datang dari luapan fantasinya ketika ia sudah berhasil mati. Kemudian Nara tahu,
kematiannya akan membawa segala keadaan berubah menjadi baik. Inilah yang diinginkan semua
orang.

Nara tersenyum. Sedikit pun, ia tak merasakan kesedihan. Ia hanya merasakan gema bebas dan damai
berdengung dalam pikirannya. Sekarang, ia tak perlu lagi menerima berbagai bentuk kekerasan
mental dari orang-orang di sekitarnya. Ia sudah bebas dan hidup dalam kedamaian yang dirindukan.

Nara menutup matanya, merasakan seluruh sensasi dan kenikmatan damai yang mengalir di sekujur
tubuhnya. Berkas-berkas cahaya itu kembali datang dan menyinari tubuhnya, menuntun gadis kecil
itu menuju dimensi lain. Dimensi yang akan membawanya menuju keabadian.


Click to View FlipBook Version