Hilang
Pagi hari di tanggal 20 Agustus 1939, aku bangun dari tidurku. Aku pun bergegas ke
dapur untuk mulai menyiapkan sarapan untuk keluargaku. Setelah membuat sarapan,
aku pun keluar untuk mencari udara segar dan melihat pabrik di kota yang sudah mulai
mengeluarkan asap hitam tanda sudah beroperasi. Aku melihat beberapa pekerja yang
melintasi rumahku yang berada di pinggiran kota dekat Negara Polandia.
Setelah aku menghirup udara segar, aku pun kembali ke rumah. Aku mulai
membangunkan anggota keluargaku satu persatu, mulai dari ibu, ayah, dan yang
terakhir adikku. Seperti biasanya setelah aku sarapan aku pun langsung bersiap untuk
pergi ke sekolah dengan adikku. Di jalan menuju sekolah, kami selalu bercanda dan
juga membicarakan pelajaran sekolah.
Sepulang dari sekolah, kami akan mampir ke toko roti dan membeli roti. Kami langsung
cepat pulang untuk mengerjakan tugas sekolah. Sesampainya di rumah, kami berganti
pakaian dan segera mengerjakan tugas sekolah. Kami membantu orang tua dan
setelahnya aku dan adikku langsung pergi bermain bersama-sama di lapangan sebelah
rumah kami. Dari siang hingga matahari terbenam, kami bermain. Kami pergi mandi
untukmembersihkan diri dan di malam hari kami makan bersama dengan ayah dan ibu.
Hampir setiap hari aku dan adikku melakukan hal yang sama, tidak ada yang berbeda.
Hingga tanggal 1 september 1939, aku melihat banyak asap dan juga ledakan dari
daerah kota. Aku pun langsung berteriak memangil kedua orang tua dan mereka
langsung menghampiriku dan bertanya, “ada apa anakku?” Aku pun langsung berkata
“Papa mama lihat asap dan ada ledakan disana.” Mereka langsung melihat kea rah
kota dan bertanya kepada para tetangga dan pekerja yang sedang berlari untuk
menyelamatkan diri. Ayahku bertanya, ”Apa yang sedang terjadi di kota sana?” Para
pekerja pun berteriak, “Perang! Ada perang!”.
Aku dan keluargaku langsung masuk ke rumah dan mulai meyiapkan tas yang berisi
makanan dan juga baju. Kami pun langsung berlari ke arah timur untuk menghindar dari
perang. Di perjalanan kami melewati banyak hal dan kami tidur di pinggiran hutan,
supaya kami tidak bertemu denagan pasukan perang dan menghindari dari hewan
buas.
Hampir tiga hari kami berjalan di pinggiran hutan dan stok makanan kami juga mulai
menipis. Terpaksa kami harus segera mencari kota atau desa terdekat untuk membeli
makanan dan minum. Setelah kami berjalan jauh, kami pun akhirnya menemukan desa
dan kami langsung mencari kepala desa untuk meminta tempat untuk istirahat dan juga
membeli makanan dan minuman.
Kami menginap di desa tersebut selama 2 hari. Warga desa di sana terlihat baik-baik
saja, dan sepertinya mereka belum tahu bahwa ada perang di Polandia. Kami tetap
merahasiakannya supaya warga desa tidak ada yng panik dan cepat-cepat
meningalkan desa ini.
Di hari ketiga, kami mulai merencanakan destinasi kami akan pergi, karena kami masih
merasa tidak aman untuk tetap tinggal di desa ini. Di malam hari aku terbangun karena
suara ledakan yang besar dan aku pun langsung membangunkan keluargaku dan
langsung membawa persedian yang sudah didapatkan. Kami langsung berlari menuju
desa selanjutnya yang kami akan tempuh dengan berjalan kaki. Tiba- tiba ada peluru
yang langsung mengenai kaki ayahku, kami pun langsung bersembunyi di hutan untuk
menghindari bertemunya dengan tentara German. Ibu langsung membuka kotak obat
dan langsung membalut kaki ayah supaya tidak banyak darah yang keluar. Setelah
selesai, kami langsung bergegas untuk pergi dari sana. Aku melihat ke arah desa yang
sekarang telah dilahap oleh api.
Kami berjalan terus menjauh dari desa. Di tengah perjalanan, kami bertemu seorang
yang sedang mengangkut jerami untuk ternaknya. kami pun langsung menghampiri
orang itu dan ibuku bertanya, “Pak, apakah kami bisa menumpang?” Orang itu pun
menjawab, “Baiklah, kalian boleh menumpang?” Kami langsung naik ke gerobak
belakang yang penuh dengan jerami yang bisa kami gunakan untuk menghangatkan
diri.
Di perjalanan orang itu bertanya, “Apa kau belum tidur?” Aku pun menjawab, “Belum.”
Dia bertanya kembali, “Kenapa kau belum tidur sedangkan keluargamu sudah tidur
nyenyak?” Aku menjawab lagi, “Aku masih trauma dengan apa yang telah menimpa
keluargaku dan orang lain.” Dia bertanya, “Apa yang membuatmu trauma jika aku boleh
tahu?” Aku langsung menceritakan apa yang telah dilihat oleh mataku selama hampir
seminggu. Setelah aku bercerita, aku pun tertidur dan keesokan harinya kami
terbangun. Orang itu telah membawa kami ke rumahnya. Ibuku langsung berterima
kasih atas tumpanganya. Dia bertanya, “Apakah kalian sedang mencari tempat untuk
beristirahat?” Ibuku menjawab, “Iya, kami sedang mencari tempat untuk beristirahat.
Tapi bagaimana bapak tahu kalau kami sedang mencari tempat untuk beristirahat?”
Orang itu pun langsung menjawab, “Tadi malam anakmu bercerita tentang apa yang
telah kalian alami selama hampir seminggu ini dan itu pasti berat untuk bertahan hidup
di dekat area perang.” Ibuku bertanya, “Dimana tempat kami bisa beristirahat?” Orang
itu menjawab, “Kalian bisa tinggal di rumahku untuk sementara, hingga kalian siap
untuk menuju tempat yang kalian akan tuju.” Ibuku berterima kasih dan kami langsung
membawa ayah ke dokter terdekat.
Sesampainya kami di rumah sakit, kami pun langsung mencari dokter untuk mengobati
ayah. Setelah kami membawa ayah ke rumah sakit, kami mencari toko makanan
terdekat dan kami membeli makanan untuk kami makan dan juga untuk ayah kami.
Kami menetap di kota ini selama beberapa bulan hingga ada kabar bahwa perang telah
usai. Setelah kami dapat kabar bahwa perang sudah usai kami langsung melanjutkan
perjalanan kami setelah ayah sembuh.
Setelah ayah kami sembuh kami langsung berangkat untuk menuju rumah kakek dan
nenek kami dengan kereta kuda yang di berikan penduduk desa, di perjalanan kami
melihat banyak desa yang rusak karena perang dan aku bersyukur karena perang
sudah usai dan keluarga ku semuanya selamat.
Kami juga sempat mampir ke beberapa desa untuk membeli makanan dan juga
istirahat. Setelah perjalanan yang jauh akhirnya kami sampai juga di desa yang kakek
dan nenek ku tinggal, kami langsung bertanya di mana rumah kakek dan nenek kepada
penduduk desa setelah kami menemukan rumah kakek dan nenek kami pun langsung
mengetok pintu dan tanpa lama nenek pun membukakan pintu dan langsug menyambut
kami. Kami bertanya di mana kakek nenek menjawab “ kakek sedang ada di kebun
membntu yang lain” setelah itu nenek pun bertanya “ ada apa kalian kesini? Rumah
kalian kan jauh” kami menceritakan yang terjadi. Setelah beberapa lama kami bercerita
kakek pun pulang dan menanya kan hal yang sama seperti nenek dan kami terpaksa
untuk mengulang cerita. Setelah bercerita kami pun di suruh untuk tinggal bersama
kakek dan nenek, kami pun hidup bahagia.
The end