The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Muhammad Hidayat, 2024-06-19 07:56:08

Modul Pembelajaran Pencegahan Luka Kaki Diabetes

Modul Pencegahan LKD

Fakultas Keperawatan Modul Pembelajaran Pencegahan Luka Kaki Diabetes Untuk Perawat Puskesmas Universitas Hasanuddin Muhammad Hidayat Saldy Yusuf, S.Kep., Ns., MHS., Ph.D., ETN Syahrul Ningrat, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.MB. Sumber: Canva


Segala puji bagi Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat kesempatan sehingga modul pembelajaran pencegahan luka kaki diabetes ini dapat tersusun sesuai dengan waktu yang direncanakan. Tersusunnya modul ini tentunya tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik dalam bentuk pemikiran, moril, maupun material, sehingga pada kesempatan ini kami haturkan terima kasih kepada bapak Hasdi yang telah menyusun konsep dan materi, hingga akhirnya dapat dikembangkan menjadi modul ini, kami juga ucapkan terima kasih kepada pakar materi, pakar media, pakar promosi kesehatan, dan calon pengguna representatif yang telah berpartisipasi memberikan penilaian, saran, dan masukan guna perbaikan modul ini. Terima kasih juga kami sampaikan kepada pemilik Griya Afiat Makassar, Wound Care & Home Care serta tim dokumentasi yang telah memfasilitasi kami dalam pengambilan gambar, demi penyusunan modul ini. Terima kasih juga kami persembahkan kepada seluruh pihak yang berkontribusi dalam penyusunan modul ini. Kami menyadari bahwa modul ini tentunya masih terdapat kekurangan dan keterbatasan, baik dalam kandungan materi maupun desainnya, oleh karena itu saran, kritikan, dan masukan kami harapkan untuk menyempurnakan modul ini. Akhirnya semoga modul ini bisa memberikan manfaat bagi perawat yang bertugas di puskesmas pada khususnya dan kepada perawat pada umumnya, dan kami memohon maaf atas segala keterbatasan dan kekurangan modul ini. Kata Sambutan Salam Sejahtera, Makassar, Tim Penyusun 1


Daftar Isi Kata Sambutan Daftar Isi 1 2 Petunjuk Penggunaan Modul 3 Pengantar Penggunaan Modul Pemeriksaan dan Skrining Kaki 4 5 Pemilihan dan Penggunaan Alas Kaki yang Tepat Perawatan Kaki Mandiri dan Pengelolaan Faktor Risiko Luka Edukasi Perilaku dan Gaya Hidup Sehat Kunci Jawaban Latihan Soal Glosarium Rangkuman 2 Monofilament Test Ipswich Touch Test (IpTT) Ankle Brachial Index (ABI) Palpasi Nadi Dorsalis Pedis dan Tibialis Posterior 11 13 15 19 Stratifikasi Derajat LKD 20 24 28 34 43 46 47


Penggunaan Modul Modul ini berfokus pada konsep dan praktik pencegahan Luka Kaki Diabetes (LKD). Modul ini akan memberikan kesempatan kepada Anda untuk mempelajari komponen pencegahan LKD dan bagaimana cara mempraktikkan kepada orang yang berisiko mengalami LKD. Tujuan dari petunjuk ini adalah untuk memudahkan Anda memahami pelajaran yang harus dikuasai terkait pencegahan LKD. Modul ini diperuntukkan bagi perawat puskesmas yang berisikan materimateri tentang pencegahan LKD yang terdiri dari: pemeriksaan dan skrining kaki, pemilihan dan penggunaan alas kaki yang tepat, perawatan kaki mandiri dan pengelolaan faktor risiko luka, serta edukasi perilaku dan gaya hidup sehat. Modul ini berfokus pada pemahaman dan kemampuan mempraktikkan pencegahan LKD, sehingga perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: Hal yang Perlu Diperhatikan Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural tentang pencegahan LKD. Petunjuk Baca petunjuk modul ini dengan seksama dan pastikan mendapatkan informasi yang memadai tentang pencegahan LKD. Pelajari setiap sub modul dari modul ini. Selesaikan semua kegiatan pembelajaran dan tugas yang diberikan. Standar Kompetensi Memahami dan mendeskripsikan komponen-komponen pencegahan LKD. Kompetensi Dasar Mempraktikkkan komponen pencegahan LKD. 3


Modul pembelajaran ini disusun untuk memenuhi kebutuhan perawat terkait pencegahan LKD, khususnya perawat yang bertugas di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) atau puskesmas. Modul pembelajaran ini disusun untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam melakukan praktik pencegahan LKD. Modul ini disusun dalam tiga bagian, yaitu bagian awal atau pendahuluan, bagian isi, dan bagian akhir atau penutup. Bagian awal memuat tentang petunjuk penggunaan modul yang terdiri dari; hal-hal yang perlu diperhatikan, standar kompetensi, kompetensi dasar, , dan pengantar penggunaan modul. Bagian isi yang terdiri dari 4 sub modul meliputi uraian materi, penugasan, dan daftar pustaka. Bagian akhir mencakup latihan soal, glosarium, dan rangkuman yang dicantumkan pada akhir setiap sub modul. Materi modul pelatihan ini disusun dari berbagai sumber bacaan baik berupa buku maupun artikel yang relevan, dan juga berbagai gambar atau foto dimuat dalam modul ini, serta tautan video yang telah terstandar dibuat berdasarkan kebutuhan perawat sehingga diharapkan dapat memudahkan dalam memahami dan mempraktikkan pencegahan LKD. Semoga dengan mempelajari modul ini perawat dapat berkontribusi dalam pencegahan LKD, khususnya di FKTP. Penggunaan Modul Pengantar 4


BAGIAN I PEMERIKSAAN DAN SKRINING KAKI Modul Pembelajaran Pencegahan LKD Untuk Perawat Puskesmas Pemeriksaan Kaki merupakan komponen penting dalam pencegahan LKD. Pemeriksaan kaki secara teratur pada penyandang Diabetes Mellitus (DM) sangat membantu dalam mencegah LKD. Inspeksi dan pemeriksaan kaki berisiko secara teratur dapat mencegah komplikasi sekunder akibat DM. Pemeriksaan kaki dengan teratur adalah landasan strategi pencegahan amputasi yang efisien. Status risiko penyandang DM terhadap kejadian LKD dapat berubah dari waktu ke waktu, sehingga memerlukan pemantauan yang berkelanjutan. Penyesuaian frekuensi skrining kaki yang berkelanjutan direkomendasikan karena dapat membantu untuk mendeteksi perubahan status risiko LKD. Penurunan status risiko mungkin terjadi setelah intervensi (pembedahan) yang melibatkan perbaikan struktur kaki atau upaya meningkatkan aliran darah di ekstremitas bawah. Penyandang DM dengan risiko rendah dianjurkan untuk tetap melakukan pemeriksaan kaki tahunan sebab berpotensi menjadi lebih tinggi. Pada kondisi risiko sedang atau tinggi ditekankan untuk lebih sering melakukan pemeriksaan, seperti pada penyandang DM dengan deformitas kaki atau dengan diagnosis neuropati atau penyakit arteri perifer pada penilaian awal. Anda dapat menyimak video prosedur pemeriksaan kaki melalui tautan atau pindai kode QR berikut: https://s.unhas.ac.id/pemeriksaankaki Estimasi waktu belajar: 3 × 15 menit 5


Prosedur Pemeriksaan Kaki Cuci tangan Anda dan kenakan Alat Pelindung Diri Pe (APD) jika perlu. rsiapan Konfirmasi nama klien dan tanggal lahir. Jelaskan secara singkat pada klien apa saja pemeriksaan yang akan dilakukan. 01 02 03 04 Dapatkan persetujuan untuk melanjutkan pemeriksaan. Ekspos tungkai bawah klien secara memadai. Posisikan klien di tempat tidur, dengan bagian kepala tempat tidur setinggi 45 derajat. Tanyakan klien apakah merasakan sakit sebelum melanjutkan dengan pemeriksaan klinis. 05 06 07 08 Pelaksanaan Periksa ekstremitas bawah untuk patologi yang relevan, pastikan untuk melihat aspek posterior setiap kaki dan diantara masing-masing jari kaki untuk mencari luka tersembunyi, beberapa hal yang perlu diperhatikan: Inspeksi Sianosis perifer: perubahan warna kebiruan pada kulit yang berhubungan dengan rendahnya SpO2 pada jaringan yang terkena (misalnya mungkin ada pada angiopati karena perfusi yang buruk). Pallor perifer: warna pucat pada kulit yang dapat menunjukkan perfusi yang buruk. Luka vena: biasanya luka besar dan dangkal dengan batas tidak teratur yang menimbulkan nyeri ringan. Luka ini paling sering berkembang pada bagian tengah pergelangan kaki. Luka arteri: biasanya kecil, berbatas tegas, luka dalam yang sangat menyakitkan. Luka ini paling sering berkembang di daerah paling perifer dari ekstremitas (misalnya ujung jari). Gangren: nekrosis jaringan akibat perfusi yang tidak adekuat. Penampilan khas termasuk perubahan warna kulit (misalnya merah, hitam) dan kerusakan jaringan terkait. Anggota badan, jari kaki, jari tangan yang hilang: akibat amputasi. Perkenalkan diri Anda kepada klien termasuk nama dan tugas Anda. 6


Pelaksanaan Bekas luka: mungkin menunjukkan prosedur pembedahan sebelumnya (misalnya operasi bypass) atau bisul yang sudah sembuh. Rambut rontok pada kaki: terjadi karena kerusakan kronis perfusi jaringan pada kondisi angiopati. Kapalan kaki: sering disebabkan oleh gaya berjalan yang tidak normal dan/atau alas kaki yang tidak pas. Talang vena: vena yang memiliki sangat sedikit darah didalamnya karena suplai darah yang buruk ke anggota tubuh, karena itu terlihat “talang”. Lanjutan... Palpasi Temperatur (Suhu) Tempatkan bagian punggung tangan Anda ke tungkai bawah klien untuk menilai dan membandingkan suhu: Denyut Nadi Pada individu yang sehat, tungkai bawah harus hangat secara simetris yang menunjukkan perfusi yang memadai. Anggota badan yang dingin dan pucat menunjukkan perfusi arteri yang buruk. Palpasi nadi Dorsalis Pedis (DP) dan Tibialis Posterior (TP) untuk menilai perfusi perifer secara singkat. Sensasi Terdapat dua alternatif pemeriksaan sensasi, yaitu dengan menggunakan Monofilament test dan dengan Ipswich Touch Test (IpTT). Prosedur pemeriksaan dapat Anda baca pada bagian selanjutnya pada modul ini: Skrining Kaki - Palpasi nadi DP dan TP (Hal. 19). Prosedur pemeriksaan dapat Anda baca pada bagian selanjutnya pada modul ini: Skrining Kaki - Monofilament Test (Hal. 11) & Ipswich Touch Test (IpTT) (Hal. 13). Gaya Berjalan Neuropati perifer yang terkait dengan penyakit kaki diabetes dapat menyebabkan perkembangan gaya berjalan yang abnormal. Klien dengan neuropati perifer dapat menunjukkan strategi gaya berjalan konservatif dimana kecepatan berjalan mereka berkurang dan posisi kaki mereka diperlebar. Ketidakmampuan mengangkat kaki juga sering terjadi pada penyandang DM, yang dapat mengakibatkan gaya berjalan yang tinggi. Kecepatan: kecepatan berjalan dapat berkurang secara signifikan pada klien dengan neuropati perifer lanjut. Sikap: gaya berjalan yang melebar dapat dikaitkan dengan neuropati perifer lanjut untuk meningkatkan stabilitas. Langkah: loncatan tinggi dapat mengindikasikan adanya penurunan kemampuan mengangkat kaki. Klien dengan penyakit kaki diabetes seringkali memiliki peningkatan risiko jatuh, jadi pastikan untuk tetap dekat dengan klien selama pemeriksaan sehingga anda dapat melakukan intervensi jika diperlukan. Minta klien untuk berjalan ke ujung ruang pemeriksaan dan kemudian berbalik dan berjalan kembali, sementara Anda mengamati gaya berjalannya dengan memperhatikan: Jika kelainan diidentifikasi selama penilaian sensasi dengan monofilament test, pertimbangkan untuk melakukan tes lebih lanjut. Perhatian! 7


Pelaksanaan Periksa alas kaki klien Lanjutan... Penggunaan alas kaki yang tepat sangat penting untuk klien diabetes, hal ini terkait dengan gangguan sensasi dan perfusi perifer yang buruk. Alas kaki yang tidak pas atau benda asing di dalam sepatu dapat menyebabkan cedera jaringan yang signifikan dan pembentukan LKD. Oleh karena itu, periksa alas kaki klien: Perhatikan pola keausan pada sol (pakaian asimetris dapat menunjukkan gaya berjalan yang tidak normal. Periksa apakah ukuran sepatu sudah tepat untuk klien. Pastikan tidak ada bahan di dalam sepatu yang dapat menyebabkan cedera kaki. Berbelok: klien dengan neuropati perifer dapat merasa sulit untuk berbelok dan mereka mungkin melihat ke bawah ke kaki mereka saat berputar karena gangguan sensasi dan proprioseptif. Jelaskan kepada klien bahwa pemeriksaan sudah selesai. Ucapkan terima kasih kepada klien atas waktunya. 01 02 Buang APD dengan benar dan cuci tangan Anda. Rangkum temuan Anda. 03 04 Penilaian dan investigasi lebih lanjut Sarankan penilaian dan investigasi lebih lanjut kepada pemeriksa: Glukosa darah kapiler bedside: jika ada kekhawatiran bahwa klien saat ini hiperglikemik atau hipoglikemik. Serum HbA1c: untuk membantu penilaian kontrol glukosa darah selama tiga bulan sebelumnya. Pemeriksaan neurologis ekstremitas bawah: jika pemeriksaan kaki diabetes menunjukkan adanya defisit neurologis. Pemeriksaan arteri perifer: jika pemeriksaan kaki diabetes mengidentifikasi tandatanda klinis yang menunjukkan penyakit arteri. Pemeriksaan vena ekstremitas bawah: jika pemeriksaan kaki diabetes mengidentifikasi tanda-tanda klinis yang menunjukkan penyakit vena. Saran perawatan kaki: termasuk masukan podiatri reguler dan alas kaki yang sesuai. Perhitungan risiko kaki diabetes menggunakan alat penilaian berdasarkan temuan klinis pemeriksaan kaki diabetes. Fase Akhir 8


Skrining kaki yang berisiko ditujukan untuk mendeteksi adanya riwayat luka, riwayat diabetes, riwayat amputasi, dan juga tanda pra-ulserasi yang secara khusus mencakup skrining hilangnya sensasi pelindung (neuropati) atau Loss of Protective Sensation (LOPS) dan tanda atau gejala penyakit arteri perifer (angiopati) atau Peripheral Arterial Disease (PAD) . LOPS atau neuropati dapat dinilai dengan monofilament Semmes Weinstein (MSW) 10 gram, namun jika tidak tersedia gunakan Ipswich Touch Test (IpTT), yang nilai sensitifitasnya bekisar antara 72.7%-100% dalam mendeteksi neuropati. Selain itu, vibrasi handphone melalui aplikasi vibrations-test dapat menjadi alternatif untuk mendeteksi neuropati pada penyandang DM. Hasil penelitian yang dilakukan di Indonesia mengungkapkan bahwa teknik IpTT merupakan alternatif yang reliabel untuk mendeteksi gejala neuropati. Sementara itu, hasil studi sistematic review baru-baru ini menunjukkan bahwa IpTT memiliki tingkat persetujuan yang tinggi dengan alat skrining neuropati yang dapat digunakan secara klinis, terutama di daerah terpencil. Sementara PAD atau angiopati dapat dideteksi dengan tes Ankle Brachial Index (ABI) menggunakan sphygmomanometer dan portable doppler dengan frekuensi 8-10 MHz. Jika tidak tersedia, dapat dilakukan dengan palpasi nadi dorsalis pedis dan posterior tibialis dengan akurasi mencapai 100% terhadap ABI dalam mendeteksi angiopati. Skrining Kaki 9


Macam Skrining Kaki Monofilament test adalah salah satu metode pemeriksaan neuropati perifer yang cukup sederhana dan mudah untuk dilakukan. Metode ini banyak direkomendasikan dalam mendeteksi masalah neuropati. 01 Monofilament Test IpTT adalah metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya neuropati pada kaki diabetes yang dilakukan dengan cara menyentuh ujung pertama, ketiga, dan kelima jari-jari kedua kaki. Tindakan ini hanya memerlukan waktu 1-2 detik melalui jari telunjuk dalam mendeteksi adanya masalah sensasi pada kaki diabetes. 02 Ipswich Touch Test (IpTT) Ankle Brachial Index (ABI) adalah jenis pengukuran yang membandingkan antara ukuran nilai sistolik tekanan darah pada pergelangan kaki (ankle) dengan sistolik tekanan darah pada arteri brachialis. 03 Ankle Brachial Index (ABI) Palpasi nadi dorsalis pedis (DP) dan nadi posterior tibialis (PT) adalah teknik pemeriksaan yang digunakan untuk mengevaluasi sirkulasi perifer pada kaki yang merupakan alternatif pemeriksaan untuk mendeteksi angiopati. Palpasi nadi dorsalis pedis (DP) 04 dan nadi posterior tibialis (PT) Standar Pemeriksaan Neuropati Alternatif Pemeriksaan Neuropati Standar Pemeriksaan Angiopati Alternatif Pemeriksaan Angiopati 10


Monofilament Test Jangan lakukan pemeriksaan pada daerah yang terdapat luka, kalus, atau pada jaringan mati. Perhatian! Jelaskan kepada klien mekanisme dan tujuan tindakan Pe pemeriksaan; rsiapan Siapkan alat monofilament Semmes Weinstein (MSW); Atur posisi klien berbaring dengan telapak kaki datar; Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman. Pelaksanaan Pertama Cuci tangan sebelum melakukan tindakan; Anjurkan klien dalam kondisi rileks dan saat dilakukan pemeriksaan instruksikan agar klien menutup mata; Kedua Instruksikan kepada klien untuk menyatakan “iya” apabila merasakan adanya stimulus, jika stimulus yang dirasakan kurang maka klien perlu menjawab “iya, namun stimulus berkurang”; Lakukan kalibrasi dalam pemeriksaan: Lakukan secara berulang pada 3 titik kaki kanan dan kaki kiri dengan memposisikan monofilament tegak lurus dengan telapak kaki dan lakukan pemeriksaan ini secara acak; 01 02 03 04 Ketiga Keempat Sentuhkan monofilament pada tangan atau tulang dada klien dan sentuhkan juga pada bagian dorsal ibu jari kaki proksimal kuku kaki; Tekan monofilament test hingga 2 detik sampai menekuk dan angkat secara perlahan, gunakan gerakan yang lembut saat melakukan pemeriksaan; Instruksikan kepada klien untuk mengidentifikasi adanya sensasi setiap sentuhan yang dilakukan. Kelima Untuk masing-masing dari 6 titik rangsangan, berikan skor 0 yang tidak dirasakan, 0.5 jika secara substansial kurang dari yang dirasakan di lengan atau tulang dada, dan 1 jika dirasakan normal. Keenam Titik Pemeriksaan Monofilamen Standar Pemeriksaan Neuropati 11


Menggunakan Monofilament Berikut beberapa gambar referensi yang dapat membantu Anda dalam menggunakan monofilament: Evaluasi Observasi keadaan klien setelah dilakukan pemeriksaan. Simpulkan hasil yang dilakukan dan baca hasil interpretasi pemeriksaan sebagai berikut: 01 02 Skor 0-2 menunjukkan kemungkinan adanya neuropati. Skor 2.5-4.5 menunjukkan risiko tinggi timbulnya neuropati baru dalam 4 tahun ke depan. Skor 5-6 menunjukkan bahwa ada risiko rendah timbulnya neuropati di tahun berikutnya. Menggunakan alat Monofilament Semmes Weinstein (MSW). Hindari! Cara kurang tepat berikut saat menggunakan alat Monofilament. Titik pemeriksaan tidak tepat. Cara penggunaan alat tidak tepat. Area pemeriksaan tidak tepat (terdapat kalus). 12


Sebelum melakukan pemeriksaan, anjurkan klien untuk menutup mata dan lakukan sentuhan dengan lembut. Pemeriksa tidak dianjurkan mendorong atau mengetuk yang dapat menyebabkan timbulnya sensasi lain selain sentuhan ringan. Perhatian! Ipswich Touch Test (IpTT) Jelaskan kepada klien mekanisme dan tujuan tindakan pemeriksaan; Persiapan Perkenalkan diri pada klien; Atur posisi klien berbaring dengan telapak kaki datar; Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman. Pelaksanaan Lakukan sentuhan ringan IpTT dengan mendiamkan ujung jari telunjuk selama 1-2 detik pada ujung jari kaki pertama, ketiga, dan kelima. Pertama Kedua 01 02 03 04 Beri sentuhan pada ujung-ujung jari kaki pertama, ketiga, dan kelima. Kondisi neuropati dapat disimpulkan jika klien tidak merasakan sensasi sentuhan pada 2 tempat dari 6 lokasi yang dilakukan pemeriksaan. Enam Titik Pemeriksaan IpTT Alternatif Pemeriksaan Neuropati 13


Melakukan Prosedur IpTT Berikut beberapa gambar referensi yang dapat membantu Anda dalam melakukan prosedur IpTT: Interpretasi hasil skrining; Lakukan tindak lanjut bagi klien yang memiliki gejala neuropati; 01 02 Anda juga dapat menyimak video prosedur pemeriksaan saraf pada kaki (monofilament test dan IpTT) melalui tautan atau pindai kode QR berikut: Susun laporan hasil skrining dan berikan rekomendasi 03 untuk penanganan dalam mencegah terjadinya LKD. Melakukan IpTT pada ujung jari kaki pertama, ketiga, dan kelima. Cukup menyentuh! Jangan menekan dan mendorong ujung jari. Evaluasi https://s.unhas.ac.id/skriningneuropati 14


Ankle Brachial Index (ABI) Persiapan 01 Persiapan klien: 02 Anjurkan klien untuk menjauhi rokok, kopi, alkohol, dan aktivitas fisik berat setidaknya 12 jam sebelum pemeriksaan. Kondisikan klien dalam posisi rileks, nyaman, dan hangat guna menghindari vasokonstriksi dan kandung kemih dalam kondisi kosong. Buka alas kaki klien serta anjurkan untuk tidak menggunakan pakaian yang ketat. Tutup luka klien dengan plester atau kasa, apabila terdapat luka ringan di daerah pengukuran. Istirahatkan klien setidaknya 10 menit sebelum pemeriksaan agar tidak memengaruhi hasil dari pemeriksaan. Persiapan alat: Sphygmomanometer beserta mansetnya. Portable doppler berfrekuensi 8-10 MHz, atau pakai doppler berfrekuensi 5 MHz apabila terdapat edema luas di daerah ankle. Gel disiapkan untuk memudahkan transmisi pengecekan ultrasound. Alkohol pad buat membersihkan doppler. Lap atau tisu yang berguna menghilangkan gel yang melengket pada kulit klien. Kertas serta perlengkapan alat tulis untuk menulis hasil pemeriksaan. Klien diposisikan senyaman mungkin, yakni posisi terlentang (supinasi) atau dalam posisi duduk. Berdasarkan hasil uji klinis, posisi supinasi merupakan posisi yang paling ideal untuk mengukur ABI, sementara posisi duduk berpotensi menaikkan nilai ABI mencapai 0.3 poin apabila dibandingkan posisi supinasi. QUICK TIPS! Standar Pemeriksaan Angiopati 15


Pelaksanaan 1.Palpasi untuk mendeteksi nadi arteri brachialis pada lengan klien; Pasang manset tensimeter pada lengan atas kiri dan juga lengan kanan di atas siku pada arteri brachialis; 2. 3.Oleskan transmisi gel pada lokasi arteri brachialis yang sudah dipalpasi; Letakkan ujung dari probe doppler pada sudut 45 derajat yang mengarah ke bagian kepala klien sampai ditemukan sinyal denyut nadi; 4. 5.Pompa spygnomanometer hingga suara denyut nadi menghilang; Turunkan tekanan dari 2–3 mmHg/detik dan catat angka di manometer ketika suara nadi awal terdengar sebagai nilai sistolik; 6. 7.Ulangi kembali prosedur di lengan yang berlainan; Gunakan nilai sistolik tertinggi dari hasil pengukuran antara lengan kanan dan lengan kiri untuk menghitung ABI. 8. Pengukuran Tekanan BRACHIAL Pengukuran Tekanan ANKLE 1.Pasang manset pada kaki sekitar 2−3 cm di atas mata kaki; Raba nadi arteri dorsalis pedis di daerah punggung kaki bagian inferior dari tendon tibialis bagian anterior; 2. Oleskan gel transmisi pada lokasi tersebut kemudian posisikan ujung probe doppler di sudut 45 derajat yang mengarah pada lutut klien hingga ditemukan sinyal denyut nadi; 3. Pompa spygnomanometer hingga suara denyut nadi dari kaki menghilang; 4. Turunkan tekanan dari 2–3 mmHg/detik, kemudian catat nilai pada manometer ketika denyut nadi pertama terdeteksi sebagai nilai sistolik; 5. Lanjutkan dengan melakukan palpasi pada nadi arteri posterior tibialis di daerah malleolus medial inferior tendon calcaneus; 6. 7.Oleskan gel dan ukur nilai sistolik dengan metode yang sama; 8.Ulangi kembali prosedur guna menilai tekanan sistolik di kaki lainnya; Gunakan nilai sistolik tertinggi dari hasil pengukuran antara ankle kanan dan ankle kiri untuk menghitung ABI. 9. Menghitung ABI Teknik menghitung ABI yaitu dengan membagi dari nilai sistolik yang tertinggi dari arteri dorsalis pedis atau arteri posterior tibialis dengan nilai yang tertinggi dari sistolik arteri brachialis lengan kanan atau lengan kiri. Sumber: PCNA *Gambar worksheet disamping dapat menjadi referensi Anda. Pindai QR atau akses tautan berikut untuk mengunduh worksheet. https://s.unhas.ac.id/worksheetabi 16


Melakukan Prosedur ABI Berikut beberapa gambar referensi yang dapat membantu Anda dalam melakukan prosedur ABI: Melakukan pengukuran tekanan BRACHIAL Melakukan pengukuran tekanan ANKLE pada nadi dorsalis pedis Melakukan pengukuran tekanan ANKLE pada nadi posterior tibialis 17


Hasil Interpretasi Lebih dari 1.3 Indikasi kalsifikasi berat dalam pembuluh darah 0.9 - 1.3 Nilai normal 0.4 - 0.9 Indikasi adanya angiopati Kurang dari 0.4 Angiopati berat Analisa Hasil ABI; Sesudah dilakukan penilaian ABI, perlu memastikan kondisi klien apakah butuh dirujuk untuk memperoleh penanganan lanjutan. Kondisi yang menunjukkan bahwa klien harus dirujuk guna menjalani pemeriksaan lanjutan, antara lain: 01 02 Nilai ABI yang menunjukkan klien mengalami angiopati. Nilai ABI yang kurang dari 0.9 dengan luka tidak sembuh dalam kurun waktu 2-4 minggu meskipun telah diberikan terapi yang maksimal. Tekanan sistolik dari kaki kurang dari 30 mmHg. Kenaikan nilai ABI melebihi 1.3 dibutuhkan pengujian lebih lanjut, seperti pengukuran oksigen transkutan, pengukuran tekanan segmental, CT scan, USG duplex, dan magnetic resonance angiography di daerah ekstremitas atas dan ekstremitas bawah. Anda juga dapat menyimak video prosedur pemeriksaan pembuluh darah pada kaki (ABI & Palpasi Nadi) melalui tautan atau pindai kode QR berikut: Evaluasi https://s.unhas.ac.id/skriningangiopati 18


Palpasi Nadi Dorsalis Pedis & Posterior Tibialis Pelaksanaan Palpasi nadi Dorsalis Pedis (DP) diraba pada tulang navikular pada bagian anterior dari lekukan pergelangan kaki. Sedangkan palpasi nadi Posterior Tibialis (PT) diraba di antara medial maleolus dan tendon achilles. Palpasi nadi DP dan PT bertujuan untuk mendeteksi adanya gangguan dari arteri perifer dan juga untuk menilai risiko kaki diabetes. Lokasi Perabaan Prosedur Prosedur palpasi nadi DP dan PT dilakukan dengan tekanan lembut pada area nadi menggunakan ujung jari tangan guna mendeteksi kekuatan, irama, dan kualitas denyut nadi. Palpasi nadi dilakukan dengan meraba denyut nadi DP dan PT kanan maupun kiri. Penilaian nadi DP dan PT yang teraba sebagai tidak ada, berkurang, atau normal. Denyut nadi yang hampir tidak teraba diberi nilai berkurang. Denyut nadi disetiap ekstremitas bawah diindikasikan tidak ada hanya jika DP dan PT tidak teraba pada kaki yang sama, dan diindikasikan berkurang jika kedua denyut nadi berkurang ataupun salah satu denyut DP atau PT berkurang dan yang lainnya tidak ada. Klien diklasifikasikan sebagai angiopati jika setidaknya satu denyut nadi di satu kaki tidak ada atau berkurang. Melakukan Prosedur Palpasi Nadi DP & PT Berikut beberapa gambar referensi yang dapat membantu Anda dalam melakukan prosedur Palpasi Nadi DP & PT: Melakukan palpasi nadi Dorsalis Pedis (Gambar 1) dan nadi Posterior Tibialis (Gambar 2). Alternatif Pemeriksaan Angiopati Evaluasi 19


03 Derajat Risiko LKD Karakteristik Frekuensi Pemeriksaan 0 Sangat Rendah Tanpa neuropati dan angiopati Sekali setahun 1 Rendah Mengalami neuropati atau angiopati Setiap 6-12 bulan sekali 2 Sedang Mengalami neuropati dan angiopati; atau mengalami neuropati disertai deformitas kaki; atau mengalami angiopati disertai deformitas kaki. Setiap 3-6 bulan sekali 3 Tinggi mengalami neuropati dan angiopati, disertai: Riwayat luka Riwayat amputasi Penyakit gagal ginjal Setiap 1-3 bulan sekali Stratifikasi Derajat LKD Berdasarkan temuan pemeriksaan kaki dan skrining, penyandang DM dapat dikelompokkan berdasarkan risiko LKD sebagai berikut: Anda juga dapat menyimak video prosedur penjelasan mengenai stratifikasi/derajat LKD melalui tautan atau pindai kode QR berikut: https://s.unhas.ac.id/derajatlkd 20


Latihan Tugas I Pilihan Ganda! Jawablah pertanyaan berikut dengan memberikan tanda silang pada pilihan jawaban yang paling tepat! 1. Metode standar yang digunakan untuk mendeteksi neuropati atau LOPS adalah... a. ABI b. IpTT c. Monofilamen tes d. Palpasi nadi DP dan PT 2. Metode alternatif sederhana yang dapat digunakan untuk mendeteksi neuropati atau LOPS adalah... a. ABI b. IpTT c. Monofilamen tes d. Palpasi nadi DP dan PT 3. Metode standar yang digunakan untuk mendeteksi angiopati atau PAD adalah... a. ABI b. IpTT c. Monofilamen tes d. Palpasi nadi DP dan PT 4. Metode alternatif sederhana yang dapat digunakan untuk mendeteksi angiopati atau PAD adalah... a. ABI b. IpTT c. Monofilamen tes d. Palpasi nadi DP dan PT 5. Pada pasien dengan neuropati diabetik, screening ditujukan untuk mendeteksi adanya, kecuali... a. Riwayat luka b. Riwayat diabetes c. Tanda pre-ulcer d. Alas kaki yang tidak tepat 6. Untuk mengevaluasi persepsi sensori telapak kaki terhadap tekanan (pressure perception), maka tes yang dapat digunakan adalah... a. Monofilamen tes b. Vibration test c. Tes pinprick d. Reflex Hammer 7. Jari kaki yang disentuh pada pemeriksaan IpTT adalah... a. Jari ke 1, 2, dan 3 b. Jari ke 1, 2, dan 4 c. Jari ke 1, 3, dan 5 d. Jari ke 2, 3, dan 5 8. Pasien yang berisiko mengalami luka kaki diabetes disarankan untuk melakukan pemeriksaan tahunan, untuk mengetahui adanya... a. Vaskulopati dan angiopati b. Neuropati dan angiopati c. Vaskulopati dan neuropati d. Vaskulopati dan Limfedema 9. Frekuensi pemeriksaan kaki secara berkala dengan karakteristik hasil skrining tanpa neuropati dan angiopati adalah... a. Sekali setahun b. Setiap 6-12 bulan sekali c. Setiap 3-6 bulan sekali d. Setiap 1-3 bulan sekali 21


7 Uraikan dengan singkat dan jelas cara mendeteksi neuropati dengan menggunakan teknik Ipswich Touch Test (IpTT)! Uraian! Jawaban: Uraikan dengan singkat dan jelas stratifikasi risiko LKD berdasarkan hasil pemeriksaan kaki! Soal 2 Jawaban: Latihan Tugas II 10. Frekuensi pemeriksaan kaki secara berkala dengan karakteristik hasil skrining adanya neuropati dan angiopati, disertai riwayat luka, riwayat amputasi, dan riwayat penyakit gagal ginjal adalah... a. Sekali setahun b. Setiap 6-12 bulan sekali c. Setiap 3-6 bulan sekali d. Setiap 1-3 bulan sekali Jawablah pertanyaan berikut dengan mengisi pada bagian yang telah disediakan. Soal 1 22


Daftar Pustaka Diabetes Canada. Rapid Screening for Diabetic Neuropathy Using the 10 g SemmesWeinstein Monofilament. Can J Diabetes. 2018;42:S320. Halmar HF, Syam Y, Yusuf S. Tes Sederhana Deteksi Neuropati Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 : Studi Literatur. J Keperawatan Muhammadiyah. 2019;4(1):21–5. Hasdi. Modul Pelatihan Pencegahan Luka Kaki Diabetes Berbasis Telenursing bagi Perawat di Rural dan Remote Area: Modul A. 2022. Irna Satriani, Yusuf S, Kadar K. Sensitivitas dan Spesifisitas Teknik Palpasi dalam Mendeteksi Angiopati pada Pasien DM Tipe II dengan Luka dan Tanpa Luka. Hasanuddin Student J. 2017;2(1):120–6. IWGDF. IWGDF Guidelines on the prevention and management of diabetic foot disease. Schaper NC, Netten JJ van, Apelqvist J, Bus SA, Hinchliffe RJ, Lipsky BA, editors. The International Working Group on the Diabetic Foot. 2019. Lucoveis M do LS, Rolim LC de SP, Pedrosa HC, Roberto de Sá J, Armstrong DG, Boccara de Paula MA, et al. Development and validation of a pocket guide for the prevention of diabetic foot ulcers. Br J Nurs [Internet]. 2021 Jun 24;30(12):S6–15. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34170740 Mishra SC, Chhatbar KC, Kashikar A, Mehndiratta A. Diabetic foot. BMJ [Internet]. 2017 Nov 16;359:j5064–j5064. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29146579 Pamungkas PHRA, Usman AM. Panduan Praktis Screening Resiko Diabetes dan Neuropathy. 1st ed. Listiyawati I, Rosyidi K, editors. Jawa Timur: KHD Production; 2021. 1– 59 p. Potter DL. Diabetic Foot Examination-OSCE Guide [Internet]. Geeky Medics. 2022 [cited 2022 Jun 23]. Available from: https://geekymedics.com/diabetic-foot-examinationosce-guide/ Subramanian N, Xu J, Sayyed Kassem L, Simonson M, Desai N. Absent or diminished pedal pulses and estimated GFR decline in patients with diabetic kidney disease. Ren Fail [Internet]. 2019 Nov;41 Urbančič Rovan V, Rovan J. An exploration of diabetic foot screening procedures data by a multiple correspondence analysis. Zdr Varst [Internet]. 2016 Nov 7;56(1):65–73. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28289465 Yuliani K, Sulaeha, Sukri S, Yusuf S. Check Up Diabetic Foot, Deteksi Dini Risiko Luka Kaki Diabetes Pada Pasien Diabetes Mellitus di Makassar: Uji Sensitifitas dan Spesifisitas. Hasanuddin Student J [Internet]. 2017;1(1):62–5. Available from: http://journal.unhas.ac.id/index.php/jt/userHSJ Zhao N, Xu J, Zhou Q, Li X, Chen J, Zhou J, et al. Application of the Ipswich Touch Test for diabetic peripheral neuropathy screening: a systematic review and meta-analysis. BMJ Open. 2021 Oct;11(10):1–10. 23


Modul Pembelajaran Pencegahan LKD Untuk Perawat Puskesmas BAGIAN II ALAS KAKI YANG TEPAT Pemilihan dan penggunaan alas kaki yang tepat dapat mencegah kejadian LKD. Penyandang DM dengan risiko sedang atau tinggi mengalami LKD sering kehilangan kemampuan untuk merasakan nyeri atau tekanan, sehingga mungkin tidak mampu menilai secara memadai kesesuaian alas kaki atau tingkat tekanan pada kaki mereka. Penyandang DM dengan risiko sedang mengalami LKD (risiko IWGDF 2) atau yang telah sembuh dari luka kaki non-plantar (risiko IWGDF 3), dianjurkan untuk memakai alas kaki terapeutik yang mengakomodasi bentuk kaki yang pas, untuk mengurangi tekanan plantar dan membantu mencegah LKD. Jika terdapat kelainan bentuk kaki atau tanda pra-ulserasi, pertimbangkan untuk meresepkan alas kaki yang dibuat khusus, sol yang dibuat sesuai pesanan. PEMILIHAN DAN PENGGUNAAN Menyarankan penyandang DM untuk memakai alas kaki yang pas, melindungi, dan mengakomodasi bentuk kaki mereka. Hal yang dapat dilakukan oleh Perawat Puskesmas 01 Dalam mengelola penyandang DM, perawat diharapkan dapat melakukan hal-hal berikut: Anjurkan penyandang DM untuk selalu memakai kaos kaki di dalam alas kaki mereka, untuk mengurangi gesekan. Mendidik penyandang DM, kerabat, dan pengasuh mereka tentang pentingnya memakai alas kaki yang tepat untuk mencegah luka kaki. Instruksikan penyandang DM pada risiko sedang atau tinggi dari luka kaki untuk mendapatkan alas kaki dari profesional terlatih yang tepat untuk memastikan itu cocok, melindungi dan mengakomodasi bentuk kaki mereka. 02 03 04 Estimasi waktu belajar: 1 × 15 menit 24


Memotivasi penyandang DM pada risiko sedang atau tinggi luka kaki untuk memakai alas kaki mereka setiap saat, baik di dalam maupun di luar ruangan. Memotivasi penyandang DM pada risiko sedang atau tinggi dari luka kaki, atau kerabat dan pengasuh mereka untuk memeriksa alas kaki mereka, setiap kali sebelum memakai, untuk memastikan tidak ada benda asing di dalam atau menembus alas kaki, dan periksa kaki mereka setiap kali alas kaki mereka dilepas untuk memastikan tidak ada tanda-tanda tekanan, trauma, atau ulserasi yang tidak normal. 05 06 Untuk orang dengan kelainan bentuk kaki atau lesi pra-ulserasi, pertimbangkan untuk meresepkan alas kaki medis yang mungkin termasuk orthosis atau sol dalam sepatu yang dibuat khusus. 07 Untuk orang dengan luka kaki plantar yang sembuh, resepkan alas kaki medis dengan orthosis atau sol dalam sepatu yang dibuat khusus dengan efek penghilang tekanan plantar yang ditunjukkan di area berisiko tinggi. 08 Tinjau alas kaki yang ditentukan setiap tiga bulan untuk memastikannya masih 09 cukup pas, melindungi, dan menopang kaki. Untuk penyandang LKD plantar, alas kaki tidak secara khusus direkomendasikan untuk pengobatan dengan meresepkan perangkat offloading yang sesuai untuk menyembuhkan luka. 10 Memilih Alas Kaki yang Tepat Berikut beberapa gambar referensi yang dapat membantu Anda dalam memilih & menyarankan alas kaki yang tepat untuk penyandang DM: IWGDF merekomendasikan bagi pasien risiko 2 dan 3 untuk menggunakan alas kaki terapeutik seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut. Anjurkan untuk menghindari penggunaan alas kaki beresiko seperti gambar disamping, dengan ciri memiliki: Ujung yang Runcing Alas yang tipis Tali terbuka Hak yang tinggi. 25


Latihan Tugas I Anda juga dapat menyimak video penjelasan mengenai penggunaan dan pemilihan alas kaki yang tepat melalui tautan atau pindai kode QR berikut: Pilihan Ganda! Jawablah pertanyaan berikut dengan memberikan tanda silang pada pilihan jawaban yang paling tepat! 1. Pemilihan dan penggunaan alas kaki yang dianjurkan pada pasien berisiko LKD adalah... a. Alas kaki yang mengakomodasi bentuk kaki b. Alas kaki yang longgar c. Alas kaki yang mahal d. Alas kaki yang sempit 2. Edukasi yang tepat terkait penggunaan alas kaki adalah... a. Di dalam rumah boleh tanpa alas kaki b. Bila tidak ada alas kaki, cukup dengan kaos kaki c. Alas kaki digunakan di dalam dan di luar rumah d. Alas kaki diperiksa setelah digunakan 3. Untuk memastikan alas kaki yang digunakan masih cukup pas, melindungi, dan menopang kaki, sebaiknya alas kaki ditinjau ulang setiap... a. 3 bulan sekali b. 6 bulan sekali c. 1 tahun sekali d. 2 tahun sekali https://s.unhas.ac.id/alaskakitepat 26


7 Uraikan dengan singkat dan jelas hal-hal yang perlu dilakukan dalam pemilihan dan penggunaan alas kaki pada penyandang DM dengan risiko LKD! Uraian! Jawaban: Latihan Tugas II Jawablah pertanyaan berikut dengan mengisi pada bagian yang telah disediakan. Soal BalutanLuka Modern. Pilihlah alas kaki yang tepat untuk penderita diabetes [Internet]. Indonesia: www.youtube.com; 2019. Available from: https://www.youtube.com/watch? v=35oBIFHd08k Hasdi. Modul Pelatihan Pencegahan Luka Kaki Diabetes Berbasis Telenursing bagi Perawat di Rural dan Remote Area: Modul A. 2022. IWGDF. IWGDF Guidelines on the prevention and management of diabetic foot disease. Schaper NC, Netten JJ van, Apelqvist J, Bus SA, Hinchliffe RJ, Lipsky BA, editors. The International Working Group on the Diabetic Foot. 2019. Misali S, Yusuf S, Syam Y. Alas kaki yang tepat menurunkan risiko luka kaki diabetik: Literature review. J Keperawatan Muhammadiyah. 2020;1(1):114–21. van Netten JJ, Lazzarini PA, Armstrong DG, Bus SA, Fitridge R, Harding K, et al. Diabetic Foot Australia guideline on footwear for people with diabetes. J Foot Ankle Res. 2018;11(1):1–14. Daftar Pustaka 27


Modul Pembelajaran Pencegahan LKD Untuk Perawat Puskesmas BAGIAN III Perilaku perawatan kaki mandiri yang tepat dapat mengurangi risiko cedera, infeksi, dan amputasi pada seseorang dengan kaki yang berisiko. Perilaku perawatan diri kaki yang ideal meliputi pemeriksaan kaki dan perlengkapan sepatu setiap hari, kebersihan kaki setiap hari, tidak berjalan tanpa alas kaki, memakai perlengkapan sepatu yang sesuai, memotong kuku kaki, menghindari penggunaan bahan abrasif pada kaki, perawatan profesional dini untuk luka terbuka dan lesi pada kaki, dan pemeriksaan kaki rutin oleh seorang profesional terlatih untuk mengidentifikasi komplikasi kaki diabetes. Disamping itu, pengelolaan faktor risiko luka merupakan bagian penting dalam mencegah terjadinya LKD. Penanganan yang tepat untuk setiap tanda pra-ulserasi seperti kalus yang banyak pada kaki, kuku jari kaki yang tumbuh ke dalam, dan infeksi jamur pada kaki guna membantu mencegah terjadinya luka pada penyandang DM yang berisiko mengalami LKD. Tandatanda ini membutuhkan perawatan segera oleh profesional perawatan kesehatan yang terlatih. Perawatan Diri (Self Care) Bentuk perawatan diri yang ideal bagi penyandang dengan DM dalam mencegah terjadinya LKD antara lain memeriksa setiap hari seluruh permukaan kedua kaki dan bagian dalam sepatu yang akan dipakai, cuci kaki setiap hari kemudian mengeringkan dengan hati-hati terutama di sela-sela jari kaki, potong kuku kaki lurus, dan hindari pemakaian plester serta teknik lain untuk menghilangkan kalus. Hal ini penting untuk ditekankan untuk mencegah peningkatan risiko luka kaki dan amputasi pada penyandang DM yang tidak melakukan pemeriksaan kaki secara mandiri. PERAWATAN KAKIMANDIRI DAN PENGELOLAAN FAKTOR RISIKO LUKA Estimasi waktu belajar: 2 × 15 menit 28


Komponen perawatan kaki yang dapat dianjurkan kepada penyandang untuk dapat dilakukan sendiri antara lain: Pemeriksaan kaki untuk memantau tanda pre-ulserasi Mencuci kaki Membersihkan kaki menggunakan air dan sabun. Mengeringkan kaki serta sela-sela jari kaki setelah dicuci. Memotong kuku Memotong kuku setiap pekan. Memotong kuku dengan cara lurus. Pemakaian kaos kaki Memakai kaos kaki yang bersih. Memakai kaos kaki dari bahan yang lembut dan tidak licin. Memakai kaos kaki yang pas. Mengecek bagian dalam ataupun bagian luar alas kaki sebelum dan sesudah digunakan Fenomena belakangan yang sering kali terjadi pada penyandang DM menunjukkan perilaku perawatan kaki dan pengetahuan tentang perawatan kaki masih kurang sehingga perlu adanya program untuk meningkatkan pengetahuan perawatan kaki sendiri dan program untuk menurunkan distres diabetes pada penyandang DM. Sehingga penyandang DM yang berisiko mengalami luka kaki (risiko IWGDF 1-3) harus dianjurkan untuk melindungi kaki mereka dengan tidak berjalan tanpa alas kaki, dengan kaos kaki tanpa sepatu, atau dengan sandal bersol tipis baik di dalam atau di luar ruangan. Pemakaian Pelembab pada Kulit Pemakaian pelembab pada kulit kaki merupakan salah satu upaya untuk mencegah kulit kering dan pecah-pecah yang berisiko menjadi LKD. Losion atau krim dapat melindungi dari kulit kering dan pecah-pecah. Penggunaan krim pelembab seperti emolien untuk melumasi kulit kering dan hindari penggunaan bahan kimia. Pemakaian pelembab sela-sela jari kaki tidak direkomendasikan karena dapat memicu terjadinya LKD. Penyandang DM sangat dianjurkan untuk memakai pelembab secara rutin. American Academy of Dermatology Association merekomendasikan untuk lebih memilih pelembab krim atau salep mengatasi kulit kering daripada pelembab losion. Gunakan krim atau salep bebas pewangi yang mengandung ceramide dan oleskan pelembab setelah mandi atau ketika kulit mulai terasa kering dan gatal. Dengan mempertahankan kelembaban kulit akan menjadi lebih elastis dan mencegah terjadinya kaki pecah-pecah yang berpotensi infeksi. Anda juga dapat menyimak video penjelasan mengenai perawatan kaki melalui tautan atau pindai kode QR berikut: https://s.unhas.ac.id/perawatankakimandiri 29


Pengelolaan Faktor Risiko Luka Beberapa langkah pengelolaan yang dapat dilakukan perawat untuk risiko terjadinya LKD meliputi: 01 Melakukan perawatan kallus Melindungi adanya lecet dan mengeringkannya bila perlu. Mengobati kaki pecah-pecah. 02 03 Perawatan kallus dapat dilakukan oleh perawat secara mandiri melalui prosedurprosedur non-bedah, seperti menggosok kulit yang menebal di air sabun yang hangat dan juga pemberian pelembab. Pemberian pelembab berupa losion atau krim dapat mengatasi kulit kering dan pecah-pecah. 04 Merawat kuku jari kaki yang tumbuh ke dalam atau menebal. Perawatan tergantung tingkat keparahannya, jika peradangannya ringan dan tidak terlalu sakit, jari kaki dapat direndam dalam sabun cuci kaki dan kemudian bagian jari kaki yang sakit dapat diobati dengan tincture, gel, dan krim antiseptik atau anti-inflamasi. Sangat penting untuk mengeringkan kaki secara menyeluruh setelah cuci kaki, menunggu beberapa saat sebelum memakai sepatu, dan menghindari memberi tekanan pada kuku yang tumbuh ke dalam. 05 Mengontrol perdarahan kulit. 06 Mengkolaborasikan pengobatan antijamur untuk infeksi jamur. Perawatan utama adalah obat antijamur topikal yang diberikan sekali atau dua kali sehari. Untuk mengurangi risiko infeksi jamur harus memastikan bahwa kaki khususnya sela jari-jari kaki tetap kering, mengenakan kaos kaki yang terbuat dari serat alami (katun atau wol), melindungi kaki saat berada di kamar mandi umum, pancuran, kolam renang, dan pusat kebugaran, serta memakai sepatu yang berventilasi baik bila memungkinkan. Pertimbangkan untuk mengedukasi penyandang DM yang berisiko rendah atau sedang mengalami LKD (risiko IWGDF 1 atau 2) untuk melakukan latihan kaki dan yang berhubungan dengan mobilitas dengan tujuan mengurangi faktor risiko ulserasi yaitu menurunkan tekanan puncak, meningkatkan jangkauan gerak kaki dan pergelangan kaki dengan tujuan memperbaiki gejala. QUICK TIPS! Anda juga dapat menyimak video penjelasan mengenai pengelolaan faktor risiko luka melalui tautan atau pindai kode QR berikut: https://s.unhas.ac.id/faktorrisikolkd 30


Latihan Tugas I Pilihan Ganda! Jawablah pertanyaan berikut dengan memberikan tanda silang pada pilihan jawaban yang paling tepat! 1. Tanda-tanda pre ulserasi yang merupakan faktor risiko LKD adalah... a. Kallus b. Infeksi jamur c. Kuku kaki tumbuh kedalam d. Semua jawaban benar 2. Cara merawat kuku kaki yang tumbuh ke dalam dengan tingkat peradangan dan nyeri ringan adalah... a. Topikal antijamur b. Ekstraksi kuku c. Rendam jari kaki pada air sabun cuci d. Antibiotik dosis tinggi 3. Cara mencuci kaki yang benar dalam rangka perawatan kaki adalah... a. Membersihkan kaki menggunakan air dan sabun b. Mengeringkan kaki serta sela-sela jari kaki setelah di cuci c. Jawaban a dan b benar d. Jawaban a dan b salah 4. Cara memotong kuku yang benar dalam rangka perawatan kaki adalah... a. Mengikuti bentuk kaki b. Memotong dengan cara lurus c. Menggunakan pisau silet d. Memotong rapat kedalam 5. Pemakaian kaos kaki yang benar dalam rangka perawatan kaki adalah, kecuali... a. Memakai kaos kaki yang bersih b. Memakai kaos kaki dari bahan yang lembut c. Memakai kaos kaki yang pas d. Memakai kaos kaki dari bahan yang licin 6. Beberapa prinsip perawatan tanda pre-ulcer (praluka) kaki diabetes yang harus dilakukan, kecuali... a. Lepaskan kallus b. Lindungi blister c. Resepkan pengobatan antijamur d. Rawat ingrown nail (kuku tergulung) 31


7 Uraikan dengan jelas dan singkat cara melakukan perawatan kaki mandiri dalam pencegahan LKD! Uraian! Jawaban: Latihan Tugas II Jawablah pertanyaan berikut dengan mengisi pada bagian yang telah disediakan. Soal 1 Soal 2 Uraikan dengan jelas dan singkat cara pengelolaan faktor risiko luka dalam pencegahan LKD! Jawaban: 32


Daftar Pustaka Abrar EA, Yusuf S, Sjattar EL. Pengembangan instrumen perawatan kaki untuk pasien diabetes dalam Upaya pencegahan terjadinya Luka Kaki Diabetes (LKD): Study Delphy. J Kesehat Manarang. 2019;5(1):32 – 37. Ahmad Sharoni SK, Mohd Razi MN, Abdul Rashid NF, Mahmood YE. Self-efficacy of foot care behaviour of elderly patients with diabetes. Malaysian Fam physician Off J Acad Fam Physicians Malaysia [Internet]. 2017 Aug 31;12(2):2–8. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29423123 Bonner T, Foster M, Spears-Lanoix E. Type 2 diabetes-related foot care knowledge and foot self-care practice interventions in the United States: a systematic review of the literature. Diabet Foot Ankle [Internet]. 2016 Feb 17;7:29758. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26899439 Bus SA, Armstrong DG, Gooday C, Jarl G, Caravaggi C, Viswanathan V, et al. Guidelines on offloading foot ulcers in persons with diabetes (IWGDF 2019 update). Diabetes Metab Res Rev. 2020;36(S1):1–18. Gupta AK, Daigle D, Paquet M, Gandhi B, Simpson F, Villanueva E, et al. Topical treatments for athlete’s foot. Cochrane Database Syst Rev [Internet]. 2018 Jan 24;2018(1):CD010863. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6491170/ Hasdi. Modul Pelatihan Pencegahan Luka Kaki Diabetes Berbasis Telenursing bagi Perawat di Rural dan Remote Area: Modul A. 2022. Hashmi F, Nester CJ, Wright CRF, Lam S. The evaluation of three treatments for plantar callus: a three-armed randomised, comparative trial using biophysical outcome measures. Trials. 2016 May;17(1):251. IQWiG (Institute for Quality and Efficiency in Health Care). Ingrown toenail: Overview [Internet]. National Library of Medicine. 2021 [cited 2022 Jun 23]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513138/ IWGDF. IWGDF Guidelines on the prevention and management of diabetic foot disease. Schaper NC, Netten JJ van, Apelqvist J, Bus SA, Hinchliffe RJ, Lipsky BA, editors. The International Working Group on the Diabetic Foot. 2019. Kasiya MM, Mang’anda GD, Heyes S, Kachapila R, Kaduya L, Chilamba J, et al. The challenge of diabetic foot care: Review of the literature and experience at Queen Elizabeth Central Hospital in Blantyre, Malawi. Malawi Med J [Internet]. 2017 Jun;29(2):218–23. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28955436 Sari Y, Upoyo AS, Isworo A, Taufik A, Sumeru A, Anandari D, et al. Foot self-care behavior and its predictors in diabetic patients in Indonesia. BMC Res Notes [Internet]. 2020;13:1– 6. Available from: https://search.proquest.com/scholarly-journals/foot-self-carebehavior-predictors-diabetic/docview/2357557369/se-2?accountid=25704 Woldemariam GT, Atnafu NT, Radie YT, Wolde GT, Gebreagziabher TT, Gebrehiwot TG, et al. Determinants of diabetic foot ulcer among adult patients with diabetes attending the diabetic clinic in tikur anbessa specialized hospital, addis ababa, ethiopia: Unmatched case–control study. Diabetes, Metab Syndr Obes Targets Ther. 2020;13:3739–47. 33


Modul Pembelajaran Pencegahan LKD Untuk Perawat Puskesmas BAGIAN IV EDUKASI PERILAKU & GAYA HIDUPSEHAT Edukasi yang dilakukan secara terstruktur, terorganisir, dan berkesinambungan memainkan peran penting dalam mencegah masalah kaki diabetes. Edukasi bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan penyandang DM tentang perawatan kaki, manajemen diri, meningkatkan kesadaran, motivasi, dan keterampilan untuk memfasilitasi kepatuhan terhadap perilaku yang sesuai. Metode Health Belief Model (HBM) atau model kepercayaan kesehatan dapat dipilih dalam edukasi penyandang DM karena dapat menciptakan keyakinan untuk berperilaku hidup sehat dan telah terbukti dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang manajemen diri, kepercayaan, dan kualitas hidup penyandang DM. Edukasi yang perlu diberikan terkait dengan pencegahan LKD, antara lain: 01 Edukasi tentang penyakit DM dan komplikasinya Mencakup informasi tentang pengertian, penyebab, gejala, dan komplikasi DM. DM merupakan suatu kondisi dimana kadar gula darah dalam tubuh lebih tinggi dari nilai normal. Beberapa faktor penyebab utama DM adalah keturunan, obesitas, dan pola makan yang tidak sehat. Gejala umum yang sering dialami oleh penyandang DM adalah sering buang air kecil, rasa haus, dan rasa lapar yang meningkat. DM yang tidak ditangani dengan tepat dapat mengakibatkan komplikasi berupa kerusakan pada organ lain seperti jantung, mata, ginjal, dan LKD. Estimasi waktu belajar: 2 × 15 menit 34


02 Edukasi tentang pencegahan dan perawatan LKD Edukasi tentang pencegahan dan perawatan LKD mencakup informasi: Pencegahan LKD melalui pemeriksaan dan skrining kaki, penggunaan dan pemilihan alas kaki yang tepat, pengelolaan faktor risiko ulserasi, dan perawatan kaki secara teratur. Perawatan LKD terdiri dari manajemen luka lokal, debridemen, manajemen infeksi, offloading, dan revaskularisasi. 03 Edukasi tentang perawatan kaki Penyandang DM diharapkan mampu melaksanakan perawatan kaki dengan teratur guna meminimalkan terjadinya komplikasi cedera kaki diabetes. Edukasi tentang perawatan kaki terdiri dari informasi: Bisul kaki dan konsekuensinya. Perilaku pencegahan perawatan kaki yang dilakukan secara mandiri, seperti; tidak berjalan tanpa alas kaki, tidak mengenakan kaos kaki tanpa sepatu, dan menghindari penggunaan sandal bersol tipis. Mengenakan alas kaki yang cukup protektif. Melakukan pemeriksaan kaki secara teratur. Mempraktikkan kebersihan kaki yang benar. Mencari bantuan profesional tepat waktu setelah mengidentifikasi masalah kaki. 04 Edukasi tentang manajemen perawatan diri Edukasi tentang manajemen perawatan diri memuat informasi tentang: Pemantauan suhu kulit kaki secara mandiri sekali sehari untuk mengidentifikasi tandatanda awal peradangan kaki dan membantu luka kaki pertama maupun berulang. Adanya perbedaan kenaikan suhu pada daerah serupa pada kedua kaki dalam dua hari berturut-turut, instruksikan penyandang untuk mengurangi aktivitas, rawat jalan, dan berkonsultasi dengan profesional perawatan kesehatan yang cukup terlatih untuk diagnosis. Pemantauan suhu kaki di rumah relatif hemat biaya dan mudah dilakukan, mungkin memiliki nilai klinis yang tinggi dan membantu memberdayakan penyandang dalam melakukan perawatan kaki secara mandiri. Infografis Penyakit Diabetes Mellitus Anda dapat memperoleh dan menggunakan bahan edukasi yang dapat diakses pada tautan atau pindai QR berikut. https://p2ptm.kemkes.go.id/ infographic-p2ptm/penyakitdiabetes-melitus 35


05 Edukasi tentang bahaya rokok dan konsumsi alkohol Edukasi tentang bahaya rokok dan konsumsi alkohol mencakup informasi tentang: Bahaya merokok yang dapat mengakibatkan perubahan sekresi insulin oleh sel pankreas dan juga dapat memediasi resistensi insulin, sehingga terjadi gangguan metabolisme glukosa yang dapat menyebabkan DM. Bahaya konsumsi alkohol yang dapat mengganggu kontrol gula darah diabetes dan meningkatkan risiko impotensi, neuropati perifer, dan retinopati. 06 Edukasi tentang pentingnya diet dan olahraga teratur J yang pertama adalah Jadwal, artinya mengikuti jadwal makan yang tepat atau teratur untuk menjaga waktu makan sesuai jam yang ditentukan. Tujuan mematuhi waktu makan secara teratur adalah untuk mengurangi beban kerja tubuh agar tidak terlalu berat dalam mencerna atau menyerap zat-zat gizi. J yang kedua adalah Jumlah, artinya mengonsumsi jumlah makanan atau mengatur porsi makanan yang dikonsumsi setiap waktu makan. Jumlah atau porsi yang dimakan penderita Diabetes harus dihitung dari jumlah kalori dan kebutuhan protein, lemak, karbohidrat serta zat-zat gizi lainnya yang dibutuhkan oleh tubuh. J yang ketiga adalah Jenis, artinya memilih jenis bahan makanan yang tepat agar dapat membiasakan penderita Diabetes mengonsumsi makanan beraneka ragam dan memiliki kebiasaan pola konsumsi makan yang baik. Semakin banyak ragam makanan yang dikonsumsi penderita Diabetes maka akan semakin baik, karena tidak ada satu jenis bahan makanan yang mengandung semua zat-zat gizi sehingga kekurangan zat gizi tersebut akan ditutupi oleh jenis makanan lain. Modifikasi pola makan dan perilaku, olahraga teratur, dan intervensi gaya hidup sebagai komponen penting dalam pencegahan DM dan obesitas. Secara khusus, beberapa prinsip pengaturan makan pada penderita Diabetes, antara lain; anjuran makan gizi seimbang, makanan tidak dilarang tapi hanya dibatasi sesuai kebutuhan harian, menu yang diberikan sama dengan menu keluarga dan perlu diingat bahwa penggunaan gula sebagai bumbu di dalam masakan tidak dilarang namun penggunaan garam perlu dikurangi. Istilah yang digunakan untuk pengaturan makan penderita Diabetes adalah 3J, yaitu; tepat Jadwal Makan, tepat Jumlah Makanan dan tepat Jenis bahan makanan yang penjabarannya sebagai berikut. Olahraga bagi Penyandang DM Latihan aerobik (berjalan, jogging, dan bersepeda) setidaknya 150 menit/minggu olahraga sedang hingga berat. Terbagi dalam 3 sampai 7 hari/minggu, dengan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut di antara sesi latihan. Olahraga setiap hari disarankan untuk memaksimalkan kerja insulin. Durasi yang lebih pendek (setidaknya 75 menit/minggu) dari intensitas kuat atau latihan interval mungkin cukup untuk penyandang DM yang lebih muda dan lebih bugar secara fisik. Dapat dilakukan terus menerus, atau sebagai latihan interval intensitas tinggi. Rekomendasi ADA 36


08 Edukasi tentang kontrol glikemik Kontrol glikemik yang optimal adalah strategi yang efektif untuk pencegahan LKD. Kontrol glikemik yang ketat telah terbukti efektif menunda atau mencegah neuropati diabetes. Teknik coaching berpotensi untuk meningkatkan kontrol glikemik pada penyandang DM Tipe 2, dimana coaching dapat dilakukan dengan tatap muka dan kombinasi dengan telepon. 09 Edukasi tentang kontrol berat badan Tingkat keparahan LKD salah satunya disebabkan oleh Indeks Massa Tubuh (IMT) yang tinggi. Obesitas merupakan suatu kondisi dimana kandungan lemak berlebihan dalam tubuh sehingga cenderung berisiko mengalami gangguan kesehatan. Target glikemik yang direkomendasikan pada orang dewasa yang tidak hamil: Cara Mengukur IMT atau berat badan ideal dengan menggunakan formulasi: Interpretasi: Keterangan: BB = Berat Badan dalam satuan kilogram TB = Tinggi Badan dalam satuan meter HbA1C Glukosa plasma kapiler preprandial Glukosa plasma kapiler postprandial puncak ≤ 7.0% (53 mmol/mol) 80-130 mg/dL (4.4–7.2 mmol/L) ≤180 mg/dL (10.0 mmol/L) Sangat kurus Kurus Normal Gemuk Obesitas < 17 17 < 18.5 18.5 – 25.0 25 - 27 > 27 Sementara itu disebut memiliki obesitas sentral, apabila lingkar perut pada pria ≥ 90 cm dan pada Wanita ≥ 80 cm. Perawat diharapkan dapat menyarankan dan mengajarkan penyandang untuk melakukan latihan kaki dengan risiko rendah hingga sedang mengalami LKD (risiko IWGDF 1 atau 2). Setiap potensi bahaya sebanding dengan manfaat kesehatan umum dari olahraga dan perbaikan khusus pada defisit muskuloskeletal kompleks yang berkembang dengan diabetes. Direkomendasikan untuk melakukan penilaian kaki sebelum penyandang DM memulai latihan, dan selalu mengevaluasi kemajuan pelatihan dan hasil secara teratur dan memperbarui program bila diperlukan. Dianjurkan untuk meningkatkan langkah harian maksimal 10% per minggu, sampai seseorang mencapai peningkatan keseluruhan 1000 langkah. Senam kaki diabetes adalah salah satu latihan yang dapat dilakukan penyandang DM guna melancarkan peredaran darah pada kaki dan mengencangkan otot-otot tungkai bawah (paha dan betis) sehingga dapat mencegah terjadinya LKD, mencegah kelainan pada kaki, dan membantu pergerakan sendi secara normal. Penyandang DM disarankan melakukan senam kaki dengan frekuensi empat kali perminggu dengan waktu sekitar 30 menit. 07 Edukasi tentang aktivitas rutin/senam kaki 37


Perawat diharapkan dapat mengidentifikasi dan menjelaskan deformitas pada kaki penderita diabetes yang muncul sebagai hasil dari adanya neuropati motorik, guna mencegah keparahan lebih lanjut. 10 Edukasi tentang deformitas kaki Hammer Toe, deformitas kaki dimana tikungan kaki ke bawah pada sendi tengah, menyebabkan ia menyerupai palu. Claw Toe, hiperekstensi metatarsohalangeal dan fleksi interphalangeal, dengan penyebab paling umum karena ketidakseimbangan antara otot intrinsik dengan otot ekstrinsik kaki. Hallux Valgus, kondisi yang mempengaruhi sendi di pangkal jempol kaki. Kondisi ini biasanya disebut dengan bunion. Bunion sebenarnya mengacu pada benjolan yang tumbuh di sisi pertama metatarsophalangeal. Pes Cavus, kondisi dimana kaki memiliki lengkungan yang sangat tinggi. Karena lengkungan tinggi, jumlah berat yang berlebihan ditempatkan pada bola dan tumit kaki saat berjalan atau berdiri. Pes Planus, Pes planus dikenal dengan istilah lain yaitu flat feet atau kaki datar. Istilah kaki datar menyiratkan bahwa lengkungan longitudinal kaki telah runtuh, sehingga pada waktu berdiri, perbatasan medial kaki hampir menyentuh tanah. Bunion Charcot, pelunakan mendadak tulang di kaki yang dapat terjadi pada orang yang memiliki signifikasi kerusakan saraf (neuropati). Hammer Toe Claw Toe Pes Cavus Charcot Hallux Valgus Pes Planus 38


Anda juga dapat menyimak video penjelasan mengenai edukasi perilaku dan gaya hidup sehat melalui tautan atau pindai kode QR berikut: Latihan Tugas I Pilihan Ganda! Jawablah pertanyaan berikut dengan memberikan tanda silang pada pilihan jawaban yang paling tepat! 1. Edukasi tentang perawatan kaki terdiri dari informasi berikut, kecuali... a. Bisul kaki dan konsekuensinya b. Menggunakan sandal bersol tipis c. Mengenakan alas kaki yang cukup protektif d. Melakukan pemeriksaan kaki secara teratur 2. Berikut edukasi perawatan kaki yang tepat diberikan pada pasien... a. Cuci kaki setiap pagi b. Gunakan bahan kimia untuk kallus c. Gunting kuku secara melengkung d. Gunakan pelembab untuk kulit kering 3. Edukasi tentang pencegahan LKD meliputi, kecuali... a. Pemeriksaan dan skrining kaki b. Penggunaan dan pemilihan alas kaki yang tepat c. Manajemen perawatan LKD d. Edukasi perilaku dan gaya hidup sehat 4. Edukasi tentang bahaya konsumsi alkohol mencakup informasi tentang, kecuali... a. Alkohol dapat mengganggu kontrol gula darah b. Alkohol dapat meningkatkan nafsu makan c. Alkohol dapat meningkatkan risiko impotensi d. Alkohol dapat meningkatkan risiko neuropati perifer 5. Senam kaki diabetes ditujukan untuk, kecuali... a. Meningkatkan aliran darah b. Meningkatkan kekuatan otot https://s.unhas.ac.id/edukasilkd 39


6. Salah satu strategi mencegah risiko luka adalah dengan melakukan kontrol glikemik, dengan target... a. HbA1C < 6% b. HbA1C < 7% c. HbA1C < 8% d. HbA1C < 9% c. Mempertahankan rentang gerak sendi d. Memperbaiki oksigenisasi 7. Perubahan bentuk ibu jari kaki diabetes dimana terjadi deviasi kearah lateral disebut... a. Claw Toe b. Hammer toe c. Charchot foot d. Hallux Valgus Uraikan secara singkat dan jelas edukasi apa yang perlu diberikan kepada penyandang DM terkait pencegahan dan perawatan LKD! Uraian! Jawaban: Latihan Tugas II Jawablah pertanyaan berikut dengan mengisi pada bagian yang telah disediakan. Soal 40


ADA. Glycemic Targets: Standards of Medical Care in Diabetes-2022. Diabetes Care. 2022;45:S83–S96. Aldana PC, Khachemoune A. Diabetic Foot Ulcers: Appraising Standard of Care and Reviewing New Trends in Management. Am J Clin Dermatol [Internet]. 2019;21(2):255– 64. Available from: https://doi.org/10.1007/s40257-019-00495-x Campagna D, Alamo A, Di Pino A, Russo C, Calogero AE, Purrello F, et al. Smoking and diabetes: Dangerous liaisons and confusing relationships. Diabetol Metab Syndr [Internet]. 2019;11(1):1–12. Available from: https://doi.org/10.1186/s13098-019-0482-2 CDC. Smoking and Diabetes [Internet]. Centers for Disease Control and Prevention. 2021 [cited 2022 Apr 20]. Available from: https://www.cdc.gov/diabetes/library/features/smoking-and-diabetes.html Chawla SPS, Kaur S, Bharti A, Garg R, Kaur M, Soin D, et al. Impact of health education on knowledge, attitude, practices and glycemic control in type 2 diabetes mellitus. J Fam Med Prim Care [Internet]. 2019;6(1):261–8. Available from: http://www.jfmpc.com/article.asp?issn=2249- 4863;year=2017;volume=6;issue=1;spage=169;epage=170;aulast=Faizi Hirpha N, Tatiparthi R, Mulugeta T. Diabetic foot self-care practices among adult diabetic patients: A descriptive cross-sectional study. Diabetes, Metab Syndr Obes Targets Ther. 2020;13:4779–86. Irnawan SM, Syahrul S. Effect of coaching on glycemic control among type 2 diabetes mellitus patients: A literature review. Enfermería Clínica [Internet]. 2020;30:158–62. Available from: https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S113086211930419X IWGDF. IWGDF Guidelines on the prevention and management of diabetic foot disease. Schaper NC, Netten JJ van, Apelqvist J, Bus SA, Hinchliffe RJ, Lipsky BA, editors. The International Working Group on the Diabetic Foot. 2019. Jalilian M, Sarbarzeh PA, Oubari S. Factors related to severity of diabetic foot ulcer: A systematic review. Diabetes, Metab Syndr Obes Targets Ther. 2020;13:1835–42. Kirwan JP, Sacks J, Nieuwoudt S. The essential role of exercise in the management of type 2 diabetes. Cleve Clin J Med. 2017;84(7):S15–21. Lestari MP, Kusumaningrum NSD. Gizi Untuk Proses Penyembuhan Luka Pada Pasien Dengan Diabetic Foot Ulcer (Dfu): Literature Review. J Nutr Coll. 2021;10(1):39–46. Megawaty I, Syahrul S. Educational Interventions Using the Belief Health Model Approach in Diabetes Patients : a Literature Review. Indones Contemp Nurs. 2017;4(1):1–10. Miranda C, Ros R Da, Marfella R. Update on prevention of diabetic foot ulcer. Arch Med Sci Atheroscler Dis [Internet]. 2021;6:e123–31. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8336435/ Narmawan N, Syahrul S, Erika KA. the Behavior of Foot Care in Patients With Type 2 Diabetes Mellitus: Applying the Theory of Planned Behaviour. Public Heal Indones. 2018;4(3):129–37. Daftar Pustaka 41


P2PTM Kemenkes RI. Bagaimana Cara Mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT) / Berat Badan Normal? [Internet]. Direktorat Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Direktorat Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit. 2021 [cited 2022 May 19]. Available from: http://p2ptm.kemkes.go.id/infographicp2ptm/obesitas/bagaimana-cara-mengukur-indeks-massa-tubuh-imt-berat-badannormal Rahmawati, Tahlil T, Syahrul. Pengaruh Program Diabetes Self-Management Education Terhadap Manajemen Diri Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Effects of Diabetes Self-Management Education Program on Self-Management in Patients with Diabetes Mellitus Type 2. J Ilmu Keperawatan. 2016;4(1):46–58. Sliwinska-Mosson M, Milnerowicz H. The impact of smoking on the development of diabetes and its complications. Diabetes Vasc Dis Res. 2017;14(4):265–76. 42


Soal Latihan Kunci Jawaban Kunci Jawaban Latihan Soal I Modul (Pilihan Ganda) 1. C 2. B 3. A 4. D 5. D 6. A 7. C 8. B 9. A 10. D 1. A 2. C 3. A Modul Bagian I: Pemeriksaan dan Skrining Kaki Modul Bagian II: Pemilihan dan Penggunaan Alas Kaki yang Tepat Modul Bagian III: Perawatan Kaki Mandiri dan Pengelolaan Faktor Risiko Luka 1. D 2. C 3. C 4. B 5. D 6. C Modul Bagian IV: Edukasi Perilaku dan Gaya Hidup Sehat 1. B 2. D 3. C 4. B 5. D 6. B 7. D Kunci Jawaban Latihan Soal II Modul (Uraian) Modul Bagian I: Pemeriksaan dan Skrining Kaki Jawaban Soal 1 Teknik IpTT merupakan metode sederhana yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya neuropati. Cara melakukannya dengan menginstruksikan klien menutup mata dan menyebut “ya” jika merasakan sensasi, kemudian memberi sentuhan ringan dan mendiamkan ujung jari telunjuk selama 1-2 detik pada ujung jari kaki pertama, ketiga, dan kelima dari kedua kaki. Jika klien tidak merasakan sensasi lebih dari 2 tempat dari 6 lokasi yang diperiksa maka dinyatakan neuropati. 43


Jawaban Soal 2 Stratifkasi risiko LKD terdiri dari 4 kategori yaitu: Kategori 0 = risiko sangat rendah LKD dengan karakteristik tanpa neuropati dan angiopati. Kategori 1 = risiko rendah LKD dengan karakteristik mengalami neuropati atau angiopati. Kategori 2 = risiko sedang LKD dengan karakeristik neuropati+angiopati atau neuropati+deformitas kaki atau angiopati+deformitas kaki. Kategori 3 = risiko tinggi LKD dengan karakteristik mengalami neuropati dan angiopati, disertai riwayat luka, riwayat amputasi, dan riwayat penyakit gagal ginjal. Modul Bagian II: Pemilihan dan Penggunaan Alas Kaki yang Tepat Jawaban Soal Hal-hal yang perlu dilakukan dalam pemilihan dan penggunaan alas kaki adalah pada penyandang DM dengan risiko LKD: Memakai alas kaki yang pas, melindungi, dan mengakomodasi bentuk kaki. Memakai kaos kaki di dalam alas kaki mereka, guna mengurangi gesekan. Edukasi tentang pentingnya memakai alas kaki yang tepat untuk mencegah LKD. Mendapatkan alas kaki dari profesional terlatih, memakai alas kaki setiap saat, dan memeriksa alas kaki sebelum memakai bagi klien risiko sedang atau tinggi LKD. Meresepkan alas kaki medis bagi klien dengan kelainan bentuk kaki atau lesi pra-ulserasi. Meresepkan alas kaki medis dengan orthosis atau sol dalam sepatu yang dibuat khusus bagi klien dengan luka kaki plantar yang sembuh. Periksa alas kaki setiap tiga bulan untuk memastikannya masih cukup pas, melindungi, dan menopang kaki. Meresepkan perangkat offloading yang sesuai untuk menyembuhkan luka bagi penyandang LKD plantar. Modul Bagian III: Perawatan Kaki Mandiri dan Pengelolaan Faktor Risiko Luka Jawaban Soal 1 Cara melakukan perawatan kaki mandiri dalam pencegahan LKD: Memeriksa kaki setiap hari untuk memantau tanda-tanda pre-ulserasi. Mencuci kaki menggunakan air dan sabun kemudian mengeringkannya dengan handuk sampai pada sela-sela kaki. Memotong kuku setiap pekan dengan cara memotong lurus. Menggunakan kaos kaki yang pas, bersih, lembut, dan tidak licin. Memeriksa bagian dalam dan luar alas kaki sebelum dan setelah digunakan. Jawaban Soal 2 Cara pengelolaan faktor risiko luka dalam pencegahan LKD: Perawatan kallus karena hal ini merupakan salah satu langkah penting dalam mencegah LKD. Melindungi adanya lecet dan mengeringkannya bila perlu. Merawat kaki pecah-pecah dengan pemberian pelembab berupa losion atau krim dapat mengatasi kulit kering dan pecah-pecah. Merawat kuku jari kaki yang tumbuh ke dalam atau menebal dimana jari kaki dapat direndam dalam sabun cuci kaki dan kemudian bagian jari kaki yang sakit dapat diobati dengan tincture, gel, dan krim antiseptik atau anti-inflamasi. Mengontrol perdarahan kulit. Mengkolaborasikan pengobatan antijamur untuk infeksi jamur dengan pemberian obat antijamur topikal yang diberikan sekali atau dua kali sehari. 44


Modul Bagian IV: Edukasi Perilaku dan Gaya Hidup Sehat Edukasi yang perlu diberikan kepada pasien DM terkait pencegahan dan perawatan LKD adalah: Edukasi tentang penyakit DM dan komplikasinya. Edukasi tentang pencegahan dan perawatan LKD. Edukasi tentang perawatan kaki. Edukasi tentang manajemen perawatan diri. Edukasi tentang pentingnya diet dan olahraga. Edukasi tentang bahaya merokok dan konsumsi alkohol. Edukasi tentang aktivitas rutin/senam kaki. Edukasi tentang kontrol glikemik. Edukasi tentang kontrol berat badan. Edukasi tentang deformitas kaki. Jawaban Soal 45


Glosarium Istilah Pengertian Ankle-brachial index (ABI) Alat non-invasif untuk penilaian status vaskular dengan menggunakan manset tensimeter dan dopler guna mendeteksi angiopati penyandang DM. Ipswich Touch Test (IpTT) Skrining sederhana untuk mendeteksi neuropati sensori diabetes dengan melakukan sentuhan secara ringan pada ujung-ujung jari kaki penyandang DM. Luka Kaki Diabetes (LKD) Sinonim dari Diabetic Foot Ulcer (DFU) atau ulkus kaki diabetes adalah luka terbuka yang terletak di telapak kaki bagian bawah atau samping yang seringkali ditemukan pada penyandang DM tipe 1 atau 2 yang tidak terkontrol. Monofilament test Alat sederhana yang digunakan untuk pemeriksaan peripheral neuropati pada penyandang DM. Peripheral Artery Disease (PAD) Sinonim dari Peripheral Vascular Disease (PVD) atau penyakit arteri perifer atau angiopati perifer adalah suatu kondisi peredaran darah mengalami penyempitan sehingga mengurangi aliran darah ke kaki. Skrining kaki diabetes Cara yang digunakan untuk mencari keadaan atau penanda risiko yang belum diketahui pada kaki penyandang yang dapat dilakukan kepada individu atau populasi. Kalsifikasi Pembentukan dan perlekatan senyawa kalsium pada dinding pembuluh darah, jaringan maupun organ. Proprioseptif Kemampuan tubuh untuk menilai keberadaannya untuk menjaga keseimbangan sempurna saat berdiri, bergerak, atau melakukan upaya. Offloading Proses mengurangi tekanan pada area tubuh tertentu untuk membantu penyembuhan luka, seperti pada kasus ulkus tekanan atau luka kaki diabetik. 46


Ringkasan Skrining kaki yang berisiko harus secara khusus mencakup skrining hilangnya sensasi pelindung (neuropati) atau Loss of Protective Sensation (LOPS) dan tanda atau gejala penyakit arteri perifer (angiopati) atau Peripheral Arterial Disease (PAD). LOPS atau neuropati dapat dinilai dengan monofilament Semmes Weinstein (MSW) 10 gram, namun jika tidak tersedia dapat meggunakan Ipswich Touch Test (IpTT). PAD atau angiopati dapat dideteksi dengan tes Ankle Brachial Index (ABI). Jika tidak tersedia dapat dilakukan dengan palpasi nadi dorsalis pedis dan posterior tibialis. Pemeriksaan kaki merupakan komponen penting dalam pencegahan LKD, sehingga hasil temuan dalam pemeriksaan akan menjadi acuan dalam menentukan frekuensi pemeriksaan bagi pasien yang berisiko mengalami LKD. Stratifkasi risiko LKD mencakup 4 kategori yaitu; kategori 0 risiko sangat rendah, kategori 1 risiko rendah, kategori 2 risiko sedang, dan kategori 3 risiko tinggi. Pemeriksaan kaki diabetes terdiri; inspeksi, palpasi, sensasi, gaya berjalan, dan pemeriksaan alas kaki. Penggunaan dan pemilihan alas kaki yang tepat dapat mencegah kejadian LKD. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam pemilihan dan penggunaan alas kaki adalah pada pasien DM dengan risiko LKD antara lain; memakai alas kaki yang pas, melindungi, dan mengakomodasi bentuk kaki, memakai kaos kaki di dalam alas kaki mereka, guna mengurangi gesekan, memakai alas kaki setiap saat, dan memeriksa alas kaki sebelum memakai bagi penyandang DM dengan tingkat risiko sedang atau tinggi LKD. Perilaku perawatan kaki mandiri yang tepat dapat mengurangi risiko cedera, infeksi, dan amputasi pada seseorang dengan kaki yang berisiko. Cara melakukan perawatan kaki mandiri dalam pencegahan LKD terdiri dari; memeriksa kaki setiap hari untuk memantau tanda-tanda pra-ulserasi, mencuci kaki menggunakan air dan sabun kemudian mengeringkannya dengan handuk sampai pada sela-sela kaki, memotong kuku setiap pekan dengan cara memotong lurus, menggunakan kaos kaki yang pas, bersih, lembut, dan tidak licin, serta memeriksa bagian dalam dan luar alas kaki sebelum dan setelah digunakan. 47


Pengelolaan faktor risiko luka merupakan bagian penting dalam mencegah terjadinya LKD. Penanganan yang tepat untuk setiap tanda pra-ulserasi seperti kalus yang banyak pada kaki, kuku jari kaki yang tumbuh ke dalam, dan infeksi jamur pada kaki guna membantu mencegah terjadinya Luka pada penyandang DM yang berisiko mengalami LKD. Edukasi yang dilakukan secara terstruktur, terorganisir, dan berkesinambungan memainkan peran penting dalam mencegah masalah kaki diabetes dan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan penyandang DM tentang perawatan kaki, manajemen diri, meningkatkan kesadaran, motivasi, dan keterampilan untuk memfasilitasi kepatuhan terhadap perilaku yang sesuai. Edukasi yang perlu diberikan kepada penyandang DM adalah; edukasi tentang penyakit DM dan komplikasinya, pencegahan dan perawatan LKD, perawatan kaki, manajemen perawatan diri, pentingnya diet dan olahraga, edukasi tentang bahaya merokok dan konsumsi alkohol, aktivitas rutin/senam kaki, kontrol glikemik, kontrol berat badan, serta deformitas kaki. 48


“Sebagai perawat puskesmas, Anda adalah pahlawan. Perjuanganmu digarda pertama pelayanan kesehatan, tidak terbatas pada mengajarkan orang-orang tentang kesehatan, tetapi juga tentang kekuatan dan harapan. Jangan pernah meremehkan dampak yang Anda buat setiap hari. Teruslah belajar, teruslah berinovasi, dan teruslah memberikan yang terbaik untuk mereka yang membutuhkan.” “Perawat memegang tangan pasien untuk waktu yang singkat, tetapi mereka menyentuh hati mereka selamanya.” - Penulis 49


Click to View FlipBook Version