Hasrat untuk mencari untung sebesar-besarnya yang
dilahirkan oleh Revolusi Industri membuat orang semakin
mementingkan diri sendiri dan lupa akan kepentingan orang
lain serta menipisnya rasa solidaritas dan kekeluargaan
dalam masyarakat.
\ c. Bidang politik
Munculnya paham sosialisme
Kaum buruh yang diperlakukan tidak adil oleh kaum
pengusaha mulai bergerak menyusun kekuatan untuk
memperbaiki nasib mereka.
Munculnya partai politik
Agar perjuangan mereka efektif, para buruh juga tokoh
sosialis kemudian mebentuk suatu wadah perjuangan
politik, yaitu labou party . partai ini secara khusus
meperjuangkan keadilan dan kesejahteraan kaum buruh.
Timbulnya imperialisme modern
Kebutuhan yang tinggi akan bahan mentah bagi
industri - industri, pasar barang jadi dari industri-industri
tersebut, serta akan investasi (penanaman modal)
mendorong Inggris melakukan apa yang disebut
"imperialisme modern". Penamaan imperialisme modern
karena fokusnya tidak lagi hanya perdagangan, tetapi juga
penguasaan secara penuh suatu negara secara politik
dengan kekuatan militer. Hal itu dilakukan agar ketiga
sasaran itu (mendapatkan bahan mentah, pasar, dan tempat
investasi) tidak menemui hambatan di negeri jajahan.
4. Pengaruh Revolusi Industri terhadap perubahan Ekonomi,
sosial, budaya dan politik Indonesia
a. Mengenal teknologi berbasis mesin
Pengaruh positif Revolusi Industri bagi Indonesia misalnya
diperkenalkannya teknologi-teknologi baru berbasis mesin oleh
pemerintah kolonial Hindia-Belanda baik dalam bentuk mesin
pengolah hasil bumi, teknologi transportasi, maupun teknologi
pertanian. Kelak setelah merdeka, yaitu melalui kebijakan
51
nasionalisasi semua aset Belanda di Indonesia, teknologi-
teknologi ini masih dapat dipakai dan bahkan dikembangkan
untuk membangun Indonesia yang sudah merdeka.
Bangsa Indonesia mengenal mesin pengolah hasil bumi,
seperti mesin pengolah tebu menjadi gula, kelapa sawit menjadi
minyak. dan biji kopi menjadi bubuk kopi. Mesin-mesin ini
meningkatkan hasil produksi dengan lebih cepat dan efisien, tidak
saja pada zaman pemerintah kolonial Belanda, tetapi juga sejak
Indonesia merdeka. Munculnya sarana transportasi, seperti kereta
api, dapat menggantikan sistem pengangkutan tradisional (tenaga
manusia ataupun hewan). Perkembangan transportasi juga
memungkinkan terbentuknya terjadi jaringan yang luas
antarwilayah, dan secara ekonomis mempercepat pengangkutan
hasil-hasil perkebunan ke pabrik-pabrik serta distribusi hasil-hasil
produksi ke pelabuhan pelabuhan. Perkembangan transportasi air
ditandai dengan munculnya kapal-kapal bermesin yang
memungkinkan transportasi hasil-hasil bumi antarpulau dapat
dilakukan dengan cepat. Kemajuan transportasi juga
memungkinkan bangsa Indonesia bisa mengenal satu sama lain,
dari barat sampai ke timur.
Di bidang teknologi pertanian, hasil-hasil Revolusi Industri
memperkenalkan bangsa Indonesia pada bibit-bibit tanaman yang
unggul, seperti tebu, nila, tembakau, padi, dan palawija. Bangsa
Indonesia juga diperkenalkan dengan sistem tanaman sela.
Masuknya teknologi pertanian telah memberi bangsa kita
pengetahuan baru tentang teknik pengolahan tanah, pembibitan,
pembangunan irigasi, dan intensifikasi pertanian, dan sebagainya.
b. Mengenal paham liberalisme
Paham liberalisme mengusung perdagangan bebas, pengaku
terhadap hak milik pribadi, pembatasan terhadap campur tang
negara dalam perekonomian dan memberi kebebasan kepada pa
swasta (individu-individu) untuk melakukan kegiatan-kegiat
ekonomi. Semua unsur ini bersatu di bawah sistem yang disebu
kapitalisme. Sebagian sejarawan menyatakan bahwa melalui
Kebijakan Pintu Terbuka, untuk pertama kalinya bangsa Indonesia
diperkenalkan dengan sistem kapitalisme ini. Segala potensi,
52
kreativitas, dan inovasi individu untuk melakukan aktivitas
ekonomi diberi ruang yang besar.
c. Kebijakan Pintu Terbuka
Pada tahun 1850, kaum liberal Belanda memenangi pemila
parlemen. Pada tahun 1870, kaum liberal bahkan meraih
kemenangan mutlak. Kebijakan politik dan ekonomi di negeri
Belanda pun bernuansa liberal. Gagasan dasar liberalisme dalam
bidang ekonomi adalah setiap individu harus diberi ruang seluas
luasnya (kebebasan) untuk melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi
tanpa ada intervensi dan campur tangan dari negara.
Kemenangan ini berdampak langsung terhadap Indonesia
dalam bentuk dikeluarkannya Kebijakan Pintu Terbuka. Di
Indonesia, hal itu diwujudkan dengan membuka ruang (pintu)
seluas-luasnya bag pihak swasta untuk melakukan kegiatan
ekonomi. Inilah pertama kalinya sejak masa VOC, Belanda
memberikan keleluasaan kepada pemilik modal swasta untuk
mengembangkan usaha atau bisnis di Indonesia.
Itulah juga cikal-bakal berkembangnya kapitalisme di
Indonesia sebab paham ini memberi ruang yang besar bagi setiap
pemilik modal (kapitalis) Belanda untuk mengembangbiakkan
kapita (modal) di Indonesia melalui berbagai bidang usaha
(perkebunan. pertambangan, dan lain-lain).
d. Politik Etis
Kenyataan di atas (eksploitasi baru melalui Kebijakan Pintu
Terbuka) mendorong kaum liberal dan kaum humanis di Belanda
mengeluarkan seruan yang tajam. Hal tersebut pada intinya
menyatakan bahwa Belanda berkewajiban secara moral
menyejahterakan rakyat Indonesia, dan tidak terus-menerus
mengeksploitasinya. Seruan ini ditanggapi pemerintah sehingga
lahirlah apa yang dinamakan Politik Etis (1901). Politik ini
diwujudkan dalam program Trias van Deventer, yang meliputi:
membangun dan memperbaiki pengairan-pengairan dan
53
bendungan-bendungan untuk keperluan pertanian (irigasi);
mengajak rakyat untuk bertransmigrasi sehingga terjadi
keseimbangan jumlah penduduk (migrasi);
menyelenggarakan pendidikan dengan memperluas bidang
pengajaran dan pendidikan (edukasi).
Dalam pelaksanaannya, Politik Etis menyimpang jauh dari
tujuan mulianya semula. Irigasi diperuntukkan untuk kepentingan
pertanian dan perkebunan-perkebunan Belanda, migrasi bertujuan
mendapatkan pekerja-pekerja di perkebunan-perkebunan Belanda,
dan pendidikan hanya dinikmati oleh segelintir rakyat pribumi.
54
BAB II
REVOLUSI –
REVOLUSI BESAR
DUNIA DAN
PENGARUHNYA
BAGI KEHIDUPAN
MASA KINI
55
A. REVOLUSI AMERIKA
a. Sejarah revolusi Amerika
Sejak ditemukan, Benua Amerika menarik begitu banyak
bangsa di Eropa untuk membangun koloninya. Bangsa-bangsa
yang pernah membangun koloni di benua tersebut, antara lain,
Spanyol, Prancis, dan Inggris. Kolonisasi Inggris atas Amerika
bagian utara diawali dengan kedatangan John Cabot (1497)
beserta sejumlah penjelajah Inggris lainnya. Di benua baru
tersebut, John Cabot dan rekan-rekannya memperoleh hak
mengelola beberapa bidang tanah yang kemudian berkembang
dan meluas menjadi koloni. Pada tahun 1763, daerah-daerah di
Amerika yang menjadi wilayah kekuasaan Inggris telah mencapai
tiga belas koloni yang memiliki pemerintahan sendiri.
Akan tetapi, untuk mempertahankan dan memperluas
koloninya, Inggris harus berhadapan dengan Prancis dan Spanyol.
Peperangan yang paling berat terjadi adalah ketika melawan
Prancis. Setelah mengalami kesulitan keuangan akibat Perang
Laut Tujuh Tahun melawan Prancis, Inggris mulai memperkuat
pengaruhnya terhadap daerah koloni. Dalam hal ini, pemerintah
Inggris mulai menerapkan berbagai macam undang-undang yang
lebih mengutamakan kepentingan negara induk.
Pada tahun 1764 dikeluarkan Undang-undang Gula (Sugar
Act)yang mengatur masalah perdagangan gula di daerah koloni
56
yang dalam beberapa aspek memberi batasan kepada pedagang
kaum koloni di daerahnya. Melalui undang-undang itu Inggris
akan memperoleh masukan dari pajak dan bea cukai perdagangan
gula.Pada tahun yang sama Perlemen Inggris juga mengesahkan
Undang-undang Keuangan (Curency Act)yang melarang daerah
koloni mencetak uang sendiri.
Kedua undang-undang tersebut menimbulkan kemarahan
kaum kolonis terutama para pedagang. Mereka meminta agar
parlemen Inggris menarik kembali undang-undang tersebut.
Penduduk New York dan Boston memboikotuntuk tidak membeli
semua barang buatan Inggris sebelum parlemen mencabut
putusannya. Menghadapi tuntutan itu, pemerintah dan parlemen
Inggris menjawabnya dengan dikeluarkannya undang-undang lain
seperti Stamp Act(undang-undang prangko dan Quartering
Acttahun 1765. Stamp Actdigunakan untuk memperoleh pajak dari
setiap dokumen dan surat perting yang digunakan dalam kegiatan
perdagangan. Sedangkan Quartering Actmemaksa kaum kolonis
untuk menyediakan tempat tinggal dan kebutuhan makanan bagi
tentara Inggeris yang ditempatkan di daerah-daerah koloni.
Kaum kolonis menentang konsep parlemen Inggeris yang
merasa mewakili kaum kolonis Amerika. Mereka akan merasa
terwakili oleh parlemen Inggris apabila mereka mangirimkan
perwakilannya secara langsuing dalam parlemen Inggeris.
Perlawanan terhadap Inggris ditandai dengan gerakan organisasi
rahasia yang tersebar di perkotaan.Akibatnya timbullah konflik
antara kepentingan daerah koloni dan negara induk. Konflik ini
akhinya memuncak dalam sebuah revolusi. Adapun sebab-sebab
timbulnya Revolusi Amerika adalah sebagai berikut.
57
1. Adanya Paham Kebebasan dalam Politik
Koloni Inggris di Amerika tidak didirikan oleh pemerintah
Inggris, tetapi diciptakan oleh pelarian-pelarian dari Inggris yang
mendapat tekanan agama, sosial, ekonomi, dan politik. Kaum
koloni menyatakan bahwa mereka adalah manusia merdeka yang
membangun koloni di dunia baru. Paham kebebasan kaum koloni
bertentangan dengan paham pemerintahan Inggris yang
menganggap bahwa daerah koloni adalah jajahannya. Hal ini
didasarkan pada Perjanjian Paris 1763.
2. Adanya Paham Kebebasan dalam Perdagangan
Kaum koloni juga menganut paham kebebasan dalam
perdagangan. Hal itu bertentangan dengan paham pemerintah
Inggris yang merasa berkuasa atas koloni di Amerika. Oleh karena
itu, pemerintah Inggris memerintahkan agar hasil bumi dari
daerah koloni harus dijual kepada negara induk saja. Sebaliknya,
penduduk koloni diwajibkan pemerintah Inggris hanya membeli
barang-barang hasil industri negara induk saja. Kaum koloni
menentang peraturan yang bersifat monopoli dan menghendaki
adanya kebebasan dagang.
3. Adanya Berbagai Macam Pajak
Berbagai macam pajak diterapkan, berkaitan dengan adanya
krisis keuangan Inggris akibat Perang Laut Tujuh Tahun. Perang
berakhir dengan kemenangan di pihak Inggris. Dengan
kemenangan tersebut, menimbulkan beban baru bagi pemerintah
Inggris terutama masalah keuangan. Pemerintah Inggris kemudian
memberlakukan berbagai macam pajak (pajak teh, pajak gula,
58
pajak meterai dan lain-lain) yang sangat memberatkan warga
koloni. Sebaliknya, warga koloni dengan tokohnya Samuel
Adams menentang kebijakan tersebut dengan semboyan No
Taxation without Representation, artinya tidak ada pajak tanpa
adanya perwakilan.
4. Peristiwa The Boston Tea Party
Sebab khusus meletusnya Revolusi Amerika ialah
adanya peristiwa yang dikenal dengan nama The Boston Tea
Party pada tahun 1773. Pada saat itu, pemerintah Inggris
memasukkan teh ke Pelabuhan Boston, Amerika. Pada malam
harinya, muatan teh itu dibuang ke laut oleh orang-orang
Amerika yang menyamar sebagai orang Indian suku Mohawk.
Hal inilah yang menimbulkan kemarahan pemerintah Inggris
(Raja George III) sehingga menuntut pertanggungjawaban.
Namun penduduk koloni tidakada yang mau bertanggung
jawab sehingga menimbulkan pertempuran yang menandai
terjadinya Revolusi Amerika.
Pada awal Desember 1774, ke tiga belas koloni
mengadakan pertemuan di Philadelphia (yang kemudian dikenal
dengan Kongres Kontinental I) untuk menentukan langkah dalam
menghadapi Inggris. Peristiwa ini merupakan pertama kalinya
bagi ketiga belas koloni di Amerika untuk bersatu dan saling
bekerja sama. Kongres Kontinental I menghasilkan pernyataan
yang pada dasarnya bahwa rakyat koloni di Amerika tetap setia
kepada Raja Inggris dan menuntut kebi-jaksanaan agar
memulihkan hubungan baik antara daerah koloni dan negara
induk Inggris.Sementara itu, telah terjadi pertempuran antara
59
pasukan Inggris dan rakyat koloni. Pertempuran pertama meletus
di Lexington, kemudian menjalar ke Concord, dan Boston.
Pada mulanya perang ini hanya bersifat menentang
kekerasan pemerintah Inggris terhadap kaum koloni dan belum
mempunyai tujuan untuk mencapai kemerdekaan. Akan tetapi,
tujuan perang menjadi jelas setelah terbitnya buku Common Sense
(1776) karya Thomas Paine. Tulisan ini berisikan paham
kemerdekaan yang kemudian menyadarkan kaum koloni untuk
mengubah tujuan perjuangannya dari menentang kekerasan
menjadi perjuangan mencapai kemerdekaan.
Dalam Kongres Kontinental II tahun 1775 di Philadelphia,
para wakil dari ketiga belas koloni sepakat untuk memerdekakan
diri. Akhirnya pada tanggal 4 Juli 1776 dicanangkan Declaration
of Independence sebagai alasan untuk memisahkan diri dari negeri
induk Inggris. Naskah Declaration of Independence ini disusun
oleh panitia kecil yang beranggotakan lima orang, yakni Thomas
Jefferson, Benyamin Franklin, Roger Sherman,Robert
Livingstone, dan John Adams. Mereka itulah yang kemudian
dikenal dengan Lima Tokoh Penyusun Naskah Declaration of
Independence. Pada tanggal 4 Juli 1776 ditandatangani
Declaration of Independence dan dijadikan hari Kemerdekaan
Amerika (Independence Day).
Pada tahun 1782, perjanjian perdamaian dimulai antara
Amerika Serikat dengan Inggris dan baru pada tanggal 3
September 1783 secara resmi ditandatangani perjanjian
perdamaian tersebut. Hasil Perjanjian Paris tahun 1783 berisi
tentang pengakuan Inggris terhadap kemerdekaan dan kedaulatan
ketiga belas koloni menjadi negara merdeka yaitu Amerika
Serikat. Selain itu, Inggris juga menyerahkan daerah bagian barat
60
Mississippi kepada negara baru tersebut. Sesudah peperangan
berakhir, kongres Amerika kemudian mengusulkan agar 13 negara
bagian menyerahkan kembali hak milik kaum moderat/royalis
yang dulu pro terhadap Inggris yang selama peperangan disita
oleh kaum milisi. Pasca perang negara baru ini mulai
berkonsentrasi untuk menyusun pemerintahan nasional yang dapat
menaungi seluruh aspirasi rakyat Amerika.
B. REVOLUSI PRANCIS
Sebelum tahun 1789, Perancis masih menerapkan sistem
Monarki Absolut yang telah dilakukan sejak ratusan tahun
sebelum terjadinya revolusi Perancis. Akan tetapi, sistem Monarki
Absolut tersebut mengalami kelenyapan ketika rakyat bergerak
untuk tidak meneruskan sistem Monarki Absolut tersebut.
A. Latar Belakang Revolusi Perancis 1789
Beragam sebab yang menandai timbulnya revolusi Perancis
dapat diketahui dari adanya ketidakadilan yang mencengkram di
ranah politik. Itu tersurat dalam pemilihan anggota pemerintahan
yang dipilih dengan melihat keturunan bukan melihat pada
keahliannya. Dengan begitu terjadinya kebobrokan dalam lingkup
pemerintahan.
Masa sebelum terjadinya revolusi, pemerintahan dipegang
oleh Raja Louis XVI yang memerintah pada 1774-1789. Pada
masa pemerintahan Raja Louis XVI masih menerapkan sistem
Monarki Absolut, yang pada masa inilah Raja Louis XVI
mendirikan Penjara Bastille untuk memenjarakan orang-orang
yang melakukan penentangan terhadap raja. Dengan kata lain,
61
orang-orang yang melakukan yang tidak sejalan oleh raja akan
dipenjarakan di Penjara Bastille tersebut.
Perancis yang dipegang oleh Raja Louis XVI mengalami
krisis ekonomi yang beberapa di antaranya diakibatkan oleh
menumpuknya hutang negara, Bangsawan menolak untuk
membayar pajak, dan di samping krisis ekonomi tersebut Marie
Antoinette (pasangan Raja Louis XVI) mengendalikan
pemerintahan dan hidup dalam kemewahan di tengah krisis
ekonomi yang melanda Prancis. Pembagian golongan masyarakat
menjadi tiga golongan, mendorong terjadinya ketimpangan
masyarakat. Kewajiban yang membebankan rakyat biasa dan
golongan lain hidup dalam ketenangan di atas penderitaan
masyarakat lainnya, hal itulah yang menjadi kecemburuan sosial.
Pembagian golongan masyarakat menjadi tiga golongan tersebut
(Bangsawan, Agamawan, dan Rakyat Biasa) dan kecemburuan
sosial tersebut melatarbelakangi terjadinya revolusi Perancis.
Ada pula kemunculan paham baru yang melatarbelakangi
revolusi Perancis, yakni pada pertengahan abad ke-18 di Perancis
munculnya filsuf-filsuf yang mendorong terjadinya renaisans dan
humanisme. Para filsuf dan banyaknya literatur yang
mendongkrak perubahan besar.
B. Proses jalannya revolusi Perancis
Berbagai penyebab timbulnya revolusi Perancis yang
mengakibatkan ketidakpuasan dan menyulutkan amarah rakyat.
Mengutip dari Kompas, pada tanggal 5 Mei 1789, pemerintahan
pun mencoba meredamkan berbagai masalah tersebut dengan
62
melakukan persidangan Etats Generaux di Versailles. Akan tetapi,
jalannya persidangan yang dilakukan tersebut menuai perdebatan
sengit dan banyak melontarkan pertentangan ditengah
persidangan.
Perdebatan dan pertentangan tersebut terjadi karena sidang
mengalami kemandegan dan menuai ketidaksepakatan mengenai
Hak Suara. Sebab golongan Bangsawan dan golongan
Agamawan, menginginkan supaya pemungutan suara
dilaksanakan pergolongan. Sedangkan, golongan Rakyat Biasa
memberi pendapat agar pemungutan suara dilaksanakan per
orang.
Raja Louis XVI mengetahui perdebatan tersebut tidak
mengambil keputusan. Sikap raja seperti itu menghasilkan
kekecewaan bagi golongan Bangsawan dan golongan Agamawan.
Sedangkan golongan Rakyat Biasa mengambil sikap bangkit
untuk melakukan perubahan. Pada 14 Juni 1789, golongan Rakyat
Biasa membentuk Assemblee Nasionale. Terbentuknya dewan
tersebut merupakan sidang seluruh rakyat, tanpa embel-embel
golongan. Kemudian pada 17 Juni 1789, golongan Rakyat Biasa
mengadakan persidangan sendiri, dan membuahkan hasil yakni
mendapat dukungan dari golongan lainnya
Kemudian pada tanggal 9 Juli 1789, dibentuknya
Assemblee Nationale Constituante untuk membuat rancangan
undang-undang dasar. Dibentuknya Assemblee Nationale
Constituante tersebut menyebabkan pengaruh raja melemah.
Dengan melemahnya pengaruh raja, akhirnya pada 14 Juli 1789
terjadinya penyerangan terhadap Penjara Bastille. Penyerangan
63
tersebut sebagai tanda terjadinya Revolusi Prancis. Mengutip
jurnal Perkembangan Sistem Pemerintahan dan Konsep
Kedaulatan Pasca Revolusi Perancis Terhadap Hukum
Internasional, dalam Revolusi Perancis dikenal dengan
semboyannya, yakni Liberte, Egalite, et FrateRevolusi Perancis
merupakan salah satu dari revolusi besar dunia yang mampu
mengubah tatanan kehidupan masyarakat.
Revolusi Perancis merupakan suatu periode sosial
radikal dan pergolakan politik di Perancis. Di mana memiliki
dampak bagi sejarah Perancis sendiri, bagi Eropa, dan pengaruh
ke beberapa negara dunia. Dilansir Encyclopaedi Britannica
(2015), Revolusi Perancis adalah gerakan revolusioner yang
mengguncang Perancis antara 1787 dan 1799. Namun, mencapai
klimaks di Perancis pada 1789. Oleh karena itu, istilah
konvensional menunjukkan akhir dari rezim lama di Prancis.
penyebab utama terjadinya Revolusi Perancis yaitu adanya
ketidakpuasan terhadap ancien regime.
Ancien regime adalah suatu sistem aristokratik di Perancis
di bawah pemerintahan dinasti Valois dan Bourbon pada abad ke-
14 sampai 18. Dari masalah tersebut kemudian berimbas dengan
adanya perekonomian yang tidak sehat, panen yang buruk,
kenaikan harga pangan, dan sistem transportasi yang tidak
memadai, sehingga menimbulkan rasa benci dari rakyat terhadap
pemerintah.
Kebencian terhadap pemerintah ini muncul seiring dengan
berkembangnya cita-cita Pencerahan. Pencerahan adalah suatu
masa di sekitar abad ke-18 di Eropa yang diketahui memiliki
kepercayaan tradisional.
64
C. Bidang politik
Revolusi Perancis memberikan banyak dampah terhadap
pemerintah Perancis sendiri maupun negara lain, salah satunya
Indonesia. Dampak tersebut sebagai berikut: Bidang Politik
Setelah terjadinya Revolusi Perancis, sistem politik di Perancis
jelas terlihat, di mana kekuasaan absolut sangat dikecam oleh
rakyat. Paham liberal pun juga muncul yang kemudian menyebar
hingga ke penjuru dunia, seperti Spanyol, Jerman, Rusia, Austria,
dan Italia
D. Bidang Sosial
Pada bidang sosial dampak yang terjadi yaitu stratifikasi
sosial di negara Perancis telah dihapuskan, serta memberikan hak
dan kewajiban yang sama terhadap seluruh rakyat. Kemudian
memberikan kebebasan dalam menentukan agama, pendidikan,
dan pekerjaan.
E. Bidang Ekonomi
Dihapusnya sistem gilde, yaitu sistem dalam peraturan
perdagangan. Dengan dihapusnya sistem gilde ini maka
perdagangan dan industri dapat berkembang dengan cukup baik di
Perancis. Selain itu, kehidupan petani juga mengalami
peningkatan, karena dihapusnya pajak feodal. Petani juga
diberikan hak untuk memiliki tanah.
E. Pengaruh terhadap Indonesia
A Paham Nasionalisme
Paham nasionalisme muncul dan berkembang di daratan
Eropa yang kemudian menyebar dengan cepat hingga ke Asia dan
Afrika, salah satunya Indonesia. Salah satu organisasi Indonesia
yang menganut paham ini adalah Budi Utomo.
65
B Paham demokrasi
Paham Demokrasi Pemerintah Belanda yang saat itu
berkuasa di Indonesia memutuskan kaum bumiputera harus
mengikuti wajib militer untuk memperkuat keamanan. Mendengar
hal itu, Budi Utomo kemudian mengirimkan wakilnya, yaitu
Dwidjosewoyo untuk melakukan perundingan dan negosiasi
terhadap para pemimpin Belanda di Indonesia. Hasil negosiasi
tersebut adalah pemerintah Belanda tidak jadi memberikan wajib
militer bagi penduduk pribumi. Hal tersebut kemudian digantikan
dengan pendirian Volksraad, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat
Hindia Belanda yang diresmikan pada 16 Desember 1916. Selain
itu, bukti adanya paham demokrasi di Indonesia adalah adanya
tuntutan Indonesia berparlemen. Persatuan Revolusi Perancis
dapat dikatakan berjalan dengan lancar yang disebabkan oleh
adanya persatuan dari rakyat-rakyatnya. Hal tersebut secara tidak
langsung memberikan inspirasi bagi Indonesia untuk
menumbuhkan sikap persatuan dalam perjuangan merebut
kemerdekaan. Salah satu bukti awal lahirnya persatuan di
Indonesia adalah digunakannya bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan.
C. REVOLUSI RUSIA
Pada permulaan abad 19 keadaan Rusia masih sangat
terbelakang jika dibandingkan dengan keadaan Eropa Barat.
Masyarakat Rusia terbagi atas dua golongan, yaitu tuan tanah
(bangsawan dan petani (rakyat jelata). Sebagaimana revolusi yang
terjadi di Perancis sekitar tahun 1789-1795 yang timbul karena
ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintah, keinginan untuk
menghapus feodalisme, dan adanya diskriminasi terhadap
66
Tsar Nicholas II golongan. Sehingga membuat golongan tersebut iri dengan
melakukan sebuah pergerakan perubahan yang disebut sebagai
revolusi Perancis.
Dalam revolusi Rusia yang terjadi pada tahun 1917,
revolusi terbagi dan terjadi dalam dua fase. Fase pertama
adalah Revolusi Februari 1917, dimana kaum kadet,
Menshevik dan Bolshevik bersatu untuk menggulingkan
Tsar. Revolusi dimulai di Petrograd dengan demonstrasi
menuntut adanya bahan makanan, kemudian diikuti oleh
pemogokanpemogokan di perusahaan-perusahaan.
Revolusi yang terjadi di Rusia terilhami dari
Revolusi Perancis yang menuntut persamaan hak dan
kewajiban serta Undang-undang yang sama bagi semua
kelas. Revolusi seperti ini juga terjadi di Rusia yang
dikarenakan ketidakpuasan kaum buruh yang selalu diperas
tenaganya tetapi mendapatkan gaji yang rendah. Para
pengusaha dapat mendapatkan kekayaan dan harta benda
yang banyak, tetapi berbeda dengan kaum buruh yang tidak
mendapatkan apa-apa.
Revolusi Rusia terjadi pada masa pemerintahan Tsar
Nicholas II. Nicholas II bersifat Reaksioner dan
meneruskan politik Alexander III, ialah reaksioner dalam
urusan pemerintahan tetapi progresif dalam urusan
ekonomi. Industrialisasi diperhebat. Tetapi dengan majunya
Industrialisasi, gerakan-gerakan sosialisme juga semakin
maju. Akhirnya ia juga menjadi korban gerakan Sosialisme.
Dalam revolusi Rusia yang terjadi pada tahun 1917,
revolusi terbagi dan terjadi dalam dua fase. Fase pertama
adalah Revolusi Februari 1917, dimana kaum kadet,
Menshevik dan Bolshevik bersatu untuk menggulingkan
Tsar. Revolusi dimulai di Petrograd dengan demonstrasi
menuntut adanya bahan makanan, kemudian diikuti oleh
pemogokanpemogokan di perusahaan-perusahaan.
Penyebab terjadinya revolusidi Rusia adalah kekalahan
Rusia dalam perang melawan Jepang (1904-1905). Perang
tersebut disebabkan oleh pertentangan kedua negara dalam
beberapa hal.
67
Secara politik kedua Negara tersebut terlibat konflik
memperebutkan pengaruh di Cina dan Korea. Faktor sosial
yang mempengaruhi terjadinya Revolusi Rusia tahun 1917
adalah adanya perbedaan sosial yang sangat mencolok
antara rezim Tsar dan para pendukungnya dan rakyat kelas
bawah yang terdiri dari kaum buruh dan petani, persoalan
tentang kepemilikan tanah dan musibah kelaparan yang
melanda sebagian besar masyarakat Rusia dan menuntut
adanya kebebasan dari peperangan. Akibatnya terjadi krisis
revolusioner yang memicu terjadinya Revolusi Rusia tahun
1917. Faktor ekonomi yang menjadi latar belakang
terjadinya Revolusi Rusia tahun 1917 adalah keadaan
perekonomian Rusia menjadi terpuruk akibat perang.
Terjadinya Revolusi Rusia tahun 1917 terbagi menjadi 2
proses atau fase. Fase pertama adalah Revolusi Februari
1917 yang ditandai dengan jatuhnya sistem Monarkhi di
Rusia dan fase kedua adalah Revolusi Oktober 1917 yang
ditandai dengan berkuasanya pemerintahan Bolshevik di
Rusia. Dampak dari Revolusi tahun 1917 terhadap
Kekaisaran Rusia adalah lahirnya sistem pemerintahan
Diktatur Proletariat, lahirnya sistem masyarakat sosialis,
lahirnya system ekonomi sosialis terencana dan adanya
pembaharuan dalam gereja juga pendidikan. Sedangkan
dampak Revolusi Rusia tahun 1917 terhadap Eropa adalah
lahirnya solidaritas internasional kaum buruh, ditandai
dengan berkobarnya revolusi-revolusi sosialis (komunis) di
negara-negara lain dalam kawasan Eropa. Selain itu,
Revolusi Rusia tahun 1917 juga mengakibatkan lahirnya
ideologi baru yang mengkoyak Eropa, yaitu idelogi
komunis.
D. REVOLUSI TIONGKOK
Revolusi Tiongkok adalah revolusi yang meletus pada 10
Oktober 1911. Revolusi ini menumbangkan kekaisaran Dinasti
68
Qing, dan menggantikannya dengan Republik Cina. Revolusi
Tiongkok disebut juga Revolusi Xinhai, sesuai dengan nama shio
pada tahun 1911 dalam penanggalan Cina.
Pada akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20, Tiongkok
mengalami kemunduran pesat. Pada masa ini, Tiangkok
mengalami berbagai kekalahan dalam perang melawan negara
Eropa dan Jepang. Peperangan ini diakibatkan upaya untuk
meluaskan pengaruh dan kekuasaan Eropa dan Jepang ke wilayah
Tiongkok.
Kekalahan ini misalnya pada Perang Candu (tahun 1839-
1842 dan 1856 1860), Perang Tiongkok-Jepang (1875), dan
Perang Boxer (1899-1901). Akibatnya Tiongkok kehilangan
banyak wilayah, seperti Hongkong dan Weihaiwei (dikuasai
Inggris), Guangzhouwan (Perancis), Kiautschou (Jerman),
Kwantung dan Taiwan (Jepang), Dalian (Russia), serta konsesi
beberapa negara di kota Shanghai dan Tianjin. Hilangnya wilayah
Tiongkok ini menjadikan pemerintah Dinasti Qing kehilangan
wibawa dihadapan rakyat. Terlebih lagi, Dinasti Qing adalah dan
suku bangsa Manchu yang merupakan minoritas yang berbeda
dengan suku bangsa Han.
Orang Han menganggap kekuasaan Dinasti Qing sebagai
penjajahan Tiongkok juga tertinggal secara ekonomi dan
teknologi. Tentara Tiongkok dengan mudah dikalahkan oleh
negara Eropa. Sementara kondisi ekonomi memburuk dan
kemiskinan dimana-mana Tiongkok awalnya berupaya melakukan
reformasi pada masa Kaisar Guangxu pada tahun 1898 Namun
reformasi ini gagal karena interfensi knlangan Manchu
Para pendukung reformasi diasingkan atau dipenjara
Kondisi ini membuat banyak intelektual Tiongkok, terutama dan
suku bangsa Han yang merupakan mayoritas, untuk membuat
organisasi rahasia yang manginginkan adanya revolusi Para
intelektual ini adalah mahasiswa Tiongkok yang pernah
mengenyam pendidikan di Jepang, Amerika Serikat dan Eropa.
Mereka melihat bagaimana Jepang yang sesama negara Asia
berhasil memodemkan negaranya dalam Reformasi Meiji,
69
sehingga menjadi negara maju. Mereka juga terinspirasi oleh
demokrasi di negara Barat
Revolusi akhimya terjadi setelah pemberontakan Wuchang
dimana pasukan dari Tentara Baru (tentara Tiongkok yang
diorganisasi berdasar sistem modern) memberontak melawan
upaya nasionalisasi jalur kereta api oleh Dinasti Cing pada tahun
1911. Pemerintah Dinasti Qing berencana menggunakan jalur
kereta ini sebagai jaminan hutang yang menumpuk pada negara
Eropa. Tentara pemberontak di Wuchang ini mendukung Sun Yat-
Sen dan memproklamirkan Republik China. Pemberontakan ini
disusul pemberontakan melawan Dinasti Qing diberbagal provinsi
seperti Fujian, Huangxi dan Sichuan. Setelah adanya
pemberontakan dan kekalahan, maka pemerinlah Dinasti Qing
menyerahkan kekusaaanya pada tanggal 12 Februari 1912 dan
Tiongkok resmi menjadi Republik.
D. REVOLUSI INDONESIA
Revolusi Indonesia atau Revolusi Nasional Indonesia
adalah masa setelah kemerdekaan ketika Republik Indonesia
masih berkonflik dengan Kerajaan Belanda. Peristiwa ini terjadi
mulai dari proklamasi kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945,
hingga pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh pihak Belanda
pada 29 Desember 1949. Revolusi ini berujung pada berakhirnya
pemerintah kolonial Hindia Belanda yang mengakibatkan
perubahan struktur sosial di Indonesia.
A. Latar Belakang
Pergerakan nasionalis untuk mendukung kemerdekaan
Indonesia, seperti Budi Utomo, Partai Nasional Indonesia, Sarekat
Islam, dan Partai Komunis Indonesia bertumbuh cepat di abad 20.
Gerakan nasionalis tersebut memprakarsai strategi kerja sama
dengan mengirim wakil mereka ke Volksraad (Dewan Rakyat)
dengan harapan Indonesia akan diberikan hak memerintah sendiri
tanpa ada campur tangan dari Belanda. Sedangkan gerakan
70
nasionalis yang dipimpin oleh Soekarno, Moh. Hatta, dan dua
orang mahasiswa nasionalis memilih cara nonkooperatif. Mereka
menuntut kebebasan Indonesia dari Belanda. Sekutu termasuk
Belanda membentuk suatu badan komando militer bernama Allied
Forces for Netherland Indies (AFNEI) untuk kembali merebut
kekuasaan di Indonesia. Mengetahui hal tersebut, Tanah Air tentu
tidak tinggal diam, masyarakat mulai bergerak untuk melakukan
perlawanan yang berujung terjadi perjuangan Revolusi Indonesia.
B. DAMPAK REVOLUSI
Meskipun tidak ada data akurat yang menunjukkan berapa
banyak nyawa penduduk Indonesia yang melayang dalam gerakan
Revolusi Indonesia, diperkirakan terdapat 45.000-100.000 jiwa.
Untuk rakyat sipil diperkirakan penduduk yang meninggal, yaitu
25.000-100.000 jiwa. Sedangkan untuk Belanda, lebih dari 5000
tentaranya kehilangan nyawa mereka di Indonesia. Gerakan
Revolusi Nasional Indonesia ini sendiri memberikan efek
langsung terhadap kondisi ekonomi, sosial, dan budaya terhadap
Indonesia. Di antaranya yaitu, kekurangan bahan makanan dan
bahan bakar.
71
BAB III
PAHAM – PAHAM
BESAR DUNIA DAN
PENGARUHNYA
TERHADAP
NASIONALISME
72
A. PAHAM LIBERALISME, SOSIALISME, DEMOKRASI
DAN NASIONALISME
1. PAHAM LIBERALISME
Liberalisme adalah ideologi atau paham yang
mengutamakan dan menjunjung kebebasan individu serta hak-hak
yang dimiliki setiap individu dalam berbagai aspek kehidupan
baik agama, politik, ekonomi, sosial dan berbagai aspek lainnya.
Secara tidak langsung, ini menunjukan bahwa Negara dan
pemerintahnya harus melindungi dan menghormati hak serta
kebebasan setiap warga Negara. Paham liberalisme memiliki
konsep kebebasan sebagai dasarnya, sehingga paham ini dapat
berkembang dengan baik dalam sistem demokrasi. Namun
kebebasan individu yang dituliskan disini adalah kebebasan yang
dipertanggungjawabkan bukan semata-mata kebebasan yang tidak
terbatas.
2. PAHAM SOSIALISME
Sosialisme merupakan pahan yang berbentuk sistem sosial-
ekonomi yang ditandai dengan kepemilikan sosial dan sangat
mengutamakan kebersamaan sebagai tujuan hidup. Dalam paham
ini negara sebagai kekuatan terbesar harus selalu ikut mengambil
peran dalam segala aspek demi mencapai tujuan negara. Rusia
merupakan negara pertama yang menerapkan paham sosialisme
yang dicetuskan oleh Karl Marx yaitu ilmu pengetahuan sebagai
dasar dari sosialisme (sosialisme yang dikembangkan disini
bersifat radikal). Hal ini terjadi pada masa kepemimpinan Lenin,
dimana sistem ekonomi yang dianut negara Rusia adalah
penguasa terbesar dari suatu negara dan tidak ada kepemilikan
individu, sehingga hanya partai komunis yang boleh berdiri.
3. PAHAM DEMOKRASI
Demokrasi dalam bahasa Yunani disebut demokratia yang
berarti kekuasaan rakyat dan bertolak belakang dengan paham
73
aristocratie yang berarti kekuasaan elit. Secara umum demokrasi
merupakan sistem dengan kekuasaan tertinggi berada di tangan
rakyat, pengambilan keputusan dilakukan oleh seluruh warga
negara.
Sistem pemerintahan ini dilakukan pertama kali pada
zaman Yunani kuno, dimana rakyat terlibat secara langsung dalam
pengambilan keputusan yang menyangkut masalah kenegaraan.
Namun, karena suatu negara pasti tidak hanya memiliki belasan
rakyat dan wilayah yang sempit, sistem ini tidak efektif untuk
diterapkan dan seiring berjalannya waktu terbentuklah badan-
badan perwakilan rakyat yang akan berperan sebagai wakil rakyat
untuk menjalankan pemerintahan negara.
4. PAHAM NASIONALISME
Nasionalisme dalam bahasa latin terdiri atas dua kata
yaitu natio yang berarti bangsa dan isme yang berarti paham. Jadi,
secara bahasa nasionalisme merupakan sebuah paham yang
menciptakan, mempersatukan, serta mempertahankan kedaulatan
wilayah atau sebuah negara yang memiliki kesamaan dalam
konsep identitas seperti kesamaan budaya, bahasa, wilayah, dan
cita-cita. Paham nasionalisme ini lahir di Eropa sebagai reaksi atas
penguasaan daerah-daerah di Eropa oleh Napoleon Bonaparte
(1804-1815). Pada saat itu, tumbuh semangat nasionalisme dari
bangsa-bangsa di Eropa untuk membebaskan tanah airnya dari
cengkraman kekuasaan Napoleon Bonaparte dari Prancis. Maka,
setelah memperoleh keberhasilan berdirilah negara-negara baru di
Eropa yang berdasarkan alasan kebangsaan (nation) seperti negara
Belgia yang memisahkan diri dari Belanda.
5. PAN-ISLAMISME
Pan-Islamisme bermula pada saat terjadi perang dunia II,
para bangsa Timur Tengah mengikuti paham yang tertulis dalam
al-a’mal al-kamilah dari Jamal al-Din Afghani yang kemudian
berkembang menjadi gerakan untuk mempersatukan umat Islam
dalam satu naungan negara Islam atau kekhalifahan. Gerakan Pan-
Islamisme ini banyak mempengaruhi rasa nasionalisme untuk
memperoleh kemerdekaan di banyak wilayah Islam, seperti Turki,
74
Mesir, India, hingga ke Indonesia. Pemikiran Afgani kelak
mengilhami gerakan Ikhwanul Muslim di Mesir sampai sekarang.
75
DAFTAR PUSTAKA
Hapsari.R & Aidil.M, 2017. Sejarag peminatan untuk SMA/MA kelas XI.
Jakarta: Penerbit Airlangga
Kelas pintar.2020. paham – paham besar dunia. Dilansir dari
https://www.kelaspintar.id/blog/edutech/perkembangan-paham-paham-
besar-di-dunia-7158/
76