The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by cheguridhwan81, 2021-06-03 00:59:21

Buku Barat-Sejarah dan Kebudayaan

Buku Barat-Sejarah dan Kebudayaan

harus dibuang dari keyakinan Islam. Ia juga menolak kemakshuman Rasulullah. Ulil juga paling
"usil" dengan organisasi-organisasi Islam dan Partai Islam, sehingga seringkali syahwatnya
bergelora untuk membubarkan FPI dan menendang PKS dari koalisi di pemerintahan. Basis massa
NU yang kebanyakan akar rumput dan hidup pas-pasan, tak juga membuat nurani Ulil tersentuh
untuk tidak mendukung kenaikan harga BBM.

4. Hamid Basyaib

Hamid juga dikenal sebagai pentolan JIL. Ia juga dikenal sebagai aktivis Freedom Instutute dan
Yayasan Aksara yang getol membela Ahmadiyah dan mengecam fatwa MUI. Dalam pidato ulang
tahun JIL di Taman Ismail Marzuki pada 2010, Hamid menyebut Ulil sebagai sosok yang layak
sebagai pembaharu. Dalam acara ulang tahun itu, Hamid juga menyatakan olok-oloknya terhadap
hadits Nabi. “Ada yang bilang, mereka hafal enam ratus ribu hadits, ada Imam Addaruquthni yang
bilang setengah juta. Saya pernah coba hitung, kalau itu dibagi dengan masa karier Nabi yang
hanya dua puluh dua tahun, jadi Nabi itu ngomong kira-kira tujuh ratus hal sehari. Kalau itu yang
kita pegang, maka Nabi adalah orang yang banyak berkata-kata,” jelas Hamid Basyaib. Hamid juga
pernah mengatakan, agama yang tidak menghargai harkat kemanusiaan dan kebebasan tidak
perlu ada. "Agama hadir untuk manusia bukan sebaliknya. Jadi bukannya manusia harus mengabdi
kepada agama karena manusia itu lebih besar dari apa pun, termasuk dari agama,"
kata Hamid. http://www.perspektifbaru.com/wawancara/705

5. Nong Darol Mahmada

Perempuan asal Banten ini adalah istri dari Guntur Romli, aktivis Aliansi Kebangsaan untuk
Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB). Nong berasal dari keluarga santri. Ayahnya
seorang ulama yang disegani di Banten. Namun, sejak masuk di UIN Jakarta dan aktif di Forum
Mahasiswa Ciputan, Nong menjadi liberal. Perempuan yang dulu berjilbab itu kini menanggalkan
jilbabnya. Selain aktif di JIL, Nong juga aktif di Freedom Institute. Nong juga dikenal sebagai feminis
liberal.

6. Luthfi Asy-Syaukanie

Luthfi pernah berkunjung ke Israel kemudian begitu terkagum-kagum dengan negeri Zionis
tersebut. Ia pernah menyebut Zionisme sama dengan nasionalisme yang ada di negeri ini. "Saya
suka bingung kalau ada orang mengecam Zionisme dengan berbagai stigma. Bagi orang-orang
Israel, Zionisme adalah modal penting untuk berdirinya negara itu, sama seperti kita meneriakkan
nasionalisme ketika mengusir penjajah Belanda dulu. Bahwa dalam perjuangan kemerdekaan
orang-orang seperti Tjokroaminoto, Syahrir, Tan Malaka, dicap sebagai "teroris" oleh

pemerintahan kolonial, itu persis seperti orang-orang Arab menganggap Menachem Begin, Yitzak
Shamir, Yitzak Rabin, sebagai "teroris." Tapi, bagi bangsa Israel, sama seperti kita menganggap
tokoh-tokoh nasional kita, mereka adalah para pahlawan," tulis Luthfi. Selain getol membela Israel,
Luthfi juga aktif melakukan propaganda melecehkan ajaran-ajaran Islam. Ia aktif di Jaringan Islam
Liberal dan Freedom Institute.

Demikianlah sebagian nama-nama para pengasong virus Sepilis yang juga para pendukung
kenaikan harga BBM. Mereka tidak peka dan tidak peduli terhadap nasib rakyat miskin yang
tercekik oleh melambungnya kebutuhan pokok akibat dari naiknya harga BBM. Karenanya, tak
berlebihan jika ada yang menyebut para gerombolan liberal ini sebagai "pelacur intelektual" yang
menyerahkan harga dirinya pada kepentingan asing. Jadi, tak hanya merusak akidah umat Islam,
kelompok liberal juga menyengsarakan rakyat Indonesia secara keseluruhan.

Freedom Institute sebagai sarang dari kelompok liberal adalah lembaga yang dimotori oleh Rizal
Mallarangeng, sosok yang dikenal sangat liberal dan "American minded" yang pernah terlibat
dalam mediasi antara perusahaan minyak AS ExxonMobile dengan pemerintah Indonesia. Mediasi
ini tentu saja menguntungkan AS, mengingat Rizal Mallarangeng adalah sosok yang dikenal
menganut mazhab ekonomi liberal. Freedom Institute yang didanai oleh keluarga Bakrie ini jugalah
yang menyelenggarakan Ahmad Wahib Award, penghargaan yang diberikan pada pejuang
kebebasan, yang mengacu pada sosok Ahmad Wahib, seorang aktivis yang dikenal sebagai
pengusung pluralisme agama dan kebebasan. Jika saat ini kelompok liberal juga mendukung
kenaikan BBM, maka tak usah kaget, karena antara mereka dan pemerintah saat ini adalah satu
majikan: Amerika Serikat!

Proyek liberalisasi yang dijalankan oleh kelompok liberal sejatinya adalah program asing untuk
melumpuhkan negeri ini. Karenanya, kelompok liberal adalah agen-agen asing yang perlu
diwaspadai!

Ketika menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI (Purn) Ryamizard
Ryacudu pernah menyatakan kepada media massa bahwa ada 60.000 intelijen asing yang
berkeliaran di negeri ini. Pernyataan tersebut sempat menjadi perbincangan banyak khalayak.
Maklum, yang menyatakan adalah petinggi tentara, bukan orang sembarangan. Artinya, sebagai
KSAD tentu Ryamizard memiliki ribuan anggota di lapangan yang bisa mensuplai data valid terkait
keberadaan agen asing tersebut. Lain halnya jika pernyataan tersebut berasal dari obrolan warung
kopi, tentu tak bisa dipertanggungjawabkan.

Di tengah ramainya perbincangan mengenai hal tersebut, penulis berkesempatan mewawancari
jenderal asal Palembang tersebut di rumahnya, di Kompleks Kostrad, Cijantung, Jakarta Timur.

Ryamizard yang di kalangan anak buahnya dikenal sebagai "Jenderal Kiai" karena sikapnya yang
rajin beribadah dan membangun sarana-sarana keislaman di lingkungan militer, kembali
menegaskan pernyataannya soal adanya 60.000 spionase asing yang beroperasi di negeri ini.
Ryamizard adalah sosok jenderal yang tidak disukai oleh Amerika Serikat, karena sikapnya yang
tegas menolak segala bentuk intervensi asing.

Kepada penulis yang mewawancarai ketika itu, Jenderal Ryamizard mengatakan, yang dimaksud
dengan agen asing itu adalah mereka yang bekerja untuk kepentingan asing. Mereka bisa saja
orang Indonesia, berwajah khas Indonesia, namun menggadaikan harga dirinya demi uang dan
ambisi politiknya dengan menjadi kaki tangan asing."Agen itu kan orang sini juga. Kalau 60.000
intel asing, kan kulit dia beda sama kita, mudah diketahui dong. Tapi mereka adalah agen yang
digarap," ujarnya. (Lihat, Wawancara Khusus Majalah Sabili dengan Ryamizard Ryacudu berjudul,
"Saya Tak Mau Dijajah Asing", Edisi No.17, Th.XIII/9 Maret 2006)

Dalam wawancara selanjutnya, Ryamizard yang kandas menjadi Panglima TNI ini kembali
menyatakan bahwa yang direkrut menjadi agen asing itu berasal dari bangsa kita sendiri."Intelnya
tidak terlalu banyak, tapi agennya itu banyak. Agennya orang kita. Secara fisik kita dikuasai;
pemikiran, pendidikan, dan segala macam. Kita boleh bergaul dengan siapapun. Yang nggak boleh
kita bergaul sama setan," tegasnya. (Lihat, Wawancara Khusus Majalah Sabili dengan Ryamizard
Ryacudu, Edisi No.13, Th. XIV/11 Januari 2007).

Pernyataan Ryamizard bukan tanpa dasar. Betapa hari ini agen-agen asing benar-benar
berkeliaran, merusak ekonomi, budaya, tatanan sosial, pendidikan, bahkan ajaran-ajaran agama.
Mereka bekerja by order, membuat proyek proposal untuk melakukan aksi-aksi yang merugikan
bangsa ini, khususnya umat Islam. Diantara program mereka adalah "Proyek Liberalisasi" yang hari
ini bisa kita saksikan langsung melalui kiprah LSM-LSM seperti Jaringan Islam Liberal, Salihara
Institute, LibforAll Foundation, The Asia Foundation, dan beragam LSM sejenis lainnya yang jelas-
jelasnya melakukan upaya-upaya destruktif terhadap ajaran-ajaran Islam.

Karena itu, mantan Ketua Yayasan Lembaga Bantuah Hukum Indonesia (YLBHI), Munarman,
menyebut LSM seperti JIL telah melakukan "Subversif politik dan agama", yang tidak hanya
mengancam umat Islam, tapi bangsa ini secara keseluruhan.

Mengenai adanya dana asing yang masuk ke kantong JIL, Ulil Abshar Abdalla dalam wawancara
dengan Majalah Suara Hidayatullah dengan terang-terangan mengatakan, "Setiap tahun kami
mendapat sekitar Rp 1,4 milyar. Selain itu, JIL juga mendapatkan dana dari sumber-sumber
domestik, Eropa, dan Amerika. Tapi yang paling besar dari TAF (the Asia Foundation). Tapi dana

itu jauh lebih kecil daripada dana yang diperoleh ormas-ormas Islam lainnya," ujar Ulil dalam
wawancara tahun 2004. Sementara itu, menurut keterangan Munarman, dalam sebuah rapat di
Daun Kafe, Cikini, pada 10 Februari 2012 lalu, ada perbincangan mengenai dana asing sebesar 61
miliar yang mengalir ke kelompok liberal."Itu dari rapat pembicaraan mereka sendiri," ujar
Munarman.

Secara berturut-turut menurut data yang dilansir oleh Habib Rizieq Syihab dalam tulisannya
berjudul "Liberal Antek Asing", Indonesia mendapat kucuran dana dalam proyek membangun
jaringan muslim moderat yang pro terhadap kepentingan AS. Dana tersebut secara beruntun:
Tahun 2004 60 Juta USD, tahun 2005 78 juta USD, tahun 2006 84 juta USD, tahun 2007 96 juta
USD, tahun 2008 143 juta USD, dan tahun 2009 184 juta USD. Dana tersebut menggelontor dengan
tujuan agar para kaki tangan asing mampu menjalankan agenda-agenda mereka di negeri ini.

Sebelumnya, seperti diberitakan Harian The New York Time 20 Mei 1998, pemerintah Amerika
Serikat di bawah Presiden Bill Clinton melalui United State's Agency for International Development
(USAID) telah mengucurkan dana bagi kelompok oposisi di Indonesia sejak tahun 1995 yang
berjumlah 26 juta USD. Sebagian uang tersebut dikabarkan masuk ke Lembaga Bantuan Hukum
Indonesia (LBHI) yang dipimpin Adnan Buyung Nasution pada saat itu. Buyung adalah orang yang
juga sinis terhadap gerakan Islam. Ia pernah mengecam fatwa MUI tentang Ahmadiyah, bahkan
melecehkan tokoh MUI KH. Ma'ruf Amin dengan menyebutnya sebagai orang yang tak tahu malu.
Bukan hanya itu, Buyung jugalah yang ketika menjadi Watimpres menantang umat Islam untuk
datang menduduki istana negara.

Dugaan adanya dana asing yang mengalir ke kelompok liberal juga terlihat pada tayangan iklan
masyarakat berjudul "Islam Warna-Warni". Iklan yang dibuat oleh Komunitas Utan Kayu tersebut
sempat tayang di SCTV dan RCTI pada tahun 2002 dan mendapat protes keras dari Majelis
Mujahidin Indonesia. Bahkan, MMI yang saat itu dipimpin oleh Ustadz Abu Bakar Ba'asyir
melayangkan somasi agar iklan tersebut tidak tampil lagi di media massa. MMI menilai, muatan
iklan "Islam Warna-Warni" mempunyai tujuan tertentu untuk mengesankan, kelompok yang sesat
sekalipun, jika mengaku Islam maka harus dihargai. Di samping itu menurut MMI, Islam itu satu,
yang beragam adalah wadah umat dalam beragam organisasinya.

Kelompok liberal, meski minoritas dan kecil, namun mendapat sokongan dana dan dukungan
media massa yang besar. Jika ada masalah dalam kerja mereka di lapangan, maka media massa-
media massa sekular siap untuk menjadi corong pembela mereka. Tak peduli, apakah
pemberitaannya tersebut berimbang atau tidak, yang penting gunakan "bullet theory", cecar terus
dengan pemberitaan-pemberitaan yang menyudutkan umat Islam, sehingga masyarakat tercekoki
dengan pemberitaan-pemberitaan yang bias, tidak imbang, dan menghakimi.

Inilah yang menimpa Front Pembela Islam (FPI), salah satu ormas Islam yang sering menjadi bulan-
bulanan media massa sekular. Antara kelompok liberal dan media massa sekular seolah berbagi
peran: Ada yang bagian memprovokasi umat Islam lewat berbagai macam aksi dan pelecehan,
kemudian ada yang siap-siap memblow-up dengan pemberitaan jika aksi tersebut menuai reaksi
dari umat Islam. Inilah kerja makar jahat mereka!

Intelijen AS diduga kuat menyusup dalam LSM-LSM internasional yang beroperasi di Indonesia dan
menjadi funding kelompok pengasong virus Sepilis. Inilah ideologi trans-nasional sesungguhnya
yang mesti diwaspadai oleh bangsa ini!

Imprealisme asing terhadap negeri ini menggunakan beragam cara dan bermacam kedok. Diantara
kedok yang mereka pakai adalah beroperasinya lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang
mengusung tema-tema Hak Asasi Manusia, kesetaraan gender, civil society, toleransi agama, anti
kekerasan, dan lain sebagainya. Semua itu adalah kedok dari operasi mereka sesungguhnya untuk
membangun hegemoni ideologi dan kekuasaan serta penyebaran paham-paham sesat seperti
Sekularisme, Pluralisme, dan Liberalisme.

Diantara lembaga asing yang beroperas i di Indonesia, dan menjadi partner kelompok liberal
adalah The Asia Foundation (TAF) yang berkantor pusat di San Fransisco, Amerika Serikat.
Sedangkan kantor perwakilan TAF di Indonesia ini terletak di Jalan Adityawarman, Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan. TAF bisa disebut sebagai “funding” dan “mentor” para aktivis dan LSM liberal di
Indonesia. TAF jugalah yang terlibat membantu penyusunan Counter Legal Draft- Kompilasi
Hukum Islam pada tahun 2004, yang diketuai oleh Siti Musdah Mulia. Mereka membentuk sebuah
tim yang disebut sebagai Tim Pengarusutamaan Gender, yang kemudian menyusun sebuah
rancangan kompilasi hukum Islam yang sempat menghebohkan kaum muslimin pada waktu itu.
Diantara isi rancangan itu adalah, nikah dianggap bukan sebagai ibadah, namun sekadar hubungan
muamalah (kontrak sosial) antara manusia. Poligami dilarang dan suami-istri mempunyai hak dan
kewajiban yang sama.

Dalam hal waris, rancangan tersebut menyatakan antara laki-laki dan perempuan mendapat hak
waris yang sama. Anak yang murtad dari Islam, menurut rancangan tersebut juga mendapat waris
dari orangtuanya yang Muslim.

Sedikit gambaran mengenai Siti Musdah Mulia, mantan Ketua Tim Pengarusutamaan Gender
Depag yang juga menjabat sebagai Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam berbagai
kesempatan, Musdah yang mengaku berasal dari lingkungan pesantren seringkali
mengampanyekan bolehnya nikah beda agama. Musdah juga yang member kata pengantar dari

sebuah buku yang mengampanyekan nikah beda agama. Dari hasil penelitian buku ini, tercatat
sejak 2004 sampai 2012, ada 1.109 pasangan yang menikah dengan latarbelakang keyakinan yang
berbeda. Pasangan terbanyak adalah pernikahan antara yang menganut Islam dan Kristen,
kemudian pasangan Islam dan Katolik. Inilah hasil kerja keras dari kelompok liberal! (Lihat disini
http://www.hidayatullah.com/read/21986/31/03/2012/musdah-mulia-ajak-masyarakat-
sosialisasikan-nikah-beda-agama.html

Karena kerja kerasnya dalam mengampanyekan kesetaraan gender dan pluralism agama, Siti
Musdah Mulia mendapat penghargaan the International Women Courage Award pada 7 Maret
2007. Award ini diserahkan langsung oleh Menteri Luar Negeri AS ketika itu, Condoleeza Rice
dalam sebuah upacara seremonial di Departeman Luar Negeri AS.

Dengan kata lain, Award ini murni berasal dari pemerintah AS atas inisiatif kementerian luar
negerinya. Award ini juga sekaligus menguatkan dugaan adanya keterlibatan AS dalam proyek
liberalisasi di negeri-negeri Muslim, termasuk di Indonesia. Musdah yang pernah mengatakan
bahwa Islam mengakui kaum lesbian dan homoseksual, menolak poligami dan mengatakan nikah
bukan urusan ibadah mendapat ganjaran sebagai “Wanita Pemberani” dari pemerintah AS.

Kembali ke soal The Asia Foundation. Roland G Simbulan dalam sebuah acara di Filipina pada 18
Agustus 2000, memaparkan makalah berjudul CIA’S Hidden History in the Philippines, yang
menjelaskan soal adanya keterlibatan lembaga telik sandi AS, Central Inteligencen Agency (CIA),
dalam mengendalikan LSM-LSM besar. Mereka menjadikan LSM-LSM tersebut sebagai kedok
untuk menjalankan operasinya di setiap negara. Menurut Roland, di Manila, Filipina, CIA
memainkan peranan penting dalam mengendalikan lembaga The Asia Foundation.

Roland G Simbulan sempat mewawancarai agen CIA yang beroperasi di Filipina pada tahun 1996,
yang menyatakan bahwa selama agen tersebut menjalankan misi intelijennya mereka
menggunakan TAF sebagai kedok penyamaran. Sebelumnya, dalam TAF Annual Report 1985
(Laporan Tahunan TAF 1985), salah seorang Deputy CIA bernama Victor Marchetti mengatakan
bahwa TAF didirikan oleh CIA dan sampai tahun 1967 mendapat bantuan subsidi dana dari badan
intelijen AS ini. TAF juga mendapat bantuan dari American Jewish World Service (AJWS) yang
merupakan partnership mereka dalam menjalankan berbagai program di seluruh dunia. Meskipun
TAF selalu membantah soal ini.

Di Indonesia, selain memberikan dana bagi Jaringan Islam Liberal (JIL), TAF juga pernah
bekerjasama dalam penerbitan sebuah majalah bernama “Syir’ah” yang mengusung pluralisme
agama. Majalah ini tak mampu meraih minat pembeli dan pembaca karena isinya yang cenderung
konfrontatif dengan keyakinan mainstream umat Islam. Bahkan, meski sebagian awak redaksinya

berasal dari anak-anak muda NU, majalah ini juga tak mampu menjaring pembaca dari kalangan
nahdhiyyin. Saat itu, Syir’ah seolah ingin menjadi majalah yang mampu mengimbangi keberadaan
Majalah Islam Sabili yang mampu meraih oplah besar dan menjangkau khalayak di seluruh
Nusantara.

Selain The Asia Foundation, LSM internasional lainnya yang menjadi “funding” bagi kelompok
pengasong paham Sepilis lainnya adalah Ford Foundation. LSM ini berkantor pusat di New York,
Amerika Serikat, dan mempunyai cabang di Asia, Timur Tengah, Eropa, dan Afrika. Ford Foundation
pernah terlibat dalam mendanai penerbitan buku berjudul “Fiqih Perempuan: Refleksi Kiayi atas
Wacana Agama dan Gender” yang isinya sangat bertolak belakang dengan syariat Islam. LSM ini
juga bekerjasama dengan LBH APIK, sebuah lembaga yang memperjuangkan kesetaraan gender di
Indonesia.

Hari-hari ke depan, umat Islam akan dihadapkan pada persoalan RUU Kesetaraan Gender yang
digodok di DPR dan diback-up oleh kelompok-kelompok pengusung virus Sepilis.Bukan tak
mungkin, RUU ini adalah pesanan asing dengan tujuan merusak keyakinan umat Islam dan
memecah belah bangsa ini. Karena itu, setelah mewaspadai keberadaan LSM-LSM yang membawa
misi merusak keyakinan Islam, umat harus waspada terhadap upaya-upaya intervensi asing kepada
lembaga-lembaga negara, seperti DPR, Mahkamah Konstitusi, dan Mahkamah Agung. Lembaga-
lembaga negara inilah yang terus berupaya mereka tekan, desak, dan kuasai. Jika lembaga-
lembaga tersebut berhasil mereka tekan dan kuasai, kemudian lahirlah produk hukum dan
perundang-undangan yang liberal, maka negeri ini tinggal menunggu azab Ilahi.

Wallahu a’lam.

Sumber :

 eramuslim.com/indonesia-tanpa-sepilis-membongkar-makar-ideologi-as-dan-kaki-
tangannya-1.htm > -2.htm > -3.htm > -4.htm > -5.htm

 Indonesia Tanpa SEPILIS (Sekularisme, Pluralisme, dan Liberalisme) : Membongkar Makar
Ideologi AS dan Kaki Tangannya.

Bab 14
Pertoksinan Barat: Strategi Pecah Belah Kelompok

Westoxication atau proses peracunan(pentoksinan) Barat terhadap tamadun dan wilayah lain.
Pemimpin mahasiswa, anak muda dan gerakan mahasiswa wajar mengambil cakna dan waspada
terhadap perangkap musuh. Oleh itu, mahasiswa perlu terlebih dahulu mengenali pendekatan dan
pemikiran musuh mereka.

Langkah pertama Rand Corporation melakukan klasifikasi terhadap umat Islam berdasarkan
kecenderungan dan sikap politik mereka terhadap Barat dan nilai-nilai Demokrasi.

Pertama : Kelompok Fundamentalis: menolak nilai-nilai demokrasi dan kebudayaan Barat
kontemporari (semasa). Mereka inginkan sebuah negara berautoriti teokrasi (hukum agama) yang
akan menerapkan hukum Islam yang ekstrem. Mereka bersedia menggunakan teknologi moden
untuk mencapai tujuan mereka.

Kedua : Kelompok Tradisionalis: ingin suatu masyarakat yang konservatif(corak lama). Mereka
mencurigai modernisasi dan perubahan (inovasi).

Ketiga: Kelompok Modernis: ingin dunia Islam menjadi sebahagian modernisasi global. Mereka
ingin memodenkan dan mereformasi Islam serta menyesuaikannya dengan zaman.

Keempat : Kelompok Sekularis: ingin dunia Islam dapat menerima pemisahan antara agama dan
negara dengan cara seperti yang dilakukan negara-negara demokrasi industri Barat, dengan
agama dihadkan kepada ruang lingkup peribadi.

(Tulisan di atas berasal daripada Eramuslim)

Bab 15
Pertoksinan Barat: Strategi Adu Domba

Setelah membahagi-bahagikan umat Islam kepada empat kelompok itu – Fundamentalis,
Tradisionalis, Modernis dan Sekularis, langkah berikutnya yang penting yang dicadangkan Rand
Corporation adalah politik adu domba. Menyokong satu pihak dan menjatuhkan pihak lain,
seterusnya berlawanan antara kelompok tersebut.

Hal ini dirancang sangat terperinci. Berikut langkah-langkahnya:

Pertama, Support the modernists first (mendukung kelompok Modernis) dengan:

1. Menerbitkan dan mengedarkan karya-karya mereka dengan dana yang disubsidi,

2. Mendorong mereka untuk menulis kepada audiens massa dan kaum muda,

3. Memperkenalkan pandangan-pandangan mereka dalam kurikulum pendidikan Islam,

4. Memberikan mereka suatu flatform masyarakat (NGO). Justeru, mahasiswa melihat
siapakah pendana organisasi yang mahu mereka sertai sama ada di luar kampus atau
alumni mahasiswa sendiri.

5. Menyediakan kepada mereka pemikiran dan penilaian terhadap pertanyaan-pertanyaan
yang fundamental dari penafsiran agama dalam persaingan mereka dengan kaum
fundamentalis dan tradisionalis, yang memiliki laman web, dengan menyebarkan
pandangan-pandangan mereka dari rumah-rumah, sekolah-sekolah, institusi-institusi,
serta frasarana yang lainnya.

6. Menjadikankan sekularisme dan modernisme sebagai pilihan “counterculture” kepada
kaum muda Islam yang sedang mencari kebenaran.

7. Mendorong kesedaran terhadap sejarah pra-Islam dan budaya non-Islam, di dalam media
dan kurikulum daripada negara-negara yang relevan. Di Malaysia, kini sudah lihat
sestengah pihak cuba mengalih pandangan agak kembali kepada pensejarahan zaman
Hindu-Buddha. Kebudayaan yang syirik dan khurafat Melayu digerak oleh kumpulan bukan
Melayu.

8. Membantu dalam membangun organisasi-organisasi sivil (NGO) yang independent, untuk
mempromosikan kebudayaan sivil (civic culture) serta memberi ruang kepada rakyat biasa
untuk mendidik diri mereka sendiri mengenai proses politik dan mengutarakan
pandangan-pandangan mereka.

Kedua, Support the traditionalists against the fundamentalists : Mendukung kaum tradisionalis
menentang kaum fundamentalis.

Langkah-langkah yang dilakukan antara lain,

1. Menerbitkan kritik-kritik kaum tradisionalis berkenaan kekerasan dan ekstrimisme yang
dilakukan oleh kaum fundamentalis; mendorong perbezaan pendapat antara kaum
tradisionalis dan fundamentalis.

2. Mencegah persefahaman atau perikatan antara kaum tradisionalis dan kaum
fundamentalis.

3. Mendorong kerjasama antara kaum modernis dan kaum tradisionalis.

4. Mendidik kaum tradisionalis dalam mempersiapkan diri mereka untuk mampu melakukan
perdebatan dengan kaum fundamentalis. Kaum fundamentalis secara retorika seringkali
lebih superior, sementara kaum tradisionalis melakukan praktik politik Islam pinggiran yang
kabur. Di tempat-tempat seperti di Asia Tengah, mereka mungkin perlu untuk dilatih dalam
Islam ortodoks supaya mampu mempertahankan pandangan mereka.

5. Menambah kehadiran kaum modernis pada institusi-institusi tradisionalis.

6. Melakukan diskriminasi antara sektor-sektor tradisionalisme yang berbeza. Mendorong
tokoh-tokoh tertentu tertarik kepada modernisme, seperti pada Mazhab Hanafi.
Mendorong mereka untuk membuat isu pemikiran-pemikiran agama serta
mempopularkan hal itu untuk melemahkan otoriti dari penguasa yang terpengaruh dengan
Wahhabi. Hal ini berkaitan dengan tajaan. Wang dari Wahhabi diberikan untuk mendukung
Mazhab Hambali yang konservatif. Begitu juga dengan pengetahuan.

7. Mendorong populariti dan penerimaan Sufisme.

8. Menyibukkan umat Islam dengan perbalahan dan pengkajian falsafah.

Ketiga, Confront and oppose the fundamentalists: Konfrantasi dan menentang kaum
fundamentalis. Langkah-langkahnya antara lain:

1. Menentang tafsir mereka tentang Islam dan menunjukkan ketidakbenarannya.

2. Membongkar kaitan mereka dengan kelompok-kelompok dan aktiviti-aktiviti haram
(illegal).

3. Mendedahkan kesan dari tindakan kekerasan yang mereka lakukan.

4. Menunjukkan ketidakmampuan mereka dalam memerintah

5. Menerbitkan pesanan-pesanan ini kepada kaum muda, masyarakat tradisionalis yang alim,
kepada minoriti kaum muslimin di Barat, dan kepada wanita.

6. Mengelakkan beri penghormatan dan pujian akan perbuatan kekerasan dari kaum
Fundamentalis, ekstrimis dan teroris. Tuduh mereka sebagai pengganggu dan pengecut
serta mereka bukan sebagai pahlawan.

7. Mendorong para wartawan untuk membongkar isu-isu korupsi, kemunafikan, dan tidak
bermoralnya lingkaran kaum fundamentalis dan kaum teroris.

8. Mendorong perpecahan antara kaum fundamentalis.

Keempat, secara selektif mendukung kaum sekular:

1. Mendorong pengakuan fundamentalisme sebagai musuh bersama, mematahkan
perikatan kekuatan-kekuatan anti Amerika berdasarkan hal-hal seperti nasionalisme dan
ideologi kiri.

2. Mendorong idea bahawa Agama dan Negara juga dapat dipisahkan dalam Islam dan
menegaskan hal ini tidak membahayakan keimanan malah akan memperkuatnya.
Pendekatan apapun atau kombinasi pendekatan manapun yang diambil, kami sarankan
bahawa hal itu dilakukan dengan sengaja dan berhati-hati, kerana mengetahui beban
simbolis dari isu-isu; kesan dari penyesuaian ini bagi tokoh-tokoh Islam lain, termasuk risiko
ancaman daripada orang-orang yang sedang kita berusaha bantu; dan kesempatan tajaan-
tajaan serta kesan jangka pendek yang tidak diingini.

(Tulisan di atas berasal daripada Eramuslim)

Bab 16
Rancangan Amerika Terhadap Gerakan Islam di Malaysia.

Ketetapan RAND terkini:

Selepas pengeboman 11 september 2001 masehi, satu rangka strategi keamanan nasional
Amerika telah disempurnakan pada tahun 2002 masehi yang menggariskan “punca ancaman yang
mengancam keselamatan Amerika Syarikat dan cara-cara mengatasinya”. Rangka strategi ini
menekankan berkenaan “faktor-faktor suasana dalaman negara-negara lain yang diktator,
terutamanya dunia arab dan dunia Islam yang menghalakan keekstreman dan kebencian terhadap
Amerika Syarikat. Oleh kerana itu, Presiden Amerika Syarikat yang akan datang mestilah
menumpukan perhatian kepada ‘agenda pembebasan’ atau dikenali sebagai ‘strategi sebar dan
mewajibkan perlaksanaan demokrasi’ ke atas dunia Islam.

Strategi ini mengandungi pengaktifan pusat-pusat kajian kelolaan Amerika Syarikat di dalam
meletakkan pelbagai gambaran terhadap cara-cara berurusan dengan dunia Islam. Pusat kajian
kelolaan angkatan tentera udara Amerika Syarikat yang dikenali sebagai R.A.N.D. adalah antara
pusat kajian yang paling menonjol di Amerika Syarikat justeru pihak Rumah Putih merealisasikan
nasihat-nasihat yang dikemukakan oleh pusat kajian RAND terutamanya penyelidikan yang
dikemukakan sekitar tahun 2003-2004 masehi yang menasihati pihak pentadbiran Amerika
Syarikat supaya membezakan orang-orang islam yang ekstrem dan sederhana di dalam
menentukan sikap Amerika Syarikat terhadap Negara islam.

Di samping itu pula, berikutan kejayaan aliran-aliran islam yang labelkan sebagai ekstrem oleh
pihak Washinton di dalam pilihanraya-pilihanraya negara Arab, (seperti ikhwan di Mesir dan
Hamas di Palestin) dan terancamnya golongan Sekular Liberal serta kegagalan memecahkan umat
islam kepada ekstrem dan sederhana bagi kepentingan Amerika membawa kepada perubahan
strategi perancangan Amerika Syarikat itu sendiri serta penilaian semula terhadap anggapan
semua orang-orang islam adalah musuh di samping musuh komunis yang sebelum ini diperangi
oleh Washinton di zaman perang dingin.

Titik perubahan terhadap orang islam.

Dari sini tersimpan ketetapan baru hasil kajian yang dikemukakan oleh pusat kajian RAND pada 26
Mac 2007 tanpa diketahui oleh pihak pemberita sebagaimana biasa dan di tengah-tengah suasana
yang meragukan. Ketetapan tersebut berbunyi : “Networks Building Moderate Muslim” yang
bermaksud “rangkaian membina Muslim yang sederhana”. Ia ditulis oleh Sr. Bernard (isteri kepada
Zelmai Khalil, duta Amerika ke Iraq dan PBB) dan Angel Rabasa (salah seorang pekerja di
Kementerian Pertahanan dan Kementerian Luar Amerika Syarikat) dan juga penyelidik-penyelidik
lain.

Sebelum ini mereka menulis tentang cara-cara mempengaruhi golongan berfahaman islam dan
sekarang ini masih lagi memperkatakan tentang orang-orang islam . Oleh itu, ketetapan berada di
tahap noktah perubahan berkenaan strategi bertindak Amerika Syarikat terhadap dunia islam.

Sedari awal lagi, ia menggariskan dengan jelas bahawa di sana perlunya serangan pemikiran dan
pertembungan dunia islam secara keseluruhan dengan dunia barat, di ketengahkan gambaran
berkenaan pemindahan tabiat berhadapan ke dalam negara islam. Dan islam itu sendiri dibina
semula sebagai satu bentuk pemikiran sebagaimana pemikiran komunis bertepatan dengan
gambaran mereka. Ia direalisasikan melalui bentuk perang dingin yang baru dan dengan kerjasama
rangkaian yang mengandungi orang-orang islam liberal dan sekular (yang tidak percaya kepada
peranan syariat islam).

Dengan harapan supaya mereka menjadi agen kepada barat. Bantuan kepada mereka perlu
dialirkan melalui yayasan-yayasan Amerika yang mengawal peperangan ini pada masa hadapan
sebagaimana yang dilakukan oleh rangkaian liberal yang telah menghancurkan komunis daripada
dalam!! Ini kerana, seorang penkaji dan penganalisis bernama Sr. Benard yang bertugas di
bahagian Keselamatan Nasional Amerika di Pusat Kajian RAND terdahulu telah menulis satu tulisan
strategi yang lain pada tahun 2003 masehi dengan tajuk : “Islam Madani Demokrasi : sekutu,
sumber dan strategi”.

Tulisan ini adalah satu kajian Amerika mengenai aliran pemikiran islam moden sebagai satu arahan
praktikal bagi penggubal ketetapan Amerika berkenaan cara-cara menghentam aliran pemikiran
islam asal yang ekstrem. Kajian ini juga bertujuan memberikan sumbangan dan semangat kepada
apa yang mereka namakan sebagai “aliran islam sekular moden”. Lanjutan itu, pada tahun 2007
masehi telah disiapkan satu tulisan sebagai satu ketetapan siap yang hanya menunggu kelulusan
rasmi daripada daripada kerajaan Amerika Syarikat.

CIPTAAN MUSUH.

Adapun bahaya daripada kajian terakhir yang dikemukakan kepada pentadbiran Bush yang hanya
menunggu perlaksanannya secepat mungkin ialah berkenaan dunia islam sebagai musuh rasmi
baru yang sebenar bagi negara Amerika dan barat. Kajian ini juga telah meletakkan strategi
berurusan dengan bahaya islam ini.

Ia juga mengandungi cara-cara perobekan islam daripada dalam melalui orang-orang islam sendiri
yang terdiri daripada pembantu-pembantu aliran sekular liberal dari kalangan pemikir dan
golongan akademik sehingga sampai ke tahap kerjasama antara golongan kiri dan sosialis sekular
bagi menjauhi kerjasama dengan mana-mana aliran islam sama ada sederhana (seperti gerakan
islam yang menggunakan pendekatan piliharaya) atau ekstrem (seperti gerakan islam yang
mengangkat senjata) . Sebagaimana yang dinyatakan di dalam kandungan rancangan ini.

PERJANJIAN.

Perjanjian strategi yang setebal 218 muka surat yang diperolehi oleh pihak akhbar Mujtama’ tidak
memadai setakat penggarisan rancangan yang dinamakan sebagai “pelan perancangan” bagi
berhadapan dengan pemikiran islam yang berasaskan kepada syariat islam, tetapi strategi ini juga
menggariskan pihak-pihak yang perlu diminta kerjasama oleh pihak Washinton di dalam
peperangan di dalam Negara islam itu sendiri yang terdiri daripada golongan sekular liberal
sehingga ke tahap menyenaraikan cadangan nama-nama pertubuhan-pertubuhan, individu-
individu di kalangan arab, eropah dan asia sebagai contoh bagi anasir-anasir “sederhana” menurut
pandangan Amerika.

Kertas ini mengandungi 10 fasa : Pertamanya ialah mukadimah yang menegaskan bahawa punca
permasalahan antara Negara eropah dan Negara islam ialah serangan pemikiran atau pendirian
yang berasaskan akidah. Fasa kedua pula membicarakan berkenaan percubaan perang dingin
dengan Negara komunis sebagai model yang baik bagi berhadapan dengan musuh yang baru
(islam). Fasa ketiga pula memfokuskan berkenaan perbandingan antara perang dingin dan cabaran
dunia sekarang. Fasa keempat berkisar berkenaan usaha kerajaan Amerika “menghentikan
perkembangan golongan radikal”.

Fasa kelima adalah fasa yang terpenting justeru ia menggariskan ‘pelan perancangan’bagi
pembinaan rangkaian sederhana di dalam dunia islam. Kandungan fasa keenam dan ketujuh
secara berturut-turut memfokuskan percubaan eropah dan asia sebagai model bagi orang-orang
islam sederhana yang bersifat liberal yang berkemungkinan boleh menjadi penyumbang bagi
‘rangkaian sederhana dari perspektif Amerika’.

Sedangkan fasa ke lapan pula memfokuskan timur tengah manakala fasa ke sembilan pula
memfokuskan apa yang dinamakan sebagai peranan orang-orang islam liberal (secular muslims)
di dalam ‘peperangan pemikiran’ bagi memutuskan apakah tindakan-tindakan muktamad yang
berkaitan kawalan terhadap pertembungan dengan dunia islam melalui rangkaian sekular
‘sederhana’.

Kajian ini bertitik tolak daripada penetapan asas yang sumbernya diambil daripada pertembungan
dengan dunia islam akibat pertembungan pemikiran. Cabaran utama yagn dihadapi oleh barat
ialah apabila Negara-negara islam berhadapan dengan penerusan jihad oleh pihak islam tulen atau
dunia islam menjadi mangsa keganasan dan tiada toleransi (yang dimaksudkan ialah islam kerana
pada tanggapan mereka islam tidak bertoleransi dan bersikap ganas).

Penetapan ini bergantung kepada dua faktor utama; Pertama : Sekalipun bilangan golongan radikal
islam adalah sedikit di dalam dunia islam, tetapi mereka sangat berjaya, berkesan dan menjangkau
seluruh benua yang didiami oleh islam sama ada di eropah atau Amerika Selatan. Keduanya:
kelemahan aliran pemikiran ‘islam sederhana dan liberal’ yang tidak memiliki rangkaian yang luas
di peringkat dunia sebagaimana yang dimiliki oleh golongan Islam tulen.

Dari sini, kajian ini mendorong kepada perlunya Amerika menolong golongan ‘islam sederhana’
untuk pembinaan rangkaian yang luas. Kajian ini juga mendorong kepada perlunya juga Amerika
memberikan bantuan material dan maknawi bagi membina benteng pertahanan bagi menghadapi
rangkaian islam tulen. Adapun wasilah bantuan Amerika, ia berupa pelan perancangan yang
membolehkan Amerika Syarikat membina pelbagai rangkaian bantuan bagi membina generasi
‘islam sederhana’ yang menerusi mereka menjadikan Amerika Syarikat mampu berhadapan
dengan golongan ‘islam tulen’.

Di samping rangkaian ini yang telah sempurna pembinaannya semasa percubaan perang dingin
dengan Soviet Union bagi mengasah ketajaman Liberalism bagi berhadapan dengan komunis. Ini
kerana golongan ekstremis islam’ (iaitu islam tulen) pada pandangan kajian ini mempunyai dua
bentuk ciri perbezaan berbanding golongan ‘Islam Sederhana yang liberal, iaitu harta dan
organisasi. Ia memaksudkan pembinaan rangkaian dan organisasi yang luas disamping kelemahan
peralatan yang dipunyai oleh golongan ‘islam liberal’ sebagaimana menurut pandangan Amerika.

Di sini ia memerlukan kepada ciptaan dan pembinaan baru rangkaian islam sederhana yang
mampu berhadapan dengan golongan ‘ekstremis islam’ (golongan pejuan islam yang tulen) dan
mengulangi mencipta islam dengan gambarannya yang tidak mengancam barat.

SIAPAKAH MEREKA MUSLIM LIBERAL SEKULAR?

Kunci bagi menghilangkan kekaburan dokumen jahat ini terkandung di dalam definisi ‘sederhana’
atau definisi ‘kesederhanaan’ dari sudut pandangan Amerika. Antara yang membolehkan
mengenali golongan muslim liberal ini yang Amerika Syarikat berusaha untuk bekerjasama
dengannya serta membina rangkaian khas untuk membantunya dalam bentuk harta, pemberitaan,
organisasi dan semangat.

Golongan ‘sederhana ala Amerika’ ialah : seseorang yang berketurunan islam yang bersifat sekular
(melihat islam tidak perlu campur dalam urusan hidup) liberal (masing-masing berhak bercakap
perihal islam yang sekalipun dalam bentuk yang spesifik) yang menolak kewajaran berhukum
dengan syariat islam. Ia juga percaya dengan fahaman kebebasan wanita memilih pasangan hidup
tanpa bersuami serta hak golongan minoriti agama untuk menjawat jawatan tertinggi di dalam
negara yang majoritinya adalah orang islam.

Golongan ini juga bersifat menentang ulama. Ia juga menyebut bahawa golongan penyokong
“aliran taklid agama” dan “golongan beraliran sufi agama” dimana dokumen itu menyifatkannya
sebagai aliran yang boleh menerima solat di atas kubur!. Bagi tujuan ini, kajian ini mencadangkan
istilah ‘seruan sekular’ (iaitu memisahkan politik dan agama melalui serapan fahaman ketidak
layakan syariat menjadi hukum dan peraturan). Dokumen ini juga boleh memberikan gambaran
utama yang membolehkan kita mengenali siapakah golongan ‘muslim sederhana’, antara
gambaran itu ialah :

1. hanya menerima demokrasi barat sahaja yang bukan menapis serta memilih demokrasi yang
hanya bertepatan dengan prinsip islam. Khususnya prinsip syura yang dikatakan mempunyai ciri
persamaan dengan demokrasi. kepercayaan kepada demokrasi difahami dengan bentuk menolak
pemikiran negara islam yang diperintah oleh golongan agama sebagaimana Iran.

2. Menerima sumber-sumber tanpa taksub dengan sumber-sumber lain bagi penggubalan
undang-undang kecuali sumber daripada syariat islam kerana penafsiran syariat mengikut cara
asal (sebagaimana yang digariskan oleh ulama-ulama seperti penafsiran al-quran hanyalah layak
bagi mereka yang mempunyai syarat-syaratnya) tidak sesuai dengan prinsip demokrasi serta tidak
menghormati hak asasi kemanusiaan.

3. menghormati hak-hak wanita dan minoriti agama. Ia bermaksud golongan ‘islam sederhana
menurut acuan Amerika’ menolak apa yang dinamakan ‘kedudukan perbezaan wanita dan
golongan minoriti sebagaimana menurut Al-Quran’ dan ia juga membuat kajian semula

berkenaannya memandangkan perbezaan suasana semasa berbanding apa yang wujud di zaman
nabi saw.

ACUAN AMERIKA.

Dokumen ini juga meletakkan garis ukuran Amerika Syarikat bagi menentukan kesesuaian jemaah
‘islam sederhana’ yang akan dijalinkan kerjasama oleh Amerika Syarikat bagi berhadapan dengan
golongan ‘ekstremis islam’. Garis ukuran ini sebagaimana berikut:

1. Adakah jemaah ini tidak mengambil hirau terhadap keganasan atau ia sendiri melakukannya?
Jika ia mengambil hirau terhadap keganasan, adakah ia telah melakukannya juga pada masa
lampau?

2. Adakah kumpulan ini menyokong demokrasi dengan anggapan ianya adalah salah satu hak di
antara hak-hak asasi kemanusian?

3. Adakah kumpulan ini menghormati keseluruhan perundangan dan penggubalan negara bagi
melindungi hak-hak asasi kemanusian (antaranya ialah hak-hak golongan gay sebagai contoh)?

4. Adakah kumpulan ini mempunyai apa-apa pengecualian di dalam menghormati hak-hak asasi
manusia (seperti kebebesan agama sebagai contoh)?

5. Adakah kumpulan ini percaya bahawa penukaran agama adalah salah satu hak asasi manusia.

6. Adakah kumpulan ini percaya kepada perlunya negara melaksanakan undang-undang jenayah
(hudud) yang bertepatan dengan syariat islam?

7. Adakah kumpulan ini percaya kepada perlunya negara menguatkuasakan undang-undang sivil
yang selari dengan syariat islam? Adakah kumpulan ini juga percaya peraian hak-hak golongan lain
sehingga beranggapan undang-undang islam ini tidak sesuai dilaksanakan dan merasa perlu
kepada hidup di dalam suasana undang-undang sekular (kerana meraikan hak-hak golongan bukan
islam)?

8. Adakah kumpulan ini percaya kepada pentingnya golongan minoriti agama memperolehi apa
yang diperolehi golongan majoriti agama?

9. Adakah kumpulan ini percaya bahawa golongan minoriti agama juga berhak untuk memainkan
peranan ibadat khusus mereka di negara islam?

10. Adakah kumpulan ini percaya bahawa sistem perundangan perlu ditegakkan di atas prinsip-
prinsip agama?

Oleh itu, awasilah masjid dan ambil beratlah terhadap media!!!

Apa yang diperhatikan di sini ialah, dokumen ini mengandungi amaran yang serius terhadap
peranan masjid sebagai satu-satunya medan bagi pembangkang yang berdasarkan syariat, atau
masjid juga boleh dianggap sebagai simbol yang berlawanan dengan seruan ciptaan “Islam
sederhana” yang tidak beriman dengan mana-mana peranan syariat.

Oleh itu, dokumen ini menyeru supaya dibantu “pendakwah yang bekerja di luar masjid”.
Dokumen ini juga memfokuskan berkenaan peranan berita dan alat-alat perhubungan moden
sebagai “saluran bebas” untuk memasuki pemikiran islam serta menguasainya bagi mencipta
rangkaian “islam sederhana”.

Dokumen ini juga memfokuskan berkenaan kepentingan mewujudkan yayasan-yayasan khidmat
muslim sekular yang sederhana bagi memberikan khidmat yang sama sebagaimana yang diberikan
oleh golongan islam pelampau, sama ada khidmat menyelamat, perubatan, rawatan, rombongan
bantuan tawanan, bantuan janda-janda, kanak-kanak, gadis-gadis yatim bagi memperkenalkan
‘kesederhanaan’ pada khidmat yang diberikan serta menarik basat daripada bawah kaki mereka
bagi kebaikan pemikiran sekular muslim baru.

Sahabat-sahabat dan pekerja-pekerja yang sederhana!

Yang paling ganjilnya ialah dokumen ini tidak berhati-hati dan tidak bimbang kepada terhadap
individu-individu yang diberikan ruangan bercakap seluas-luasnya

Menyentuh berkenaan sekutu, dokumen ini menggariskan ciri-ciri individu yang berada di dalam
masyarakat yang akan membentuk batu asas bagi rangkaian yang dicadangkan yang sepatutnya
diberikan keutamaan:

1. Golongan akademik dan berpendidikan dari kalangan orang islam liberal dan sekular.

2. Golongan agama yang terdiri daripada pemuda sederhana (yang bergiat diluar masjid).

3. Aktivis masyarakat. Kumpulan-kumpulan yang mengambil berat tentang isu perempuan yang
menyertai kempen untuk menuntut hak persamaan antara lelaki dan perempuan.

5. Para wartawan dan penulis-penulis yang sederhana.

Di samping ini, dokumen ini juga mendedahkan rancangan yang menggunakan nama yayasan-
yayasan dan individu-individu arab, asia, eropah yang beragama islam sederhana. Perhubungan
lebih erat dicadangkan supaya dijalinkan sebahagian besarnya di asia tenggara (Malaysia,
Singapura, Turki dan Indonesi) di samping yayasan-yayasan dan pertubuhan islam di Eropah dan
ketiganya termasuk dunia arab itu sendiri khususnya Lubnan, Tunis dan sebahagian negara teluk.
Mereka mempunyai pemikiran Liberal Sekular yang bebas dan bersikap kontra dengan islam yang
tulen. Berkemungkinan golongan ini boleh memainkan peranan di dalam rangkaian Amerika
Sederhana ini.

GOLONGAN ISLAM MENOLAK.

Akhirnya, dokumen ini menerangkan keupayaan kerjasama dengan semua golongan yang tidak
islam seperti golongan sekular, golongan liberal, golongan berhaluan kiri dan golongan sosialis
sebaliknya menolak kerjasama dengan golongan islam untuk menyertai rangkaian sederhana
kerana golongan islam ini akan mendedahkannya atau mengambil manfaat daripadanya.

Dalam masa yang sama sebagaimana menurut dokumen ini, golongan islam hakiki ini boleh
menerima kepelbagaian parti dan hak-hak perempuan. Mereka memainkan peranan penting di
dalam menolak golongan ekstremis agama. Mereka membentuk alternatif sebenar (bagi kerajaan
sedia ada). Oleh itu, sepastinya mereka akan menguasai percakapan berkenaan demokrasi bagi
merealisasikan matlamat untuk sampai kepada kerusi pemerintahan sebagaimana menurut
golongan yang menentang penyertaan golongan islam sebenar di dalam rangkaian ini.

Sebagaimana mereka juga mengambil faedah pada masa depan dengan berjaya mendapat
kepercayaan yang besar daripada rakyat disebabkan mereka juga adalah golongan demokrasi. Ini
akan membawa peningkatan kepada peranan mereka dan perkembangan dakwah mereka.
Sebalikna golongan aliran sekular yang menjadi tonggak kepada rangkaian islam sederhana ala
Amerika akan menjadi lemah. Oleh itu, dokumen ini menasihatkan pentadbiran Amerika Syarikat
supaya tidak menjalinkan hubungan kerjasama dengan golongan islam hakiki.

Tamat terjemahan.

Rujukan

Sila rujuk teks asal dalam bahasa Arab di majalah ‫ مجتمع‬bertarikh 5/5/2007.


Click to View FlipBook Version