KOMPETENSI DASAR Materi Seni Tari Semester 1
Kd 3.1 Memahami keunikan gerak tari tradisional berdasarkan pola lantai dengan menggunakan unsur pendukung tari Kd 3.2 Memahami keunikan peragaan gerak tari tradisional berdasarkan pola lantai dengan menggunakan unsur pendukung tari sesuai iringan Kd 4.1 Merangkai gerak tari tradisional berdasarkan pola lantai dengan menggunakan unsur pendukung tari Kd 4.2 Memperagakan gerak tari tradisional berdasarkan pola lantai dengan menggunakan unsur pendukung tari sesuai iringan Materi Seni Tari Semester 2 Kd 3.3. Memahami penerapan pola lantai dan unsur pendukung gerak tari tradisional Kd 3.4. Memahami penerapan pola lantai tari tradisional berdasarkan unsur pendukung tari sesuai iringan Kd 4.3. Meragakan cara menerapkan gerak tari tradisional berdasarkan pola lantai dengan menggunakan unsur pendukung tari Kd 4.4. Memeragakan gerak tari tradisional berdasarkan pola lantai dengan menggunakan unsur pendukung tari sesuai iringan
SENI TARI SEMESTER 1 KEUNIKAN GERAK TARI TRADISIONAL seni tari adalah suatu gerakan semua bagian tubuh atau hanya sebagian saja yang dilakukan dengan ritmis serta pada waktu tertentu untuk mengungkap pikiran, perasaan, dan tujuan dengan iringan musik atau tanpa iringan musik. Dalam hal ini, penari yang menggunakan iringan musik, maka gerakannya akan mengikuti irama dari musik yang dibawakan. Dengan kata lain, pengiring penari yang memainkan musik akan mengatur setiap gerakan penari supaya makna dan tujuan dari tarian yang dibawakan tersampaikan kepada penonton tari-tarian. Gerakan-gerakan yang ada di dalam seni tari berbeda dengan gerakan yang dilakukan setiap hari, seperti berjalan, berlari, dan sebagainya. Gerakan pada seni tari ini bisa dikatakan sebagai gerakan yang yang sangat elastis ekspresif. Selain itu, pada seni tari, setiap gerakannya juga berpola sangat ritmis. Setiap gerakan seni tari ini merupakan gerakan-gerakan kombinasi yang berasal dari unsur-unsur tari itu sendiri. Unsur tari terbagi menjadi tiga yaitu, unsur wiraga (raga), unsur wirama (irama), dan unsur wirasa (rasa). Oleh sebab itu, ketika kita sedang menonton dan menikmati suatu tarian yang dibawakan oleh seorang penari atau sekelompok penari pasti akan merasakan sebuah “rasa” atau “makna” melalui gerakan-gerakan yang beririama yang dibawakan oleh penari. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), seni tari adalah seni yang mengenai tari-menari (gerak-gerik yang berirama). Sementara itu, tari dalam KBBI berarti gerakan badan (tangan dan sebagainya) yang berirama, biasanya diiringi
bunyi-bunyian (musik, gamelan, dan sebagainya). Dari kedua pengertian seni tari dan tari dapat disimpulkan bahwa unsur tari adalah gerakan itu sendiri. Ketika penari sedang menampilkan suatu tarian, makai ia atau mereka (jika berkelompok) harus memerhatikan tenaga, waktu, dan ruang. Ketiga hal itu harus diperhatikan karena akan memengaruhi gerakan dan suasana dari tarian yang ditampilkan. Penari harus memerhatikan arah, baik itu menghadap ke depan, ke belakang, serong ke kiri atau ke kanan, dan bisa juga melakukan terhadap semua arah tarian. Selama menentukan arah harus melihat juga apakah ruang atau panggung supaya gerakan tarian dapat dilakukan dengan maksimal. Tari yang sangat mementingkan gerakan pasti membutuhkan tenaga yang cukup untuk membawakannya, seperti gerakan meloncat, duduk, menggerakkan tangan, dan sebagainya. Selain itu, tenaga dalam seni tari bisa menentukan kreativitas dari penari itu sendiri. Namun, setiap seni tari yang ada pada suatu daerah atau negara terutama tari-tarian yang ada pada setiap daerah di Indonesia harus dilestarikan agar tidak hilang dan akan terus ada, sehingga anak cucu kita nanti masih bisa kebudayaan Indonesia. Jadi, bagi para generasi muda, selalu bersemangat untuk melestarikan tari-tarian Indonesia. A. KEUNIKAN GERAK TARI TRADISIONAL Indonesia memiliki beragam tradisi dan budaya yang diwariskan secara turun temurun salah satunya kesenian tari. Dimana, setiap tari tradisional di Indonesia memiliki keunikannya masing-masing sesuai dengan kondisi alam, sosial, adat, dan kebudayaan tempat tarian tersebut berkembang. Adapun keunikan dari gerak tari tradisional di Indonesia dapat dilihat pada keberagaman dan motif gerakan yang dilakukan oleh penari tersebut. Ragam gerak merupakan kumpulan-kumpulan motif gerakan yang berupa kombinasi gerakan antara kaki, tangan, kepala, jari-jari, gerakan mata dan ekspresi penari. Kombinasi gerakan ini dapat digunakan untuk menambah estetika dan memperjelas makna dari sebuah tarian. Apalagi setiap gerakan yang dilakukan oleh penari pada tarian tradisional memiliki artinya tersendiri. Selain itu setiap gerakan tari tradisional pada suatu daerah memiliki perbedaan dengan daerah lainnya.
Gerak Kaki Keunikan motif gerak tari pada kaki ditunjukan oleh tarian asal Papua dan Sulawesi Selatan. Dari daerah Papua keunikan gerakan tariannya ditunjukan melalui gerakan kaki yang ritmis dan dinamis. Hal ini berbeda dengan daerah Sulawesi Selatan yang keunikannya terdapat pada gerakan kaki yang tertahan pada lantai. Gambar 1. Tari Seka Dari Papua Gerak Tangan Sedangkan keunikan motif untuj gerakan tangan ditunjukan oleh tari-tarian asal minang. Motif gerakan pada tari-tarian Minang banyak dipengaruhi oleh gerakan pencak silat yang kuat dan variatief. Terkadang gerakan tangan tarian tradisional Minang terlihat patah-patah, kadang juga mengalun dan melambai. Gerakan tangan yang unik juga ditunjukan oleh tari tradisional asal Jawa Tengah ataupun Yogyakarta. Di dua daerah tersebut, gerakan tangan yang mengalun halus digunakan untuk menunjukan karakter wanita yang lemah gemulai. Sedangkan tangan yang mengalun agak patah-patah digunakan untuk menunjukan karakter seorang pria yang gagah. Gambar 2. Tari Piring dari Minang Kabau
Gerak Jari Gerakan jari ditunjukan oleh tarian Gending Sriwijaya asal Palembang. Pada tarian ini, gerakan jari yang lentik menjadi kekuatan untuk menyukseskan tarian Gending Sriwijaya. Selain itu ada pula tari Tradisional asal Dayak, dimana jari-jari penari diberi selipan bulu-bulu burung enggang untuk menambah keindahan tarian. Gambar 3. Tari Gending Sriwijaya dari Palembang Kepala/ Ekspresi Bagian kepala juga menjadi salah satu rangkaian gerakan tari tradisional yang memiliki keunikan sendiri. Pada bagian kepala keunikan dapat ditemukan melalui ekspresi penari. Senyum yang anggun untuk menunjukan kebahagiaan serta kharisma penari, ekspresi tegang untuk menunjukan kekhawatiran, ketakutan, serta kemarahan. Gambar 4. Tari Dayak dari Kalimantan
Gerak Bola Mata Gerakan bola mata juga dapat menjadi keunikan tarian tradisional seperti yang ditunjukan tari-tarian asal Bali yang menggunakan gerakan bola mata untuk menunjukan karakter tarian yang dibawakan. Keunikan dari sebuah gerakan tari tradisional juga dapat dilihat dari keberagaman gerak tari yang dibawakan. Gambar 5. Tari Legong Dari Bali
B. JENIS PENYAJIAN TARI TRADISIONAL Berdasarkan bentuk penyajiannya, karya tari tradisional dibagi ke dalam beberapa bentuk tari yaitu bentuk tari tunggal, tari berpasangan atau duet, tari berkelompok, drama tari, serta tari bertema. Tari Tunggal Pertunjukan tari tradisional yang hanya ditarikan oleh seorang penari digolongkan sebagai tari tunggal atau solo. Adapun contohnya adalah Tari Topeng Ronggeng dari Betawi dan Tari Legong dari Bali. Walaupun merupakan tari tunggal, tari-tarian tersebut juga boleh dibawakan secara bersama-sama. Gambar 6. Tari Tunggal Tari Berpasangan atau Duet Tari tradisional berpasangan adalah tarian yang dibawakan oleh dua orang, baik pria-wanita, pria-pria, maupun wanita-wanita. Kekuataan tari berpasangan terletak pada kerja sama antar penari baik dari sisi gerak maupun interaksi kedua penari. Adapun contoh dari tari tradisional berpasangan atau duet adalah Tari Serampang Dua Belas dari daerah Sumatera Utara, dan Tari Bambang Cakil dari Jawa Tengah.
Gambar 7. Tari Berpasangan Tari Berkelompok Tari tradisional berkelompok yaitu jenis tarian yang terdiri dari banyak orang atau lebih dari dua penari. Jenis tarian ini sering kali dibawakan untuk acara-acara pertunjukan. Adapun contoh dari tari berkelompok ini antara lain Tari Saman dari Aceh dan Tari Cakalele dari Maluku. Gambar 8. Tari Berkelompok
Drama Tari Penyajian tari tradisional juga dapat dilakukan secara drama tari. Drama tari merupakan gabungan antara pertunjukan drama dan tari. Sama seperti sebuah pertunjukan drama, drama tari yang dipertunjukan juga memiliki alur cerita yang memiliki konflik, klimaks, dan penyelesaian. Selain menari, pemain dalam drama tari juga harus menguasai kemampuan berekspresi dan penyampaian yang baik agar pesan yang terkandung dalam sebuah gerakan dapat tertangkap maknanya oleh penonton. Salah satu contoh drama tari yang terkenal di Indonesia adalah drama tari Ramayana. Gambar 9. Drama Tari Tari Bertema Dalam sebuah pertunjukan tema merupakan suatu hal yang sangat penting, karena dengan adanya tema maka sebuah pertunjukan dapat memiliki arah yang jelas. Sama seperti pertunjukan lainnya, sebuah pertunjukan tari dapat disajikan dengan sebuah tema, sehingga dapat lebih dinikmati. Hampir semua tari baik itu tunggal, berpasangan, berkelompok, dan drama tari adalah tari bertema.
Tari Massal Tari massal adalah tari yang dilakukan oleh banyak penari dengan ragam gerak yang sama dan antara penari satu dengan penari yang lain, tidak ada jalinan gerak yang saling melengkapi. Dalam tari massal ini busana/kostum bisa sama, bisa juga berbeda dan mungkin juga ada pembagian penari dengan pola lantai yang berlainan. Gambar 10. Tari Massal C. CIRI-CIRI TARI TRADISIONAL Tari tradisional memiliki beberapa ciri yang membuatnya berujung pada kategorisasi tradisi. Beberapa ciri-ciri tari tradisional tersebut adalah sebagai berikut. a. Memiliki pakem atau aturan gerakan dasar yang wajib diikuti. b. Diiringi oleh musik tradisional khas daerah setempat. c. Mengenakan kostum pakaian tradisional khas daerah setempat. d. Diajarkan dan dipelajari secara lisan atau dari mulut ke mulut secara langsung dari generasi lama ke generasi penerusnya. e. Mengandung filosofi yang berasal dari buah pikiran kearifan lokal setempat. f. Memiliki fungsi sosial adat seperti untuk untuk kepentingan upacara adat atau kegiatan lokal lainnya.
g. Terkadang memiliki syarat khusus berupa waktu, tempat, dan bahkan hanya beberapa orang terpilih saja yang diperbolehkan membawakannya. D. FUNGSI TARI TRADISIONAL Tarian memiliki beberapa fungsi sesuai dengan gerakan serta irama yang dilakukan. Berikut ini adalah beberapa fungsi seni tari, antara lain: a. Sarana Keagamaan / Kepercayaan – Tarian telah alam digunakan dalam sarana keagamaan yang bersifat sakral dan mengajarkan makna kebaikan, misalnya beberapa jenis tari di Bali yang digunakan sebagai sarana komunikasi dengan dewa dan leluhur. b. Sarana Upacara Adat – Seni tari juga bisa digunakan sebagai sarana upacara adat untuk berbagai tujuan, seperti meminta hujan, meminta hasil panen, serta acara adat lain. c. Sarana Pergaulan – Tarian mengandung nilai sosiokultural bagi masyarakat. Hubungan sosial dapat terjalin saat tarian dilakukan dan dipentaskan. Manfaatnya adalah munculnya kerukunan dan persatuan antar manusia. d. Saranan Hiburan – Seni tari bermanfaat sebagai ajang hiburan, tontonan, serta pertunjukan. Berbagai jenis tarian adat dapat dinikmati bagi mereka pecinta seni dan masyarkat awam. E. JENIS TARI TRADISIONAL Meskipun terdengar sudah mengerucut, sebetulnya tarian tradisional masih memiliki beberapa kategori yang membedakannya. Misalnya, menurut Humardani (1983, hlm. 6) berdasarkan nilai artistik garapannya, tari tradisional dapat dibedakan menjadi beberapa tarian berikut ini. a. Tari Primitif, merupakan tarian yang gerak maupun iringannya masih sederhana. Secara umum dapat dikatakan bahwa penggarapan koreografinya belum dilakukan secara serius. Busana kostum dan tata riasnya juga masih kurang diperhatikan. Tari tradisional jenis ini jarang dipentaskan bahkan sudah jarang dijumpai keberadaannya,
kemungkinan tari ini hanya dapat ditemui di daerah terpencil atau pedalaman saja. Gambar 11. Jenis Tari Primitif b. Tari Klasik, yaitu tari tradisi yang sudah mapan atau baku baik dari segi gerak, maupun iringannya. Tari klasik merupakan tarian yang sudah mendapatkan banyak perhatian dan biasanya digarap secara serius oleh masyarakatnya dan mendapatkan dukungan penuh dari tetua, bangsawan, atau raja suatu daerah yang telah mencapai nilai artistik cukup tinggi karena telah menempuh perjalanan yang cukup panjang (sudah mengalami masa kejayaan). Gambar 12. Jenis Tari Klasik c. Tari Rakyat, yaitu tari yang memiliki gerakan dan pola langkah yang sederhana dan cukup mudah untuk dipelajari, meskipun telah mengalami penggarapan koreografi yang serius. Karena, tari rakyat terlahir dari budaya masyarakat pedesaan yang berada di luar tembok Keraton. Katakanlah tarian ini diciptakan dari dan untuk dinikmati oleh rakyat,
sehingga tidak ada beban khusus terhadap kerajaan atau pihak penguasa lain yang menuntut nilai estetika agung. Gambar 12. Jenis Tari Rakyat F. UNSUR PENDUKUNG TARI TRADISI Unsur-unsur dalam Tari Tradisional antara lain sebagai berikut: 1. Gerak Elemen dasar tari adalah gerak tubuh manusia. Gerak tari merupakan gerak yang diperhalus dan diberi unsur estetis. Gerak dalam tari berfungsi sebagai media untuk mengomunikasikan maksud- maksud tertentu dari koreografer. Keindahan tari terletak pada bentuk kepuasan, kebahagiaan, baik dari koreografer, peraga, maupun penikmat atau penonton. Gerak secara aktual tidak dapat dipisahkan dengan unsur ruang, tenaga, dan waktu. Oleh sebab itu, tari secara umum merupakan bentuk penjabaran dari gerak, ruang, tenaga, dan waktu. Gerak dalam tari adalah gerak yang indah, Gerak yang indah adalah gerak yang telah diberi sentuhan seni. Gerak-gerak keseharian yang telah diberi sentuhan seni akan menghasilkan gerak yang indah, misalnya gerak berjalan, lari, mencangkul, menimba air di sumur, memotong kayu, dan sebagainya. Jika diberi sentuhan emosional yang mengandung nilai seni, gerak-gerak keseharian
tersebut akan tampak lain. Gerakan tari yang indah membutuhkan proses pengolahan atau penggarapan terlebih dahulu, pengolahan unsur keindahannya bersifat silatif dan distortif. Konsep Gerak: Gerak maknawi Gerak Maknawi adalah suatu gerak yang memiliki arti atau makna yang tersirat dalam setiap gerakannya. Atau dengan kata lain gerak yang telah diubah menjadi gerak indah yang bermakna dalam pengelolahannya mengandung suatu pengertian atau bermaksud sesuatu. Gerak diproses melalui proses stilisasi dan distorsi. Stilisasi dapat diperoleh melalui: o Peniruan gerak manusia. o Peniruan gerak atau perilaku binatang. o Peniruan gerak dalam peristiwa-peristiwa. o Peniruan perilaku tokoh dalam cerita atau dongeng. Gerak murni Gerak murni adalah gerak yang dilakukan namun tidak memiliki arti tertentu dan tidak dimaksudkan untuk menggambarkan sesuatu. Gerak ini biasanya dilakukan untuk mendapatkan kesan artistik dalam mendukung gerakan tari. 2. Iringan Tari Iringan dari seni tari tidak melulu harus berupa alat musik, tetapi juga bisa berupa bunyi-bunyian yang mendukung suasana penyajian seni tari. Namun, iringan tari juga dapat dilakukan dengan alat musik tradisional serta modern atau bahkan hanya dari bunyi yang berasal dari gerakan tubuh. Contohnya siul, nyanyian, tepuk tangan dan hentakan kaki.
Gambar 12. Contoh Iringan Musik Tari a. Fungsi Iringan Tari musik iringan tari memiliki fungsi sebagai berikut: Menguringi suatu penyajian atau penampilan tari. Menambah semarak dan dinamisnya suatu tarian. Mengatur dan memberi tanda efektif gerak tari. Menjadi mengendalikan dan memberikan tanda perubahan bentuk gerak. Penuntun dan pemberi tanda awal dan akhir tari b. Jenis-Jenis Musik Iringan Tari Musik yang digunakan dalam suatu tarian terbagi dalam beberapa jenis. Pengelompokan jenis musik iringan tari tersebut berdasarkan asal bunyi atau musik yang digunakan Ada setidaknya dua jenis musik iringan tari. Jenis-jenis musik iringan tari tersebut ialah sebagai berikut: Musik Internal Musik internal adalah salah satu musik iringan tari yang berasal dari anggota tubuh manusia, yaitu meliputi tepukan tangan, tepukan tangan ke bagian tubuh lainnya, jentikan jari, hentakan kaki di tanah atau lantai, dan sebagainya. Jenis musik internal dapat ditemui di berbagai penampilan tarian daerah. Contohnya adalah tari Saman yang berasal dari Aceh, tari Kecak yang berasal dari Bali, dan lain-lain.
Musik Eksternal Musik eksternal merupakan jenis musik iringan yang bunyi, musik, dan suaranya berasal dari hal-hal yang di luar tubuh manusia. Misalnya, seperti alat musik, dan sebagainya. Alat musik yang biasanya digunakan dalam mengiringi tarian adalah gamelan. Gamelan merupakan seni musik yang terdiri dari berbagai macam alat musik yang dimainkan secara bersamaan. Contoh tarian yang menggunakan musik eksternal adalah tari Kandagan dari Jawa Barat, tari Gandrung dari Banyuwangi, dan sebagainya. 3. Properti Tari Properti tari adalah perlengkapan dalam sebuah petunjuk. Bisa juga diartikan bahwa properti tari semua alat dan perlengkapan yang digunakan untuk menunjang penampilan penari di atas panggung. Gambar 13. Contoh Properti Tari 4. Kostum
Kostum tari merupakan keseluruhan dari semua pakaian, busana yang dikenakan oleh seorang penari ketika melakukan pertunjukan tari. Kostum berfungsi untuk membantu menghidupkan karakter atau watak yang telah menjadi peran dari penari. Gambar 14. Contoh Kostum Tari 5. Tata rias Selain kostum, tata rias dalam pertunjukan tari juga berfungsi untuk menghidupkan karakter maupun watak yang diperankan oleh para penarinya. Tata rias juga dapat merubah penampilan para penari. Tata rias akan dikatakan berhasil, apabila penari memiliki wajah yang dibutuhkan dan sesuai dengan karakter yang ia bawakan.
Gambar 15. Contoh Tata Rias Tari 6. Tempat pertunjukan Unsur utama dalam tari tradisional adalah tempat pertunjukan yang biasa dilakukan di atas panggung. Ada dua jenis tempat pertunjukan tari yang umum yaitu pentas terbuka serta tertutup. Pentas terbuka bisa diadakan di lapangan maupun halaman. Sedangkan pentas tertutup bisa diadakan di aula, di dalam gedung atau bahkan ruang kelas. Tempat pentas tari biasa disebut panggung. Panggung adalah sebuah ruangan untuk mempertunjukkan sebuah seni kepada para penonton. Dalam dunia seni, khususnya seni tari terdapat beberapa jenis panggung, yaitu: a. Panggung Arena Panggung jenis ini menempatkan penonton untuk mengelilingi panggung dan jarak panggung kepenonton sangat dekat.
Gambar 16. Contoh Panggung Arena b. Panggung Proscenium Panggung ini dikenal juga dengan panggung bingkat. Hal ini dikarenakan diatas panggung akan dibuat sebuah tiang atau pembatas seperti bingkai foto. Biasanya pada panggung ini akan ada penutup tirai. Hal ini agar para peserta seni dapat mengganti konsep arena tanpa sepengatahuan Gambar 17. Contoh Panggung Proscenium c. Panggung Thrust Panggung ini hampir sama dengan panggung proscenium hanya saja bentuk bingkainya 2/3 mengenai area penonton. Posisi penontonnya juga melingkar.
Gambar 18. Contoh Panggung Thrust d. Panggung Bentuk Tapak Kuda Panggung ini berbentuk cengkung dimana panggungnya ada di di depan cekungan atau ditengahcekungan. Hal ini dilakukan agar suara yang berasal dari panggung dapatt terdengar dengan jelas kepada penonton. Gambar 19. Contoh Panggung Tapal Kuda e. Panggung Terbuka Panggung jenis ini sebuah panggung yang bersifat terbuka. terbuka disini maksudnya panggung ini berada di area terbuka
seperti lapangan. Bentuk pentas seni tari umumnya diadakan denganberbagai fungsi, seperti untuk memperindah penampilan, untuk memperjelas karakter, dan untukmenggambarkan suasana dalam suatu panggung atau pentas agar lebih jelas. Gambar 19. Contoh Panggung Terbuka 7. Pola Lantai Tari adalah gerakan ritmis yang perlu pola lantai untuk berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Pola lantai sebagai unsur pendamping dari tari akan membuat gerakan tari terlihat lebih indah dan teratur. Apabila suatu tarian dilakukan dengan cara berkelompok, maka biasanya pola lainta serta rotasi yang dilakukan akan jauh lebih rumit. Hal ini bertujuan agar masing-masing dari penari dapat melakukan gerak tari dengan maksimal. Maka hasilnya, gerakan tari yang sudah desain dan dibuat sedemikian rupa oleh koreografer akan terlihat lebih indah. Selain itu, pola lantai juga berfungsi agar para penari tidak bertabrakan ketika akan berpindah posisi. A. Contoh Pola lantai tarian Tradisonal adalah sebagai berikut: 1. Pola lantai garis lurus
a. Pola lantai horizontal Pola lantai horizontal dilakukan dengan penari yang membentuk garis lurus menyamping. Contoh tarian yang menggunakan pola lantai horizontal adalah tari Saman dari Aceh. Gambar 20. Pola Lantai Horizontal b. Pola lantai vertikal Dalam pola lantai vertical, penari akan berbaris membentuk garis lurus ke belakang. Pada pola lantai vertikal, tari yang ditampilkan adalah tari Bedhaya Ketawang dari Jawa Tengah. Gambar 21. Pola Lantai Vertikal
c. Pola lantai diagonal Pada pola lantai diagonal, para penari akan berbaris membentuk garis menyudut ke kanan maupun ke kiri. Contoh tarian yang ditampilkan dengan pola lantai diagonal adalah tari Jaipongan dari Jawa Barat. Gambar 19. Pola Lantai Diagonal d. Pola lantai garis lengkung Pada pola lantai garis lengkung dilakukan dengan gerakan melengkung cembung, cekung, atau lingkaran. Pola tersebut dibuat agar tercipta pertunjukan yang indah. Pola tersebut juga memudahkan penari dalam penguasaan panggung. Tarian yang menggunakan pola garis lengkung adalah tari Piring dari Sumatra Barat.
Gambar 19. Pola Lantai Garis Lengkung B. Fungsi Pola Lantai Pola lantai telah menjadi suatu hal penting yang perlu diperhatikan, dalam penampilan seni tari tradisional maupun tarian kreasi baru. Tidak hanya untuk menempatkan posisi dan formasi penari untuk memper indah tarian, tetapi pola lantai juga memiliki makna tersendiri, sesuai dengan tema dari penampilan tarinya. Pola lantai memiliki beberapa fungsi, antara lain: 1. Memperjelas dan menata gerakan-gerakan penari. 2. Membantu memperkuat dan menonjolkan tokoh penari dalam peranan tertentu. 3. Menghidupkan karakteristik gerak tari dari keseluruhan pertunjukan/pementasan. 4. Membentuk suatu komposisi, untuk menyesuaikan dengan bentuk ruang pertunjukan tari, sehingga penyajian tari menjadi lebih indah, menarik dan dinamis.
EVALUASI 1. Carilah video tarian berdasarkan jenis dan fungsinya 2. Cobalah amati dan analisis apa saja perdedaan yang kalian dapatkan dalam video tari tersebut 3. Cobalah mempraktikan tarian yang kalian amati lewat video 4. Cobalah mengkreasikan tarian yang telah kalian amati
SENI TARI SEMESTER 2 PENERAPAN POLA LANTAI PADA GERAK TARI seni tari adalah suatu gerakan semua bagian tubuh atau hanya sebagian saja yang dilakukan dengan ritmis serta pada waktu tertentu untuk mengungkap pikiran, perasaan, dan tujuan dengan iringan musik atau tanpa iringan musik. Dalam hal ini, penari yang menggunakan iringan musik, maka gerakannya akan mengikuti irama dari musik yang dibawakan. Dengan kata lain, pengiring penari yang memainkan musik akan mengatur setiap gerakan penari supaya makna dan tujuan dari tarian yang dibawakan tersampaikan kepada penonton tari-tarian. Gerakan-gerakan yang ada di dalam seni tari berbeda dengan gerakan yang dilakukan setiap hari, seperti berjalan, berlari, dan sebagainya. Gerakan pada seni tari ini bisa dikatakan sebagai gerakan yang yang sangat elastis ekspresif. Selain itu, pada seni tari, setiap gerakannya juga berpola sangat ritmis. Setiap gerakan seni tari ini merupakan gerakan-gerakan kombinasi yang berasal dari unsur-unsur tari itu sendiri. Unsur tari terbagi menjadi tiga yaitu, unsur wiraga (raga), unsur wirama (irama), dan unsur wirasa (rasa). Oleh sebab
itu, ketika kita sedang menonton dan menikmati suatu tarian yang dibawakan oleh seorang penari atau sekelompok penari pasti akan merasakan sebuah “rasa” atau “makna” melalui gerakan-gerakan yang beririama yang dibawakan oleh penari. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), seni tari adalah seni yang mengenai tari-menari (gerak-gerik yang berirama). Sementara itu, tari dalam KBBI berarti gerakan badan (tangan dan sebagainya) yang berirama, biasanya diiringi bunyi-bunyian (musik, gamelan, dan sebagainya). Dari kedua pengertian seni tari dan tari dapat disimpulkan bahwa unsur tari adalah gerakan itu sendiri. Ketika penari sedang menampilkan suatu tarian, makai ia atau mereka (jika berkelompok) harus memerhatikan tenaga, waktu, dan ruang. Ketiga hal itu harus diperhatikan karena akan memengaruhi gerakan dan suasana dari tarian yang ditampilkan. Penari harus memerhatikan arah, baik itu menghadap ke depan, ke belakang, serong ke kiri atau ke kanan, dan bisa juga melakukan terhadap semua arah tarian. Selama menentukan arah harus melihat juga apakah ruang atau panggung supaya gerakan tarian dapat dilakukan dengan maksimal. Tari yang sangat mementingkan gerakan pasti membutuhkan tenaga yang cukup untuk membawakannya, seperti gerakan meloncat, duduk, menggerakkan tangan, dan sebagainya. Selain itu, tenaga dalam seni tari bisa menentukan kreativitas dari penari itu sendiri. Namun, setiap seni tari yang ada pada suatu daerah atau negara terutama tari-tarian yang ada pada setiap daerah di Indonesia harus dilestarikan agar tidak hilang dan akan terus ada, sehingga anak cucu kita nanti masih bisa kebudayaan Indonesia. Jadi, bagi para generasi muda, selalu bersemangat untuk melestarikan tari-tarian Indonesia.
A. Unsur Pendukung Tari Tradisional 1. Pola Lantai Tari Tradisional e. Pola lantai horizontal Pola lantai horizontal dilakukan dengan penari yang membentuk garis lurus menyamping. Contoh tarian yang menggunakan pola lantai horizontal adalah tari Saman dari Aceh. Gambar 1. Pola Lantai Horizontal f. Pola lantai vertical Dalam pola lantai vertical, penari akan berbaris membentuk garis lurus ke belakang. Pada pola lantai vertikal, tari yang ditampilkan adalah tari Bedhaya Ketawang dari Jawa Tengah. Gambar 2. Pola Lantai Vertikal
g. Pola lantai diagonal Pada pola lantai diagonal, para penari akan berbaris membentuk garis menyudut ke kanan maupun ke kiri. Contoh tarian yang ditampilkan dengan pola lantai diagonal adalah tari Jaipongan dari Jawa Barat. Gambar 3. Pola Lantai Diagonal h. Pola lantai garis lengkung Pada pola lantai garis lengkung dilakukan dengan gerakan melengkung cembung, cekung, atau lingkaran. Pola tersebut dibuat agar tercipta pertunjukan yang indah. Pola tersebut juga memudahkan penari dalam penguasaan panggung. Tarian yang menggunakan pola garis lengkung adalah tari Piring dari Sumatra Barat. Gambar 4. Pola Lantai Garis Lengkung
C. Fungsi Pola Lantai Pola lantai telah menjadi suatu hal penting yang perlu diperhatikan, dalam penampilan seni tari tradisional maupun tarian kreasi baru. Tidak hanya untuk menempatkan posisi dan formasi penari untuk memper indah tarian, tetapi pola lantai juga memiliki makna tersendiri, sesuai dengan tema dari penampilan tarinya. Pola lantai memiliki beberapa fungsi, antara lain: 1. Memperjelas dan menata gerakan-gerakan penari. 2. Membantu memperkuat dan menonjolkan tokoh penari dalam peranan tertentu. 3. Menghidupkan karakteristik gerak tari dari keseluruhan pertunjukan/pementasan. 4. Membentuk suatu komposisi, untuk menyesuaikan dengan bentuk ruang pertunjukan tari, sehingga penyajian tari menjadi lebih indah, menarik dan dinamis. D. Tata Rias Dan Busana Tari Tradisional Tata rias dan tata busana merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan untuk penyajian suatu garapan tari. Tata rias dan tata busana harus diperhaikan dengan cermat dan teliti. Dengan tata rias dan tata busana yang tepat dapat memperjelas karakter dan sesuai dengan tema yang disajikan.
Dalam memilih desain pakaian dan warna membutuhkan pemikiran dan pertimbangan yang matang karena kostum berfungsi untuk memperjelas pemeranan pada tema cerita. Tata rias merupakan cara untuk mempercantik diri khususnya pada bagian muka atau wajah. Tata rias pada seni pertunjukan diperlukan untuk menggambarkan/menentukan watak tokoh di atas pentas. Tata rias adalah seni menggunakan bahan-bahan kosmetika untuk mewujudkan wajah peranan dengan memberikan dandanan atau perubahan pada para pemain. Sebagai penggambaran watak di atas pentas selain acting yang dilakukan oleh pemain diperlukan adanya tata rias sebagai usaha menyusun hiasan terhadap suatu objek yang akan dipertunjukan. Tata rias merupakan aspek dekorasi, mempunyai berbagai macam kekhususan yang masing-masing memiliki keistimewaan dan ciri tersendiri. Dari fungsinya rias dibedakan menjadi delapan macam rias yaitu: 1. Rias aksen, memberikan tekanan pada pemain yang sudah mendekati peranan yang akan dimainkannya. Misalnya pemain orang Jawa memerankan sebagai orang Jawa hanya dibutuhkan aksen atau memperjelas garis-garis pada wajah. Gambar 5. Rias Aksen
2. Rias jenis, merupakan riasan yang diperlukan untuk memberikan perubahan wajah pemain berjenis kelamin laki-laki memerankan menjadi perempuan, demikian sebaliknya. Gambar 6. Rias jenis 3. Rias bangsa, merupakan riasan yang diperlukan untuk memberikan aksen dan riasan pada pemain yang memerankan bangsa lain. Misalnya pemain bangsa Indonesia memerankan peran bangsa Belanda. Gambar 7. Rias Bangsa
4. Rias usia, merupakan riasan yang mengubah seorang muda (remaja/pemuda/pemudi) menjadi orang tua usia tujuh puluhan (kakek/nenek). Gambar 8. Rias usia 5. Rias tokoh, diperlukan untuk memberikan penjelasan pada tokoh yang diperankan. Misalnya memerankan tokoh Rama, Rahwana, Shinta, Trijata, Srikandi, Sembadra, tokoh seorang anak sholeh, tokoh anak nakal. Gambar 9. Rias tokoh 6. Rias watak, merupakan rias yang difungsikan sebagai penjelas watak yang diperankan pemain. Misalnya memerankan watak putri luruh (lembut), putri branyak (lincah), putra alus, putra gagah.
Gambar 10. Rias Watak 7. Rias temporal, riasan berdasarkan waktu ketika pemain melakukan peranannya. Misalnya pemain sedang memainkan waktu bangun tidur, waktu dalam pesta, kedua contoh tersebut dibutuhkan riasan yang berbeda. Gambar 11. Rias Temporal 8. Rias lokal, merupakan rias yang dibutuhkna untuk memperjelas keberadaan tempat pemain. Misalnya rias seorang narapidana di penjara akan berbeda dengan rias sesudah lepas dari penjara.
Gambar 12. Rias jenis Tata Busana Busana (pakaian) tari merupakan segala sandang dan perlengkapan (accessories) yang dikenakan penari di atas panggung. Tata pakaian terdiri dari beberapa bagian: 1. Pakaian dasar, sebagai dasar sebelum mengenakan pakaian pokoknya. Misalnya, setagen, korset, rok dalam, strapless Gambar 13. Pakian Dasar
2. Pakaian kaki, pakaian yang dikenakan pada bagian kaki. Misalnya binggel, gongseng, kaos kaki, sepatu. Gambar 14. Pakian kaki 3. Pakaian tubuh, pakaian pokok yang dikenakan pemain pada bagian tubuh mulai dari dada sampai pinggul. Misalnya kain, rok, kemeja, mekak, rompi, kace, rapek, ampok-ampok, simbar dada, selendang, dan seterusnya. Gambar 15. Pakian tubuh 4. Pakaian kepala, pakaian yang dikenakan pada bagian kepala. Misalnya berbagai macam jenis tata rambut (hairdo) dan riasan bentuk rambut (gelung tekuk, gelung konde, gelung keong, gelung bokor, dan sejenisnya).
Gambar 16. Pakian kepala 5. Perlengkapan/accessories, adalah perlengkapan yang melengkapi ke empat pakaian tersebut di atas untuk memberikan efek dekoratif, pada karakter yang dibawakan. Misalnya perhiasan gelang, kalung, ikat pinggang, kamus timang/slepe ceplok, deker (gelang tangan), kaos tangan, bara samir, dan sejenisnya. Gambar 17. Perlengkapan Tata rias dan busana ini berkaitan erat dengan warna, karena warna di alam seni pertunjukan berkaitan dengan karakter seorang tokoh yang dipersonifikasikan kedalam warna busana yang dikenakan beserta riasan warna make up oleh tokoh bersangkutan oleh karenanya warna dikatakan sebagai simbol. Dalam pembuatan busana penari, warna dapat juga digunakan hanya untuk mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan
keindahannya saja dalam memadukan antara yang satu dengan lainnya. Dalam pembuatan kostum, warna menjadi syarat utama karena begitu dilihat warnalah yang membawa kenikmatan utama. Di dalam buku Dwimatra (2004: 28 – 29) warna dibedakan menjadi lima yaitu, warna primer, sekunder, intermediet, tersier, dan kuarter. 1. Warna primer yaitu disebut juga warna pokok/warna utama, yang terdiri dari warna merah, kuning, dan biru.. Warna merah adalah simbol keberanian, agresif/aktif. Pada dramatari tradisional warna tersebut biasanya dipakai oleh raja yang sombong, agresif/aktif. Misalnya: Duryanada, Rahwana, Srikandi. Warna biru mempunyai kesan ketentraman dan memiliki arti simbolis kesetiaan. Pada drama tradisional warna tresebut dipakai oleh seorang satria atau putri yang setia kepada Negara dan penuh pengabdian. Misalnya; Dewi Sinta, Drupadi. Warna kuning mempunyai kesan kegembiraan. 2. Warna sekunder adalah warna campuran yaitu hijau, ungu, dan orange.
3. Warna intermediet adalah warna campuran antara warna primer dengan warna dihadapannya. Misalnya warna merah dicampur dengan hijau, biru dengan orange, kuning dengan violet. 4. Warna tersier adalah campuran antara warna primer dengan warna sekunder yaitu warna merah dicampu orange, kuning dengan orange, kuning dengan hijau, hijau dengan biru, biru dengan violet, violet dengan merah.
5. Warna kuarter yaitu percampuran antara warna primer dengan warna tersier, dan warna sekunder dengan tersier yang melahirkan 12 warna campuran baru.. 6. Warna netral yaitu hitam dan putih. Warna hitam memberikan kesan kematangan dan kebijaksanaan. Pada drama tradisional biasa dipakai oleh satria, raja, dan putri yang yang bijaksana. Misalnya Kresna, Puntadewa, Kunti. Sedangkan warna putih memberikan kesan muda, memiliki arti simbolis kesucian. Di dalam drama tradisional warna tersebut dipakai oleh pendeta yang dianggap suci. Warna-warna tersebut di atas dapat digolongkan menjadi dua bagian sesuai dengan demensi, intensitas, terutama bila dikaitkan dengan emosi seseorang yang disebut dengan warna panas dan warna dingin. Warna panas yaitu merah, kuning, dan orange. Warna dingin terdiri atas hijau, biru, ungu, dan violet. Dalam pembuatan pakaian tari warna dan motif kain menjadi perhatian dan bahan pertimbangan, karena berhubungan erat dengan
peran, watak, dan karakter para tokohnya. Warna sebagai lambang dan pengaruhnya terhadap karakter dari tokoh (pemain). Penggunaan warna dalam sebuah garapan tari dihubungkan dengan fungsinya sebagi simbol, di samping warna mempunyai efek emosional yang kuat terhadap setiap orang. Warna biru memberi kesan perasaan tak berdaya (tidak merangsang), terkesan dingin. Warna hijau memberi kesan dingin. Warna kuning dan orange memberi kesan perasaan riang, menarik perhatian. Warna merah memberi kesan merangsang, memberi dorongan untuk berpikir (dinamis). Warna merah Jambu mengandung kekkutan cinta. Warna Ungu memberi kesan ketenangan. Demikian juga busana yang digunakan secara visual menunjukkan tokoh tersebut jahat. Tokoh raksasa pada epos Ramayana misalnya, digambarkan dengan riasan wajah yang merah menyala dengan bagian mulut penuh taring. Tata busana yang digunakan panjang dan menyeramkan. Karakter tokoh baik pada epos Ramayana biasanya menggunakan riasan cantik seperti riasan pada Pregiwa sebagai istri Gatot Kaca. Tata rias dan tata busana tampak cantik dan bersahaja. Tata rias dan busana juga dapat menunjukkan tokoh lucu. Epos Ramayana ditunjukkan pada tata rias dan busana Punakawan yaitu Semar, Petruk, Bagong, dan Gareng. Tata rias dan busana pada tari tradisional tidak hanya bersumber pada epos Ramayana tetapi juga tarian lepas yaitu tarian yang tidak berhubungan dengan cerita Ramayana. Tokoh dan karakter dapat dijumpai juga pada tari tentang fauna seperti Tari Merak. Tata rias pada tari Merak yang digunakan memperlihatkan seekor burung Merak yang indah. Tata busana yang digunakan merupakan perwujudan dengan sayap dan tutup kepala sebagai ciri khas yang menunjukkan perwujudan burung Merak. Ada juga tata rias dan tata busana tari Kijang dari Jawa Tengah, tari Burung Enggang dari Kalimantan, tari Cendrawasih dari Bali, tari Kukilo dari Jawa Tengah.
E. Properti Tari Tradisional Dalam menari, ada banyak faktor-faktor yang harus disiapkan. Salah satunya adalah properti tari. Properti tari adalah segala macam kelengkapan dan peralatan dalam penampilan atau peragaan dalam sebuah tari. Properti tari yang digunakan tergantung makna ataupun karakter yang diperankan si penari. Dengan menggunakan properti tari, si penari dapat dengan mudah menggambarkan karakternya. Properti tari sangat beragam bentuknya, tergantung tari apa yang akan dibawakan, misalnya selendang, kris, topeng, sapu tangan, payung, dan lain-lain. Pengertian Properti Tari. Properti yang digunakan untuk sebuah pertunjukan tari. Properti tari pada dasarnya difungsikan untuk memberikan keindahan bentuk dalam pertunjukan tari. Hal ini diharapkan pertunjukan tari nantinya akan terlihat lebih sempurna. Penggunaan properti tari haruslah mempertimbangkan jenis, bentuk, fungsi, dan ketepatan. Hal itu dimaksudkan karena dalam penggunaan properti tari, seorang penari membutuhkan penguasaan dan juga keterampilan. Contoh properti tari di antaranya adalah selendang, keris, topeng, topi, payung, piring, pohon-pohonan, panah, tombak, dan masih banyak lagi. Keterampilan seorang penari atas properti tari yang digunakannya, telah menjadi salah satu teknik tari yang dibutuhkan dalam format garapan tari yang berkualitas. Lalu, apa fungsi properti pada sebuah tarian? Fungsi Properti Tari 1. Menggambarkan tema dari tarian yang dibawakan 2. Memperbagus gerakan 3. Meningkatkan karakter dan gerakan penari 4. Ciri khas perlengkapan dari suatu tarian. 5. Menambah nilai estetika (keindahan), dan daya tarian pada tarian. 6. Membantu memperkuat karakter dalam sebuah tarian. 7. Media pembantu dalam dalam penyampaian makna maupun pesan dari tari yang ditampilkan.
Penggunaan Properti Tari Pada Tarian Tradisional Nusantara Penggunaan properti tari juga sering kita jumpai dalam tarian-tarian adat daerah atau tarian tradisional di Indonesia. Misalnya, pada tari Piring atau tari Piriang. Properti yang digunakan tari piring adalah piring. Tari piring merupakan salah satu tarian tradisional yang berasal dari Minangkabau. Dalam pertunjukannya, para penari akan mengayunkan piring-piring yang dipegangnya, dengan mengikuti gerakan teratur maupun cepat tanpa terlepas dari tangan mereka. Tari Topeng Betawi merupakan tarian tradisional masyarakat Betawi di Jakarta. Sesuai dengan namanya, tari ini menggunakan topeng sebagai properti tari ciri khasnya. Selain contoh di atas, masih banyak sekali contoh properti tari yang digunakan dalam tarian tradisional di setiap daerah yang ada di Indonesia. Beberapa daftar contoh properti tari dalam tarian tradisional Indonesia adalah sebagai berikut: 1. Tari Pakarena merupakan tari klasik asal Sulawesi Selatan, properti tari yang digunakan adalah kipas. 2. Tari Caci asal Nusa Tenggara Timur, properti yang digunakan adalah cambuk sebagai senjata dan perisai untuk pelindung diri.
3. Tari Jaran (Kuda) asal Pulau Jawa, properti yang digunakan adalah kuda kepang (ebeg), yang biasanya terbuat dari bambu. Tari Baksa Dadap asal Kalimantan Selatan, properti tari yang digunakan adalah panah. 4. Tari Saureka-reka asal Maluku, properti yang digunakan adalah bilah pohon sagu.
5. Tari Kancet Papatai asal Kalimantan Timur, properti yang digunakan adalah mandau dan perisai. 6. Tari Payung asal Sumatera Barat, sesuai dengan namanya properti yang digunakan adalah payung yang mencerminkan suatu sikap melindungi dan selendang sebagai simbol penerimaan cinta sekaligus janji suci dalam kesetiaan. F. Tata Iringan Tari Tradisional Iringan tari tradisional adalah musik yang mengiri tari sehingga membuat tarian menjadi lebih hidup serta berwarna ketika dipergelarkan. Musik adalah unsur pelengkap tari yang sangat penting dan hampir tidak dipisahkan kembali. Sejatinya, unsur utama tari adalah gerak, namun hari ini rasanya bagaikan sayur tanpa garam jika suatu tarian tidak diiringi oleh musik. Terkadang pada suatu kasus tertentu seperti pada musik kreasi, justru malah tarian yang
menjadi unsur penguat dan musik, terutama musik vokal berupa lagu adalah panggung utamanya. Namun demikian, pada masa lalu sebetulnya kebanyakan musik hanyalah pelengkap dalam berbagai kegiatan masyarakat tradisional. Salah satu fungsi utama musik di masa lalu tentunya adalah sebagai iringan tari tradisional. Semenjak keahlian musik mulai diperhatikan, musik kemudian dapat berdiri sendiri dan bahkan menjadi media seni yang paling mainstream di dunia. Pada kesempatan kali ini kita akan berfokus pada musik sebagai iringan tari tradisional. Mengapa? Karena musik sebagai iringan tari tradisional memiliki kebutuhan khusus yang harus dipenuhi agar mampu mengangkat keindahan tarian yang disajikan. Menyangkut hal ini, kita dapat memulainya dari jenis musik iringan terlebih dahulu yang akan dijelaskan pada uraian di bawah ini a. Jenis Musik Iringan Jenis musik iringan tari pada dasarnya hanya dibedakan atas dua bentuk iringan yaitu pentatonis dan diatonis. 1. Pentatonis merupakan iringan yang bersumber pada alat-alat musik tradisi,
2. sedangkan diatonis bersumber pada alat-alat musik modern. Namun demikian seiring berjalannya waktu, kedua jenis notasi musik ini sering berdampingan untuk mengiringi tarian. Maksudnya, setiap musik iringan tari pada akhirnya memiliki dua notasi tersebut. Iringan tari hampir di semua negara hanya menggunakan kedua notasi iringan tersebut, yang membedakan hanya alat musik yang digunakannya saja. a. Respon Gerak Perbedaan penggunaan alat musik akan berdampak pada bunyi yang dihasilkannya pula. Perbedaan bunyi tersebut akan berakibat pada respon gerak tari yang ditimbulkan. Terdapat dua jenis respons gerak terhadap musik iringan, yakni: 1. Respon gerak yang berlawanan dengan iringan, yaitu respon gerak yang dilakukan dengan gerakan dinamis dan penuh kekuatan, sementara musik yang digunakan mengalir dan lembut. 2. Respon gerak yang sesuai dengan iringan, yakni gerak yang dilakukan mengikuti dinamika iringan tersebut. Jika iringan dilakukan dengan musik mengalir, maka gerak yang dilakukan juga akan mengalir. Jika musik yang digunakan menghentak gerak yang
dilakukan juga akan dinamis dan penuh dengan energi (Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 90). b. Jenis Tari Iringan Berdasarkan Bentuknya Selain dibagi berdasarkan notasi musiknya, jenis tari iringan juga dapat dibagi berdasarkan bentuknya. Ada beberapa macam bentuk iringan yang digunakan untuk mengiringi Taian, yakni iringan tari internal dan iringan tari eksternal. 1. Iringan Tari Internal Ada iringan tari yang terjadi karena gerakan-gerakan penari itu sendiri misalnya suara tepukan tangan ke tubuh, hentakan kaki ke lantai, serta bunyi-bunyi lain yang timbul disebabkan oleh pakaian atau perhiasan yang dikenakannya. Beberapa contoh iringan internal pada tari tradisional, misalnya, iringan musik tari Saman dengan tepukan tangan ke tubuh dengan selingan nyanyian, tari Belian dengan gemerincing gelang-gelang logam yang dikenakan penari, bunyi piring-piring dengan logam yang dikenakan pada tari lilin, serta pada tari Gending Sriwijaya yaitu jentikan-jentikan kuku logam yang dikenakan penari. Musik Iringan tari seperti ini dalam istilah musik tari disebut sebagai iringan tari internal. 2. Iringan Tari Eksternal Ada pula Iringan tari yang dilakukan oleh orang lain, baik dengan kata-kata, nyanyian maupun dengan orkestrasi musik yang lebih lengkap. Jadi, iringan tari tidak lagi dilakukan oleh penari sendiri, akan tetapi dilakukan oleh orang lain atau lebih dikenal dengan pemusik. Pemusik bisa menggunakan macammacam alat musik orkestrasi atau gamelan yang lebih lengkap atau dengan kata-kata, nyanyian maupun vokal lainnya. Iringan tari semacam itu disebut iringan tari eksternal atau iringan tari yang dilakukan oleh orang lain atau luar.
c.Fungsi Musik Iringan Pengetahuan tentang iringan tari penting karena dapat membantu menentukan dan memilih atau membuat iringan sesuai dengan tema yang diinginkan. Iringan tari juga akan membantu dalam melakukan eksplorasi gerak. Iringan di dalam tari merupakan satu kesatuan. Melalui iringan tari suasana dapat dibangun. Iringan tari juga memberi irama pada setiap gerak yang dilakukan. Pengetahuan tentang iringan tari semakin banyak akan semakin baik sehingga memiliki banyak pilihan. Musik sebagai pencipta suasana. Musik dapat dipilih sesuai dengan suasana yang yang dibutuhkan oleh tari. Iringan tari sebagai penciptaan suasana dapat berlawanan dengan suasana tarinya. Di dalam tari tradisi lebih banyak dipergunakan musik pengiring yang memiliki sifat atau watak yang sama dengan sifat atau watak tarinya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa fungsi musik iringan adalah: 1. Memberi irama pada setiap gerak tari yang dilakukan. 2. Memastikan tari sesuai dengan tema yang diinginkan. 3. Membantu melakukan eksplorasi gerak. 4. Melalui iringan tari, suasana tari dapat dibangun. d. Membuat Musik Iringan Di samping pertimbangan ritmis dan suasana rasa, iringan tari juga dipilih berdasarkan gaya dan bentuknya. Di dalam tari-tarian tradisi di Indonesia, pelaksanaannya selalu diiringi oleh musik-musik daerah yang bersangkutan, yang memiliki bentuk dan gayanya yang khas, musiknya selalu tampak serasi dengan gaya dan bentuk tariannya.