The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by sulistyawatipurwanti16, 2021-12-16 22:45:07

Materi Kelas 9

AKSARA JAWA

Keywords: #aksarajawa

AKSARA JAWA

Aksara Jawa Lengkap dengan Sandhangan
dan Pasangan + Aksara Murda

4 min read

Salah satu materi dalam pelajaran Bahasa Jawa ialah seputar aksara Jawa. Aksara ini dikenal
juga dengan sebutan Hanacaraka atau Carakan, serta merupakan salah satu aksara tradisional
dari Nusantara yang digunakan saat penulisan Bahasa Jawa. Aksara ini terutama digunakan
untuk menulis aneka bahasa daerah di Indonesia seperti bahasa Jawa, bahasa Sunda serta
bahasa Sasak.
Tulisan ini sendiri masih berkerabat dengan aksara Bali. Dalam sehari-hari, penggunaan
aksara ini akan digantikan huruf Latin yang diperkenalkan Belanda pada abad ke-19. Aksara
Jawa secara resmi dimasukkan dalam Unicode sejak 2009. Walau demikian, kompleksitas
dalam aksara ini hanya akan ditampilkan dalam program berteknologi Graphite SIL seperti
dalam browser Firefox.

Hanacaraka

aksara jawa Pa Dha Ja Ya Nya
Mereka sama-sama sakti
Ha Na Ca Ra Ka

Ada sebuah kisah

Da Ta Sa Wa La Ma Ga Ba Tha Nga

Terjadi sebuah pertarungan Dan akhirnya semuanya mati

Kesulitan dalam penggunaan aksara Jawa terutama dalam media digital membuatnya kurang
populer kecuali di kalangan preservasionis. Dalam Hanacaraka atau aksara Jawa, suku kata
akan ditulis menggunakan satu aksara. Penggunaan tanda baca akan dapat mengubah,
menghilangkan serta menambahkan vokal dari suku kata tersebut. Aksara juga memiliki
aneka bentuk dalam penulisan nama, pengejaan asing hingga konsonan bertumpuk.

Aksara Jawa juga termasuk dalam sistem tulisan Abugida yang ditulis mulai dari kiri ke
kanan. Tiap aksara melambangkan suatu suku kata yang ditentukan posisi aksara dalam kata
tersebut. Penulisannya juga tidak menggunakan spasi atau scriptio continua sehingga
pembaca harus paham teks bacaan guna membedakan tiap katanya.

Jika anda ingin menulis aksara jawa secara online silahkan kunjungi link
ini bennylin.github.io/ semoga bisa bermanfaat.

Angka jawa
Jika dibandingkan dengan alfabet Latin, aksara Jawa memang terbilang kekurangan tanda
baca. Terutama tanda baca dasar seperti tanda tanya, tanda seru, titik dua, tanda hubung serta
titik dua. Aksara ini turut terbagi dalam beberapa jenis sesuai fungsinya. Aksara dasar akan
terdiri dari 20 suku kata dan digunakan dalam penulisan bahasa Jawa modern. Jenis lain
meliputi aksara suara, angka Jawa serta tanda baca.

Tiap suku kata memiliki dua bentuk, pertama adalah nglegena atau aksara telanjang dan
pasangan. Kebanyakan aksara selain aksara dasar ialah konsonan teraspirasi atau disebut juga
retrofleks yang seringkali digunakan di dalam bahasa Jawa kuno. Namun seiring
perkembangan aksara dan bahasa Jawa, huruf-huruf ini mulai kehilangan representasi suara
asli dan akhirnya berubah fungsi.

Tanda diakritik dalam aksara Jawa disebut pula sandhangan serta memiliki fungsi dalam
mengubah vokal seperti harakat dalam abjad Arab. Dapat pula digunakan untuk menambah
konsonan akhir serta menandakan ejaan asing. Terdapat beberapa tanda diakritik atau
sandhangan yang boleh digunakan bersamaan, namun tidak semua kombinasi dapat
digunakan. Hanacaraka ialah salah satu peninggalan dari nenek moyang yang terbilang
bersejarah dan harus dilestarikan oleh kita semua. Pengenalan seputar aksara Jawa biasanya
akan dilakukan di sekolah melalui mata pelajaran Bahasa Jawa.

Contoh tulisan menggunakan aksara jawa

Sejarah Aksara Jawa

Sejarah seputar aksara Jawa yang populer adalah yang melibatkan seorang pemuda sakti
mandraguna bernama Ajisaka. Ia tinggal di sebuah pulau bernama Pulau Majethi bersama
dua abdi setianya, Dora dan Sembada. Kedua abdi Ajisaka juga sama-sama sakti. Suatu saat,
Ajisaka hendak meninggalkan pulau tersebut. Ia menunjuk Dora menemaninya mengembara.

Sementara Sembada disuruhnya untuk tetap tinggal di pulau dan menjaga pusaka andalan
Ajisaka. Ajisaka turut berperan pada Sembada agar tidak menyerahkan pusaka itu pada
siapapun, kecuali Ajisaka sendiri. Kepergian Ajisaka dan Dora adalah untuk menuju
Kerajaan Medhangkamulan yang awalnya diperintah seorang raja bernama Dewatacengkar.

Dikisahkan bahwa Kerajaan Medhangkamulan sangat makmur dan rakyatnya hidup sejahtera.
Namun suatu hari, kesalahan dari juru masak membuat kerajaan itu berubah. Saat juru masak
tengah membuat makanan untuk Prabu, secara tak sengaja jarinya terkena pisau hingga putus
dan masuk ke dalam masakan tanpa ia ketahui. Sang Prabu rupanya menyukai masakan itu
dan bahkan ia meminta juru masak untuk terus memasakkan daging manusia tiap hari
untuknya.

Bahkan, Prabu Dewatacengkar memerintahkan Patih Kerajaan untuk mengorbankan rakyat
Medhangkamulan tiap hari untuk dimakan. Perlahan, Kerajaan Medhangkamulan yang
awalnya makmur berubah mengerikan. Sifat Prabu Dewatacengkar juga berubah di mana ia

menjadi raja yang bengis serta kejam. Pada saat itulah Ajisaka dan Dora sampai di Kerajaan
Medhangkamulan.

Ajisaka lalu menyerahkan dirinya pada Prabu Dewatacengkar untuk disantap. Namun,
Ajisaka memberi satu syarat. Syaratnya adalah, Prabu harus memberikan tanah padanya
seluas ikat kepalanya. Selain itu, harus Prabu sendiri yang mengukur tanah menggunakan ikat
kepala Ajisaka. Prabu setuju dan langsung mengukur tanah untuk Ajisaka. Namun, saat
digunakan untuk mengukur, tiba-tiba saja ikat kepala Ajisaka meluas tak terhingga. Kain juga
berubah keras serta tebal seperti lempengan besi.

Prabu Dewatacengkar lalu terdorong ke jurang di pantai laut selatan. Ia berubah wujud
menjadi buaya putih. Ajisaka kemudian diangkat menjadi Raja Medhangkamulan. Setelah
penobatan, Ajisaka mengutus Dora kembali ke Pulau Majethi guna mengambil pusaka
miliknya.

Sesampainya Dora di Pulau Majethi, ia menemui Sembada guna mengambil pusaka Ajisaka.
Namun, Sembada teringat pesan Ajisaka bahwa ia tak boleh memberikan pusaka itu kecuali
pada Ajisaka sendiri. Keduanya lalu beradu mulut dan berpegang teguh pada pendapat
masing-masing. Akhirnya, Dora dan Sembada bertempur. Terjadi pertumpahan darah hingga
dua-duanya sama-sama tewas.

Berita tewasnya Dora serta Sembada sampai pula ke telinga Ajisaka. Ia merasa sangat
menyesal karena kesalahannya membuat dua abdi setianya meninggal dunia. Karena itulah,
Ajisaka menciptakan aksara Jawa atau Hanacaraka guna mengenang Dora serta Sembada.
Kisah ini cukup populer dan diyakini benar-benar terjadi sebagai asal mula adanya
Hanacaraka. Walau demikian, ada pula beberapa orang yang hanya menganggapnya sebatas
legenda dan tidak pernah terjadi.

Kemudian terciptalah huruf jawa lengkap

pasangan jawa
Deret aksara yang diciptakan Ajisaka untuk mengenang Dora dan Sembada ini hingga
sekarang dikenal sebagai aksara Jawa. Terdapat total empat deret aksara yang diciptakannya.
Deret pertama berbunyi Hanacaraka yang berarti ono wong loro (ada dua orang). Deret kedua
berbunyi Datawasawal yang berarti podho kerengan (mereka sama-sama berkelahi).

aksara
swara jawa
Deret ketiga berbunyi Padhajayanya yang berarti podho joyone (mereka sama-sama kuat).
Deret keempat berbunyi Magabathanga yang berarti mergo dadi bathang lorone (maka dari
itu, keduanya sama-sama menjadi bangkai atau meninggal dunia). Deret aksara ini

menggambarkan pertarungan Dora dan Sembada yang sama-sama kuat dan akhirnya sama-
sama menemui ajal.

Aksara Murda

Aksara murda
Dalam aksara Jawa, dikenal juga adanya aksara rmuda serta swara. Keduanya adalah huruf
khusus dalam huruf Jawa. Aksara Murda hanya terdiri dari 8 buah yaitu Na, Ka, Ta, Sa, Nya,
Pa, Ga dan Ba. Sementara aksara swara juga hanya ada lima yaitu A, I, U, E dan O.
Fungsi aksara Murda serta Swara sama saja seperti huruf kapital, yaitu digunakan untuk
menulis nama orang penting atau terkenal maupun nama tempat atau daerah yang terkenal.
Penulisan aksara Murda serta aksara Swara ini hanya dapat dilakukan di depan saja atau
dapat juga di keseluruhan kata. Demikian adalah uraian seputar aksara Jawa. Semoga bisa
jadi tambahan wawasan bagi kita semua.


Click to View FlipBook Version