TOKOH PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA
TAN MALAKA
DAFTAR ISI
Daftar isi..............………………................................................................................1
Kata pengantar.....................................................................................................2
BAB I. : PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang........….........................................................................3
1.2. Rumusan masalah..............................................................................4
1.3. Tujuan penulisan................................................................................5
BAB II. : PEMBAHASAN
1.1. Profil tokoh.........................................................................................6
1.2. Biografi tokoh.....................................................................................7
1.3. Perjuangan tokoh...............................................................................8 9 10 11 12
BAB III. : PENUTUP
1.1. Kesimpulan...........................................................................................13
1.2. Saran....................................................................................................14
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikan dalam
kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tan Malaka adalah seorang pejuang dan revolusioner kemerdekaan Indonesia. Dia
ditetapkan sebagai pahwalan kemerdekaan nasional berdasarkan Keputusan Presiden RI
No.53 dan ditandatangani Presiden Soekarno pada 28 Maret 1963. Nama aslinya adalah
Sutan Ibrahim, gelar Datoek Tan Malaka diberikan kepadanya dalam sebuah upacara adat,
gelar ini menunjukan bahwa dia adalah orang yang istimewa. Ayahnya bernama Rasa
Caniago dan ibunya bernama Sinah Simabur. Tan Malaka lahir pada 2 Juni 1897.1
Orangtuanya adalah kaum bangsawan yang bekerja sebagai pegawai pertanian Hindia-
Belanda. Mereka selangkah lebih maju dibanding dengan penduduk lainnya, tetapi dalam
hal kepemilikan dan kedudukan tidak jauh berbeda dari penduduk desa yang lain. Tan
Malaka dapat mengenyam pendidikan di sekolah rendah dan meneruskan pendidikan
sekolah guru pribumi (Inlandsche Kweekschool Voor Onderwijzers) di Bukit Tinggi tahun
1908-1913, gurunya G.H. Horensma sangat menyukai Tan Malaka, karena kecerdasannya
dalam belajar, kemudian Horensma merekomendasikan Tan Malaka untuk meneruskan
studinya ke Belanda, dengan sumbangan para Engku sebesar 50 f (50 rupiah) setiap bula,
Tan Malaka berangkat ke Belanda, diusianya yang ke-17 tahun untuk belajar di Sekolah
Pendidikan Guru Pemerintah (Rijksk Weekschool) di Harlem. Sumbangan para Engku ini ia
anggap sebagai hutang dan suatu saat akan ia ganti, meski dikemudian hari Horensmala
yang melunasi hutang-hutang Tan Malaka. Tahun 1919 setelah Perang Dunia I usai, Tan
Malaka pulang ke Indonesia untuk menjadi guru anak-anak para kuli kontrak di perkebunan
tembakau di Deli (Sumatra Utara). Gajinya setara dengan guru Belanda pada umumnya,
tetapi dengan norma-norma Kapitalis yang berlaku. Rekan-rekan Belandanya tidak
menyukai dan memandang rendah Tan Malaka, oleh karenanya Tan Malaka menjadi
orang yang penuh semangat mendalami politik dan mengaplikasikan ilmu da
pengalamannya yang ia peroleh di negeri Belanda. Pemikirannya semakin radikal dengan
menggunakan ideologi kiri, Aksinya yang pertama adalah keterlibatannya terhadap
pemogokan Buruh di Sumatra. Paska pemogokan buruh, Tan Malaka berhenti menjadi guru
dan pindah ke Jawa pada Februari 1921. Di sana ia bergabung menjadi anggota Partai
Komunis Indonesi (PKI). Bersama dengan PKI, Tan Malaka mendirikan sekolah-sekolah
Proletar. Setelah Semaun 4 pergi iamenjadi ketua PKI. Tan Malaka kemudian berupaya agar
PKI dapat bekerjasama dengan Sarekat Islam (SI), untuk dapat memperjuangkan
kemerdekaan bangsa Indonesia dari kolonial Belanda. Perjuangannya untuk Indonesi tak
henti-hentinya di berbagai daerah dan aksinya mendalangi pemogokan buruh pegadaian
membuatnya dijatuhi hukuman Exorbitante Rechten oleh Gubernur Jendral, ia kemudian
3
diasingkan dan dibuang dari Indonesia. Belanda adalah tempat yang menjadi tujuan Tan
Malaka. Atas aksinya yang dianggap membahayakan kolonial Belanda, Tan Malaka menjadi
sorotan oleh polisi Hindia-Belanda. Sebagai buronan politik, Tan Malaka tidak menetap di
Belanda melainkan ia pergi membawa identitas komunis ke negara-negara komunis di
dunia. Tan Malaka pergi ke Moskow untuk melapor di Komintern (Komunis Internasional)
sebagai wakil dari Indonesia dalam Kongres komintern ke-IV yang berlangsung selama
sebulan terhitung dari tanggal 5 November sampai 5 Desember 1922. Tan Malaka sebagai
perwakilan Komintern Asia mendapatkan hak berbicara di podium selama 5 menit, Tan
Malaka menyampaikan gagasannya tentang komunis dan Panislamisme harus bersatu
sebagai berikut :
“Menurut Tan Malaka, komunis tak boleh mengabaikan kenyataan bahwa saat itu ada 250
juta Muslimin di dunia. Panislamisme sedang berjuang melawan imperialisme, perjuangan
yang sama dengan gerakan komunisme. Menurut dia, gerakan itu perlu didukung. Namun
dia tahu keputusan ada di tangan petinggi-petiggi partai yaitu para Bolshevik tua. Karena itu
diakhir pidato dia berkata, “Maka dari itu saya bertanya sekali lagi, haruskah kit mendukung
Pan-Ismamisme? Gagasan Tan Malaka didukung penuh oleh delegasi Asia. Tetapi, kenyataa
itu tidak terlalu disukai oleh Karl Raddek, pemimpin Komintern yang membawahkan urusan
Asia dan setelahnya tidak ada respon dari Bolsyewik tua, meskipun begitu tida menyurutkan
Tan Malaka yang berada di Amoy (Tiongkok) merasa tidak aman karena tiongkok jatuh oleh
Jepang pada tahun 1937, akhirnya pada tanun 1942 secara ilegal dia kembali ke tanah
kelahirannya, disebuah Kampung di Jakarta dia tinggal dengan menyewa kontrakan
dan dengan nama “Iljas Hussein” dia mengisi kesehariannya dengan pergi ke Perpustakaan
terkemuka, menulis sebuah buku yang baginya sendiri dipandang sebagai buku terpenting
yaitu: Madilog singkatan dari Materialisme, Dialektika dan Logika, dalam bukunya ini Tan
Malaka menyesuaikan teori-teori Marx dalam pandangannya sendiri dalam situasi dan
kondisi bangsa Indonesia. Dengan kurun waktu 8 bulan (15 Juli 1942 sampai 30 Maret 1943)
berhenti 15 hari, 720 jam ialah kira-kira 3 jam sehari. Tan Malaka beristirahat selebihnya ia
gunakan untuk menyelesaikan tulisannya. Madilog yang dia simpan dalam pikirannya
selama bertahun- tahun akhirnya ia tuangkannya dalam sebuah tulisan bahkan karya
terbesarnya untuk bangsa Indonesia, tujuan dari Madilog adalah membuka jalan berpikir
yang berlogika dan sudah terbukti kebenarannya bukan hanya dongeng atau misteri semata.
Tidak ada daftar pustaka dalam Madilog, bukan karena Madilog memang hasil karya dia
murni melainkan tak ada satupun pustaka yang dapat dia selamatkan pada saat masa
pembuangannya bertahun-tahun sebagai buronan polisi Hindia-Belanda, polisi Inggris dan
mata-mata Amerika. Tan Malaka hanya menggunakan “Jembatan Keledai” sebagai sarana
menghapal istilah dan beberapa nama tokoh yang ia sebut dalam Madilog, meski pustaka
hilang tetapi Tan Malaka tidak kehilangan isinyai dan meski berbeda tetapi tetaplah apa
yang dimaksud para tokoh sama dengan yang ia tulis. Menurut Tan Malaka isi dalam
Madilog cocok bagi bangsa Indonesia pada waktu itu. Agar terciptanya bangsa dengan
kemerdekaan seratus persen. Kemunduran cara berpikir bangsa Indonesuia, yang kerap kali
terjerumus dalam keadaan yang tidak menguntungkan. Yaitu, kemiskinan yan menyebabkan
4
kelaparan, membuat bangsa ini harus membanting tulang untuk bekerja kepada para
penjajah dan kaum kapitalis, dengan bayaran yang sangat kecil. Di Indonesia ini bukankah
semua bumi dan kekayaan alamnya seharusnya milik kita bersama. Pertanian perikanan,
tambang emas, batu bara dan baja harusnya dikelola oleh bangsa Indonesia. Tetapi kita
sebagai bangsanya hanya menjadi budak di rumah sendiri. Pandangan Ta Malaka pada
bangsa Indonesia sangat kuat. Menurutnya, bangsa Indonesia dapat merebut kemerdekaan
dari para kolonial Belanda, hanya saja, bangsa Indonesia terlalu takut sehingga mereka
kehilangan pandangan dunia dan kemunduran cara berpikir.
Menurut Tan Malaka bangsa Indonesia seharusnya menggunakan cara berpikir materiali
untuk memerdekakan Indonesia, karena berpikir materialis berarti bertolak dari realitas
yang nyata dan bukan dari tahayul. Tan Malaka bertujuan membuka tabir ketahayulan
tersebut,agar bangsa Indonesia mempunyai pemikiran yang realistis dan logis buka
terperangkap oleh logika mistika.
5
B. PROFIL TOKOH
Nama Lengkap. : TAN MALAKA
Nama asli. : IBRAHIM
Alias. : NON ALIAS
Agama. ( Tidak ada alias )
Tempat Lahir. : ISLAM
Tanggal Lahir. : Suliki, Sumatra Barat
Zodiak. : Rabu, 2 Juni 1897
Warga Negara. : GEMINI
Sifat. : INDONESIA
: Sosialis dan Politis
6
C.BIOGRAFI
Tan Malaka adalah sosok laki laki kelahiran Suliki, Sumatra Barat pada tanggal 02 Juni 1897 dengan
nama asli Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka. Anak dari pasangan Rasad Caniago dan Sinah Sinabur ini
merupakan tamatan Kweekschool Bukit Tinggi pada umur 16 tahun di tahun 1913, dan dilanjutkan
ke Rijks Kweekschool di Haarlem, Belanda. Setelah lulus dari Rijks Kweekschool, Tan Malaka
kembali ke Indonesia dan mengajar di sebuah perkebunan di Deli, dari sinilah Tan Malaka
menemukan ketimpangan sosial di lingkungan sekitar dan muncullah sifat radikal Tan Malaka.
Tan Malaka merupakan sosok yang memiliki sifat sosialis dan politis. Pada tahun 1921 dia pergi ke
Semarang untuk mulai menerjuni dunia politik. Kiprahnya dalam dunia politik sangat mengesankan.
Hal ini didukung dengan pemikiran Tan Malaka yang berbobot dan berperan besar dalam sejarah
perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Berbagai halangan dan rintangan yang dihadapi Tan Malaka dalam memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia, mulai dari penangkapan dan pembuangan di Kupang, pengusiran dari negara Indonesia,
seringnya konflik dengan Partai Komunis Indonesia hingga pernah diduga kuat sebagai dalang
dibalik penculikan Sutan Sjahrir pada bulan Juni 1946. Berbagai peran pentingpun diraih Tan
Malaka, diantaranya kepemimpinan dalam berbagai organisasi dan partai. Sempat mendirikan
partai PARI pada tahun 1927 dan Partai Murba pada tahun 1948, hingga mendirikan sekolah serta
mengajar di China pada tahun 1936 dan sekolah tinggi Singapura. Ada hal yang sangat penting
dalam kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945,dimana peranan Tan Malaka dalam mendorong
para pemuda yang bekerja di bawah tanah masa pendudukan Jepang agar mencetuskan "Revolusi"
yang tepatnya pada tanggal 17 Agustus.
Tan Malaka terbunuh di Kediri Jawa Timur pada tanggal 19 Februari 1949. Sebagian besar hidupnya
dalam pengusiran dan pembuangan di luar Indonesia. Pemerintah Indonesia menyatakan Tan
Malaka sebagai pahlawan Nasional melalui Ketetapan Presiden RI No 53 tanggal 23 Maret 1963.
7
D.PERJUANGAN
Banyak pahlawan nasional yang berjuang melawan penjajah demi meraih kemerdekaan untuk masa
depan Indonesia yang lebih baik. Salah satunya yaitu Tan Malaka.
Tan Malaka merupakan sosok yang memiliki sifat sosialis dan politis. Pada tahun 1921, ia pergi ke
Semarang untuk mulai menerjuni dunia politik. Kiprahnya dalam dunia politik sangat mengesankan.
Hal ini di dukung dengan pemikiran Tan Malaka yang berbobot dan berperan besar dalam sejarah
perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Tan Malaka lahir di Suliki, Sumatra Barat pada tanggal 02 Juni 1897 dengan nama asli Ibrahim gelar
Datuk Tan Malaka. Anak dari pasangan Rasad Caniago dan Sinah Sinabur ini merupakan tamatan
Kweekschool Bukit Tinggi pada umur 16 tahun di tahun 1913, dan melanjutkan ke Rijks
Kweekschool di Haarlem, Belanda. Setelah lulus dari Rijks Kweekschool, Tan Malaka kembali ke
Indonesia dan mengajar di sebuah perkebunan di Deli.
Halangan dan rintangan di hadapi Tan Malaka dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia,
mulai dari penangkapan dan pembuangan di Kupang, pengusiran dari negara Indonesia, seringnya
konflik dengan Partai Komunis Indonesia hingga pernah diduga kuat sebagai dalang di balik
penculikan Sutan Sjahrir pada bulan Juni 1946.
Berbagai peran penting pun diraih Tan Malaka, di antaranya kepemimpinan dalam berbagai
organisasi dan partai. Sempat mendirikan Parta Rakyat Indonesia atau PARI pada tahun 1927 dan
Partai Murba atau Partai Musyawarah Rakyat Banyak pada tahun 1948, hingga mendirikan sekolah
serta mengajar di China pada tahun 1936 dan sekolah tinggi Singapura.
Tan Malaka memang sosok yang membenci ketidakadilan dan peduli terhadap penderitaan para
buruh. Hal itulah yang membuatnya aktif dalam organisasi dengan menentang segala hal yang
menyusahkan para buruh serta bergabung dengan Indische Sociaal Democratische Vereeniging atau
ISDV yang kemudian berubah menjadi PKH atau Partai Komunis Hindia.
Tan Malaka terbunuh di Kediri Jawa Timur pada tanggal 19 Februari 1949. Sebagian besar hidupnya
dalam pengusiran dan pembuangan di luar Indonesia. Pemerintah Indonesia.
8
menyatakan Tan Malaka sebagai pahlawan Nasional melalui Ketetapan Presiden RI No. 53 tanggal
23 Maret 1963.
Tan Malaka adalah sosok pejuang dengan pemikiran yang menjadi acuan atau inspirasi bagi banyak
tokoh-tokoh bangsa Indonesia lainnya, termasuk di antaranya Bung Karno.
Pria bernama lengkap Ibrahim Datuk Sutan Malaka ini punya banyak pemikiran yang menarik
sekaligus kemudian berkontribusi pada gagasan kebangsaan di Indonesia. Beruntung generasi
Indonesia masa kini masih bisa mempelajari gagasan maupun pemikiran pria kelahiran Suliki,
Limapuluh Kota, Sumatera Barat, 2 Juni 1897 itu lewat karya tulis terbaiknya.
1. Madilog. Buku yang Merupakan Cita-Cita Tan Malaka Sendiri
Madilog atau Materialisme, Dialektika, Logika adalah sebuah karya besar dari salah satu bapak
bangsa yaitu Tan Malaka. Madilog adalah buku yang di tulis dalam persembunyiannya dari kejaran
tentara Jepang di Cililitan. Buku ini di tulis selama kurang lebih 3 jam per hari dan memakan waktu
8 bulan. Inti dari buku ini adalah menguraikan masalah Materalisme, dialektika, dan logika. Pada
dasarnya madilog bukanlah pandangan hidup tetapi lebih kepada cara berpikir yang menurut Tan
Malaka harus dimiliki oleh masyarakat Indonesia.
Madilog merupakan istilah baru dalam cara berpikir, dengan menghubungkan ilmu bukti serta
mengembangkan dengan jalan dan metode yang sesuai dengan akar dan urat kebudayaan
Indonesia sebagai bagian dari kebudayaan dunia. Bukti adalah fakta, sedangkan fakta adalah
lantainya ilmu bukti. Bagi filsafat, idealisme yang pokok dan
9
pertama adalah budi (mind), kesatuan, pikiran dan penginderaan. Filsafat materialisme
menganggap alam, benda dan realita nyata obyektif sekeliling sebagai yang ada, yang pokok dan
yang pertama.
Mendiang peneliti LIPI, Dr Alfian, pernah menyebutkan bahwa Madilog memang merupakan karya
terbaik Tan Malaka, paling orisinal, berbobot, dan brilian. Naskah Madilog ditulis oleh Tan Malaka
selama delapan bulan (15 Juli 1942 - 30 Maret 1943). Buku ini bukan semacam "ajaran partai" atau
"ideologi proletariat", melainkan cita-cita Tan Malaka sendiri. Di mana Madilog sama sekali bebas
dari buku-buku Marxisme-Leninisme yang menuntut ketaatan mutlak pembaca terhadap Partai
Komunis.
Tan Malaka melihat kemajuan umat manusia harus melalui tiga tahap: dari "logika mistika" lewat
"filsafat" ke "ilmu pengetahuan" (sains). Dan selama bangsa Indonesia masih terkungkung oleh
"logika mistika" itu, maka tak mungkin ia menjadi bangsa yang merdeka dan maju. Madilog
merupakan jalan keluar dari "logika mistika" dan imbauan seorang nasionalis sejati bagi bangsanya
untuk keluar dari keterbelakangan dan ketertinggalan.
2. Gerpolek. Sikap Tan Malaka Tentang Politik dan ekonomi yang Bebas dan
Merdeka.
Dulu, Tan Malaka sangat merisaukan makin menciutnya wilayah Republik dengan berdirinya negara
boneka bentukan Belanda. Sementara kaum kapitalis, kolonialis dan imperialis berhasil
mengacaukan perekonomian dan keuangan Republik Indonesia.
10
Karena itu, Tan Malaka tidak mengenal kompromi dengan kekuatan kolonialisme dan imperialisme.
Ia tidak menyetujui perundingan dengan lawan. Ia menganggap berunding adalah sikap
mengorbankan kedaulatan dan kemerdekaan rakyat.
Gerpolek atau Gerilya, Politik, Ekonomi merupakan buku yang dikonsep dan ditulis oleh Tan Malaka
ketika dirinya meringkuk di penjara Madiun. Buku ini ditulis tanpa dukungan informasi kepustakaan
apa pun. Ia hanya mengandalkan pengetahuan, ingatan, dan semangat kepemimpinan untuk untuk
menjaga negara Indonesia dari segala bentuk kekuatan kolonialisme dan imperialisme.
Buku ini mengusulkan pendirian sistem ekonomi yang di dasarkan pada produksi oleh rakyat untuk
menghadapi gempuran Belanda agar Indonesia juga dapat menjadi negara yang berdikari. Jenderal
Sudirman memandang bahwa Gerpolek adalah buku strategi militer. Didalam buku tersebut juga
dituliskan apa fungsi sesungguhnya dari Gerpolek itu sendiri.
Tan Malaka menuliskan bahwa Gerpolek adalah sebuah senjata untuk membela Proklamasi 17
Agustus dan melaksanakan kemerdekaan yang 100 persen. Ide Merdeka 100 Persen yang di
sampaikan Tan Malaka adalah bagaimana Indonesia bisa menentukan takdirnya sendiri tanpa harus
ada campur tangan negara lain dan tidak bisa di toleransi.
Tetapi gagasan Tan Malaka jika di tinjau dengan era Globalisasi di anggap kurang relevan mengingat
sebuah negara tidak bisa menentukan sikap dan segala sesuatu dengan sendirinya melainkan saling
membutuhkan bantuan negara-negara lain atau yang biasa dikenal dengan kerjasama internasional.
11
2. Menuju Merdeka 100 Persen. Kumpulan Karya Penting Tan Malaka
Pemikiran “Merdeka 100 Persen” di sampaikan Tan Malaka untuk menanggapi sikap
pemerintahan Presiden Soekarno terhadap Jepang dan Belanda pasca-proklamasi
kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
Saat itu, Tan Malaka melihat pemerintah yang dipimpin Soekarno hanya menghamba
kepada penjajah. Dia melihat pemerintah hanya berharap kedaulatan dan kemerdekaan di
berikan oleh penjajah, bukan direbut lewat perang dan perjuangan.
Begitu pula dengan pemerintahan Perdana Menteri Sjahrier. Dia melihat tokoh sosialis-
demokrat itu lembek karena mengutamakan jalan diplomasi dengan Belanda. Alhasil,
melalui organisasi Persatuan Perjuangan (PP) yang didirikan pada Januari 1946, Tan
Malaka membuat tuntutan agar pemerintah saat itu melaksanakan jalan 'Merdeka 100
Persen'. Namun sayang, ide Tan Malaka itu dinilai pemerintah kala itu terlalu frontal. Tan
Malaka dan para pengikutnya seperti Soekarni, Sajoeti Melik dkk lantas di tangkap dan di
penjarakan oleh pemerintah karena dinilai membahayakan persatuan dan perjuangan
bangsa
Tan Malaka adalah salah seorang pemikir brilian yang bercita-cita mewujudkan kemerdekaan
Republik Indonesia. Buku ini merupakan kumpulan karya penting Tan Malaka, yang terdiri dari Aksi
Massa, Politik, Rencana Ekonomi Berjuang, Muslihat, dan Gerpolek; sekaligus menjadi pernyataan
sikapnya tentang politik dan ekonomi yang bebas dan merdeka, yang dapat menggugah kesadaran
kita akan arti dari kemerdekaan yang sesungguhnya, yaitu Merdeka 100 Persen.
12
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Tan Malaka adalah tokoh pertama menggagas secara tertulis konsep Republik Indonesia. Ia
menulis “Naar de Republiek Indonesia” (Menuju Republik Indonesia). Diseputar proklamasi, Tan
menorehkan perannya yang penting. Ia menggerakkan para pemuda ke rapat raksasa di lapangan
Ikada, 19 september 1945. Inilah rapat yang menunjukkan dukungan massa pertama terhadap
proklamasi kemerdekaan yang waktu itu belum bergema keras dan “masih catatan di atas kertas”.
Tulisannya telah membangun banyak orang untuk ikut bergerak bermasanya guna mewujudkan
Indonesia merdeka. Bung Karno adalah salah satu seorang pengagum pemukiran Tan Malaka
tersebut. Bahkan dalam pembelaannya terhadap hakim-hakim Belanda di Bandung, Soekarno
memasukkan bagian Aksi Tan Malaka di dalamnya. Moh Yamin menyebut Tan Malaka sebagai
bapak Republik. A.H Nasution mengaguminya karna Tan Malaka bukan saja pemikir politik, tetapi
juga pemikir militer.
2. Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan hanya merupakan kisah sentral
dalam sejarah Indonesia, merupakan unsur yang kuat dalam persepsi bangsa Indonesia tentng
dirinya sendiri. Semua usaha yang tidak menentu untuk mencari identitas baru dalam persatuan
untuk menghadapi kekuasaan asing dan untuk tatanan social yang lebih adil. Revolusi itu bukan
sebuah ide yang luar biasa, dan istimewa, serta bukan lahir atas perintah seorang manusia yang luar
biasa.
3. Sejarah menyaksikan Tan Malaka menulis Menuju Republik Indonesia, kemudian membentuk
PARI selanjutnya ia mengeluarkan manifesto PARI Jakarta November 1945 dan mempelopori
pembentukan persatuan Perjuangan dengan 7 pasal minimum programnya di Purwekerto, Jawa
Tengah, yang menggabungkan 142 organisasi partai politik, kelaskaran ,pemuda, wanita dan lain-
lain dengan menentang kebijkan politik diplomasi perundingan pemerintah dengan Belanda tanpa
prasyarat. Pada tanggal 7 November 1948, Tan Malaka mendirikan Partai Murba. Partai Murba
merupakan peleburan dari beberapa partai, di antaranya Partai Rakyat, Partai Buruh Merdeka, dan
Partai Rakyat jelata. Tujuan partai Murba ini adalah mempertahankan dan memperkokoh tegaknya
kemerdekaan 100% bagi republic dan rakyat sesuai dengan dasar dan tujuan proklamasi 17 Agustus
1945 menuju ke masyarakat yang adil dan makmur menurut kepribadian bangsa Indonesia, ialah
masyarakat sosialis.
13
SARAN
Peranan Tan Malaka dalam Revolusi Sosial di Indonesia (1945-1949). Bagi saya sosok Tan Malaka
adalah seorang sosok yang mengagumkan. Karena kekaguman itu, maka saya menelusuri
perjuangan Tan Malaka dari serangkaian tulisan yang pernah ditulisnya.
14