RESUME JURNAL
SMART ASN
Widyaiswara/Fasilitator : Widianto
NDH : 26
NAMA : NUR ARNAENY.N, S.H
JABATAN : CALON AUDITOR - AHLI PERTAMA
INSTANSI : INSPEKTORAT KAB. POLEWALI MANDAR
Di Indonesia, percepatan transformasi digital didukung sepenuhnya oleh pemerintah. Dalam visi
misi Presiden Jokowi tahun 2019-2024, disebutkan bahwa masa pemerintahan yang kedua berfokus
pada pembangunan SDM sebagai salah satu visi utama. 5 visi Presiden untuk Indonesia: Pembangunan
infrastruktur, Pembangunan SDM, Keterbukaan Investasi, Reformasi Birokrasi serta Penggunaan APBN
fokus dan tepas sasaran.
Pelatihan dasar CPNS merupakan sebuah proses untuk membentuk karakter seorang ASN agar
dapat menjadi ASN yang professional dan berkualitas. Pembelajaran yang dilakukan bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan peserta dalam mengaktualisasikan nilai-nilai dasar literasi digital.
Agenda SMART ASN bertujuan agar peserta mampu menggambarkan perilaku yang
mengedepankan literasi digital dalam kehidupan bersosial dan dunia kerja dengan baik dan benar.
Adapun indikator hasil belajar salah satunya ialah dapa mengimplementasikan literasi digital dan
implikasinya mendiskripsikan bentuk dan kecakapan, keamanan, etika dan budaya dalam bermedia
digital dengan benar.
Materi literasi digital terdiri dari percepatan transformasi digital di Indonesia, definisi literasi
digital, peta jalan program literasi digital, ruang lingkup program dan implementasi literasi digital.
I. KONSEP LITERASI DIGITAL
Literasi digital adalah kemampuan untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan,
mengkomunikasikan, mengevaluasi dan menciptakan informasi secara aman dan tepat melalui
teknologi digital untuk pekerjaan yang layak dan kewirausahaan. Hal ini menyangkut literasi
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), literasi informasi dan literasi media.
Indonesia Digital Nation (bermartabat, berkeadilan dan berdaya saing) adalah sebuah peta jalan
yang bertujuan untuk mewujudkan birokrasi digital Indonesia yang berkelas dunia dan berdaya
saing. Dalam peta jalan tersebut terdapat berbagai upaya diantaranya penyediaan infrastruktur,
pembuatan aplikasi, menyiapkan regulasi, melakukan pengendalian, hingga pengadopsian
teknologi pendukung. Untuk mendukung kemajuan Indonesia Digital Nation maka diperlukan 3
pilar penting yaitu Pemerintahan Digital, Masyarakat Digital dan Ekonomi Digital sebagaimana
gambar dibawah ini :
Secara umum, literasi digital memang sering dianggap sebagai kecakapan menggunakan
internet dan media digital. Namun begitu, acap kali ada pandangan bahwa kecakapan penguasaan
teknologi adalah kecakapan yang paling utama. Padahal, literasi digital adalah sebuah konsep dan
praktik yang bukan sekadar menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai teknologi.
Lebih dari itu, literasi digital juga banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital
dalam melakukan proses mediasi media digital yang dilakukan secara produktif. Seiring tumbuhnya
inovasi TIK di Indonesia, literasi digital pun menjadi bagian penting dalam kurikulum, sehingga
menjadi penting untuk diketahui konsep literasi digital dengan kompetensinya.
II. TANTANGAN KESENJANGAN DIGITAL
Kesenjangan digital merupakan konsep yang telah lama ada. Pada awal mulanya, konsep
kesenjangan digital ini berfokus pada kemampuan memiliki (ekonomi) dan mengoperasikan
perangkat digital (komputer) dan akses (Internet). namun, konsep ini telah berkembang menjadi
beberapa aspek yang lebih komprehensif. Manfaat dan akses dari dunia informasi digital menjadi
indikasi semua warga negara mendapatkan manfaatnya seperti halnya pada negara-negara maju.
III. PILAR LITERASI DIGITAL
Peran dan tanggung jawab para peserta CPNS sangatlah besar, sehingga kemampuan
menggunakan gawai saja tidaklah cukup, diperlukan kemampuan lainnya yakni literasi digital.
Literasi digital memiliki 4 pilar wajib yang harus dikuasai oleh para peserta CPNS yang terdiri dari :
● etika digital .
● keamanan digital.
● budaya digital.
● dan kecakapan digital.
Internet of things adalah sistem perangkat komputasi yang saling terhubung, mesin mekanik dan
digital, dan kemamouan untuk mentransfer data melalui jaringan tanpa memerlukan manusia
untuk interaksi antar manusia atau manusia ke komputer.
Bhineka tunggal ika sebagai landasan kecakapan digital : setiap individu menyadari bahwa ketika
memasuki Era Digital, secara otomatis dirinya telah menjadi warga negara digital. Dalam konteks
keIndonesiaan, sebagai warga negara digital, tiap individu memiliki tanggung jawab (meliputi hak
dan kewajiban) untuk melakukan seluruh aktivitas bermedia digitalnya berlandaskan pada nilai-
nilai kebangsaan, yakni Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
V. IMPLEMENTASI LITERASI DIGITAL
a. Digital Skill
Kemampuan mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK
serta sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari.
b. Digital Culture
Kemampuan membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan
kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam keseharian dan digitalisasi
kebudayaan melalui pemanfaatan TIK.
c. Digital Ethics
Kemampuan menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan,
mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam
kehidupan sehari-hariPengembangan Kompetensi minimal 20 jam pelatihan pertahun.
d. Digital Safety
Kemampuan mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan
meningkatkan kesadaran perlindungan data pribadi dan keamanan digital dalam kehidupan
sehari-hari.
VI. ETIKA BERMEDIA SOSIAL
Tiga tantangan dalam menimbang urgensi penerapan etika bermedia digital :
1. Penetrasi internet yang sangat tinggi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Bukan
hanya jumlah dan aksesnya yang bertambah, durasi penggunaannya pun meningkat drastis
2. Perubahan perilaku masyarakat yang berpindah dari madia konvensional ke media digital.
Karakter media digital yang serba cepat dan serba instan, menyediakan kesempatan tak
terbatas dan big data, telah mengubah perilaku masyarakat dalam segala hal, mulai dari belajar,
bekerja, bertransaksi, hingga berkolaborasi.
3. Intensitas orang berinteraksi dengan gawai semakin tinggi. Situasi pandemi COVID-19 yang
menyebabkan intensitas orang berinteraksi dengan gawai semakin tinggi, sehingga
memunculkan berbagai isu dan gesekan. Semua ini tak lepas dari situasi ketika semua orang
berkumpul di media guna melaksanakan segala aktivitasnya, tanpa batas.
VII. ETIKA BERMEDIA DIGITAL
Media digital digunakan oleh siapa saja yang berbeda latar pendidikan dan tingkat kompetensi.
Karena itu, dibutuhkan panduan etis dan kontrol diri (self-controlling) dalam menghadapi jarak
perbedaanperbedaan tersebut dalam menggunakan media digital, yang disebut dengan Etika
Digital. Empat prinsip etika tersebut menjadi ujung tombak self-control setiap individu dalam
mengakses, berinteraksi, berpartisipasi, dan berkolaborasi di ruang digital, sehingga media digital
benar-benar bisa dimanfaatkan secara kolektif untuk hal-hal positif.