Kearifan Lokal Ngaben di Bali Definisi Kearifan Lokal Kearifan lokal berasal dari dua kata yaitu Kearifan (wisdown), dan lokal (lokal). secara umum lokal wisdown Kearifan lokal dapat dipahami sebagai gagasan – gagasan setempat(lokal) yang bersifat bijksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertananam dan diikuti oleh masyarakatnya. Selanjutnya menurut pendapat Soebadio dalam Luciani bahwa “kearifan lokal merupakan suatu identitas yang telah menjadi ciri khas atau kepribadian bangsa agar mampu memanfaatkan budaya dari luar sebagai memperkaya pengetahuan dan mengasah keterampilan”. Kearifan lokal merupakan identitas yang sangat menentukan harkat martabat manusia dalam komonikasinya, mendefenisikan Kearifan lokal sebagai kebenaran yang mentradisi dalam suatu daerah. kearifan lokal atau sering disebut local Widows sebagai usaha manusia dengan menggunakan akal budinya untuk bertindak dan bersikap terhadap suatu objek atau peristiwa terjadi dalam ruang tertentu. Dengan melihat kearifan lokal sebagai bentuk kebudayaan, maka ia akan mengalami reinforcement secara terus menerus sehingga menjadi yang lebih baik. kearifan lokal adalah manifase kebudayaan yang terjadi dengan penguatan sekaligus dapat menunjukan sebagai suatu bentuk humanisasi manusia dalam melaui kebudayaan. Sejarah perkembangan kearifan lokal Kearifan lokal muncul karena adanya pengalaman dalam menghadapi kehidupan. Pengalaman seseorang tersebut dianggap benar sehingga menjadi kebiasaan yang terus dilakukan oleh masyarakat setempat. Selain uraian tersebut, terdapat Peraturan yang membahas mengenai kearifan lokal yaitu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2017 menyatakan “kearifan Lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat setempat antara lain untuk melindungi dan mengelola lingkungan hidup dan sumber daya alam secara lestari”. Berdasarkan pemaparan tersebut kearifan lokal memiliki nilai-nilai yang dapat dijunjung dalam kehidupan termasuk juga dalam dunia pendidikan. Pengertian Aspek aspek Ngaben
Ngaben adalah upacara pembakaran jenazah umat Hindu di Bali. Upacara ngaben merupakan suatu ritual yang dilaksanakan untuk mengembalikan roh leluhur ke tempat asalnya Ngaben dalam bahasaBali berkonotasi halus yang sering disebut palebon. Palebon berasal dari kata lebu yang artinya prathiwi atau tanah. Palebon artinya menjadikan prathiwi (abu).Untuk menjadikan tanah itu ada dua cara yaitu dengan cara membakar (ngaben) dan menanam ke dalam tanah (metanem) Sejarah dan Asal Usul Ngaben Tradisi Ngaben berasal dari konsep Hindu kuno yang menyebar ke Bali melalui pengaruh kerajaan Hindu-Jawa sekitar abad ke-9 hingga 14 Masehi. Dalam sistem kepercayaan Hindu, kematian bukanlah akhir, melainkan tahap transisi menuju kehidupan berikutnya. Bali mengadaptasi konsep ini ke dalam tradisi lokalnya, menciptakan bentuk unik dari ritual kremasi yang tidak hanya spiritual tetapi juga artistik. Antropologi melihat tradisi ini sebagai hasil interaksi antara agama Hindu dan budaya lokal Bali, mencerminkan nilai-nilai seperti harmoni sosial, penghormatan terhadap leluhur, dan kesatuan kosmologis. Bagaimana perayaan ngaben a. Upacara Bayi Lahir Upacara ini merupakan cetusan rasa bahagia dan terima kasih dari kedua orang tua atas kelahiran anaknya, walaupun disadari bahwa hal tersebut akan menambah beban baginya. Kebahagiaannya terutama disebabkan beberapa hal antara lain: •Adanya keturunan yang diharapkan akan dapat melanjutkan tugas-tugasnya terhadap leluhur dan masyarakat. • Hutang kepada orang tua terutama berupa kelahiran telah dapat dibayar. b. Upacara Tutug Kambuhan, Upacara Tutug Sambutan, Upacara Mepetik. Upacara Tutug Kambuhan (Upacara setelah bayi berumur 42 hari), merupakan upacara suci yang bertujuan untuk penyucian terhadap si bayi dan kedua orang tuanya. Penyucian kepada si Bayi dimohonkan di dapur, di sumur/tempat mengambil air dan di Merajan/Sanggah Kemulan (Tempat Suci Keluarga). Upacara Tutug Sambutan (Upacara setelah bayi berumur
105 hari), adalah upacara suci yang tujuannya untuk penyucian Jiwatman dan penyucian badan si Bayi seperti yang dialami pada waktu acara Tutug Kambuhan. Pada upacara ini nama si bayi disyahkan disertai dengan pemberian perhiasan terutama gelang, kalung/badong dan giwang/subeng, melubangi telinga. Upacara Mepetik merupakan upacara suci yang bertujuan untuk penyucian terhadap si bayi dengan acara pengguntingan/pemotongan rambut untuk pertama kalinya. Apabila keadaan ubun-ubun si bayi belum baik, maka rambut di bagian ubun-ubun tersebut dibiarkan menjadi jambot (jambul) dan akan digunting pada waktu upacara peringatan hari lahir yang pertama atau sesuai dengan keadaan. Upacara Mepetik ini adalah merupakan rangkaian dari Upacara Tutug Sambutan yang pelaksanaannya berupa 1 (satu) paket upacara dengan Upacara Tutug Sambutan. C. Upacara Perkawinan Bagi Umat Hindu upacara perkawinan mempunyai tiga arti penting yaitu: • Sebagai upacara suci yang tujuannya untuk penyucian diri kedua calon mempelai agar mendapatkan tuntunan dalam membina rumah tangga dan nantinya agar bisa mendapatkan keturunan yang baik dapat menolong meringankan derita orang tua/leluhur. • Sebagai persaksian secara lahir bathin dari seorang pria dan seorang wanita bahwa keduanya mengikatkan diri menjadi suami-istri dan segala perbuatannya menjadi tanggung jawab bersama. • Penentuan status kedua mempelai, walaupun pada dasarnya Umat Hindu menganut sistim patriahat (garis Bapak) tetapi dibolehkan pula untuk mengikuti sistim patrilinier (garis Ibu). Di Bali, apabila kawin mengikuti sistem patrilinier (garis Ibu) disebut kawin nyeburin atau nyentana, yaitu mengikuti wanita karena wanita nantinya sebagai Kepala Keluarga.Upacara Pernikahan ini dapat dilakukan di halaman Merajan/Sanggah Kemulan (Tempat Suci Keluarga) dengan tata upacara yaitu kedua mempelai mengelilingi Sanggah Kemulan (Tempat Suci Keluarga) sampai tiga kali dan dalam perjalanan mempelai perempuan membawa sok pedagangan (keranjang tempat dagangan) yang laki memikul tegen-tegenan(barang-barang yang dipikul) dan setiap kali melewati Kala Sepetan (upakara sesajen yang ditaruh di tanah) kedua mempelai menyentuhkan
Pembuatan Bade Bahan dan Peralatan Pembuatan Bade: Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan bade, yakni kayu, bambu tali, bambu santong atau bambu petung, bambu kuning, tali bambu dengan berbagai jenis dan ukuran, tali ijuk, paku dengan berbagai ukuran, papan, tripleks, kain, kertas warna warni dengan berbagai jenisnya, kertas karton, kapas, cat, dan lem. Pemilihan bambu sebagai bahan pembuat bade didasari pada kemudahan dalam pencarian/pengadaannya, murah dalam segi pembiayaan serta ringan, sehingga akan memudahkan dalam membawanya. Gambar 4.2. Bambu sebagai bahan pembuat bade Sedangkan kayu digunakan untuk membuat bale. Hal ini didasarkan pada kekuatan yang dimiliki kayu, karena di bale ini akan ditempatkan jenazah dari orang yang meninggal. Pemilihan jenis kayu dalam pembuatan bale didasarkan pada Lontar Tarupramana dan Lontar Prabu Janantaka. Untuk pembuatan bale ini diutamakan kayu yang mempunyai bunga harum, seperti misalnya kayu cempaka, tujuannya tak lain untuk menghormati orang yang meninggal.
Gambar 4.3. Kayu sebagai bahan pembuat bade Pemilihan kertas dalam pembuatan bade ini adalah untuk membuat hiasan. Dahulu sewaktu kertas belum dikenal, bahan pembuatan bade ini dibuat dari dedaunan seperti daun jati atau daun taep. Pada perkembangannya hingga saat ini, dengan adanya pemrosesan kayu yang sedikian rupa, ada yang berbentuk balok, usuk maka bahan pembuat bade yang dulunya sebagian besar terbuat dari bambu, saat ini mengalami perubahan menggunakan kayu. Hal ini didasarkan pada pertimbangan waktu yang disediakan kepada undagi dalam membuat bade. Pemakaian bambu membutuhkan waktu pengerjaan yang relatif lebih lama dibandingkan dengan menggunakan bahan kayu. Faktor waktu memegang peranan penting dalam pengerjaan sebuah bade, mengingat masyarakat Bali mempunyai perhitungan waktu tersendiri dalam menyelenggarakan sebuah kegiatan, terutama dalam penyelenggaraan upacara pitra yadnya. Selain dari pertimbangan waktu pengerjaan, hal lain yang mempengaruhi pemilihan bahan dasar pembuatan bade ini adalah permintaan dari orang yang meninggal saat masih hidup maupun permintaan dari keluarga orang yang meninggal.
Gambar 4.4. Triplek sebagai bahan pembuat bade Peralatan yang diperlukan dalam pembuatan bade termasuk sangat kompleks, karena memadukan peralatan pertukangan serta peralatan ukir. Dari segi peralatan pertukangan, alat alat yang dipakai berupa; gergaji, schaap, meteran, kapak, siku-siku, mutik, pisau besar, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk peralatan ukir terdiri dari pahat dengan beberapa jenis pahat yaitu: Pahat Kuku, Pahat lurus atau pengancap, pahat col atau penatar, pahat setengah lingkaran, dan pahat miring. Selain itu, diperlukan kelengkapan lainnya seperti; batu asah, gunting, palu, kayu, palu besi, Sikat ijuk, talenan kayu, serta peralatan menggambar untuk menggambar motif. Fun Fact tentang perayaan Ngaben Ngaben merupakan menjadi salah satu daya tarik wisata budaya yang unik. banyak wisatawan yang berkunjung hanya untuk melihat tradisi tersebut tetapi banyak orang yang mengira ngaben merupakan upacara kesedihan, ngaben adalah upacara untuk melepaskan jiwa orang yang meninggal dari ikatan duniawi.
Pendapat masing-masing: Menurut Gisseline, Sebagai seorang pelajar yang tumbuh di era digital, saya menyadari bahwa budaya Indonesia memiliki tantangan besar untuk tetap bertahan. Saya percaya bahwa untuk mempertahankan budaya, kita harus mengadaptasikannya ke dalam kehidupan modern tanpa menghilangkan esensi aslinya. Ada beberapa cara yang menurut saya efektif dalam menjaga keberlangsungan budaya Indonesia, salah satunya adalah menggunakan teknologi sebagai alat pelestarian budaya. Saya melihat bahwa generasi muda saat ini lebih banyak menghabiskan waktu di internet dan media sosial dibandingkan dengan mengenal budaya lokal mereka sendiri. Menurut survei BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2022, lebih dari 70% anak muda Indonesia lebih tertarik pada budaya populer global dibandingkan budaya daerah. Hal ini menunjukkan bahwa budaya Indonesia perlu disajikan dengan cara yang lebih menarik agar tetap relevan bagi generasi muda. Salah satu contohnya adalah dengan mendigitalisasi budaya, seperti membuat video edukatif di YouTube atau TikTok tentang tradisi seperti Ngaben. Selain itu, saya juga berpikir bahwa budaya harus diajarkan secara lebih intensif di sekolah. Saat ini, pembelajaran budaya di sekolah lebih banyak bersifat teoretis dan kurang menarik. Padahal, jika kita ingin budaya tetap bertahan, kita perlu mendekatkannya kepada generasi muda melalui pengalaman langsung. Misalnya, sekolah bisa mengadakan kunjungan ke daerah yang masih mempertahankan budaya mereka atau mengadakan program praktik budaya, seperti membuat batik atau mengikuti upacara adat. Data dari Kemendikbud (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) tahun 2023* menunjukkan bahwa siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis pengalaman lebih memahami dan menghargai budaya lokal dibandingkan dengan yang hanya belajar melalui buku teks. Selain dari aspek pendidikan, saya juga melihat bahwa pariwisata berbasis budaya bisa menjadi solusi yang efektif. Dengan mengemas budaya sebagai daya tarik wisata, kita tidak hanya melestarikannya tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal. Data dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatifmenunjukkan bahwa pada tahun 2022, sektor wisata budaya menyumbang 45% dari total kunjungan wisatawan ke Indonesia. Ini membuktikan bahwa jika budaya dikemas dengan baik, tidak hanya akan bertahan, tetapi juga bisa berkembang.
Namun, saya juga menyadari bahwa pelestarian budaya tidak cukup hanya dengan usaha masyarakat. Pemerintah perlu memberikan perlindungan hukum terhadap budaya Indonesia agar tidak punah atau diklaim oleh negara lain. Misalnya, tradisi seperti Ngaben bisa didaftarkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO, seperti yang telah dilakukan pada batik dan angklung. Saat ini, menurut data UNESCO, Indonesia memiliki 12 warisan budaya tak benda yang telah diakui, dan saya pikir jumlah ini harus terus bertambah agar budaya kita tetap diakui di dunia internasional. Sebagai generasi muda, saya merasa memiliki tanggung jawab untuk ikut serta dalam pelestarian budaya. Kita bisa memulainya dengan cara sederhana, seperti menggunakan produk budaya lokal, mempelajari sejarah daerah sendiri, serta mendukung seni dan tradisi yang ada di sekitar kita. Jika setiap individu memiliki kesadaran untuk menjaga budaya, maka budaya Indonesia tidak akan hilang, bahkan di tengah perkembangan zaman yang terus berubah. Menurut Kenathan, cara untuk mempertahankan budaya/tradisi adalah, dengan memberikan generasi baru edukasi tentang tradisi/budaya. Kita juga dapat melaksanakan tradisi tersebut seiring berjalannya waktu dan kita bisa mengajak generasi baru untuk melihat proses langsungnya pelaksanaan tradisi/budaya tersebut. Kita juga dapat mengundang mereka untuk ikut melaksanakan tradisi tersebut. Menurut Rafael, menurut saya cara mempertahankan budaya kita bisa menjalankan adat istiadat, upacara, dan kebiasaan kita juga bisa memperkenalkan budaya kepada anak-anak agar tetap lestari dengan tempat wisata wisata Menurut Reinhart, menurut saya, cara mempertahankan budaya di Indonesia adalah kita bisa memberi tahu budaya budaya kita kepada anak anak di generasi sekarang dan mengajak mereka untuk menjalankan budaya budaya tersebut agar budaya kita tidak punah dan bisa tetap bertahan. Menurut Mikael, mempelajari budaya daerah dan tidak terlalu mempelajari budaya luar sehingga budaya Indonesia tidak akan terlupakan
Kesimpulan Kearifan lokal berasal dari 2 kata kearifan (wisdown), dan lokal (lokal). secara umum lokal wisdown Kearifan lokal dapat dipahami sebagai gagasan – gagasan setempat(lokal) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh masyarakatnya. Kearifan lokal muncul karena adanya pengalaman dalam menghadapi kehidupan. Pengalaman seseorang tersebut dianggap benar sehingga menjadi kebiasaan yang terus dilakukan oleh masyarakat setempat. Ngaben adalah upacara pembakaran jenazah umat Hindu di Bali. Upacara ngaben merupakan suatu ritual yang dilaksanakan untuk mengembalikan roh leluhur ke tempat asalnya Ngaben dalam bahasa Bali berkonotasi halus yang sering disebut palebon. Tradisi Ngaben berasal dari konsep Hindu kuno yang menyebar ke Bali melalui pengaruh kerajaan Hindu-Jawa sekitar abad ke-9 hingga 14 Masehi.
Daftar Pustaka Pemerintah Kabupaten Buleleng (tanpa tahun). 10 Upacara Ngaben dalam Agama Hindu. https://kesrasetda.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/10-upacara-ngaben-dalam-agama -hindu Diakses pada 6 Maret 2025. Widiasari, N.K. (2019). Makna Simbolik Upacara Ngaben di Desa Adat Penarungan Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung. https://repo.undiksha.ac.id/913/3/1517051349-BAB%201%20PENDAHULUAN.pdf Diakses pada 6 Maret 2025. Wijaya, I.N. (2018). Ngaben: Proses dan Filosofinya dalam Masyarakat Bali. https://core.ac.uk/reader/229500520 Diakses pada 6 Maret 2025. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI (tanpa tahun). Bade dalam Prosesi Ngaben Masyarakat Bali. https://repositori.kemdikbud.go.id/30366/1/Bade%20dalam%20Prosesi%20Ngaben%20Masy arakat%20Bali%20(Fix).pdf Diakses pada 6 Maret 2025. Purnawan, I.M. (2018). Filosofi dan Nilai Budaya dalam Tradisi Ngaben di Bali. https://journal.ugm.ac.id/wisdom/article/download/33910/20262 Diakses pada 6 Maret 2025. Yunita, R. (2020). Tradisi Ngaben di Bali dan Pengaruhnya terhadap Masyarakat. https://repository.unja.ac.id/15821/3/BAB%20I.pdf Diakses pada 6 Maret 2025. Pemerintah Kabupaten Buleleng (tanpa tahun). 10 Upacara Ngaben dalam Agama Hindu. https://kesrasetda.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/10-upacara-ngaben-dalam-agama -hindu#:~:text=Ngaben%20adalah%20upacara%20pembakaran%20jenazah,prathiwi%20atau %20tanah.Palebon%20 artinya Diakses pada 6 Maret 2025.
Mala, R. (tanpa tahun). Tradisi Ngaben di Pulau Bali. https://m-kumparan-com.cdn.ampproject.org/v/s/m.kumparan.com/amp/mala-2607/tradisi-ng aben-di-pulau-bali-246NKWbSSkz?amp_gsa=1&_js_v=a9&usqp=mq331AQIUAKwAS CAAgM%3D#amp_tf=From%20%251%24s&aoh=17405444171798&referrer=https%3A%2 F%2Fwww.google.com&share=https%3A%2F%2Fkumparan.com%2Fmala-2607%2Ftra disi-ngaben-di-pulau-bali-246NKWbSSkz Diakses pada 6 Maret 2025.