The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

3 KETELADANAN NABI MUHAMMAD SAW BISA DI TERAPKAN DI NEW NORMAL

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by japranuluani, 2021-06-03 10:32:54

BERADAPTASI DIMASA NEW NORMAL

3 KETELADANAN NABI MUHAMMAD SAW BISA DI TERAPKAN DI NEW NORMAL

Keywords: TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

TUGAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
Mukmin Mukri, S.Hi, M.Sy

NAMA : JAPRAN ULUANI, S.Kom.I

SATUAN KERJA : KUA PAGAR ALAM SELATAN

KOTA : PAGAR ALAM

BERADAPTASI DIMASA NEW NORMAL DENGAN CARA 3

KETELADANAN NABI MUHAMMAD SAW

Kita berada di masa yang diistilahkan new normal. Adaptasi kenormalan baru.
Meskipun aktifitas mulai berjalan, masih banyak kendala dan keterbatasan. Sebagian
masih bekerja dari rumah (WFH, work from home), pendidikan juga diselenggarakan
dengan cara belajar dari rumah (LFH, learn from home). Pandemi memang merupakan
masa sulit.

Lalu apa yang perlu menjadi agenda khusus kita di masa sulit? Beruntunglah
kita sebagai umat Islam. Bertabur demikian banyak contoh dan keteladanan dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Termasuk bagaimana beliau menghadapi masa
sulit. Setidaknya, ada tiga amal yang kita dapatkan dari agungnya keteladanan beliau.

1. Meningkatkan iman dan kesabaran

Agenda utama kita di masa sulit, termasuk masa new normal ini, adalah meningkatkan
iman dan kesabaran. Wabah atau pandemi, yang dalam bahasa hadits disebut tha’un,
merupakan rahmat bagi orang-orang yang beriman.

‫ يَ َشاء َم ْن َعلَى َل َّلا يَ ْب َعثه َعذَا ًبا َكا َن أَنَّه‬، ‫ِل ْلم ْؤ ِم ِني َن َر ْح َم ًة َل َّلا فَ َج َعلَه‬

“Sesungguhnya ia (thaun) adalah adzab yang dikirim Allah kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. Lalu Allah menjadikannya rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
(HR. Bukhari)

Ia menjadi ujian, yang harus disikapi dengan meningkatkan iman dan
kesabaran. Dimulai dari keyakinan bahwa kita dari Allah dan akan kembali kepada-
Nya. Demikian pula segala yang kita miliki, semuanya adalah pemberian Allah. Dialah
pemilik sejati yang sewaktu-waktu bisa mengambilnya kembali.

‫ِب َش ْيء َو َل َن ْبل َو َنّك ْم‬ ‫ََوراا ْل ِججعووعَِنا ْلِإلَ َْيخ ِْهو َوِ ِفإ َنّا ِم ِل ََِّن ِل‬ ‫َو َن ْقص‬ ‫ِم َن‬ ‫ا ْْلَ ْم َوا ِل‬ ‫َوا ْْلَ ْنف ِس‬ ‫َوالثَّ َم َرا ِت‬ ‫َو َب ِّش ِر‬ ‫ال َّصابِ ِري َن‬ . ‫الَّ ِذي َن‬ ‫ِإذَا‬ ‫أَ َصابَتْه ْم‬
‫إِ ّنَا َقالوا م ِصي َبة‬

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,

kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira

kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah,
mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. (QS. Al Baqarah: 155-

156)

Termasuk di antara tanda kesabaran di masa pandemi, meyakini bahwa tidak
ada yang bisa menimpa kita kecuali apa yang ditetapkan Allah. Keyakinan ini menjadi
salah satu syarat mendapat pahala mati syahid di masa pandemi. Sebagaimana lanjutan
hadits di atas:

‫ َصا ِب ًرا َبلَ ِد ِه ِفى فَ َي ْمكث ال َّطاعون َيقَع َع ْبد ِم ْن َف َل ْي َس‬، ‫ لَه َل َّلا َكتَ َب َما ِإ َلّ ي ِصي َبه َل ْن أَ ّنَه يَ ْعلَم‬، َ‫أَ ْج ِر ِمثْل لَه َكا َن ِإ ّل‬
‫ال َّش ِهي ِد‬

“Tidak seorang pun hamba yang ditimpa thaun lalu tetap tinggal di negerinya dalam
keadaan sabar dan mengetahui tidak ada yang menimpa dirinya kecuali apa yang
ditetapkan Allah untuknya, maka baginya seperti pahala mati syahid.” (HR. Bukhari).

2. Menumbuhkan optimisme

Amal kedua yang dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di masa-
masa sulit adalah menjaga optimisme. Beliau mengajarkan sikap optimis kepada para
sahabat.

Misalnya saat terjadi perang Ahzab. Saat itu, 10.000 pasukan koalisi (ahzab) gabungan
dari kafir Quraisy, Ghatafan dan kabilah-kabilah lain hendak menyerbu Madinah.
Padahal di Madinah, jumlah seluruh laki-laki hanya ada 3.000 orang.

Maka untuk menahan laju serangan pasukan ahzab, dibuatlah parit besar (khandaq) atas
usulan Salman Al Farisi. Perang itu kemudian juga dikenal dengan nama perang
khandaq.

Masa-masa membuat khandaq adalah masa-masa sulit. Waktunya sangat
terbatas karena pasukan ahzab sudah bergerak dan mengepung Madinah. Demikian
sulitnya waktu itu, sampai-sampai tidak ada waktu sholat. Hingga pernah sholat
Zhuhur, Ashar, Maghrib dan isya’ dijamak dalam satu waktu.

Semua sahabat turut bekerja keras membangun parit pertahanan. Menggali dan
menghancurkan bebatuan. Saat menghadapi batu besar yang mereka tidak mampu
memecahkannya, para sahabat meminta bantuan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Rasulullah memang andalan dalam segala hal, termasuk kekuatan.

Maka Rasulullah memukul batu itu dengan kapak. Ketika berhasil memecahkan
sepertiganya, memancar kilatan api dan beliau mengucapkan, “Allaahu akbar! Aku
telah diberi kunci-kunci Syam. Demi Allah, sekarang saya melihat istana yang merah.”

Beliau melanjutkan dengan pukulan kedua. Keluar kilatan api saat beliau berhasil
menghancurkan sepertiga berikutnya. “Allaahu akbar! Aku telah diberi kunci-kunci
Persia. Demi Allah, saya melihat istananya yang putih.”

Beliau melanjutkan dengan pukulan kedua. Kembali keluar kilatan api saat beliau
berhasil menghancurkan batu itu. “Allaahu akbar! Aku telah diberi kunci-kunci Yaman.
Demi Allah, kulihat pintu-pintu Shan’a dari tempatku ini.”

Lihatlah bagaimana Rasulullah di masa sulit yang untuk buang air kecil saja
tidak sempat, beliau mengabarkan kemenangan demi kemenangan Islam. Lihatlah
bagaimana Rasulullah di masa sulit yang untuk sholat saja harus dijamak, beliau
mengabarkan penaklukan demi penaklukan.

Optimisme para sahabat juga bangkit. Jangka pendek, Allah memenangkan mereka di
perang Ahzab itu. Jangka panjang, Syam, Persia dan Yaman semuanya futuh. Yaman
menjadi negeri muslim dengan dai utamanya Mu’adz bin Jabal. Syam yang semula
dikuasai Romawi kemudian menjadi negeri Islam khulafaur rasyidin. Bahkan Persia
taklut dalam perang qadisiyah di masa Umar bin Khattab.

Optimisme ini harus selalu hadir. Harapan itu masih ada. Dan dua ayat dalam surat Al
Insyirah menjadi inspirasi kita.
‫ ي ْس ًرا ا ْلع ْس ِر َم َع َفإِ َّن‬. ‫ي ْس ًرا ا ْلع ْس ِر َم َع ِإ َّن‬

Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya bersama
kesulitan itu ada kemudahan. (QS. Al Insyirah: 5-6)

Optimis ini harus hadir dalam jiwa kita. Bahwa pandemi akan berlalu. Kemudahan
akan datang. Pertolongan Allah akan tiba.

3. Meningkatkan kapasitas

Amal ketiga yang dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di masa-
masa sulit adalah meningkatkan kapasitas. Kita bisa melihat saat beliau menghadapi
masa sulit di Makkah. Saat terjadinya pemboikotan.

Waktu itu, Bani Hasyim yang melindungi Rasulullah diboikot oleh kafir Quraisy.
Diliputi amarah permusuhan kepada Rasulullah dan kegeraman atas perlindungan Bani
Hasyim dan Bani Abdul Muthalib, orang-orang musyrikin Makkah berkumpul di
kediaman Bani Kinanah pada Muharram tahun ketujuh kenabian. Mereka membuat
kesepakatan bersama. Sebuah pakta perjanjian yang penuh kezaliman. Memboikot Bani
Hasyim dan Bani Abdul Muthalib.

Pakta perjanjian itu ditulis oleh Baghid bin Amir bin Hisyam pada sebuah shahifah.
Isinya adalah poin-poin sebagai berikut:

- Tidak boleh melakukan jual beli dengan Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib
- Tidak boleh menikah dengan mereka

- Tidak boleh mengunjungi, bertamu, berbicara dan berinteraksi dengan mereka
- Tidak boleh menerima perjanjian damai dengan mereka
- Tidak boleh berbelas kasihan kepada mereka

Pemboikotan membuat Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib mengalami penderitaan
yang mengenaskan. Mereka terpaksa memakan apa saja demi bertahan hidup.
Termasuk dedaunan dan kulit binatang. Pernah mereka menemukan kulit unta. Lalu
dibersihkan dan dibakar, setelah itu dilunakkan agar bisa disimpan dan dijadikan
makanan untuk tiga hari.

Dalam kondisi seperti itu, Rasulullah terus mentarbiyah para sahabat. Jadilah
kapasitas para sahabat nabi meningkat pesat. Rasulullah juga tetap melanjutkan
dakwahnya, memanfaatkan setiap waktu untuk mengajak manusia hanya beribadah
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Semestinya, masa-masa sulit saat pandemi juga kita isi dengan meningkatkan kapasitas.
Ketika kita banyak di rumah dan banyak waktu luang, pelajari hal-hal baru. Banyak
tilawah, banyak tadabbur, banyak membaca, bahkan kalau perlu ikuti pelatihan-
pelatihan online. Kelak ketika masa kembali normal dan muncul banyak peluang, kita
sudah siap menyambutnya dengan kapasitas kita.

Semoga kita semua dimudahkan Allah dan senantiasa dijaga-Nya. Menjadi hamba-Nya
yang beriman dan bertaqwa serta meningkatkan kesabaran.

Di masa pandemi ini, kita tetap optimis dan menjaga optimisme. Serta Allah
mudahkan kita untuk meningkatkan kapasitas sehingga kelak kita keluar dari masa sulit
menjadi pribadi-pribadi yang siap berkontribusi lebih untuk umat dan peradaban.

Dan semoga dengan tiga amalan tadi, Allah merahmati kita dan kelak memasukkan kita
ke dalam surga-Nya. Marilah kita berdoa dengan khusyu’ memohon pertolongan Allah
Subahanahu wa Ta’ala.


Click to View FlipBook Version