BAHAN AJAR
MATA PELAJARAN SOSIOLOGI
KD 3.1
PERMASALAHAN SOSIAL DI MASYARAKAT
FITRI RIZKIYAH, S.Pd
201900433829
PPG DALAM JABATAN – KATEGORI 2
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2022
PERMASALAHAN SOSIAL DI MASYARAKAT
A. DEFINISI PERMASALAHAN SOSIAL
Permasalahan sosial merupakan suatu gejala sosial yang terjadi dalam masyarakat yang
diakibatkan karena adanya interaksi sosial di antara para warga masyarakat dalam memenuhi
berbagai kebutuhan atau kepentingan dalam hidupnya. Sebagaimana kita ketahui bahwa interaksi
sosial dalam masyarakat dapat berlangsung secara asosiatif maupun disosiatif. interaksi sosial
yang bersifat asosiatif akan menghasilkan gejala-gejala sosial yang normal sehingga dalam
masyarakat akan terjadi keteraturan sosial, sedangkan interaksi sosial yang bersifat disosiatif akan
menghasilkan gejala-gejala abnormal atau gejala-gejala yang sifatnya patologis sehingga
masyarakat mengalami ketidakteraturan sosial dalam bentuk disorganisasi atau disintegrasi sosial.
Yang mana gejala-gejala abnormal itu terjadi karena adanya unsur-unsur dalam
masyarakat yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya sehinga menciptakan kekecewaan-
kekecewaan atau kesulitan-kesulitan yang dialami oleh para warga masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan atau kepentingan hidupnya.
Dalam kajian Sosiologi, gejala-gejala yang abnormal tersebut dinamakan dengan masalah
sosial. Sedangkan pengertian masalah itu sendiri adalah gejala-gejala yang terjadi ( das sein ) tidak
sebagaimana yang diharapkan ( das sollen ) oleh sebagian besar warga masyarakat. Dan masalah
itu disebut sosial karena berhubungan dengan hubungan di antara warga masyarakat dan
menyangkut tentang nilai-nilai sosial dan lembaga-lembaga kemasyarakatan (pranata atau institusi
sosial).
Kemudian apa perbedaan antara masalah sosial dengan perilaku menyimpang? Apakah
bunuh diri ( suicide ), perceraian, penyalahgunaan narkotika, perjudian, banyaknya gelandangan
di kota-kota besar, dan semacamnya merupakan masalah sosial? Berdasarkan nilai-nilai dan
norma-norma yang berlaku di sebagian besar warga masyarakat, perilaku-perilaku tersebut tidak
sesuai dengan nilai-nilai sosial dan melanggar norma-norma sosial. Maka gejala-gejala tersebut
dapat dikategorikan sebagai gejala-gejala yang menyimpang. Atau dengan kata lain permasalahan
sosial merupakan sebuah gejala atau fenomena yang muncul dalam realitas kehidupan
bermasyarakat. Dalam mengidentifikasi permasalahan sosial yang ada di masyarakat berbeda-
beda antara tokoh satu dengan lainnya. Sedangkan pengertian permasalahan sosial oleh beberapa
ahli adalah sebagai berikut:
1. Menurut Soerjono Soekanto, masalah sosial merupakan suatu ketidaksesuaian antara unsur-
unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial.
2. Menurut Soetomo masalah sosial adalah sebagai suatu kondisi yang tidak diinginkan oleh
sebagian besar warga masyarakat.
3. Menurut Lesli, masalah sosial sebagai suatu kondisi yang mempunyai pengaruh terhadap
kehidupansebagian besar warga masyarakat sebagai sesuatu yang tidak diinginkan atau tidak
disukai dan karena perlunya untuk diatasi atau diperbaiki.
4. Menurut Martin S. Weinberg, masalah sosial adalah situasi yang dinyatakan sebagai sesuatu
yang bertentangan dengan nilai-nilai oleh warga masyarakat yang cukup signifikan
B. Faktor Penyebab Permasalahan Sosial
1. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi merupakan salah satu penyebab terjadinya masalah sosial karena banyaknya individu
yang tidak mampu mencukupi kebutuhan dasarnya. Kemiskinan tersebut menjadikan mereka tidak
mampu memenuhi kebutuhan sandang, papan, pangan, pendidikan, dan Kesehatan. Kemiskinan tentu
tidak diharapkan terjadi, baik secara individu maupun secara kelompok. Terciptanya kemiskinan
mengisyaratkan adanya harapan (kesejahteraan dan kemakmuran) yang tercapai. Karena itu,
kemiskinan melahirkan ketidaksesuaian dengan keinginan masyarakat. Contoh: kemiskinan,
penjarahan, gizi buruk, dan pengangguran.
2. Faktor Budaya
Faktor ini ada karena adanya ketidaksesuaian antara nilai, norma, dan kepentingan sosial yang
berbenturan dengan pola masyarakat yang heterogen atau multikultur. Budaya terbentuk karena adanya
kebiasaan yang dimaklumkan, kemudian dibiarkan, lalu menjadi karakter dan kemudian membentuk
budaya. Budaya-budaya baru yang tidak sesuai dengan budaya yang sudah ada menimbulkan gejolak
di dalam masyarakat, baik gejolak itu nampak atau tidak. Gejolak tersebut menampakkan adanya
permasalahan sosial. Contoh: pergaulan bebas, tawuran, dan kenakalan remaja. Namun, budaya
masyarakat yang heterogen tidak selalu memiliki dampak negatif. Sebagian akulturasi (pencampuran
dua budaya yang bertemu dan saling mempengaruhi) memberikan dampak positif, contohnya budaya
antri, perapian tata negara, dan lain-lain.
3. Faktor Biologi
Faktor biologi dapat menjadi masalah sosial apabila terjadi ketidaksesuaian antara harapan terwujudnya
masyarakat yang sehat dengan realita keadaan yang mengganggu stabilitas kesehatan masyarakat.
Terjadinya masalah sosial akibat biologi ini bisa terjadi karena adanya penyakit menular atau minimnya
pelayanan kesehatan yang memadai. Contoh: Covid19, Flu Spanyol, dan keracunan makanan.
C. Karakteristik Permasalahan Sosial
Permasalahan sosial memiliki karakteristik agar dapat dikatakan sebagai permasalahan sosial. Di bawah
ini merupakan karakteristik permasalahan sosial
1. Terjadi Berulang Kali dan Berpotensi Berkesinambungan
Suatu masalah yang terjadi hanya satu kali dan tidak berulang akan cepat diselesaikan. Begitu
terselesaikan, keadaan masyarakat akan kembali kondusif sebagaimana sebelum adanya
masalah. Namun, jika masalah terus berulang dan terjadi dalam jangka waktu yang panjang,
ditambah lagi berkesinambungan, maka kejadian tersebut menandakan adanya permasalahan
sosial.
2. Kondisi yang Sama Dirasakan Oleh Banyak Orang
Kerisauan atau adanya perasaan tidak sreg yang dirasakan oleh banyak orang dapat menjadi
tanda-tanda adanya permasalahan sosial. Meski demikian, tidak ada batasan berapa jumlah
orang yang harus merasakan kondisi tersebut agar dapat dikatakan sebagai permasalahan sosial.
Jika suatu masalah menjadi perhatian dan pembicaraan beberapa orang karena tidak sesuai
dengan kondisi masyarakat sekitar, bisa dimasukkan ke dalam masalah sosial.
3. Kondisi Dinilai Tidak Menyenangkan
Kondisi yang baik meski sebelumnya tidak sesuai dengan nilai-nilai masyarakat sekitar tidak
dapat dikatakan sebagai suatu masalah. Misalnya di suatu daerah tidak pernah memiliki putra
daerah yang sekolah tinggi, tetapi pada satu waktu ada beberapa putra daerah yang melanjutkan
pendidikan hingga jenjang sarjana dan pasca sarjana.Beberapa tahun kemudian hal ini menular
ke anak-anak muda angkatan di bawahnya. Hal seperti ini tidak dapat dikatakan sebagai
masalah sosial karena memiliki dampak positif.
Yang bisa dikatakan sebagai permasalahan sosial adalah kondisi yang tidak menyenangkan. Kondisi
tersebut tentunya dapat mempengaruhi hidup banyak orang dan menyebabkan terjadinya bahaya. Pesta
minuman keras dan narkoba dapat menjadi contoh kondisi yang tidak menyenangkan.
4. Kondisi yang Menyebabkan Adanya Perpecahan
Sebuah masalah yang menyebabkan runtuhnya persatuan dan kesatuan dapat dikatakan sebagai masalah
sosial. Karena adanya masalah tersebut, perpecahan sangat rawan terjadi.Misalnya, ada seseorang yang
menginginkan adanya perang saudara tanpa sebab yang jelas, tentu hal ini menjadi permasalahan sosial.
Sebab perang saudara dapat merusak tatanan sosial yang telah dibangun dan menyebabkan perpecahan.
5. Masalah Harus Diselesaikan Secara Proaktif dan Kolektif
Masalah individual berbeda dengan masalah sosial. Masalah individu bisa diselesaikan seorang diri,
sementara masalah sosial harus diselesaikan secara kolektif bersama anggota masyarakat lainnya
dengan cara rekayasa sosial seperti aksi sosial, kebijakan sosial, perencanaan sosial, atau sanksi sosial.
D. TEORI-TEORI PERMASALAHAN SOSIAL
Teori Fungsionalis
Teori ini mengemukakan bahwa semua bagian di masyarakat mempunyai fungsinya masing-
masing dalam masyarakat tersebut. Semua bagian masyarakat ini saling bekerjasama untuk membangun
tatanan sosial yang stabil dan harmonis. Jika terdapat Satu elemen dari masyarakatnya tidak
memfungsikan tugasnya dengan baik, maka dapat menimbulkan ketidakteraturan di sebuah keadaan
sosial. Pada akhirnya ketidakteraturan itu menimbulkan suatu bentuk masalah sosial.
Berdasarkan teori fungsional ini, ada dua pandangan tentang masalah sosial. Kedua pandangan
tersebut adalah patologi sosial dan disorganisasi sosial. Dalam patologi sosial, permasalahan sosial
diibaratkan sebagai penyakit dalam diri manusia. Penyakit yang timbul tersebut, penyebabnya ialah
salah satu bagian tubuh tidak mampu bekerja dengan baik sesuai dengan fungsinya.
Dalam teori fungsionalis, pelaku kriminal termasuk dalam penyakit sosial yang merusak tatanan fungsi
sosial di masyarakat yang stabil. Penyakit sosial seperti kriminalitas, kekerasan, dan kenakalan remaja
tumbuh dalam masyarakat karena peran-peran sosial seperti institusi keluarga, agama, ekonomi dan
politik sudah tidak berfungsi maksimal dalam mensosialisasikan nilai dan norma yang baik. Sedangkan
menurut pandangan disorganisasi sosial, masalah sosial bersumber dari perubahan sosial yang cepat,
yang kemudian mempengaruhi norma sosial.
Teori Konflik
Menurut teori ini, masalah sosial muncul dari berbagai macam konflik sosial, yaitu konflik
kelas, konflik etnis dan konflik gender. Ada dua perspektif dalam teori konflik, yaitu teori
Marxis dan teori Non-Marxis. Teori Marxis terjadi karena adanya ketidaksetaraan dalam kelas sosial.
Oleh karena itu, Teori Marxis muncul untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul akibat
ketidaksetaraan tersebut. Berbeda dengan Teori Marxis, teori Non-Marxis berfokus pada konflik
antarkelompok sosial di masyarakat. Konflik tersebut disebabkan oleh kepentingan yang berbeda antara
satu kelompok dengan yang lain.
Teori Interaksi Simbolik mengemukakan bahwa setiap orang bertindak berdasarkan makna
simbolik yang muncul dalam sebuah situasi tertentu. Ada dua paham dalam teori ini yang mengkaji
tentang masalah sosial. Teori pertama adalah teori pelabelan (labelling theory). Menurut teori
pelabelan, sebuah kondisi sosial di dalam masyarakat dikatakan bermasalah karena kondisi tersebut
sudah dianggap sebagai suatu masalah. Teori kedua adalah teori konstruksionisme sosial.
Berdasarkan teori konstruksionisme sosial, masalah sosial merupakan hasil konstruksi manusia, yang
disebabkan oleh interaksi intens individu dengan orang-orang yang mendefinisikan hal-hal
menyimpang sebagai suatu hal yang biasa atau bahkan positif.