The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

2-Kelompok Preferensi-2-implementasi UAP

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by niussj, 2021-11-09 03:51:17

2-Kelompok Preferensi-2-implementasi UAP

2-Kelompok Preferensi-2-implementasi UAP

PREFERENSI 2:
BERJALAN BERSAMA KAUM MISKIN

Percakapan Tiga putaran kelompok implementasi UAP

Daftar Isi:
Anggota kelompok … 2
Langkah-Langkah Percakapan Rohani Tiga Putaran:

• A. Persiapan … 3
• B. Panduan Percakapan Rohani Tiga Putaran … 4

o Putaran Pertama … 4
o Putaran Kedua: Sharing Reflekstif … 5
o Putaran Ketiga: Konsensus … 5
o Doa Syukur … 6
o Pertanyaan Reflektif … 6
o Langkah-langkah Percakapan Rohani … 6
Bahan Pendalaman Implementasi UAP:
• Refleksi Personal sebagai Pribadi … 7
• Refleksi Personal sebagai bagian dari KBKL … 18
• Refleksi Personal sebagai bagian dari lembaga … 26
Notula Sharing Percakapan Tiga Putaran … 34
• Notula Putaran Pertama … 34
• Notula Putaran Kedua … 36
• Notula Putaran Ketiga … 38

8 Anggota kelompok Preferensi 2:

1. P. A. Vico Christiawan, S.J., M.Hum.
2. Christina Setyadewi Mustikarini
3. Daniel Joko Susetyantoro
4. Ediana Prima Widiyaningrum
5. Etik Mahareni D.P
6. Maria Susana Widyaningsih
7. Prisca Anindya Dewi
8. YB. Ardy Widyanto

Kelompok Preferensi 2: Berjalan Bersama Kaum Miskin 2

LANGKAH-LANGKAH
PERCAKAPAN ROHANI TIGA PUTARAN

A. PERSIAPAN

1. Setiap anggota kelompok membaca Bahan Pendalaman Implementasi UAP
(hlm. 7-33)
a. Pembacaan dilakukan secara mandiri dan tenang (tidak terburu-buru).
Luangkanlah waktu untuk membaca.
b. Setiap anggota menyiapkan buku catatan pribadi untuk mencatat kata,
kalimat, bagian yang dirasa menyentuh, mengena, menarik, inspiratif;
c. Bila ada beberapa kata, kalimat, bagian yang dirasa menyentuh, mengena,
menarik, inspiratif, tentukan maksimum tiga prioritas kata, kalimat, bagian
untuk disharingkan.

2. Fasilitator kelompok (nama yang dicetak tebal) bertugas:

a. membuat link di google meeting atau zoom meeting bila pertemuan

dilaksanakan secara daring;

b. mengumpulkan anggota kelompoknya untuk menentukan jadwal

pertemuan pertama;

c. menentukan PIC Notula (PIC yang mencatat sharing tiap anggota kelompok

percakapan tiga putaran);

d. menentukan jadwal percakapan rohani tiga putaran;

e. mengatur jalannya proses percakapan tiga putaran hingga sampai pada

penyusunan bundling/kesimpulan/rekomendasi di putaran ketiga;

f. menyerahkan kepada Pater Kepala Sekolah

bundling/kesimpulan/rekomendasi sebagai bahan penyusunan rencana

strategis Yayasan Loyola.

Kelompok Preferensi 2: Berjalan Bersama Kaum Miskin 3

B. PANDUAN PERCAKAPAN ROHANI TIGA PUTARAN

Percakapan rohani adalah berbagi pengalaman tentang buah-buah
doa/bacaan rohani pribadi dan mendengarkan pengalaman refleksi dari anggota
lainnya dalam kelompok.

“Apa yang akan kita bagikan dalam percakapan rohani
kelompok adalah pengalaman rohani. Percakapan rohani ini
adalah cara menemukan Tuhan dalam pengalaman-
pengalaman tersebut dengan memperhatikan gerakan-
gerakan emosi kita, kehendak dan mimpi atau harapan kita”
(Luz Marina Diaz, PhD).

Putaran Pertama

Percakapan rohani dalam putaran pertama ini, kita diajak untuk berbagi
pengalaman rohani dalam kelompok dengan pertanyaan-pertanyaan refleksi, doa
dan pendalaman (bacaan) rohani pribadi. Setiap orang diberi waktu 5 – 10 menit
untuk membagikan pengalamannya dan perlu ditunjuk orang yang menjaga
waktu dan mengingatkan setiap pembicara. Pembicaraan hendaknya langsung
pada inti masalahnya dan dirumuskan secara singkat, padat dan jelas.

Langkah-Langkah:
1. Setiap orang akan berbicara gerakan-gerakan batin apa yang muncul dalam

doa/refleksi pribadi dan masing-masing akan diberi waktu sekitar 5-10 menit
untuk berbicara;
2. Dengarkan orang yang berbicara – jangan memikirkan apa yang akan Anda
sharingkan untuk giliran Anda.
3. Buka hati dan pikiran pada orang yang sedang berbicara; pahami dari
perspektif orang yang sedang berbicara.
4. Setiap selesai orang berbicara, ciptakan hening sekitar 30 detik untuk
mengingat-ingat lagi apa yang baru saja disharingkan. Setelah itu bisa
dilanjutkan dengan giliran orang lain untuk berbicara.
5. Fasilitator kelompok menunjuk seseorang untuk memulai sharing, lalu
dilanjutkan dengan orang lain secara berurutan. Setiap kali orang selesai
bicara, berikan waktu
hening sekitar 30 detik dan setelah semua orang berbicara, hening beberapa
menit untuk mengingat-ingat kembali dan merangkum
kecenderungan/gerakan umum apa yang telah disharingkan.

Catatan yang perlu diperhatikan dalam sharing pengalaman ini pada Putaran
Pertama ini.

Sharing pribadi:
1. Semua harus mendengarkan secara aktif dan penuh perhatian,
2. Mendengarkan orang lain tanpa memberi penilaian (judgment),
3. Memperhatikan tidak hanya apa yang dikatakan tetapi juga nada/intonasi

bicara dan perasaan orang yang sedang berbicara,
4. Hindari godaan untuk mempersiapkan diri bahan sharing pribadi Anda sendiri

ketika orang lain sedang berbicara.

Kelompok Preferensi 2: Berjalan Bersama Kaum Miskin 4

Berbicara intensional:
1. Ungkapkan pengalaman, pemikiran, perasaan Anda sejelas mungkin,
2. Dengarkan secara aktif (perhatikan) pikiran dan perasaan Anda sendiri ketika

berbicara,
3. Pantau kecenderungan mementingkan diri Anda sendiri ketika berbicara.

Putaran Kedua: Sharing Reflektif

Mendengarkan (mengacu pada Sharing Putaran Pertama)
1. Apakah Anda tersentuh secara khusus dengan apa yang disharingkan dalam

Putaran Pertama? Apa yang mengesan dari sharing Putaran Pertama?
2. Tema atau isu umum mana saja yang banyak disharingkan dan yang

menyentuh/menggerakkan hati Anda?
3. Adakah sesuatu yang Anda harapkan muncul namun tidak Anda dengarkan

dalam sharing pada Putaran Pertama?

Perasaan/Gerakan Batin – Feeling/sensing:
Sharing dalam Putaran Kedua ini akan melahirkan kesadaran setiap anggota
sebagai kelompok. Di sinilah tanda-tanda Roh yang berkarya dalam kelompok
mulai terwujud, dan percakapan mulai mengarah pada kualitas penegasan Roh
bersama.

Dalam Putaran Kedua ini, Anda bisa berbicara secara spontan sesuai dengan
dorongan batin Anda. Dalam putaran kedua ini bicaranya singkat. Di sini bukan
bicara tentang apa yang lupa dikatakan dalam putaran pertama, bukan juga
untuk berargumentasi atau membantah sharing orang lain, namun bicara untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan reflektif sebagai berikut:
1. Di mana Anda mengalami adanya harmoni atau disharmoni ketika

mendengarkan sharing dari orang lain? Mengapa Anda merasa demikian?
2. Emosi atau perasaan-perasaan apa yang sedang Anda rasakan sekarang?

Apa arti/makna dari perasaan-perasaan ini menurut Anda?
3. Apakah ada hal-hal yang sama/mirip/sesuai yang Anda sharingkan dengan

yang disharingkan anggota kelompok lain?
4. Ide-ide atau inspirasi apa saja yang muncul dalam diri Anda dalam Putaran

Kedua ini?

Putaran Ketiga: Diskusi dan Konsensus

1. Gerakan-gerakan Roh semacam apa yang Anda kenali dari sharing Putaran
Pertama dan Kedua di atas?

2. Apakah muncul hal-hal yang perlu disepakati bersama?
3. Langkah-langkah atau rencana ke depan apa yang menurut Anda perlu

diambil bersama?

Kelompok Preferensi 2: Berjalan Bersama Kaum Miskin 5

Doa Ucapan Syukur

Untuk menutup proses, setiap orang berdoa secara spontan untuk
mengungkapkan rasa syukur dengan satu kata atau kalimat singkat.

Pertanyaan Reflektif untuk mempertajam bahan pendalaman implementasi UAP:

Bagaimanakah hidup kita, komunitas kita, dan lembaga kita
peduli kepada mereka yang miskin, yang rentan, dan yang
tersingkir?

Catatan:
1. Yang dimaksudkan yang miskin, yang rentan, dan yang tersingkir di sini
adalah barangkali keluarga kita, saudara kita, tetangga kita, rekan kerja
kita, komunitas kita, siswa kita yang rentan dan orang tuanya, para alumni,
orang-orang yang bekerja sama dengan kita, dan masyarakat kita.
2. Kata tanya “Bagaimana” mengundang kita untuk memikirkan,
mengimajinasikan, membayangkan cara-cara dan sarana-sarana yang
mampu membawa kita peduli pada mereka yang miskin, yang rentan, dan
yang tersingkir.

Langkah-Langkah Percakapan Rohani Tiga Putaran

1. Mohon Rahmat: Mohon keterbukaan budi dan hati, kerendahan hati, dan
kebesaran jiwa dalam membagikan pengalaman pribadi, mendengarkan
sharing orang lain dalam kelompok, dan mampu mendengarkan Roh Allah
yang berbicara melalui budi, hati, dan melalui orang lain.

2. Membagikan pengalaman pribadi terkait teks bahan pendalaman
implementasi UAP dan pertanyaan reflektif. Yang lain mendengarkan
secara atentif (Putaran Pertama)

3. Menanggapi sharing anggota kelompok lain yang menyentuh dan
menggerakkan batin (Putaran Kedua)

4. Bersama anggota kelompok lain mencermati gerakan-gerakan Roh yang
sama-sama dirasakan anggota kelompok, merumuskan hal-hal yang perlu
disepakati bersama, membuat rekomendasi yang menurut Anda perlu
diambil bersama (Putaran Ketiga)

5. Berdoa secara spontan untuk mensyukuri proses percakapan rohani tiga
putaran.

Kelompok Preferensi 2: Berjalan Bersama Kaum Miskin 6

BAHAN PENDALAMAN IMPLEMENTASI UAP

1. Sebagai Pribadi, sejauh yang Saudara pahami dan alami, bagaimanakah
perjumpaan Saudara dengan mereka yang miskin, yang rentan, yang tersingkir
secara konkret, entah keluarga, saudara, tetangga, siswa, orang tua, kolega, atau
siapa saja mengubah dan mengundang Saudara untuk turut memperjuangkan
pemulihan martabat mereka?

Secara pribadi jika di sekolah yang sy lakukan adalah mencoba memberi pendampingan
lebih ke siswa yang lemah dalam pelajaran. Lalu dalam kegiatan Gereja, sy diminta untuk
terlibat dalam dewan stasi bagian pelayanan masyarakat, dan kegiatan lainnya. Dari hal
ini pemahaman saya adalah bagaimana sy dapat berbagi rahmat kepada sesama sy
khususnya yang membutuhkan sehingga mereka juga merasakan kehadiran Tuhan
dalam hidup mereka, bisa dalam hal berbagi kemampuan (knowledge), finansial, dll. Atau
dalam banyak kesempatan sy juga mendapatkan rahmat dari mereka lewat sharing
pengalaman hidup, sharing kemampuan yang sy tidak miliki, dll.

Miskin dalam hal ini saya tangkap adalah kemiskinan lebih luas, tidak hanya secara fisik
namun kemiskinan ilmu/pengetahuan. Dengan memberikan waktu untuk tutorial, remedial
itu salah satu tindakan konkret perhatian pada kaum yang lemah.

Perjumpaan sehari-hari dengan orang sekitar, saya membantu sebisa dan semampunya,
dengan menilai orang yang dibantu apakah mempunyai kemauan untuk berubah menjadi
lebih baik atau memang kondisinya sudah seperti itu dan sulit untuk berubah karena
sudah usia dan mengalami cacat fisik, yang saya lakukan dengan komunitas yaitu
memberikan bantuan berupa pakaian pantas pakai, sumbangan, dan saluran pekerjaan
bila ada yang cocok untuk mereka yang LMTD.

Secara pribadi, saya agak banyak bertemu dengan mereka yang 'tersingkirkan' secara
sosial (karena secara pribadi adalah introvert), rentan secara emosional (karena
permasalahan rumah tangga/ relasi), maupun kurangnya cinta dan perhatian dari
keluarga (karena orang tua sibuk mencari nafkah). Apa yang waktu itu bisa saya lakukan
(usahakan) bagi mereka adalah hadir atau menyediakan diri dan waktu bagi mereka
(untuk dapat bercerita, berkeluh-kesah, berbagi pengalaman hidup-segala suka-duka
mereka). Sekedar mendengarkan cerita ataupun menemani mereka beraktivitas -->
means a lot for them.

Saling berbagi, memberi bantuan ke panti asuhan

Perjumpaan saya dengan mereka saat saya benar-benar terbuka mata hati dan pikiran
bahwa saya harus selalu bersyukur atas smua yang Tuhan berikan.

Saya dilahirkan dari ayah yang juga seorang KEKL. Pendidikan dalam keluarga kami
sejak kami kecil, selalu diarahkan untuk menghargai orang lain. Karena ibu sudah
meninggal sejak saya kelas 2 SD, maka pendidikan karakter saya pahami dari ayah.
Meskipun pernah di suatu saat ayah mencapai posisi yang tinggi dalam pekerjaan, tapi
saya melihat sendiri bagaimana ayah memperlakukan orang lain, bagaimana beliau
menghargai orang lain.
Sebagai guru, implementasi "KEADILAN" adalah yang sangat saya perjuangkan. Saya
akan sangat menghargai anak anak yang tidak les namun memiliki kemauan kuat untuk
berkembang, terutama dalam pelajaran saya. Saya tidak akan segan membantu anak
anak melalui tutor / LONI dsb. Dan untuk menegakkan keadilan tersebut, sama sekali
saya tidak mentolerir praktek ketidak jujuran.

menurut saya secara pribadi ketika saya ditunjuk sebagai wali kelas saya dituntut secara
tidak langsung untuk mengenal kepribadian anak dan latar belakang dari anak perwalian
saya, disini, saya berusaha memberikan yg terbaik dengan tanggung jawab yang sudah

Kelompok Preferensi 2: Berjalan Bersama Kaum Miskin 7

diberikan kepada saya.
dan saya berusaha lebih mengenal tentang kepribadian dengan anak, dengan
melakukan obrolan secara personal.

Saya selalu menaruh iba terhadap mereka yang menderita, namun saat akan membantu
mereka saya selalu merasa takut akan keterbatasan saya, apa yang harus saya katakan
pada mereka jika saya sudah sampai batas tidak bisa membantu mereka lagi. Seperti
kalau mengelola rumah sakit, apa yang harus dilakukan saat rumah sakit memang sudah
penuh sedangkan pasien yang datang masih banyak.

Saya selalu peduli dan iba terhadap mereka yang miskin, yang rentan dan tersingkir.
selama ini memang saya hanya bisa membantu secara ekonomi dengan memberi
mereka sejumlah bahan sembako atau uang, dan saya ikut gerakan G-1000 yang
sasarannya membantu kaum duafa. saya merasa belum bisa ikut memperjuangkan
pemulihan martabat mereka

Mereka yang lemah dan tersingkir, bahkan difabel malah saya jumpai dalam aktivitas
saya di luar kegiatan sekolah. Sampai hari ini saya masih anggota relawan Lembaga
Pendamping Usaha Buruh Tani Nelayan (LPUBTN) Keuskupan Agung Semarang. Dari
lembaga inilah saya belajar menemukan Tuhan dalam kehadiran mereka yang di posisi
rentan ini.

Tidak meremehkan.

Selalu menghargai martabat seseorang tanpa melihat backgroundnya. Setiap individu
merupakan makhluk Tuhan yang mulia

Sejak remaja, saya sudah memiliki ketertarikan yang besar dengan kegiatan-kegiatan
yang bersifat "sukarela". Bahkan saya pernah bercita-cita kelak saya akan mengabdikan
diri menjadi seorang sukarelawan. Apa yang mendorong saya melakukan itu, saya tidak
tahu pasti, yang jelas saya merasa gampang tersentuh dengan keadaan orang-orang
miskin di sekitar saya. Suatu saat, saya melihat salah satu kerabat dari mama yang
hidupnya "paling miskin". Rumahnya di salah satu desa di Tawangmangu. Rumahnya
kecil, dihuni oleh 6 orang. Hanya ada 1 kamar tidur, dapur plus kamar mandi, dan kamar
tamu. Melihat kondisi seperti itu, saya berinisiatif menggalang dana untuk memperbaiki
rumah saudara saya tersebut. Saya mengutarakan maksud tersebut dalam
"trah"keluarga mama. Dan ternyata hal itu disambut baik oleh semua orang hingga dapat
mengumpulkan dana sebesar 123 juta rupiah. Lalu, uang tersebut digunakan untuk
merenovasi rumah dan sekarang sudah lebih layak huni.

Dalam kondisi pandemi Covid, banyak teman guru dan karyawan yang keluarganya
terkonfirmasi positif. Kesulitan selama isolasi mandiri ini dibantu supaya bisa menjalani
kehidupan selama isolasi dan bertahan untuk kembali sembuh. Lingkungan dan tetangga
yang juga mengalami kesulitan selama pandemi juga dibantu supaya kehidupan
ekonominya juga tetap bisa bertahan.

Banyak sekali saudara-saudara di sekitar kita yang membutuhkan per-HATI-an.
Tanggung jawab ini yang selalu saya usahakan untuk selalu terjadi setiap saat baik saya
sebagai pribadi, kepala keluarga, dan guru di sekolah. Perlakuan adil sudah menjadi
bagian utama dalam perlakuan hidup yang sederhana, syukur-syukur lebih daripada itu.
Semua ini didasari oleh kebutuhan saya untuk diperlakukan adil dan perhatian.

Sejauh ini saya berusaha peduli dengan orang sekitar saya, terutama yang terpapar
covid dengan memberikan bantuan baik doa, semangat, maupun materi.

Saya merasa belum ambil bagian dalam hal ini.

Kelompok Preferensi 2: Berjalan Bersama Kaum Miskin 8

Perjumpaan dengan kaum miskin dan rentan bagi saya sangat membuat saya menjadi
pribadi yang mudah berempati dan ingin melakukan sesuatu hal yang bermanfaat bagi
mereka.

Saya menjumpai mereka yang jatuh bangun dalam mengupayakan penghidupan mereka.
Akan tetapi ketika ada guru LC hadir menolong beberapa guru yang lain merasa bahwa
ada peraturan yang dilanggar sehingga perlu diperingatkan. Peraturan dihadirkan
sebagai hukum yang kaku dan keras dan tanpa belas kasih padahal orang tersebut
memang butuh pertolongan. Saya tergerak oleh karena kesamaan nasib. Sebisa
mungkin hadir untuk ringan tangan dengan segenap keterbatasan saya.

Berusaha membantu mereka dgn kemampuan yg saya miliki pada mereka yg
membutuhkan bantuan. Mungkin tidak hanya dari segi material, tp mendengarkan
keluhan mereka sdh menjadikan mereka lega krn ada yg diajak bicara ber

Sebagai pribadi, saya berusaha untuk tidak membedakan si kaya dan si miskin, yang
kuat dan yang lemah, yang berkuasa dan yang tertindas. Saya biasanya cenderung
berpihak pada yang lemah dan miskin yang biasanya "dikalahkan" dalam berbagai hal.

perjumpaan dengan siswa yang kurang mampu adalah hal yang sangat menyedihkan
dan membuat saya tersadar bahwa di luar sana banyak siswa kita yang bukan berasal
dari kalangan menengah ke atas. sebagai guru, saya sadar bahwa tugas utama tidak
hanya mengajar materi di kelas, namun bagaimana menemani dan memperjuangkan
mereka (Being a Voice for the Voiceless').

Perjumpaan saya dgn org yg kekurangan selalu menggerakkan hati sya utk membantu
semampunya walaupun terkadang saya mempunyai keterbatasan dalam hal ekonomi
stidaknya bisa membantu dlm hal tenaga

secara pribadi sudah rutin dijalankan dg aksi sosial di keluarga,di masyarakat,gereja dan
linkungan marginal

Membantu dengan tulus ikhlas sesuai kemampuan

kita sebaiknya sering memberikan bantuan jika kita mampu untuk melakukannya

Biasanya saya membatu membagi makanan di tempat2 khusus dan beberapa tukang
becak dll setiap bulan, beli barang orang (tukang jualan keliling, kerupuk) walaupun tidak
membutuhkan. Membantu sebisa mungkin tetangga yang membutuhkan. Sejauh bisa
dan bermanfaat

Memberikan dukungan bagi anak perwalian yg kebetulan berkekurangan dengan
menyisihkan sebagian kuota untuk mereka.

Sejauh yang saya pahami, sekolah ini memiliki program kegiatan Live In dan Ekskursi,
dimana perjumpaan para siswa, guru dan KBKL dengan mereka yang miskin, rentan dan
tersingkir secara konkret. Namun demikian, kami sadar bahwa sekolah ini adalah
lembaga pendidikan dan bukan lembaga sosial, sehingga kegiatan Live In dan Ekskursi
tersebut hanya sebatas siswa mengalami perasaan seperti yang dirasakan oleh saudara
mereka yang miskin, rentan dan tersingkir. Mengalami perasaan yang sama kemudian
mengambil nilai kehidupan dari pengalaman tersebut, untuk menjadi bekal mereka di
masa depan. Semoga mereka dapat memberikan sumbangsih yang lebih besar saat
mereka sukses nantinya.

Perjumpaan dengan saudara-saudara yang miskin, bisa terjadi karena memang kondisi
ekonomi seperti KKL yang tidak dapat melakukan LOC dengan maksimal karena
ketidakmampuan membeli device atau kuota, atau anak-anak diluar Loyola yang
kesulitan membiayai pendidikan mereka. Menjawab keprihatian-keprihatinan ekonomi
saya mencoba terlibat dengan meminjamkan laptop saya selama 2 semester kepada
KKL, juga membantu beberapa anak kurang mampu dengan beasiswa. Situasi

Kelompok Preferensi 2: Berjalan Bersama Kaum Miskin 9

keterbatasan usia atau kesehatan juga membuat orang merasa tersingkir dan semakin
terpuruk. Maka saya selalu meluangkan setiap minggu pagi samapai siang untuk
mengunjungi beberapa keluarga di lingkungan yang sudah sepuh, untuk mendoakan
mereka dan menyapa mereka. Mereka yang sepuh ini sangat bahagia dengan sebuah
kunjungan. Sebenarnya semua peristiwa pelayanan terhadap mereka yang miskin, atau
pun mengalami keterbatasan, sebagai sarana yang dipakai Tuhan untuk menunjukkan
betapa hidup saya adalah sebuah rahmat yang harus selalu saya syukuri. meski yang
saya berikan itu bukan istimewa, tetapi ada suka cita di sana.

1. Saya belajar untuk bersedekah entah dengan cara donasi ketika belanja di
supermarket, bertemu dengan pengemis ketika makan di warung makan, berbagi
makanan dengan tukang becak atau tukang sampah. Kadang saya tergelitik untuk
berpikir: "benarkah mereka membutuhkan bantuan saya? atau sebenarnya mereka
hanya berpura-pura?". Namun saya selalu mengganti pikiran itu dengan: "saya berbagi
karena keinginan saya jika mereka menolak atau ternyata hanya berpura-pura itu urusan
pribadi mereka".
2. Saya juga berusaha untuk menghargai martabat setiap individu. Entah sosok ini
dikucilkan atau dipuja, saya berusaha untuk siap membantu ketika dibutuhkan.

Saya mencoba berkomitmen setiap satu tahun sekali di hari natal meberikan sembako

bagi tetangga saya di Desa. awal mula komitmen saya di tahun 2016 ketika saya masih
kuliah, saya melihat anak - anak semangat ke gereja dan sekolah minggu, awal dari situ

saya mencoba menabung dan memberikan sedikit rejeki yang saya miliki untuk anak -
anak kecil itu dengan membelikan buku dan bingkisan snek. di tahun selanjutnya saya

mencoba mengumpulkan sedikit rejeki saya untuk sembako bagi warga gereja, dan Puji
Tuhan sampai tahun ini Tuhan kasi rejeki ke saya untuk berbagi dengan tetangga saya

didesa, anak yatim/piatu dan juga lansia di desa saya, walaupun jumlahnya belum bisa
banyak, tapi saya bersyukur Tuhan memberi saya kesempatan untuk berbagi dengan

mereka yang membutuhkan.

Jika mengingat perjumpaan dengan orang yang tidak mampu secara finansial, saya
langsung teringat pada diri saya, yang masa kecilnya tidak bisa merasakan menjadi

anak-anak lain yang tidak kesusahan untuk makan sehari-hari. Ketika saya diajak
mengunjungi panti asuhan, disana saya menangis. Saya melihat sendiri bagaimana

beruntungnya saya masih memiliki keluarga yang utuh. Bayangkan anak-anak sekecil itu
harus tinggal di panti, tanpa tahu bagaimana rupa orangtua aslinya. Itulah mengapa saya

paling tidak tega melihat ada anak kecil yang harus berjualan hingga larut, meminta-
minta, bahkan menjadi korban kekerasan di keluarganya. Bagi saya, anak-anak adalah

anugerah, maka dari itu saya selalu memberi perhatian khusus pada anak-anak yang
tinggal di panti asuhan dengan mengikuti donasi atau penggalangan dana.

Tidak cukup banyak hal yang saya lakukan di bidang ini. Beberapa hal yang saya

lakukan untuk meringankan beban orang-orang sekitar maupun dimana saja mereka
berada adalah dengan berdonasi lewat platform amal online seperti kitabisa.com, ikut

meringankan beban rekan kerja yang terdampak pandemi bersama "jogo konco", dan
juga berpartisipasi dalam program amal KKL dengan pembelian merchandise.

Tidak cukup banyak hal yang saya lakukan di bidang ini. Beberapa hal yang saya
lakukan untuk meringankan beban orang-orang sekitar maupun dimana saja mereka

berada adalah dengan berdonasi lewat platform amal online seperti kitabisa.com, ikut
meringankan beban rekan kerja yang terdampak pandemi bersama "jogo konco", dan

juga berpartisipasi dalam program amal KKL dengan pembelian merchandise.

Belakangan ini saya sedang mempelajari secara nyata dalam hidup saya bagaimana
caranya bersyukur tentang apa yang Tuhan sudah berikan dalam hidup saya. Contohnya

nikmat berkeluarga, nikmat memiliki pekerjaan dan penghasilan, nikmat sempat memiliki

Kelompok Preferensi 2: Berjalan Bersama Kaum Miskin 10

momongan. Disitu hati saya merasa semakin dibentuk Tuhan bahwa saya harus selalu
bersyukur dengan apa yang saya miliki karena tidak semua orang itu memiliki apa yang
saya miliki. Maka dari itu ketika saya melihat orang-orang yang mungkin secara
pendidikan atau dalam hal yang lain yang kurang beruntung dari saya, saya belajar untuk
tetap bersyukur dengan apa yang saya miliki dan saya mencoba untuk selalu berbagi
dengan orang lain. Walaupun apa yang saya bagikan mungkin belum begitu bermanfaat
untuk orang tersebut tetapi saya membiasakan diri saya untuk berbagi apabila memiliki
sesuatu yang lebih yang bisa saya bagikan, contohnya makan, uang, barang, dll. Dan
terkadang saya juga merasa harus membantu atau mendukung orang-orang lain seperti
yang orang lain pernah lakukan kepada saya saat saya berada dalam keadaan yang
sulit.

Saya pernah mengalami dan saya memiliki saudara, tetangga, dan siswa yang
berkekurangan secara ekonomi. Pengalaman saya dan perjumpaan saya dengan
mereka, membuat saya menyadari bahwa pemeliharaan Allah selalu ada dan rejeki
selalu disampaikan kepada saya dan mereka tepat pada waktunya, asalkan mau
berusaha. Ketika saya menjumpai mereka yang berkekurangan, saya akan membantu
mereka semampu saya, baik dari segi finansial maupun moral. Saya juga akan berdoa
bagi mereka, supaya mereka mampu menemukan jalan rejekinya dan mau berusaha
keras untuk memperolehnya. Saya yang sekarang sudah bekerja memiliki tangan yang
lebih ringan untuk membantu mereka karena teladan yang diberikan saya oleh
seseorang yang sangat saya kagumi, yang kepada adik saya saja beliau sangat suka
memberi, padahal kami tidak memiliki ikatan keluarga. Ekspresinya begitu penuh
kebahagiaan, di momen ketika beliau membagikan rejeki dan selalu berkata kepada adik
saya bahwa, 'karena kamu laki-laki, saya beri lebih daripada kakakmu'.
Perjumpaan saya dengan mereka yang rentan, saya temui pada nenek saya. Beliau
sudah pikun dan sering kebingungan. Di hari-hari libur, saya selalu menyempatkan
menemani beliau walaupun terkadang lelah karena sering ditanya pertanyaan yang sama
dan terkadang ngeyel ketika sudah dijawab. Namun saya ingat betapa beliau mengasihi
saya sejak saya masih kecil hingga sekarang. Beliaulah yang mengasuh dan mendidik
saya, selain kedua orang tua saya. Oleh karena itu, betapa lelah dan mungkin jengkelnya
saya, saya selalu berusaha untuk menemani dan saya suka untuk mentraktir nenek saya
minuman dan makanan yang beliau sukai dan inginkan.
Saya jarang berjumpaa dan berinteraksi langsung dengan merasa tersingkir. Mungkin hal
ini disebabkan karena saya tumbuh dan ada di lingkungan yang baik. Saya juga selalu
berpikir positif pada semua orang, walaupun banyak orang lain yang bercerita kepada
saya tentang kejelekan-kejelekan orang tersebut. Saya merasa, tidak ada orang yang
tersingkirkan di sekitar saya, karena saya juga tidak pernah menyingkirkan atau
memandang sebelah mata siapapun.

Perjuangan demi pemulihan martabat sesama yang pernah saya alami terjadi ketika awal
pandemi ini muncul. Saya bersama keluarga terlibat utk berpatisipasi di lumbung
sembako guna bisa membantu sesama disekitar yang terdampak karena situasi pandemi
ini. Tidak hanya partisipasi sumbangsih lumbung tetapi juga aktivitas sosial lain disekitar
lingkungan rumah berkenaan dampat pandemi saat ini.

Sebagai manusia yang normal saya merasa iba, tersentuh hati untuk membantu, tetapi
jika sendirian maka seberapa besar bantuan yang saya berikan, maka dengan
bergabung di kepenguruan RT, RW dan gereja akan bisa bersama2 berkontrinusi untuk
mencari solusi dalam mengentaskan mereka kaum yang miskin, tersingkir dan difabel.

Saya selalu berusaha untuk membantu siapa saja yang membutuhkan bantuan tanpa
melihat latar belakang. Karena dengan membantu pasti ada perasaan senang dan
bahagia bisa memberikan sesuatu yang bermakna bagi hidup orang lain. Membantu dan

Kelompok Preferensi 2: Berjalan Bersama Kaum Miskin 11

mendukung yang sakit atau sedang dalam kesulitan melalui doa, penggalangan dana
sosial, mendengarkan keluhan dan kesulitan, serta memberikan solusi bila diperlukan.
Seperti yang dikatakan Bunda Teresa bahwa orang paling miskin adalah mereka yang
tidak mendapatkan perhatian atau penerimaan dari lingkungannya.

Secara bertemu fisik jelas jarang sekali apalagi keluarga, namun secara virtual via
videocall bisa saling membantu, bahkan ketika kami sedang kesulitan ekonomi kami tidak
enggan untuk membantu. Selain keluarga inti, di daerah tempat tinggal kami juga banyak
yang "kurang" kami juga tidak membeda bedakan dalam bergaul dan kami juga
mengajarkan pada anak2 kami untuk tidak pilih pilih dalam berteman terkait status sosial
mereka selama mereka juga berkelakuan baik.

Saya selalu ingin berbagi, apapun itu yang saya punya yang dapat dibagikan, namun
terkadang saya terbawa perasaan dan tidak berhati-hati dalam memberi

banyak orang sih yang ditemui, biasanya secara tidak langsung mengingatkan dan
menyadarkan untuk selalu berbagai kepada seseama yang berkekurangan

Hampir setiap hari saya berjumpa dengan mereka yang lemah, miskin, tersingkingkir dll.
Saat berangkat atau pulang sekolah sering menjumpai orang-orang yang termasuk
dalam kategori tersebut. Tak jarang saya tergerak dan memberikan sedikit uang kepada
mereka saat berjumpa di jalan, saat memberikan sesuatu saya memang sedikit memilih-
milih. Misalkan sama-sama pengemis, namun tidak semua saya beri, biasanya yang
anak muda gagah, berpenampilan sangar, sambil ngrokok dll tidak pernah saya kasih.
Dalam anggota keluarga saya sendiri ada yang termasuk dalam kategori tersebut, yakni
keluarga Budhe saya, yang anaknya mengalami penyakit Hidrosefalus(pertumbuhan
kepala besar). Setiap bulan harus kontrol ke Dokter dan terapi agar kondisi badannya
baik, dari kecil sudah sangat rentan terhadap penyakit, kehidupan keluarganya sangat
sederhana. Banyak keluarga kami yang selalu membantu, menyemangati dan
mendoakan keluarga Budhe saya itu.

Orang yang merasa tersingkirkan baik di lingkungan sekolah, tetangga dan keluarga itu
memang ada. Yang saya mendengarkan keluhan dan mencoba ikut mencarikan
solusinya sehingga orang tersebut mempunyai harapan dan optimis dapat memecahkan
masalahnya.

Sebagai pribadi saya peduli kepada mereka, tp kadang2 saya masih kurang berani untuk
membantu, saya hanya sebatas memahami, padahal say bisa kagum dengan perjuangan
mereka dalam menjalani hidup ini(kehidupannya)

Dalam aktifitas kegiatan sehari-hari akan berjumpa dengan mereka dengan bantuan
sederhana.

Berjumpa dengan mereka yang miskin dan rentan, pernah saya jumpai di siswa
perwalian saya. Ada salah satu siswa yang memohon keringanan SPP kepada Yayasan.
Namun ditolak. Beberapa hari kemudian saya mengetahui bahwa siswa ybs sakit ada
benjolan (tumor) di kepala. Kemudian saya memintakan kepada Romo Vico, apakah
siswa tersebut bisa diberi keringanan SPP, karena pernah meminta dan ditolak. Bentuk
perjuangan saya adalah memintakan ke kepala sekolah karena memang posisi saya
sebagai wali kelas. Setelah ada jawaban dari Pater Vico, maka saya juga menghubungi
orang tuanya untuk mengajukan keringanan SPP lagi dengan menyertakan keadaan
keluarga yang terbaru.

Perjumpaan saya dengan mereka yg miskin, rentan, tersingkir adalah dengan menyapa
dan membantu apa yg saya bisa bantu. Yg mengubah dan mengundang saya untuk turut
memperjuangkan pemulihan martabat mereka adalah rekan2 kerja di Loyola sendiri
dengan ciri khas kekeluargaannya..

Kelompok Preferensi 2: Berjalan Bersama Kaum Miskin 12

Miskin dan rentan bagi saya tidak melulu berkaitan dengan ekonomi melainkan bisa juga
berkaitan dengan berbagai hal misalnya miskin ilmu dan rentan mendapatkan informasi
atau pengetahuan yang keliru. Untuk mengatasi hal tersebut yang saya usahakan untuk
memperjuangkan martabat mereka adalah dengan secara sungguh-sungguh
mememberikan pengetahuan dan ilmu yang valid dan berguna bagi kehidupan mereka
kelak. Berkaitan dengan kolega, saya dan rekan-rekan lain bekerja sama untuk
membantu rekan-rekan lain yang terkena musibah seperti mengumpulkan dana untuk
rekan-rekan yang terkena covid-19

Cara perjumpaan saya dengan orang "miskin" adalah dengan cara memberikan sapaan
langsung, menanyakan kabar, dan mendengarkan keluh mereka. Dengan hadir
SEBAGAI PENDENGAR YANG BAIK, saya merasa telah menjadi bagian untuk
menolong sesama yang "miskin". Setelah mendengarkan cerita mereka, saya
mengupayakan untuk membantu mereka tanpa harus diketahui.

Saya secara pribadi akan selalu berusaha untuk menjaga martabat setiap orang dengan
memperlakukan semua orang sama dan tidak merendahkan mereka. Saya sadar bahwa
setiap orang memiliki latar belakang yang berbeda dan Saya berusaha untuk
menghargainya.

sebagai pribadi ketika melihat saudara, teman atau orang sekitar membutuhkan
pertolongan saya selalu tergerak untuk membantu sesuai dengan kemampuan saya

Miskin, yang rentan, yang tersingkir sungguh kehidupan yang tidak diharapkan oleh
semua orang. Namun ternyata banyak sekali kita temui, jumpai yang harus mengalami
nasib yang seharusnya. saya tidak bicara jauh-jauh dari kecil hingga saat inipun saya
sering menyaksikan orang orang yang tak seharusnya mengalami kemiskinan dan
bahkan hanya dipandang sebelah mata yang terkadang hak-hak yang seharusnya
mereka terima terlupakan begitu saja. dari pengalaman itu semua sungguh banyak
memberikan pembelajaran untuk saya selalu bersyukur dan mau berbagi untuk sesama.
Meskipun kehidupan saya dan keluarga saya sendiri pas-passan dan juga terkadang
kekurangan tetapi karap kali saya melihat keluargaku memberi makan, memberikan
sedekah dan bahkan sampai menabung untuk memberikan bantuan kepada orang-
orang. Hal ini sudah melatih kepekaanku kepada orang lain sehingga tiap kali melihat hal
demikian segera bertindak membantu dengan apa yang kupunya. pengalaman seperti ini
mengubahku untuk selalu berusaha hidup sederhana dan mensyukuri apa yang telah
saya terima dari Tuhan. saya juga tidak lupa berdoa untuk mereka agar mereka segera
mendapatkan hidup yang layak dan mampu mensyukuri semua.

Cukup sering. Di keluarga dan sekitar banyak saudara yang masuk pada kategori ini.

0

Sering berkomunikasi dgn mereka

Dalam hidup saya, dapat membantu anak2 yatim piatu dan orang tua yang ada di panti
jompo menggugah hati saya untk dapat mengurangi penderitaan mereka melalui berbagi
dg mereka secara rutin.
Di yayasan Loyola saya jg sangat setuju dg program membebaskan dari sebagian biaya
yg harus mrk tanggung dlm menempuh pendidikan di Loyola. Memberikan kesempatan
kpd kaum yg kekurangan adalah bagian dari cita2 kami di Yayasan dg tanpa mengurangi
kualitas pendidikan.

Dalam hidup saya memberikan saran untuk meningkatkan taraf kehidupan mereka ,
uluran tangan kpd mereka yg perlu dibantu menurut kebutuhan mereka , berbagi kpd
orang2 sekitar kami , terutama pada pandemi Covid 19 .

Semaikn pudar

Kelompok Preferensi 2: Berjalan Bersama Kaum Miskin 13

Mensuport mereka mendekati mereka, komunikasi secara hati ke hati , dan memberi
wawasan ke mereka atau ide yh lebih baik buat bangkit, krn saya tidak bisa membantu
mereka dengan ekonomi, dan saya sendiri gaji pun juga pas pasan, jadi mungkin itu yg
bisa saya berikan wawasan berdasarkan pengalaman hidup

Kalo melihat seperti itu sedih,ternyata masih ada yang lebih di bawah kita tetapi motivasi
dan kerja kerasnya luarbiasa bahkan nilai akademiknya luarbiasa.kalo saya pribadi
melihat seperti itu hati saya tergerak untuk membelikan sepatu,atau membelikan suatu
barang dan makanan... Karna saya takut ingin memberikan uang untuk membatu takut
tersinggung,membantu tetapi juga menjaga perasaannya

Belum banyak yg saya lakukan untuk orang orang yang membutuhkan disekitar saya,
biasanya saya hanya baru bisa menyisihkan apa yg saya punya (contoh : makanan)
untuk orang yang saya temui saat itu seperti pemulung dipinggir jalan dll

Hati saya selalu tergerak dan trenyuh sehingga saya akan slalu berusaha untuk
membantu mereka

dengan memberikan makanan atau apapun yg biasanya terlampau banyak (biasa ketika
acara dari Loyola saya bagikan ke keluarga di rumah lain apabila jumlahnya banyak
sekali)

Ya klau soal itu saya hanya bisa membntu sekuat saya saja ..

Salah satu kebahagiaan yang bisa kita peroleh, adalah membahagiakan orang lain, salah
satunya dengan berbagi baik dengan materi atau dengan perhatian, kita tidak bisa
membantu semua orang, tapi setidaknya kita bisa membeli koran, makanan, dari mereka
yang berkurangan, kita mungkin membeli bukan karena butuh, tetapi karena kita
perhatian. Melihat mereka tersenyum, akan membahagiakan kita, dan dari mereka kita
berterimakasih kaerna kita bisa belajar banyak tentang rasa syukur.

Keluarga, sahabat, kesadaran diri sendiri, dan peran serta orang - orang di sekitar saya

Kami hidup di daerah yang orang Semarang menyebut daerah preman. Yang terbayang
adalah keadaan ekonomi, tempat tinggal, tingkat pendidikan, kesejahteraan dan taraf
kehidupan yang rendah. Kami sekeluarga tinggal bersama mereka. Malah 2 orang kakak
sepupu, putranya budhe menjadi korban Petrus ( Penembak Misterius ) di tahun 80-an.
Mereka 3 bersaudara seayah dan seibu, terkenal sebagai preman besar di daerah
Kaligawe tapi mereka baik dengan tetangga, mereka sopan menghargai para lansia,
bahkan mencarikan pekerjaan beberapa orang muda dari keluarga miskin.
Kami hidup bersama mereka. Kami merasakan yang mereka hadapi, mereka butuhkan
dan mereka dampakan. Mereka orang yang sama seperti yang lain, mempunyai cita-cita
dan ingin hidup normal tidak kekurangan.
Ada beberapa "orang baik" atau oraganisari dan gereja ( setahu saya ) ikut
mensejahtrakan mereka misalnya diadakan pembinaan2 bagaimana mencari tambahan
dana untuk meningkatkan kesejahteraan. Di Gereja misalnya melayani pengobatan
murah atau makan grats bagi mereka yang kekurangan pada hari-hari tertentu. Saya
mengikuti kegiatan pelayanan pengobatan murah yang diadakan oleh gereja.

SALING MEMBANTU DAN MEMBERIKAN MOTIVASI

Yang pertama jelas dari keluarga kemudian berkembang dalam relasi dengan para
pekerja lepas dalam Loyola, yang pertama membangkitkan rasa syukur boleh bergabung
dalam kolese Loyola selanjutnya membangkitakan sikap hormat, menghargai dan
memberikan peluang bagi mereka yang sedang dalam posisi dibawah

Sejauh yang saya alami saya berusaha merangkul yang kekurangan,untuk maju bersama
memulihkan martabat mereka yaitu mungkin dengan salah satunya memanusiakan orang
tersebut(ngajeni). Saling bertegur sapa,memberi semangat untuk dapat maju bersama.

Kelompok Preferensi 2: Berjalan Bersama Kaum Miskin 14

Semua manusia sama ,hanya perbeda,an kedudukan dan martabat.

Saya sangat peduli pada mereka.

Dengan melalukan sosialisasi secara langsung maupun tidak langsung terhadap
personal yg dekat dengan kita

Saya terima mereka tanpa memandang status strata karena kita semua adalah sama-
sama ciptaan Tuhan dan apabila ada kelebihan rejeki saya bantu mereka

Sejauh ini kbkl yg menyadarkan saya untuk trs berjuang untuk mensetarakan martabat
siapapun itu

Dari situlah saya selalu belajar untuk tetap bersyukur dan berdoa semoga mereka di
angkat martabatnya

Perjumpaan saya dengan teman yang aktif merawat yang tersingkir terutama hewan
yang dianggap mengganggu ditengah kesesakan dan kekurangan yang dia alami,
merubah persepsi hidup saya. IF you have freedom of speech, use it to the one who cant
speak which is animal that is suffer

Melindungi, melayani, dan membantu sesuai dengan kemampuan

Selama ini saya melihat banyak sekali orang yang kekurangan secara fisik maupun
materi akan disingkirkan atau merasa tersingkir dari masyarakat. Padahal dalam hal ini
mereka yang kekurangan yang seharusnya lebih diperhatikan dan diberi pertolongan
supaya menjadi lebih baik kondisinya.

Sebagai pribadi dan mahkluk sosial serta terlebih sebagai orang yg mengimani akan
yesus kritus telah di ajarkan kepada kita. Maka selayaknya saya juga akan semestinya
membantu dan memberikan support kepada yg membutuhkan

Mereka yang miskin, yang rentan, yang tersingkir juga berhak mendapat cinta dan kasih
dari Tuhan

Kadang mereka yang sungguh berada dalam situasi seperti itu, berusaha sekuat tenaga
untuk bertahap hidup dari segi ekonomi, sering dianggap remeh lalu diabaikan.
Contohnya perjumpaan saya dengan beberapa orang tua seperti itu, dari segi ekonomi
memang mereka berkekurangan, namun mereka tetap mengutamakan pendidikan
terbaik untuk anak-anaknya, mengusahakan mengumpulkan dana sedikit demi sedikit
agar anaknya bisa bersekolah dengan layak.. kadang saya sangat terkesan dengan
orang tua seperti itu, ditambah dalam keluarganya tetap mengajarkan keutamaan agama
& relasi keluarganya begitu erat dan harmonis. Apalagi ketika mendengar bahwa putra
putrinya yang bersekolah di lembaga ini, mendapatkan peringkat akademis yang baik,
serta aktif dalam berbagai kegiatan sekolah.

membantu sesuai kemampuan dan kewajiban

saya merasa terpanggil/tergerak untuk membantu dengan kemampuan dan keterbatasan
yang saya miliki

Saya berusaha membantu mereka yg membutuhkan

Pertama proses,dengarkan dulu bagaimana kondisinya,dan sharing akan
pengetahuannya dan pengetahuan kita selanjutnya menuju akan pemulihan ekonomi
dengan cara mencarikan pekerjaan baik,tentu saja bukan hanya pekerjaan yg baik akan
tetapi sudut pandang yg baik,kesehatan dan rohani.

Ya secara pribadi tentunya tergerak untuk membantu mereka

saat pendampingan ekskursi kami berjumpa dengan salah satu panti wredha dan kami
memberi peluang bagi mereka untuk berdinamika seperti layaknya kita dalam
berdinamika sehari-hari

Kelompok Preferensi 2: Berjalan Bersama Kaum Miskin 15

Pemulihan martabat mereka yang miskin dan tersingkir mengubah pribadi saya untuk
berpikir akan pentingnya kepekaan terhadap situasi sekitar, membuat kita lebih bersyukur

dan membantu memperjuangkan mereka melalui langkah kecil dari diri sendiri yakni
membantu sebisa kita

Bantulah sesuai dengan kemampuan kita, berikanlah upah yang layak ketika
memperkerjakan mereka sehingga mereka merasa dihargai dan bermartabat

Adanya kegiatan live in dan ekskursi sosial menambah wawasan saya tentang orang-
orang yang perlu diperhatikan.

Saling menjaga perasaan dalam masyarakat adalah kunci dari mengakomodir hidup
berkerukunan

Secara pribadi tecermin dalam banyak hal mulai dari problem pribadi siswa yang
menyentuh, kesulitan yang dihadapi rekan kerja dsb

Berdoa bagi mereka yang mengalami kesulitan, menghubungi secara personal untuk
memberikan dukungan, turut memberi dukungan materiil terhadap orang-orang yang

memang membutuhkan perhatian telersebut

Secara konkret saya bertemu dengan anak didik yang bisa dibilang kurang dari pada
teman - teman yang lain. Disini peran kami sebagai tenaga pendidik dengan nilai - nilai

Ignatian untuk dapat membimbing dan bisa memberikan perhatian lebih kepada mereka
yang kurang. Dengan memberikan pendampingan yang lebih dapat membuat mereka

semakin lebih semangat untuk mau belajar dan mengejar apa yang selama ini tertinggal.

Berusaha berbagi terutama kepada sesama yang berkekurangan, terutama saat melihat
orang yang berjualan koran atau pengemis di pinggir jalan, saya selalu tergerak untuk

berbagi. Selain itu saya selalu berusaha cepat tanggap untuk membantu orang - orang
sekitar, keluarga, dan teman yang kesulitan dan mengalami masalah.

Saya anak sosiologi dimana kami dilatih untuk dapat berbaur dengan siapa saja bahkan
yang dianggap lemah oleh masyarakat. Tidak semua orang berada dalam posisi yang
kuat dan tidak semua orang mendapatkan kesempatan untuk dapat berjumpa dan

berada dalam lingkungan yang heterogen. Saya merasa di lingkungan Loyola mayoritas
ada dalam 1 lingkungan yang sama posisi yang kuat. Akan tetapi saat saya menjadi

walikelas saya mengalami perjumpaan dengan beberapa keluarga yang berada dalam
posisi yang lemah disitu kadang saya merasa saya bukan siapa-siapa yang dapat

memperjuangkan mereka kadang saya marah dengan situasi yang seperti itu karena
saya tidak memiliki posisi yang kuat yang mampu menolong secara langsung. Akan

tetapi jika saya terus menerus mengutuk ketidakmampuan saya tidak akan merubah
apapun. Akhirnya saya harus berdamai dengan keadaan, melalui saya kemudian

mengajukan siswa untuk mendapatkan bantuan beasiswa setidaknya hidup saya sedikit
berguna bagi mereka walaupun saya tidak dapat membantu secara langsung.

Perjumpaan dengan mereka menyadarkan dan mengafirmasi saya terkait "dunia yang
tidak pernah baik-baik saja". Saya merasa tergerak untuk berbuat sesuatu untuk mereka,

seperti menyapa, mendampingi (terutama siswa), dan menunjukkan bahwa di dunia yang
tidak pernah baik-baik saja ini, masih ada kebaikan di dalamnya. Saya rasa hal tersebut

adalah hal sederhana untuk "memanusiakan" sesama manusia.

Saya memiliki saudara dengan kondisi finansial yang kurang beruntung, kami (saya, adik
saya dan orangtua saja) sepakat untuk membantu mereka dengan rutin memberikan

biaya pendidikan untuk anak-anaknya yang saat ini masih kelas 5 SD, 10 dan 12 SMA.
kami merasa turut bertanggungjawab dalam memperjuangan kehidupan mereka.

Semenjak saya memiliki anak dan saya diberi rejeki yang berlimpah berupa ASI, saya
tergerak untuk menjadi pendonor ASIP bagi bayi-bayi dengan kondisi sakit, dehidrasi,

kurang berat badan dan ibu meninggal dunia, hal ini dikarenakan saya pernah dalam

Kelompok Preferensi 2: Berjalan Bersama Kaum Miskin 16

posisi mencari donor ASIP karena kondisi anak saya dehidrasi.
Melalui anak saya pula, kami dapat berbagi dengan bayi-bayi yang dilahirkan dari
keluarga kurang beruntung, kami mendonasikan pakaian layak pakai dan perlengkapan
bayi.
Sampai hari ini saya masih mendampingi siswa dan KEKL yang masih dalam kondisi
yang rentan secara psikologis dengan selalu menjadi teman curhat dan pendengar bagi
mereka.

Setiap kali menjadi wali kelas, selalu ada satu sampai 2 anak di kelas yang secara
ekonomi itu perlu dibantu. respon yang muncul dari anak-anak ini bisa sangat antusias
belajar atau sebaliknya bisa sangat minder. sebagai wali kelas, yang bisa saya lakukan
adalah melakukan percakapan pribadi dengan mereka menyemangati dan memotivasi
mereka. relasi yang dibangun adalah relasi saya sebagai orang tua di sekolah dengan
anak perwalian untuk memastikan bahwa mereka akan baik-baik saja melewati dinamika
pelajaran dan kegiatan lain di sekolah

Saya melihat & mengalami sendiri di dalam keluarga saya sebagai salah satu yang harus
saya perjuangkan di dalam kehidupan ini. Baik saya perjuangkan secara materi maupun
secara spiritual.

Perjumpaan saya dengan yang rentan ketika mengurus kasus seorang siswi yang
merasa terancam keberadaan dan kehormatannya oleh teman laki-lakinya. Saat itu, aku
meminta orang tua siswa tersebut menarik anaknya dari Loyola dari pada berhadapan
dengan hukum. Inilah upaya konkret yang pernah kulakukan untuk memperjuangkan
pemulihan martabat mereka. Perjumpaanku yang lain adalah dengan keluargaku yang
sering kekurangan uang untuk hidup. Yang kulakukan adalah dengan memberi
sumbangan berupa uang. Untuk sepupuku yang membutuhkan laptop, aku melakukan
fund raising ke saudara-saudara yang mampu untuk membelikan laptop bekas yang
masih baik untuknya. Saat pandemi, aku mencoba mengupayakan bantuan vitamin ke
beberapa kolega yang terpapar covid-19. Sayangnya, semangatku menurun ketika mulai
banyak yang terpapar karena aku kehabisan uang untuk membeli vitamin dan kebutuhan
pokok untuk kolegaku itu. Memang di sini aku merasakan tegangan untuk total menolong,
namun terkendala biaya. Yang kulakukan adalah memperhatikan dan mengkondisikan
kolegaku itu untuk fokus pada pemulihan kesehatannya.

Saya sdh menjalankan semua ini sebelum ada pertanyaan ini.yg sdh saya lakukan
dilingkungan Rt, Gereja yg lebih luas lagi dimasyarakat.

Dengan niatan, membagi rejeki dgn yg berkekurangan dgn memberi makanan pada
Jumat berkat

Kongkret dalam kehidupan sekitar kita tidak semuanya itu kitajumpai,,,bagaimana hati
kita bisa tergerak untuk berbagi untuk kita membantu mereka melalui kemampuan kita
masing2.

Ketika menjumpai kaum/orang yg miskin saya berusaha ikut membantu sejauh yg saya
mampu. Ketika menjumpai orang yang tersingkirkan saya berusaha untuk tidak
membeda-bedakan dalam bergaul.

Temtunya Tuhan sendiri sebagai sumber kasih..

Kelompok Preferensi 2: Berjalan Bersama Kaum Miskin 17

2. Sebagai bagian dari Keluarga Besar Kolese Loyola (komunitas), menurut
pendapat Saudara, bagaimanakah komunitas kita menghargai martabat manusia
dan memperjuangkan pemulihan martabat bagi mereka yang miskin, yang rentan,
dan yang tersingkir di sekitar kita, entah keluarga, siswa, orang tua, kolega, atau
siapa saja?

Ada kegiatan kemasyarakatan yang digagas oleh kesiswaan untuk membantu masyrakat
yang mengalami kesulitan seperti panti asuhan dll., juga bencana alam (banjir). Hal
lainnya adalah tepa selira, mengunjungi keluarga guru/tendik yang lagi mengalami
kesulitan/kedukaan. Sapaan dan sopan santun dalam berkomunikasi juga terjadi antara
KBKL.

Lembaga telah memperhatikan melalui :
1. Program beasiswa/subsidi silang.
2. Pemberian bantuan pulsa.
3. Tutorial
4. Aksi solidaritas bencana alam
5. Pasar murah dll.

sudah cukup baik.

Menurut saya, cara menghargai dan memulihkan martabat bagi mereka (di komunitas
KBKL) yang tersingkir adalah dengan: 1. tidak mudah menghakimi ataupun memberikan
stigma; 2. lebih banyak bersyukur atas karunia Tuhan --> agar lebih mudah
mengendalikan rasa iri hati dan tinggi hati (yang merupakan sumber kejahatan lainnya);
3. tidak menjadikan mereka yang tersingkir sebagai obyek 'gosip', melainkan menyapa
dan mengangkat mereka secara pribadi.

Memberikan bantuan ke masyarakat sekitar saat moment 2 tertentu

Sangat menghargai karena KBKL selalu memberikan bantuan kepada masyarakat yang
kurang mampu.

Komunitas ini (terutama komunitas guru dan karyawan), yang saya kenal, kami sangat
mendukung dan berjuang bersama untuk saling menghargai dan saling membantu.
Bantuan dan kerjasama kami, kami nyatakan dalam bentuk dukungan kepada teman
dalam bentuk materi, dukungan doa, curahan perhatian, dll.

menurut saya dengan memberikan tunjangan di setiap tanggung jawab yang sudah
diberikan itu merupakan sebuah apresiasi dan sebuah bentuk penghargaan untuk guru
karyawan, kemudian memberikan tentang reward guru, karyawan, mgbs dan sejenisnya.

Dari yang saya ketahui sebelum pandemi SMA Kolese Loyola pada saat tertentu
membuka diri bagi mereka yang miskin untuk datang dan bermain di dalam sekolah. Hal
ini menunjukkan bahwa Kolese Loyola tidak memandang rendah mereka dan bersedia
bergaul dengan mereka.

Komunitas sudah berupaya membantu jika ada yang kesusahan melaui program jogo
tonggo selama pandemi covid ini. ini adalah bentuk kepedulian komunitas terhadap rekan
yang sedang kesusahan.

Sampai saat ini saya kira masih ada kepedulian sosial dan kepekaan sebagai bagian dari
keluarga besar Kolese Loyola. Kami punya program Jogo Konco yang membantu teman-
teman guru dan karyawan yang kesusahan karena menderita Covid-19.

Menerima semua pihak yang membutuhkan.

Saya melihat komunitas ini saling membantu satu dengan yang lain

Sebagian besar komunitas Loyola sudah memiliki kepedulian terhadap harkat dan
martabat orang. Sebagian besar sudah mulai terbuka atau membuka diri untuk

Kelompok Preferensi 2: Berjalan Bersama Kaum Miskin 18

berkembang dan mengembangkan orang lain. Meskipun masih ada beberapa yang
masih suka berkecil hati atau minder, atau perasaan-perasaan lain yang menghalangi

seseorang untuk lepas bebas mengembangkan orang lain. Kadangkala masih terasa ada
hambatan budaya di dalam komunitas. Budaya feodalistik, primordialistik, yang di

beberapa hal membuat komunitas menjadi apatis dan beku.

Komunitas KBKL sangat menghargai martabat manusia. Komunitas ini terbuka menerima
rekan-rekan yang baru dan merangkul sebagai bagian dari keluarga.

Komunitas yang selalu mengusahakan keadilan dan perhatian pada setiap pribadi adalah

sarana tepat untuk bertanggung jawab atas penghargaan martabat dan perjuangan
pemulihan martabat sesama. Sangat bijak jika segala sesuatu di KBKL itu didesain

sedemikian rupa. Standar-standar perlakuan dan cara bertindak perlu dibahas dan
ditinjau kembali untuk menciptakan kultur demikian. Saya pikir ini segera ditangani

seperti berbagai ketentuan turunan dari PUK untuk pegawai, jangan apa-apa didasarkan
pada asumsi dan bertindak sesaat.

Komunitas (beberapa) tergerak untuk membantu jika ada yang kesusahan.

Untuk komunitas Loyola penghargaan dan usaha untuk memperjuangkanya sudah baik.

Sangat baik, memberikan kesempatan pada masyarakat untuk ekonomi bawah
merasakan sekolah di Loyola dg gratis

Miskin mungkin tidak melulu soal harta, namun juga pengetahuan dan wawasan habitus
yang baik. Komunitas ini betul-betul murah hati ketika ditanya soal banyak hal dan

kepada siapa saja. Tersingkirkan mungkin tidak hanya kurang memberi perhatian karena
memang tidak tampak di radar pergaulan. Loyola sangat humanis. Prinsip subsidiaritas

dan solidaritas jelas diterapkan dengan seimbang. Lihat saja bagaimana guru bisa
bertanya kepada siapa saja guru lain yang memahami permasalahan tertentu dan tidak

pelit berbagi. Siswa juga demikian, mereka yang cerdas tak pelit untuk berbagi
pengetahuan. Hospitalitas sebagai salah satu tolok ukur penghargaan martabat luhur

manusia maksimal dah di sini. Namun ini masih berlaku untuk internal Kolese Loyola ya...
Artinya Loyola harus lebih banyak hadir dan berbagi "ilmu" bagi sekitar (sekolah2 yang
miskin atau peringkat buncit)

Berusaha saling menghargai dan menghormati orang lain yg ada di sekitar kita di sekolah

Sebagai lembaga, Loyola selama ini senantiasa berpihak pada yang lemah. Yang miskin
diberi bantuan/prioritas keuangan, yang kurang pandai dibantu dalam pembelajaran,
yang terkucil di kelas dibantu dalam pendampingan, dsb.

komunitas kami adalah komunitas yang selalu siaga saat ada yang membutuhkan
pertolongan. saat siswa sakit (misal) tidak hanya walikelas yang tergerak untuk datang
menghibur, tetapi guru lain yang mungkin tidak mengajarpun akan turut menengok atau
memberikan support kepada yang sakit. selain itu, saat salah satu rekan mendapat
masalah, saya melihat bahwa masing-masing teman saling bahu membahu untuk
membantu.

Menurut saya apa yang dilakukan sudah baik dan bermanfaat bagi banyak orang

secara umum sudah baik.

menghargai dengan memberi bantuan

kita bisa dengan cara yang sederhana dulu, yaitu anjangsana ke tempat saudara
(komunitas) yangmengalami konteks ini, dan memberikan uluran tangan kita ke mereka

Rekomendasi keringanan uang sekolah yang sampai sekarang saya masih binggung
karena tahun kemarin anak perwalian saya belum bisa membayar dan ijazah ditahan
sehingga belum kuliah, tahun ini juga ada cuma tidak tahu bagaimana mengurusnya

Kelompok Preferensi 2: Berjalan Bersama Kaum Miskin 19

saya. Semua saya minta ke yayasan. Cuma ya belum di berikan juga keringan dan
mengapa saya tidak tahu

Komunitas menghadirkan sikap memberikan dukungan ketika ada yang menikah, sakit,
kesulitan keuangan dan bahkan berduka.

Sejauh pemahaman saya, bahwa KBKL memiliki Koperasi Guru dan Karyawan
(Kogukarlo) dan Dewan Guru yang memperjuangkan hak dan pemulihan martabat bagi

Guru maupun Karyawan yang mengalami peristiwa penting dalam hidup, seperti saat
sakit, saat menikah, memiliki anak, maupun saat kesulitan membiayai kebutuhan sekolah

anak

Komunitas Loyola adalah komunitas yang sangat menjunjung penghormatan pada
martabat manusia dan sesama ciptaan. Komunitas ini sangat perhatian dengan

kehadiran sesama, baik kebahagiaan rekan-rekan guru-karyawan atau kedukaan rekan
guru-karyawan, komunitas ini selalu hadir disana. Pribadi-pribadi itulah yang menjadikan

komunitas Loyola sangat Ignasian, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Rekan-rekan
guru sangat peka dengan masalah lingkungan, mulai pencemaran, penghijauan, bahkan

sampai pada penghematan energi.

1. Kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan KBKL, seperti silasol, keringanan US dan

UPS oleh yayasan kepada calon siswa, bantuan hand sanitizer dan alat medis kepada
rumah sakit, kerja sama Kolese Loyola dengan SMK PIKA, bentuk solidaritas KBKL

terhadap keluarga yang terkena covid atau menikah atau sakit lainnya.
2. Namun di lain sisi, saya masih berusaha untuk menetralkan pikiran saya bahwa tidak

ada orang (eksekutif, manager, guru, atau karyawan) yang merendahkan atau
mengucilkan martabat orang.

Loyola memberikan beasiswa kepada siswa yang kurang mampu untuk bersekolah di
Loyola, dan juga rutin mengadakan acara baksos disetiap tahunnya.

Untuk contoh konkretnya mungkin baru saya temui kala pensemi melanda. Banyak KBKL
yang tumbang akibat covid, harus dikarantina dan sulit untuk ditemui. Lalu saya

mendengar ada group Jogo Konco yang bertujuan untuk menggalang donasi bagi para
KBKL yang sedang tertimpa musibah sakit. Disitu saya merasa bahwa ini yang harusnya

disebut kekeluargaan. Rasa saling memiliki yang tinggi membuat kita menjadi lebih peduli
satu sama lain.

Saya bersyukur dapat merasakan dan menjadi bagian dari komunitas Kolese Loyola

yang mengedapankan semangat kekeluargaan. Bisa saya rasakan lewat pengalaman
pandemi yang saya alami, kepekaan rekan-rekan sekomunitas untuk bergerak

menghargai dan memperjuangkan pemulihan martabat bagi mereka yang membutuhkan,
baik itu dari inisiatif pribadi maupun kelompok. Cepat, tanggap dan totalitas.

Saya bersyukur dapat merasakan dan menjadi bagian dari komunitas Kolese Loyola

yang mengedapankan semangat kekeluargaan. Bisa saya rasakan lewat pengalaman
pandemi yang saya alami, kepekaan rekan-rekan sekomunitas untuk bergerak

menghargai dan memperjuangkan pemulihan martabat bagi mereka yang membutuhkan,
baik itu dari inisiatif pribadi maupun kelompok. Cepat, tanggap dan totalitas.

Dalam komunitas Loyola dalam mendukung sesama kolega atau KKL dan orang-orang
diluar sana sangat luar biasa, pembiasaan berbagi sudah ditekankan dari awal. Seperti

berbagi ketika ada kolega atau orang lain yang kesulitan dan membantu seperti adanya
Grup Jogo Konco yang sangat luar biasa melayani sesama dalam bentuk finansial dan

dukungan secara moral, juga dukungan dalam segi kerohanian juga.

Kolese Loyola sangat merangkul dan membantu siapapun yang membutuhkan. Sebagai
contoh, adik saya memperoleh beasiswa dari KEKL sehingga orang tua saya sangat

terbantu untuk menyelesaikan sekolah adik saya. Bantuan-bantuan seperti itu yang

Kelompok Preferensi 2: Berjalan Bersama Kaum Miskin 20

membuat komunitas ini tidak hanya dimiliki oleh mereka yang kaya, tetapi juga oleh yang
berkekurangan. Selain itu, para siswa juga selalu ditanamkan semangat untuk berteman
dengan siapa saja, tanpa pandang suku, ras, dan status sosial ekonomi. Ketika saya
sebagai siswa dan sampai saat ini, saya juga tidak pernah takut berteman dengan siapa
saja. Justru ketika ada teman berkekurangan, semua berbondong-bondong membantu.

Salah satu bentuk memperjuangkan martabat sesama dengan keterlibatan komunitas
kolese loyola menurut saya ditunjukan dengan diselenggarakannya vaksinasi bagi
komunitas loyola maupun komunitas lain sekitar loyola. Dengan kegiatan ini kita bersama
mewujudkan gerakan sadar vaksinasi guna menekan lonjakan kasus covid-19 demi
kesehatan dan kesejahteraan kita bersama dalam bermasyarakat. Melihat ada beberapa
faktor domisili misalnya, menjadi penyebab seseorang tidak bisa terlibat dalam vaksinasi.
Namun, loyola bisa mewujudkan kegiatan vaksinasi ini secara lengkap, terstruktur, dan
semaksimal mungkin.

Sebagai bagian dari komunitas Loyola, saya bersyukur karena komunitas ini
mengedepankan kasih dan kepedulian dan terasa dan terlihat wujud kekeluargaannya.
Semoga kondisi pandemi yang saat ini kita alami bersama tidak mengikis rasa
persaudaraan, tetapi malah semakin terbentuk dan semakin kokoh.

Komunitas sudah berusaha menghargai martabat manusia dengan memberikan
dukungan yang dipelukan. Misalnya butuh dana untuk pendidikan ada sarana untuk
mendapatkannya, ada kemudahan sarana bila sakit apalagi harus opname, yang
mungkin perlu dipikirkan oleh yayasan adalah dana sosial yang saat ini masih digalang
oleh Dewan Guru. Lembaga sudah berusaha memberikan dukungan moril saat ada
anggota komunitas atau rekanan yang membutuhkan meskipun perlu secara
kelembagaan lebih meningkatkan perhatian di bidang sosial kemasyarakatan.

Dari komunitas secara pribadi hal hal terkait sosial sangatlah besar terutama bagi
sesama yang sedang dalam musibah, juga dengan adanya acara arisan sebelum
pandemi itu sangat baik karena bergiliran kita saling berkunjung ke rumah rumah rekan
guru. Hal ini sangat baik karena inilah wujud konkret hal kecil dari kekeluargaan yang
jarang ditemui di sekolah lain namun berdampak besar secara psikologis. Baik secara
langsung maupun tidak langsung. Bagi para KKL adalah dengan adanya kegiatan2
ekskursi, live in menurut saya itu hal yang paling kuat yang membentuk karakter mereka.
Pengalaman sekali mungkin seumur hidup mereka.

Saya rasa komunitas kita sudah luar biasa dalam hal ini. Guru saling menggerakkan
sesama guru lain untuk memperjuangkan hal ini, dan semangat tersebut juga disalurkan
kepada para murid.

Sudah baik. Contohnya dengan menerima siswa dengan berbagai macam latar belakang
dan melakukan subsidi silang pembayaran uang sekolah untuk siswa. Menggalang dana
untuk membantu rekan yang sedang berkesusahan

Menurut saya sudah sangat baik, tercermin ari banyaknya kegiatan yang mengutamakan
untuk menumbuhkan rasa peduli terhadap orang lain. Kegiatan-kegiatan tersenbut
misalnya : penggalangan dana untuk korban bencana, adanya kegiatan ekskursi, livein,
sembako murah, yang baru saja silasol oleh DKKL, LC zone dll
kegiatan-kegiatan tersebut melatih untk peka ddan peduli terhadap orang lain terutama
mereka yang lemah, miskin dan tersingkir

Sebagai KBKL : Kominitas Loyola sekarang ini masih kurang dalam memperhatikan para
guru/karyawan pensiunan, mereka merasakan sudah tidak diperhatikan terutama untuk
beaya pengobatan jika ada yang sakit.

Sebenarnya saya merasa KBKL kurang benar2 mempunyai perhatian kepada mereka
yang kurang mampu, sebagai contoh dalam penerimaan siswa baru kadang ada calon

Kelompok Preferensi 2: Berjalan Bersama Kaum Miskin 21

siswa yang potensi tapi karena tidak mampu membayar uang gedung mereka jadi batal
masuk ke Loyola

Walau masih kurang, komunitas Loyola sudah berusaha menyapa, memperhatikan
mereka yang miskin.

Komunitas ini menurut saya sudah memperjuangkan pemulihan martabat, misal dalam
pembelajaran memahami pribadi yang unik setiap siswa yang merupakan bentuk
penghargaan bagi martabat siswa. Dengan sesama anggota komunitas, bentuk
menghargai martabat adalah dengan menghargai anggota komunitas dengan baik. Untuk
perjuangan kepada kaum miskin untuk komunitas ini, sudah mulai dipikirkan oleh
yayasan dengan program CSR-nya.

Komunitas selalu mengedepankan kekeluargaan, membantu yang susah dengan cara
saling bergotong royong bahu membahu, seperti ketika ada yg mengalami kesulitan pasti
dibantu. Misal ada yg kesripahan atau kecelakaan pasti dibantu baik secara moriil
maupun materiil.

Komunitas kita pada dasarnya sangat memperjuangkan martabat manusia. bentuk-
bentuk hal tersebut adalah misalnya menjenguk rekan yang sakit, adanya keharusan
bagi anggota komunitas untuk membayar iuran sosial.

Komunitas ini sungguh arif dalam memperjuangkan martabat manusia. Namun perlu
diingat bahwa kemanusiaan yang memulihkan martabat tidak hanya hadir secara fisik
saja, melainkan juga perilaku moral yang baik.

Menurut saya komunitas kita sudah cukup menghargai martabat manusia dan
memperjuangkan lewat berbagai tindakan aksi nyata seperti terlibat dalam kegiatan
Loyola charity program dan Loyola Jogo Konco.

Membantu sebisa mungkin untuk menjadi lebih baik sebagai contoh membantu siswa
yang kesulitan di dalam pembelajaran atau membuat tugas.

saya setuju Program sekolah yang mengadakan beasiswa bagi siswa-siswi yang
membutuhkan mungkin hal ini alangkah baiknya bila dilanjutkan tanpa henti. selain dari
itu bila memungkin kita komunitas mengadakan program berdonasi dengan
mengumpulkan semacam sedekah baik itu berupa uang, barang dll yang akan dibagikan
seperti dipanti-panti dan kepada orang yang mebutuhkan

Masih belum tampak. Minim gerakan sosial. Keberpihakan belum tampak dan kurang
ditumbuhkan pada para siswa.

Masih belum sepenuh hati dalam menghargai dan memperjuangkan mereka

Mengangkat mereka/siswa yg tdk mampu dengan memberikan beasiswa. Memberikan
bantuan sesuai dengan kebutuhannya.

Untuk menghargai martabat manusia dan pemulihannya Yay Loyola telah melakukan
program bea siswa dan keringan kpd orang tua siswa yg dlm kesulitan Financial , tanpa
membedakan ras, suku, agama dan status sosial.

Baik

Ya hargai mereka, jngan memilih menoleh saat mereka mau berbicara atau sharing
,menerima mereka bicara atau pendapat mereka juga , sudah sangat menghargai
menurut pendapat saya

Sangat menghargai

Loyola peduli dengan warga sekitar walaupun berbeda keyakinan dan kepercayaan,
contohnya memberi kambing untuk kurban bagi saudara kita yg muslim

Kelompok Preferensi 2: Berjalan Bersama Kaum Miskin 22

ya kita hrs ikut memikirkan/berusaha membantu dgn bergakai cara sehingga bisa
mengankat kembali kesejahteraan dan martabatnya

ada program bantuan option for needies bagi siswa kurang mampu, program sembako
saat tujuhbelasan (sebelum pandemi), ekskursi, live in

Hrus di agendakan setiap thun ada psar murah ..supya bisa membantu warga sekitar
loyola

Secara umum kita sudah menghargai rekan-rekan kerja kita, yang mohon maaf mungkin
bekerja di kelompok "sub-ordinat", sebagian besar kita tidak membedakan masalah ini,
namun masih ada 1-2 orang dari rekan-rekan kita yang membuat jurang dengan mereka,
membandingkan gaji dengan mereka, merasa gaji mereka terlalu besar tidak jaug beda
dengan gajinya, hal ini tentu cukup gila, di lembaga pendidikan yang berafiliasi dengan
agama Katolik, tapi masih ada rekan kerja yang suka melihat orang susah, susah melihat
orang senang

Komunitas kita menghidupi nilai - nilai yang telah diajarkan dengan berbagi dalam
kegiatan banyak hal, termasuk saat idul adha berkurban, adanya kegiatan sosial yang
diterapkan juga untuk siswa.

Di LC ada sebuah koperasi namamya Koperasi Gukarlo. Dari kita, oleh kita dan untuk
kita. Salah satu tujuan dari koperasi ini adalah untuk mensejahterakan karyawan dengan
cara menabung dan meminjamkan dana untuk berbagai macam usaha positif.

MASIH MEMBEDAKAN SATU DENGAN YANG LAINNYA.

Usaha itu pasti ada, dimana Komunitas Ignatian berdiri nafasnya tetaplah ignatian, tetapi
kualitas sepertinya harus ditingkatkan, komunitas bagi saya bukanlah sangkar bagi
individual untuk dihargai, tetapi pula, penggabungan individual yang dengan rela
menggerakkan roda komunitas dalam perjuangan tanpa akhir bagi saya menjadi utama

menurut pendapat saya Komunitas menghargai dan memperjuangkan martabat manusia
contohnya: memberikan bea siswa bagi anak yg kurang mampu,pelayanan dan
pendekatan siswa dan orang tua dengan baik,mengangkatan kerja guru dan karyawan
supaya dapat bergabung,memajukan lembaga bersama-sama,memberikan pinjaman
bagi guru dan karyawan yang belum punya tempat tinggal,dll.

Ex Loyola serta pensiunan guru serta karyawan nya

Sering²lah kita beramal, dukungan dan perhatian.

Dengan berbagi kepada sesama mereka yg membutuhkan

Mengadakan sembako gratis bagi para warga sekitar yang kurang mampu dan petugas
kebersihan, pemulung atau juga tukang parkir yang ada di sekitar lingkungan sekolah

Sdah ada tindakan baik secara individu maupun kelompok akan tetapi belum merata

Sudah sangat bagus dengan adanya bantuan setidaknya bisa sedikit meringankan beban
mereka

Sangat bagus

Komunitas telah bergerak dengan membentuk perlindungan dan menghargai martabat
bagi mereka yang miskin, yang rentan, dan yang tersingkir

Komunitas ini mengajarkan saya untuk lebih lebih menghargai dan memberikan
pertolongan kepada orang yang membutuhkan.

Menurut saya dalam.memperjuangkan pemulihan martabat pada saat ini menurun dan
terkesan kurang memperhatikan

Kelompok Preferensi 2: Berjalan Bersama Kaum Miskin 23

Memberikan kesempatan bagi siapapun siswa dari latar belakang manapun untuk dapat
bergabung di Loyola

Di komunitas ini, jarang sekali saya melihat adanya perlakuan berbeda bagi orang-orang
yang berkekurangan baik secara ekonomi apalagi fisik. Siswa maupun pegawai yang ada
sangatlah beragam dan mampu untuk selalu mengusahakan kerjasama yang baik dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar, maupun bekerja sama dalam urusan pekerjaan
kantor.

dengan adanya kegiatan bersama guru karyawan, saling memberi dukungan jika ada
anggota komunitas sedang mendapat masalah, misal melayat jika ada anggota keluarga
yang meninggal

komunitas sudah melakukan hal-hal yang menghargai dan memperjuangkan martabat
manusia

Sudah seharusnya kita menghargai sesama tanpa melihat perbedaan mengenai suatu
apapun

Jalin komunikasi dengan mereka,bantuan apa yg kita berikan dan dibutuhkan
mereka,dan memberikan solusi akan kemandirian,tentu saja ada prosesnya.

Tindakan sudah di lakukan sebagai komunitas dengan memperhatikan siswa yang
kurang mampu, mengajak dan belajar berbagi dengan warga sekitar yang membutuhkan
juga anggota komunitas

kurang greget

Komunitas memperhatikan lingkungan dengan caranya sendiri

Terkadang yang jauh begitu dipikirkan tetapi yang dekat tidak kelihatan

Adanya kebijakan untuk siswa yang tidak dipungut biaya selama sekolah di Loyola. Juga
beasiswa bagi siswa yang kurang mampu.

Sangat memperjuangkan..melalui contoh nyata seperti subsidi silang, berbagi bersama
hingga ikut aktif terlibat dalam acara yang berkaitan dng hal tersebut

Dalam wujud apresiasi dan semangat saling mendukung antarwarga komunitas

Memberikan perhatian baik materiil maupun penyemangat seperti yang telah menjadi
budaya komunitas ini yang sangat erat dalam hal kekeluargaannya

Komunitas Loyola sangat menghargai martabat dari semua anggotanya baik itu guru,
murid dan karyawan. Hal ini terbukti dengan diberikannya subsidi silang bagi anak - anak
yang membutuhkan sehingga semua dapat merasakan fasilitas yang sama. Sebagai guru
saya juga merasakan bahwa martabak manusia sangat dihargai di loyola dengan
berbagai cara, salah satunya adalah dengan diberikannya waktu untuk istirahat setelah
melewati moment acara yang cukup sibuk. Loyola menghargai waktu para pekerjanya
untuk dapat berkumpul dengan keluarga.

Komunitas Loyola sangat menghargai sesama, jika ada sesama yang mengalami
kesulitan akan selalu berusaha untuk membantu, berusaha menerapkan terhadap KBKL
untuk selalu berbagi dan mewujudkan kehadiran Tuhan di antara sesama.

Loyola benar-benar mampu mewujudkan dan mampu menghargai martabat yang berada
dalam posisi yang lemah hal ini dapat dilihat dengan adanya beberapa program yang
benar-benar menyentuh posisi yang lemah misal ada banyak beasiswa, ada uluran-
uluran tangan untuk membantu secara langsung (jogo konco) dimana kami
mengumpulkan dana sebagai bentuk kekeluargaan bagi teman-teman yang terkena
covid dan masih banyak lagi. Saya pribadi salut dengan adanya inisiatif-inisiatif yang
diluar dugaan.

Kelompok Preferensi 2: Berjalan Bersama Kaum Miskin 24

Saya melihat KBKL sudah berusaha semampu mereka untuk "memanusiakan" sesama
manusia. Hal ini nampak dari banyaknya pendampingan yang dilakukan, terutama bagi
siswa dan keluarga yang "tersingkir" [mis. menggerakkan kelas untuk membantu teman
sekelasnya yang kesulitan melakukan pembelajaran daring, memohon bantuan Yayasan
untuk keluarga tertentu yang kesulitan finansial, dsb.]

Sebagai KBKL saya dapat merasakan bahwa komunitas ini ikut berpartisipasi dalam
memperjuangkan mereka yang lemah, miskin dan tersingkir dengan mengunjungi teman
yang sedang sakit. Gerak cepat mendukung kondisi KKL yang membutuhkan bantuan
finansial. Menggalang dana untuk didonasikan pada lembaga yang membutuhkan.

saya kira ada banyak hal yang sudah dilakukan oleh sekolah untuk menghargai martabat
tertutama KBKL. Dari sekolah ada subsidi pulsa untuk guru, karyawan maupun siswa,
dari DKKL ada penggalangan dana solidaritas bagi keluarga inti KBKL yang meninggal,
aksi tanggap bencana, pasar murah, lewat Live In, Ekskursi, aksi solidaritas KKL untuk
teman yang sakit parah dan masih banyak kegiatan lain yang menggerakkan KBKL untuk
melakukan aksi solidaritas sebagai wujud menghargai martabat sesama manusia.

Komunitas Loyola sudah melakukan sangat banyak hal dalam memperjuangkan
pemulihan tersebut. Salah satunya yang nyata terlihat di dalam pegawai Loyola itu
sendiri. Banyak pegawai yang dibantu oleh Yayasan Loyola terutama dalam hal mencapi
kesejahteraan bagi diri sendiri maupun keluarga pegawai, misalnya : mewujudkan
membeli rumah tempat tinggal, mewujudkan membeli sarana transportasi supaya lebih
mendukung dalam bekerja, dan lain-lain

Sejauh yang kuamati, komunitas Loyola mudah tergerak untuk memberi bantuan pada
anggota komunitas yang mengalami musibah dan perlu untuk dibantu, misalnya lewat
koperasi, program sosial Dewan guru dan karyawan, Jogo Tonggo di level guru dan
karyawan.

Di level siswa, saat ekskursi daring, beberapa siswa di tiap kelas menyisihkan uang
mereka untuk membantu temannya sendiri yang membutuhkan sarana belajar, seperti
laptop, untuk membantu lembaga-lembaga sosial, seperti panti asuhan, panti jompo, dan
panti difabilitas.
Saat live in daring, para siswa memberi perhatian besar kepada orang tua mereka,
terutama pekerjaan-pekerjaan orang tua mereka dan dari situ mereka menghargai jerih
payah orang tua mereka untuk membiayai sekolah mereka.

Masih kurang utk kepeduliannya.

Sudah baik

Waduh....ini yg perlu jadi perhatian.masih perlu dibenahi masih terjadi blok/kelompok2.

Untuk sejauh yang saya tahu komunitas Loyola sudah cukup memperjuangkan
pemulihan martabat meskipun kadang masih tebang pilih

Baik, perlu dikembangkan secara riil..

Kelompok Preferensi 2: Berjalan Bersama Kaum Miskin 25

3. Sebagai bagian dari Lembaga Karya Pendidikan SMA Kolese Loyola, menurut
Saudara, bagaimanakah lembaga kita ini memperjuangkan pemulihan martabat
manusia bagi mereka yang miskin, yang rentan, dan yang tersingkir, baik itu
pegawai, siswa, orang tua, kolega, atau siapa saja?

Yg sangat terlihat jelas adalah opsi untuk membantu siswa/i yang tidak mampu secara
finansial untuk tetap sekolah dan menyelesaikan sekolahnya di Loyola, dan pinjaman dari
Yayasan dengan bunga rendah kepada guru/tendik

Merencanakan beberapa program :
1. Memberikan kenaikan gaji secara berkala
2. Aturan penggajian yang disesuaikan dengan aturan pemerintah
3. Rencana mendirikan koperasi.

Namun demikian, lembaga tetap harus memperhatikan dan juga memperjuangkan nasib
para pedagang kecil di sekitar loyola yang sekarang ini sudah tidak berdagang/bergeser
demi kemanusiaan dan keberpihakan pada kaum lemah.

Dengan memberikan bantuan beasiswa kepada siswa yang kurang mampu agar dapat
menikmati pendidikan yang layak dengan meringankan biaya pendidikan yang sanggup
digapai oleh orang tua siswa tersebut.

1. Dengan memberikan layanan konseling dan pendampingan bagi mereka yang miskin,
rentan dan tersingkir. 2. Membuat dan menerapkan kebijakan-kebijakan yang non-
diskriminatif, mencegah dan mengatasi bullying. 3. Membuat, melakukan tata cara
konseling dan pendampingan yang tepat bagi mereka yang miskin, rentan dan tersingkir.

Memberikan beasiswa bagi siswa berprestasi tapi tidak mampu secara financial

Bentuk penghargaan selalu dinamis dan akan terus berkelanjutan.

Lembaga ini saya kira juga sangat memperjuangkan kaum lemah, tersingkir, tidak
mampu melalui kegiatan kegiatan sosial, kegiatan kemanusiaan, merangkul orang di
sekitar Loyola, dsb.

menurut saya dengan memberikan yg terbaik terhadap pelayanan bagi antar guru, guru
karyawan, guru siswa, dan sesuai jobdes serta tanggung jawabnya masing masing.

SMA Kolese Loyola sebelum pandemi sering mengadakan kegiatan pasar murah, tetapi
selama pandemi ini saya tidak terlalu tahu kegiatan apa saja yang telah dilakukan dalam
hal ini.

Dulu ada program pasar murah yang diadakan sekolah untuk masyarakat sekitar Loyola.
Hal ini adalah salah satu bentuk kepedulian lembaga dalam memperjuangkan pemulihan
martabat manusia bagi yang miskin, yang rentan dan tersingkir.
Selain itu lembaga juga memberi beasiswa bebas uang masuk dan SPP untuk beberapa
anak yang tidak mampu. Hal ini juga bentuk kepedulian lembaga dalam memperjuangkan
pemulihan martabat manusia bai yang miskin dan tersingkir

Dana sosial yang dihimpun sekolah setidaknya bisa dimasukan dalam sistem zakat.
Selain itu, kekuatan jaringan kekeluargaan harus terus dibina dengan panduan para
Yesuit secara berkala agar semangat Ignatian yang rendah hati dan ringan tangan selalu
tertanam di dalam jiwa

Membantu siapapun yg membutuhkan tanpa pandang bulu.

Sudah melakukan aksi-aksi sosial

Institusi Loyola sudah berusaha memberikan perhatian kepada yang lemah, miskin, dan
menderita. Misalnya: dalam PPDB ada jalur untuk anak yatim piatu, ada jalur prestasi

Kelompok Preferensi 2: Berjalan Bersama Kaum Miskin 26

akademik, seni, dan olah raga. Yayasan juga seringkali membantu pegawai yang masih
membutuhkan pinjaman uang untuk membeli rumah atau untuk sekolah. Penghargaan
kepada guru/karyawan juga sudah diupayakan dengan baik, bahkan di masa
pandemipun guru/karyawan tidak terpengaruh secara signifikan dalam hal finansial.
Sejak tahun lalu, Yayasan sudah memberikan perhargaan bagi guru/karyawan yang
berprestasi. Bagi saya, itu sudah menjadi bukti bahwa institusi ini sudah memiliki
komitmen tinggi untuk memperjuangan kebenaran dan keadilan.

SMA Kolese Loyola mengajarkan guru, karyawan dan siswa untuk mewujudkan
kepedulian pada mereka yang miskin. Bantuan-bantuan pada sesama yang mengalami
bencana seperti banjir, gempa dsb berusaha diorganisir dengan baik.

Saya ingin perlakuan Cura Personalis dan ke-ADIL-an pada tataran yang sangat
sederhana dipergunakan untuk bertindak.

Dengan beasiswa untuk yang kurang mampu.

Untuk siswa yang miskin sudah ada program beasiswa atau pengurangan uang sekolah.
untuk karyawan dan guru saya tidak tau apakah ada yang masuk dalam golongan ini.

Iya memberikan perhatian pada ayang miskin dan rentan

Gerakan humanitarian sering digaungkan oleh KKL, KBKL, maupun KEKL rasanya cukup
membanggakan. Mungkin hanya perlu koordinasi lebih rapi agar hal yang baik itu
semakin terarah dan menggerakkan masyarakat sekitarnya.

Dilaksanakan, contohnya membantu anak2 yg kurang mampu dgn memberikan beasiswa
penuh, berempati kepada yg sedang dilanda musibah ataupun sakit

Yang menjadi pertanyaan sekarang; kalau uang sekolah dan sumbangan pendidikan
dibuat flat (sama rata), bagaimana dengan yang miskin? Mungkinkah mereka
mengenyam pendidikan di Loyola lagi?????

lembaga kami cukup perhatian dengan memberikan subsidi silang bagi siswa yang
kurang mampu, sehingga yang kaya dan miskin tetap memiliki kesempatan yang sama
dalam mendapatkan pendidikan yang layak.

Bagi saya untuk pegawai sendiri bisa lebih ditingkatkan lagi, seperti kenaikan gaji karena
kehidupan guru muda sangat sederhana

sudah cukup baik

melalui subsidi silang, memberi bantuan ketika ada yang kesusahan

jika bekerja maka kita harus semangat dan maksimal supaya karya kita dapat
memperjuangkan dan berdampak positif terhadap yang lain

Kesejahteraan guru dan karyawan cukup meningkat, cuma mohon diimbangi dengan
pembayaran uang sekolah yang saat ini berpihak pada orang mampu. Dengan 35 juta
orang mampu akan terasa ringan. Subsidi silang mohon diperhatikan. Sehingga anak2
yang baik, pandai, dan punya kemauan maju tapi tidak punya masih bisa bergabung

Lembaga kita mencoba memberikan perhatian pada anak2 yang kurang mampu dengan
program beasiswa

Sejauh pemahaman saya, Lembaga ini (SMA Kolese Loyola) memperjuangkan hak dan
pemulihan martabat bagi Guru, Karyawan, dan para siswa dalam banyak hal antara lain.
Penyediaan subsidi rumah bagi Guru dan Karyawan, penyediaan subsidi biaya berobat
/kesehatan, subsidi pakaian kerja dan buku bagi guru. Subsidi silang bagi siswa terkait
pembayaran uang sekolah, siswa yang latar belakang ekonomi menengah kebawah
membayar lebih sedikit jika dibandingkan siswa yang latar belakang ekonomi menengah
ke atas. Pengadaan beasiswa bagi siswa kurang mampu dan berprestasi.

Kelompok Preferensi 2: Berjalan Bersama Kaum Miskin 27

Penghayatan nilai-nilai Ignasian membawa lembaga pada cita-cita luhur untuk
memperjuangakan martabat manusia. Cita-cita pendahulu atau pendiri Loyola untuk
memberikan pendidikan bagi orang muda korban agresi militer tentunya menjadi
cerminan. Namun untuk sampai pada cita-cita luhur tersebut masih banyak yang harus
dibenahi oleh lembaga.

1. Tata tertib sekolah: perlindungan hak asasi anak.
2. Adanya BPJS ketenagakerjaan dan uang lembur.
3. Penghargaan guru atau karyawan terbaik.
4. Kesempatan bertemu dan berbagi satu sama lain dalam kelompok.

Memberikan pendidikan yang layak dan mencetak lulusan yang berguna bagi
masyarakat, yang tentunya memiliki semangat 4C.

Melakukan pendampingan khusus bagi para siswa yang memiliki masalah atau trauma
terhadap sesuatu menjadi salah satu poin penting di Loyola. Bukan soal anak tersebut
sembuh atau menemukan pertobatan, namun ini karena Loyola sudah berkomitmen
untuk melakukan pendampingan berbasis cura personalis. Menrengkuh personal masing-
masing hingga memiliki rasa saling percaya dan terbuka satu sama lain.

Kurang lebih sama dengan yang saya rasakan dalam komunitas. Cepat, tanggap, dan
totalitas. Pastinya kita saling berkaca pada pengalaman pelayanan yang baik dari
komunitas maupun lembaga untuk saling bersinergi dalam bidang kemanusiaan.

Kurang lebih sama dengan yang saya rasakan dalam komunitas. Cepat, tanggap, dan
totalitas. Pastinya kita saling berkaca pada pengalaman pelayanan yang baik dari
komunitas maupun lembaga untuk saling bersinergi dalam bidang kemanusiaan.

Dalam kelembagaan Loyola dalam mendukung pegawai, siswa, orang tua, dll juga
sangat memperhatikan dan mendukung secara konkret. Dalam bentuk finansial dan
dukungan moral. Bahkan juga mengadakan misa atau ibadah yang secara khusus
diadakan untuk mendoakan keluarga KBKL yang baru saja dipanggil Tuhan atau
mengalami sakit penyakit. Bahkan perhatian secara khusus juga dibidang lain seperti ada
yang KBKL yang sedang berada dalam suatu masalah juga berbagi berkat dengan
orang-orang diluar sana dengan cara bakti sosial.

Dengan tidak memandang status sosial ekonomi para siswa yang akan bergabung
dengan kita dan dengan adanya berbagai golongan uang sekolah dan uang gedung.

Sudah cukup maksimal, hanya saja perlu adanya kesadaraan diri yang lebih guna
meningkatkan awerness yang lebih tanpa menonjol ego. Menurut saya ini perlu karena
dengan demikian kita juga ikut membentuk karakter manusia yabg bisa peduli bagi
manusia lainnya yang miskin, rentan (tidak hanya miskin dan rentan secara materi tetapi
juga bisa miskin dan rentan secara nurani maupun bentuk lainnya) juga tersingkirkan
karena perbedaan yang mungkin bagi segelintir orang menjadi ganjalan.

Lembaga ini cukup baik dalam memperjuangkan keutuhan martabat manusia dengan
agenda-agenda kegiatan dan segala macam keputusan-keputusan yang mengarah
kepada memberdayakan potensi kemanusiaannya sehingga perwujudan manusia
sebagai citra Allah. Memang masih ada beberapa yang perlu diperbaiki dan terus
dikembangkan.

Lembaga ini memperjuangkan pemulihan martabat manusia yang miskin dan rentan
dengan memberikan sarana untuk mendapatkan pinjaman dana bagi pegawai yang
membutuhkan, melalui aktivitas siswa menggalang dana solidaritas bagi korban bencana,
pasar murah. mungkin perlu bagi lembaga sendiri (yayasan) mendukung kegiatan sosial
yang selama ini banyak dikelola oleh guru dan siswa.

Kelompok Preferensi 2: Berjalan Bersama Kaum Miskin 28

Niat memang selalu baik, namun menurut saya pribadi kebutuhan tidak tercukupi hanya
dengan menjadi guru/pegawai biasa di sini. Lembaga memperjuangkan martabat kami

ya, namun kurang merata sebagai seorang yang bekerja di lembaga ini dengan
membawa nama besar Loyola. Bagi kami bekerja di sekolah besar ini adalah sebuah

prestasi, yang tidak semua orang mampu namun sebaliknya sebagai seorang guru biasa
disini tanpa jabatan struktural apapun atau kelebihan jam atau lemburan atau lomba2

akan jauh berbeda dengan guru yang menjabat dan banyak kegiatan, sementara
kegiatan tersebut juga mereka hanya dipilih random bukan karena keinginan mereka.

Dari sisi sosial, saat ada acara layatan terkadang terbentur aturan sekolah. Padahal
menurut saya hal tersebut juga mengajarkan kepada kkl nantinya bahwa hal tersebut
juga untuk menghargai orang lain. Siswa loyola adalah orang yang tidak bodoh dan tidak
akan membuat mereka bodoh jika satu hari diliburkan untuk menghormati *misalnya
keluarga guru meninggal, atau
Jesuit yang pernah bekerja di kolese ini.

Karena kita meneladan Ignatius Loyola yang selalu memperjuangkan mereka yang
kurang beruntung. (Ah, saya rasa jika tidak ada teladan dari Ignatius Loyola sekalipun
sudah sewajarnya jika kita memihak mereka yang kurang beruntung, that's just the right
thing to do as a human being)

menurut saya sudah baik, dengan melakukan subsidi silang pembayaran untuk siswa
yang membutuhkan, dengan yayasan Loyola memberikan bantuan pinjaman uang bagi
guru dan karyawan merupakan salah satu langkah Loyola dalam membantu sesama.
Selain itu melalui kegiatan bakti sosial untuk yang berkekurangan, memberikan bantuan
ke instansi lain juga merupakan salah satu bentuk langkah loyola dalam membantu
sesama

Menurut saya sudah sangat baik, tercermin ari banyaknya kegiatan yang mengutamakan
untuk menumbuhkan rasa peduli terhadap orang lain. Kegiatan-kegiatan tersenbut
misalnya : penggalangan dana untuk korban bencana, adanya kegiatan ekskursi, livein,
sembako murah, yang baru saja silasol oleh DKKL, LC zone dll
kegiatan-kegiatan tersebut melatih untk peka ddan peduli terhadap orang lain terutama
mereka yang lemah, miskin dan tersingkir
mengarahkan pada satu hal yakni :Memanusiakan manusia

Lembaga kita ini belum maksimal dalam melaksanakan hal tersebut diatas. Jika kita
melihat sosok para pensiunan guru/ karyawan, mereka membutuhkan dana untuk
kesehatan, pemulihan kesehatan bagi pensiunan KBKL saya usulkan diikutsertakan iuran
BPJS Kesehatan. Hal inilah yang mereka butuhkan.

Lembaga kita seharusnya benar2 membantu sampai pelaksanaannya, jangan sampai
hanya sebatas wacana

Konkritnya Loyola harus tetap setia pada arah Gereja "Option of the poor", jangan
sampai Loyola hanya perhatian pada yang "punya".

Sebagai guru saya selalu memahami siswa secara unik dan personal, karena masing-
masing pribadi siswa mempunyai minat/bakat yang berbeda-beda dan memang harus
dikembangkan.

Sudah sangat baik, menghargai mereka yg miskin, lemah dan tersingkir. Tidak ragu
untuk saling membantu dan kekeluargaan.

Lembaga kita pada dasarnya sangat memperjuangkan martabat manusia. Hal ini
dibuktikan dengan beberapa kali Lembaga Karya Pendidikan SMA Kolese Loyola
mengadakan kegiatan-kegiatan amal seperti vaksin massal, pasar murah dan kegiatan
amal lainnya.

Kelompok Preferensi 2: Berjalan Bersama Kaum Miskin 29

Lembaga ini sungguh arif dan bijaksana dalam memperjuangkan martabat manusia.
Namun perlu diingat bahwa kemanusiaan yang memulihkan martabat tidak hanya hadir
secara fisik saja, melainkan juga perilaku moral yang baik. Hemat saya, belum semua hal
baik disampaikan pula dengan cara yang baik.

Lembaga kita juga turut memperjuangkan martabat manusia dengan tidak merendahkan
orang yang yang miskin rentan ataupun tersingkir. Jika dulu ada sistem subsidi silang
sekarang ada tawaran beasiswa.

memberikan subsidi kepada siswa terkait pembayaran sekolah

saya berhadap lembaga mau berdonasi seperti di paroki-paroki yang bergerak dibidang
kemanusiaan. mungkin juga lembaga bisa mengadakan acara bagi-bagi makanan atau
sembako untuk tempat-tempat tertentu yang sekira membutuhkan uluran tangan kita.

Menunjukkan keberpihakan, membuat gerakan sosial yang konkret.

Memberi kesempatan dan Intens berkomunikasi dgn mereka

Memberikan kesempatan kepada mereka yg tdk mampu untuk menikmati pendidikan di
Loyola dg memberikan bantuan beasiswa (tanpa mengurangi kualitas pendidikan)

Memberi kesempatan kpd mereka supaya dapat mengeyam pendidikan di Loyola dgn
memberikan bea siswa dan membebaskan Uang Sekolah.

Sdh baik dan perlu ditingkatkan lagi sehingga semakin baik

Terima aspirasi mereka saat ada keluahan , kelola dengan bijak...

Karna saya masih baru di komunitas,waktu lalu melihat ada rumah siswa dan guru yg
mengalami musibah komunitas Loyola membantu

Sudah baik namun tetap harus ditingkatkan

kita hrs ikut memikirkan/berusaha membantu dgn berbagai cara sehingga bisa
mengankat kembali kesejahteraan dan martabatnya

memberikan penghargaan masa kerja di atas 25 tahun, dana pensiun, pinjaman dengan
cicilan ringan

Kita udah lama belum naik golongn ...maaf romo tolong di fikirkn soal ini ..

Semoga melalui Dewan Guru semua terakomodir, hanya saja hati-hati dalam mengelola
uang, karena uang ini untuk kehidupan orang banyak, buat mereka yang membutuhkan,
betapa berdosanya jika tidak tepat sasaran

Lembaga selalu menjunjung kesejahteraan bersama tanpa membedakan

Yayasan membantu memberi pinjaman untuk membangun rumah hanya 1x dengan
bunga rendah 0.5 %

SALING MEMBANTU DAN MEMBERIKAN MOTIVASI

Sejauh ini masih selalu ada tempat bagi saudara kita ini dalam kolese meskipun tidak
sebesar dulu mungkin karena tuntutan perkembangan fisik Loyola, era modern dan digital
(ditambah situasi pandemi) sedikit banyak saya rasa mempengaruhi 'gaya" perjuangan
Loyola, meskipun nafasnya masih sama tetapi sepertinya gerakannya lebih terbatas

Lembaga karya pendidikan SMA Kolese Loyola memberikan bea siswa bagi anak yg
kurang mampu,pelayanan dan pendekatan siswa dan orang tua dengan
baik,mengangkatan kerja guru dan karyawan supaya dapat bergabung,memajukan
lembaga bersama-sama,memberikan pinjaman bagi guru dan karyawan yang belum
punya tempat tinggal,dll.

Lingkungan dan sekitar nya

Kelompok Preferensi 2: Berjalan Bersama Kaum Miskin 30

Memberi semangat dan perhatian.

Dengan memberi apresiasi bahwa mereka pernah dibutuhkan disini
Membantu para siswa yang kurang mampu dengan bea siswa dan keringanan uang
sekolah

Loyola sdah memperjuangkan
Sangat bagus dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk belajar di SMA
Loyola

Sangat bagus karena memiliki rasa toleransi yang tinggi

Idem dengan jawaban no 2
Lembaga Karya Pendidikan SMA Kolese Loyola sangat baik dalam memperjuangkan hak
orang yang membutuhkan pertolongan dan pemulihan.
Menurut pendapat saya dalam memperjuangkan pemulihan martabat manusia terutama
kepada pegawai kurang di perhatikan

Adanya program subsidi silang yang dapat meringankan beban biaya pendidikan supaya
bisa mendapatkan pendidikan yang terbaik di SMA Kolese Loyola

Misalnya untuk siswa dengan memberikan beasiswa bagi mereka yang tidak mampu.
Mengadakan tutorial kelas, mengajarkan anak-anak untuk berbagi ilmu nya untuk teman
lain yang kurang bisa memahami pelajaran/nilainya sedang jelek.

adanya kegiatan yg melibatkan masyarkat, misal live in

memberikan bantuan materi bagi mereka yang kekurangan, adanya beasiswa bagi siswa
siswi yang kurang mampu di dalam menempuh pendidikan

Lembaga menurut saya telah memperjuangkan mereka yg membutuhkan melalui
beberapa kegiatan spt memberi bantuan ke panti asuhan, orang yg membutuhkan, dll

Jalin komunikasi dengan baik,bila kita menjalin komunikasi yg tdk kosong otomatis kita
saling membantu juga tdk kosong,dan terjalin saling membantu yg menguntungkan dan
bisa meningkatkan ekonomi yg lemah menjadi kuat dan ekonomi yg kuat menjadi tambah
kuat dan bisa membantu lagi yg berekonomi yg lemah lainnya menjadi mampan dan
seterusnya seperti itu,lama kelamaan saling bantu dan ekonomi sama2 mapan.

Mengupayakan kesejahteraan pegawai. dan menghargai anggota komunitas sebagai
pribadi

kurang greget

Melalui berbagai sarana dan prasarana yang mewadahi mereka sebagai bentuk kasih
dan keperdulian sebagai sesama manusia seperti adanya beasiswa bagi siswa

Semoga lembaga kita betul - betul memperjuangkan pemulihan martabat sehingga tidak
ada yang merasa dibedakan terutama di kalangan lembaga sendiri

Baik. Perlu ditingkatkan.

Perjuangan martabat bisa dilihat dari tetap diadakannya beasiswa, membatu kaum
miskin disekitar lingkungan sekolah hingga mendoakan mereka disegala kesempatan

Melalui kesempatan kesempatan yang mengundang cinta kasih seperti menjenguk orang
sakit, menjenguk yang sedang kesusahan, donasi bagi yang sakit, dukungan moral bagi
yang isoman dll

Memberi kesempatan pada para murid yang kekurangan secara finansial, turut
mendukung kegiatan anak-anak dengan segala upgrade sarana dan prasarana tanpa

Kelompok Preferensi 2: Berjalan Bersama Kaum Miskin 31

membeda-bedakan, dan mendukung tutorial guru bagi siswa yang kurang mampu secara
akademik.

Sebagai suatu institusi yang besar, saya merasa loyola harus terus terbuka dengan
segala masukan yang ada. Setiap masukan yang terdengar menjadi feedback atau tolak
ukur berhasil atau tidaknya penghargaan terhadap marbatat manusia di loyola. Saya
yakin dengan duduk bersama dan dengar pendapat dapat menjadikan loyola menjadi
semakin baik.

Komunitas Loyola selalu menerapkan banyak hal positif dalam hal membantu sesama,
saling berbagi dan membantu orang - orang sekitar, guru - guru juga selalu berusaha
membantu para siswa yang mengalami kesulitan atau masalah pribadi yang bisa
mempengaruhi prestasi di sekolah.

Seperti yang sudah saya tuliskan diatas bahwa Loyola berusaha dan berupaya untuk
dapat membantu secara langsung bagi posisi-posisi yang lemah. Banyak hal yang sudah
Loyola lakukan dan kerjasama yang sangat EPIC antara guru, karyawan, yayasan, kkl,
bahkan kekl demi membantu sesama. Nilai Ignasian tidak hanya teori tapi diwujudkan
secara nyata.

Saya merasa lembaga ini sudah berusaha untuk melakukan yang terbaik dalam hal ini.
Beberapa beasiswa diberikan kepada mereka yang sungguh membutuhkan. Pengecekan
administrasi keuangan untuk KKL yang dirasa kaku sejatinya juga merupakan bukti agar
bantuan diberikan kepada mereka yang sungguh dibutuhkan. Kendati demikian, sekali
lagi, hal ini kurang dipahami banyak dari kita karena komunikasi yang kurang.
Seandainya maksud dan tujuan bisa dipahami [mungkin dikomunikasikan] dengan pihak-
pihak yang berkaitan, mungkin perjuangan pemulihan martabat ini dapat sungguh
didukung penuh oleh KBKL.

Sebagai bagian dari Lembaga, saya melihat lembaga telah melakukan tindakan nyata
berupa memberikan beasiswa pada siswa yang membutuhkan bantuan finansial.
Memberikan kesempatan bagi putra-putri guru untuk mengenyam pendidikan di Loyola
dengan pembiayasaan yang terjangkau.

hal yang paling terasa adalah selama pandemi ini, yayasan membuat kebijakan-
kebijakan yang juga menunjukkan penghargaan terhadap martabat manusia. ada
pemotongan uang sekolah, berbagai dispensasi yang diberikan kepada ortu siswa.
setahu saya ada juga yang mendapatkan beasiswa dan juga tidak ada pemotongan gaji
guru dan karyawan selama pandemi menurut saya termasuk kebijakan yang mendukung
UAP yang ke dua ini.

Yayasan Loyola sudah menerapkan perjuangan pemulihan martabat tersebut. Seperti
contoh yang sudah saya utarakan sebelumnya, baik kepada internal (pegawai Yayasan),
maupun kepada eksternal (orang lain di luar Yayasan Loyola). Contoh yang lain adalah
memberikan pekerjaan kepada orang yang menganggur sehingga dapat memiliki
penghasilan untuk keluarganya.

Sejauh yang saya amati dan alami, lembaga ini memberikan beasiswa kepada siswa
yang tidak mampu, mulai menerapkan protokol perlindungan anak dalam buku pedoman
siswa.
Di level Yayasan, Yayasan memperhatikan kondisi keuangan orang tua yang terkena
dampak covid-19 dengan mengabulkan permohonan mereka untuk memperbarui
komitmen uang sekolah mereka. Yayasan memberi beasiswa pada siswa yang finansial
orang tuanya tidak memadai untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Yayasan juga
memperhatikan kebutuhan pulsa para guru, memberikan vitamin rutin, bantuan
kesehatan untuk guru dan karyawan yang sakit atau berobat, pinjaman untuk memenuhi
kebutuhan dasar para guru dan karyawan.

Kelompok Preferensi 2: Berjalan Bersama Kaum Miskin 32

Memberikan peluang bagi mereka utk memperbaiki nasib atau utk ikut mrnentukan
kebijaksanaan.

Sudah baik
Secara pelan dan pasti perubahan lembaga ini memikirkan kesejahteraan sudah mulai
terwujud...kurang dan lebihnya pasti ada

Idem

Setahu sy berjalan baik dan akan baik lagi bila semakin diperluas...

Kelompok Preferensi 2: Berjalan Bersama Kaum Miskin 33

NOTULA PERCAKAPAN ROHANI TIGA PUTARAN

PUTARAN PERTAMA Sharing singkat, padat dan jelas

No Nama
Anggota

1. P. A. Vico
Christiawan,
S.J., M.Hum.

2. Christina
Setyadewi
Mustikarini

3. Daniel Joko
Susetyantoro

4. Ediana Prima
Widiyaningrum

5. Etik Mahareni 34
D.P

Kelompok Preferensi 2: Berjalan Bersama Kaum Miskin

6. Maria Susana
Widyaningsih

7. Prisca Anindya
Dewi

8. YB. Ardy
Widyanto

Kelompok Preferensi 2: Berjalan Bersama Kaum Miskin 35

PUTARAN KEDUA Sharing singkat tentang tema/sharing putaran pertama
yang menyentuh dan menggerakkan batin.
No Nama Sharing dari:
Anggota Tema dari:
Yang menyentuh/menggerakkan batin:
1. P. A. Vico
Christiawan,
S.J., M.Hum.

2. Christina Sharing dari:
Setyadewi Tema dari:
Mustikarini Yang menyentuh/menggerakkan batin:

3. Daniel Joko Sharing dari:
Susetyantoro Tema dari:
Yang menyentuh/menggerakkan batin:

4. Ediana Prima Sharing dari:
Widiyaningrum Tema dari:
Yang menyentuh/menggerakkan batin:

5. Etik Mahareni Sharing dari:
D.P Tema dari:
Yang menyentuh/menggerakkan batin:

6. Maria Susana Sharing dari: 36
Widyaningsih Tema dari:

Kelompok Preferensi 2: Berjalan Bersama Kaum Miskin

Yang menyentuh/menggerakkan batin:

7. Prisca Anindya Sharing dari:

Dewi Tema dari:

Yang menyentuh/menggerakkan batin:

8. YB. Ardy Sharing dari:
Widyanto Tema dari:
Yang menyentuh/menggerakkan batin:

Kelompok Preferensi 2: Berjalan Bersama Kaum Miskin 37

Putaran Ketiga:
1. Gerakan-gerakan Roh semacam apa yang Anda kenali dari sharing Putaran

Pertama dan Kedua di atas?

2. Apakah muncul hal-hal yang perlu disepakati bersama?

3. Langkah-langkah atau rencana ke depan apa yang menurut Anda perlu
diambil bersama?

Kelompok Preferensi 2: Berjalan Bersama Kaum Miskin 38

https://www.cheverus.org/faith-service/uap.cfm

Kelompok Preferensi 2: Berjalan Bersama Kaum Miskin 39


Click to View FlipBook Version