The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

E-book ini membahas tentang segala hal yang berhubungan dengan manajemen kelas.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by rikaariyani857, 2021-07-26 20:39:43

E-Book Manajemen Kelas

E-book ini membahas tentang segala hal yang berhubungan dengan manajemen kelas.

Keywords: #Ebook #Manajemen #Kelas

i

MANAJEMEN KELAS

Oleh:
Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I

ii

DAFTAR ISI

HAL
Bab I Pendahuluan ................................................................ .1
Bab II Pengertian Manajemen Kelas .......................................3
Bab III Tujuan Manajemen Kelas ..........................................10
Bab IV Fungsi Manajemen Kelas ...........................................13
Bab V Ruang Lingkup Manajemen Kelas ...............................15
Bab VI Pengaturan Siswa Dalam Manajemen Kelas ...............17
BAB VII Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Manajemen

Kelas ......................................................................20
BAB VIII Prinsip-prinsip Manajemen Kelas ...........................24
Bab IX Pendekatan-pendekatan Manajemen Kelas .................27
Bab X hambatan-hambatan Dalam Manajemen Kelas ............37

DAFTAR PUSTAKA
CURRICULUM VITAE

1

BAB I
PENDAHULUAN

Salah satu hal yang tidak bisa diabaikan dalam manajemen
peserta didik adalah manajemen kelas. Manajemen kelas
merupakan aspek pendidikan yang sering dijadikan perhatian
utama oleh para calon guru, guru baru, dan bahkan guru yang
telah berpengalaman, karena calon guru, guru baru, dan guru yang
telah berpengalaman berkeinginan agar para peserta didik dapat
belajar dengan optimal. Dalam artian, guru mampu
menyampaikan bahan pelajaran dan dapat diterima oleh peserta
didik dengan baik.

Guru yang professional salah satu cirinya adalah guru yang
mampu mengelola kelas dengan baik.

Penciptaan kelas yang nyaman merupakan kajian dari
manajemen kelas. Sebab manajemen kelas merupakan serangkaian
perilaku guru dalam upayanya menciptakan dan memelihara
kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik untuk belajar
dengan baik.

Di dalam kelas, segala aspek pembelajaran berproses, guru
dengan segala kemampuannya yang dimilikinya, murid dengan
segala latar belakang dan potensi dimilikinya.

Manajemen kelas diperlukan karena dari hari ke hari,
bahkan dari waktu ke waktu tingkah laku dan perbuatan peserta

2

didik selalu berubah. Hari ini peserta didik dapat belajar
dengan baik dan tenang, tetapi besok belum tentu. Kemarin terjadi
persaingan yang sehat dalam kelompok, sebaliknya di masa
mendatang boleh jadi persaingan itu kurang sehat. Kelas selalu
dinamis dalam bentuk perilaku, perbuatan, sikap, mental, dan
emosional siswa.

3

BAB II
PENGERTIAN MANAJEMEN KELAS

Manajemen kelas merupakan gabungan dari kata

manajemen dan kelas. Manajemen yaitu suatu proses

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan

pengawasan/pengevaluasian untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Sedangkan kelas adalah ruangan belajar atau

rombongan belajar.

Kelas dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (2007:545)
diartikan sebagai ruang tempat belajar di sekolah. Pengertian
umum mengenai kelas, yaitu sekelompok siswa pada waktu yang
sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Kelas dapat dibedakan atas dua pandangan, yaitu
pandangan dari segi fisik dan pandangan dari segi siswa. Nawawi
memandang kelas dari dua sudut:

1. Kelas Dalam Arti Sempit

Kelas dalam arti sempit yaitu sebuah ruangan yang dibatasi
oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk
mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam pengertian ini,
mengandung sifat statis karena sekedar menunjuk pengelompokan
siswa menurut tingkat perkembangannya, antara lain berdasarkan
pada batas umur kronologis masing-masing.

4

2. Kelas Dalam Arti Luas
Kelas dalam arti luas yaitu suatu masyarakat kecil yang

merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu
kesatuan diorganisir menjadi unit kerja yang secara dinamis
menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk
mencapai suatu tujuan.

Menurut Abdurahman (1994: 42), kelas meliputi berbagai
komponen, antara lain: ruangan, siswa, kegiatan pembelajaran,
alat dan media pembelajaran, serta segala hal yang berkenaan
dengan suasana lingkungan.

Manajemen kelas dipandang dari komponen- komponennya
dapat dikelompokkan menjadi pengelolaan kelas yang
menyangkut siswa dan pengelolaan kelas yang menyangkut non-
siswa (alat peraga, ruangan, lingkungan kelas).

Manajemen kelas merupakan tingkah laku kompleks yang
digunakan oleh guru untuk memelihara suasana sehingga
pembelajaran berjalan dengan optimal untuk mengembangkan
potensi murid. Menurut Hamalik “kelas adalah suatu kelompok
orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat
pengajaran dari guru”. Sedangkan Sulaeman (2009) mengartikan
bahwa kelas dalam arti umum menunjukkan kepada pengertian
sekelompok siswa yang ada pada waktu yang sama menerima
pelajaran yang sama dan dari guru yang sama pula. Kelas dalam
arti luas merupakan bagian dari masyarakat kecil yang sebagian
adalah suatu masyarakat sekolah yang sebagian suatu kesatuan di

5

organisasi menjadi unit kerja secara dinamis menyelenggarakan
kegiatan- kegiatan.

Menurut Hamiseno (2009), kelas adalah ruangan yang
digunakan untuk proses belajar mengajar yang efektif dan
menguntungkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar
dengan baik sesuai kemampuan.

Kelas merupakan taman belajar bagi siswa. Kelas adalah
tempat bagi para siswa untuk tumbuh dan berkembangnya potensi
intelektual dan emosional. Mengingat urgensi kelas, hendaknya
kelas harus dimanajemen sedemikian rupa sehingga benar-benar
merupakan tempat belajar yang nyaman dan menyenangkan.

Syarat-syarat kelas yang baik, yakni:

(a) Rapi, bersih, sehat, tidak lembab
(b) Cukup cahaya yang meneranginya
(c) Sirkulasi udara cukup
(d)Perabot dalam keadaan baik, cukup jumlah dan ditata dengan

rapi
(e) Jumlah siswa tidak lebih dari 40 orang.

Dapat disimpulkan bahwa terdapat dua pengertian kelas,
yaitu sebuah ruangan yang disediakan untuk belajar, dan dapat
pula diartikan sebagai kelompok belajar pada mata pelajaran yang
sama dan guru yang sama.

Selanjutnya, penulis kemukakan tentang pengertian
manajemen kelas.

6

Manajemen kelas dikenal juga dengan pengelolaan kelas.
Masing-masing guru harus mampu mengelola kelas dengan baik.
Tanpa pengelolaan kelas yang baik dan efektif, proses belajar
mengajar akan menjadi kacau sehingga tujuan pembelajaran tidak
tercapai sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, seorang guru
tidak hanya dituntut untuk menguasai materi atau bahan pelajaran
saja, tetapi juga harus mampu menguasai kelas.

Manajemen kelas yaitu keterampilan yang dimiliki guru
dalam menciptakan suasana belajar yang nyaman dan kondusif
sehingga peserta didik dapat belajar dengan baik dan tenang
sehingga tujuan pembelajaran tercapai secara efektif dan efisien.

Pengertian manajemen kelas menurut Weber W. A. (1988)
adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana
belajar yang efektif dan menyenangkan serta memotivasi murid
agar dapat belajar dengan baik. Arikunto (2006) mendefinisikan
manajemen kelas sebagai suatu usaha yang dilakukan penanggung
jawab kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar tercapai
kondisi belajar yang optimal, sehingga dapat terlaksana kegiatan
belajar seperti yang diharapkan.

Sedangkan Mulyasa (2006) mendefinisikan manajemen
kelas sebagai keterampilan guru untuk menciptakan iklim
pembelajaran kondusif dan mengendalikannya jika terjadi
gangguan dalam pembelajaran.”

Selain definisi di atas, ada lima defenisi manajemen kelas
menurut informasi Pendidikan Nasional yaitu sebagai berikut:

7

1. Pengelolaan Kelas Yang Bersifat Otoritatif

Pengelolaan kelas yang bersifat otoritatif yakni seperangkat
kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban
suasana kelas, disiplin sangat diutamakan.

2. Pengelolan Kelas Yang Bersifat Permisif

Pandangan ini menekankan bahwa tugas guru ialah
memaksimalkan perwujudan kebebasan siswa. Dalam hal ini guru
membantu siswa untuk merasa bebas melakukan hal yang ingin
dilakukannya. Berbuat sebaliknya berarti guru menghambat atau
menghalangi perkembangan anak secara alamiah.

3. Pengelolaan Kelas Yang Berdasarkan Prinsip- Prinsip
Pengubahan Tingkah Laku (Behavioral Modification)

Behavioral modification yaitu seperangkat kegiatan guru
untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan
mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan.
Secara singkat, guru membantu siswa dalam mempelajari tingkah
laku yang tepat melalui penerapan prinsip-prinsip yang diambil
dari teori penguatan (reinforcement).

4. Pengelolaan Kelas Sebagai Proses Penciptaan Iklim Sosio-
Emosional Yang Positif Di Dalam Kelas

Pandangan ini mempunyai anggapan dasar bahwa kegiatan
belajar akan berkembang secara maksimal di dalam kelas yang
beriklim positif, yaitu suasana hubungan interpersonal yang baik

8

antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Untuk
terciptanya suasana seperti ini guru memegang peranan kunci.

Peranan guru ialah mengembangkan iklim sosio-emosional
kelas yang positif melalui pertumbuhan hubungan interpersonal
yang sehat. Dengan demikian, pengelolaan kelas ialah seperangkat
kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal
yang baik dan iklim sosio- emosional kelas yang positif.

Pengelolaan kelas yang bertolak dari anggapan bahwa kelas
merupakan sistem sosial dengan proses kelompok (group process)
sebagai intinya.

Dalam kaitan ini dipakailah anggapan dasar bahwa
pengajaran berlangsung dalam kaitannya dengan suatu kelompok.
Dengan demikian, kehidupan kelas sebagai kelompok dipandang
mempunyai pengaruh yang amat berarti terhadap kegiatan belajar,
meskipun belajar dianggap sebagai proses individual. Peranan
guru ialah mendorong berkembangnya dan berprestasinya sistem
kelas yang efektif.

Dengan demikian, pengelolaan kelas ialah seperangkat
kegiatan guru untuk menumbuhkan dan memertahankan
organisasi kelas yang efektif (Depdikbud, 1982).

Manajemen kelas merupakan usaha sadar untuk mengatur
kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis. Usaha sadar itu
mengarah pada persiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan
alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi/kondisi

9

proses belajar mengajar dan pengaturan, waktu, sehingga proses
belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat
tercapai.

Menurut Made Pidarta (dalam Djamarah, 2005:172)
“Manajemen kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat
yang tepat terhadap problem dan situasi kelas”. Guru bertugas
menciptakan, memperbaiki, dan memelihara sistem atau
organisasi kelas, sehingga anak didik dapat memanfaatkan
kemampuannya, bakat, dan energinya pada tugas- tugas
individual.

Jadi, manajemen kelas merupakan usaha sadar untuk
mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis yang
mengarah pada penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan
ruang belajar, serta mewujudkan situasi dan kondisi proses belajar
mengajar sehingga dapat berjalan dengan baik dan tujuan
kurikuler dapat tercapai sebagaimana yang diharapkan.

10

BAB III
TUJUAN MANAJEMEN KELAS

Keberhasilan sebuah kegiatan dapat dilihat dari hasil yang
dicapainya. Tujuan adalah titik akhir dari sebuah kegiatan dan
dari tujuan itu juga sebagai pangkal tolak pelaksanaan kegiatan
selanjutnya. Keberhasilan sebuah tujuan dapat dilihat dari
efektivitas dalam pencapaian tujuan itu serta tingkat efisiensi dan
penggunaan berbagai sumber daya yang dimiliki.

Dalam proses manajemen kelas, keberhasilannya dapat
dilihat dari tujuan apa yang ingin dicapai. Oleh karena itu, guru
harus menetapkan tujuan apa yang hendak dicapai dengan
kegiatan manajemen kelas yang dilakukannya.

Suharsimi Arikunto (2004), berpendapat bahwa tujuan
manajemen kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja
dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara
efektif dan efisien. Selengkapnya Arikunto menguraikan rincian
tujuan manajemen kelas berikut ini :

1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan
belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan
peserta didik untuk dapat mengembangkan kemampuan
semaksimal mungkin.

2. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi
terwujudnya interaksi pembelajaran.

11

3. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang
mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan
lingkungan sosial, emosional, dan intelek siswa dalam belajar.

4. Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang
sosial, ekonomi, budaya, serta sifat- sifat individunya (Dirjen
PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996).

John W. Santrock (2004) berpendapat bahwa manajemen
kelas yang efektif bertujuan untuk membantu menghabiskan lebih
banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang
tidak diorientasikan pada tujuan pembelajaran dan mencegah
siswa mengalami problem akademik dan emosional.

Kelas yang dikelola dengan baik tidak hanya akan
meningkatkan pembelajaran yang berarti, tetapi juga membantu
mencegah berkembangnya problem emosional dan akademik.
Kelas yang dikelola dengan baik akan membuat siswa sibuk
dengan tugas yang menantang dan akan membuat siswa
termotivasi belajar, mamahami aturan, dan regulasi yang harus
dipatuhi.

Dalam kelas yang demikian itu, kecil kemungkinan siswa
mengalami masalah emosional dan akademik. Sebaliknya kelas
yang dikelola dengan buruk, problem emosional dan akademik
akan menjadi makin tidak termotivasi. Siswa yang pemalu akan
menjadi reklusif dan siswa yang bandel akan makin kurang ajar.

Sebagai indikator dari sebuah kelas yang tertib adalah
apabila:

12

a. Setiap anak terus bekerja, tidak macet, artinya tidak ada anak
yang terhenti karena tidak tahu akan tugas yang harus dilakukan
atau tidak dapat melakukan tugas yang diberikan kepadanya.

b. Setiap anak terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu,
artinya setiap anak akan bekerja secepatnya agar lekas
menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Apabila ada
anak yang walaupun tahu dan dapat melaksanakan tugasnya,
tetapi mengerjakannya kurang bergairah dan mengulur waktu
bekerja, maka kelas tersebut dikatakan tidak tertib.

Jadi, secara keseluruhan tujuan manajemen kelas adalah
sebagai berikut:

1. Agar tercipta situasi dan kondisi kelas yang nyaman.
2. Agar peserta didik dapat leluasa mengembangkan kemampuan

mereka secara maksimal.
3. Tersedia fasilitas belajar yang mendukung proses belajar

mengajar.
4. Memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan tenang

sehingga terwujud proses belajar mengajar yang efektif.
5. Mengurangi berbagai hambatan yang muncul dalam kegiatan

belajar mengajar.
6. Terwujudnya interaksi belajar mengajar sehingga dapat

meningkatkan intelektual peserta didk.
7. Membina dan membimbing peserta didik sesuai dengan latar

belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya.

13

BAB IV

FUNGSI MANAJEMEN KELAS

Selain memberikan arti penting bagi tercipta dan
terpeliharanya suasana dan kondisi kelas yang optimal,
manajemen kelas juga berfungsi:

1. Melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas seperti;
membantu kelompok dalam pembagian tugas, membantu
pembentukan kelompok, membantu kerjasama dalam
menemukan tujuan- tujuan organisasi, membantu individu agar
dapat bekerjasama dengan kelompok atau kelas, membantu
prosedur kerja, dan merubah kondisi kelas.

2. Untuk memelihara agar tugas-tugas itu dapat berjalan dengan
lancar.

3. Untuk menghindari masalah-masalah yang terjadi di kelas.
Biasanya masalah yang terjadi di kelas dapat dikelompokkan
dalam dua kategori yaitu masalah individual dan masalah
kelompok.

Menurut J. M Cooper (1977), fungsi manajemen kelas
sebagai berikut:
1. Sebagai proses untuk mengendalikan atau mengontrol prilaku

siswa di dalam kelas.
2. Sebagai upaya menciptakan kebebasan bagi diri siswa.
3. Sebagai proses pemodifikasian perilaku peserta didik.

14

4. Sebagai proses menciptakan sosio-emosioanal yang positif
dalam kelas.

5. Upaya pemberdayaan (empowering) sebuah sistem sosial atau
proses kelompok sebagai intinya.
Dengan demikian, fungsi manajemen kelas adalah sebagai

upaya dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi
peserta didik untuk mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan
efisien.

15

BAB V

RUANG LINGKUP MANAJEMEN KELAS

1. Manajemen Kurikulum
Kurikulum adalah suatu cakupan kerja yang digunakan oleh

seorang guru sebagai pedoman yang akan dicapai di dalam proses
belajar mengajar. Sedangkan manajemen kurikulum adalah
sebuah perencanaan atau pengarahan untuk menyelesaikan
kurikulum tersebut.

2. Manajemen Peserta Didik
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha

mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia baik dari jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Dengan demikian, manajemen peserta didik adalah suatu proses
kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja serta
pembinaan secara kontinu terhadap seluruh peserta didik (dalam
lembaga pendidikan yang bersangkutan) agar dapat mengikuti
PBM dengan efektif dan efesien UUSPN (2003).

3. Kegiatan Akademik
Kegiatan akademik dikategorikan sebagai kegiatan PBM

(proses belajar mengajar/teaching), di antaranya membuat
persiapan sebelum mengajar, melaksanakan pengajaran yang telah

16

dipersiapkan, serta menilai sejauh mana pelajaran yang disajikan
tersebut berhasil dikuasai peserta didik.

4. Kegiatan Administratif

Kegiatan administratif dikategorikan sebagai kegiatan "non-
teaching" yaitu kondisi-kondisi yang perlu diperhatikan guru demi
kelancaran proses belajar mengajar seperti kegiatan-kegiatan
prosedural, dan kegiatan organisasional.

Berdasarkan uraian di atas, selanjutnya ruang lingkup
manajemen kelas dapat diklasifikasikan menjadi dua:

a. Fisik
Pengelolaan kelas yang memfokuskan pada hal-hal yang bersifat
fisik, mencakup pengaturan siswa dalam belajar, ruang belajar,
dan perabot kelas.

b. Non fisik
Pengelolaan kelas yang memfokuskan pada aspek interaksi
siswa dengan siswa lainnya, siswa dengan guru dan lingkungan
kelas atau sekolahnya sebelum, selama, dan setelah
pembelajaran. Atas dasar ini, aspek psikologis, sosial, dan
hubungan interpersonal perlu diperhatikan.

17

BAB VI
PENGATURAN SISWA DALAM

MANAJEMEN KELAS

Pengaturan siswa dikelompokkan ke dalam dua kategori
yaitu masalah individual dan masalah kelompok. Suharsimi
Arikunto (1986) membedakan dan meninjau pengaturan siswa atas
dua sudut pandangan sehingga ada dua jenis pengelolaan siswa;
Pertama, pengelolaan siswa dalam arti sempit, yang selanjutnya
disebut pengelolaan atau manajemen kelas. Kedua, pengelolaan
siswa dalam arti luas yaitu pengelolaan siswa termasuk juga
urusan di luar kegiatan belajar.

Tindakan manajemen kelas yang dilakukan oleh seorang
guru akan efektif apabila ia dapat mengidentifikasi dengan tepat
hakikat masalah yang dihadapi, sehingga pada gilirannya ia dapat
memilih strategi penanggulangan secepatnya.

Munculnya masalah individu didasarkan pada anggapan
dasar bahwa semua tingkah laku individu merupakan upaya
mencapai tujuan tertentu yaitu pemenuhan kebutuhan untuk
diterima oleh kelompok atau masyarakat dan untuk mencapai
harga diri. Lebih lanjut Dreikurs menyatakan bahwa akibat dari
tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut akan terjadi beberapa
kemungkinan tindakan siswa seperti berikut:

18

1. Tingkah laku yang ingin mendapat perhatian oranglain. Gejala
yang nampak dari tingkah laku ini adalah siswa membadut
dikelas atau dengan berbuat serba salah sehingga perlu
mendapat pertolongan ekstra.

2. Tingkah laku yang ingin menunjukan kekuatan. Gejalanya
adalah siswa selalu mendebat, kehilangan kendali emosional,
marah-marah, menangis, atau selalu lupa pada aturan-aturan
penting dikelas.

3. Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain. Gejala yang
mucul dari tingkah laku ini adalah tindakan menyakiti orang
lain seperti mengata- ngatai, memukul, menggigit, dan
sebagainya.

4. Peragaan ketidakmampuan. Gejalanya adalah dalam bentuk
sama sekali tidak mau mencoba melakukan apapun, karena
beranggapan bahwa apapun yang dilakukan kegagalanlah yang
dialaminya.

Dreikurs dan Cassel (1968) menyarankan adanya
penyikapan terhadap tindakan para peserta didik sebagai berikut:

1. Apabila seorang guru merasa terganggu oleh perbuatan seorang
siwa, maka kemungkinan tujuan siswa adalah untuk
mendapatkan perhatian.

2. Apabila seorang guru merasa dikalahkan atau terancam, maka
kemungkinan tujuan siswa yang bersangkutan adalah ingin
menunjukan kekuasaan.

3. Apabila seorang guru merasa tersinggung atau merasa disakiti,
maka kemungkinan tujuan siswa untuk membalas dendam.

19

4. Apabila seorang guru benar-benar merasa tidak mampu berbuat
apa-apa dalam menghadapi ulah siswa, maka kemungkinan
yang dihadapinya adalah peragaan ketidakmampuan.

Dari empat cara atau tindakan yang dilakukan individu
tersebut mengakibatkan terbentuknya empat pola tingkah laku
yang sering nampak pada anak usia sekolah yaitu:

1. Pola aktif konstruktif, yaitu pola tingkah laku yang ekstrim
ambisius untuk menjadi super star di kelasnya dan mempunyai
daya usaha untuk membantu guru dengan penuh vitalitas dan
sepenuh hati.

2. Pola aktif destruktif, yaitu pola tingkah laku yang diwujudkan
dalam bentuk membuat bayolan, suka marah, kasar, dan
memberontak.

3. Pola pasif konstruktif, yaitu pola yang menunjuk kepada satu
bentuk tingkah laku yang lamban dengan maksud supaya selalu
dibantu dan mengharapkan perhatian.

4. Pola pasif destruktif, yaitu pola tingkah laku yang menunjuk
kemalasan (sifat pemalas) dan keras kepala.

Tindakan-tindakan yang digunakan untuk mengontrol kelas
ialah antara lain; a) Hukuman dan ancaman, b) Pengubahan
situasi dan pendapat, c) Dominasi atau pengaruh, dan d) Kerja
sama atau partisipasi.

20

BAB VII
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

MANAJEMEN KELAS

Berhasilnya manajemen kelas dalam memberikan dukungan
terhadap pencapaian tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut
melekat pada kondisi fisik kelas dan pendukungnya, juga
dipengaruhi oleh faktor non-fisik (sosio-emosional) yang melekat
pada guru.

Untuk mewujudkan manajemen kelas yang baik, ada
beberapa faktor yang mempengaruhinya, antara lain:

1. Kondisi Fisik
Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh

penting terhadap hasil pembelajaran. Lingkungan fisik yang
menguntungkan dan memenuhi syarat minimal, mendukung
meningkatnya intensitas belajar dan mempunyai pengaruh positif
terhadap pencapaian tujuan pengajaran. Kondisi fisik yang
dimaksudkan meliputi:

a) Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar
b) Pengaturan tempat duduk
c) Ventilasi dan pengaturan cahaya
d) Pengaturan penyimpanan barang-barang.

21

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penciptaan
lingkungan fisik tempat belajar adalah kebersihan dan kerapihan.
Seyogyanya guru dan siswa turut aktif dalam membuat keputusan
mengenai tata ruang, dekorasi dan sebagainya (Tim Dosen
Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia: 112).

Perlengkapan sekolah juga menjadi faktor di dalam
manajamen kelas. Secara garis besar, ada dua jenis perlengkapan
di sekolah, yaitu sarana dan prasarana sekolah. Sarana sekolah
adalah semua perangkat peralatan, bahan dan perabot yang secara
langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah.
Sedangkan prasarana sekolah adalah semua kelengkapan dasar
yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses
pendidikan di sekolah (Ibrahim Bafadal, 2004:24). Dengan sarana
dan prasarana yang lengkap akan sangat menunjang dalam
keberhasilan proses belajar mengajar di dalam kelas.

2. Kondisi Sosio-Emosional
Kondisi sosio-emosional dalam kelas mempunyai pengaruh

yang cukup besar terhadap proses belajar mengajar, kegairahan
siswa dan efektifitas tercapainya tujuan pengajaran. Kondisi sosio-
emosional meliputi:

a. Tipe kepimimpinan
b. Sikap guru
c. Suara guru
d. Pembinaan hubungan baik (Tim Dosen Administrasi

Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia: 113).

22

Seorang guru memiliki peran yang sangat penting dalam
proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai dengan baik. Seorang guru harus mampu mengendalikan
emosionalnya. Di kelas, guru berperan sebagai seorang
demonstrator, sebagai motivator, sebagai fasilitator, sebagai
pengatur kelas, dan juga sebagai evaluator.

3. Kondisi Organisasional
Kegiatan rutin yang secara organisasional dilakukan baik

tingkat kelas maupun tingkat sekolah akan dapat mencegah
masalah pengelolaan kelas. Kegiatan rutin yang diatur secara jelas
dan dikomunikasikan kepada semua peserta didik, akan
membentuk kebiasaan yang baik pada diri peserta didik. Kegiatan
rutinitas tersebut antara lain:

a. Pergantian pengajaran
b. Guru berhalangan hadir
c. Masalah antar siswa
d. Upacara bendera
e. Kegiatan lain

4. Faktor Situasi
Situasi yang dimaksud di sini adalah suasana belajar.

Termasuk dalam pengertian ini suasana yang berkaitan dengan
peserta didik, seperti; kelelahan dan semangat belajar yang
menurun. Begitu pula dengan keadaan cuaca, keadaan guru,
keadaan kelas-kelas pengajaran yang berdekatan yang mungkin

23

mengganggu atau terganggu karena penggunaan suatu metode
(Ahmad Rohani, 2004:120).

Di dalam faktor situasi, iklim kelas juga sangat berpengaruh.
Iklim kelas yaitu segala sesuatu yang muncul akibat hubungan
guru dan peserta didik dan mempengaruhi proses belajar
mengajar.

24

BAB VIII
PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN KELAS

Prinsip manajemen kelas merupakan pegangan atau acuan
yang dimiliki sebagai pokok dasar berfikir atau bertindak dalam
usaha menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal
serta mengembalikan kondisinya bila terjadi gangguan dalam
proses pembelajaran.

Djamarah (2006:185) menyebutkan, “dalam rangka
memperkecil masalah gangguan dalam manajemen kelas ada
beberapa prinsip yang dapat digunakan. Prinsip-prinsip
manajemen kelas yang dikemukakan oleh Djamarah adalah
sebagai berikut:

1. Hangat Dan Antusias
Hangat dan antusias merupakan salah satu prinsip yang
diperlukan dalam proses belajar dan mengajar. Guru yang
hangat dan akrab pada anak didik selalu menunjukkan antusias
pada tugasnya atau pada aktifitasnya. Dalam kamus Besar
Bahasa Indonesia, antusisme berarti gairah, gelora semangat,
atau minat yang tinggi. Antusiasme bersumber dari dalam diri,
secara spontan atau melalui pengalaman terlebih dahulu.

25

2. Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan
yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar
sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku
yang menyimpang.

3. Bervariasi
Penggunaan media dan metode mengajar yang bervariasi akan
meningkatkan perhatian peserta didik terhadap pelajaran. Begitu
juga dengan gaya mengajar, pola interaksi antara guru dan
peserta didik akan mengurangi munculnya gangguan dalam
proses belajar mengajar. Kevariasian ini merupakan kunci untuk
tercapainya manajemen kelas yang efektif dan menghindari
kejenuhan.

4. Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi
mengajarnya dapat mecegah kemungkinan munculnya
gangguan siswa serta menciptakan iklim belajar mengajar yang
efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya
gangguan seperti keributan siswa, tidak ada perhatian, tidak
mengerjakan tugas, dan sebagainya.

5. Penekanan Pada Hal-Hal Yang Positif
Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik guru harus
menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari
pemusatan perhatian pada hal-hal yang negatif. Penekanan pada

26

hal-hal yang positif yaitu penekanan yang dilakukan guru
terhadap tingkah laku siswa yang positif dari pada mengomeli
tingkah laku yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan
dengan pemberian penguatan yang positif dan kesadaran guru
untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya
proses belajar mengajar.

6. Penanaman Disiplin Diri
Tujuan akhir dari manajemen kelas adalah agar peserta didik
dapat mengembangkan disiplin diri. Untuk dapat mewujudkan
kedisiplinan tersebut, guru harus menerapkannya terlebih
dahulu agar peserta didik dapat mengikutinya.

27

BAB IX
PENDEKATAN-PENDEKATAN

MANAJEMEN KELAS

Pendekatan dalam manajemen kelas yang dipilih guru
senantiasa diselaraskan dengan kebutuhan dan karakteristik
peserta didik. Pendekatan pada dasarnya dikelompokkan menjadi
dua, yaitu pendekatan manajerial dan pendekatan psikologikal.
Secara lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pendekatan Manajerial
Pendekatan manajerial merupakan upaya penyelenggaraan

pembelajaran dengan menitik beratkan pada upaya guru untuk
mengatur dan mengorganisasi peserta didik sesuai dengan persepsi
guru terhadap peserta didik, dengan kata lain pendekatan ini
dipilih berdasarkan orientasi guru dan ketercapaian target
kurikulum yang harus diselesaikan. Pendekatan ini meliputi:

1) Pendekatan Otoriter
Pendekatan ini memandang, bahwa manajemen kelas

adalah proses mengendalikan perilaku peserta didik. Dalam
pendekatan ini, peranan guru adalah mengembangkan dan
memelihara aturan atau disiplin di dalam kelas. Dalam
pendekatan ini guru menempatkan peranan menciptakan dan
memelihara ketertiban kelas dengan menggunakan strategi
pengendalian. Apabila timbul masalah-masalah yang merusak

28

ketertiban atau kedisiplinan kelas, maka perlu adanya pendekatan
otoriter.

Pendekatan otoriter menawarkan lima strategi yang dapat
diterapkan dalam manajemen kelas, yaitu:

a. Menciptakan dan menegakkan
Yaitu proses mendefinisikan dengan jelas dan spesifik harapan
guru mengenai perilaku peserta didik. Maksud peraturan ini
adalah menuntun dan membatasi perilaku peserta didik.

b. Memberikan perintah, pengarahan, dan pesan.
Yaitu strategi guru dalam mengendalikan perilaku peserta didik
agar peserta didik melakukan sesuatu yang diinginkan guru.

c. Menggunakan teguran ramah
Yaitu strategi yang digunakan guru dengan cara lemah lembut
dalam memberikan teguran kepada peserta didik yang
berprilaku tidak sesuai atau peserta didik yang melanggar
aturan.

d. Menggunakan pengendalian dengan mendekati peserta didik.
Saat ada peserta didik yang berprilaku menyimpang di kelas,
guru harus cepat mendekatinya. Hal ini dilakukan untuk
mencegah berkembangnya situasi yang mengacaukan.

29

e. Menggunakan pemisahan dan pengucilan.
Strategi ini dapat dilakukan guru dalam merespon perilaku
menyimpang peserta didik yang tingkat penyimpangannya
cukup berat.

2) Pendekatan Intimidasi
Pendekatan ini juga memandang manajemen kelas sebagai

proses mengendalikan perilaku peserta didik, hanya saja pada
pendekatan ini tampak lebih dilandasi oleh asumsi bahwa perilaku
peserta didik paling baik dikendalikan oleh perilaku buruk. Peran
guru di sini adalah menggiring peserta didik berperilaku sesuai
dengan keinginan guru sehingga mereka merasa takut untuk
melanggarnya.

Pendekatan intimidasi adalah penekanan pendekatan yang
memandang manajemen kelas sebagai proses pengendalian
perilaku peserta didik. Berbeda dengan pendekatan otoriter yang
menekankan perilaku guru yang manusiawi, pendekatan
intimidasi menekankan pada perilaku mengintimidasi. Bentuk-
bentuk intimidasi seperti hukuman yang kasar, ejekan, hinaan,
paksaan, ancaman, serta menyalahkan.

Pendekatan intimidasi berguna dalam situasi tertentu
dengan menggunakan teguran keras. Teguran keras adalah
perintah verbal yang diberikan pada situasi tertentu dengan
maksud untuk segera menghentikan perilaku peserta didik yang
menyimpang. Sekalipun pendekatan intimidasi sudah dipakai

30

secara luas dan ada manfaatnya, tetapi terdapat banyak kecaman
terhadap pendekatan ini.

Penggunaan pendekatan ini hanya bersifat pemecahan
masalah secara sementara dan hanya menangani gejala
masalahnya, bukan masalah itu sendiri. Kelemahan yang timbul
dari penerapan pendekatan ini adalah tumbuhnya sikap
bermusuhan dan hancurnya hubungan antara guru dan peserta
didik.

3) Pendekatan Permisif
Pendekatan permisif yaitu pendekatan yang menekankan

perlunya memaksimalkan kebebasan siswa. Tema sentral dari
pendekatan ini adalah: apa, kapan, dan di mana juga guru
hendaknya membiarkan peserta didik bertindak bebas sesuai
dengan yang diinginkannya. Peranan guru adalah meningkatkan
kebebasan peserta didik, sebab dengan itu akan membantu
pertumbuhan secara wajar. Pendekatan ini bertentangan dengan
pendekatan intimidasi. Esensi pendekatan permisif terletak pada
peran guru memaksimalkan kebebasan peserta didik, membantu
peserta didik merasa bebas melakukan apa yang mereka mau. Jika
hal itu tidak dilakukan maka yang terjadi adalah proses
menghambat perkembangan peserta didik.

4) Pendekatan Instruksional
Pendekatan ini mengacu pada tujuan pembelajaran yang

dirumuskan. Peranan guru dalam pendekatan ini adalah
merencanakan dengan teliti pembelajaran di kelas dan

31

menyesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan setiap peserta
didik.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan
strategi pendekatan ini adalah:

a. Menyampaikan kurikulum dan pelajaran dengan cara yang
menarik, relevan, dan sesuai secara empiris sebagai
penangkal perilaku menyimpang siswa di dalam kelas

b. Menerapkan kegiatan yang efektif sehingga mencegah siswa
melalaikan tugasnya

c. Menyiapkan kegiatan rutin kelas
d. Memberikan pengarahan yang jelas
e. Memberikan dorongan yang bermakna
f. Merencanakan perubahan lingkungan, yaitu proses

mempersiapkan kelas atau lingkungan dalam menghadapi
perubahan-perubahan situasi
g. Mengatur kembali struktur situasi di kelas, yaitu strategi
manajerial kelas dalam memulai suatu kegiatan atau
mengerjakan tugas dengan cara yang berbeda.

5) Pendekatan Transaksional
Dalam pendekatan ini, pembelajaran lebih bersifat fleksibel,

sebab pembelajaran dikelola bersama guru dan peserta didik dalam
bentuk pembagian tugas-tugas yang harus diselesaikan oleh
mereka untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pendekatan ini
dapat dikatakan sebagai pengembangan konsep belajar siswa aktif.

32

Keaktifan yang dimaksud adalah keaktifan sosial, emosi, dan
intelektual peserta didik.

2. Pendekatan Psikologikal
Pendekatan psikologikal lebih menitikberatkan pada

pertimbangan bagaimana siswa di kelas dapat dikelola dengan
suatu pendekatan tertentu. Menurut Suparno (1998:92) ada tiga
pendekatan dalam manajemen kelas, yaitu:

a. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
Pendekatan perubahan tingkah laku diartikan sebagai suatu

proses untuk mengubah tingkah laku peserta didik. Peranan guru
dalam pendekatan ini adalah mengembangkan tingkah laku
peserta didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang
baik.

Menurut pendekatan ini, tingkah laku yang baik atau positif
harus dirangsang dengan memberikan pujian atau hadiah yang
menimbulkan perasaan senang atau puas. Sebaliknya, tingkah laku
yang kurang baik dalam melaksanakan program kelas diberi sanksi
atau hukuman yang akan menimbulkan perasaan tidak puas dan
pada gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari.

b. Pendekatan Iklim Sosio-Emosional
Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa pengelolaan

kelas yang efektif dan pengajaran yang efektif memerlukan
hubungan positif antara guru dan siswa serta siswa dengan siswa.
Pendekatan iklim sosio-emosional akan tercapai secara maksimal

33

apabila hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam
kelas.

Dalam hal ini guru merupakan kunci dalam hubungan
tersebut. Oleh karena itu, seharusnya guru mengembangkan iklim
kelas yang baik melalui pemeliharaan hubungan antar pribadi di
kelas. Untuk terciptanya hubungan guru dengan siswa yang
positif, maka guru harus mempunyai sikap mengerti dan sikap
mengayomi serta melindungi.

Prinsip utama komunikasi guru yaitu berbicara pada situasi,
bukan pada kepribadian dan karakter siswa. Jika guru dihadapkan
pada perilaku siswa yang tidak diinginkan, guru disarankan untuk
mendeskripsikan apa yang dilihatnya, apa yang dirasakannya,
baru kemudian merefleksikan mengapa siswa berperilaku seperti
itu dan memikirkan apa yang perlu diperbuat.

c. Pendekatan Kerja Kelompok
Dalam pendekatan ini, peran guru adalah mendorong

perkembangan dan kerjasama kelompok. Pengelolaan kelas
dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk
menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok
menjadi kelompok yang produktif. Selain itu, guru juga harus
mampu menjaga kondisi itu agar tetap baik.

d. Pendekatan Keterlibatan Aktif
Karena belajar merupakan hasil interaksi individu dengan

individu, lingkungan, materi, maka proses interaksi hendaknya

34

dapat dikelola sehingga menjadi interaksi yang produktif. Interaksi
yang produktif menuntut individu terlibat aktif dalam interaksi
tersebut.

Berbagai bentuk kegiatan belajar aktif yang dapat dikembangkan:

1) Kegiatan penyelidikan; membaca, wawancara.
2) Kegiatan penyajian; laporan, membuat grafik dan chart
3) Kegiatan latihan mekanis; digunakan jika kelompok menemui

kesulitan sehingga perlu diadakan ulangan-ulangan dan latihan-
latihan.
4) Kegiatan apresiasi; seperti mendengarkan musik, dan
memperhatikan gambar.
5) Belajar dalam kelompok; latihan dalam tata kerja demokratis.
6) Percobaan; belajar cara-cara mengerjakan sesuatu
7) Kegiatan mengorganisasi dan menilai; mengatur dan menilai
pekerjaan yang mereka kerjakan.

e. Pendekatan Elektis atau Pluralistik
Pendekatan elektis menekankan pada potensialitas,

kreativitas, dan inisiatif guru dalam memilih berbagai pendekatan
tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya. Pendekatan elektis
disebut juga dengan pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan
kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan
yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan
mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan proses
belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien.

35

Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan
tersebut sesuai dengan kemampuan, selama maksud dan
penggunaannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi
kelas. Selain pendekatan manajerial dan psikologikal, ada
beberapa pendekatan lain, yaitu:

1. Pendekatan Konseling
Dalam pendekatan ini, siswa digiring kesadarannya untuk

tumbuh menjadi calon profesional, membangun tanggung jawab
atas perilakunya, dan mengembangkan rencana-rencana untuk
mengurangi kecenderungan tindakan-tindakan yang tidak
produktif. Guru berusaha mengidentifikasi faktor-faktor penyebab
perilaku siswa yang menyimpang, sekaligus mencari jawaban
untuk memecahkan masalah tersebut secara konsepsional dan
praktis.

2. Pendekatan Penelitian Keefektifan Guru
Fokus utama pendekatan ini terletak pada perilaku efektif

guru dalam mengelola perilaku peserta didik, khususnya yang
berkaitan dengan:

a. Keterampilan guru dalam mengorganisasikan dan mengelola
aktivitas kelas;

b. Keterampilan guru dalam menyajikan materi belajar;
c. Hubungan guru-siswa.
3. Pendekatan Kontingensi

Menurut pendekatan ini, tugas guru adalah mengidentifikasi
teknik tertentu yang paling cocok diterapkan pada situasi tertentu

36

dalam mencapai tujuan organisasi karena tidak ada satu pun
teknik manajemen yang universal yang dapat diterapkan dalam
setiap situasi dan kondisi.

37

BAB X
HAMBATAN-HAMBATAN DALAM

MANAJEMEN KELAS

Dalam manajemen kelas akan ditemui berbagai faktor
penghambat. Hambatan tersebut bisa datang dari guru sendiri,
peserta didik, lingkungan keluarga, ataupun karena faktor fasilitas.
Dari uraian di atas tampaklah bahwa kewenangan penanganan
masalah pengelolaan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori,
yaitu:

a. Masalah Yang Ada Dalam Wewenang Guru
Ada sejumlah masalah dalam manajemen kelas yang ada

dalam ruang lingkup wewenang guru untuk mengatasinya. Hal ini
berarti bahwa seorang guru yang sedang mengelola proses
pembelajaran dituntut untuk dapat menciptakan, memperhatikan
dan mengembalikan iklim belajar kepada kondisi belajar mengajar
yang menguntungkan, sehingga peserta didik berkesempatan
untuk mengambil manfaat yang optimal dari kegiatan belajar yang
dilakukan.

b. Masalah Yang Ada Dalam Wewenang Sekolah Sebagai
Lembaga Lembaga Pendidikan
Dalam kenyataan sehari-hari di kelas, akan ditemukan

masalah pengelolaan yang lingkup wewenang untuk mengatasinya

38

berada di luar jangkauan guru. Masalah ini harus diatasi oleh
kepala sekolah sebagai pimpinan suatu lembaga pendidikan.

c. Masalah Yang Ada Di Luar Wewenang Guru Dan Sekolah
Dalam mengatasi masalah semacam ini yang harus terlibat

adalah orang tua, lembaga-lembaga yang ada dalam masyarakat,
para pengusaha, dan lembaga-lembaga pemerintahan setempat.

Selain masalah di atas ada beberapa faktor yang menjadi
penghambat dalam manajemen kelas;

1. Faktor Guru
Faktor penghambat yang datang dari guru yaitu:

a. Tipe kepemimpinan guru yang otoriter
b. Format pembelajaran yang tidak bervariasi (monoton)
c. Kepribadian guru yang tidak baik
d. Pengetahuan guru yang kurang
e. Kurangnya pemahaman guru terhadap peserta didik.
f. Kurangnya kesiapan guru baik secara fisik maupun non-fisik
g. Kurangnya komunikasi antara guru dan peserta didik.
h. Guru terlalu banyak kegiatan di luar sekolah untuk mencari

tambahan biaya hidup.

2. Faktor Peserta Didik
Faktor peserta didik yaitu: kekurangsadaran peserta didik

dalam memenuhi tugas dan haknya sebagai anggota kelas dalam

39

suatu sekolah. Hal ini tentu menjadi masalah dalam pengelolaan
kelas.

3. Faktor Keluarga
Tingkah laku peserta didik di dalam kelas merupakan

pencerminan keadaan keluarganya. Sikap otoriter orang tua akan
tercermin dari tingkah laku peserta didik yang agresif atau apatis.

4. Faktor Fasilitas
Faktor ini meliputi:

a. Jumlah peserta didik dalam kelas yang terlalu banyak dan tidak
seimbang dengan ukuran kelas.

b. Besar dan kecilnya ruangan tidak disesuaikan dengan jumlah
peserta didik.

c. Ketersediaan alat yang tidak sesuai dengan jumlah peserta didik
yang membutuhkannya.

Menurut Made Pidarta, faktor-faktor penyebab munculnya
hambatan dalam manajemen kelas adalah antara lain: a)
Pengelompokan (pandai, sedang, bodoh), b) Karakteristik
individual, c) Kelompok yang pandai merasa terhalang oleh
teman-teman yang berbeda dengannya.

Pengelolaan kelas tidak akan berjalan dengan lancar apabila
terdapat masalah-masalah pada pendidik ataupun peserta didik,
masalah-masalah yang muncul harus diatasi dengan cepat agar
proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan lancar
sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai sebagaimana mestinya.

40

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan
Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 1994.

Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara, 2004.

Arikunto, Suharsimi, Pengelolaan Kelas Dan Siswa: Sebuah
Pendekatan Evaluatif. Jakarta: Rajawali Press, 1986.

Bafadal, Ibrahim, Manajemen Perlengkapan Sekolah: Teori dan
Aplikasinya, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004.

Djamarah. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta,
2005.

Rohani, Ahmad, Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2004.

Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Indonesia.
Manajemen Pendidikan. Bandung: AlfaBeta 2011.

41

CURRICULUM VITAE

Informasi Diri

Dr. Rika Ariyani, M.Pd.I lahir
pada tanggal 08 Januari 1987 di
Kabupaten Bungo. Putri sulung dari
H. Mastibi, Z, S.Pd dan Nurhayati.
Istri dari Rinto Arhap, SE, dan
Bunda dari Rissya Alnaira. Alamat
rumah: CitraRaya City, Cluster
Bukit Hijau Blok A. 11 No. 05

Mendalo-Jambi.

Riwayat Pendidikan:

Memperoleh gelar Doktor (S3) Manajemen Pendidikan
Islam dari Universitas Negeri Islam (UIN) STS Jambi pada
tahun 2018. Magister Pendidikan Islam dari IAIN STS
Jambi pada tahun 2013. Sarjana Pendidikan Islam dari IAIN
Imam Bonjol Padang pada tahun 2010. Memperoleh ijazah
Madrasah Aliyah (2005) dan Madrasah Tsanawiyah (2002)
dari Sumatera Thawalib Parabek Bukittinggi, dan
memperoleh ijazah sekolah dasar (SD) pada tahun 1999.


Click to View FlipBook Version