Selayang Pandang Zuhroh|1
Kata Pengantar
Menulis sebuah karya sastra mungkin lebih sulit dari
perkiraan dan ekspektasi manusia, sebab imajinasi, intuisi,
banyak dilibatkan dalam dalam proses kreatif karya sastra,
salah satunya biografi. Selain berbekal pengetahuan dan
pengalaman, menulis biografi tentu amat menguras energi.
Penulis dituntut untuk lebih peka terhadap satu kata
sekalipun. Maka tidak heran, jika dalam penulisan sebuah
buku biografi menghasilkan ketertarikan khusus
pembacanya apalagi penikmat karya sastra dengan tema
motivasi hidup. Biografi bukan sekedar kumpulan riwayat
hidup seseorang melainkan kumpulan motivasi dan
curhatan seseorang yang disusun sedemikian rupa agar
menjadi sebuah torehan karya tulis. Lebih dari, biografi juga
merupakan produk kontemplasi. Namun, Selayang Pandang
Zuhroh Rihadatul ‘Aisy ini bukan hanya hasil kinerja saya
dalam memenuhi tugas kuliah semata. Biografi ini
merupakan hasil rangkuman terhadap peristiwa kecil yang
terjadi di sekeliling kita Zuhroh dan dilengkapi dengan hal
yang saya rasakan saat berjuang bersama sosok Zuhroh.
Semisal, kejadian dalam memperjuangkan kinerja sebuah
organisasi internal di sekolah ataupun kenangan masa
perjuangan mempertahankan reputasi akan prestasi di
sekolah kami, dan point paling penting adalah proses
saudari Zuhroh dalam mendapatkan prestasi hingga
beasiswa di Universitas Al-Azhar, Mesir. Kendati sadar
bahwa menulis biografi tidak mudah, saya tidak ingin
Selayang Pandang Zuhroh|2
kehilangan moment yang saya anggap perlu
didokumentasikan dan membutuhkan tulisan yang
panjang, serta dapat memotivasi seseorang. Maka, biografi
menjadi salah satu alternatif yang realistis. Memotret suatu
perjuangan dengan sebuah E-Book biografi memang sangat
menantang. Sebab tidak mudah membuat dokumentasi
dengan begitu panjang dan memiliki alur kehidupan namun
tetap bagus untuk disimak, dibaca, dan diterapkan.
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya
sehingga saya berhasil menghasilkan sebuah karya E-Book
berupa biografi. E-Book ini secara khusus saya
persembahkan untuk orang tua saya yang senantiasa
support dan mendo’akan putrinya agar senantiasa menjadi
anak yang terus berusaha juga dosen saya yaitu Prof. Dr.
Wahyudi Siswanto, M.Pd. selaku pembimbing saya dalam
bidang kepenulisan dan tak lupa pula adik kelas saya
Zuhroh Rihadatul ‘Aisy selaku tokoh dalam biografi, dan
yang terakhir saya persembahkan untuk boy grup dari
Korea Selatan yakni BTS yang menjadi salah satu motivasi
hidup saya agar terus belajar dan menghargai orang lain.
Akhir kata saya ucapkan terimakasih, semoga Allah
senantiasa membantu usaha kita, aamiin.
Penulis,
(Afni Syaukiyah)
Selayang Pandang Zuhroh|3
Daftar Isi
Kata Pengantar ……………………………………………………….. 2
BAB I ……………………………………………………………………….. 5
Jejak Hidup …………….………………………………..………………….. 6
BAB II ………………………………………………………………………. 9
Bena dalam Langkah ………………………………………………….. 10
BAB III ……………………………………………………………………. 14
Dari Persepsi ke Prestasi ………………………………………….... 15
BAB IV ……………………………………………………………………. 19
Sajak Perjuangan ……………………………………………………….. 20
BAB V …………………………………………………………………….. 28
Dirgantara Arunika …………………………………………..……….. 29
Tentang Penulis ………………………..…………………………… 34
Selayang Pandang Zuhroh|4
(BAB I)
“Jejak Hidup”
Selayang Pandang Zuhroh|5
Bangsa Indonesia acap kali disebut sebagai bangsa
yang besar. Istilah “bangsa yang besar” ini sering kali
kita dengar, entah melalui corong resmi pemerintahan,
diskusi akademik, maupun ajang obrolan sore hari
sekedar melepas lelah di warung-warung kopi.
Imbuhan bangsa yang besar ini tentunya memiliki
stigma positif salah satunya adalah masyarakat yang
kreatif, inovatif, dan berprestasi. Dalam usia republik
yang masih muda, tentunya banyak masyarakat atau
rakyat Indonesia memiliki prestasi yang beraneka
ragam tanpa terpaut oleh usia.
Salah satunya adalah seorang remaja yang berasal dari
Bondowoso kelahiran 10 Maret 2003, ia adalah
Zuhroh Rihadatul ‘Aisy, dengan nama kecil yaitu
Zuhroh. Putri dari seorang PNS dan Ibu Rumah
Tangga, bapak Hidayatus Shaleh dan ibu Tri Susiati.
Zuhroh merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudari. Sedari
kecil ia adalah sosok yang ceria dan bersemangat, tak
lupa pula dia terkenal dengan orang yang galak di
kalangan teman bermain maupun sekolahnya.
Saat usia dini ia bersekolah di TK Bustanul Athfal,
Bondowoso, kemudian ia melanjutkan bersekolah di
SDN Dabasah 1 Bondowoso, pada masa sekolah
dasarnya ia mengikuti ekstrakurikuler silat, maka dari
itu sedikit memiliki sikap yang tomboy. Keluarga
merupakan lingkungan sosial pertama yang ditemui
Selayang Pandang Zuhroh|6
individu sejak mereka lahir ke dunia. Lingkungan
keluarga pertama adalah Ayah, Ibu dan individu itu
sendiri. Hubungan antara individu dengan kedua
orangtuanya merupakan hubungan timbal balik
dimana terdapat interaksi di dalamnya. Begitupun
yang dialami langsung oleh Zuhroh, ia dididik dengan
karakter orang tua yang otoriter namun sedikit
demokrasi. Orang tua dengan tipe pola asuh ini
biasanya cenderung membatasi dan menghukum.
Mereka secara otoriter mendesak anak untuk
mengikuti perintah dan menghormati mereka. orang
tua dengan pola ini sangat ketat dalam memberikan
Batasan dan kendali yang tegas terhadap anak-anak,
serta komunikasi verbal yang terjadi juga lebih satu
arah. Orang tua tipe otoriter umumnya menilai anak
sebagai obyek yang harus dibentuk oleh orangtua yang
merasa “lebih tahu” mana yang terbaik bagi anak-
anaknya. Anak yang diasuh dengan pola otoriter sering
kali terlihat kurang bahagia, ketakutan dalam
melakukan sesuatu karena takut salah, minder, dan
memiliki kemampuan komunikasi yang lemah.
Contoh orangtua dengan tipe pola asuh ini, mereka
cenderung mengatur impian yang baik untuk anaknya,
versi mereka sendiri. Sedangkan pada hakikatnya
setiap orang berhak menentukan pilihan hidup. Hal
demikian tak menjadikan sosok Zuhroh pantang
Selayang Pandang Zuhroh|7
semangat, ia tetap menjadi pribadi yang percaya akan
kuatnya kekuasaan Allah. Setelah menempuh
pendidikan sekolah dasar selama enam tahun,
akhirnya ia memulai misi terbesarnya dalam
menggapai sebuah impian, orang tua Zuhroh dan
bahkan Zuhroh pribadi menginginkan agar jenjang
pendidikannya dilanjutkan di Pondok Pesantren Nurul
Jadid, Paiton, Kabupaten Probolinggo. Dengan niat
tulus dari hari ia ingin memperbaiki akhlaq dan
menuntut ilmu Allah.
Selayang Pandang Zuhroh|8
(BAB II)
“Bena dalam
Langkah”
Selayang Pandang Zuhroh|9
Lulus dari Sekolah Dasar Zuhroh dan keluarga
langsung mengatur keberangkatan menuju Pondok
Pesantren Nurul Jadid, Kabupaten Probolinggo. Ia
mengambil pendidikan formal di MTs. Nurul Jadid,
sedangkan untuk asrama ia tinggal di wilayah dalam
selatan tepatnya di (Zaid bin Tsabit) atau biasa disebut
blok K. Akhirnya setelah menyelesaikan beberapa
administrasi ia resmi menjadi seorang santri di
Pondok Pesantren Nurul Jadid.
Istilah santri adalah kata yang sudah tidak asing lagi
didengar oleh kalangan masyarakat, santri yang
berarti mereka yang sedang belajar ilmu agama di
pondok pesantren. Menjadi santri bukanlah jalan yang
mudah karena syarat menjadi santri yang kuat ialah
orang tua yang kuat pula.
Bila seorang anak dengan siap ingin menuntut ilmu di
pondok pesantren maka orang tua harus lebih siap
dari si anak, siap mental, siap finansial dan siap
akuntabilitas (pertanggungjawaban). Bila orang tua
siap dan anak pun juga sama, maka tentu tak perlu ada
hal yang harus dikhawatirkan, demikianlah yang
dialami oleh keluarga Zuhroh.
Lalu bagaimana sosok Zuhroh ini berusaha
menyesuaikan untuk pertama kalinya dalam
lingkungan yang berbasis mendalam mengenai akhlaq
dan ilmu agama? Mungkin hal tersebut cukup mudah
S e l a y a n g P a n d a n g Z u h r o h | 10
bagi Zuhroh karena dia memiliki karekter yang humble
terhadap orang disekitarnya. Saat berproses menjadi
seorang santri tentunya sosok Zuhroh merasakan
tidak semulus yang ia ekspektasikan, mengapa?
karena ia merasa banyak lika-liku yang harus ia hadapi
sendiri tanpa kehadiran orang tua, berpangku tangan
terhadap raga diri dan berdo’a kepada Allah itulah
kunci utama untuk menghadapi segala problematika
saat menjadi seorang santri.
Saat ia berfokus pada masa belajar dibangku MTs.
terasa ganjal jika tidak membuat sensasi menurutnya,
karena dalam sebuah kehidupan hambar rasanya jika
kita hanya mengikuti alur kehidupan, setelah berjalan
dari tahun ke tahun Zuhroh sering melakukan
pelanggaran ringan di pesantrennya, karena jika kita
berada dalam lingkup pesantren kita harus mematuhi
peraturan yang telah ditetapkan oleh pesantren,
namun hal demikian tidak berlaku bagi seorang
Zuhroh, ia melanggar beberapa peraturan, mulai dari
semir rambut, menggunakan MP3, bertengkar dengan
teman sebayanya.
Setelah ia melakukan semua pelanggaran itu, ia harus
menerima konsekuensi dari perbuatan yang
dilakukannya. Namun, dari hal itu Zuhroh belajar
bagaimana bisa memahami perbedaan karakter
seseorang. Zuhroh percaya disetiap kejadian atau
S e l a y a n g P a n d a n g Z u h r o h | 11
cobaan yang dialami setiap hamba Allah pasti memiliki
ibrah atau hikmah, yang nantinya bisa dijadikan
sebuah pembelajaran kedepannya.
Sosok Zuhroh ini sangat terkenal dikalangan santri
putri terutama diantara teman-teman sebayanya.
Banyak kontroversi yang harus ia hadapi mengenai
kepribadian menurut stigma negatif dari orang lain.
Namun ia tak menghiraukan apapun hal yang negatif
bahkan stigma negatif yang menurut dia tidak penting,
karena hanya menimbulkan perasaan yang negatif
pula. Manusia di dalam menjalani kehidupan ini pasti
memilki sifat atau watak yang berbeda-beda.
Perbedaan itu menjadi ciri tersendiri bagi suatu
individu agar lebih dikenal oleh orang lain bahwa itu
adalah dirinya.
Kepribadian seseorang juga dipengaruhi oleh
kebudayaan agama, adat istiadat, dan norma-norma
yang sudah diajarkan. Dengan adanya unsur
kebudayaan agama maka kepribadian akan
menyesuaika bagaiman awal mulanya agama tersebut
terbentuk dan siapa perantaranya. Nah disini kita
mempelajari sejarah para rosul tersebut dan kita dapat
mengambil hikmah dari cerita sejarah tersebut.
Sehinngga kita langsung dapat berintropeksi diri
terhadap diri kita apakah kita sudah sesuai dengan
S e l a y a n g P a n d a n g Z u h r o h | 12
tuntutan agama sebagaimana diajarkan oleh para
rosul atau nabi Muhammad SAW.
Kemudian diperkuat dengan sebuah kutipan yang
sangat lumrah kita dengar “Don’t judge a book by its
cover” atau yang biasa diartikan "Jangan menilai orang
hanya dari luarnya saja tapi juga dalamnya". Nasihat
dari kutipan ini sudah sangat kita kenal sejak lama, kita
pun sangat fasih mengucapkannya. Kita diingatkan
untuk tidak menilai orang sekedar dari tampilan yang
terlihat, seperti cara berpakaian.
Selain berpakaian kita juga jangan menilai
berdasarkan tindak tanduk, bahasa tubuh, ekspresi
wajah, cara bicara, dan sebagainya, pada intinya
sesuatu yang tampak kasat mata saja. Kita mesti
melihat ”dalamnya”, yaitu kepribadian, kemampuan,
pengetahuan, sifat dan hal-hal lain yang barangkali
tidak langsung terlihat. Nasehat yang sangat bijak, tapi
apa mudah untuk betul-betul bebas dari
kecenderungan menilai apa yang tampil di luar?
S e l a y a n g P a n d a n g Z u h r o h | 13
(BAB III)
“Dari Persepsi ke
Prestasi”
S e l a y a n g P a n d a n g Z u h r o h | 14
Zuhroh memberantas stigma negatif yang menyudutkan
dia, dengan hal yang positif, ia tak ingin menjadi lemah
hanya karena “unimportant problems, caused by other
people's responses” ungkapnya pada saat wawancara
dengan penulis biografi.
Zuhroh membuktikan dengan mengikuti berbagai
olimpiade dan menjadi aktivis disekolahnya yaitu OSIM
(Organisasi Intra Madrasah) MTs. Nurul Jadid. Zuhroh
mengatakan
“Pondok Pesantren Nurul Jadid tidak menafikkan salah
satunya, jadi ilmu dunia juga dapat serta ilmu akhirat
juga dapat, karena santri itu harus menjawab
tantangan zaman, dan itu sebuah tanggung jawab
seorang santri tentunya.”
Dari perkataanya kita semua bisa belajar bahwa
kompleks dan pesatnya ilmu pengetahuan, serta
kemajuan teknologi, masyarakat dewasa ini tentulah
selalu mempertimbangkan dan menginginkan adanya
sikap peserta didik yang bisa menyeimbangi antra
sikap dan nilai, serta pengetahuan dan keteramilan
dalam bermasyarakat .
Hingga akhirnya sesosok santri datang sebagai salah
satu alternatif dalam proses pembentukan dan
pengembangan intelektual serta menjadi menjadi
salah satu komunitas yang baik dan dapat diterima
oleh masyarakat. Maka dari itu, dapat dikatakan
S e l a y a n g P a n d a n g Z u h r o h | 15
bahwa seorang santri sangatlah layak jika dijadikan
sebagai pondasi atau tolak ukur sebuah Negara dalam
menjalankan amanahnya.
Membahas mengenai lika-liku yang dialamai sosok
Zuhroh ini, tentunya ia memiliki hobi yakni membaca
dan menulis. Ia mengatakan bahwa ia suka membaca
buku non-fiksi, sedangkan untuk bidang kepenulisan
ia sangat suka menulis puisi tentang self improvement
dan self development, bukan hanya sekedar suka ia
mengembangkan hobinya itu dengan mengirim karya-
karyanya salah satunya esai ke salah satu lembaga
pers sekolah.
Pada masa MTs. Zuhroh mengalami banyak tantangan yang
harus ia hadapi, ia mengatakan pada saat sesi wawancara
dengan penulis biografi bahwa
“Saya tipe pribadi yang tidak terlalu keras terhadap
diri sendiri, saat saya pertama kali mondok, saya belum
mengerti jati diri saya, ketika MTs. saya masih banya
bermain akan tetapi, saya tetap memiliki prinsip agar
selalu berprestasi tapi dilain sisi saya belum paham, apa
sih pentingnya akhlaq, yang saya tau mondok ini biar
saya pintar dan punya ilmu, ternyata ada yang lebih
penting dari itu, bahwa akhlaq itu lebih tinggi adanya
dari pada ilmu, hal demikian bisa saya pahami saat saya
mondok dan beranjak kelas 3 MTs, dari situ saya merasa
perjalanan hidup saya cukup berat dan strungel,
S e l a y a n g P a n d a n g Z u h r o h | 16
perjalanan yang memang saya bentuk untuk menjadi
pribadi yang berprestasi dan bermanfaat di kelas 3 MTs.
tersebut banyak peningkatan, karena kan manusia
harus belajar dari masa lalu, jadi masa lalu ini tidak
selamanya dikatakan buruk.”
Dari sosok Zuroh kita semua bisa belajar tidak heran,
jika sebagian orang mulai memikirkan apa itu hidup
atau tujuan hidup seperti apa yang harus dimiliki.
Bukan suatu hal yang mudah untuk menjawab
pertanyaan ini. Bahkan mungkin ketika bertanya
kepada orang lain pun, belum tentu jawaban yang
diberikan sesuai dengan kehidupan Anda. Sehingga
makna hidup bagi setiap orang akan berbeda-beda,
berdasarkan latar belakang pengalaman yang telah
dilaluinya.
Meskipun terdengar naif dan terlalu rumit, bukan
berarti Anda harus meninggalkannya begitu saja dan
menganggapnya sebagai suatu hal yang tidak perlu
dipikirkan. Bagi setiap orang, memikirkan makna
hidup merupakan suatu hal penting yang perlu
dipikirkan. Sebab dengan mengetahui makna hidup
dan tujuannya, Anda bisa menjalani kehidupan sehari-
hari dengan lebih mudah.
Terlebih lagi, ketika Anda sedang berada pada kondisi
kehidupan yang sulit. Banyak cobaan atau ujian yang
datang silih berganti. Tentu dengan memegang makna
S e l a y a n g P a n d a n g Z u h r o h | 17
hidup yang bijak, dapat membuat Anda lebih mudah
melewati setiap hal yang terjadi dalam hidup. Namun
Anda tidak perlu memikirkannya hingga berlebihan
dan memaksa diri harus menemukan jawabannya.
Sebab, hal ini merupakan proses perjalanan seumur
hidup yang bisa terus berubah seiring waktu.
S e l a y a n g P a n d a n g Z u h r o h | 18
(BAB IV)
“Sajak Perjuangan”
S e l a y a n g P a n d a n g Z u h r o h | 19
Kamu seorang pelajar atau mahasiswa? Ya, tugas
utamamu adalah belajar. Namun, terkadang belajar
merupakan hal yang sangat membosankan. Jangan
biarkan hal ini terus-terusan merugikanmu. Kamu
perlu belajar keras agar lebih berprestasi. Pastinya,
kamu ingin bisa meraih apa yang kamu cita-citakan.
Salah satu cara terbaik untuk menggapai cita-cita yaitu
belajar dengan rajin.
Agar lebih bersemangat dalam belajar, sebaiknya kita
pelajari nasehat motivasi belajar dari orang-orang
yang sudah sukses berkat kegigihan mereka dalam
belajar dan menuntut ilmu. Begitupun yang diterapkan
dalam Zuhroh mengenyam pendidikan, ia sangatlah
mengagumi para kyai/guru di dalam pondoknya yang
senantiasa memberi pengaruh baik bagi santrinya.
Setelah lulus dari MTs. Nurul Jadid ia melanjutkan
pendidikan formalnya di MA Nurul Jadid tepat di tahun
2018, iya benar sekali ia tetap berada dalam Pondok
Pesantren, keputusan ia tetap melanjutkan di pondok,
karena ia yakin ilmu yang didapatkan baik didalam
atau diluar pondok sama saja, akan lebih baik kita
langsung mempelajarinya lebih dalam utamanya
dalam ilmu keagamaan, sisi positifnya seorang santri
bisa jauh lebih dekat dengan gurunya.
Di MA Nurul Jadid, Zuhroh mengambil jurusan IPA.
Selama berproses di MA Nurul Jadid sama halnya alur
S e l a y a n g P a n d a n g Z u h r o h | 20
kehidupan tidak semulus jalan tol, pasti banyak
tantangan yang harus ia lewati. Namun banyak buah
prestasi yang Zuhroh dapatkan dengan ketekunan dan
kesabarannya dalam menjalankan ombak ujian dari
Allah.
Sosok Zuhroh ini merupakan organisator sejati, tidak
hanya satu atau dua organisasi yang ia geluti,
melainkan lebih dari itu, salah satunya adalah menjadi:
1. Wakil Ketua OSIM MA Nurul Jadid,
2. Anggota FKO (Forum Komunikasi OSIS) Pondok
Pesantren Nurul Jadid,
3. FKS (Forum Komunikasi Santri) Bondowoso
4. Pengurus Wilayah Gang K (Putri) Pondok Pesantren
Nurul Jadid,
5. Pengurus asrama takhossus kitab Wilayah Gang K
(Putri) Pondok Pesantren Nurul Jadid,
6. Anggota Panji Pelopor, Pondok Pesantren Nurul
Jadid,
7. Anggota ExCom, Jurusan IPA, MA Nurul Jadid.
Dari ke tujuh organisasi yang ia geluti tentunya tak
semudah membalikkan tangan, ia dituntut agar
S e l a y a n g P a n d a n g Z u h r o h | 21
totalitas dalam menjadi siswa yang ideal dan dilain sisi
ia harus maksimal dalam menjalankan organisasi.
Seorang organisatoris sejati akan selalu menjaga lisan
dan perbuatannya untuk dirinya dan organisasinya.
Setiap pendapat yang dikeluarkan akan berusaha Ia
pikirkan terdahulu. Biasanya tipe ini memiliki wibawa
yang baik, cerdas, dan memiliki teknik manajemen
yang baik.
Terkadang kita semua pernah mendengar
bahwasannya “orang yang pintar belum tentu bisa
menjadi sosok organisator, akan tetapi organisator
sudah tentu adalah sosok yang pintar”. Jika ditelaah
makna tersebut sangatlah benar, mengapa? orang
yang cerdas dan pintar didalam ruang kelas, mungkin
hanya terbatas akan ilmu yang ia pelajari sesuai
ketentuan formalitas belajar siswa saja, akan tetapi
beda persoalan dengan organisatoris yang mau
mengambill resiko dalam memanajemen waktu
mereka antara menjadi siswa dan organisator, bukan
hanya dalam hal waktu, melainkan dengan ilmu
pengetahuan yang mereka peroleh juga memiliki
globalitas yang lebih luas. Mulai dari ilmu
kemasyarakatan, administrasi, psikologi, dan masih
banyak lagi.
Begitulah yang diterapkan oleh Zuhroh, ia niatkan
dalam hati hanya untuk menjalankan perintah Allah
S e l a y a n g P a n d a n g Z u h r o h | 22
untuk senantiasi menuntut ilmu apa saja yang Allah
ridhoi. Senantiasa Allah akan memberikan yang
terbaik bagi hambanya yang ikhtiar dan berdo’a.
Dari sekian organisasi yang Zuhroh geluti, tak
menghambat ia agar tetap berprestasi, ia masuk pada
lima besar nominasi Nurul Jadid Student Top Leader
yang diselenggarakan langsung oleh Pondok
Pesantren Nurul Jadid sebagai penghargaan bagi santri
maupun siswa yang memiliki potensi akademik dalam
lembaga formal.
Banyak prestasi yang Zuhroh raih, baik akademik
maupun non-akademik. Hal demikian tentunya dapat
memotivasi kita semua agar, tetap menjadi orang yang
senantiasa berusaha dalam menggapai sesuatu.
Perjalanan menuju apa yang diimpikan tentunya tak
semudah yang diucapkan, Zuhroh juga mengalami titik
terendah dalam hidupnya, namun dibalik itu semua ia
juga punya motivasi tersendiri untuk bangkit dari
seluruh permasalahan yang ia hadapi.
“Titik terendah dalam hidup saya itu pasti ada, karena
manusia ini sifatnya Zaddawayam qushmit, naik turun
usahanya, semangatnya, ada hal yang membuat saya
sangat sangat tidak berguna, adalah ketika saya tidak
didukung oleh keluarga dalam menempuh impian saya,
salah satunya saat saya mendapatkan sekian banyak
prestasi namun hal tersebut tidak dihargai oleh orang
S e l a y a n g P a n d a n g Z u h r o h | 23
tua saya, akan tetapi dibalik permasalahan itu kita
harus yakin bahwa setiap kejadian dalam hidup pasti
memiliki hikmah, pasti ada pelajaran yang bisa kita
petik, maka dari itu saya bersyukur mendapatkan orang
tua sepertu itu, meskipun terkadang diluar ekspektasi
saya sendiri, berarti saya harus menata lagi tujuan
hidup saya yang sebenarnya itu adalah untuk Allah. Jadi
maupun keluarga atau orang tua menghina kita, bukan
berarti kita jatuh, kita malah harus tetap berproses dan
harus tetap mempunyai tujuan dalam bermimpi, kita
tidak boleh tumbang. Jadi titik terendah saya adalah
ketika saya direndahkan dan dipatahkan semangatnya
oleh orang tua saya mengenai prestasi maupun impian,
seperti itu.”
Siapa manusia yang tidak menginginkan kesuksesan
dalam hidupnya? Sukses yang terukur dari berbagai
macam hal seperti jabatan, akademik, posisi dalam
perusahaan, banyanya harta, keluarga, dan lain
sebagainya. Semua hal tersebut tentu adalah harapan-
harapan yang diinginkan oleh setiap orang yang
menjadi bagian dari kehidupannya di dunia. Hanya
saja standart kesuksesan tersebut masih berkutat di
aspek individu dan masalah-masalah dunia yang
sementara saja. Islam sebagai agama rahmatan lil
alamin yang mengatur seluruh kehidupan manusia
tentunya memiliki standart mengenai kesuksesan
hidup manusia. Standart ini tentu saja berasal dari
S e l a y a n g P a n d a n g Z u h r o h | 24
informasi Al-Quran, teladan Rasulullah, sesuai
dengan fungsi agama, rukun iman, rukun islam, yang
akhirnya menghasilkan pandangan mengenai sukses
Dunia Akhirat menurut Islam.
Manusia yang sukses dalam islam tidak hanya diukur
oleh harta dan posisi atau jabatannya saja melainkan
ada standart lain yang Allah berikan. Dunia menurut
Islam dan harta dalam Islam hanyalah hal yang
mampir sementara sehingga ia bukan lah sebagai
tujuan. Berikut adalah sukses menurut islam,
sebagaimana disampaikan dalam Al-Quran dan Hadist.
Menurut salah satu rekan seperjuangan Zuhroh, ia
terkenal dengan orang yang cukup tegas dalam
bersikap, dan nyata dalam tindakan. Maka dari itu, ia
banyak dilirik oleh beberapa organisasi dalam lingkup
Pondok Pesantren.
Dari sekian perjuangan yang Zuhroh lewati di usia
yang masih muda, utamanya pada masa MA, bukan
titik akhir perjuangannya masih banyak lagi teropong
dunia yang harus ia nalar. Tak pernah puas akan ilmu
pengetahuan yang ia peroleh, karena banyak ilmu
Allah yang masih belum dipelajari.
Sebagai pencipta dan pengatur alam semesta, Allah
banyak menceritakan tentang kebesaran dan
kedigdayaan-Nya khususnya tentang keluasan ilmu-
S e l a y a n g P a n d a n g Z u h r o h | 25
Nya yang tidak akan pernah terjangkau oleh manusia
seluruh ilmu-Nya.
Dalam banyak ayat-Nya baik yang qawliyah (Alquran)
dan kauniyah (bukti konkrit) Allah membuktikan
bahwa manusia hanya ciptaan kecil yang diberikan
ilmu untuk membuat warna dan dinamika dalam
kehidupan duniawi.
Artinya: “Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta
untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh
habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-
kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan
sebanyak itu (pula)". (Q.S. Al-Kahfi: 109).
Artinya: “dan seandainya pohonpohon di bumi menjadi
pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya
tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak
akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. (Q.S. Luqman: 27).
Dari dua ayat di atas, secara tekstual, Allah
menjelaskan tentang keluasan ilmu-Nya. Pada surat
Al-Kahfi ayat 109 dan surat Luqman ayat 27, Allah
menggunakan konsep matsal (perumpamaan) dalam
menjelaskan kedigdayaan-Nya tersebut dengan
menggunakan matsal kaminah. Allah menggunakan
keluasan lautan dan banyaknya pohon di atas bumi
S e l a y a n g P a n d a n g Z u h r o h | 26
untuk membandingkannya dengan ilmu Allah yang
sangat luas.
S e l a y a n g P a n d a n g Z u h r o h | 27
(BAB V)
“Dirgantara
Arunika”
S e l a y a n g P a n d a n g Z u h r o h | 28
Makna dari judul bab kali ini, mengandung kata diksi
yang pastinya memiliki makna yang sangat erat
dengan salah satu titik hasil perjuangan Zuhroh.
“Dirgantara” yang artinya adalah angkasa, sedangkan
“Arunika” artinya adalah matahari terbit. Makna
keduanya jika diselaraskan memiliki kesinambungan
yaitu “angkasa dengan keindahan matahari terbit”.
Angkasa diibratkan dengan perjuangan yang cukup
luas yang telah dilewati oleh Zuhroh, sedangkan
Matahari Terbit ini diibaratkan buah dari perjuangan
yang Zuhroh hadapi. Jadi dalam bab ini kita akan
membaca bagaimana peristiwa dalam kontroversi
yang akan dihadapi oleh Zuhroh dalam mendapatkan
beasiswa yang ia impikan.
Setelah lulus dari MA Nurul Jadid, Zuhroh tidak
pantang menyerah mencari informasi mengenai
beasiswa menuju universitas Al-Azhar mesir.
Sebenarnya ia belum mendapatkan restu secara penuh
dari orang tuanya, mengingat banyak pertimbangan.
Namun hal itu tak menjadikan Zuhroh pupus akan
harapan ia percaya bahwa Allah akan senantiasa
mendampingi hambanya. Berikut sepintas cerita
mengenai perjuangan Zuhroh dalam mendapatkan
beasiswa di Universita Al-Azhar Mesir,
S e l a y a n g P a n d a n g Z u h r o h | 29
“Sebenarnya setiap manusia itu berhak bermimpi,
berhak untuk mencapai impiannya sendiri, tapi yang
namanya impian setiap manusia memiliki proses yang
berbeda kunci pertama yang saya lakukan adalah
mengenali kemampuan diri sendiri, saya berusaha
memahami skill saya apa, kuliah di Universitas Al Azhar
yang notabenenya adalah univ berbasis islam tertua
pastinya murni semua berbahasa arab dan kebetulan
saya mengambil mata kuliah ushuluddin yang isinya
tentang agama semua, nah sebenarnya itu bukan skill
saya mengingat riwayat pendidikan saya dari TK
hingga SLTA bukan fokus kepada agama bahkan saya
tidak pernah menempuh madrasah diniyah, tapi jika
kita punya pondasi yang bagus dan mengenal diri kita
lebih dalam, jadi pondasi saya ini adalah bahwa tujuan
dari setiap manusia adalah Allah, saya terus berusaha
apapun yang saya lakukan berorientasi kepada Allah.
Ketika saya tidak punya skill dalam ilmu agama saya
memegang teguh prinsip saya, bahwa jika kita ingin
mencapai tujuan kita harus berusaha semaksimal
mungkin. Jika tujuan kita adalah Allah maka semuanya
akan mudah, sebenarnya saya punya tujuan ini
semenjak kelas satu MA kak, tapi dikarenakan masih
labil iya jadi masih berubah-ubah, saya dulu ingin
ngambil kedokteran di UNEJ, akan tetapi saya takut jati
diri saya sebagai santri hilang, karena dunia luar
semakin lama semakin seperti itu, kakak tau sendiri,
jadi saya takut saya terbawa, karena saya mengenal diri
S e l a y a n g P a n d a n g Z u h r o h | 30
saya masih bersikap naik turun, dan ini juga yang perlu
diingat oleh teman-teman generasi muda, yakni gen-Z
jika masih terkurung dalam ketakutan untuk bermimpi
salah satunya ketidakbolehan oleh orang tua atau
dilarang oleh orang tua, sebenarnya menurut saya.
Salah satunya saya, awalnya saya sangat dilarang keras
oleh orang tua untuk lanjut di Universitas Al-Azhar,
karena memang saya berpegang teguh pada “Ridha
Allah ada pada ridha kedua orang tua dan kemurkaan
Allah ada pada kemurkaan kedua orang tua” tetapi
banyak kesalahan yang dilakukan oleh teman-teman
saya “saya nggak boleh nih, membangkang kepada
orang tua, nanti saya nggak mendapat ridho Allah”
perlu teman-teman pahami manusia itu hatinya sering
berbolak-balik, siapa yang membolak-balikkan hati
manusia? Tentunya Allah karena Allah muthallibal
qulub, sekalipun saya tidak boleh oleh orang tua saya ke
Al-Azhar saya tetap berdo’a, jadi yang benar jika kita
menginginkan sesuat hendaklah matur ke Allah sang
Khaliq dulu baru kepada makhluk karena tingkatannya
makhluk itu dibawahnya khaliq, teman-teman salahnya
mereka matur ke orang tua dulu baru ke Allah gitu kan?
Jadi kalok kita sudah matur ke Allah, insyaallah Allah
mudahkan, saat orang tua saya tidak memperbolehkan
saya tetap berdo’a kepada Allah, bahkan ketika dua
minggu sebelum tes, orang tua saya masih berdo’a agar
saya tidak lulus tes ke Al-Azhar agar saya tidak diterima
di Al-Azhar tapi kemudian qadarullahi ta’ala, ibu saya
S e l a y a n g P a n d a n g Z u h r o h | 31
membolehkan saya ke Mesir sedangkan ayah saya tetap
tidak merestui, nah ketika saya sudah dinyatakan lulus
baru ayah saya membolehkan seperti itu, jadi kita itu
nggak tau alurnya, iya sudah jalani dulu. Yang perlu
kita jadikan pedoman adalah berdo’a dan menjalin
hubungan baik dengan Allah seperti itu.”
Dari ungkapan cerita Zuhroh kita dapat mengambil
hikmah bahwasannya Allah SWT menciptakan
manusia sebaik-baiknya kejadiaan dan
menganugrahkan yang terhormat kepada manusia
dibandingkan dengan mahkluk yang lainnya.
kedudukan ini ditandai dengan pemberian daya
pikir,kemampuan berkreasi dan kesadaran
moral.Dalam potensi tersebut sangat memungkinkan
manusia menjalankan dua fungsi yaitu fungsi hamba
dan fungsi kholifah fil ardi.
Untuk itu manusia diberi kesadaran moral yang harus
selalu dirawat kalau manusia tidak ingin terjatuh
kedalam kedudukan yang sangat rendah. juga harus
dijalankan hanya dengan hati yang ikhlas dengan
mengharapkan ridho dari Allah SWT semata dengan
terus melakukan ikhtiar secara optimal sedangkan
mengenai hasil sepenuhnya hanya milik Allah SWT.
S e l a y a n g P a n d a n g Z u h r o h | 32
Manusia juga memiliki sifat uluhiyah atau sifat
ketuhanan yaitu fitrah suci untuk memproyeksikam
tentang kebaikan dan keindahan.demikian pula
manusia menjalankan fungsi-fungsi ketuhanan yang
lain. Intinya bahwa pancaran keindahan masuk
kedalam jiwa manusia untuk selalu berbuat kebaikkan
dan keindahan walaupun ada nilai tidak mungkin ada
kesamaan antara mahkluk dengan sang pencipta.
S e l a y a n g P a n d a n g Z u h r o h | 33
Tentang Penulis
Namanya Afni Syaukiyah, Lahir di Kota Probolinggo, 13
Agustus 2002, ia adalah anak ke dua dari tiga bersaudara,
buah dari pasangan Abdul Hari dan Siti Hafsah. Afni
panggilan akrabnya, ia terlahir dari keluar yang sederhana,
Ayahnya seorang PNS, sedangkan ibunya bekerja sebagai
Guru TK. Sejak kecil ia selalu dinasehati oleh sang Ayah agar
senantiasa rajin beribadah, jujur, dan baik terhadap
sesama.
Ketika berusia 6 tahun, ia memulai pendidikan di MI
Miftahul Ulum, Kota Probolinggo, kemudian setelah lulus
dia melanjutkan pendidikannya di MTs. N Kota
Probolinggo, selepas lulus dari MTs. N pada tahun 2017, ia
memutuskan untuk mengenyam pendidikan dibawah
naungan Pondok Pesantren Nuru Jadid, yang bertempat di
Kabupaten Probolinggo. Ia mengambil lembaga formal
yakni MA Nurul Jadid.
Ketika menginjak kelas X, ia menyadari bahwa ia memiliki
bakat dalam bidang kepenulisan, kemudian ia mengasah
bakatnya tersebut melalui berbagai lomba dan pelatihan,
alhamdulillah salah satu karyanya mendapatkan juara 1
tingkat SLTA se-Jawa Timur-Bali yakni resensi buku “IN-
TOLERANSI” karya Alamsyah M. Dja’far. Tentunya hal itu
membuat hatinya senang dan semakin giat dalam
mengikuti segala lomba dalam bidang kepenulisan,
terutama puisi puisi bertemakan perasaan manusia dan
masih banyak lagi. Baginya psikis manusia merupakan
aspek penting dalam kehidupan, karena hal itu adalah
suppott system terbaik bagi diri sendiri. Saat ini ia
melanjutkan kuliah di Universitas Negeri Malang dengan
program studi S1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan
Daerah.
S e l a y a n g P a n d a n g Z u h r o h | 34