The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by rodziah751, 2021-10-24 18:44:07

Lima Sekawan - Menaklukkan Agen Rahasia

Lima Sekawan - Menaklukkan Agen Rahasia

http://inzomnia.wapka.mobi

LIMA SEKAWAN
MENAKLUKKAN AGEN RAHASIA
Petualangan baru Lima Sekawan
by Enid Blyton
diceritakan oleh Claude Voilier
ilustrasi oleh Jean Sidobre

Daftar Isi:
1. Berkumpul kembali
2. Anak Misterius
3. Rencana Pesta
4. Siapa itu?
5. Orang Asing
6. Perundingan Rahasia
7. George Berjasa
8. Persiapan Pesta
9. Di Hotel Winter
10. Lima Sekawan Beraksi
11. Rudi Beraksi
12. Saat-saat Tegang
13. Tertipu
14. George Gagal Menelepon
15. Kecelakaan Aneh
16. Ke Jenewa
17. Ke Sarang Musuh
18. Penyergapan

Bab I
BERKUMPUL KEMBALI

"Ah, Tim - aku sudah tidak sabar lagi menunggu," keluh George dengan
sikap gelisah. "Rasanya sudah lama sekali aku tidak berjumpa dengan
ketiga sepupuku itu. Tapi sebentar lagi mereka pasti akan sampai.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Setelah itu kita akan bisa bersama-sama menikmati liburan. Kau senang
juga kan, bertemu kembali dengan mereka?"
"Guk!" gonggong Timmy sambil mengibaskan ekor, tanda bahwa ia pun
ikut senang. Timmy sangat menyayangi tuannya, sama seperti
kesayangan George padanya. Ke mana pun anak itu pergi, Timmy selalu
ikut.
George bukan anak laki-laki. Ia anak perempuan. Namanya yang asli
Georgina - tapi kalau disapa dengan nama itu, ia pasti takkan mau
menjawab. Ia ingin sekali bisa seperti kedua saudara sepupunya, Julian
dan Dick. Potongannya memang mirip anak laki-laki, dengan rambutnya
yang pendek. Ia paling tidak bisa disuruh tenang. Ada-ada saja yang
dilakukannya. Akalnya dan tingkah-lakunya selalu macam-macam, sampai
kadang-kadang sudah bisa dibilang sembrono, atau bahkan nekat. Tapi
hatinya baik. Lagipula ia selalu jujur. Karenanya ia disenangi, walau
sering keras kepala dan tidak suka mengalah.
George itu anak asrama. Jadi selama bersekolah tinggalnya bersama
teman-teman sesama murid di asrama yang termasuk kompleks sekolah.
Asramanya itu di kota lain, yang jauh letaknya. Karena itu George selalu
senang apabila sudah saatnya pulang untuk berlibur. Di Pondok Kirrin ia
merasa dirinya merdeka, bisa berjingkrak-jingkrak dan bersenang-
senang sepuas hati. Julian, Dick dan Anne, ketiga sepupunya, kalau
liburan juga selalu datang ke rumah orang tua George yang terletak di
tepi laut. Mereka sudah merencanakan beraneka ragam kegiatan selama
liburan itu.
Beberapa waktu yang lampau mereka berempat mendirikan sebuah klub
yang diberi nama "Lima Sekawan", karena Timmy ikut dihitung sebagai
anggota. Dalam liburan-liburan yang lewat mereka sudah berkali-kali
berhasil membongkar berbagai rahasia menarik serta melacak jejak
kejahatan yang menegangkan. Di samping itu mereka gemar berolahraga
dan melakukan berbagai permainan yang dilakukan di tengah alam bebas.
"Ah, Tim," desah George sekali lagi sambil menghampiri pintu gerbang
pekarangan. "Mestinya Julian, Dick dan Anne setiap saat akan sampai di
sini. Kereta yang mereka tumpangi sudah tiba kira-kira seperempat jam

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

yang lalu. Lalu mencari taksi dan dengannya berangkat kemari .. Nah!
Kalau aku tidak salah dengar, itu kan bunyi mobil datang!"
George tidak salah dengar, karena saat itu ada mobil muncul dari balik
tikungan. Mobil itu semakin mendekat dan akhirnya berhenti di depan
gerbang.
"Nah, datang juga kalian akhirnya!" seru George dengan gembira.
"Sekarang Lima Sekawan sudah lengkap kembali. Hidup liburan!"
Seorang anak laki-laki yang sudah remaja turun dari mobil taksi itu.
Tubuhnya tinggi tegap, sedang rambutnya berwarna pirang. Ia disusul
oleh seorang anak perempuan yang juga berambut pirang tapi
berpotongan kecil mungil, serta seorang anak laki-laki lagi. Julian, Dick
dan Anne yang ditunggu-tunggu oleh George dengan perasaan tidak
sabar, akhirnya muncul di Pondok Kirrin!
Sementara Julian membayar sewa taksi, Dick dan Anne bergegas
menyongsong sepupu mereka lalu merangkulnya dengan gembira. Timmy
ikut menyambut kedatangan ketiga anak itu. Ia menggonggong dan
melonjak-loniak. Sibuk sekali kelihatannya!
"Asyik, bisa melihat segala-galanya lagi! Pondok Kirrin, pantai dan laut
yang terbentang luas - serta pulaumu, George!" kata Dick dengan
gembira.
Dick sebaya dengan George. Tampangnya mirip dengan sepupunya itu,
sampai ada yang mengira mereka berdua anak kembar.
"Bagiku yang paling menyenangkan adalah bahwa kita berempat kini
sudah berkumpul kembali," sela Anne.
"Berlima maksudmu," kata Julian sambil tertawa. "Hati-hati Anne,
Timmy jangan sampai kaulupakan - nanti George mengamuk! - Nah, itu
Bibi Fanny dan Paman Quentin."
Ayah dan ibu George, Pak Kirrin serta istrinya, mendatangi anak-anak
itu.
"Halo, apa kabar? Bagaimana penjalanan kalian tadi?" kata Bibi Fanny
menyapa sambil tersenyum ramah. "Ayo, kita masuk saja dulu aku sudah
menyiapkan makanan yang enak untuk kalian. Wah, Anne - kau sudah
bertambah besar sekarang!"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Paman Quentin tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya menepuk bahu
ketiga keponakannya. lalu masuk lagi ke kamar kerjanya.
"Yah, memang begitulah ayahmu itu!" bisik Dick pada George.
"Sepanjang hari kerjanya tidak lain dari menekuni buku dan catatannya
saja. Tidak enak, menjadi ilmuwan!"
George hanya mengangkat bahu saja. Tentu saja ia sangat mencintai
ayahnya. Ia juga bangga bahwa ayahnya seorang ilmuwan terkenal. Tapi
menurut pendapatnya, Ayah terlalu serius.
Apabila sedang bekerja, Pak Kirrin tidak tahan bising. Padahal ia selalu
bekerja terus. Karenanya anak-anak sebanyak mungkin diminta agar
bermain-main di luar saja, agar Paman Quentin tidak merasa terganggu.
Apabila mereka sampai lupa dan bermain-main dalam rumah, pasti
omelan akan datang bertubi-tubi. Dan tentu saja ditambah pula dengan
hukuman yang jelas tidak enak!
Anak-anak makan dan minum dalam suasana riang gembira - bersama
Bibi Fanny, tapi tanpa Paman Quentin yang sudah sibuk kembali dengan
pekerjaannya.
Setelah melepaskan lelah sebentar, George mengajak ketiga sepupunya
berjalan-jalan ke daerah sekitar, lalu menuju ke pantai. Sehabis mandi-
mandi di teluk, mereka berlima - karena Timmy tentu saja ikut dengan
anak-anak - kembali ke rumah. Mereka berjalan sambil mengobrol dan
tertawa-tawa, menikmati sore pertama mereka berkumpul lagi.
"Bayangkan - mulai saat ini selama dua bulan kita bisa bersama-sama
terus," kata Julian dengan gembira. "Bagiku tidak ada yang bisa
mengalahkan keasyikan berlibur di Kirrin sini. Biar diupahi apa pun,
takkan ada yang bisa memaksaku pergi dan sini!"
Julian terlalu buru-buru mengatakan hal itu. Tapi saat mereka memasuki
pekarangan lewat gerbang depan, tak seorang pun di antara anak-anak
yang menduga bahwa sementara itu telah terjadi perubahan penting.
George yang paling dulu melihat ibunya, yang kelihatannya sedang
menunggu mereka. Melihat sikap ibunya itu, George berpaling pada
ketiga sepupunya.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Pasti ada sesuatu yang tidak beres," katanya sambil menggeleng-
gelengkan kepala. "Itu bisa kulihat dan sikap Ibu. Mudah-mudahan saja
bukan kejadian yang serius!"
Sementara itu Bu Kirrin melihat anak-anak datang, lalu menyongsong
mereka. Sikapnya gelisah sekali.
"Wah, Anak-anak," katanya, "ada kabar buruk untuk kalian. Kalian tidak
bisa berlibur di Pondok Kirrin. Aku sengaja menunggu kalian di sini untuk
menberitahukan hal itu, supaya nanti apabila Paman Ouentin
menyampaikannya kalian tidak mengomel dan berkeluh-kesah lagi. Saat
ini kami belum tahu pasti bagaimana enaknya menyelesaikan persoalan
ini. Yah - memang sulit!"
"Apa sih, maksud Ibu?" George sudah mulai keluar lagi sikap lekas
marahnya. "Apa sebabnya kami tidak bisa tetap tinggal di Pondok
Kirrin? Aku...."
"Sssst, jangan keras-keras nanti terdengar oleh ayahmu" kata Bibi
Fanny. "Sebaiknya kita masuk saja dulu. Mungkin ayahmu sementara ini
sudah tahu jalan keluar. Tapi ingat - kalian nanti harus tetap tenang, ya.
Jangan langsung marah-marah, George!"
Anak-anak bergegas masuk ke rumah. Mereka ingin tahu, apa
sebenarnya yang menjadi persoalan. Semua juga agak cemas. Tanpa
mengatakan apa-apa, semua duduk mengelilingi meja, di mana Paman
sudah menunggu Paman Quentin mendehem-dehem Sebentar, lalu
memulai penjelasannya.
"Tadi ketika kalian sedang berjalan-jalan, tukang pos datang mengantar
surat," kata Paman. "Dan ternyata isi salah satu surat untukku
mengubah segala rencana yang sudah kuatur untuk masa mulai minggu
depan. Aku menerima kabar bahwa kongres ilmu pengetahuan
internasional di kota Jenewa yang semula akan diadakan bulan
September nanti, tahu-tahu diajukan waktu penyelenggaraannya. Kurasa
tidak perlu kujelaskan alasan pengajuannya - pokoknya kongres itu
penting sekali bagiku dan aku ingin menghadirinya. Dan aku menghendaki
agar Bibi Fanny ikut ke sana, begitu pula halnya dengan George."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Anak-anak Iangsung ribut, karena sama sekali tidak menduga
perkembangan yang begitu. Paman menenangkan mereka.
"Tunggu dulu, aku belum selesai bicara! Tadi kukatakan George harus
ikut. Sebetulnya bukan ia seorang diri saja, tapi kalian semua! Lalu
setiba di Jenewa, kita akan berpisah. Bibi ikut dengan aku, sedang
kalian tidak."
Anak-anak terdiam mendengar penjelasan itu. George tahu, pekerjaan
ayahnya sering memaksanya untuk mengubah segala perencanaan yang
sudah diatur. Sekali ini penyebabnya perubahan jadwal kongres yang
akan berlangsung selama dua minggu di Jenewa. Dalam kongres itu Pak
Kirrin akan membacakan makalah mengenai hasil-hasil penelitian yang
dilakukan olehnya sendiri.
"Jadi sesampai di Jenewa kita berpisah." kata George mengulangi kata-
kata ayahnya dengan nada tidak sabar. George memang selalu begitu,
kalau ada sesuatu yang kurang enak baginya.
"Lalu - menurut rencana Ayah, kami harus ke mana?"
"Kalau kau mau sabar sedikit saja sampai aku selesai berbicara, kau
pasti sudah tahu jawabannya!" tukas Pak Kirrin. "Aku serta ibumu tetap
di Jenewa. Di sana kami akan tinggal di Hotel Winter. Untuk kami sudah
disediakan kamar di situ. Nah - sekarang mengenai kalian! Aku hanya
melihat satu kemungkinan saja..."
Paman berhenti bicara, lalu menatap dengan jenaka ke arah keempat
anak yang duduk dengan gelisah. Nampak jelas bahwa mereka sudah
hampir tidak kuat lebih lama lagi menahan ketegangan perasaan.
"Karena aku dan Bibi jelas nanti tidak punya waktu untuk menemani
kalian, maka kalian terpaksa ditinggal berempat saja sendiri,"
"Di hotel?" tanya George bingung. Ia benar-benar tidak mengerti,
bagaimana maksud ayahnya sebenarnya.
"Bukan di hotel - tapi di suatu perkemahan"
"Perkemahan?" seru anak-anak serempak.
"Betul! Perkemahan itu khusus untuk kaum remaja yang ingin berlibur di
Swiss. Tidak gampang aku mendapatkannya. Setelah menelepon ke sana

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

dan kemari, akhirnya aku berhasil juga memesankan tempat untuk
kalian."
"Lalu bagaimana dengan ‘Timmy?" tanya George dengan cemas.
Di wajah Profesor Kirrin yang biasanya selalu kelihatan serius, kali itu
nampak senyuman sekilas. Ia tahu, anaknya sangat menyayangi anjingnya
itu dan tidak tahan kalau sampai disuruh berpisah.
"Jangan khawatir - Timmy boleh ikut," katanya.
George menarik napas lega. Ia menanyakan perincian lebih lanjut
mengenai rencana itu. Julian, Dick dan Anne mendengarkan dengan
penuh minat, sementara Paman Quentin memberikan penjelasan. Bahkan
Timmy pun kelihatannya ikut mendengarkan.
"Perkemahan itu letaknya di tepi Danau Jenewa, kira-kira lima belas
kilometer dari kota Jenewa. Pemimpinnya sepasang suami-istri, Pak
Arnold beserta istrinya. Mereka sebenarnya guru. Di samping program
sehari-hari yang beraneka ragam coraknya, masih cukup tersedia waktu
luang bagi kalian untuk mengisinya dengan acara kalian sendiri, atau
bersama anak-anak lain di situ."
Suasana langsung menjadi ramai.
"Kita mandi-mandi setiap hari di danau," kata Dick.
"Dan berdayung-dayung," tambah George.
"Pokoknya, kita bisa tetap berkumpul." kata Anne.

Bab II
ANAK MISTERIUS

Hari-hari berikutnya anak-anak sibuk berkemas-kemas, untuk berangkat
ke Swis.
Perjalanan mereka berlangsung cepat sekali dan sangat menyenangkan.
Bibi Fanny gembira melihat anak-anak mengobrol dengan asyik. Hanya
Paman Quentin saja yang tidak banyak bicara, karena sibuk dengan
pekerjaannya.
Mereka berangkat dan London naik pesawat terbang. George agak kesal,
karena Timmy tidak diperbolehkan ikut dalam kabin penumpang

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

melainkan harus di ruangan yang khusus disediakan untuk binatang
bawaan. Tapi dengan cepat anak itu sudah gembira lagi, ketika Dick
membisikkan padanya, "Aku punya firasat - di perkemahan nanti kita
akan mengalami kejadian yang asyik! Kau tahu kan, petualangan-
petualangan seperti itulah yang menyebabkan liburan kita tidak pernah
terasa membosankan"
Sesampai di Jenewa, anak-anak masih ikut ke Hotel Winter, di mana
sebagian besar peserta kongres memperoleh tempat penginapan selama
kongres internasional itu berlangsung. Kemudian George beserta ketiga
sepupunya berangkat menuju ke perkemahan remaja yang letaknya
dekat Thiviey, sebuah kota kecil di tepi Danau Jenewa.
Baru sekali itu anak-anak pergi ke Swis. Dalam perjalanan menuju
perkemahan, tidak bosan-bosannya mereka mengagumi pemandangan
yang indah, dengan air danau yang biru serta villa-villa yang indah di
tengah kebun yang nampak sejuk dan terawat.
Tempat perkemahan yang didatangi terletak di lapangan rumput yang
kelihatannya seperti permadani berwarna hijau. Di sana-sini nampak
pepohonan yang tumbuh terpisah-pisah, begitu pula pondok-pondok yang
terbuat dari kayu serta tenda-tenda. Nampak pula sejumlah bangunan
biasa yang tidak terlalu besar ukurannya. Dalam bangun-bangunan itu
terdapat kantin, restoran, tempat mandi, tempat cuci pakaian, ruang
perpustakaan dan juga ruang tempat permainan.
Begitu mereka tiba, dengan segera anak-anak diantarkan ke kantor
pimpinan perkemahan. Pak Arnold beserta istrinya menyambut mereka
dengan ramah. Keduanya selalu menginginkan agar para remaja yang
berlibur di perkemahan situ merasa seperti berada di rumah sendiri,
dan bergaul sesama mereka dalam suasana persahabatan.
"Sekarang kalian lihat saja dulu pondok tempat tinggal kalian," kata Bu
Arnold. "Di situ lebih nyaman daripada dalam tenda."
Ia menggamit salah seorang pemuda yang ada di situ. Pemuda itu
termasuk staf pembantu pimpinan perkemahan
"Namaku Andre Sandry," kata pemuda itu memperkenalkan diri. "Yuk -
kutunjukkan letak pondok-pondok kalian."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Dengan gembira Julian, Dick, George dan Anne mengikutinya. Andre
mengajak mereka menuju dua pondok kecil yang letaknya berdampingan.
Pondok-pondok itu seluruhnya terbuat dari batang-batang kayu yang
tersusun berdempet-dempet. Walau ukurannya kecil, tapi kalau
ditinggali dua orang saja masih lumayan lapangnya.
"Asyik!" seru George dengan gembira. "Untukmu pun masih ada tempat
di sini, Tim!"
Malam pertama bersama para remaja lain yang berlibur di perkemahan
itu sangat menyenangkan. Mereka makan malam beramai-ramai di luar,
dekat api unggun. Selesai makan menyusul acara pertandingan main
harmonika. Pemenangnya adalah anak yang paling indah permainannya.
Dengan cepat George serta saudara-saudaranya sudah mendapat kawan-
kawan baru Semuanva ramah-ramah. Apalagi terhadap timmy - ia
langsung menjadi kesayangan para penghuni perkemahan.
"Liburan ini bagiku merupakan selingan mengasyikkan." kata George
dengan nada puas, ketika ia sudah kembali ke pondok bersania Anne.
"Dengan begitu kita akan kembali dua minggu lagi ke Pondok Kirrin
dengan perasaan gembira. Tapi bagiku paling menyenangkan apabila
dugaan Dick ternyata benar."
"Dugaannya yang mana, maksudmu" tanya Anne sambil menguap karena
sudah mulai mengantuk.
"Sewaktu masih di pesawat terbang ia menceritakan firasatnya padaku
kata George. "Menurutnya, ia merasa kita di perkemahan ini akan
mengalami petualangan yang benar-benar istimewa."
"Aduh - petualangan?" sambut Anne dengan mata terbelalak. Nada
suaranya menunjukkan bahwa ia tidak gembira "Maksudmu lagi-lagi
peristiwa kejahatan? Kita akan menjumpai rahasia misterius, seperti
yang sudah sering kita alami? Aku sebenarnya kepingin sekali bisa satu
kali mengalami liburan yang tenang dan damai. Tanpa menghadapi bahaya
dan kejadian-kejadian menegangkan!"
"Dasar anak penakut!" kata George mencemoohkan sepupunya. "Sudah
lupa ya, kenapa kita mendirikan klub Lima Sekawan? Tujuannya kan
untuk menyelidiki kejadian-kejadian misterius dan menarik!"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Ya, memang - tapi asal tidak membahayakan!" bantah Anne.
George sering menertawakan Anne. Menurut pendapatnya, sepupunya
itu terlalu penakut dan pemalu. Sedang Anne menganggap George terlalu
sembrono dan nekat. Tapi mungkin justru karena itu mereka bisa cocok.
Karena watak keduanya begitu berbeda!
Akhirnya kedua anak perempuan itu terlelap. Timmy tidur dekat kaki
George.
Cuaca keesokan paginya cerah sekali. Matahari bersinar di langit yang
biru bersih. Dick dan Julian sudah bangun lebih dulu. Mereka
menggedor-gedor pintu pondok Anne dan George, untuk membangunkan
kedua anak perempuan itu.
"He- pemalas! Cepat bangun! Kami ingin sarapan, karena sudah lapar!"
Di perkemahan remaja itu anak-anak boleh makan di mana saja. Di situ
tersedia empat tenda besar tempat makan. Anak-anak bisa memilih
tempat duduk yang dianggap paling menyenangkan. Karena setiap kali
berpindah tempat, pergaulan menjadi lebih akrab. Saban kali terjalin
lagi perkenalan baru. Dengan begitu dalam waktu singkat mereka sudah
berkenalan dengan semua anak dan remaja yang tinggal di perkemahan
itu. Di antara mereka ada beberapa yang datang dari lnggris, seperti
mereka sendiri. Selebihnya anak-anak serta remaja dari Swis, Jerman.
Prancis atau ltalia. Mereka berumur antara sepuluh sampai tujuh belas
tahun. Penghuni perkemahan itu tidak ada yang tidak bergembira,
karena senang berada di situ.
Pagi itu George beserta ketiga sepupunya duduk bersama sekelompok
remaja yang sama seperti malam sebelumnya. Mereka bernama Susanne,
Gretti, Jean-Paul. Alex, Johann, Paolo dan Sandra.
Kita benar-benar mujur," kata Julian. "Kenalan baruku sampai sekarang
semuanya baik-baik. Kalian bagaimana?"
"Kalau bagiku, tidak semuanya," kata George dengan suara lirih. "Aku
tidak suka pada anak laki-laki yang duduknya di belakang - sebelah sana
itu! Tampangnya sama sekali tidak ramah!"
Anakk-anak menoleh ke arah yang ditunjukkan oleh George. Anak laki-
laki yang dimaksudkan umurnya sekitar tujuh belas tahun. Anaknya

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

tinggi besar, berambut pirang. Ia sebetulnya bertampang keren. Tapi
sayangnya selalu cemberut. Kalau berbicara tidak pernah mau
memandang orang yang diajak bicara.
"Tampangnya tidak simpatik!" kata Dick mengomentari.
"Jangan begitu, Dick!" kecam Julian sambil menggelengkan kepala. Ia
tidak senang apabila adiknya itu cepat sekali menilai orang. Namun
sesaat kemudian ia menambahkan, "Tapi kau memang benar tampangnya
memang tidak bisa dibilang ramah."
Jean-Paul yang duduk di sebelah Anne mendengar pembicaraan mereka.
Ia mendekatkan kepalanya pada Anne, lalu berbisik-bisik, "Betul, dia itu
memang tidak simpatik sikapnya. Namanya Rudi Hermes. Tidak ada yang
tahu apa-apa tentang dirinya, kecuali bahwa ia datang dari sebuah
negara kecil di kawasan Eropa Tengah. Adatnya kasar sekali. Hampir
tidak pernah mau berbicara. Sampai sekarang ia belum berkawan dengan
siapa pun juga di sini. Ia tidak suka menolong, padahal itu termasuk
peraturan dalam perkemahan kita ini. Kita hidup di sini harus mau
gotong-royong! Kami semua sedapat mungkin menjauhinya. Lebih baik
jika kita tidak berurusan dengan anak yang begitu ...."
"Si Rudi itu tidak tahu adat," sela Sandra, seorang anak perempuan yang
ramah dan berambut coklat. "Lihatlah - saban kali ia selalu mengambil
kue yang paling besar. Entah kenapa, tapi aku merasa curiga padanya.
Ada sesuatu pada dirinya yang...yang...misterius!"
Sikap George langsung berubah, begitu ia mendengar ’kata "misterius"
disebut-sebut.
Anne melihat perubahan sikap sepupunya itu. Ia tersenyum. karena ia
tahu bahwa otak George pasti langsung sibuk mendengar pertanyaan
Sandra. Memang begitulah George, begitu mendengar ada orang
berbicara tentang sesuatu yang mengandung rahasia.

Bab IV
SIAPA ITU?

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Di pondok sebelah, Dick dan Julian sudah lebih dulu tertidur.
Perkemahan sunyi sepi. Dari arah danau juga tidak terdengar apa-apa.
Perahu-perahu terapung di air yang tenang, sedang kawanan angsa yang
saat siang biasa nampak hilir-mudik, saat itu semua sudah masuk ke
sarang. Suasana benar-benar tenang dan damai.
Tiba-tiba di samping pondok Anne dan George terdengar bunyi berderik
pelan, seolah-olah ada orang menginjak ranting kering. Telinga kiri
Timmy langsung tegak....
Dalam keadaan tidur, Anne juga mendengar bunyi itu. Tapi ia tidur
terus. Nah! Bunyi itu terdengar lagi- tapi kini lebih nyaring dan lebih
dekat. Anne menggumam dengan kesal dalam tidurnya, lalu memutar
tubuh ke sisi lain. Sedang Timmy menegakkan telinganya yang satu lagi!
Untuk ketiga kalinya bunyi ranting patah mengganggu kesunyian malam.
Dalam keadaan mengantuk Anne membuka matanya. Ia menajamkan
pendengarannya. Rasanya seperti ada orang sedang berjalan
menyelinap-nyelinap di luar. Anne menahan napas. Ia merasa gelisah,
tanpa mengetahui penyebabnya.
Timmy sementara itu sudah benar-benar bangun. Dipandangnya George
dan samping. Tapi George kelihatannya masih tetap nyenyak tidur.
Karenanya Timmy tetap tenang.
Dengan hati-hati sekali Anne bangun, lalu duduk di tepi tempat tidur.
Tepat saat itu orang tak dikenal yang berada di luar membentur dinding
pondok.
Nyaris saja Anne terpekik ketakutan. Barang siapa yang bergerak
menyelinap-nyelinap seperti yang di luar itu, tidak mungkin berniat baik!
"Jangan-jangan ada orang yang hendak merampok di sini. Tahu-tahu ia
sudah masuk- lalu mungkin kita bahkan dibunuh olehnya," pikir Anne
dengan perasaan panik.
Ia memang tidak tergolong anak yang berani. Dirasakannya jantungnya
berdebar keras. Tapi walau takut, Anne tidak sampai kehilangan akal. Ia
kadang-kadang bahkan bisa benar-benar tabah. Tapi saat itu ia merasa
tidak mampu berbuat apa-apa. Karenanya ia mencoba membangunkan
George. Dengan hati-hati, tentunya!

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"George!" bisik Anne. "Sssst - George!"
George hanya mengerang saja dalam tidurnya.
Anne menggigit bibir. Ia khawatir, jangan-jangan George langsung
berteriak. Kalau itu sampai terjadi pasti orang tak dikenal yang di luar
itu menerjang masuk untuk membungkam mereka berdua.
Sekali lagi Anne berusaha membangunkan sepupunya dengan hati-hati.
George digoncang-goncangnya dengan pelan.
"George! Ada orang di luar! Bangun dong - jangan-jangan dia itu
penjahat yang hendak membunuh kita!"
"Hhh? Apa? Apa katamu?" tanya George yang masih belum benar-benar
bangun.
"Bangun!" bisik Anne dengan cemas.
"Apa katamu tadi. Ada pembunuh? Kau mimpi rupanya!"
"Sst - jangan keras-keras! Dengar saja sendiri!" desak Anne dengan
suara lirih.
Dalam keadaan masih mengantuk George duduk, lalu memasang telinga.
Ia melakukannya sambil menguap lebar. Ia sama sekali tidak merasa
senang dibangunkan tengah malam begitu.
"Selama ini kau selalu mengatakan, aku terlalu banyak berkhayal,"
katanya menggerutu. "Padahal kau juga sama saja. Kenapa sih, tiba-tiba
kau begini? Pasti kau bermimpi buruk tadi! Sudah - tidur saja lagi!"
Tanpa disadari, George berbicara sambil berbisik.
Tapi menurut perasaan Anne, itu pun masih terlampau nyaring.
"Ssst, jangan keras-keras," desisnya. "Coba kaudengarkan baik-baik!"
George menahan napas, karena saat itu dari arah luar terdengar kembali
bunyi ranting patah. Timmy bangkit tanpa ribut-ribut, ia melihat bahwa
George sudah bangun.
"Kau juga mendengarnya tadi, Tim?" tanya George berbisik pada
anjingnya.
Timmy menggeram pelan. Sekarang George sudah tidak sangsi lagi. Di
luar ternyata memang ada orang - dan Timmy tidak suka pada orang itu.
"Kau benar," bisik George pada Anne. "Tapi kurasa kita tidak perlu
merasa cemas. Orang yang di luar itu pasti salah seorang teman kita

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

yang tidak bisa tidur, dan ingin berjalan-jalan sedikit. Atau mungkin
juga ada anjing tersesat kemari."
Geraman Timmy bertambah galak kedengarannya.
"Coba kaulihat anjingmu - bulu tengkuknya berdiri!" bisik Anne dengan
cemas. "Pasti di luar ada orang yang berminat jahat terhadap kita!"
"Ahh, omong kosong!" dengus George. Disingkapkannya selimut yang
menutupi tubuh, lalu berdiri. "Tapi supaya kau bisa merasa tenang,
kuperiksa saja sebentar ke luar!"
Detik berikutnya George sudah berada di luar, sebelum Anne sempat
melarangnya. George memang berani - kadang-kadang bahkan nekat-
nekatan!
Kalau di luar memang ada bahaya yang mengancam, ia ingin melihat dulu
seperti apa bahaya itu. Dengan demikian akan lebih gampang
menghadapinya!
George menyelinap ke luar. Saat itu ia hanya memakai piyama serta
sepatu rumah saja. Dengan gerakan tangan ia memberi isyarat pada
Timmy yang mengikutinya dengan setia, agar jangan berisik.
Satu hal diketahui George dengan pasti, kalau bunyi pelan tadi
ditimbulkan oleh binatang yang sedang berkeliaran di situ, Timmy pasti
akan langsung mengejar dan mengusirnya pergi. Tapi kalau manusia....
Wah, kalau begitu perlu diselidiki dulu, apakah itu kawan atau bukan!
Anne tetap tinggal dalam pondok, karena tidak berani ikut dengan
sepupunya. Sementara itu George memeriksa keadaan sekitar pondok
dengan hati-hati sekali. Tiba-tiba dilihatnya sosok tubuh seseorang
yang pergi bergegas-gegas. Orang itu bisa laki-laki, tapi mungkin pula
wanita walau memakai kemeja dan celana panjang.
George membuntuti tamu tak diundang itu.
"Aku ingin tahu, siapa dia," gumannya pada diri sendiri.
Tepat saat itu bulan muncul dari balik awan. Sinarnya menerangi sosok
tubuh yang sedang cepat-cepat pergi. George tertegun.
Orang misterius itu ternyata Rudi!

Bab V

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

ORANG ASING

George berpikir dengan heran. Kenapa selarut itu Rudi masih
berkeliaran di luar? Tinggalnya kan juga di perkemahan - jadi untuk apa
ia bersikap begitu hati-hati? Mungkinkah karena tidak ingin ada yang
melihatnya?
George kini benar-benar ingin tahu. Ia terus mengikuti Rudi, tanpa
menyadari bahwa itu sama sekali bukan urusannya.
"Kau tidak boleh menggonggong, Tim!" bisik George pada anjingnya.
Timmy sebenarnya ingin menggonggong, untuk menyatakan bahwa ia
mengerti. Tapi karena ia anjing yang cerdik, ia juga tahu bahwa
gonggongannya pasti akan terdengar oleh orang yang sedang diikuti.
Karenanya ia hanya menggeserkan hidung ke tangan George, untuk
mengatakan bahwa ia mengerti.
Sementara itu Rudi terus berjalan dengan langkah cepat dan pasti.
Kelihatannya ia mempunyai tujuan tertentu. Semakin jauh perkemahan
ditinggalkan, semakin pasti pula sikapnya. Tapi George malah sebaliknya
- Ia harus semakin berhati-hati. Tidak boleh sampai ada orang yang
terbangun, sedang Rudi tidak boleh sampai tahu hahwa ia sedang
dibuntuti.
Kemudian Rudi membelok, memasuki jalan yang menuju ke danau.
Masa selarut ini ia hendak mandi? pikir George dengan perasaan heran.
Hawa saat itu memang sangat panas - tapi belum begitu panas sampai
ada orang yang pergi mandi tengah malam. Kalau begitu apa yang hendak
dilakukannya di danau?
Iring-iringan itu akhirnya sampai di pinggir danau.
Mula-mula Rudi, setelah itu George bersama Timmy.
Jalan yang dilewati menyusur air. Rudi melanjutkan langkahnya ke arah
timur, tanpa menunjukkan sikap ragu sama sekali.
"Astaga! Mau ke mana dia!" gumam George pada dirinya sendiri. "Nah -
sekarang ia mempercepat jalannya."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Sementara itu mereka sudah cukup jauh dari tempat perkemahan. Rudi
kelihatannya merasa tidak perlu berhati-hati lagi. Karenanya ia berjalan
lebih cepat lagi.
Tapi George tidak bisa berbuat demikian. Kalau ia ikut mempercepat
langkah, pasti akan terdengar oleh Rudi. Dan kalau pemuda itu sampai
tahu bahwa George berjalan di belakangnya lalu menyapa, apakah yang
harus dikatakan padanya?
George merasa takkan mampu memberikan alasan meyakinkan, apa
sebabnya ia berkeliaran selarut malam itu. Apalagi hanya dengan piyama!
Anak bandel itu mengumpat dalam hati.
Rudi kelihatannya sudah hafal jalan yang sedang dilalui. Sedang George
harus selalu berhati-hati agar jangan tersandung. Di samping itu ia pun
harus waspada terus, kalau tidak ingin kehilangan jejak Rudi.
Ada peribahasa yang mengatakan, ‘Sudah jatub ditimpa tangga’. Artinya
mengalami kesialan berturut-turut. Dan itulah yang dialami oleh George
saat itu. Sementara ia harus bersusah payah mengikuti Rudi yang
berjalan dengan cepat, tahu-tahu ada awan menutupi bulan. Jalan yang
sedang dilalui langsung menjadi gelap. Padahal itu bukan jalan yang
biasa, melainkan harus merintis semak belukar. Sebagai akibatnya,
George tidak melihat Rudi lagi di depan. Ia masih berusaha
menyusul.Tapi sia-sia! Rudi tidak nampak lagi.
"Sialan," umpat George dengan suara pelan.
Anak berani itu berhenti berjalan. Ia berusaha menajamkan
pendengarannya. Langkah-langkah Rudi berjalan memang masih
terdengar, tapi George tidak sanggup menentukan arah dari mana bunyi
itu datang. George kehilangan jejak!
Untung ada Timmy. Seolah-olah mengetahui kesulitan yang sedang
dihadapi tuannya, tahu-tahu anjing cerdik itu lari ke depan dengan
hidung didekatkan ke tanah. Semangat George bangkit kembali
melihatnya.
"Hebat, Timmy! Kau memang pintar! Ayo, cari Rudi - cari sampai
ketemu!"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Timmy mengikuti jejak bau yang ditinggalkan Rudi, sementara George
menyusul dari belakang. Beberapa langkah lagi dari tepi danau, tiba-tiba
Timmy berhenti. Ia berdiri tanpa bergerak. George masib sempat
meraih kalung leher Timmy dan menariknya agak ke samping.
"Bagus, Timmy! Tapi sekarang kau harus diam, tidak boleh ribut!
Mengerti. Kita lihat saja, apa yang dicari Rudi di sini!"
George mengajak Timmy bersembunyi di balik semak. Di depan mereka
nampak Rudi yang berdiri di jalan. Pemuda itu memegang suatu benda.
Ternyata benda itu senter! Rudi menyalakannya, lalu membuat gerak
melingkar tiga kali berturut-turut dengannya. Dari tengah danau yang
gelap nampak sinar memancar sebagai balasan. Sinar itu juga digerakkan
membuat isyarat yang sama.
"Itu pasti isyarat," gumam George. Ia merasa seperti sedang menonton
film pelualangan. "Mudah-mudahan saja itu isyarat biasa saja. Tapi di
pihak lain, mungkin pula merupakan tanda bagi beberapa orang yang
hendak mengadakan pertemuan rahasia. Sandra ternyata memang benar!
Ia mengatakan, ada sesuatu yang misterius pada diri Rudi. Jangan-
jangan ia anggota komplotan penyelundup, Tim. Bagaimana pendapatmu?"
Timmy menggeram pelan.
Sementara itu bermacam-macam pikiran timbul dalam hati George.
Penyelundup! Dengan gelisah Ia menunggu perkembangan selanjutnya,
walau ia merasa sudah dapat menduganya: sebuah perahu pasti akan
muncul dari arah cahaya isyarat tadi, lalu menepi. Beberapa orang turun
dan menyerahkan sejumlah kantong pada Ruth. lsinya rokok selundupan.
Atau mungkin pula uang!
George teringat, ayahnya pernah berbicara mengenai penyelundupan
devisa. Meskipun baginya tidak begitu jelas apa yang dimaksudkan oleh
ayahnya, tapi menurut bayangannya itu pasti dilakukan olel
segerombolan oknum mencurigakan, yang dengan sembunyi-sembunyi
mengangkut karung-karung berisi uang dari satu negara ke negara lain.
Tentu saja tanpa melapor pada petugas bea cukai yang menjaga di
perbatasan!

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Mungkinkah saat itu ia akan menjadi saksi penyelundupan seperti
begitu? George menunggu dengan napas tertahan.
Di tengah kegelapan terdengar samar bunyi mesin yang sedang berjalan.
Kemungkinannya hanya ada satu - ada perahu motor datang!
"Mereka benar-benar nekat!" kata George dalam hati. "Sama sekali
tidak takut didengar orang lain!"
Tapi tahu-tahu bunyi itu lenyap. Rupanya mesir perahu dimatikan. Hanya
bunyi beriak pelan saja yang terdengar, tanda bahwa perahu yang
datang itu bergerak menepi.
Ketika perahu sudah sampai di tepi, Rudi maju menghampiri.
"Andakah itu, Monsieur Malik?" serunya dengan suara pelan.
"Ssst - jangan menyebut nama! Camkan baik-baik, demi keselamatan
kita sendiri!" Terdengar suara seorang laki-laki dan dalam perahu.
Rudi dan orang yang baru datang itu bercakap-cakap dalam bahasa
Prancis, walau dengan logat asing yang kentara sekali. Dari logat mereka
George menduga bahwa mereka berdua berlainan kebangsaan. Tapi
mereka berbahasa Prancis, karena bahasa itu yang sama-sama mereka
pahami.
George merinding. Tiba-tiba saja ia memperoleh perasaan tidak enak.
Sambil meringkuk di balik semak tanpa berani bergerak sedikit pun,
barulah disadarinya bahwa ia tadi terlalu ingin tahu. Kalau ayah dan
ibunya melihat dirinya saat itu, pasti keduanya akan marah.
Tapi walau demikian George tidak merasa bersalah. Setelah melihat
gerak-gerik Rudi yang mencurigakan dan mendengarnya berbisik-bisik
dengan orang yang baru datang itu, George merasa yakin bahwa
keduanya pasti bermaksud jahat.
"Pasti mereka terlibat dalam salah satu rencana penyelundupan," kata
George dalam hati.
Perasaannya saat itu tidak bisa dibilang enak, karena telah menjadi
saksi kejadian yang demikian. Dan kini ia berkewajiban melaporkan Rudi.
Padahal George paling tidak suka dikatakan pengadu!

Bab VI

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

PERUNDINGAN RAHASIA

Saat itu terdengar lagi suara laki-laki yang disapa oleh Rudi dengan
sebutan, "Tuan Malik".
"Kau sekarang tidak bisa lagi mengundurkan diri, karena sudah terlibat
terlalu dalam," kata orang itu "Kau tidak menolak, ketika ditawari
menjadi agen dinas rahasia negara kami. Mudah-mudahan saja kau tidak
mungkir janji!"
"Tentu saja tidak," jawab Rudi tegas. "Saya tidak pernah berniat
memungkiri janji. Saya telah menyatakan mau mencurikan dokumen-
dokumen mengenal roket hasil ciptaan Profesor Lancelot Percayalah -
Saya pasti berhasil."
Kata-kata itu menyebabkan George kaget. Betulkah yang didengarnya
itu? Ia menyangka peristiwa yang sedang diintipnya itu hanya urusan
penyelundupan biasa saja. Tapi ternyata lebih serius, karena
menyangkut komplotan mata-mata internasional!
Kedua orang yang sedang berdiri di tepi danau itu ternyata mata-mata -
itu sudah pasti sekarang! Dan George tahu apa rencana mereka.
Ia tahu siapa Profesor Lancelot, karena ayahnya paring menyebut-
nyebut namanya. Profesor Philip Lancelot saat itu juga sedang ada di
Jenewa. Jadi kedua penjahat itu bermaksud hendak mencuri dokumen-
dokumen berisi rancangan roket hasil ciptaan profesor itu. Roket jenis
baru, yang belum dimiliki negara mana pun juga?
George mendengarkan dengan lebih seksama lagi.
"Sekarang dengarkan baik-baik petunjuk kami," kata laki-laki yang
bernama Malik. "Tugasmu itu harus kaulakukan besok malam, saat
sedang diadakan pesta topeng. Kami memang sengaja memilihmu untuk
melakukannya, karena seorang pemuda yang sedang berlibur di
perkemahan remaja pasti takkan dicurigai. Kecuali itu kita mujur,
karena pesta itu akan diselenggarakan dalam hotel tempat Profesor
Lancelot menginap saat ini. Kau harus menunggu sampai tengah malam,
sebelum melakukan aksimu. Saat itu lampu-lampu akan dipadamkan
semua, supaya para remaja yang berpesta di situ membuka topeng

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

masing-masing sebelum mengikuti acara perlombaan terakhir. Tugasmu
sederhana saja. Kau menyelinap masuk ke dalam kamar Profesor yang
saat itu pasti sudah tidur, lalu kauambil tasnya yang berisi dokumen itu.
Ini kunci palsu untuk membuka pintu kamar Profesor Lancelot-"
"Tapi bagaimana jika ia belum tidur?" tanya Rudi.
"Pasti saat itu ia sudah tidur. Serahkan saja urusan itu pada kami! "
kata orang yang bernama Malik sambil tertawa dingin. "Kami akan
mencampurkan obattidur dalam minumannya."
George merapatkan diri pada Timmy. Ia merinding karena merasa ngeri
pada orang yang bernama Malik. Orang itu kelihatannya tidak segan-
segan bertindak untuk mencapai maksudnya. Pokoknya, dokumen yang
sangat diingini itu harus jatuh ke tangannya Bagaimanakah caranya agar
rencana jahat itu bisa digagalkan?
Tapi sementara itu Rudi masih tetap agak sangsi.
"Bagaimana jika tas yang kila cari tidak ada dalam kamarnya?" tanya
pemuda itu.
"Tidak mungkin tidak ada." kata Malik. "Ilmuwan Perancis itu sangat
berhati-hati! Ia tidak mau mempercayakan surat-surat pentingnya pada
pengurus hotel, walau disimpan dalam peti besi sekalipun. Tidak, kami
sudah menyelidiki segala kebiasaar Profesor Lancelot dengan cermat.
Dokumen-dokumen, penting itu selalu dibawa, ke mana pun ia pergi. Ia
selalu menyimpannya dalam tas yang dibawa-bawa terus olehnya!"
"Kalau begitu baiklah! Kalau Anda sudah mempersiapkan segala-galanya
dengan begitu teliti, sebetulnya usaha kita tidak mungkin tidak berhasil.
Saya siap untuk melakukan tugas yang diperintahkan dinas rahasia
negara Anda!"
Nada suaranya berubah, menandakan keyakinan nya.
"Begitu tasnya sudah berhasil kauambil, kau harus lekas-lekas pergi dan
hotel," kata Malik lagi. "Sebuah mobil hitam dengan mesin dihidupkan
sudah menunggumu di depan pintu. Kau masuk ke mobil itu!"
Setelah itu laki-laki yang datang tadi berpaling dan kembali ke perahu.
George masih tetap meringkuk di tempatnya bersembunyi. Akhir
percakapan tidak bisa didengarnya lagi. Malik menepuk bahu Rudi, lalu

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

melompat masuk ke perahu sementara Rudi kembali ke perkemahan.
Dari tempatnya bersembunyi, George melihat Rudi berjalan lewat. Coba
kalau Rudi tahu bahwa saat itu George sedang bersembunyi dekat situ!
George menunggu dengan sabar, sampai Rudi sudah cukup jauh berjalan.
Setelah itu barulah ia beranjak dari balik semak. Ia tidak ingin
ketahuan oleh pemuda tadi.
Pencakapan yang baru saja didengarnya menyebabkan George sangat
bingung. Kedua orang tadi mata-mata dari dinas rahasia negara asing,
yang hendak melakukan aksi yang pasti sangat besar akibatnya. Baru
sekali ini Lima Sekawan menghadapi jaringan mata-mata internasional!
Aku harus dengan segera memberi tahu Julian, Dick dan Anne, pikir
George sambil mempercepat jalannya. Urusan ini perlu kita bicarakan,
untuk menentukan apa yang sebaiknya dilakukan sekarang.
"Ah Tim petualangan macam apa lagi yang kita hadapi sekarang?" kata
George pada anjingnya.
Ia merasa asyik menyadari bahwa Lima Sekawan kini terlibat dalam
kejadian yang begitu serius, karena ia sangat menyukai tugas-tugas
sulit.
Kemungkinan akan bisa menggagalkan usaha jahat sekawanan agen dari
mata-mata asing membangkitkan semangatnya. Sama sekali tak terpikir
olehnya bahwa perbuatan itu mengandung bahaya yang tidak kecil.
Akhirnya George sampai di pondok tinggalnya bersama Anne, lalu
menyelinap masuk. Anne cepat-cepat menghampirinya begitu melihat
sepupunya muncul kembali. Nyaris saja ia terpekik karena kaget dan
cemas.
"Ke mana saja kau tadi? Ada apa sebetulnya? Aku..."
"Sssst, nanti saja kujelaskan. Sekarang kita harus membangunkan Dick
dan Julian dulu. Yuk"
Walau merasa bingung, tapi Anne ikut juga ke pondok Dick dan Julian.
Lama juga pintu harus di gedor-gedor dulu, sebelum kedua anak laki-laki
ilu bangun juga akhirnya.
"He - sekarang kan masih malam?!" kata Dick menggerutu, sambil
mengusap-usap matanya.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Jangan mengomel! Dengar dulu ceritaku!" kata George dengan suara
pelan. Ketiga sepupunya langsung tidak mengantuk lagi, begitu
mendengar kisah pengalamannya yang mengasyikkan. Mereka
mendengarkan dengan penuh minat.
"Wah hebat!" kata Julian ketika George sudah selesai bercerita. "Jadi
Rudi ternyata menjadi kaki tangan negara asing, yang ingin sekali
menguasai dokumen-dokumen rahasia milik Profesor Lancelot!"
"Betul!" kata George- "Dan kita berkewajiban menggagalkan rencana
jahat itu."
"Setuju," kata Dick bersemangat "Di samping Profesor senegara dengan
kita, ia pun rekan Paman Quentin."
"Tapi bagaimana kila bisa menggagalkan rencana itu?" tanya Anne
dengan cemas. "Kalau Rudi kita adukan pada polisi, ia pasti akan
memungkiri segala-galanya. Karena tidak ada saksi lain yang ikut
mendengarkan percakapan antara Rudi dengan orang yang bernama
Malik itu, kita tidak bisa tahu dengan pasti siapa yang akan lebih
dipercayai oleh polisi - George atau Rudi. Sedang mengenai Malik, kita
tidak tahu siapa dia sebenarnya. Tidak bisa kubayangkan kita bisa
menangkapnya, Kita kan masih anak-anak!"
"Anne benar," kata Julian sambil mengangkat bahu. "Kecuali itu bukan
tugas kita menangkap mata-mata! Kita wajib menghubungi polisi, agar
komplotan mata-mata itu bisa tertangkap tangan - sebaiknya tepat pada
saat pencurian dokumen!"
"Betul!" kata George. "Sebaiknya kita minta pada ayahku, agar ia yang
menghubungi polisi. Tapi terus terang saja, aku lebih senang jika urusan
mi bisa kutangani sendiri - atau tepatnya, bersama kalian! Pasti akan
mengasyikkan nanti!"
Lama juga keempat anak itu berunding. Akhirnya mereka sepakat untuk
melaporkan segala-galanya pada Profesor Kirrin, ayah George. Menurut
rencana mereka, ayah -George harus dengan segera rnemberi tahu
Profesor Lancelot mengenal rencana pencurian dokumennya. Kemudian
kedua sarjana itu pasti akan memasang jebakan bersama polisi Swis,

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

untuk menangkap agen-agen negara asing ketika mereka sedang
melakukan pencurian.
"Besok pagi kita cepat-cepat memberi tahu Paman Quentin," kata Julian
mengakhiri perembukan. "Sekarang kita coba saja tidur lagi sebentar,
karena sekarang sudah dinihari."
Anak-anak tidur lagi. Mereka sama sekali tidak menduga bahwa malam
itu juga akan terjadi peristiwa yang menggemparkan.

Bab VII
GEORGE BERJASA

Anak-anak baru saja terlelap, ketika mereka dikagetkan suara ribut-
ribut di luar.
"Api Api! Kebakaran"
"Cepat, cepat - bangun! Ada kebakaran"
Secepat kilat George dan Anne sudah bangun, lalu lari ke luar. Dick dan
Julian ternyata sudah lebih dulu ada di situ. Suasana di perkemahan
hiruk-pikuk.
"Aduh lihatlah!" kata Dick sambil menuding, sementara Timmy yang ikut
ke luar ribut menggonggong-gonggong.
Anne berpaling, memandang ke arah yang dituding abangnya. Saat itu
juga ia terpekik karena kaget dan ngeri. Di sisi seberang perkemahan
nampak nyala api berkobar-kobar. Asap tebal mengepul ke atas.
"Wah, gawat - ternyata kebakaran besar," seru Julian.
"Yuk, kita cepat-cepat ke sana," kata George. "Mungkin kita bisa
memberikan pertolongan."
Kedua pondok mereka terletak paling jauh dari pusat perkemahan.
Menurut dugaan mereka, teman-teman pasti sebagian besar sudah pergi
ke tempat yang terbakar. Mereka pun bergegas-gegas menyusul.
"Astaga!" Dan mulut Anne terlontar seruan kaget.
"Kebakarannya ternyata di ternpat tenda Jean-Paul!"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Mudah-mudahan barisan pemadam kebakaran lekas datang." kata
Julian.
Keempat anak itu memandang dengan perasaan kaget dan cemas. Nyala
api sudah memangsa tiga buah pondok dan satu tenda. Andre Sandry
dan sejumlah remaja lainnya berusaha memadamkan api, di bawah
pimpinan Pak Arnold beserta istrinya. Mereka berdiri membentuk
deretan panjang, sarnbil menyodorkan ember demi ember berisi air ke
arah api. Tanpa ragu sedetik pun Julian langsung menggabungkan diri,
diikuti ketiga saudaranya.
"Jangan kendurkan semangat kalian, Anak-anak!" seru Bu Arnold. "Kita
harus berusaha agar api tidak merambat lebih jauh, sementara
menunggu barisan pemadam kebakaran dalang!"
Kobaran api seperti menari-nari dalam kegelapan malam. Untuk
sementara timbul kesan seakan-akan usaha pemadaman api akan bisa
berhasil. Tapi sialnya, beberapa saat kemudian datang angin bertiup.
Percikan api meloncat ke pondok yang letaknya bersebelahan dengan
sumber kebakaran. Dengan segera pondok itu sudah terbakar pula.
Di tengah keributan orang-orang yang sibuk berusaha menyiramkan air
ke api, terdengar suara Sandra menjerit.
"Patrik! Adikku! Dia masih ada dalam pondok!"
Pondok yang terbuat dan batang-batang kayu berminyak sementara itu
sudah dimakan api. Anne menangis karena kaget dan ngeri mengingat
nasib Patrik. Apalagi Sandra - anak perempuan itu menjerit
kebingungan.
Tapi Andre bereaksi dengan segera, diikuti oleh Julian. Dick dan juga
George....
Mereka menyiramkan air dari ember mereka ke sumber api yang baru
itu. Mereka melakukannya tanpa kenal lelah. Melihat semangat mereka,
api sebetulnya harus sudah padam. Tapi pondok itu masih terbakar
terus.
Situasi yang dihadapi benar-benar menegangkan syaraf!
Saat itu Pak Arnold yang tadinya sedang sibuk agak jauh dari situ,
datang berlari-lari.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Apa kudengar tadi?" serunya sambil berlari. "Di dalam masih ada
seorang anak? Aku tadi kan sudah memerintahkan bahwa semua yang
menempati pondok-pondok sekitar sini harus cepat-cepat ke luar!"
"Saya yang bersalah!" kata Sandra sambil menangis terus. "Saya
membiarkan Patrik tidur terus, karena ia agak pilek."
George tidak mengacuhkan anak itu lagi. Dilihatnya pondok masih
terbakar terus, sementara pemadam kebakaran belum datang-datang
juga. Masuk ke dalam lewat pintu sudah tidak mungkin lagi. Nyala api di
situ terlalu besar. Lewat kedua jendela samping juga tidak bisa.
Barangkali kalau lewat jendela di balik pondok....
Tanpa mengatakan apa-apa, George pergi ke belakang pondok. Ternyata
dugaannya tadi benar. Angin yang bertiup dari arah belakang,
menghembus nyala api ke depan. Bagian belakang pondok belum
terbakar. Tapi asap tebal tampak mengepul dari jendela kecil yang ada
di situ.
Dan jendela kecil itulah satu-satunya yang memberi kemungkinan
terakhir untuk menyelamatkan Patrik! George tidak ayal barang sedetik
pun. Lincah bagaikan kucing ia meloncat ke atas. Tapi sayang, ujung jari-
jarinya hanya mampu menyentuh ambang jendela saja. Letak jendela itu
terlalu tinggi baginya!
Tapi George tidak kehilangan akal. Ia memanggil Timmy.
"Kemari, Tim! Cepatlah kemari! Ya, berdiri di sini. Jangan bergerak-
gerak!"
Timmy disuruhnya berdiri di bawah jendela dan dipergunakannya
sebagai pijakan untuk memanjat ke atas. Timmy berdiri dengan kokoh.
Sambil berdiri di punggung anjing itu, George berhasil menggapai
ambang jendela. Dengan tangkas ia menjunjung tubuhnya ke atas, lalu
melompat ke dalam pondok.
Napasnya terasa sesak, karena asap api masuk ke paru-paru lewat mulut
dan hidung. Tapi sekali lagi George bereaksi dengan cepat. Ia teringat,
dalam baju piyamanya ada sapu tangan. Piyamanya saat itu basah kuyup
tersiram air ketika sibuk memadamkan api tadi. Jadi sapu tangannya
pasti basah pula. Dan dengannya, gangguan asap akan bisa diatasi!

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

George buru-buru mengeluarkan sapu tangan itu dari kantong piyama,
lalu mengikatkannya menutupi hidung dan mulut. Setelah itu ia
menghampiri tempat tidur, di mana nampak sesosok tubuh kecil
berbaring. Untung saja kobaran api belum sampai ke situ.
Patrik berbaring tanpa bergerak sedikit pun. Napasnya tersengal-
sengal. Tanpa berpikir panjang lagi George mengangkat anak itu, lalu
menggendongnya dengan susah payah ke arah jendela yang tadi. Tapi ia
tidak mampu menjunjung Patrik ke atas jendela. Sedang waktu tidak ada
lagi untuk mengambil kursi. Yang lebih gawat lagi napasnya sementara
itu terasa semakin sesak. Bagaimana sekarang.
Saat itu didengarnya suara orang memanggil-manggil di luar.
"Tunggu sebentar, George! Kami datang"
George melihat ujung dari sebuah tangga disandarkan ke ambang
jendela. Detik berikutnya nampak kepala Andre muncul di situ. Pemuda
itu membungkukkan badannya ke dalam pondok, lalu berkata sambil
terbatuk-batuk, "Cepat! Sodorkan Patrik padaku!"
Dengan mengerahkan seluruh tenaga yang masih tersisa, George
berhasil menjunjung Patrik sehingga Andre dapat mencengkeram baju
piyama anak itu....
Untuk sesaat George sudah mengira bahwa ia sendiri tidak mungkin
tertolong lagi. Api berkobar semakin mendekat. George sudah nyaris
tidak bisa bernapas lagi. Saat itu Andre muncul kembali di ambang
jendela.
"Acungkan tanganmu ke arahku, George - cepat!"
Dalam keadaan setengah tidak sadar lagi, George mengangkat
tangannya. Ia masih sempat merasa dirinya diangkat ke atas oleh Andre
lalu digendong.
Setelah itu George jatuh pingsan.
Ketika sadar kembali, tahu-tahu ia sudah berbaring di atas rumput.
Ketiga sepupunya duduk nengelilingi dirinya.Mata Anne nampak merah,
sementara Julian dan Dick kelihatan bingung.
"Kau diselamatkan oleh Andre, tapi kau berhasil menyelamatkan nyawa
Patrik. Anak itu selamat."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Tapi...dari mana kalian tahu bahwa aku tadi ada di dalam pondok?"tanya
George terbata-bata sambil bangkit, lalu duduk. "Paru-paruku penuh
asap, sehingga aku tidak bisa berteriak minta tolong!"
"Tim yang menjemput kami," kata Anne menjelaskan, "dan ia membawa
kami ke jendela. Di situ ia menggonggong-gonggong. Kami pun langsung
mengerti, apa yang telah terjadi!"
"Kau telah menyelamatkan nyawaku, Tim!" kata George. Dirangkulnya
Timmy yang nampak begitu gembira melihat tuannya tidak apa-apa. Saat
itu Sandra datang berlari-lari, lalu merangkul George.
"Kalau bukan karena kau tadi, adikku pasti celaka," kata Sandra.
"Keadaannya sudah membaik sekarang, ditolong para petugas pemadam
kebakaran. Lihatlah mereka kelihatannya berhasil melawan api. Kurasa
sebentar lagi kebakaran pasti dapat mereka padamkan!"
George merasa segar kembali, setelah tahu bahwa aksi pertolongannya
berhasil. Dihampirinya Andre untuk mengucapkan terima kasih. Pemuda
itu duduk beristirahat di rumput. Tugas pemadaman kebakaran sudah
diambil alih oleh barisan pemadam kebakaran.
"Kau tadi benar-benar tabah, George!" kata Andre, ketika melihat anak
itu datang menghampiri.
"Tapi Anda juga - karena tanpa bantuan Anda ..."
"Sudahlah, jangan kita bicarakan lagi," potong Andre. Ia merasa kikuk
menghadapi George yang nampak ingin mengucapkan terima kasih.
"Sekarang kalian lekas-lekas berganti pakaian! Kita semua basah kuyup
kena siraman air tadi. Tak ada gunanya mencoba tidur lagi, karena hari
sudah mulai terang. Seperempat jam lagi kita berkumpul kembali, lalu
sarapan beramai-ramai."
"Ya-itu ide yang baik." seru George beserta ketiga sepupunya serempak.
"Jadi sampai nanti"
Timmy ikut menyumbangkan pendapatnya dengan gonggongan. Setelah
itu anak-anak pergi ke pondok mereka.

Bab VIII

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

PERSIAPAN PESTA

Tiba-tiba Julian berseru, seperti kaget.
"Aduh - kita kan bermaksud hendak menelepon Paman Ouentin pagi ini.
Hampir saja aku lupa, karena ribut-ribut tadi!"
"Nanti saja kita menelepon," kata George. "Sekarang aku ingin merasa
bangga dulu!"
Dick tercengang mendengar ucapan sepupunya itu. Tidak biasanya
George membanggakan dirinya sendiri! Oleh karena itu ia lantas
bertanya,"Kenapa bangga? Apakah karena kau berhasil menyelamatkan
Patrik?"
"Itu sangkamu!" kata George sanbiI menertawakan Dick. "Aku bangga,
karena Timmy diijinkan oleh pimpinan perkemahan kita untuk ikut ke
pesta topeng. Kata mereka, ia pantas menerima hadiah karena
ketabahannya!"
Seru Anne dengan mata terbelalak lebar. "Timmy boleh ikut dengan kita
ke Hotel Winter?"
"Ya, betul," kata George dengan nada bangga. "Harus kalian akui, itu
memang sudah sepantasnya, kan? Aku pun sudah tahu, sebagai apa
Timmy muncul di sana nanti. Kau kan berdandan sebagai gadis gembala
nanti, Anne. Nah - Timmy akan menjadi anjing gembala, mengiringimu.
Menurutku, ia baik sekali sebagai pengganti biri-biri yang seharusnya
kaugembalakan !"
Anak-anak tertawa mendengar ucapan George. Timmy menggonggong
dengan gembira, karena merasa bahwa anak-anak sedang mebicarakan
dirinya.
Tidak lama kemudian anak-anak berkumpul, untuk sarapan pagi bersama-
sama. Patrik langsung merangkul George, lalu duduk di sisinya. Anak
berambut pirang itu biasanya sangat periang dan jenaka. Tapi saat
sarapan itu wajahnya nampak lesu. George merasa prihatin melihatnya.
"Patrik agak terganggu perasaannya karena kebakaran tadi malam, ya,"
bisiknya pada Sandra. "Ia kelihatannya agak lesu sekarang."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Bukan, bukan itu sebabnya," jawab Sandra sambil tertawa. "Patrik
sedang kesal, karena kostumnya ikut terbakar dalam pondok. Padahal
kostumnya lucu sekali! Kostum badut!"
"Kasihan," kata Anne. "Bagaimana kita bisa menghiburnya, supaya bisa
bergembira lagi?"
Dick mendapat akal.
"Kalau kostum Patrik terbakar, kenapa tidak kita buatkan saja kostum
baru untuknya," katanya mengusulkan. "Itu kan tidak terlalu sulit!"
"Betul katamu itu, Dick!" kata George bersemangat. "Aku sudah punya
ide asyik! Jean-Paul punya topeng gorla yang tidak diperlukannya! Nah -
jadi soal topeng sudah beres. Sedang untuk kostum - kita tempelkan
saja kapas ke baju olahraga Patrik!"
"Aduh - kau ini" kata Julian kaget. "Lalu, menurutrnu Patrik menjadi apa
dengan kostum yang begitu?"
"Jadi apa?" balas George. "Ia menjadi monster salju yang
menyeramkan!"
Arak-anak tertawa terpingkal-pingkal, termasuk Patrik. Mereka
mendesak Jean-Paul agar cepat-cepat mengambilkan topeng gorila yang
tidak diperlukannya. Selesai sarapan, Sandra dan Anne merobek sebuah
bantal lalu mengambil kapas dari situ dan menempelkannya dengan
perekat ke baju olahraga Patrik.
Saat itu George teringat bahwa ia belum menelepon ayahnya, untuk
memberi tahu mengenai rencana komplotan mata-mata yang didengarnya
malam sebelumnya.
"Yuk, ikut aku menelepon," katanya mengajak Dick dan Julian. Ketiga
anak itu pergi ke bilik te!epon yang terdapat di bangunan kantor
pengurus perkemahan. Tapi sebelum sampai di sana, tahu-tahu ada yang
mencegat.
Beberapa wartawan yang mendengar kabar tentang kebakaran malam
sebelumnya datang ke perkemahan remaja itu. Ketika melihat ketiga
anak itu muncul, para wartawan itu langsung mengerumuni.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kau kan yang bernama George Kirrin?" tanya mereka pada George.
"Dari Bu Arnold kami mendengar bahkan kau berjasa. menyelamatkan
nyawa seorang anak kecil. Kami ingin mengambil fotomu!"
Detik berikutnya nampak kilatan sinar keluar dan lampu blitz.
"Malam ini juga fotomu akan terpasang di semua surat kabar," kata Dick
dengan suara yang menunjukkan bahwa ia agak iri.
George sendiri tidak senang bahwa orang ribut-ribut mengenai dirinya
Karenanya ia hanya mengijinkan pars wartawan memuat fotonya, di mana
Timmy juga kelihatan. Menurut pendapatnya, anjingnya itu juga berhak
untuk mendapat penghormatan, karena jasa Timmy tidak kalah besarnya
dalam peristiwa itu. Banyak sekali pertanyaan yang diajukan para
wartawan padanya. Ketika mereka pergi lagi, ternyata sudah pukul
sebelas siang George bergegas-gegas masuk ke bilik telepon. Kedua
sepupunya bisa melihatnya dari balik dinding kaca bilik itu. Mereka
melihat George memutar suatu nomor tententu, berbicara, dan
sebentar kemudian mengembalikan gagang telepon ke kaitannya.
George keluar lagi dengan tampang masam.
"Aku tidak berhasil menghubungi orang tuaku," katanya. "Kata petugas
hotel, mereka sedang pesiar bersama para peserta kongres lainnya.
Pulangnya baru larut malam nanti."
"Ahh, konyol!" tukas Julian jengkel. "Lalu bagaimana sekarang?"
"Kalau begitu kita tangani saja sendiri !" kata George dengan tegas.
Suaranya agak bergetar karena terlalu bersemangat. "Ini kan bukan
pertama kalinya bagi kita! Lagipula, kita sebetulnya sama sekali tidak
memerlukan ayahku sebagai perantara. Kita sendiri saja yang
memperingatkan Protesor Lancelot karena malam itu kita kan juga ada
di hotel itu"
"Tapi jangan-jangan saat kita tiba di hotel ia sudah diberi obat tidur,"
kata Dick agak sangsi.
"Kalau itu yang terjadi, kita jaga dokumen-dokumen pentingnya," kata
George tanpa ragu-ragu.
Sepanjang hari itu keadaan dalam perkemahan ramai sekali Pak Arnold
dan istrinya sibuk mengatur pemindahan anak-anak yang kehilangan

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

tempat tinggal sebagai akibat kebakaran. Pondok yang didiami Sandra
dan Patrik terbakar habis. George dan Anne menyatakan bersedia
menampung Sandra dalam pondok mereka, sedang Patrik diajak oleh
Dick dan Julian tinggal bersama-sarna sepondok.
Pimpinan perkemahan memutuskan untuk meneruskan acara pesta.
Dipertimbangkan bahwa anak-anak tak boleh dibebani persoalan yang
timbul karena kebakaran. Setelah keributan mereda, anak-anak sibuk
lagi dengan persiapan terakhir untuk pesta topeng yang mereka tunggu-
tunggu saatnya dengan penuh rasa gembira.
Setiap pondok dan tenda berubah menjadi ruang ganti pakaian. Pintu,
jendela dan tutup tenda dirapatkan, jangan sampai ada orang lain bisa
melihat ke dalam. Hanya teman-teman terdekat saja yang boleh
mengetahui kostum mana yang akan dikenakan. Dari segala arah
terdengar suara anak-anak tertawa dengan riang.
"Nah - bagainiana pendapat kalian mengenal diriku sebagai bajak laut?
Galak tidak kelihatannya?" tanya Dick dengan bangga pada Julian dan
Patrik. Ia bahkan tertawa sendiri. Tapi Patrik kelihatannya sangat
kagum memandang kain hitam yang menutupi mata kiri Dick.
"Kalau kakimu satu dipotong lalu diganti dengan kaki kayu, potonganmu
pasti akan lebih meyakinkan lagi," kata Julian. "Tak bisa dibedakan
sedikit pun dari bajak laut yang asli!"
"Setuju." kata Patrik sependapat. "Tapi dengan kaki kayu, agak sulit
berdansa!"
Persiapan dalam pondok George, Anne dan Sandra berjalan dengan baik.
Untuk terakhir kalinya Sandra menyelubungi tubuhnya dengan selendang
tipis. Dengan kostum begitu, ia hendak menjadi putri sihir Anne sedang
sibuk membuat sebuah bintang yang indah dari kertas emas. Agak repot
juga kelihatannya, karena ia memakai gunting yang tumpul. Kalau sudah
selesai, bintang itu akan ditempelkan ke ujung tongkat sihir yang
dipegang oleh Sandra.
George duduk di sudut. Dengan sikap agak meremehkan diperhatikannya
Anne dan Sandra yang nampak sibuk sekali. Kekanak-kanakan, kata
George dalam hati. Ia sendiri sama sekali tidak perlu repot-repot

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

berdandan. Ia hanya perlu memakai pakaian senamnya yang berwarna
hitam, ditambah dengan tutup kepala serta topeng yang juga berwarna
hitam. Sennuanya pas baginya.
George serta ketiga sepupunya begitu sibuk mempersiapkan diri untuk
pesta topeng, sampai nyaris saja melupakan bahaya yang mengancam diri
Profesor Lancelot- dan bahwa mereka bertekad akan menolongnya.
Lagipula, saat itu tidak ada yang bisa mereka lakukan. Karenanya mereka
lebih baik bersenang-senang saja dulu, bersama teman-teman yang lain!

Bab IX
DI HOTEL WINTER

Hari itu anak-anak makan malam lebih sore dari biasanya. Selesai
makan, anak-anak kembali ke pondok atau tenda masing-masing, untuk
mengambil bungkusan kostum mereka.
Kemudian mereka bergegas-gegas masuk bersama para pengantar ke
dalam kedua bis yang akan membawa mereka ke Jenewa. Semakin dekat
kota besar yang akan didatangi itu, semakin gelisah pula perasaan
Julian, Dick, George dan Anne. Mereka bertanya-tanya pada diri
sendiri, akan berhasilkah mereka nanti menghubungi Profesor Lancelot
sebelum para penjahat sempat menaburkan obat tidur ke dalam
minumannya.
Mudah-mudahan ia mau memperhatikan peringatan kita nanti! pikir
George sambil memandang suasana malam di uar. Sayang ayah dan
ibunya tidak ada ketika ia menelepon tadi.
Tidak lama kemudian bis berhenti di depan pintu masuk hotel. Anak-
anak melongo, ketika memasuki ruang depan yang luas, kagum melihat
keindahan tempat itu.
Seorang wanita muda yang bertugas di bagian penerimaan tamu
menyambut kedatangan anak-anak dengan senyuman ramah.
"Selamat datang, Tuan:tuan dan Nona-nona muda," katanya dengan
jenaka. "Silakan ikut saya!"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Anak-anak dibaginya dalam dua rombongan. Anak laki-laki dipisahkan
dari yang perempuan. Setelah itu masing-masing rombongan diantarnya
ke dua buah ruangan besar yang gelap. Kedua ruangan itu dibagi-bagi ke
dalam bilik-bilik kecil yang dibatasi dengan penyekat. ltulah bilik tempat
ganti pakaian. Karena ruangan gelap, anak-anak terpaksa masuk ke bilik
masing-masing dengan jalan meraba-raba. Setelah semuanya masuk,
barulah penerangan di situ dinyalakan.
Dengan segera anak-anak mengenakan kostum masing-masing, lengkap
dengan topeng menutup muka. Setelah selesai, wanita yang tadi
mengajak mereka memasuki ruang pesta yang luas.
Suasana di situ sangat meriah. Anak-anak senang sekali berkeliaran di
situ tanpa ada yang mengenali, sambil berusaha menebak kawan-kawan
yang semuanya memakai kostum dan topeng.
Beberapa orang anak berdiri mengelompok di salah satu sudut. Orang
tidak perlu menjadi peramal untuk bisa menebak bahwa mereka itu
Julian beserta ketiga saudaranya - walau mereka pun tidak lupa
memakai topeng. Mereka bisa dikenali karena Timmy ada di situ - walau
sudah dijadikan anjing gembala pengiring Anne.
"Kita harus selekas mungkin berusaha menghubungi Profesor Lancelot,"
kata Julian. "Yuk kita ke tempat pendaftaran tamu dulu. Kita tanyakan
di situ, apakah Pak Profesor ada atau tidak. Cepat- kita tidak boleh
membuang-buang waktu lagi. Terlambat satu menit saja, bisa rusak
segala rencana kita."
Sementara anak-anak yang lain menyerbu meja yang berisi hidangan,
keempat anak itu bersama Timmy menuju ke tempat pendaftaran tamu.
Dan jauh sudah nampak kepala bagian di situ tersenyum geli melihat
mereka muncul dengan pakaian pesta yang menarik itu.
Ketika sudah dekat, Julian yang berdandan sebagai pengawal membuka
topinya yang dihiasi dengan bulu burung yang panjang dan indah, lalu
melambaikannya ke samping sambil membungkukkan badan. Begitulah
gaya para bangsawan jaman dulu memberi hormat.
"Maaf, Pak - saya ingin bertanya apakah Profesor Lancelot ada di
kamarnya," kata Julian dengan sopan.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Profesor Lancelot? ada," kata petugas hotel itu, setelah memandang
sekilas ke arah papan tempat penggantungan kunci-kunci kamar. "Kunci
kamarnya tidak ada di sini"
George ikut maju ke depan sekarang.
"Kalau begitu harap Anda beritahukan padanya, putri Profesor Quentin
Kirrin ingin berbicara mengenai suatu urusan penting! Saya yakin, ia
pasti bersedia."
Petugas itu agak heran mendengar cara bicara George yang begitu
serius. Diraihnya pesawat telepon yang ada di dekatnya, lalu diputarnya
nomor 123. Gagang pesawat didekapnya selama beberapa saat ke
telinga, lalu dikembalikan ke tempatnya. Dari air mukanya nampak bahwa
petugas itu heran.
"Aneh - saya tahu pasti, Pak Profesor ada di kamarnya! Tapi tidak
menjawab. Mungkin ia tidak ingin diganggu saat mi," tambah petugas itu.
"Sayang, Nona manis-tapi saya tidak bisa mencoba menghubungi lagi,
karena tamu kami tidak boleh sampai merasa tenganggu di sini.
Sebaiknya kalian datang saja lagi besok pagi!"
George berbuat seolah-olah setuju dengan usul itu. Ia mengucapkan
terima kasih, lalu bergegas pergi dari situ. Saudara-saudaranya cepat-
cepat menyusul.
"Kalian dengar kata petugas itu tadi? bisik George setelah agak jauh.
"Pak Profesor ada di kamarnya, tapi tidak menjawab ketika ditelepon!"
"Kalau begitu ia pasti sudah meneguk minuman yang berisi obat tidur,"
kata Dick.
"Pendapatku juga begitu," kata Julian mengiakan dengan kening
berkerut.
"Apa yang kita lakukan sekarang?" kata Anne dengan cemas.
"Kita tidak boleh mernbuang waktu sedetik pun lagi,"kata George tegas.
"Kita harus bertindak dengan segera karena ayahku tidak ada dan
Profesor Lancelot tidak berdaya karena diberi obat tidur!"
"Apa maksudmu?" tanya Dick.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kita, Lima Sekawan, harus bertindak membela kepentingan negara kita.
Kita harus mencegah kemungkinan jatuhnya dokumen-dokumen rahasia
milik Pak Profesor ke tangan negara asing!"
"Negara kan tidak punya tangan?!"
"Goblok Maksudku, jatuh ke tangan agen-agen rahasia mereka!" kata
George dengan kesal.
"Ya, ya - sudahlah," potong Julian. "Jangan suka iseng, Dick, karena
waktu tinggal sedikit. Jangan lupa, Rudi disuruh beraksi tengah malam
nanti!"
"Kenapa harus tengah malam?" tanya Anne. Ia agak merinding karena
merasa seram membayangkan saat selarut itu.
"Karena tepat saat itu lampu-lampu dipadamkan semua, agar anak-anak
dapat membuka topeng masing-masing dalam gelap."
"Jadi Rudi akan memanfaatkan kegelapan saat itu untuk pergi tanpa
diketahui orang," gumam Anne pada dirinya sendiri. "Pasti teman-teman
tidak ada yang sadar bahwa ia tidak ada lagi dalam ruang pesta! Dengan
kunci palsu yang diperolehnya dari orang yang bernama Malik, ia akan
bisa dengan gampang sekali memasuki kamar Profesor Lancelot untuk
mencuri tas yang berisi dokumen rencana roketnya."
"Kita harus menduluinya," kata George bersemangat. "Pertama-tama
kita periksa dulu apakah pintu kamar Pak Profesor dikunci atau tidak.
Kalau tidak, dengan gampang kita bisa mengambil tas itu, sehingga
apabila Rudi datang nanti, tas yang berisi dokumen sudah tidak ada lagi
di sana."
"Sekarang siapa yang ke sana?" tanya Dick, seolah-olah itu merupakan
pekerjaan biasa saja.
"Kau, Dick!" kata George. "Soalnya jika berempat, kelihatannya terlalu
mencurigakan. Sedang kalau kau pergi sendiri lalu ketahuan, kau bisa
mengatakan kau salah masuk! Bilang saja kau mencari kamar kecil, atau
begitu! Sekarang cepat ke sana. Buka kain penutup matamu, dan
tinggalkan kelewangmu di sini-supaya tidak terlalu menyolok!"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Di mana sih, kamar nomor 123 itu?" tanya Dick. Ia agak heran
mendengar George memberi petunjuk-petunjuk dengan gaya yang begitu
tegas. Seperti jendral kecil!
"Di mana? Tentu saja di tingkat pertama! Itu kan bisa diketahui dari
nomornya. Nomor 123 berarti kamar nomor 23 di tingkat satu!"
"Baiklah, kalau begitu aku naik saja sekarang!"
Sementara Dick bergegas-gegas menaiki tangga hotel yang lebar
menuju ke tingkat satu, anak-anak yang lain menunggu di lobi hotel.
Mereka menyembunyikan diri di belakang tanam-tanaman hias yang
diatur berjajar dekat dinding. Dalam hati semua berharap-harap,
semoga semuanya berjalan seperti mereka rencanakan.
Beberapa saat kemudian Dick datang lagi dengan air muka suram. Ia
memperlihatkan kedua tangannya yang tidak memegang apa-apa.
"Pintu kamarnya dikunci dari dalam," katanya. "Beberapa kali aku
mencoba membukanya, tapi tetap tidak bisa. Setelah itu kuketuk pintu,
dan bahkan kucoba memanggil-manggil dengan suara pelan. Tetap saja
tidak ada jawaban dari dalam. Kutempelkan telinga ke daun pintu
Tendengar suara orang mendengkur. Kecuali itu nampak ada sinar terang
memancar lewat celah sebelah bawah daun pintu. Jadi lampu dalam
kamar menyala."
"Tentu saja - itu artinya Profesor Lancelot tahu-tahu tertidur karena
meneguk minuman yang berisi obat tidur," kata Anne kecewa.
Julian melirik ke arlojinya.
"Sudah pukul sebelas malam," katanya "Kita harus cepat-cepat!"
"Betul, kita harus cepat-cepat - tapi bagaimana?" kata Dick "Kita tidak
punya kunci yang cocok untuk membuka pintu sialan itu!"
"Memang tidak - tapi kita harus memakai otak," kata George sambil
mengentak-entakkan kaki dengan sikap tidak sabar. "Jika pintu
terkunci, kita coba saja masuk lewat jendela! Hawa malam ini panas
sekali - jadi jendela-jendela pasti terbuka semuanya di sini!"
"Apa katamu?" tanya Anne kaget "Kau mau nekat ya?! Untuk mencapai
jendela kamar Pak Profesor, kita terlebih dulu harus berjalan menyusur

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

dinding luar! Itu kan nekat namanya! Lagipula, aku cepat merasa pusing
kalau berada di tempat yang tinggi!"
"Tambahan lagi, saat itu ada kemungkinan onang di luar melihat kita
yang sedang memanjat-manjat," kata Julian, juga dengan nada suara
kurang bersemangat.
"Siapa bilang itu nekat," bantah George, "dan di samping itu aku tidak
pernah merasa pusing saat memanjat-manjat, biar di tempat setinggi
apa pun!"
Ketika dilihatnya ketiga sepupunya memandang ke arahnya dengan
kaget, Ia buru-buru rnenambahkan, "Lagi pula, kurasa sebaiknya aku
sendiri saja yang mencobanya, dan jangan berempat. Kamar itu letaknya
kan cuma di tingkat pertama. Jadi kalau aku sampai terjatuh, paling-
paling risikonya lecet atau terkilir dan tidak mungkin sampai patah
leher! Kostumku hitam-hitam, jadi kurasa takkan ada yang bisa
melihatku nanti!"
"Tapi bagaimana caramu mencapai dinding luar?" tanya Dick yang selalu
praktis pikirannya.
"Itu kan gampang," kata George dengan santai. "Aku keluar lewat
jendela kamar kecil di tingat satu, lalu menyusur dinding sambil berjalan
pada pinggiran yang ada di situ. Satu-satunya yang sulit nanti adalah
menemukan kamar Pak Profesor. Tapi kurasa aku bisa, karena sebelum
tidur ia tidak sempat memadamkan lampu kamar - seperti yang kaulihat
tadi, Dick!"
"Tapi bagaimana jika kau salah masuk?" kata Julian, yang masih agak
ragu.
"Jangan khawatir, aku sudah sering melihat foto Profesor Lancelot di
majalah ilmiah bacaan langganan ayahku," kata George menenangkan.
"Jadi aku pasti akan mengenalinya dengan segera."
George memang jarang sekali tidak bisa memberi jawaban yang
kedengarannya meyakinkan. Karena waktu sudah sangat mendesak,
akhirnya ketiga sepupunya mengalah. Bahkan Julian pun harus mengakui
bahwa usul George memang jalan penyelesaian yang paling baik saat itu.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Beri aku waktu beberapa menit," kata George. "Setelah itu kalian naik
ke tingkat satu dan menunggu di depan pintu kamar Pak Profesor. Tentu
saja di situ kalian harus menyembunyikan diri, supaya tidak ada yang
melihat. Kalau aku sudah sampai dalam kamar, dengan segera akan
kubukakan pintu untuk kalian. Kau tinggal di sini dulu, ya Tim Tolong
pegang dia, Julian - supaya tidak bisa ikut!"
Setelah itu ia bergegas menaiki tangga lebar yang menuju ke tingkat
satu.

Bab X
LIMA SEKAWAN BERAKSI

Julian, Dick dan Anne menunggu dengan gelisah. Kenekatan George
selalu masih mengejutkan mereka. Ketiga anak itu sebenarnya ingin
cepat-cepat lari ke jalan, untuk mengawasi agarsaudara sepupu mereka
yang berani itu tidak mengalami cedera. Tapi mereka tidak berani
melakukannya, karena takut terlihat orang lain apalagi jika orang itu
Rudi atau salah seorang anggota komplotannya!
"Sudah beberapa menit lewat," kata Julian, seterah melirik arlojinya
sebentar. "Yuk, kita menyusul ke atas!"
Pesta topeng masih ramai-ramainya. Jadi boleh dibilang tidak ada orang
nampak dalam hall maupun di gang. Anne dan kedua abangnya menarik
napas lega ketika sampai di lantai satu, karena di situ tidak ada orang
sama sekali.
"Kita ke sana!" bisik Dick. Ia menunjuk ke pintu kamar Profesor
Lancelot.
Sementara itu George menjalankan rencananya yang berani. Ia sudah
keluar lewat jendela kamar kecil di lantai dua. Kini ia berdiri pada
pinggiran dinding luar yang sempit. Malam sangat gelap, sehingga
penglihatannya terbatas. Tanpa sedikit pun memandang ke arah bawah.
"tikus hotel’ itu beringsut-ingsut maju menelurusi pinggiran yang
sempit, sementana tubuhnya dirapatkan ke dinding yang gelap. Karena
pakaiannya yang serba hitam, ia sama sekali tidak bisa dilihat dari jalan.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Dua kali ia harus melewati jendela yang terang. Ia melakukannya dengan
sangat berhati-hati, setelah memeriksa sebentar apakah itu bukan
jendela kamar yang hendak didatanginya.
Ketabahan George akhirnya membawa hasil. Ia sampai ke sebuah
jendela lagi yang juga terang, tanda bahwa penerangan kamar itu masih
menyala. George mengintip ke dalam, lalu tersenyum puas.
"Nah berhasil juga aku menemukan kamar Pak Profesor. Sekarang
cepat-cepat masuk!" gumannya pelan. Ia melangkahi ambang jendela
yang tidak tinggi dan masuk ke dalam kamar itu, lalu buru-buru menarik
tirai dari kain beledu tebal, sehingga tidak ada yang bisa memandang ke
dalam lagi.
"Huff!" hembus napasnya untuk menyatakan kelegaan hati.
Setelah itu dengan berjingkat-jingkat dihampirinya tempat tidur Pak
Profesor. Sarjana itu berbaring tanpa sempat benganti pakaian dulu,
jadi masih lengkap dengan jas, dasi dan sepatu. Tapi ia tidur pulas.
Dengkurnya terdengan berat dan teratur. Setiap kali ia menghembuskan
napas ke luar, nampak kumisnya yang melintang bergerak melambai-
lambai. Nyaris saja George tertawa karena geli melihat pemandangan
itu. Siapakah yang akan mengira bahwa laki-laki gendut bertampang
kocak itu sebenarnya salah satu ilmuwan yang paling ternama di dunia?
Sayang George tidak bisa lama-lama memperhatikan Pak Profesor,
karena harus membukakan pintu agar ketiga sepupunya bisa menyusul
masuk.
"Kau benar-benar berhasil. George?" kata Anne terbata-bata karena
kagum, ketika dilihatnya sepupunya itu muncul di ambang pintu kamar
Profesor Lancelot.
"Tidak, aku tidak berhasil," kata George mengganggu Anne. "Aku
terjatuh sewaktu nenyusur pinggiran sempit tadi dan kini tergeletak di
tanah dengan leher patah! Yang kaulihat sekarang ini hantuku!"
"Sudah jangan main-main lagi," kata Julian dengan gugup, sambil
menoleh ke arah luar. "Kalau sampai ada orang memergoki kita di sini -
wah, bisa gawat nanti!"
"Karena itu cepatlah masuk!" panggil George dari dalam kamar.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Anne, kau tinggal di sini bersama Timmy," kata Julian pada adiknya.
"Nanti kalau ada sesuatu yang mencurigakan, bersiullah sebagai isyarat
untuk kami."
"Bersiul?" kata Anne cemas. "Aku kan tidak bisa bersiul."
"Kalau begitu menyanyilah!"
"Nyanyi apa?" tanya Anne yang masih tetap bingung.
"Apa saja, pokoknya asal kami tahu. Nyanyikan saja lagu ‘Aku ini si
gembala domba’ - misalnya!"
"Hmm -cocok dengan dandananmu!" kata George mengganggu lagi. Tapi
ia langsung membungkam lagi, karena Julian meliriknya dengan marah.
George agak segan terhadap sepupunya yang paling tua itu, karena
Julian kadang-kadang bisa bersikap dewasa sekali.
"Tapi kalau Rudi yang muncul, kau harus bersin. Mengerti?" sambung
Julian lagi. "Sekarang cepat - sebentar lagi pukul duabelas."
Sementara Anne ditinggal dalam gang bersama Timmy, Dick dan Julian
bergegas masuk ke dalam kamar Profesor Lancelot. Begitu keduanya
sudab di dalam, cepat-cepat pintu dikunci lagi.
"Sekarang apa lagi yang kita lakukan?" tanya Dick.
"Kita cari tas berisi dokumen rahasia itu!" kata George. Julian langsung
berhasil menemukannya, karena ternyata diletakkan oleh Pak Profesor
di meja kecil yang terdapat di sisi tempat tidur. Itu bisa terjadi karena
sarjana itu sama sekali tidak menduga bahwa ia akan dibius orang,
sehingga tidurnya nyenyak sekali.
"Jika tas ini kita bawa, ada kemungkinannya para penjahat nanti melihat
kita lalu merebutnya," kata Dick agak bimbang. "Tapi kalau kita
tinggalkan di sini ...."
"Berikan saja padaku!" kata George. "Aku punya akal baik!"
Diambilnya tas itu lalu diambilnya setumpuk kertas dokumen yang
dibubuhi nornor urut dari dalamnya.
"Itu dia rencana konstruksi roketnya," guman Dick dengan nada kagum,
sementara Julian berseru kaget, "Mau kauapakan dokurnen-dokumen
itu, George?"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Sudah, diam saja - lebih baik kautolong aku. Kau juga, Dick! Cepat!
Tolong angkatkan badan Pak Profesor sebentar!"
"Kau ini - apa lagi akalmu sekarang?!" tanya Julian.
"Tidak ada waktu untuk menerangkannya dulu," kata George
menggerutu. "Ayo, cepatlah sedikit! Kalian ini seperti siput saja
pelannya!"
Julian dan Dick menurut, walau dengan perasaan enggan. Berdua mereka
memegang bahu Profesor Lancelot, lalu menjunjungnya sehingga
terangkat sedikit dan tempat tidur. Tidak mudah melakukan tugas itu,
karena Pak Profesor bukan orang yang bertubuh langsing. Sementara itu
George cepat-cepat menyelipkan kertas-kertas dokumen ke bawah
bantal alas kepala Pak Profesor.
"Beres!" kata anak itu dengan puas, "Sekarang letakkan Pak Profesor
kembali ke posisi yang tadi! Cepat, cepat! Sebentar lagi sudah tengah
malam!"
"Baik, Boss!" kata Dick setengah mengejek.
"Bersama Julian diletakkannya Profesor Lancelot ke tempat tidur lagi,
sehingga sarjana itu berbaring kembali seperti tadi, dengan kepala
terletak di atas bantal dan di atas kertas-kertas dokumennya. Mulutnya
masih ternganga sedikit, dan dengkurnya pun masih tetap menggetarkan
kumis. Mau tidak mau, anak-anak tertawa juga melihatnya.
"Kasihan - ia sama sekali tidak sadar bahwa kita saat ini kerepotan
karena dia," kata George. Ia memandang berkeliling seperti mencari
sesuatu. "Coba periksa sebentar, barangkali di sini ada setumpuk koran
atau majalah. Kalau ada, berikan padaku!"
"Itu ada koran setumpuk," kata Julian sambil memandang George
dengan sikap kurang mengerti. "Untuk apa?"
George mengambil tumpukan surat kabar itu lalu memasukkan beberapa
lembar di antaranya ke dalam tas Profesor Lancelot.
"Kita kan tidak boleh mengecewakan Rudi," katanya sambil memasukkan
lembaran-lembaran surat kabar ke dalam tas. "la tidak boleh merasa
curiga, apabila nanti datang dan mengambil tas ini. Malik yang memberi
tugas padanya pasti akan memujinya karena telah menyelesaikan

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

pekerjaan dengan baik. Tapi begitu tas ini mereka buka-nah, pasti akan
lain sekali kata-kata yang terdengar saat itu! Sayang kita tidak bisa
ikut mendengarnya. Padahal aku kepingin sekali!"
Kini Dick ikut tertawa.
"Kau ini, macam-macam saja akalmu, George." katanya. "Hah - bisa
kubayangkan tampang mereka nanti ketika menyadari bahwa kertas-
kertas dokumen yang begitu mereka ingini sudah menjelma menjadi
koran bekas!"
"Begitulah, risiko agen rahasia!" kata George sambil menutup tas Pak
Profesor kembali.
"Aku tahu seorang lagi yang tentu akan sama tercengangnya seperti
agen-agen rahasia itu," kata Julian sambil tersenyum. Ia memaksudkan
Profesor Lancelot. "Tapi aku ingin tahu bagaimana reaksi Pak Profesor
saat ia bangun lagi nanti, apabila melihat bahwa tasnya yang dijaga
begitu baik ternyata tidak ada lagi di meja."
"Ya - dan dokumen-dokumennya yang berharga tahu-tahu sudah pindah
tempat, ke bawah bantal," sambung Dick.
George tidak sempat mengatakan apa-apa, karena tepat saat itu
terdengar bunyi jam berdentang di luar.
Dua belas kali - tepat tengah malam!
George cepat-cepat mengembalikan tas ke tempat semula di meja kecil
dekat tempat tidur, lalu menyusul kedua sepupunya yang sementara itu
sudah lebih dulu lari ke pintu. Dari arah ruang pesta yang terletak di
lantai dasarterdengar hiruk-pikuk suara orang tertawa dan berteriak-
teriak. Lampu-lampu di situ baru saja dipadamkan!
Patrik, ‘monster salju yang menyeramkan’ memegang tangan kakaknya
erat-erat.
"Aku takut, Sandra," bisiknya.
"Kenapa harus takut? Lampu dimatikan ini kan hanya untuk memberi
kesempatan pada kita untuk membuka topeng!" jawab Sandra
"Ya, tapi mengapa gelap sekali? Aku sama sekali tidak bisa inelihat apa-
apa!"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Ini kan hanya sebentar saja. Sabarlah sedikit - nanti pasti terang-
benderang kembali!" kata Sandra menenangkan.
Di sekeliling mereka terdengar suara ramai anak-anak yang tertawa-
tawa sambil berusaha mengenali teman-teman dalam gelap. Suasana
menjadi ribut. Semua saling mendesak dan dorong-mendorong. Sandra
melepaskan tangan Patrik sebentar, karena hendak membantu adiknya
itu membuka topençj gorila yang dipakai. Tapi saat itu ada yang
mendorong. sehingga keduanya terpisah. Patrik merasa takut dan
mencari-cari kakaknya.
"Sandra! Sandra!" serunya.
Sementara itu anak-anak di sekelilingnya ramai berteriak-teriak dan
menyanyi-nyanyi dengan gembira. Suasana meriah sekali - jauh berlainan
dengan perasaan Patrik saat itu. Tiba-tiba ada yang membuka pintu
menuju ke hall yang terang. Dengan cepat Patrik lari ke arah itu.

Bab XI
RUDI BERAKSI

Ketika lonceng berbunyi menandakan pukul dua belas tengah malam,
Rudi mulai beraksi. Selama itu ia menunggu di tempat yang agak
terpisah dan keramaian pesta. Di bawah kostum badut yang
diperolehnya dari Malik, Ia masih memakai samaran lain. Rudi memakai
pakaian seragam pelayan hotel, dasi kupu-kupu, rompi dari bahan
bergaris-ganis hitam dan kuning, serta sepatu bersol karet. Dengan
seragam itu ia bisa berkeliaran dalam hotel, tanpa menarik perhatian
orang.
Begitu lampu-lampu dalam ruang pesta padam, dengan segera ia
membuka topeng dan kostum badutnya, lalu menyelinap keluar. Dengan
langkah-langkah ringan ia menaiki tangga, menuju lantai satu.
Dari suara ramai yang datang dan tingkat bawah, Anne yang sementara
itu menjaga dalam gang langsung tahu bahwa saat yang menentukan
sudah datang. Ia merinding karena agak seram.
"Aduh - kenapa anak-anak belum muncul-muncul juga, Tim!" bisiknya.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Tiba-tiba didengarnya bunyi langkah seseorang yang menyelinap-
nyelinap menaiki tangga dari tingkat dasar di mana ruang pesta terletak.
Dengan cepat Anne berpaling ke arah situ Dilihatnya ada orang sampai
di ujung tangga. Air muka Anne berubah. Ia mengenali orang yang
datang itu. Rudi, gumamnya pelan. Sedang Timmy langsung menggeram.
Bulu tengkuk anjing itu menegak.
Tapi dengan segera Anne sudah teringat lagi pada petunjuk Julian ia
bersin beberapa kali.
George, Dick dan Julian yang masih berada dalam kamar Profesor
Lancelot mendengar isyarat itu. Ketiga-tiganya tertegun, tidak jadi
melangkah ke luar. Mereka memasang telinga, berusaha menangkap
suara-suara yang terdengar di luar.
Sekali lagi Anne bersin. Sekali itu isyaratnya jelas sekali. George dan
kedua sepupunya harus bertindak dengan segera dan tanpa sampai
ketahuan oleh Rudi. Tanpa menunggu lebih lama lagi mereka melesat
masuk ke kamar mandi di sebelah kamar tempat Pak Profesor tidur.
Pintunya ditutup.
"Dick!" bisik George. "Lebih baik pintu kita biarkan terbuka sedikit.
Dengan begitu kita bisa melihat apa yang terjadi dalam kamar tidur."
Sementara itu Anne dan juga Rudi sama-sama berpura-pura. Ketika Rudi
sampai di ujung tangga, dilihatnya seorang remaja putri berkostum
gadis gembala dalam gang yang hendak dimasukinya. Rudi kesal sekali,
karena semula menyangka di situ tidak ada siapa-siapa. Dengan cepat
dipalingkan mukanya agar tidak sanpai dikenali anak yang pasti termasuk
rombongan perkemahan dan kini sedang asyik berpesta di bawah. Rudi
menuju ke lemari tempat penyimpanan sapu dan peralatan lainnya, lalu
pura-pura sibuk mencari sesuatu di situ.
Anne juga hebat reaksinya. Ia berbuat seolah-olah sama sekali tidak
melihat Rudi. Ia berlutut, pura-pura mencari sesuatu yang terjatuh.
"Aku jadi ragu, apakah betul di sini jatuhnya tadi," katanya seperti
sedang berbicara dengan Timmy. "Ah - itu dia sisirku yang kucari-cari!"
Anne pura-pura memungut sesuatu yang tergeletak di lantai, lalu pergi
dengan Timmy ke tempat lift.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Dari tempat lemari sapu, Rudi melirik terus - memperhatikan segala
gerak-gerik Anne, yang tidak dikenalinya. Setelah "gadis gembala" itu
masuk ke dalam lift, ia pun cepat-cepat pergi dari tempat itu, untuk
mengejar waktu. Rudi menghampiri pintu kamar nomor 123. Diambilnya
kunci palsu dari kantong rompinya, dimasukkannya ke dalam lubang kunci
lalu diputarnya. Pintu terbuka....
Dan tempat persembunyian mereka dalam kamar mandi, anak-anak yang
tiga lagi melihat sosok tubuh seorang pelayan hotel masuk ke dalam
kamar tidur.
"Itu Rudi!" bisik Julian.
Rudi cepat-cepat mengunci pintu dan dalam, lalu memandang berkeliling
kamar. Ia tersenyum lega ketika melihat Profesor Lancelot tidur pulas.
"Mudah-mudahan Tuan Besar tidak perlu apa-apa lagi," gumam Rudi,
menirukan gaya pelayan kaum bangsawan. "Jika Tuan Besar sudi
hidungnya ditekan dengan penjepit, pasti dengkurannya tidak akan
begitu berisik."
Sambil berkata begitu ia terus mencari-cari. Dengan cepat sudah
dilihatnya tas kulit yang terletak di atas meja kecil di sisi tempat tidur.
Dengan cepat diambilnyat tas itu, sambil mengejek Profesor Lancelot
lagi,
"Aduh - Tuan Besar ceroboh sekali! Sama sekali tidak berhati-hati -
dokumen yang begini penting dibiarkan tergeletak di atas meja."
Rudi mendecak-decakkan lidah.
"Keterlaluan!"
Dan kamar mandi, anak-anak melihat bahwa Rudi hendak membuka tas
Pak Profesor. Dick dan Julian merasa kecut, karena menurut dugaan
mereka Rudi pasti sebentar lagi akan tahu bahwa ia tertipu, apabila
melihat bahwa isi tas hanya beberapa lenbar surat kabar bekas saja.
Tapi George tertawa lirih.
"Tas itu kukunci tadi," katanya pelan. "Ini dia kuncinya!"
Rudi mengangkat bahu, setelah beberapa kalu mencoba membuka tas,
tapi tetap saja tidak bisa.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Ah, masa bodoh!" gumamnya. Ia memang sama sekali tidak menaruh
minat pada dokumen-dokumen rahasia itu. Tugasnya saat itu hanya
menyampaikannya pada orang-orang yang membayarnya untuk
mencurinya.
Rudi melangkah hendak keluar lagi. Tapi sebelumnya ia masih
melontarkan ejekan pada Profesor Lancelot.
"Aneh - kenapa ada orang bisa begini cerdas, tapi sekaligus juga tolol!"
kalanya. "Para sarjana ini memang jarang yang punya otak!"
Dick yang bersembunyi bersama kedua saudaranya dalam kamar mandi,
selama itu sudah sulit sekali bisa menahan diri. Tapi ketika mendengar
ejekan Rud yang paling akhir terhadap Pak Profesor, kemarahan Dick
meledak. Tanpa sempat ditahan lagi oleh George dan Julian, anak itu
menerjang ke luar.
"He, Rudi! Manusia licik!" seru Dick.

Bab XII
SAAT-SAAT TEGANG

Sesaat Rudi kaget. Tapi hanya sesaat saja. Dengan sigap dielakkannya
terjangan Dick, lalu lari ke luar sambil mengempit tas yang baru saja
dicurinya. Dick cepat-cepat berusaha mengejar. Tapi karena terlalu
buru-buru. kakinya tersandung sehingga ia jatuh terjerembab ke lantai.
Ketika ia berdiri lagi, Rudi sudah jauh.
Julian menghampiri adiknya, lalu bersama-sama mereka berusaha
membuka pintu yang masih sempat ditutup oleh pelayan hotel palsu tadi.
Tapi ternyata bukan hanya ditutup saja, melainkan juga dikunci dari
luar. Anak kunci dibiarkan olehnya terselip, sehingga anak-anak tidak
mungkin bisa membukanya dari dalam. Dick George dan Julian terkurung
dalam kamar. Mereka mendengar langkah Rudi berlari-lari, dalam gang
di luar.
Tapi ketika ia hendak menuruni tangga, tiba-tiba Anne muncul di
dekatnya. Anak itu tadi memang turun dengan lilt. Tapi ketakutannya
dikalahkan oleh perasaan ingin tahu. Anne kembali lagi ke atas, karena

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

ingin siap sedia apabila bantuannya diperlukan oleh saudara-saudaranya.
Dan ketika ia melihat Rudi datang berlari-lari sambil mengepit tas,
dengan segera Anne bertindak.
Disadarinya bahwa Rudi ternyata berhasil mencuri tas. Hal itu berarti
bahwa ketiga saudaranya gagal dalam usaha menghalang-halangi
pencunian dokumen. Kini tiba gilirannya untuk bertindak. Tapi apa yang
bisa dilakukannya?
Anne tidak seperti George. Ia tidak menyukai tindakan keras. Bukan itu
saja: untuk menghadapi Rudi seorang diri, ia merasa dirinya lemah
sekali. Ia kan masih anak-anak! Sialnya, Timmy tadi ditinggal di bawah
untuk menemani Patrik yang tadi dijumpainya mondar-mandir seorang
diri di lobi yang lengang.
Anne tidak sempat berpikir lagi. Tahu-tahu ia sudah menggunakan satu-
satunya benda yang ada di tangannya saat itu. Ketika Rudi hendak
melewatinya di ujung atas tangga, Anne menyodorkan tongkat gembala
yang dipegangnya agak ke depan, mengait kaki Rudi. Pemuda yang jahat
itu tersandung lalu jatuh terguling-guling di tangga.
Anne tahu, sebenarnya saat itu ia harus berteriak minta tolong. Tapi
lehernya terasa seperti tersumbat sehingga suaranya sama sekali tidak
bisa keluar. Dan atas tangga dilihatnya Rudi berhasil berdiri lagi.
Rupanya ia tidak apa-apa ketika jatuh tadi. Apa yang dilakukan olehnya
setelah itu, tidak diketahui Anne. Pasti ia melarikan diri, pikir anak itu
dengan kecewa.
Tapi Rudi belum sepenuhnya berhasil melarikan diri. Kejutan karena
tiba-tiba ada yang mengait kakinya sehingga ia jatuh terguling-guling,
langsung disusul oleh kejutan berikut. Ketika ia hampir mencapai ruang
depan hotel, tiba-tiba dilihatnya makhluk menyeramkan datang
menerjang ke arahnya. Rudi menjerit ketakutan. Matanya terbelalak,
seolah-olah tidak bisa mempercayai penglihatannya sendiri.
Dengan tubuh kaku ketakutan ditatapnya makhluk yang baru sekali itu
dilihatnya. Bentuknya seperti seekor anjing yang besar, tapi berkepala
gorila. Makhluk itu menggeleng-gelengkan kepala. Hiii!

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Rudi tidak tahu bahwa "makhluk seram" itu sebenarnya hanya Timmy
saja, yang saat itu memakai topeng gorila. Patrik yang tadi iseng,
memasangkan topeng itu ke kepalanya. Timmy sebenarnya sama sekali
tidak melihat Rudi, apalagi bermaksud menyerangnya. Anjing yang
malang itu hanya sedang berusaha melepaskan topeng yang sangat
mengganggu itu.
Tapi Rudi bukan anak kecil yang gampang ditakut-takuti. Setelab pulih
dari kekagetannya, Ia bergegas kembali menuju ke pintu depan. Tapi
untuk berjaga-jaga, ia mengambil jalan agak melingkar, menjauhi
"makhluk seram" yang masih terus menggoyang-goyangkan kepala. Dan
akhirnya ia sampai juga di luar. Ia terlambat beberapa saat, karena
cegatan Dick, Anne dan akhirnya Timmy.
Sementara itu George sudah mendapat akal lain. Melihat Rudi lari, anak
itu langsung menyadari bahwa takkan ada gunanya berusaha mengejar.
Lari Rudi lebih cepat, jadi mustahil bisa disusul. Tidak. Aku harus
memotong jalan, pikir George.
Sementara Julian dan Dick masih sibuk berteriak-teriak memanggil
Anne agar membukakan pintu. George sudah meninggalkan kamar
Profesor Lancelot lewat jalan masuknya tadi - lewat jendela!
Ia tahu, Malik mengatakan bahwa Rudi akan dijemput dengan mobil,
yang menurut rencana akan menunggu di depan hotel. Karenanya Rudi
setiap saat pasti akan muncul di jalan.
Siluman tikus hotel kita sudah berdiri lagi di pingginan dinding yang
sempit. Ia memandang ke bawah. Menurut perasaannya, tempat ia
berdiri saat itu tidak begitu jauh dari tanah. Kecuali itu ia kan jago
senam di sekolah.
Tanpa ragu sedikit pun anak itu meloncat ke bawab, dan sampai di tanah
dengan gerakan lentur.
Hentakan telapak kaki ketika sampai menyebabkan pandangannya
berkunang-kunang sejenak. Tapi detik berikutnya George sudah biasa
lagi. Ia memandang berkeliling. Jalanan sepi di depan hotel, kanena
malam sudah larut. Ia melihat sosok tubuh Rudi di balik pintu kaca

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

hotel. Pemuda itu kelihatannya sedang melarikan diri dari seekor
binatang yang kelihatannya menyeramkan.
"Eh!" kata George pada dirinya sendiri. "Itu pasti Timmy! Tanpa
kausadari, kau membantuku menahan Rudi sekejap!"
George sadar bahwa tinggal sedikit sekali waktu yang tersisa baginya
untuk bertindak. Sedang ia sama sekali belum tahu, apa sebaiknya yang
harus dikerjakan saat itu.
George berpaling. Saat itu dilihatnya sebuah mobil besar bewarna
hitam, yang diparkir di pinggir jalan dengan mesin yang tidak dimatikan.
Pasti itu mobil yang akan menjemput Rudi, kata George dalam hati.
Otaknya bekerja keras. Mobil hitam itu diperlengkapi dengan tempat
menaruh barang yang terpasang di atas tutup tempat bagasi. George
melihat bahwa pengemudinya tidak henti-hentinya menatap ke arah
pintu masuk hotel. Itu wajar, karena ia memang sedang menunggu-
nunggu Rudi muncul.
George menyelinap ke bagian belakang kendaraan itu, lalu naik ke atas
tempat barang dan meringkuk di situ. Dalam hati ia mengucap syukur
bahwa ia memilih kostum yang serba hitam. Orang harus memandang
dengan teliti sekali. barulah bisa melihat dirinya menempel di belakang
mobil.
Rudi bergegas-gegas keluar dari hotel, membuka pintu mobil dan
langsung masuk.
"Cepat! Kita harus pergi dari sini." serunya pada pengemudi mobil itu,
yang dengan segera mulai menjalankan kendaraannya.
George harus berpegang erat-erat di belakang, karena mobil melesat
dengan laju.
Aku ingin tahu apa kata ketiga sepupuku apabila melihatku saat ini, pikir
George. Julian pasti berteriak-teriak menyuruhku turun!
Ketika mobil membelok di tikungan berikut, nyaris saja George
terlempar jatuh.
"Huiii!" gumamnya. "Berbahaya juga keadaanku sekarang. Tapi apa boleh
buat- karena aku mustahil bisa meminta pada Rudi agar boleh duduk

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

bersamanya di jok belakang yang empuk. Ah ternyata perjalanan ini
menuju ke luar kota!"
Tidak lama kemudian mobil berbelok memasuki jalan desa yang menuju
ke sebuah hutan. Kini kendaraan itu meluncur di jalan yang diapit
pepohonan. George menggigil di belakang. Ia sama sekali tidak menyesal
bahwa ia tadi begitu berani. Namun timbul juga pertanyaan dalam hati,
bagaimana kelanjutan tindakannya itu.
Hawa malam yang dingmn lebih terasa lagi karena jalan mobil yang cukup
kencang. Sedang ia hanya mengenakan pakaian senam yang tipis. Jari-
jarinya yang mencengkeram kerangka tempat barang, makin lama makin
terasa mengejang.
"Aku tidak boleh sampai melepaskan peganganku," kata George dalam
hati.

Bab XIII
TERTIPU!

Untung baginya, perjalanan yang tidak enak itu tidak lama kemudian
berakhir. Mobil meluncur memasuki suatu gerbang besar, menyusur
jalan tak rata yang diapit pepohonan menuju sebuah rumah, yang
menurut perasaan George nampak gelap dan menyeramkan.
Begitu kendaraan itu berhenti, Rudi buru-buru meloncat ke luar. George
yang masih meringkuk di atas tutup tempat bagasi, dengan jelas
mendengar kata-kata pengemudi mobil pada Rudi.
"Cepat masuk! Kutunggu kau di sini. Nanti kuantarkan kembali ke
Jenewa!"
Sambil mengempit tas curiannya Rudi bergegas-gegas naik ke rumah lalu
masuk ke dalam. Dengan hati-hati George turun dari tempatnya
meringkuk selama dalam penjalanan tadi.
Ia ragu-ragu sesaat. Kalau pengemudi yang masih duduk dalam mobil
sampai melihat dirinya di situ, habislah riwayatnya! Tapi di pihak lain,
rasanya tidak begitu sulit untuk tidak sampai kelihatan di tempat
segelap itu. George melihat bahwa pengemudi tidak mungkin bisa

Koleksi ebook inzomnia


Click to View FlipBook Version