The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Warta Keluarga Cornelius September I ( Final )1

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by aries.wahyuwitomo, 2021-08-31 03:25:32

Warta Keluarga Cornelius September I ( Final )1

Warta Keluarga Cornelius September I ( Final )1

KWealuratarga Jalan A. Yani Jalan A. Yani No.3

Edisi : September I- 2021, No 10/WKC/IX/2021 TMSeealkpdr.ei(ut0an3rM5ia1ta)cd4o5riun2e2nl4ilu7l6s,@435y18a28h51o8o1.c2o1m1

.RENUNGAN..

ORANGTUA DA.LRAEMNMUENMGBAANW.A

MEKELUARKGEMLEUNAURJGUA MENUJU
KESEMPURNAAN

09"./...2ke0n2a1kanlah kasih sebagai pengikat yang

mempersatukan dan menyempurnakan"
(Kolose 3:14)

0leh: RD. Agustinus Supriyadi

Saudara-saudariku pasutri yang terkasih, kasih memiliki kuasa untuk
mengikat, mempersatukan dan menyempurnakan (Kol 3:14). Keluarga yang
dibangun atas dasar kasih yang tulus membuat kita saling terikat secara
rohani, semakin bersatu menuju kesempurnaan. Apapun yang kita lakukan
jika tidak didasarkan atas kasih, tidak akan ada manfaatnya (1Kor 13: 3).
"Lebih baik sepiring sayur dengan kasih daripada Lembu tambun dengan
kebencian" (Amsal15: 17). Artinya, Kasih-lah yang memberikan nilai dan
makna dari segala sesuatu yang kita lakukan. Kasih adalah yang terbesar
dari semuanya (bdk. 1 Kor 13: 13). Hal itu yang seharusnya terjadi dalam
hidup perkawinan, terkhusus perkawinan yang memiliki makna sakra-
mental dengan Rahmat istimewanya. Rahmat khusus Sakramen Perkawinan
itu dimaksudkan untuk menyempurnakan cinta suami isteri dan untuk
memperkuat kesatuan mereka yang tidak dapat diceraikan, berkat rahmat
ini "para suami isteri dalam hidup berkeluarga maupun dalam menerima
serta mendidik anak saling membantu untuk menjadi suci." (LG 11).

Sakramen Perkawinan merupakan rahmat yang diberikan oleh Allah,
dan setiap pribadi yang terlibat di dalamnya berkewajiban mencerminkan
suatu persekutuan cinta kasih secara utuh. Perkawinan sebagai sakramen
merupakan perkawinan di antara dua orang (pria dan wanita) yang telah

dibaptis dan berstatus "liber" (bebas, tidak terikat halangan perkawinan).
Perkawinan demikian tak terceraikan, sebab Allah sendiri sebagai pemberi
rahmat telah mengikatnya pula dengan kesetiaan-Nya (bdk. Mrk 10:1-12).
Perkawinan itu merupakan persekutuan cinta antara pria dan wanita yang
secara sadar dan bebas menyerahkan diri beserta dengan segala kemam-
puannya untuk selamanya. Dalam penyerahan itu suami isteri berusaha
semakin saling menyempurnakan dan saling membantu. Hanya dalam
suasana saling menghormati dan menerima inilah, persekutuan cinta itu
dapat berkembang hingga tercapai kesatuan hati yang dicita-citakan.
Kesempurnaan keluarga sangat ditentukan oleh sikap hidup dan perilaku
suami istri (orangtua) dalam kasih, berusaha saling membantu satu sama
lain dan secara lebih mendalam berjuang dalam mempertahankan kesatuan
atau keutuhan mereka. Sebab mereka bukan lagi dua melainkan satu (bdk.
Mat 19:6 dan Mrk 10:8).

Pasutri yang terkasih, Tuhan menghendaki agar kesatuan antara suami
dan istri tidak terceraikan, karena perkawinan merupakan tanda kesetiaan
Allah kepada manusia atau kesetiaan Kristus kepada Gereja-Nya. Menjadi
saksi akan kesetiaan perkawinan yang tak terceraikan ini merupakan salah
satu tugas pasutri (orantua Kristiani) yang sangat dibutuhkan saat ini, yaitu
disaat dunia dikaburkan oleh banyak pandangan yang menurunkan derajat
perkawinan. Jika pasangan suami istri dan anak-anak hidup dalam kasih
secara total, maka keluarga akan menjadi gambaran nyata sebuah Gereja,
sehingga tepat jika keluarga itu disebut sebagai Gereja kecil atau "ecclesia
domestica". Sebab dengan menerapkan kasih seperti teladan Kristus,
keluarga turut mengambil bagian di dalam hidup dan misi Gereja dalam
membangun Kerajaan Allah. Disanalah kesempurnaan keluarga secara nyata
dibangun, dikembangkan dan dihidupi.

Akhirnya hendaknya para pasutri Kristiani bersatu dalam cinta kasih
yang sama, bersatu pula dalam usaha saling menguduskan/menyempur-
nakan seraya mengikuti teladan Kristus. Cintakasih pasangan suami isteri
(pasutri) Kristiani dan kesetiaan mereka menjadi saksi-saksi misteri cinta
kasih, yang oleh Tuhan diwahyukan kepada dunia dalam wafat dan
kebangkitan-Nya (bdk. GS.52).
Berkat Tuhan menyertai kita.
Amin.

.SERBA-SERBI..

LINGKUNGAN SANTA ANNA SUKOSARI MENJAWAB
TANTANGAN JAMAN

Bersama : Fransiscus Xaverius Tjahjo Surjono

Di masa pandemi kegiatan lingkungan lumpuh? Oh tidak! Pada tahun
2021 ini, pengurus Lingkungan St Anna Sukosari terus bergerak, umat dapat
bertemu, berdoa bersama via Zoom. Sebuah software yang digunakan untuk
bersekutu secara online melalui jaringan WiFi, 5G, 4G/LTE, & 3G.

Salah satu contohnya di bulan Mei yang lalu ada sebanyak lima kali
pertemuan dan doa dilakukan via zoom. Termasuk yang baru-baru ini acara
Pesta Nama Lingkungan St. Anna juga dilakukan via Zoom. Kata Kaling: “Ayo
rek...mosok sing liyane Doa syukuran kok kene, isine doa arwah tok ae”.
Karena menurut beliau selama enam tahun menjabat Kaling banyak
warganya yang meninggal karena banyak warganya yang lansia. Lewat
dorongan warga yang biasa menggunakan Zoom, kini umat mulai mencoba
mengikuti perkembangan. Menurut Pak Frans, memang awalnya terkendala,
bingung, tapi setelah dipelajari akhirnya mereka bisa walaupun belum
semuanya.

Siapa ketua lingkungan St. Anna Sukosari dua periode ini? Beliau
adalah Fransiscus Xaverius Tjahjo Surjono, biasa di panggil Pak Frans.
Menurut cerita dari Bu Frans, mereka melayani sejak dulu saat waktu di
Surabaya. Di masa pensiun bapak ini masih tetap setia melayani, katanya:
“Ini karena amanat serta untuk berkarya pada sisa-sisa hidup. Awal
pelayanan saya disini pada tahun 2016, menggantikan Pak Yosef, yang
sekarang ASIM ”. Beliau melanjutkan: “Karena saya diberi amanah dari umat
maka saya harus bekerja sebaik-baiknya”. Ibu Frans yang bernama lengkap
Julia Sri Handayani juga ikut melayani di Lingkungan sebagai seksi sosial,
sekaligus merangkap bendahara, karena bendaharanya meninggal.

Pasutri : Fransiscus Xaverius Tjahjo Surjono - Julia Sri Handayani

Disela-sela kegiatan berkebun, beliau menceritakan tentang tugasnya.
“Memang kenyataan sekarang ini banyak warga lingkungan yang muda-
muda sibuk kerja, tapi bagaimanapun juga menjadi Kaling, harus ada
pemilihan, agar ada penyegaran. Saya terpilih dengan suara terbanyak oleh
umat, jadi ini adalah amanah, maka harus saya jalankan sebaik-baiknya”

Dalam menjalankan tugas sebagai Kaling, beliau terkadang melakukan
anjang sana. Bagi keluarga-keluarga yang belum mau aktif atau tidak mau ke
Gereja, beliau melakukan pendekatan. Sekarang sudah mau aktif ikut dan ke
Gereja. Saat berkunjung ke rumah warganya beliau mengetuk hatinya,
katanya: “Mas aku rewangono yo melok jogo grejo”. Di awali dengan ikut jaga
Gereja, akhirnya umat mau dan sekarang sudah mulai aktif ikut pertemuan
lingkungan. “Ya saya bersyukur mungkin umat merasa cocok, yang penting
PDKT” katanya. Selain itu juga dulu ada kendala tarikan uang lingkungan,
katanya susah.Tapi dengan perjalanan waktu, sekarang lancar, malah ada
umat yang bayar sendiri kerumah Kaling.

Selama masa pandemi, mengingat situasi maka KKU diaktifkan lagi,
Kidul Ban, Kulon Dalan, Etan Dalan, sekarang ada tiga KKU, masing-masing
kira-kira 10 KK. Contoh bila ada doa di Kidul Ban, yang diudang ya cuma
Kidul Ban saja. Sampai sekarang masih jalan.

Demikianlah upaya pengurus Lingkungan St. Anna menjawab tantangan
jaman, bersekutu via Zoom, melakukan pendekatan keluarga yang tidak aktif,
menghidupkan kembali KKU. Mereka tetap semangat menghidupi cita-cita
ARDAS Keuskupan Surabaya: Sebagai persekutuan Murid-Murid Kristus
yang semakin dewasa dalam iman, guyub, penuh pelayanan dan misioner.
Semoga Tuhan Yesus memberkati pelayanannya. Amin

LIPUTAN KHUSUS DARI STASI SARADAN

Pasar Saradan, Madiun

Tanggal sepuluh Agustus yang lalu Seksi Keluarga Paroki St. Cornelius
berkunjung ke stasi Saradan. Kota kecamatan yang terletak di tengah hutan
jati, milik Dinas Perhutani, disebelah timur Kabupaten Madiun, berbatasan
dengan Kabupaten Nganjuk. Di tempat ini terdapat tempat penampungan
kayu peninggalan Belanda (Djatibedrijf), yang memiliki jaringan lori peng-
angkut kayu jati dari pedalaman hutan, terhubung dengan Stasiun Saradan.

Menurut beberapa sumber, dulu tempat ini bernama “Nyarad” artinya
tempat menarik kayu pakai lembu. Akhirnya menjadi dusun Saradan, yang
merupakan bagian dari desa Sugihwaras. Tempat ini sekarang telah menjadi
pusat Ibukota Kecamatan. Banyak cerita menarik tentang perjalanan iman
umat Katolik di daerah ini yang kokoh seperti pohon jati. Bagaimana
berdirinya Stasi Saradan? Bagaimana perjuangan umat dalam membangun
Gereja? Apa tantangan iman keluarga-keluarga Katolik disana? Mari kita
simak dalam liputan khusus tentang stasi Saradan ini.

Kami tiba di depan pasar Saradan kira-kira pukul 12.30 WIB, terus
belok kanan ke arah Gemarang, melewati jalan Mundu kira-kira 200 meter
kanan jalan sudah terlihat Gereja Katolik Santo Yohanes Gabriel Saradan
yang asri. Kunjungan kami tidak terduga, syukur kami sempat bertemu
dengan ketua stasi karena saat itu beliau sedang melayat tetangga sebelah
Gereja yang berduka. Kami dipersilahkan masuk Gereja oleh Pak Wiji di
temani tokoh Katolik di sana Pak Anton pangilannya. Setelah masuk gereja
kemudian kami berdoa bersama di pimpin oleh Pak Vincentius Purwadji
didepan Sakramen Maha Kudus.

Ruang dalam Gereja Santo Yohanes Gabriel Saradan, Madiun

Kami ngobrol santai dengan Pak Thomas Aquinas Widji Krismanto
nama lengkap ketua stasi Saradan dan bapak Antonius Kenukan Keyn
Lamakey tokoh Katolik disana. Menurut cerita dari umat, mulai tahun 1967
umat mengadakan doa secara bergiliran di rumah warga Katolik perdana
seperti, rumah pak Sumadji (alm), pak Darmo Sumarto, pak Parto Susito,
bpk. Ambrosius Soewandi, dan pak Mikan (alm) di Sugihwaras. Doa bersama
itu dilakukan setiap Sabtu malam dan Minggu, pagi harinya ada kunjungan
mahasiswa dari AKI. Saat itu kehadiran mahasiswa tidak pasti, tergantung
jadwal dari Universitas. Jadi kadang umat mengikuti Misa ke Caruban atau
ke Madiun.

Tahun 1993 umat Katolik Saradan sudah mempunyai rumah ibadat
yaitu rumah biasa yg dibeli oleh Paroki. Dengan adanya rumah ibadah maka
umat Katolik sudah tidak perlu Misa ke Caruban. Kegiatan di stasi menjadi
lebih teratur, pada hari Minggu ke satu, tiga dan ke lima ada Ibadat dan
menerima Komuni yg dipimpin ASIM Bpk. Yosef Paulus Tety. Sedangkan
pada Minggu ke dua dan ke empat ada Misa Kudus yang dipersembahkan
Romo dari Paroki Cornelius Madiun.

Kegiatan Natal, Paskah tetap diadakan dengan menyesuaikan jadwal
dari Paroki, setelahnya umat mengadakan acara ramah tamah secara
sederhana di rumah umat. Kegiatan lainnya seperti, Pendalaman Kitab Suci,
dan lainnya mengikuti jadwal liturgi dari Paroki.

Keadaan umat bervariasi ada yang pegawai, tani, wirausaha. Tempat
tinggal umat ada yang dekat, ada juga yang jauh kurang lebih 3 dan 7 km.
Disini Mudika nya setelah lulus sekolah langsung merantau, tapi saat Natal
atau Paskah mereka datang, hingga Gereja penuh.

. WAWANCARA .

Ketua Stasi Saradan Bpk. T.A. Widji Krismanto

DULU KAMI KALAU BERDOA PINDAH-PINDAH TERUS

Kunjungan kami ke stasi Saradan sepuluh Agustus yang lalu sempat
wawancara dengan ketua stasi Saradan Bpk. TA Widji Krismanto,
didampingi Bpk. Anton, bicara tentang perjuangan keluarga Katolik Saradan
membangun Gereja. Dari modal awal 25 juta terus mencari dana kesana-
kemari hingga akhirnya bisa mempunyai Gereja yang asri sekarang ini.
Bagaimana perjuangannya mari kita simak bersama kisahnya.
Bagaimana ceritanya bapak tinggal di Saradan?
Saya ini orang pendatang. Saya kesini tahun 1964, mencari orang Katolik
disini. Dulu sudah ada pelajaran agama dari Katekis (AKI) di rumah mertua,
tiap minggu saya ikut, yang datang lima sampai tujuh orang. Acaranya
pindah-pindah, malam minggu di sini, malam minggu di sana, gantian. Di situ
ya campur ada yang sudah Katolik ada yang belum. Akhirnya punya
keinginan untuk punya tempat ibadah, dari pada pindah-pindah terus.
Jadi dulu belum ada Misa ?
Belum...dulu hanya ibadat, bukan misa, di pimpin oleh Katekis, tahun 1970
an. Kami masih tinggal disini di gereja ini. Setelah itu ada Misa dipimpin
Romo tapi ya sebulan sekali.
Bagaimana awalnya rumah ini bisa menjadi Gereja ?
Rumah ini kan sering di pakai, kakak dari istri tinggal di Surabaya, istilahe
rumah ini disuruh nyusuki saya gitu lo pak. Dia bilang:“wis rumah iku cici-
len”. Tapi kan kami ini Pegawai Negeri itu gajinya berapa.

Terus akhirnya bagaimana ?
Dari situ berlangsung sampai sepuluh bulan, kemudian ibu mertua yang ikut
kakak di Surabaya harus operasi di RKZ. Terus kakak minta pertim-
bangan..”piye dik iki ibu butuh duit 10 jt, jaman waktu itu. La piye...didol opo
piye..terus awakmu piye?” Usul saya : “Di dol ae nek iso ojok neng wong liyo,
piye nek dol di neng paroki saja”. Setelah itu terjadi tawar-menawar masih
jamannya Romo Dibjo Karyono kan dulu beliau juga ngajar di Madiun. Lha
terus awakmu neng endi mengko ? Wis aku gampang. Akhirnya dijual, entah
berapa saya kebagian sewu limangatus...wis gak duwe omah.
Akhirnya bapak tinggal dimana?
Saya ngontrak di situ lho di pojokan selama empat tahun. Wah rasane wong
ngontrak itu ya gitu. Terus ada orang bilang: “Kerso mundut tanah to pak?”
harganya waktu itu 1.5 jt. Ya sudah lah. Sorenya, saya ditemui orang lagi.
“Pak tanahe tak gentenane! Tak tambahi limangatus!” kata orang itu. Saya
jawab:“La wong kulo mawong dereng gadah tanah kok pak”. Akhirnya terbeli,
dan rumah yang di gereja ini kan saya ke bagian pawon, saya usung ke sana.
Bagaimana proses pembangunan Gereja ini?
Proses pembangunan ini ada tangan-tangan yang membantu, istilah Romo
Budi itu ”Kontribusi”. Modal awal sebesar Rp 25 juta, cari dana katanya di
siarkan radio di Madiun. Saya foto, terus lapor ke Paroki. Akhirnya dana
terkumpul, termasuk pak Anton ini yang mencarikan dana kemana-mana.
Dananya dari masyarakat, umat dan dari Paroki setiap Minggu sebelas juta.

Romo Yuni mendampingi Bapak Uskup meresmikan Gereja Santo Yohanes Gabriel Saradan ...

Mekanisme bagaimana?
Mekanismenya begini, uang kolekte dari Paroki di Madiun itu langsung
diberikan ke sini. Soalnya saya pernah dipanggil oleh Romo Yuni di Paroki,
“Anu pak Widji tolong di tunggu di luar, kolektene tak itunge dulu karo seksi
bendahara, waktu itu Bu Titik kalau nggak salah”.
Kapan peletakan batu pertama ?
Pada hari Minggu tanggal 22 Maret 2007 setelah Misa, oleh Romo A.
Sugianto CM. Sebelum acara peletakan batu pertama panitia mengadakan
“Selamatan” mengundang warga sekitar. Pemberkatan Gereja oleh Uskup
Vincentius Sutikno Wisaksono sendiri.
Bagaimana partisipasi umat Saradan?
Di sini umatnya sedikit, rata-rata nggak mampu, ada beberapa yang mampu
seperti yang kerja baik mereka itu iklas sekali, termasuk anaknya mbah Wiji
ini juga.

Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono berfoto dengan Umat Katolik Saradan , usai peresmian Gereja ..

Demikian kisah perjuangan keluarga-keluarga Katolik stasi Saradan
bertekat membangun Gereja. Di buku “Sejarah Singkat Gereja St. Yohanes
Gabriel Saradan”, para donatur tercatat rapi dimulai modal awal dari para
donator dari Flores sebesar Rp 25 juta. Kemudian setelah membuat pro-
posal dan di setujui Paroki terhimpun dana dari : Bpk. Bupati Madiun, umat
Paroki Wonokromo Surabaya, umat Paroki Madiun, Holcim Tiron, Simpako
Caruban, Bpk. Tomy-Madiun, Bpk. Sabarno dari ds. Gosong Gemarang dan
Sdr. Y. Bimo Krissantono cs dari Saradan. Semoga perjuangan umat Katolik
stasi Saradan bisa menginspirasi para keluarga untuk selalu bersyukur atas
kemurahan Tuhan.
Liputan Khusus dari Stasi Saradan bersambung pada edisi selanjutnya

LAPORAN DARI STASI JENANGAN

OMK/ReKat membersihkan bagian dalam Gereja Santo Vincentius Jenangan

“SIAPA YANG MERAWAT GEREJA KALAU BUKAN KITA !”

Anak-anak OMK/ReKat mau bersih-bersih gereja? Wah hebat sekali
patut diacungi jempol kepedulian pemuda-pemudi stasi Jenangan terhadap
Gerejanya. Kegiatan tersebut diadakan pada hari Minggu, tanggal 15 Agustus
yang lalu, “mumpung belum ada Misa” kata Ibu Puji koordinator
OMK/Rekat stasi Jenangan. Ini semua bertujuan melatih anak-anak memiliki
rasa kepedulian terhadap lingkungan, dan membiasakan hidup bersih di
masa pandemi Covid-19 ini. Mereka sadar bahwa sumber masalah
penyebaran virus ini karena kurang menjaga kebersihan.

Kerja bakti tersebut dipusatkan di Gereja St. Vincentius Jenangan.
“Kalau bukan kita siapa lagi yang peduli terhadap Gereja” kata pak Yohanes
memberi semangat pada anak-anak muda masa depan Gereja ini. Para
pemuda Katolik kususnya OMK/Rekat itu melakukan aksi sosial “Bebersih”
di dalam gedung dan halaman Gereja. Kegiatan bersih-bersih kaca cendela,
angin-angin, tempat patung dan enternit Gereja, dengan menggunakan alat
pembersih seperti sapu, ember, kain pel, dan lain-lain. Mereka member-
sihkan semua ruangan dalam Gereja mulai Altar, bangku dan lantai Gereja.

OMK/ReKat membersihkan bagian luar Gereja

Tidak hanya dalam gedung Gereja saja yang di bersihkan, termasuk juga
yang di selasar. Satu per satu, semua ruangan dibersihkan oleh pemuda-
pemudi Katolik Gereja Santo Yohanes Jenangan membawa sapu, mereka
guyup menyapu lantai dalam gerakan kerja bakti tersebut.

Mereka terlihat bersemangat dengan tetap menjaga Protokol Kesehatan
karena masih masa PPKM. Mereka tetap menggunakan masker, tidak ada
yang bergerombol, ngobrol-ngobrol, semua fokus dengan tugasnya masing-
masing. Kegiatan ini berlangsung dari pukul 08.00-10.00 WIB. Para anak
muda itu dalam melakukan kerja bakti “Bebersih” secara suka rela. Walau-
pun mereka lelah, cuaca panas, anak-anak tetap bersemangat.

Kegiatan berjalan dengan lancar karena peran serta koordinator
OMK/Rekat, dorongan dari para keluarga mereka hingga membuat Orang
muda Katolik stasi Jenangan bisa terus bergerak aktif dan kreatif.
Pendidikan karakter anak lewat Iman, Budi Pekerti dan Kepedulian
Lingkungan penting untuk ditanamkan mulai sejak dini. Energi anak-anak
muda yang kuat itu perlu disalurkan dalam kegiatan yang benar. Dengan
berfikir benar, bertindak benar, pada masanya mereka akan menjadi pribadi
yang membanggakan.

Demikian laporan dari stasi Jenangan khususnya kegiatan OMK/ Rekat
yang baik dan mengispirasi bagi OMK/ Rekat di tempat lainnya.
Salam Sukses. Berkah Dalem

APORAN DARI STASI JENANGAN

. SEKILAS INFO . Satgas Covid-19 Paroki
St. Cornelius, Madiun

Madiun, 7 Agustus 2021

Team Satgas Covid Paroki
menyiapkan tabung oksigen
dari SMK Bonaventura guna
membantu umat Lingk. Anto-
nius Patihan yang terpapar
covid 19.
Contact Person Satgas Paroki:
0895361040198
081234445409

Penampakan bagian dalam
Pastoran

Madiun, 11 Agustus 2021

Hasil kerja bakti karyawan me
ngecat ruang makan, ruang ta-
mu dan ruang kolekte. Sung-
guh luar biasa Romo Paroki
kita : muda, semangat, pinter,
kreatif, estetis dan inovatif.

Pastoran Cornelius yang Asri

Madiun, 14 Agustus 2021

Penampak terkini taman Pas-
turan yang Asri. Datanglah
kalian semua yang letih lesu
dan berbeban berat. Aku akan
memberikan kelegaan bagi-
mu. (Matius 11:28)

Ulang Tahun Imamat ke-14
Romo R. Tri Budi Widyanto

Madiun, 15 Agustus 2021

“Senajan balungan kere, ora
kendo nyambut gawe. Senajan
dalan ora alus, sing penting
wani terus”. Bahagia selalu pe-
nuh sukacita dalam menang-
gapi panggilan Tuhan.

Kegiatan Bakti Sosial Umat
Lingkungan St. Ignatius O3

Madiun, 21 Agustus 2021

Pesta Nama Lingkungan Santo
Ignatius Loyola di isi dengan
membantu umat dan masyara-
kat yang Isoman terkena dam-
pak Covid di kelurahan 03. Aca-
ra berbagi: Beras, gula, minyak
goreng dan mie instan. Puncak
acara bersyukur & berdoa ber-
sama serentak pada jam yang
sama seluruh umat lingkungan
di rumah masing².

k.o.ULANG TAHUN PERNIKAHAN..

Periode : Tanggal 1– 15 September
SELAMAT ULANG TAHUN PERNIKAHAN BAGI PASUTRI:

Lingkungan PASUTRI HUP

St. Angela Merici, Prajuritan GABRIEL LINA HANDOKO - CORNELIA DEWI ARDYANA SETYANINGRUM 10/9/2005
St. Gregorius Agung, Nglames YUSUF SUPARNO - HENDRI MARYANI 6/9/2003
St. Gregorius Agung, Nglames ANITA LUZINDA C.C.R.S. 7/9/2013
St. Gregorius Agung, Nglames FRANXISCUS XAVERIUS SUTARNO - FLORENTINA SUYATMI 5/9/1974
Salvatore, Kletak-Surabayan YOSEPH KRISMA FREDY TRI MARITANTA - THERESIA ERLIN DWI UTAMI 2/9/2007
St. Anna, Sukosari ANTONIUS ANJAS MARTONO - MARGARETHA PENI YULIANTI 5/9/2002
St. Anna, Sukosari HERIBERTUS TARMUDJI - VERONICA SRI SOEWARSI 1/9/1974
St. Frans. Xaverius, Oro-Oro Ombo GREGORIUS DEWANTO TRIATMOKO - KEKSI RATNASARI 7/9/2002
St. Ignatius, Oro-Oro Ombo STANISLAUS JOKO SUSILO - IGNATIA ANING PRASETYANINGSIH 1/9/2007
St. Ignatius, Oro-Oro Ombo FRANSISCUS KARIM - MARIYA MADALENA YATINI 4/9/2001
St. Ignatius, Oro-Oro Ombo JOHANES HENDRA KURNIAWAN 7/9/2014
St. Ignatius, Oro-Oro Ombo HERMAN JOSEPH SUYONO HARJO KUSUMO - ANASTASIA RENASARI PUTRI 8/9/2008
St. Aloysius Pandean ALBERTA MARIANI 8/9/1996
St. Johanes Nambangan Kidul ALBERTUS YOYOK MARTTANTYO - VERONIKA MEI KUSRINI 3/9/2006
St. Maria, Kejuron PAULUS NIKODEMUS ANG THIANG LING - BERNADET C. TAN MIE CEN / MEGAWATI 7/9/1997
St. Maria, Kejuron HERIBERTUS SOEMIRAN - CHRISTINA YULI ASRINI 2/9/1963
St. Maria, Kejuron GORDIANUS LASMON - YUSTINA YAYUK FITRI ARIANI 10/9/2011
St. Maria, Kejuron FRANSISCUS XAVERIUS MARTADI SUTIKNO - FRANSISKA LANNI WIJAYA 9/9/2000
St. Fransiskus Asisi Winongo FRANSISCUS XAVERIUS HARTONO - MARIA CRISENTIANA SULASTRI 2/9/1968
St. Fransiskus Asisi Winongo PETRUS KUWANTONO - THERESIA TRI HARTINI 04/09/1991
St. Lukas - Jiwan DIONISIUS DEVRI OKTAFIYANTO - MARGARETHA ENDAH TYASTUTI MUSTIKANINGRUM 9/9/2012
St. Lukas - Jiwan STEFANUS SARDJONO - SULISTYORINI 13/09/1989
St. Margaretha, Winongo FERDINANDUS HARIYO SISWOKO - FRANSISKA ETIK ENDARWATI 9/9/2002
St. Vinsentius , Pangongangan Yulius Guntur Suseno - Patricia Monica Nanik Suryani 15/09/1978
St. Petrus, Jenangan FRANSISKUS XAVERIUS SUPRIANTO - SRI WAHYU ANITA 3/9/2005
St. Petrus, Jenangan AVELLINO ANTOK HARIYANTO - ERNAWATI 11/9/2005
St. Yohanes, Jenangan FRANSISKUS XAVERIUS AGUS DAMIYANTO - BRIGITTA YATINI EKA PRAMESTI 14/09/1997
St. Anna, Caruban ROBERTUS DODY SETIAWAN - YOHANA EKA ELSYANI 11/9/2011
St. Anna, Caruban YUSTINUS YUDI UTOMO - YUSTINA ERTIN WIDYASTUTI 12/9/1999
St. Petrus, Caruban JOSEPH ANDREAS SUTOWO - FRANSISCA SRI MIARSIAH 1/9/1969

. PENGUMUMAN .


Click to View FlipBook Version