MAKALAH
PENJELASAN KEMBALI DUA STUDI KASUS MENGENAI
SISTEMATIKA DAN TAKSONOMI IKAN
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Ikhtiologi
Dosen Pengampu: Desy Aryani, S.Si, M.Si
Disusun oleh:
Tri Ayu Lestari 4443210039
Naufal Farras Haryalwan 4443210053
Lidya Sephiana 4443210083
M. Hammam Antar Yuriyan 4443210086
Zoraya Labitta Pratiwi 4443210099
Try Aria Pandawa 4443210113
Dwi Agustian Majid 4443210114
Kelas 2 B
Kelompok 2
PROGRAM STUDI PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2022
KATA PENGANTAR
Pertama tama Puja & Puji Syukur kita panjatkan atas Rahmat & Ridho Allah
Swt. Karena tanpa Rahmat & Ridho-Nya, kami tidak dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik dan selesai tepat waktu. Terimakasih kepada Ibu Desy Aryani, S.Si,
M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Ikhtiologi. Kami berharap makalah ini
dapat menjadi acuan belajar serta wawasan ilmu pengetahuan tentang sistematika
taksonomi ikan.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkwan
kritikan yang membangun. Demi tercapainya makalah yang sempurna.
Serang, 23 Mei 2022
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Studi Kasus Pertama................................................................................. 4
2.2 Studi Kasus Kedua ................................................................................... 6
BAB V PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 9
3.2 Saran ......................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistematika adalah ilmu yang mempelajari tentang jenis dan keanekaragaman
organisme dan berbagai hubungan kekerabatan secara biologi diantara makhluk
hidup. Sistematika merupakan salah satu ilmu biologi yang memiliki tujuan untuk
mendapatkan sejarah evolusi dan hubungan antar organisme (filogeni), dan
menggunakan filogeni dalam mengklasifikasikan organisme (Yudah, 2021). Selain
daripada itu, sistematika hewan memiliki tujuan untuk mengevaluasi hubungan
evolusi diantara semua spesies hewan dan mengelompokan setiap spesies ke dalam
tingkatan taksonomi yang menjelaskan hubungan evolusi. Baik sistematika dan
taksonomi menggunakan pengamatan berdasarkan ciri morfologi, perilaku,
genetika, dan biokimia.
Dalam pengertiannya taksonomi merupakan sebuah pengklasifikasian
berdasarkan tingkatan tertentu (hierarki) seperti kerajaan (kingdom), bangsa (ordo),
suku (famili), marga (genus), dan jenis (spesies). Taksonomi dalam bahasa Yunani
bermula dari kata Tassien yang bermakna pengelompokan dan Namon aturan.
Mulanya taksonomi digunakan dalam ilmu biologi untuk mengklasifikasikan suatu
spesies ke dalam kelompok tertentu. Namun, saat zaman semakin berkembang ini
para ahli taksonomi mulai memakai pendekatan secara molekular, yaitu sistem
filogeni untuk melihat ke family-an suatu makhluk hidup tertentu dan pada akhirnya
dipakai untuk menentukan tingkatan taksa suatu makhluk hidup tertentu secara
lebih spesifik. Taksonomi disusun dengan memakai landasan berbagai cabang ilmu
pengetahuan dan terlibat dalam klasifikasi dan penamaan organisme. Terdapat
sistem taksonomi ikan berjumlah 6 kelas yaitu Myxini, Cephalaspidomorphi,
Elasmobranchii, Holocephali, Sarcopterygii, dan Actinopterygii.
Dalam bahasa Latin atau Yunani istilah ikhtiologi berasal dari Ichthyologia.
Kata Ichthys artinya ikan dan logos berarti ajaran. Dengan demikian Ikhtiologi
bermakna sebagai salah satu cabang ilmu biologi (zoologi) yang mengidentifikasi
khusus tentang ikan beserta segala aspek kehidupan yang dimilikinya.
1
Sering kali mendengar kata ikan pasti berhubungan dengan hewan berdarah
dingin, mempunyai tulang belakang, insang dan sirip. Ikan sangat bergantung
dengan air karena pernafasanya menggunakan insang. Kemampuannya
menggunakan sirip yakni untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak
tergantung pada arus atau gerakan air yang disebabkan oleh arah angin.
Secara umum para Ikhtiologis mendefinisikan ikan sebagai hewan vertebrata
atau berdarah dingin (poikilotherm). Hewan ini hanya dapat bertahan hiudp dalam
lingkungan air, bernapas dengan insang, serta pergerakan dan keseimbangannya
menggunakan sirip.
Ikan menempati jumlah paling besar, hingga sekarang, pada family hewan
bertulang belakang/ vertebrata. Dalam datanya terdapat sekitar 25.000 species yang
tercatat, walaupun perkiraannya ada pada perkiraanya 40.000 spesies, yang terdiri
dari 483 family dan 57 ordo. Sebagian besar tersebar di perairan laut yaitu sekitar
58% (13,630 jenis) dan 42% (9870 jenis) dari keseluruhan jenis ikan. Jumlah jenis
ikan yang lebih besar di perairan laut, dapat dimengerti karena hampir 70%
permukaan bumi ini terdiri dari air laut dan hanya sekitar 1% merupakan perairan
lawar.
Hal ini sangat bertolak belakang dengan perkiraan jumlah spesies burung yakni
9000 spesies, mamalia 4000 (manusia termasuk di dalamnya), reptile 5800, dan
amphibi 3500 spesics. Mereka bukan hanya dibedakan olch jumlah spesies yang
beragam, tetapi juga berbeda dalam berbagai ukuran dan bentuk. Berawal dari ikan
yang berukuran kecil yang discbut Percid dari Amerika (Ifheostoma microperca)
yang dewasa secara seksual pada ukuran 27 mm. Di sisi lain ada juga jenis goby
dari Pasifik (Eviola) vang bertelur pada ukuran kurang dari 15 mm. Ada pula yang
berukuran raksasa seperti Hiu (Rhincodon) yang dapat mencapai panjang 21 meter
dengan berat 25 ton atau lebih.
Walaupun beberapa diantaranya berbentuk flat, mayoritas ikan berbentuk
terpedo, Terdapat 113.000 km3 per spesies ikan laut, dan hanya 15 km3 bagi setiap
spesies ikan air tawar, atau ruang yang Lersedia bagi spesies ikan laut 7.500 kali
lipat dibandingkan ikan air tawar. Bila yang diperhitungkanhanya ikan yang tinggal
di perairan pantai sampai batas paparan benua (sampaikedalaman 200 meter), maka
spesies ikan ini lebih tinggi 20 kali lipat (290 km berbanding 15 km).
2
Fakta ini menunjukkan jika dibandingkan dengan ikan laut kehidupan ikan di
perairan tawar jauh lebih berat. Apalagi ditambah dengan kondisi perairan lawar
yang rawan terhadap penurunan kualitas habitat, pencemaran dan lain-lain;
semuanya itu memberi tekanan pada keberlangsungan spesies ikan yang pada
gilirannya akan memengaruhi biodivertasikan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan studi kasus keanekaragaman jenis ikan di Danau
Arang – Arang Kabupaten Muaro Jambi sebagai media booklet untuk
pengayaan materi taksonomi hewan?
2. Bagaimana penjelasan studi kasus jenis-jenis ikan hasil tangkapan dengan
menggunakan pukat langga di tempat pelelangan ikan Pusong Baru
Kecamatan Banda Sakti Pemerintahan Kota Lhokseumawe?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mempelajari studi kasus dalam jurnal nasional tentang sistematika
dan taksonomi ikan.
2. Menguraikan kembali apa yang telah dipelajari dalam studikasus tersebut.
1.4 Manfaat penulisan
1. Untuk menambah wawasan pengetahuan mengenai studikasus sistematika
taksonomi ikan
2. Sebagai acuan belajar mata kuliah ikhtiologi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Studi Kasus Pertama
Studikasus mengenai sistem taksonomi ikan memang sudah banyak diteliti dan
dijadikan artikel ilmiah. Lingkup taksonomi dalam pengklasifikasian makhluk
hidup sangat banyak jenis dan tingkatannya. Berikut merupakan uraian hasil
referensi jurnal nasional tentang sistem taksonomi ikan.
Ikan merupakan kelompok terbanyak diantara vertebrata, diperkirakan 20.000
spesies yang sudah dikenal dan ada pula yang memperkirakan 40.000 spesies. Baik
di daerah antartika yang dingin maupun khatulistiwa yang panas, ikan dapat hidup
yang terpenting ada air dalam daerah tersebut. Bahkan dalam air tawar maupun air
asin.
Kecamatan Banda Sakti Pemerintah Kota Lhokseumawe terdapat Tempat
Penjualan Ikan yakni (TPI) Pusong Baru. Mayoritas nelayan yang menangkap ikan
di TPI merupakan penduduk pribumi dari desa dan sekitarnya di kecamatan Banda
Sakti. Dari 3.746 penduduk dari 956 KK, 75% dari 4.444 penduduk merupakan
nelayan dan 25% merupakan pedagang dan pegawai negeri sipil, 50% dari seluruh
nelayan merupakan penduduk lokal, sedangkan 25% merupakan pendatang dari
luar kabupaten Banda Sakti.
Penggunaan pukat, jaring, dan pancing dilakukan untuk penangkapan ikan oleh
para nelayan di Desa Pusong Baru. Salah satu pukat yang banyak digunakan oleh
nelayan setempat merupakan pukat langga. Pukat Langga merupakan pukat
harimau dengan panjang rata-rata 130150m dan lebar 4050m, dan dengan lubang
pukat yang rapat hampir mirip dengan pukat harimau, dimana penggunaan pukat
harimau telah dilarang oleh otoritas setempat untuk penggunaannya. Pukat harimau
dapat merusak habitat dan mengancam populasi ikan. Pembedaan dengan pukat
langga, pukat langga tidak dapat menggapai kedasar laut, kemudian pukat harimau
dapat mencapai dasar laut. Hal ini akan terancam populasinya dan bahayanya
hilangnya jenis-jenis ikan tertentu yang dapat tertangkap dengan pukat langga ini.
Penulis memilih melakukan penguraian kembali artikel tentang Jenis-jenis
Ikan Hasil Tangkapan dengan Menggunakan Pukat Langga di Tempat Pelelangan
4
Ikan (TPI) Pusong Baru Kecamatan Banda Sakti Pemerintah Kota Lhokseumawe.
Agar mengetahui jenis-jenis ikan perlu dilakukan penelitian karena data dan
informasi yang diperoleh dari masyarakat tentang ikan di desa Pusong Baru masih
kurang dan belum terungkap dengan detail.
Jenis-jenis ikan yang ditemukan selama penelitian diperoleh 73 jenis ikan air
asin hasil tangkapan nelayan dengan menggunakan pukat langga yang
dikelompokkan ke dalam 11 ordo dan 31 famili. Seperti ordo Perciformes dengan
famili Carangidae dan nama spesies Carangoides caeruleopinnatus atau dengan
nama daerahnya Kuwe macan atau Rambeu dan Selaroides leptolepis dengan nama
daerahnya ikan Selar kuning. Spesies yang paling banyak ditemukan dalam
penelitian ini yakni jenis ordo Perciformes. Hal ini disebabkan ikan-ikan tersebut
termasuk jenis-jenis ikan pelagis yang umumnya terdapat di perairan permukaan
hingga kedalaman 200 meter yang merupakan daerah dominan operasi dari pukat
langga.
Klasifikasi dan tingkatan taksonomi Ikan Kuwe Macan:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Carangidae
Genus : Gnathanodon
Spesies : Gnathonodon
speciosus
5
Klasifikasi dan tingkatan taksonomi Ikan Selar Kuning:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Carangidae
Genus : Selaroides
Spesies : Selaroides
leptolepis
Penelitian terdahulu Genisa membuahkan hasil di Selat Sunda Jawa Barat
dengan 49 jenis ikan yang dikelompokkan dalam 27 ordo. Hasil penelitian (jumlah
jenis ikan yang dihasilkan) pada umumnya disebabkan oleh faktor-faktor seperti
cuaca, waktu penelitian, penggunaan metode penelitian, dan faktor alam lainnya
dapat mempengaruhi hasil tangkapan nelayan pada saat penelitian dilakukan,
sehingga mempengaruhi banyak sedikitnya jumlah spesies ikan yang ditemukan.
Tangkapan ikan yang ditemui di TPI Pusong baru berasal dari hasil tangkapan
pukat langga. Kapal-kapal yang beroperasi dalam penangkapan tersebut dapat
ditemukan di perairan Aceh Timur dan sekitar Aceh Utara.
Penggunaan pukat harimau dan pukat langga sama-sama berbahaya bagi
habitat air, karena tidak ramah lingkungan. Penggunaan trawl memang jelas
dilarang oleh Kepres Nomor 39 tahun. Dalam UU Perikanan Nomor 31 Tahun
2004, diatur tentang larangan penggunaan alat penangkapan ikan yang tidak ramah
lingkungan dan merusak, ancamannya mencapai Rp 2 miliar. Selain itu dalam
konteks Aceh, pengelolaan perikanan dengan prinsip berkelanjutan juga diatur
dalam UU Pemerintah Aceh Nomor 11 Tahun 2006 (Anonymous, 2009).
2.2 Studi Kasus Kedua
Kemudian artikel dengan judul Kasus Keanekaragaman Jenis Ikan di Danau
Arang-Arang Kabupaten Muaro Jambi sebagai media booklet untuk memperkaya
literatur taksonomi, data dari penelitian ini beberapa nelayan lokal yang rakus
menangkap ikan dengan alat berbahaya dan kawasan Danau Arang-arang
6
Kabupaten Muaro Jambi Berkurang Akibat Adanya Perkebunan Kelapa Sawit
Penyebab Menurunnya Populasi dan Jenis Ikan di Danau Arang Arang Kabupaten
Muaro Jambi. Jenis ikan yang berhasil ditangkap didominasi oleh famili
Cyprinidae, Osphronemidae, Channidae, dan Pristolepididae.
Di Danau Arang-Arang terdapat kurang lebih 30 spesies ikan diantaranya ialah ikan
gabus (Channa striata) dan ikan toman (Channa micropeltes). Kedua ikan tersebut
memiliki kesamaan dan perbedaan dalam klasifikasi dan tingkat taksonominya.
Klasifikasi dan tingkat taksonomi Ikan Gabus:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actynopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Channidae
Genus : Channa
Spesies : Channa striata
Klasifikasi dan tingkat taksonomi Ikan Toman:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Channidae
Genus : Channa
Spesies : Channa micropeltes
Hamidah menjelaskan turunnya hasil tangkapan ikan diakibatkan oleh
beberapa faktor yaitu terjadinya pencemaran air, ad anya sikap berlebihan dalam
proses penangkapan ikan (over fishing), menjadikan kerusakan habitat. Belum
adanya upaya pengelolaan dan konservasi sumberdaya perikanan secara terpadu
membuat masalah ini belum tertanggulangi (2004 : 51).
Kemudian Saputra (2012 : 45) menjelaskan sebelum tahun 2000 di Danau
Arang-Arang tidak terdapat rumput-rumput yang telah mati.. Saat ini pada setiap
7
sisi Danau Arang-Arang ada perusahaaan-perusahaan perkebunan. Dari data hasil
wawancara masyarakat adanya perusahaan perkebunan sawit cenderung
mencemarkan air danau. Limbah hasil pembuangan sawit mengalir ke danau lalu
membuat ikan-ikan dan tumbuhan danau mati
Dari penjelasan dalam artikel dapat yang telah dilakukan mengenai
Keanekaragaman Jenis Ikan di Danau Arang-Arang Kabupaten Muaro Jambi
didapat kesimpulan sebagai berikut :
• Keanekaragaman ikan di Danau Arang Arang tergolong sedang dengan
(H` = 2.0023.0197). Kelimpahan relatif tertinggi adalah Helostoma
temminkii (17%), Trichopodus leerii (14%) dan Betta carveda (8%).
Keseragaman ikan termasuk dalam kriteria keseragaman sedang atau
sedang (E` = 0,399) dan dominansi rendah (D = 0,074) atau tidak ada
spesies yang dominan.
• Distribusi spasial atau keberadaan ikan di setiap stasiun berbeda, ikan
yang ditangkap terutama dari famili Cyprinidae, Osphronemidae,
Channidae dan Pristolepididae.
• Status konservasi ikan dalam IUCN Red List Danau ArangArang terbagi
menjadi 4 kategori yaitu 14 spesies tidak dinilai (NE), 18 spesies
berisiko rendah (LC), 2 spesies kurang informasi (DD) dan 1 spesies
terancam punah. (NT) spesies. Potensi pangan 20 jenis (57%), ikan hias
5 jenis (14%) dan potensi ganda 10 jenis (29%).
• Data parameter lingkungan dari empat stasiun Danau Arang dengan
suhu rata-rata antara 28°C hingga 29°C, luminositas antara 0,651,04 m,
kecepatan arus 0,120,22 m/s, kedalaman air 0,981,14 m, oksigen terlarut
2,675,87 mg/L dan pH 4. Selain itu, warna air danau ini berwarna
kuning kecokelatan (ciri khas gambut).
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistematika dan taksonomi memiliki perbedaan dan kesamaan sekaligus.
Sistematika memiliki kajian yang lebih luas dengan aspek mengenai evolusi dan
kekerabatannya. Taksonomi digunakan dalam ilmu biologi untuk
mengklasifikasikan suatu spesies ke dalam kelompok tertentu dengan memakai
berbagai cabang ilmu pengetahuan dan menggunakan hierarki atau tingkatan
taksonomi. Menelaah keanekaragaman ikan di daerah tertentu dapat membantu kita
meninjau masalah ekosistem air di suatu tempat. Kedua studi kasus mengenai
sistematika taksonomi ikan memang berlatar belakang penelitian yang berbeda.
Namun, keduanya saling berkaitan dengan sistematika taksonomi ikan.
3.2 Saran
Mempelajari studi kasus tentang sistem taksonomi ikan memang menarik
untuk dibahas kembali. Beragam kasus perikanan menjadi problema yang belum
tertanggulangi. Besar harapan penulis agar uraian dari kedua studi kasus tesebut
dapat menambah wawasan dan acuan pembelajaran.
9
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Dahlian Oesman, & Khairiani. (n.d.). JENIS-JENIS IKAN HASIL
TANGKAPAN DENGAN MENGGUNAKAN PUKAT LANGGA DI
TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) PUSONG BARU KECAMATAN
BANDA SAKTI PEMERINTAHAN KOTA LHOKSEUMAWE. Jurnal
Ilmiah Pendidikan Biologi.
Adila Rahayu. (2018). KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN DI DANAU
ARANG – ARANG KABUPATEN MUARO JAMBI SEBAGAI MEDIA
BOOKLET UNTUK PENGAYAAN MATERI TAKSONOMI HEWAN.
Aprilia, M. (2021). MODUL TAKSONOMI VERTEBRATA (KELAS REPTIL).
Burhanuddin, A. I. (2014). Ikhtiologi, Ikan dan Segala Aspek Kehidupannya.
Yudha, D.S. 2021. Taksonomi dan Sistematika Untuk Studi Arkeozoologi. Kepala
Museum Biologi UGM Dosen Laboratorium Sistematika Hewan Fakultas
Biologi UGM
10