The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

6Buku Siswa - Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Siswa SD Kelas VI

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by dio.lingga, 2022-09-08 22:44:15

6Buku Siswa - Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Siswa SD Kelas VI

6Buku Siswa - Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Siswa SD Kelas VI

Pendapatmu

Menurut pendapatmu, dampak apakah yang ditimbulkan oleh perilaku
seperti pada gambar 3.5, 3.6 dan 3.7? Tulis pendapatmu dikertas kerja,
bacakan di depan kelas!

Membaca

D. Akibat Perilaku yang dipengaruhi Sad Ripu

1. Akibat Perilaku yang dipengaruhi Kama

Kama artinya keinginan, nafsu, hasrat, kepuasan dan kesenangan.
Setiap orang memiliki keinginan (kama) dalam dirinya. Keinginan atau kama
itu hendaknya dipergunakan sebaik-baiknya. Jika keinginan itu terus dituruti
sampai melampau batas, menyebabkan seseorang lupa akan dirinya. Maka
akibatnya ia akan menjadi orang yang sombong, congkak, angkuh, egois dan
tidak ingat lagi kepada Tuhan. Dia merasa bahwa hidup ini untuk mengejar
kesenangan. Ia menghalalkan segala cara untuk memenuhi kesenangannya itu,
tanpa memperhatikan ajaran kebenaran. Seseorang yang berperilaku demikian
sengsara hidupnya. Dalam kitab Slokantara disebutkan sebagai berikut : “Tidak
menyakiti, menguasai hawa nafsu, tidak mencuri, lima macam keharusan ini
diajukan oleh Bhatara Rudra”

(Slokantara,59:hal.15 )

2. Akibat Perilaku yang dipengaruhi Lobha

Lobha artinya tamak. Sesungguhnya setiap orang memiliki sifat tamak. Sifat
tamak perlu dikendalikan agar tidak menimbulkan penderitaan bagi dirinya.
Dalam kitab Sarasamuscaya disebutkan sebagai berikut :

Buku Siswa Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 45

“Yawat metung kalobhan, niyata tan santosanikang wwang, tan santosa
owa ya ta, niyata ta ya amngguh lara prihati, lawan mangkin wrddhi
pangawecanikang indriya dening kalobhan, mangaweca pwang indriya,
hilang tang kaprajnan, mwang salwirning aji pangangawruh nikang wwang,
kadi kramaning aji tan sinwadhyaya”

(Sarasamuscaya, 461)

Terjemahan:
“Semakin besar keluarnya kelobaan itu, pasti semakin besar ketidak puasan
orang itu, jika orang tidak puas, tak dapat tiada ia mengalami kesedihan
dan kedukaan yang semakin hebat pengaruh indria itu oleh kelobaan, jika
indria itu mengacaukan pikiran, maka lenyaplah kebjaksanaan dan segala
ilmu pengetahuan orang itu, sebagai halnya ilmu pengetahuan yang tidak
diamalkan.”

(Kajeng 1997:360)

Sifat tamak atau lobha itu membuat orang benci kepada kita, maka itu
hindarilah ia, dan menjadilah orang darmawan, pengasih dan penyayang.

3. Akibat Perilaku yang dipengaruhi Krodha

Krodha artinya kemarahan. Sifat marah dimiliki oleh semua orang, oleh
karena itu perlu dikendalikan. Kemarahan menyebabkan kita berkelahi,
bertengkar, meyebabkan kita membunuh dan berbuat kejam kepada orang
lain dan makhluk lainnya. Kemarahan juga menyebabkan pikiran kita bingung,
sehingga sulit membedakan mana yang baik, mana yang buruk, dan akhirnya
mengakibatkan penderitaan. Dalam kitab suci Sarasamuscaya disebutkan :

“Lawan lwierning kakawaca dening krodha, tan wruh juga ya ri salah
kenaning ujar, tatan wruh ya ring ulah larangan, lawan adharma, wenang
uumajaraken ikang tan yukti wuwusakena”

(Sarasamuscaya ,106)

46 Kelas VI SD

Terjemahan
“Selain dari pada itu, orang yang dikuasai oleh nafsu amarah, tidaklah dia
mengetahui salah benarnya perkataan, tidak mengetahui tentang perbuatan
terlarang dan yang bertentangan dengan dharma, sanggup mengatakan
kata-kata yang tidak benar untuk dikatakan.”

(Kajeng, 1997:92)

Dalam Kitab Slokantara juga disebutkan sebagai berikut :
Diantara burung-burung yang candala, tidak ada melebihi burung gagak,

diantara binatang berkaki empat, tidak ada yang melebihi candalanya dari
keledai liar. Diantara manusia yang candala tidak ada yang menandingi
orang pemarah. Tetapi semua candala-candala ini dikalahkan oleh orang
jahat. Ia adalah candala yang paling rendah, karena keinginannya hanya
ingin menghancurkan sesama manusia dan perikemanusiaan.”

(Slokantara 66;hal. 44).

4. Akibat Perilaku yang dipengaruhi Moha

Moha artinya kebingungan. Kebingungan menyebabkan pikiran seseorang
menjadi kacau dan gelap, sehingga seseorang tidak dapat membedakan mana
yang baik dan mana yang buruk. Sesorang yang pikirannya kebingungan, maka
dia akan cenderung berbuat negatif, dia tidak akan segan membunuh orang lain
bahkan membunuh dirinya sendiri. Penyebab kebingungan itu banyak ditimpa
kesusahan yang berat, kehilangan sesuatu yang dicintai, ada sesuatu yang
menekan perasan, atau karena tidak dapat memecahkan masalah yang sedang
dihadapinya. Kebingungan juga disebabkan oleh kemarahan. Maka hindarilah
diri dari kebingungan, hendaknya seseorang mengendalikan pikirannya kearah
yang positif. Dalam kitab Bhagawadgita menyebutkan:

“krodhād bhavati saṁmohah,
saṁmohat smrtivibhramah,
smṛtibharaṁśad buddhināso,
buddhināśāt pranaśyati”

(Bhagawadgita, II, 63)

Buku Siswa Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 47

Terjemahan:
” Dari kemarahan muncullah di dalam diri sendiri, dari kebingungan lalu
kehilangan ingatan, dari kehilangan ingatan muncul kehancuran dari
kebijaksanaan, dan dari kehancuran kebijaksanaan, ia akan hancur sendiri,”

(I.B Mantra 1992; 36).

5. Akibat Perilaku yang dipengaruhi Mada

Mada artinya mabuk. Penyebab mabuk itu banyak. Mabuk bisa
disebabkan oleh minuman keras, oleh kepandaian, oleh kekayaan, kecantikan,
semua itu menyebabkan orang menjadi lupa diri. Seseorang yang mabuk
pikirannya menjadi gelap, dan cenderung berbuat yang bersifat negatif, yang
mengakibatkan penderitaan bagi dirinya secara lahir dan batin. Oleh karena itu
patut dihindari dengan cara selalu mengikuti petunjuk-petunjuk agama. Dalam
kitab Sarasamuscaya disebutkan :

“Tuwi pwa yan pamangun mada, apan tiga prasiddhaning amangun mada,
ikang amuhara wulangun ring apunggung, pratyekanya, stri, annapanadi
bhoga, aicwarya, nahan tang amangun, hana pwa jenek irika, ya tika aturu
tan wring rat ngaranya”

(Sarasamuscaya, 468)

Terjemahan:
“Sesungguhnya itu membuat kebingungan, sebab ketiga itu yang
sesungguhnya membuat pikiran bingung, yang mengakibatkan kebingungan
meskipun kepada orang yang bodoh, masing-masingnya yaitu, makanan,
dan minuman yang lezat, kekuasaan, itulah yang menimbulkan mabuknya
pikiran, jika ada orang yang suka dan terikat hatinya pada ke tiga itu, orang
yang demikian disebut tidur nyenyak, tak sadar akan diri,”

(Kajeng, 1997:366)

6. Akibat Perilaku yang dipengaruhi Matsarya

Matsarya, artinya suka membenci, iri hati. Sikap iri hati dan membenci pada
diri seseorang disebabkan oleh pandangan yang dangkal dan sempit. Sifat iri
hati dan membenci mengakibatkan diri sengsara dan menderita dalam hidup ini.

48 Kelas VI SD

Kelebihan yang ada pada yang lain, janganlah dipandang sebagai sesuatu yang

negatif bagi diri kita, tetapi pandanglah sebagai sesuatu yang membahagiakan
semua orang. Dalam kitab Sarasamuscaya disebutkan :

“Ikang wwwang irsya ri padanya janma tumon masnya, rupanya,
wiryanya, kasujanmanya,, sukhanya, kasubhaganya, kalemanya,
ya ta amuhara irsya iriya, ikang wwang mangkana kramanya, yatika
prasiddhaning sangsara ngaranya, karaket laranya tan patamban”

(Sarasamuscaya, 91)

Terjemahan:
”Orang yang iri hati kepada sesama manusia, melihat emasnya,
melihat wajahnya, melihat kelahiran yang utama, kesenangannya,
keberuntungannya, dan keadaan yang terpuji, bila itu yang menyebabkan
timbulnya iri hati, orang yang demikian itu sifatnya, sesungguhnya orang itu
menderita namanya, terikat oleh derita yang tidak terobati,”

(Kajeng, 1997:79)

Simpulan

Setelah membaca materi akibat perilaku yang dipengaruhi oleh Sad Ripu,
buatlah kesimpulan ringkas dibuku kerjamu, bacakan di depan kelas!

a. Akibat perlaku yang dipenaruli oleh Kama

b. Akibat perilaku yang dipengaruhi oleh Lobha

Buku Siswa Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 49

c. Akibat perilaku yang dipengauhi oleh Krodha
d. Akbat perilaku yang dipengaruhi Moha
e. Akibat perilaku yang dipengaruhi oleh Mada
f. Akibat perilaku yang dipengaruhi oleh Matsarya

Mengamati

Amatilah gambar-gambar di bawah ini

Sumber: Dokumen Kemdikbud Sumber: Dokumen Kemdikbud

Gambar 3.8 Suasana makan bersama keluarga Gambar 3.9 Anak-anak berlatih menari

50 Kelas VI SD

Sumber: Dokumen Kemdikbud Sumber: Dokumen Kemdikbud

Gambar 3.10 Seorang anak bermain Gambar 3.11 Seorang anak sembahyang di
bersama adiknya Pura

Sumber: Dokumen Kemdikbud Sumber: Dokumen Kemdikbud

Gambar 3.12 Anak sedang minum susu Gambar 3.13 Suasana berdiskusi

Mari Berdiskusi

Diskusikan dengan teman kelompokmu tentang gambar 3.8, 3.9,
3.10, 3.11, 3.12, dan 3.13. Tulislah deskripsi masing-masing
gambar berkaitan dengan upaya mengendalikan Sad Ripu! Tulis di
buku kerjamu, bacakan di depan kelas!

Buat seperti contoh di bawah ini.
Gambar 3.8 :

Buku Siswa Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 51

Gambar 3.9 :
Gambar 3.10 :
Gambar 3.11 :
Gambar 3.12 :
Gambar 3.13 :

52 Kelas VI SD

Membaca

E. Upaya Mengendalikan Diri dari Perilaku Sad Ripu

Sebagaimana kita ketahui Sad Ripu adalah musuh-musuh yang ada dalam hati
kita yang jauh lebih berbahaya dan sangat sulit untuk dikendalikan, dari pada musuh-
musuh dari luar. Musuh-musuh itu harus dikendalikan, agar tidak mengakibatkan
kesengsaraan dalam hidup kita. Adapun cara mengendalikan musuh-musuh itu
adalah: pikiran dikendalikan kearah yang positif, laksanakan ajaran agama dengan
baik dalam kehidupan kita, gunakanlah petunjuk kitab sastra sebagai pedoman
dalam berbuat. Dengan pikiran yang baik dan positif, akan menimbulkan perkataan
yang baik dan perbuatan yang baik. Satunya pikiran, perkataan dan perbuatan yang
baik dan suci ini dijadikan sebagai dasar dari perilaku kita, maka musuh-musuh
tersebut akan dapat kita kendalikan. Renungkanlah terjemahan seloka-seloka di
bawah ini :

yah śāstravidhim utsṛjya,
vartate kāmakāratah,
na sa siddhim avāpnoti,
na sukham na parāṁ gatim”

(Bhagawadgita XVI, 23)

Terjemahan:
“Akan tetapi ia yang menyampingkan hukum-hukum sastra dan
berbuat seolah-olah didorong oleh keiginannya, ia tidak mendapatkan
kesempurnaan maupun kebahagiaan atau tujuan yang tertinggi.”

(I.B Mantra, 1992:225)

“Tasmāc chastram pramānaṁ te,
kāryākāryavyavasthintau,
jῆātvā śāstravidhānoktaṁ,
karma katum ihā ‘rhasi”

(Bhagawadgita XVI, 24)

Buku Siswa Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 53

Terjemahan:
“Oleh karena itu pakailah sastra ini, sebagai pegangan hidup untuk
menentukan apa yag harus diperbuat dan apa yang harus tidak diperbuat.
Dengan mengetahui apa yang dikatakan oleh petunjuk-petunjuk sastra,
engkau harus melakukan pekerjaan di dunia ini.”
(I.B Mantra, 1992:225)

Menulis Rangkuman

Setelah mempelajari materi tentang Sad Ripu, buatlah rangkuman secara
singkat tentang ajaran Sad Ripu dalam agama Hindu. Buatlah dibuku
kerjamu, dengan panduan sebagai berikut
a. Pendahuluan

b. Mengenal Musuh-musuh dalam Diri

54 Kelas VI SD

c. Contoh Perilaku Sad Ripu
d. Akibat Perilaku yang Dipengaruhi Sad Ripu
e. Upaya Mengendalikan Diri dari Perilaku Sad Ripu

Buku Siswa Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 55

Uji Kompetensi

I. Silanglah huruf a, b, c, atau d di depan jawaban yang benar!

1. Enam musuh yang ada dalam hati kita dalam agama Hindu disebut ....

a. Sad Atatayi b. Sad Ripu c. Sad Wara d. Satwika

2. Kata Sad dalam Sad Ripu artinya ....

a. enam b. lima c. empat d. tiga

3. Seseorang yang mengumbar nafsu dan keinginanya untuk mendapatkan

sesuatu adalah contoh perilaku yang dipengaruhi oleh ....
a. Kama b. Lobha c. Moha d. Mada

4. Bila keinginan terus dituruti menyebabkan seseorang menjadi ....

a. bahagia b. senang c. lupa diri d. malu

5. Sifat tamak akan menyengsarakan diri sendiri, dalam Sad Ripu disebut ....

a. Kama b. lobha c. Krodha d. Moha

6. Salah satu cara untuk dapat mengendalikan Sad Ripu adalah ....

a. berbakti kepada Tuhan c. suka bermain

b. malas belajar d. suka bertengkar

7. Kehendak Rahwana ingin menculik Sita, didorong oleh keinginan inderanya

untuk memiliki Sita, walaupun dia tahu Sita sudah bersuami. Sifat jenis ini

digolongkan sifat ....
a. Matsarya b. Mada c. Lobha d. Krodha

8. Saran Dewi Drupadi yang menyarankan Yudistira membunuh Korawa, karena

Dewi Drupadi dikuasai oleh sikap....
a. Matsarya b. Mada c. Krodha d. Kama

9. Sikap kera yang menghabiskan pisang yang dipetiknya tanpa berbagi dengan

Kancil, sikap ini menunjukkan sikap ..... c. Moha d. Mada
a. Lobha b. Krodha

10.Nasehat Yudistira kepada Bima yang menyarankan Bima, “nantikan lah

hai Bima, seperti petani menantikan benih tumbuh menjadi padi.” Hal ini

menunjukkan Yudistira dapat mengendalikan sikap .....
a. Lobha b. Moha c. Kama d. Krodha

56 Kelas VI SD

II. Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar!
1. Perkataan kasar yang ditujukan kepada Laksamana karena tidak mau pergi
menolong Rama, menunjukkan Dewi Sita dipengaruhi oleh sikap ....................
.......................... dalam Sad Ripu.
2. Sikap ingin memenuhi keinginan terus menerus menyebabkan seseorang ......
............................................................................................................................
3. Seseorang yang memandang kelebihan yang dimiliki oleh yang lain sebagai
hal yang negatif, menunjukkan seseorang dipengaruhi oleh sifat .....................
............................................................................................................................
4. Kemarahan yang tidak terkendalikan dapat menimbulkan pikiran kita menjadi
............................................................................................................................
5. Hal-hal yang menyebabkan mabuk adalah, kepandaian, kekayaan, kecantikan
atau ketampanan dan ........................................................................................

III. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat!
1. Jelaskan pengertian dari Sad Ripu!
...........................................................................................................................
2. Sebutkan contoh-contoh masing-masing bagian Sad Ripu dalam kehidupan!
...........................................................................................................................
3. Tulislah pernyataan dalam cerita, pada materi di atas yang menunjukkan
Bima dipengaruhi oleh sikap Krodha!
...........................................................................................................................
4. Sebutkanlah cara mengendalikan diri dari Sad Ripu menurut ajaran Agama
Hindu!
...........................................................................................................................
5. Apa hubungan upaya pengendalian Sad Ripu dengan Tri Kaya Parisudha?
...........................................................................................................................

Buku Siswa Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 57

IV.Tulislah pengalamanmu dalam upaya mengendalikan Sad Ripu dalam
kehidupanmu sehari-hari!

Membuat Laporan

Nama : ...................................................................

Kelas : ...................................................................

Nara Sumber : ...................................................................

Petunjuk

Buatlah laporan singkat hasil pengamatanmu di masyarakat, tentang
pengaruh buruk Sad Ripu dalam diri seseorang dan masyarakat! Bacakan

di depan kelas!

Jawab :

Nilai Hari/Tanggal Paraf/Tanda tangan

Orang Guru

58 Kelas VI SD

Membaca

Ketum krnvan aketave,
peso marya apesase,
sam usadbhir ajayathah

Terjemahan :
Wahai umat manusia, engkau dilahirkan bersama fajar. Berilah pengetahuan
kepada orang-orang yang bodoh dan berilah kecantikan kepada orang-
orang yang buruk rupa.
(Rgveda I.6.3)

Imam dhiyam siksamanasya deva,
kratum daksam varuna samsisadhi

Terjemahan :
Ya Sang Hyang Varuna, majukanlah intelek para siswa dan tanamkanlah
pengetahuan dan ketangkasan kepada mereka.

(Rgveda. VIII. 42.3)



Buku Siswa Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 59

Membaca

Visvani deva savitar,
duritani parasuva
Yad bhadram tan-na a suva

Terjemahan :
Ya, Tuhan Yang Maha Esa yang menciptakan semuanya, semoga Engkau
menjauhkan kami dari semua kejahatan dan berkahilah kami dengan
kebaikan yang bermanfaat bagi kami.

(Yajurveda XXX. 30. 3)

Pari magne duscaritad badhasva-
a ma sucarite bhaja

Terjemahan :
Ya, Agni tahanlah diriku dari perbuatan-perbuatan jahat dan tujukan ke arah
perbuatan-perbuatan yang berfaedah.

( Yajurveda IV. 28)



60 Kelas VI SD

Pelajaran 3

Ajaran

Panca Sraddha

Sebagai Penguat Keyakinan

Sumber: Dokumen Kemdikbud

Gambar 4.1 Keyakinan terhadap
Tuhan dalam wujud Dewa Wisnu

Buku Siswa Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 61

Mengamati

Amati gambar-gambar berikut!



Sumber: Dokumen Kemdikbud

Gambar 4.2 Tempat suci

Sumber: Dokumen Kemdikbud

Gambar 4.3 Seoran Ibu yang sedang
mengandung

Sumber: Dokumen Kemdikbud

Gambar 4.4 Anak kakinya cacat



Sumber: Dokumen Kemdikbud Sumber: Dokumen Kemdikbud

Gambar 4.5 Seorang wanita yang cantik Gambar 4.6 Roh yang disiksa dikawah candra
rupawan gohmuka

62 Kelas VI SD

Membaca

A. Keyakinan dalam Agama Hindu

Agama adalah suatu kepercayaan dan keyakinan terhadap ajaran-ajaran suci
yang terdapat pada kitab suci yang diwahyukan oleh Sang Hyang Widhi. Agama
Hindu memiliki tiga kerangka yang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisah-pisahkan. Sebagaimana halnya dengan tubuh manusia. Kepala tidak
dapat dipisahkan dengan badan dan kaki, untuk membentuk tubuh manusia yang
sempurna. Demikian pula dengan sebutir telur antara kulit, putih telur, dan kuning
telur tdak dapat dipisahkan, untuk menjadi sempurna dan bisa menetas dengan
baik.
Adapun tiga kerangka itu adalah :
1. Tatwa adalah filsafat agama
2. Susila adalah etika agama
3. Upacara adalah ritual dalam agama

Ketiga kerangka ini harus dimiliki dan dilaksanakan oleh umat Hindu. Jika
ajaran filsafat agama saja dipelajari tanpa melaksanakan etika dan upacara,
tidaklah sempurna. Demikian pula sebaliknya, jika melaksanakan upacara tanpa
memperhatikan dasar-dasar etika dan filsafat agama, juga tidak sempurna. Jadi
ketiga-tiganya harus dilaksanakan dalam kehidupan umat Hindu agar hidup kita
menjadi sempurna.

Selain ke tiga kerangka tadi, agama Hindu juga memiliki keyakinan yang
sangat mendasar yang harus dipegang teguh oleh setiap umat Hindu. Setiap umat
hendaklah memiliki keyakinan akan kebenaran isi kitab sucinya, tidak ada keragu-
raguan, memahami, menghayati dan mengamalkannya dalam kehidupan. Dalam
terjemahan salah satu seloka kitab suci Rg. Weda disebutkan:

” Api pengorbanan (persembahan) dinyalakan dengan keyakinan yang
mantap (sraddha). Persembahan dihaturkan dengan keyakinan yang
mantap (sraddha), yang memiliki nilai tertinggi dalam kemakmuran.”

(Rg. Weda X.151.1)

Dengan demikian, keyakinan itu sangatlah penting agar hidup kita makmur,
sejahtera dan bahagia lahir batin.

Buku Siswa Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 63

B. Bagian-bagian Panca Sraddha

Dalam agama Hindu ada lima keyakinan yang harus dimiliki oleh setiap umat
yaitu :

1. Widhi Tattwa atau Widhi Sraddha, yaitu keyakinan terhadap adanya Sang
Hyang Widhi dengan berbagai manifestasiNya.

2. Atma Tattwa atau Atma Sraddha, yaitu keyakinan terhadap adanya Atma
yang menghidupi semua makhluk.

3. Karma phala Tattwa atau Kramaphala Sraddha, yaitu keyakinan terhadap
kebenaran adanya hukum sebab akibat, atau hasil dari perbuatan.

4. Punarbhawa Tattwa atau Punarbhawa Sraddha, yaitu keyakinan terhadap
adanya kelahiran kembali.

5. Moksa Tattwa atau Moksa Sraddha, yaitu keyakinan terhadap kebebasan
yang tertinggi yakni bersatunya Atman dengan Brahman.

Kelima jenis keyakinan ini disebut Panca Sraddha, yang dipergunakan sebagai
pedoman bagi umat Hindu di Indonesia sebagai pokok keimanan. Panca berarti
lima, dan Sraddha berarti kepercayaan atau keyakinan. Jadi Panca Sradha artinya
lima keyakinan atau kepercayaaan yang harus dimiliki oleh setiap umat Hindu.

Pendapatmu

Setelah membaca uraian tersebut, amati kembali gambar 4.2, 4.3, 4.4, 4.5
dan 4.6, diskripsikan berkaitan dengan Panca Sraddha ! Presentasikan di
depan kelas!

Gambar 4.2.
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
Gambar 4.3.
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________

64 Kelas VI SD

Gambar 4.4.
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
Gambar 4.5.
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
Gambar 4.6.
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________

Mengamati

Perhatikan gambar di bawah ini!

C. Contoh bagian-bagian Panca Sraddha

1. Contoh Keyakinan akan Keberadaan Sang Hyang Widhi (Widhi
Tattwa)

Sumber: Dokumen Kemdikbud Keyakinan terhadap Sang

Gambar 4.7 Seorang anak sedang sembahyang Hyang Widhi dalam ajaran Panca
di Pura sradha disebut Widhi Tattwa
atau Widhi Sradha. Kata Widhi

berasal dari bahasa Sansekerta

yang artinya takdir, Sang Takdir,

pencipta, Tuhan, ketuhanan dan
perintah. Sedangkan tattwa artinya

kebenaran, hakekat, kenyataan,

filsafat dan sifat kodrati.

Buku Siswa Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 65

Jadi Widhi Tattwa adalah filsafat ketuhahan, yang mempelajari secara mendalam
tentang Tuhan Yang Maha Esa atau Sang Hyang Widhi dengan berbagai
manifestasinya. Weda mengajarkan bahwa Tuhan itu adalah Esa (tunggal)
adanya, namun ia meliputi segalanya, dan memiliki banyak nama. Ia berada
pada segala yang ada di dunia ini.

Dalam kitab suci Rg. Weda disebutkan:

“Ekam sad wiprah bahuda wadantyagnim yaman matarisvanam ahuh.”

(Rg. Weda I.164.46)

Terjemahan:

satu itu (Tuhan) orang bijaksana menyebut dengan banyak
nama seperti Agni, Yama, Matarisvan.

Sang Hyang Widhi adalah Dia yang Maha Kuasa, sebagai pencipta,
pemelihara dan pemralina segala yang ada di alam semesta ini. Sang Hyang
Widhi adalah asal mula dan kembalinya segala yang ada di alam semesta ini,
maka ia disebut Sang Hyang Sangkan Paraning Dumadi. Dalam salah satu
seloka kitab suci Bhagawadgita disebutkan :

“etadyonini bhūtāni,
sarvāni ‘ty upadhāraya,
ahaṁ krtsnasya jagataḥ,
prabhavaḥ pralayas tathāa”

(Bhagawadgita VII, 6)

Terjemahan:

“ Ketahuilah bahwa semua makhluk ini asal kelahirannya di

dalam alam-Ku ini. Aku adalah asal mula dari dunia ini dan juga
kehancurannya (pralaya),”

(I.B Mantra, 1992:116).

Karena kemahakuasaannya Ia dapat berada di mana-mana sebagai
pelindung yang agung dari semua ciptaannya. Maka dari itu sudah merupakan
kewajiban bagi umat manusia untuk selalu sujud bakti kepada-Nya, meyakini
keberadaan-Nya, melaksanakan semua petunjuk kitab suci Weda. Seseorang

66 Kelas VI SD

yang terus menerus memuja Tuhan dengan sungguh-sungguh dia akan
memperoleh kebahagian hidup. Seperti yang disebutkan dalam Bhagwadgita
sebagai berikut,

“teṣām jῆāni nityayukta,
ekabhaktir viśiṣyate,
priyo hi jῆānino ‘tyartham,
ahaṁ sa ca mama priah”



(Bhagawadgita VII,17)

Terjemahan:
”Diantara ini orang yang bijaksana, yang selalu terus menerus
bersatu dengan Hyang Suci, kebaktiannya hanya terpusat
satu arah (Tuhan) adalah yang terbaik. Sebab Aku kasih sekali
kepadanya dan dia kasih pada-Ku,”

(I.B Mntra, 1992:121).

Pendapatmu

Tulislah pendapatmu tentang hubungan gambar 4.7 dengan uraian materi
yang kamu baca. Tulis dibuku kerjamu, bacakan di depan kelas!
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________

Membaca

Meyakini Keberadaan Sang Hyang Widhi melalui Tri Pramana

Seseorang dapat meyakini keberadaan Sang Hyang Wdhi secara mendalam,
dapat dilakukan melalui ajaran Tri Pramana yaituAgama (Sabda) Pramana, Anumana,
Pramana, dan Prtyaksa Pramana. Dengan Agama (sabda) Pramana seseorang
dapat meyakini adanya Sang Hyang Widhi melalui kesaksian yang disampaikan
dalam kitab suci Weda. Apa yang disampaikan dalam kitab Weda itulah yang benar

Buku Siswa Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 67

tidak perlu diragukan lagi. Disamping
itu Agama Pramana juga mengajarkan

seseorang meyakini adanya Tuhan

melalui mendengar cerita-cerita yang

disampaikan oleh orang-orang suci

yang dipercaya tahu tentang Tuhan

melalui penglihatan batinnya. Semua

itu hendaklah dipercaya tanpa ada

Sumber: Dokumen Kemdikbud keraguan lagi.

Gambar 4.8 Seorang Rsi sedang memberi Seseorang dapat meyakini adanya
wejangan kepada para sisyanya Tuhan dengan Anumana Pramana

melalui suatu analisa yang logis dan sistematis terhadap segala sesuatu yang ada

di alam semesta ini. Bila kita melihat adanya matahari, bulan, bintang, planet-planet,

dan semua yang ada di alam ini tentu ada yang mencipta dan mengaturnya. Semua

itu tidak mungkin ada, tanpa ada yang mencipakannya. Dan pada akhirnya timbulah
kesimpulan bahwa semua itu diciptakan oleh Tuhan yang Maha Esa (Sang Hyang
Widhi).

Meyakini keberadaan Sang Hyang
Widhi melalui Pratyaksa Pramana

yaitu seseorang akan dapat meyakini

adanya Tuhan dengan merasakan dan

mengalaminya secara langsung. Hal ini
dialami oleh para Rsi atau Maha Yogin

yang sudah sempurna. Tuhan akan

menampakkan dirinya kepada mereka

Sumber: Dokumen Kemdikbud yang menyampaikan sabdanya untuk
dilaksanakan dalam kehidupan sehari-
Gambar 4.9 Seorang Rsi sedang bersemedhi

hari.

Menulis Pengalaman

Tulislah pengalamanmu dibuku kerjamu, dalam menerapkan sikap keyakinan
terhadap adanya Tuhan dalam kehidupanmu sehari-hari!
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________

68 Kelas VI SD

Membaca

2.Contoh Keyakinan akan Atma (Atma Tatwa)

Sumber: Dokumen Kemdikbud Sumber: Dokumen Kemdikbud

Gambar 4.10 Beberapa ekor binatang sedang Gambar 4.11 Seekor binatang yang mati
mencari makan

Sumber: Dokumen Kemdikbud Sumber: Dokumen Kemdikbud

Gambar 4.12 Seorang wanita masih muda dan Gambar 4.13 Seorang nenek

cantik

Kata Atma berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti jiwa atau roh. Atma
adalah percikan-percikan kecil dari Parama Atma (Sang Hyang Widhi) yang berada
dalam tubuh makhluk. Atma yang berada dalam tubuh manusia disebut jiwAtma.
JiwAtmalah yang menghidupi tubuh manusia dan makhluk lainnya. Bila Atma

meninggalkan tubuh, maka tubuh akan mati. Indra manusia tidak dapat bekerja
tanpa ada Atma. Mata tidak dapat melihat tanpa adanya Atma. Lidah tidak dapat
merasakan rasa jika tidak ada Atma. Kulit tak dapat merasakan rasa sentuhan, dan
semua tidak dapat berfungsi bila tidak ada Atma. Bila seseorang sudah memasuki

usia tua maka satu persattu indranya akan mati, seperti kuping menjadi tuli, rambut

menjadi putih, mata tidak dapat melihat dengan jelas, tetapi tubuhnya masih hidup
karena Atma masih bersemayam dalam tubuhnya. Tetapi bila Atma sudah tidak

Buku Siswa Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 69

bersemayam lagi dalam tubuh manusia maka manusia akan mati. Bila badan
terpisah dengan jiwAtma pada saat manusia mati, hanya badanlah yang hancur,
tetapi jiwAtma tidak mati, ia akan mengalami surga dan neraka sesuai dengan baik
buruk perbuatannya. JiwAtma juga tidak selama-lamanya di sana, ia akan mengalami
kelahiran kembali dengan mengambil wujud sesuai dengan perbuatannya.

Mari Berdiskusi

Setelah mengamati gambar 4.10, 4.11, 4.12 dan 4.13, dan membaca
uraian tersebut, diskusikan dengan teman kelompokmu, diskripsikan
gambar berkaitan dengan uraian materi tersebut! Tulis hasilnya di
buku kerjamu, bacakan di depan kelas!

Membaca

Sesungguhnya pada hakekatnya Parama Atma dan JiwAtma adalah satu
adanya. Hal ini disebutkan dalam kitab Upanishad, “Brahma Atma aikyam” yang
artinya bahwa Brahma dan Atma itu satu adanya. Parama Atma adalah sumber
dan berakhirnya segala yang ada di alam semesta ini. Dalam kitab Bhagawadgita
disebutkan:

“aham ātmā gudākeśa,
sarvabhūtāśyasthitaḥ,
aham ādiś ca madyaṁ ca,
bhūtānām anta eva ca”

(Bhagawadgita X, 20)

Terjemahan:
“ O, Arjuna, Aku adalah Atma yang menetap dalam hati semua makhluk, aku
adalah permulaan, pertengahan dan akhir dari semua makhluk.”

(I.B Mantra, 1992:264)

70 Kelas VI SD

Ia dapat mengatasi pengaruh maya, sehingga dia tidak pernah lupa. Sedangkan
JiwAtma pada dasarnya adalah suci, tetapi setelah bersatu dengan tubuh makhluk
ia mengalami awidya, ia melupakan sifat aslinya, ia terpengaruh oleh sifat-sifat
tubuh yang dihidupinya. Atma itu tetap sempurna, tetapi manusia itu sendiri tidaklah
sempurna, karena manusia lahir dalam keadaan awidya. Manusia tidak luput dari
hukum kematian, dan Atma tidak akan mati. Dalam kitab Bhagawadgita disebutkan:

“na jāyate mriyate vā kadācin,
nā’ yaṁ bhūtvā vā na bhūyah,
ajo nityah sāsvato’yaṁ purāno,
na hanyamāne śarire”

(Bhagawadgita, II, 20)

Terjemahan:
”Ia tidak pernah lahir pun tidak pernah mati kapanpun, pun tidak pernah
muncul dan lagi tidak pernah menghilang. Ia adalah tidak mengenal
kelahiran, kekal, abadi dan selalu ada. Ia tidak dapat dibunuh bila badan
dibunuh.”

(I.B Mantra, 1992:23)

Dengan demikian Atma tidak akan mati walaupun manusia telah mati, karena
Atma pada hakekatnya adalah sempurna. Adapun sifat-sifat Atma, sesuai dengan
yang disebutkan dalam kitab Bhagawadgita adalah sebagai berikut:

1. Achodya artinya tak terlukai oleh senjata
2. Adahya artinya tak terbakar oleh api
3. Akledya artinya tak terkeringkan oleh angin
4. Acesyah artinya tak terbasahkan oleh air
5. Nitya artinya abadi
6. Sarwagatah artinya dimana-mana ada
7. Sthanu artinya tak berpindah-pindah
9. Acala artinya tak bergerak
10. Sanatana artinya selalu sama
11. Ayakta artinya tak dilahirkan
12. Achintya artinya tak terpikirkan
13. Awikara artinya tak berubah, sempurna tidak laki-laki ataupun prempuuan.

Buku Siswa Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 71

Dalam terjemahan salah satu seloka Bhagawadgita disebutkan sebagai berikut
:

“acchedyayam adāhyo yam,
akledyo’śoṣya eva ca,
nityah sarvagatah sthānur,
acalo’yam sanātanaḥ”

(Bhagawadgita II, 24)

Terjemahan:
“Ia tidak dapat dipotong, ia tidak dapat dibakar, ia tidak dapat dibasahi
maupun dikeringkan. Ia abadi, berada di mana-mana, tidak berobah dan
bergerak. Ia adalah selalu sama.”

(I.B Mantra, 1992:24)

“avyato’yam acintyo’yam,
avikāryo’yam ucyate,
tasmād evaṁ viditvai’naṁ,
nā’nuśocitum arhasi”

( Bhagawadgita, II. 25)

Terjemahan:
“Ia dikatakan tidak terwujud, tidak terpikirkan, tidak berobah. Oleh karena
itu, mengetahui Ia demikian, engkau seharusnya tidak bersedih hati.”

(I.B Mantra, 1992:24)

Dengan demikian pada saat jiwAtma terpisah dengan badan pada saat manusia
mati, janganlah bersedih, karena jiwAtma tetap hidup, ia akan mengalami sorga
dan neraka, dan akan lahir kembali kedunia dengan wujud sesuai dengan karma
phalanya.

72 Kelas VI SD

Diskusi Bersama Orang Tua

Diskusikanlah bersama orang tuamu atau tokoh Hindu yang ada di
lingkungan sekitarmu, tentang upaya-upaya menerapkan keyakinan
terhadap Atma dalam kehidupan sehari-hari. Tulis hasilnya dibuku
kerjamu, bacakan di depan kelas!

Mengamati

Amatilah gambar-gambar di bawah ini!

Sumber: Dokumen Kemdikbud Sumber: Dokumen Kemdikbud

Gambar 4.14 Anak kakinya cacat Gambar 4.15 Suasana makan bersana
keluarga


Sumber: Dokumen Kemdikbud Sumber: Dokumen Kemdikbud

Gambar 4.16 Seorang pengemis kurus Gambar 4.17 Seorang pejabat yang
dan kumal dielu-elukan oleh rakyat

Buku Siswa Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 73

Membaca

3. Contoh Keyakinan akan Karma Phala

Karma Phala berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari kata “Karma”
yang artinya perbuatan, dan “Phala” yang artinya buah atau hasil. Jadi Karma
Phala artinya hasil dari perbuatan seseorang. Manusia hidup selalu berbuat, karena
berbuat atau bekerja adalah kodrat manusia didorong oleh kekuatan alam. Dalam
terjemahan seloka kitab suci Bhagawadhita disebutkan sebagai berikut,

“na hi kaścit kṣanam api,
jātu tiṣṭhaty akarmakṛṭ,
kāryate hy avaśah karma,
sarvah prakṛtijairguṇaiḥ”

(Bhagawadgita, III. 5)

Terjemahan:
” Sebab siapun tidak akan dapat tinggal diam, meskipun dengan sekejap
mata, tanpa melakukan pekerjaan. Tiap-tiap orang digerakkan oleh dorongan
alamnya, dengan tidak berdaya apa-apa lagi.”

(I.B Mntra, 1992:11)

“niyataṁ kuru karma tvaṁ,
karmajyāyo hy akarmaṇaḥ,
śarirayātrā’pi ca te,
na prasi dhyed akarmaṇaḥ”

(Bhagawadgita, III.8)

Terjemahan:
” Lakukanlah pekerjaan yang diberikan padamu, karena melakukan perbuatan
itu lebih baik sifatnya dari pada tidak melakukan apa-apa. Sebagai juga
untuk memelihara badanmu, tidak akan mungkin jika engkau tidak bekerja.”

(I.B Mantra, 1992:42)

74 Kelas VI SD

Disadari atau tidak perbuatan itu pasti mempunyai akibat. Semua aktivitas yang
kita lakukan baik berupa pikiran, perkataan, maupun perbuatan pasti mendatangkan
akibat atau hasil. Baik buruk perbuatan itu ditentukan oleh hasil yang ditimbulkan.
Akibat dari perbuatan itu ada yang menyebabkan orang lain senang, dan ada juga
yang menyebabkan orang lain susah atau marah. Kita percaya bahwa perbuatan
yang baik akan membawa hasil yang baik. Demikian pula sebaliknya perbuatan
yang buruk mendatangkan hasil yang buruk. Akibat yang baik akan memberikan
kesenangan dan kebahagiaan, misalnya lahir dalam keluarga yang rukun, lahir
dengan wajah rupawan, lahir menjadi anak pintar dan dihormati. Sebaliknya akibat
yang buruk akan memberikan kesusahan dan kesengsaraan, misalnya lahir di
keluarga yang selalu kesusahan, miskin, sengsara, cacat, buruk rupa dan lain-lain.

Pendapatmu

Setelah mengamati gambar 4.14, 4.15, 4.16 dan 4.17, dan membaca materi
tentang Karma Phala, diskusikan dengan teman kelompokmu kaitan gambar
dengan materi yang kamu baca. Deskripsikan masing-masing gambar. Tulis
pendapatmu dibuku kerjamu, bacakan di depan kelas!

Membaca

Perbuatan baik mendatangkan hasil yang baik, perbuatan buruk mendatangkan

hasil yang buruk.

Di suatu desa hiduplah seorang

janda dengan dua orang anak

perempuan, yang satu bernama Putri,

dan yang satunya bernama Murti. Sifat

ke dua anak ini sangat berbeda. Putri

adalah seorang anak yang baik, rajin

bekerja dan penurut. Sedangkan Murti

adalah anak yang malas, pesolek,

culas, dan suka memfitnah.

Pada suatu hari mereka diberi

Sumber: Dokumen Kemdikbud tugas oleh ibunya untuk menumbuk
padi, dari menjemur sampai menjadi
Gambar 4.18 Putri sedang mencuci pakaian di beras. Ibunya pergi ke pasar untuk
sungai

Buku Siswa Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 75

menjual hasil kebunnya. Putri dari pagi sudah bekerja memasak, mencuci piring,
dan mencuci pakaian. Sedangkan Murti diam saja, hanya mengaca, bersolek, dan
bermalas-malasan. Setiap disuruh bekerja dia selalu menolak. Sampai selesai Putri
menumbuk padi dan sudah menjadi beras, Murti tidak mau membantu. Setelah
selesai menumbuk padi, Putri pergi ke sungai mandi sambil mencuci. Setelah Putri
pergi mandi, Murti mengotori badannya dengan dedak di tempat Putri menumbuk
padi. Sesampai ibunya di rumah sepulang dari pasar, Murti mengatakan kepada
ibunya bahwa dialah yang bekerja dari tadi, sedangkan Putri hanya malas-malasan,
dan bersolek saja tidak mau membantu. Ibunya terkejut mendengar dan marah.
Sepulang dari mandi Putri dimarahi oleh ibunya, dan disuruh pergi dari rumah. Murti
sangat senang hatinya melihat Putri dimarahi oleh ibunya. Putri menangis sedih.
Walaupun dia tahu dirinya difitnah oleh saudaranya, tetapi Putri tidak melawan,
justru dia mengikuti apa kata ibunya. Putri lalu pergi dari rumah dengan hati sedih.
Dia berjalan tidak tentu arah. Dalam perjalanan dia selalu berdoa kepada Tuhan
supaya dianugerahi keselamatan, dan dia juga mendoakan ibu dan saudaranya
hidup bahagia di rumah.

Diceritakan perjalanan Putri sampai di sebuah hutan. Di bawah pohon Putri
duduk beristirahat sambil menangis dan menahan rasa laparnya. Tiba-tiba datanglah
seekor burung memberikan hadiah emas dan permata yang banyak kepada Putri.
Burung itu berpesan jika Putri pulang jangan pulang ke rumah ibunya, sebaiknya
Putri pulang ke rumah neneknya di desa. Akhirnya Putri pulang ke rumah neneknya
sesuai pesan si burung tadi.

Diceritakan akhirnya Murti mendengar berita bahwa Putri tinggal di rumah
neneknya hidup bahagia dan kaya raya. Murti datang ke rumah neneknya untuk
minta sebagian kekayaan Putri, tapi Putri tidak memberikannya. Pulanglah Murti
dengan hati kecewa. Sesampainya di rumah dia berkata,” Ibu pukullah aku, marahilah
aku, aku akan pergi ke hutan agar aku mendapat kekayan seperti Putri.” Ibunya
memukul Murti, dan memarahinya. Murti merobek-robek pakaiannya, dan mengotori
dengan lumpur, lalu pergi ke dalam hutan pura-pura menangis. Datanglah seekor
burung mendekatinya. Murti sangat senang dalam hatinya, karena yakin akan diberi
hadiah oleh burung itu sama seperti Putri. Burung itu berkata,” Aku akan berikan
hadiah kepadamu, pejamkanlah matamu.” Dengan senang hati Murti memejamkan
matanya, berharap akan mendapatkan kekayaan yang berlimpah. Burung itu lalu
mematuk badan Murti dan menghadiahi semua binatang yang berbisa, seperti ular,
lipan, kalajengking, tawon dan lain-lain. Sekarang bukalah matamu, “kata burung
itu.” Setelah Murti membuka matanya, betapa terkejutnya dia karena semua binatang
berbisa itu menyengat tubuhnya. Dia menangis sejadi-jadinya, tetapi tidak ada yang

76 Kelas VI SD

menolongnya. Ampun, ampun maafkan aku, aku berdosa,” demikian katanya sambil
menangis.” Lama kelamaan bisa binatang itu masuk dan menggerogoti tubuhnya,
akhirnya Murti meninggal dunia. Demikianlah upah orang yang selalu berbuat buruk
menyebabkan orang lain susah dan sengsara.

Simpulan

Setelah membaca cerita di atas, berilah kesimpulan terkait cerita tersebut.
Tulis pada buku kerjamu, bacakan di depan kelas!
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________

Membaca

Kita berhak membuat hidup kita yang akan datang bahagia

Hukum Karma phala tidak menyebabkan kita putus asa dan menyerah pada
nasib, melainkan hukum Karma phala merupakan suatu hal yang positif dan dinamis.
Kita harus menyadari bahwa penderitaan yang kita alami sekarang adalah sebagai
akibat perbuatan kita terdahulu. Penderitaan itu suatu saat pasti akan berakhir, dan
diganti dengan kebahagiaan. Kita berhak membuat hidup kita mendatang bahagia,
dengan selalu berbuat baik walaupun dalam keadaan menderita. Perbuatan yang
baik sekarang pasti akan mendatangkan kebaikan dan kebahagiaan di masa yang
akan datang, karena hukum Karma phala itu ada tiga macamnya yaitu :
1. Sancita Krama phala, adalah hasil perbuatan kita dalam kehidupan terdahulu

belum habis dinikmati, dan merupakan benih yang menentukan kehidupan kita
yang sekarang.
2. Prarabda Karma phala, adalah akibat dari perbuatan kita sekarang langsung
dinikmati tanpa ada sisanya.
3. Kriyamana Karma phala, adala hasil perbuaan yang tidak sempat dinikmati
pada saat berbuat, sehingga harus diterima pada kehidupan yang sekarang.

Buku Siswa Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 77

Dengan demikian kita tidak perlu menyesal dan sedih akan penderitaan yang
kita terima dalam kehidupan sekarang ini, karena itu sudah merupakan hukum
yang harus kita terima sebagai akibat perbuatan kita dalam kehidupan terdahulu.
Kebahagiaaan hidup sekarang maupun yang akan datang kita sendiri yang
menentukan, asalkan kita selalu berbuat baik dalam keadaan menderita maupun
dalam keadaan beruntung. Kita juga tidak boleh lupa untuk selalu sujud bakti
kepada Sang Hyang Widhi, karena Ia lah yang menentukan phala dari karma yang
telah kita perbuat, macam phala dan kapan memetiknya semua ditentukan oleh
Sang Hyang Widhi. Kita hendaknya menggunakan kesempatan pada hidup yang
sekarang ini untuk berbuat baik agar hidup kita bahagia di masa yang akan datang.
Dalam terjemahan seloka kitab suci Sarasamuscaya disebutkan sebagai berikut :

“Apan ikang dadi wwang, uttama juga ya, nimittaning mangkana, wenang ua
tumulung awaknya sangkenga sangsara, makasadhananing cubhakarma,
hinganing kottamaning dadi wwang ika”

(Sarasamuscaya, 4)

Terjemahan:
“ Sebab menjadi manusia sungguh utama juga, karena itu, ia dapat menolong
dirinya dari keadaan samsara dengan jalan karma yang baik, demikian
keistimewaan menjadi manusia.”

(Kajeng, 1997:11)

“Ikang tang janma wwang, ksanikaswabhawa ta ya, ta pahi lawan
kedapning kilat, durlabha towi, matangyan pongakenaya ri kagawayaning
dharmasadhana, makasarananing manacanang sangsara, swargaphala
kunang”

(Sarasamuscaya, 9)

Terjemahan:
“ Menjelama menjadi manusia itu, sebentar sifatnya, tak beda dengan
kerdipan petir, sungguh sulit, karenanya pergunakanlah itu untuk melakukan
dharma sadhana yang menyebabkan musnahnya penderitaan, surgalah
pahalanya itu.”
(Kajeng, 1997:14).

78 Kelas VI SD

Menulis Pengalaman

Tulislah pengalamanmu berkaitan dengan keyakinan terhadap Karma phala.
Tulis pada buku kerjamu, bacakan di depan kelas!

Mengamati

Perhatikan gambar di bawah ini

Sumber: Dokumen Kemdikbud Sumber: Dokumen Kemdikbud

Gambar 4.19 Ibu sedang menyusui bayi Gambar 4.20 Orang menari, bermain musik,
orang bernyanyi

Sumber: Dokumen Kemdikbud Sumber: Dokumen Kemdikbud

Gambar 4.21 Seseorang dengan tubuh kurus Gambar 4.22 Seorang anak memberi sedekah

dan kumal kepada pengemis



Buku Siswa Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 79

Membaca

4. Contoh Keyakinan akan Punarbhawa

Sradha yang ke empat dari agama Hindu adalah percaya adanya Punarbhawa,
yaitu kelahiran yang berulang-ulang dari satu kehidupan ke kehidupan yang lain.
Secara rasio sangat sulit dibuktikan Punarbhawa itu, karena berada di luar batas
pemikiran kita. Oleh karena itu ajaran Punarbhawa itu harus diyakini dengan
keimanan.

Kelahiran yang berulang-ulang di dunia ini menimbulkan suka dan duka. Adanya
kelahiran berulang-ulang disebabkan karena JiwAtma masih dipengaruhi oleh
kenikmatan duniawi, dan kematian selalu diikuti oleh kelahiran, demikian sebaliknya
kelahiran selalu diikuti oleh kematian.

Kelahiran, hidup dan mati secara berulang-ulang sesungguhnya itu adalah
penderitaan, yang disebabkan oleh perbuatan kita pada kehidupan terdahulu. Karma
atau perbuatan yang kita lakukan terdahulu akan menimbulkan bekas (wasana)
yang melekat pada badan astral (jiwAtma), dan inilah yang menimbulkan adanya
Punarbhawa. Jika bekas-bekas itu adalah keduniawian misalnya kemewahan,
dendam dan yang lainnya maka jiwAtma akan gampang ditarik oleh hal-hal duniawi
itu, dan jiwAtma mengalami kelahiran kembali. Simak cerita di bawah ini:

Ikatan keduniawian menimbulkan Punarbhawa

Setelah Bhisma memenangkan sayembara maka dia menyerahkan Dewi
Amba dan Dewi Ambika kepada Citrangada, dan Dewi Ambalika kepada Citrawrya.
Dewi Amba menolak diserahkaan kepada Citrangada, karena Bhismalah yang
memenangkan sayembara, maka Bhismalah yang berhak mengambilnya menjadi
istri. Tetapi Bhisma menolak, dan menjelaskan bahwa ia telah bersumpah sukla
brahmacari. Dia menyarankan Dewi Amba untuk memilih salah satu dari adiknya.
Dewi Amba tetap menolak memilih salah satu adik Bhisma, dan bersikeras menuntut
Bisma untuk mengawininya.

Bhisma berusaha menghindar dari Dewi Amba, maka Bhisma dengan sembunyi-
sembunyi pergi ke luar kota dan bersembunyi di pertapaan Bhagawan Parasu Rama.
Dewi Amba akhirnya berhasil menemukan jejak Bhisma di pertapaan Bhagawan
Parasu Rama. Dewi Amba menjelaskan kepada Bhagawan Parasu Rama mengapa
dia mengejar Bhisma. Setelah mendengar penjelasan Dewi Amba, lalu Bhagawan
Parasu Rama menyarankan Bhisma memenuhi keinginan Dewi Amba. Bhisma
menolak saran tersebut. Karena Bhisma menolak, Bhagwan Parasu Rama marah

80 Kelas VI SD

dan menyuruh Bhisma pergi dari pasramannya. Bhisma lalu pergi dari pasraman,
Dewi Amba terus mengikutinya. Iapun membentangkan panahnya ke arah Dewi
Amba dengan maksud menakut-nakuti, namun Sang Dewi tidak bisa ditakut-takuti.
Karena terlalu lama memegang panah, tangan Bhisma menjadi berkeringat, tanpa
sengaja terlepaslah panahnya mengenai dada Dewi Amba. Sebelum meninggal
Dewi Amba sempat berkata, “ Kanda Bhisma, demi cinta saya kepada kakanda
saya selalu mengikuti kakanda, namun kakanda malah membunuh saya. Pada
penjelmaan saya yang akan datang, saya akan menuntut balas membunuh
kakanda.” Dewi Amba menjelma menjadi Srikandi, dan pada perang Bharata Yudha
dia bersama Arjuna berhasil membunuh Bhisma. Jadi Dewi Amba mengalami
kelahiran yang berulang karena ditarik oleh kekuatan duniawi yaitu rasa dendamnya
kepada Bhisma.

Simpulan

Buatlah kesimpulan dari cerita tersebut pada buku kerjamu berkaitan dengan
keyakinan terhadap Punarbhawa. Bacakan di depan kelas.

Membaca

Punarbhawa sesungguhnya adalah merupakan pergantian badan yang lama
ke badan yang baru bagi Atma yang dialaminya dari kehidupan yang lain. Dalam
terjemahan seloka Bhagawadgita disebutkan sebagai berikut :

“vāsāmsi jirnani yathā wihāya,
navāni grhnati naro’parāni,
tathā sarirani vihāya ‘jirnany,
ānyani samyati navāni dehi”

( Bhagawadgita, II,22)

Terjemahan:

“Sebagaimana seseorang melemparkan bajunya yang sudah robek, dan
memakai yang baru lainnya, demikian juga keadaan jiwa sejati, JiwAtma

membuang badan yang telah hancur dan mengambil yang lainnya.”

(I.B Mantra, 1992:23)

Buku Siswa Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 81

“sribhagavan uvaca:
bahūni me vyantitāni,
janmāni tava ca ‘rjuna’
tany ahaṁ veda sarvāni,
na tvam vitha paramtapa”

( Bhagawadgita, IV.5)

Terjemahan:
“ Banyak kehidupan yang Ku-telah jalani dan demikian pula engkau, O,
Arjuna. Semua kelahiran itu Aku ketahui, tetapi engkau tidak mengetahuinya,
O, Arjuna.”
(I.B Mantra, 1992:61)

Semua orang sudah mengalami kelahiran yang berulang-ulang, tetapi mereka
tidak mengetahui karena gelap/lupa diri (awidya). Misalnya sorang bayi yang sejak
baru lahir telah bisa menyusu pada ibunya tanpa dilatih, itu suatu pertanda bahwa
dia telah memiliki pengalaman pada kelahirannya terdahulu. Adanya kelahiran
manusia yang dalam kelahirannya sekarang memiliki kegemaran yang berbeda-
beda, itu pertanda bahwa mereka telah memiliki pengalaman-pengalaman tentang
kegemarannya itu pada kehidupannya yang sudah-sudah, tetapi mereka tidak
mengingatnya karena Awidya. Hanya Tuhanlah yang mengetahui kelahiran yang
berulang-ulang itu. Dalam agama Hindu Tuhan juga dikatakan mengalami kelahiran
yang berulang-ulang. Kelahiran Tuhan secara berulang-ulang disebut Awatara.
Tujuannya adalah untuk menegakkan Dharma di dunia ini. Dalam terjemahan
seloka kitab Bhagawadgita disebutkan sebagai berikut:

“ajo ‘pi sann avyayātmā,
bhūtānām iśvaro ‘pi san,
prakṛtim svām adhiṣṭāya,
sambhavāmy ātmamāyayā”

(Bhagawadgita, IV. 6)

Terjemahan:
” Meskipun Aku-tidak terlahirkan, dan sifat Ku kekal dan menjadi Iswara dari
segala makhluk akan tetapi Aku, dengan memegang teguh pada sifat-Ku,
Aku datang menjelma dengan jalan maya-Ku.”
(I.B Mantra, 1992:61)

82 Kelas VI SD

“yadā-yadā hi dharmasya,
glānir bhavati bhārata,
abhyutthānam adharnmsya,
tadā ‘tmānaṁ sṛjāmy aham”

( Bhagawadgita, IV.7)

Terjemahan
“O,Bharata, bilamana dharma di dunia ini hilang, dan adharma makin
menguasai dunia, pada waktu itu Aku menjelmakan diri-Ku.”

(I.B.Mantra, 1992:62)

“paritrānāya sādhūnaṁ,
vināsāya ca duṣkṛtāma,
dharmasaṁsthāpanarthāya,
sambhavāmi yuge-yuge”

( Bhagawadgita, IV.8)

Terjemahan
“ Untuk memberi perlindungan kepada yang baik, dan membasmi yang jahat
dan untuk membangkitkan perasaan keadilan dan kebaikan Aku menjelma
pada tiap-tiap jaman.”
(I.B Mantra, 1992:63)

Sedangkan tujuan manusia mengalami kelahiran yang berulang-ulang adalah
untuk memperbaiki karmanya agar dapat menyatu dengan asalnya yaitu Tuhan.
Dalam kelahiran yang berulang-ulang Atma memilih tubuh yang berbeda-beda
sesuai dengan karmanya, sehingga terjadilah keadaan berbeda pada setiap
kelahiran ke kelahiran yang lainnya. Bila kita amati kehidupan manusia di dunia
ini, maka akan terlihat perbedaan-perbedaan kehidupan diantara manusia yang
satu dengan manusia yang lainnya. Misalnya, ada yang lahir dalam keadaan cacat
jasmaninya, ada yang lahir dengan keadaan jasmani dan rohani yang sempurna,
ada yang lahir penuh penderitaan dalam hidupnya, ada yang lahir dipenuhi dengan
kemewahan, cantik rupawan, dan berkuasa. Semua itu ditentukan oleh karmanya
sendiri. Dalam terjemahan seloka kitab suci Sarasamuscaya disebutkan sebagai
berikut:

Buku Siswa Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 83

“Kunang ikang wwang gumaway ikang cubhakarma, janmanyan sangke
ring wsarga delaha, litu hayu maguna, syjanma sugih, mawirya, phalaning
cubhakarmawasana tinemunya”

(Saramamuscaya, 22)

Terjemahan:
” Adapun orang berbuat baik, kelahiran dari surga kelak menjelma menjadi
orang yang rupawan, gunawan, muliawan, hartawan dan berkuasa, pahala
dari perbuatan baik yang diperolehnya.”
(Kajeng, 1997 :19).

Adanya perbedaan-perbedaan kehidupan manusia yang lahir ke dunia
ini bukanlah karena suatu kebetulan, bukan karena keturunan, bukan karena
pengaruh pendidikan, melainkan karena faktor karma yang dilakukan pada masa
hidupnya yang lampau. Bakat dan pembawaan yang dimiliki pada kelahiran yang
sekarang adalah merupakan pengalaman pada masa kelahirannya terdahulu. Hal
ini menunjukkan tentu ada kelahiran sebelumnya, kelahiran sekarang, kelahiran
masa yang akan datang. Kelahiran yang sekarang akan menjadi masa lampau pada
kelahiran yang akan datang. Jadi dengan demikian jelaslah bahwa Punarbhawa itu
ada dan harus diyakini oleh umat Hindu berdasarkan keimanan.

Mari Berdiskusi

Amati kembali gambar 4.19, 4.20, 4.21 dan 4.22, diskusikanlah
dengan teman kelompokmu, kaitan gambar dengan materi yang
kamu baca! Tulis hasilnya pada buku kerjamu, bacakan di depan
kelas!

Diskusi bersama tokoh agama Hindu
Tanyakanlah kepada tokoh agama Hindu yang ada di
lingkunganmu, tentang tanda-tanda adanya kelahiran yang
berulang-ulang pada kelahiran manusia yang sekarang. Tulis
hasilnya dibuku kerjamu, dan laporkan di depan kelas!

84 Kelas VI SD

Mengamati

Perhatikan gambar berikut!

Sumber: Dokumen Kemdikbud

Gambar 4.23 Seorang anak sedang menerima
piala

Membaca

5. Contoh Keyakinan akan Moksa

Moksa merupakan sraddha yang kelima dalam agama Hindu. Moksa adalah
tujuan terakhir yang ingin dicapai oleh umat Hindu. Dalam kitab suci disebutkan,
“Moksartham jagadhita ya ca iti dharmah” Yang artinya tujuan dari agama (dharma)
adalah untuk mencapai Moksa (mokartham), dan kesejahteraan umat manusia
(jagadhita).

Kata “Moksa” berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya kebebasan dari
ikatan keduniawian, bebas dari karmaphala, bebas dari penderitaan, bebas dari
punarbhawa, dan akhirnya Atma menyatu dengan Tuhan. Ia tidak mengalami
kelahiran kembali, ia bebas dari belengggu maya. Jadi Moksa adalah bersatunya
Atma dengan Brahman (Tuhan), suka tanpa wali duka. Moksa bukan saja dapat
dicapai ketika manusia mengakhiri hidupnya di dunia ini ( meninggal ), tetapi Moksa
juga dapat dicapai di dunia ini ketika manusia masih hidup, namanya Jiwan mukti
yaitu Moksa semasih hidup. Jiwan Mukti ini tercapai bila sudah bebas dari ikatan
keduniawian. Dia tidak merasa senang dengan mendapatkan kesenangan, demikan
juga dia tidak merasa susah dengan mendapatkan kesusahan. Semua itu diterima
dengan rasa bersyukur. Apapun yang dimiliki, apapun yang diterima, dia tetap
menikmatinya dengan senang hati, dia tidak pernah menyesali, dia dapat menahan

Buku Siswa Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 85

keinginan dan kemarahan, dia adalah orang yang bahagia, seperti bahagianya
seorang anak ketika mendapat hadiah dari orang tuanya. Itulah Jiwan Mukti yaitu
moksa yang dicapai ketika masih hidup.

Bila seseorang telah dapat melepaskan jiwanya dari keterikatan dengan obyek-
obyek keduniawian, dia hanya menemukan kesenangan di dalam Atmanya. Orang
yang demikian itulah yang dapat manunggal (menyatu) dengan Tuhan, merasakan
kebahagiaan terus menerus tanpa wali duka. Dalam kitab suci Bhagawadita
disebutkan sebagai berikut :

“bāhyasparśesv asaktātma,
ātmani yat sukham,
sa brahmayogayuktātmā,
sukham akṣayam aśnute”

(Bhagawadgita, V.21)

Terjemahan:
“ Bilamana jiwa tidak lagi terikat oleh hubungan dari luar (obyek-obyek) orang
mendapat kesenangan yang ada di dalam Atma. Orang yang demikian itu
yang manunggal dengan Tuhan merasai kebahagiaan yang tak padam-
padam.”

(I.B Mantra, 1992:89)
“yo ‘ntahsukho ‘natarārāmas,
tathā‘ntarjyotir eva yah,
sa yogi brahmanirvānaṁ,
brahmabhūto ‘dhigacchati”

(Bhagawadgita, V.24)

Terjemahan:

“ Ia yang menemui kesenangannya, kebahagiaannya dan begitu juga

sinarnya hanya dalam batin, sucilah yogin itu dan mencapai panunggalan
dengan Tuhan (Brahmanirwana).”

(I.B Mantra. 1992:)

86 Kelas VI SD

Memperhatikan uraian seloka di atas, dapat disimpulkan bahwa Moksa itu
dapat dicapai setelah manusia itu meninggalkan dunia ini, hanya dapat dicapai oleh
seseorang yang batinnya sudah sempurna, yaitu seorang yogin. Dalam kitab suci
ada disebutkan seloka sebagai berikut :

“ Seorang yogin yang bebas dari segala noda dan dapat mengendalikan
pikirannya, adalah sudah dapat mencapai kebahagiaan yang tertinggi, yaitu
bersatu dengan Tuhan.”

(Swami Vireswarananda. Hal.197).

Menulis Pengalaman

Tulislah pengalamanmu tentang pelaksanaan ajaran Jiwan Mukti dalam
kehidupanmu sehari-hari. Tulis pada buku kerjamu, bacakan di depan kelas!

Membaca

Jalan untuk mencapai Moksa

Sesungguhnya banyak ada jalan untuk mencapai Moksa, tetapi dengan
menyucikan pikiran, dengan menentramkan pikiran, sesungguhnya kita telah
memberi pegangan kepada diri kita untuk mencapai Moksa. Seperti yang disebutkan
dalam terjemahan salah satu seloka kitab suci Sarasamuscaya sebagai berikut :

“Ana mangkana purih niking janma, kinawacakening kala, sangsara
swabhawanya, haywa ta pramada, pahahening ikang buddhi, heneben,
wehen rumegepang moksamarga”

( Sarasamuscaya, 348)

Terjemahan
“ Dengan demikian keadaannya, menjadi manusia dikuasai oleh waktu,
sengsara sebagai sifatnya, janganlah engkau lalai, sucikanlah pikiran itu,
tentramkan, berilah pegangan jalan mencapai Moksa.”
(Kajeng, 1997:)

Buku Siswa Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 87

Dalam agama Hindu disebutkan ada empat cara untuk mencapai kesatuan
dengan Sang Hyang Widhi yang disebut Catur Marga atau Catur Yoga terdiri dari:

1. Bhakti Marga,
Bhakti Marga yaitu cara atau jalan untuk menghubungkan diri Tuhan

beserta manifestasinya, dengan cara sujud bhakti, menyucikan pikiran,
mengagungkan kebesaran-Nya dan menghindarkan diri dari perbuatan
tercela. Seseorang yang menempuh jalan Bhakti Marga dia melakukan
sujud bakti kepada Tuhan atas dasar kecintaan yang suci murni serta tulus
ikhlas. Segala tingkah lakunya akan menunjukkan sikap cinta kasih dan kasih
sayang kepada semua makhluk. Terlebih lagi terhadap sesama manusia.
Jalan Bhakti Marga ini mudah ditempuh oleh semua kalangan baik orang
miskin, pedagang atau pejabat bisa menempuh jalan ini. Dalam terjemahan
salah satu seloka kitab Bhagawadgita disebutkan sebagai berikut:

“bhaktyā māṁ abhijanati,
yāyān yaś ca ‘smi tattvataḥ,
tato māṁ tttvato jῆātvā,
viśate tadanantaram “

(Bhagawadgita, XVIII.55)

Terjemahan:
“ Dengan jalan bakti ia mengetahui Aku, siapa dan bagaimana Aku
sebenarnya, dan setelah mengetahui Aku sebenarnya ia seketika manunggal
dengan Aku.”

(I.B Mantra, 1992:251)

2. Karma Marga,
Karma Marga yaitu cara atau jalan untuk mencapai persatuan dengan

Tuhan dengan jalan ditekankan pada pengabdian yang berwujud kerja tanpa
pamerih untuk kepentingan diri sendiri. Seseorang yang berkerja tanpa terikat
oleh hasilnya dia akan mendapatkan kesempurnaan. Bila seseorang terikat
oleh hasil kerjanya, dia bekerja hanya untuk kemasyuran dan kemewahan,
yang dapat menimbulkan kesombongan dan keangkuhan. Seseorang seperti
itu tidak akan mencapai kesempurnaan. Dalam terjemahan salah satu seloka
kitab Bhagawadgita disebutkan sebagai berikut :

88 Kelas VI SD

“tasmādasaktah satataṁ,
kāryaṁ karma samācara,
asakto hy ācaran karma,
param āpnoti pūruṣaḥ”

(Bhagawadgita, III.19)

Terjemahan:
“ Dari itu bekerjalah kamu selalu yang harus dilakukan dengan tiada terikat
olehnya, karena orang mendapat tujuannya tertinggi dengan melakukan
pekerjaan yang tak terikat olehnya.”

(I.B Mantra, 1992:47)

3. Jnana Marga
Jnana Marga, yaitu cara/jalan untuk mencapai persatuan dengan Tuhan

berdasarkan atas pengetahuan atau kebijaksanaan terutama mengenai
kebenaran dan pembebasan diri dari ikatan–ikatan keduniawian. Dengan
pengetahuan dan kebijaksanaan mereka akan mencapai dharma yang
dapat memberikan kebahagiaan lahir dan batin dalam kehidupannya yang
sekarang, di akhirat dan di dalam penjelmaannya yang akan datang. Dalam
terjemahan salah satu seloka kitab Bhagawadgita disebutkan sebagai
berikut:

“śraddhāvaṁ labhate jῆānaṁ,
tatparah saṁyatendriyah,
jῆānam labdhvā param sāntim,
acireṇā’ dhigcchati”

(Bhagawadgita, IV.39)

Terjemahan:
“ Ia yang mempunyai kepercayaan, yang memusatkan dirinya kepadanya
(pengetahuan), dan yang menaklukkan indrianya akan mendapat
kebijaksanaan. Dan setelah mendapat kebijaksanaan, ia segera akan
mencapai puncak ketenangan.”

(I.B Mantra.1992:78)

Buku Siswa Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 89

4. Raja Marga
Raja Marga, yaitu cara atau jalan untuk mencapai persatuan dengan

Tuhan dengan cara pengendalian pikiran dan konsentrasi, melalui latihan-
latihan yang teratur dan berkelanjutan. Mengendalikan pikiran amatlah sulit,
karena pikiran tidak mengenal jarak, geraknya amat cepat lebih cepat dari
angin, maka cara yang terbaik untuk mengendalikan pikiran adalah dengan
cara konsentrasi (pemusatan pikiran) melalui latihan terus menerus. Dalam
terjemahan salah satu seloka kitab Bhagawadgita disebutkan sebagai
berikut:

“cetasā sarvakarmāni,
mayi samnyasya matparah, b
uddhiyogam upāśritya,
maccittaḥ satataṁ bhava”

(Bhagawadgita, XVIII.57)

Terjemahan:
“ Menyerahkan dalam pikiran semua perbuatan pada-Ku, memandang
aku sebagai Yang Maha Tinggi, menyerahkan kepada ketetapan dalam
pengertian, pusatkanlah pikiranmu selalu padaku.”

(I.B Mantra, 1992:251)

Demikianlah empat jalan untuk mencapai persatuan dengan Tuhan (Moksa).
Semua jalan itu telah diatur dan disesuaikan dengan kepribadian, watak dan
kesanggupan manusia untuk menjalankannya. Ke empat jalan ini semua sama
tidak ada yang lebih rendah, atau lebih tinggi. Semua adalah utama tergantung
pada kemampuan dan bakat masing-masing. Asalkan dilakukan dengan sungguh-
sungguh dan penuh keyakinan semua akan dapat mencapai tujuan yaitu Moksa.
Dalan terjemahan salah satu seloka kitab Bhagawadgita disebutkan :

“ye yathā māṁ prapadyante,
tāṁs tathai ‘va bhajāmy aham,
mama vartmā ‘nuvartante,
manuṣyāḥ pārtha savaśaḥ”

(Bhagawadgita, IV.11)

90 Kelas VI SD

Terjemahan
“Dengan jalan bagaimanapun orang-orang mendekati dengan jalan yang
sama juga Aku memenuhi keinginan mereka. Melalui banyak jalan manusia
mengikuti jalan-Ku, O, Partha.”
(I.B Mantra, 1992:65)

Menulis Rangkuman

Menulis Rangkuman
Setelah mempelajari meteri tentang Panca Sradha, buatlah rangkuman

merangkum secara singkat tentang ajaran Panca Sradha dalam agama
Hindu. Buatlah dibuku kerjamu dengan panduan sebagai berikut :

1. Pendahuluan
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________

2. Keyakinan dalam Agama Hindu
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________

3. Contoh Keyakinan akan Sang Hyang Widhi
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________

Buku Siswa Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 91

4. Contoh Keyakinan akan Atma
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________

5. Contoh Keyakinan akan Karmaphala
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________

6. Contoh Keyakinan akan Punarbhawa
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________

7. Contoh Keyakinan akan Moksa
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________

92 Kelas VI SD

Uji Kompetensi

I. Silanglah huruf a, b, c, atau d, di depan jawaban yang paling benar!

1. Pokok keimanan Agama Hindu dinamakan ....
a. Panca Sila b. Panca Sraddha c. Panca Yadnya d. Panca Sata

2. Tujuan akhir dari Agama Hindu adalah untuk mencapai ....

a. kemakmuran b. kemasyuran c. Moksa d. kekayaan

3. Mempercayai adanya Tuhan dengan membaca kitab suci Weda dan mendengar

cerita dari orang suci disebut ....
a. Anumana Pramana c. Agama Pramana
b. Pratyaksa Pramana d. Kriyamana Pramana

4. Tuhan itu adalah asal mula dan kembalinya semua yang ada di dunia ini. Dalam

hal ini Dia diberi gelar ....
a. Sang Hyang Sangkan Paran c. Sang Hyang Widhi
b. Sang Hyang Jagatnatha d. Sang Hyang Wisesa

5. Meyakini adanya Tuhan dengan cara menganalisa sesuatu kejadian dinamakan

....
a. Anumana Pramana c. Pratyaksa Prama
b. Agama Pramana d. Sabda Pramana
6. Sesungguhnya Atman dan Brahman itu adalah tunggal (satu), hal ini disebutkan

dengan istilah ....

a. Aham brahma asmi c. Brahman Atman aikyam

b. Ekam evam a dwityam Brahmana d. Wyapi wyapaka nirwikara

7. Atma mengalami kelupaan setelah berada dalam tubuh makhluk. Hal ini disebut

dengan istilah ....
a. widya b. awidya c. karma d. akarma

8. Baik buruk perbuatan manusia pasti, cepat atau lambat pasti mendatangkan
akibat, dalam Panca Sradha disebut ....
a. Karmawasana b. Karmawisesa c. Phalakarma d. Karmaphala

9. Kelahiran yang berulang-ulang dalam Panca Sradha dinamakan ....
a. Brahman b. Karma c. Punarbhawa d. Moksa

10.Moksa yang dapat dicapai ketika masih hidup disebut ....
a. Jiwan Mukti c. Adi moksa
b. Parama Moksa d. Moksa

Buku Siswa Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 93

II. Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang tepat!
1. Meyakini semua yang terjadi di dunia ini adalah atas kuasa Tuhan. Hal ini
merupakan contoh dari bagian Panca Sradha yaitu ….....................................
.........................................................................................................................
2. Lima dasar keyakinan dalam agama Hindu disebut …...................................
.........................................................................................................................
3. Percikan kecil dari Sang Hyang Widhi pada manusia disebut …....................
.........................................................................................................................
4. Bekas perbuatan yang melekat pada jiwAtma yang menentukan kelahiran
berikutnya dinamakan .....................................................................................
5. Sifat Atma yang tidak terbakar oleh api dinamakan .......................................
.........................................................................................................................
6. Hasil dari perbuatan yang terdahulu yang belum habis dinikmati dan masih
merupakan benih yang menentukan kehidupan sekarang disebut ….............
.........................................................................................................................
7. Ekam sat viprah bahuda vadanti, bunyi seloka tersebut yang mengandung
arti “ satu “ adalah …......................................................................................
........
8. Hasil perbuatan yang tidak sempat dinikmati pada saat berbuat sehingga
harus diterima pada kehidupan yang akan datang dalam karmaphala disebut
….....................................................................................................................
9. Jalan yang ditempuh untuk mencapai persatuan dengan Tuhan dengan jalan
sujud bakti dan cinta kasih dinamakan ............................................................
.........................................................................................................................
10. Perbedaan pembawaan dan bakat yang dimiliki oleh manusia di dunia ini
disebabkan oleh ..............................................................................................

94 Kelas VI SD


Click to View FlipBook Version