51 Tabel 2. Distribusi Biaya Produksi dan Pemasaran pada petani Produsen dan lembaga Pemasaran komoditi Bengkuang di Kecamatan Kuranji Kota Padang. No. Uraian Distribusi Biaya Pada Saluran Pemasaran 1 Distribusi Biaya Pada Saluran Pemasaran 2 Rp/kg Persentase (%) Rp/kg Persentase (%) A. Petani 1. Biaya produksi 2. Biaya pemasaran 3. Jumlah 622,62 - 622,62 74,81 961,91 131,87 1.093,78 91,62 B. Pedagang pengumpul 1. Biaya panen 2. Biaya pemasaran 3. Jumlah 95,50 14,09 109,59 13,17 - - - - C. Pedagang pengecer 1. Biaya pemasaran 2. Jumlah 100,00 100,00 12,02 100,00 100,00 8,38 D. Total biaya 832,21 100,00 1.193,78 100,00 Nilai distribusi biaya menunjukan besarnya sumbangan lembaga pemasaran terhadap penyampaian suatu barang dari produsen kepada konsumen. Makin besar nilai distribusi biaya pada lembaga pemasaran, maka makin besar sumbangan lembaga pemasaran tersebut dalam penyampaian barang dari produsen ke konsumen. Dari Tabel 2 pada saluran pemasaran 1 terlihat distribusi biaya pada petani jauh lebih besar (74,81%) dari pedagang pengumpul (13,17%) dan pedagang pengecer (12,02). Persentase distribusi biaya ini dari total keuntungan adalah merupakan keuntungan yang seharusnya diterima oleh petani dan pedagang perantara. Keuntungan yang seharusnya diterima adalah sesuai dengan sumbangan atau jasa yang diberikan oleh petani dan pedagang perantara dalam berproduksi dan menyampaikan barang ke konsumen. Makin besar sumbangan/jasa yang diberikan maka makin besar pulalah keuntungan yang seharusnya diterima dan sebaliknya makin kecil sumbangan/jasa yang diberikan maka makin kecil pulalah keuntungan yang seharusnya diterima. Pada Tabel 3, terlihat pada saluran pemasaran 1 tidak satupun keuntungan yang diterima oleh petani (Rp 127,38) dan pedagang pengumpul (Rp 340,41/kg) serta pedagang pengecer (Rp 300,00/kg) sama dengan keuntungan yang seharusnya diterimanya yaitu Rp 574,38/kg untuk petani, Rp 101,12/kg untuk pedagang pengumpul dan Rp 92,29/kg untuk pedagang pengecer. Terlihat bahwa petani mendapatkan keuntungan yang diterimanya jauh lebih kecil dari keuntungan yang seharusnya dia terima. Sedangkan pedagang pengumpul dan pedagang pengecer menerima keuntungan yang jauh lebih besar dari keuntungan yang seharusnya dia terima. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa saluran pemasaran 1 ini tidak efisien karena selisihnya besar dari 5% dari keuntungan yang seharusnya.
52 Tabel 3. Rata-rata Keuntungan yang diterima dan Keuntungan yang Seharusnya Diterima oleh petani dan Lembaga Pemasaran pada Komoditi Bengkuang di Kecamatan Kuranji Kota Padang. No. Uraian Keuntungan yang diterima (Rp/kg) Keuntungan seharusnya diterima (Rp/kg) Efisiensi Pemasaran A. Saluran Pemasaran 1 Tidak efisien 1. Petani 127,38 574,38 2. Pedagang Pengumpul 340,41 101,12 3. Pedagang Pengecer 300,00 92,29 B. Saluran Pemasaran 2 1. Petani 93,72 372,18 Tidak efisien 2. Pedagang Pengecer 312,50 34,04 Pada Tabel 3 juga terlihat pada saluran pemasaran 2 tidak satupun keuntungan yang diterima oleh petani (Rp 93,72) dan pedagang pengecer (Rp 312,50/kg) sama dengan keuntungan yang seharusnya diterimanya yaitu Rp 372,18/kg untuk petani, dan Rp 34,04/kg untuk pedagang pengecer. Terlihat bahwa petani mendapatkan keuntungan yang diterimanya juga jauh lebih kecil dari keuntungan yang seharusnya dia terima. Sedangkan pedagang pengecer menerima keuntungan yang jauh lebih besar dari keuntungan yang seharusnya dia terima. Untuk itu dapat pula disimpulkan bahwa saluran pemasaran 2 ini juga tidak efisien karena selisihnya besar dari 5% dari keuntungan yang seharusnya.. Pada kedua saluran pemasaran ini terlihat betapa lemahnya petani bertransaksi dengan pedagang perantara, yaitu pedagang pengumpul dan pedagang pengecer sehingga dia mendapatkan keuntungan yang jauh lebih sedikit dibandingkan keuntungan yang seharusnya dia terima dan sebaliknya pedagang perantara mendapatkan keuntungan yang diterimanya jauh di atas keuntungan yang seharusnya dia terima. Ada beberapa penyebab mengapa hal ini terjadi : 1. Terjadinya pasar monopsoni dalam menjual bengkuang dari petani ke pedagang pengumpul pada saluran pemasaran 1 dan pasar oligopsoni dari petani ke pedagang pengecer pada saluran pemasaran 2. Petani yang banyak terpaksa menjual hasil produksi bengkuangnya hanya kepada 1 orang pedagang pengumpul dan hanya beberapa pedagang pengecer. Hal ini menjadikan petani lemah dalam bertransaksi menyebabkan terjadinya penekanan harga jual pada petani oleh pedagang perantara. 2. Ketakutan petani terhadap tidak terjualnya hasil produksinya sehingga dia menerima saja harga dan syarat menjual yang ditentukan oleh pedagang perantara. Hal ini disebabkan komoditi bengkuang punya sifat a) produk perishable yaitu cepat busuk dan mudah rusak, b) punya rentang waktu panen yang pendek, dimana kalau diluar rentang waktu panen, mutu hasil produk akan menurun, c) komoditi ini dikenal sebagai oleh-oleh. Jadi konsumen yang diharapkan membeli umumnya wisatawan kalau berkunjung ke Kota Padang sehingga permintaannya tidak banyak dan hanya meningkat pada waktu liburan.
53 3. Musim tanam umumnya serentak, karena bengkuang adalah tanaman sela yang ditanam di lahan sawah setelah tanaman padi sehingga ditanam setelah padi dipanen. Serentaknya menanam mengakibatkan panennya juga serentak, sehingga terjadi panen yang banyak. Akibatnya penawaran lebih besar dari permintaan sehingga harga jual pada petani jadi rendah. 4. Komoditi bengkuang bukan makanan pokok yang tidak dikonsumsi konsumen terus menerus. Lagi pula bengkuang ini kebanyakan dijadikan oleh-oleh bagi wisatawan yang berkunjung ke Kota Padang. Akibatnya permintaannya rendah. Rendahnya permintaan menjadikan penekanan harga jual pada petani. 5. Kurangnya informasi pasar dan pengetahuan petani dalam menjualkan hasil produksinya. Selain ke pedagang pengumpul dan pedagang pengecer, petani bisa menjualkan bengkuangnya ke pengusaha restoran, pengusaha buah segar, pengusaha jus buah dan usaha pengolahan bengkuang seperti usaha keripik bengkuang, kosmetik dll. 6. Kurang jalannya peran organisasi petani yang ada (Kelompok Tani dan Koperasi Petani) dalam menjualkan hasil produksi anggotanya, sehingga tidak terkoordinirnya penjualan hasil produksi. Petani terpaksa menjual hasil produksinya secara sendiri- sendiri sehingga tidak ada kesatuan harga dalam menentukan harga jual bengkuang diantara petani. Sendiri-sendirinya petani dalam menjual hasil bengkuangnya mengakibatkan dia lemah dalam menentukan harga jual terhadap pedagang perantara yang jumlahnya tidak banyak. Hal-hal diatas menunjukan penyebab usahatani bengkuang di Kecamatan Kuranji tidak berkembang. Hal-hal di atas dapat diatasi dengan : 1. Membentuk Kelompok Tani atau Koperasi Petani. Kalau ini sudah ada maka oraganisasi ini perlu diaktifkan sehingga ada yang mengkoordinir dalam penjualan hasil produksi, menyatukan harga jual, sehingga terjadinya bentuk pasar monopsoni dan oligopsoni dalam penjualan bengkuang dari petani ke pedagang perantara dapat diatasi. Kelompok Tani atau Koperasi Petani bisa berperan sebagai pedagang perantara yang bisa mencari pasar yang baru seperti restoran, pengusaha jus buah, pengusaha bengkuang olahan, pengusaha kosmetik, mencari pasar di luar kota atau luar provinsi dll. 2. Mengembangkan informasi pasar, seperti memberikan informasi harga pasar dari komoditi bengkuang. Hal ini mengurangi resiko tertipunya petani dalam menentukan harga jual produksinya. 3. Kelompok Tani atau Koperasi Petani bekerjasama dengan pengusaha restoran, jus buah, bengkuang olahan, pengusaha kosmetik, baik dalam Kota Padang ataupun luar Kota Padang, dalam menampung hasil produksi petani, sehingga adanya keterjaminan pasar bengkuang. Adanya keterjaminan pasar bengkuang mengakibatkan petani terangsang untuk berproduksi secara kontinyu dan meningkatkan hasil produksi. 4. Mencari pasar di luar Kota Padang
54 X. PRODUSEN HASIL-HASIL PERTANIAN A. Peranan Produsen Dalam Pemasaran Pertanian Produsen hasil-hasil pertanian adalah orang atau suatu usaha yang memproduksikan hasil-hasil pertanian. Contohnya petani, pengusaha pertanian yang mengahasilkan produk pertanian. Tanpa produsen tidak akan ada hasil-hasil pertanian yang dapat dibeli dan dikonsumsi oleh konsumen dan juga tidak akan ada kegiatan pemasaran. Petani produsen selain statusnya sebagai produsen hasil-hasil pertanian juga mereka adalah konsumen hasil-hasil industri seperti pupuk, bibit, obat-obatan tanaman, serta kebutuhan mereka sehari-hari. Petani produsen dalam proses penjualan produk pertaniannya lebih banyak berhubungan dengan pedagang pengumpul, sedikit dengan pedagang besar atau pedagang pengecer. Jika petani produsen mendapatkan masalah dengan produksi usahataninya seperti kena hama, penyakit atau iklim yang tidak menguntungkan sehingga produksi hasil pertaniannya sedikit. Volume hasil yang akan dijual akan turun, akibatnya : 1. Pembelian pedagang pengumpul berkurang. 2. Mempengaruhi proses penyeimbangan, baik pada proses pengumpulan atau pada proses penyebaran. 3. Volume yang diangkut dan disimpan akan berkurang sehingga alat angkut dan gudang berkurang penggunaannya. 4. Jumlah barang yang diecerkan di pasar berkurang sehingga mekanisme harga dipengaruhinya, sehingga harga akan naik. Harga Harga D S2 S1 D S1 S3 H2 (a) (b) H1 H1 H3 0 X2 X1 Jumlah barang 0 X1 X3 Jlh barang Gambar 1: Keadaan dimana jumlah produksi berkurang (a) dan bertambah (b) Tetapi bila petani produsen menggunakan input dan teknologi yang baik, maka produksi persatuan luas akan meningkat dibandingkan keadaan sebelumnya. Akibatnya 1. Pembelian pedagang pengumpul akan naik, sehingga perlu lebih banyak tenaga dan modal. 2. Kebutuhan alat angkut dan gudang meningkat 3. Jumlah barang yang diecerkan di pasar meningkat. 4. Jika jumlah permintaan tetap, maka harga akan turun Keadaan ini dapat digambarkan dengan grafik pada Gambar 1.
55 B. Produsen Hasil Pertanian dan Industri Tingkat berhasilnya usaha produsen hasil pertanian sangat bergantung pada alam, sedangkan produsen hasil industri tidak demikian. Pada usaha pertanian yang kecil- kecilan (small scale) biasanya petani produsen dalam kegiatan berproduksi lebih bersifat generalis, yaitu mengusahakan tanaman yang beraneka ragam, sedangkan pada usaha industri seperti fabrik bisanya bersifat spesialisasi (satu jenis komoditi). Tabel 1 : Perbedaan Proses Kegiatan Produksi Antara Usaha Pertanian dengan Industri No. Usaha Pertanian Usaha Industri 1. Pada usahatani kecil hasil produksi bersifat generalis (bermacam-macam) Pada industri kecil dan besar hasil produksi bersifat spesialisasi (satu macam produk 2. Jumlah produksi amat ditentukan oleh alam, tidak dapat diatur oleh petani sendiri baik dari segi bentuk, jumlah, mutu dll. Jumlah produksi bisa diatur oleh pengusaha sendiri baik dari segi jumlah, bentuk maupun mutu. Tabel 2 : Perbedaan Proses Kegiatan Pemasaran Antara Usaha Pertanian dengan Industri. No. Usaha Pertanian Usaha Industri 1. Permintaannya umumnya bersifat tidak elastis Permintaan umumnya bersifat elastis 2. Biaya pengumpulan cukup besar, karena tersebarnya tempat-tempat produksi Biaya pengumpulan relatif kecil 3. Standarisasi dan grading dilakukan setelah produksi diperoleh. Jadi petani dan pedagang tidak bisa melakukan standarisasi dan grading sebelum memanen atau membeli hasil pertanian tersebut Standarisasi dan grading dapat dilakukan sebelum produk diproduksikan. Produsen dapat menentukan standar sebelum produk dihasilkan dan pedagang dapat menentukan standar barang sebelum dia membeli. 4. Petani produsen dalam proses penjualan bersifat pasif. Dan pedagang pengumpul yang bersifat aktif melakukan pembelian. Dengan demikian sering terjadi pihak pedagang memberi kredit (afnemer credit) kepada petani agar si petani dapat terikat dengan si pedagang dalam menjual produknya. Pihak produsen yang aktif mencari pembeli atau pedagang, seperti dengan iklan dan promosi. Produsen yang memberi kredit (leveranciers credit) kepada pedagang dalam usaha untuk memperoleh jaminan agar barangnya dapat dijual. 5. Yang berperan utama adalah pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul yang mengumpulkan hasil-hasil pertanian yang tersebar dan dalam jumlah yang kecil dari produsen, kemudian dia pula yang menjualnya ke pedagang berikutnya dengan volume yang lebih besar. Yang berperan utama adalah pedagang besar (grosier). Grosier yang berhubungan dengan produsen dan membeli barang dslam jumlah besar kemudian menyalurkannya ke dalam unit-unit kecil kepada pedagang pengecer. Untuk usaha pertanian skala besar (large scale) seperti perkebunan, kegiatannya bersifat spesialisasi sama dengan industri, seperti perkebunan kelapa sawit saja atau karet saja. Yang tidak berbeda pada usahatani kecil dengan usahatani besar adalah sama-sama bergantung pada alam, contohnya usahatani besar maupun kecil sama-sama tidak bisa
56 menunda panen karena komoditi sedang banyak di pasar untuk supaya harga tidak anjlok atau memajukan waktu panen karena di pasaran jumlah komoditi sedang langka sehingga harga melonjak tinggi. Sedangkan pada industri pengusaha dapat mengatur jumlah barang yang akan diproduksikan sesuai dengan permintaan pasar. Kalau permintaan pasar meningkat, maka produsen industri bisa dengan cepat menyesuai-kannya dan kalau permintaan sedikit, produsen dapat mengurangi jumlah produksinya. Jadi dalam kegiatan produksi antara usaha pertanian dengan industri dapat berbeda seperti terlihat pada Tabel 1. Dalam kegiatan pemasaran antara usaha pertanian berbeda pula dengan industri antara lain seperti terlihat pada Tabel 2. C. Jenis-Jenis Hasil Pertanian Dalam penggunaan hasil pertanian dapat dibagi : 1. Hasil pertanian bahan makanan (food material) Yaitu benda konsumsi dari hasil pertanian yang dalam bentuk aslinya dapat langsung dikonsumsi oleh manusia, misalnya mangga, pepaya, jeruk dll. 2. Hasil pertanian bahan baku (raw material) Yaitu suatu produk hasil pertanian sebelum dikonsumsi mengalami proses pengolahan sehingga disebut bahan mentah. Contohnya buah-buahan merupakan bahan mentah untuk perusahaan buah-buahan kaleng. Padi adalah bahan mentah karena tidak ada orang langsung memakan padi karena harus dijadikan beras terlebih dahulu. Tanaman yang menghasilkan bahan makanan disebut juga food crops dan yang menghsilkan bukan bahan makanan dinamakan non food crops. Keduanya dapat berupa tanaman ekspor bila penggunaan dalam negeri sudah melebihi kebutuhan. D. Ciri Khas Produk Pertanian Hasil pertanian sifat fisiknya berbeda dengan hasil industri. Sifat fisik yang merupakan ciri khas produk pertanian itu adalah : 1. Mudah busuk atau mudah rusak yang dikenal dengan perishable. Contohnya buah-buahan, sayur-sayuran, daging, telur dll. Barang-barang perishable: a. Memerlukan perlakuan fisik (physical handling) yang baik, hati-hati dan teliti. b. Membutuhkan tempat penyimpanan yang baik, c. Harus diangkut ke tempat konsumen dengan cepat sebelum menjadi busuk. Jika suatu barang sudah rusak fisiknya, maka nilai dan kualitasnya menurun 3) 2. Mengambil banyak tempat dinamakan dengan volumnious, contohnya gabah, singkong, tandan buah segar kelapa sawit. 3. Bersifat berat dan sulit untuk dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain (bulky). Contohnya singkong. Barang bulky ini memerlukan biaya penyimpanan dan pengangkutan yang tinggi sehingga nilai persatuan berat dan volumenya jadi kecil. Contohnya biaya pengangkutan 1 ton gula dan singkong pada jarak yang sama, yaitu Rp 100.000. Harga gula Rp 6.000/kg dan harga singkong Rp 2.000/kg. Persentase biaya dan harga per kg-nya adalah : 100 Gula = x 100% = 1,67 6000 100 Singkong = x 100% = 5%
57 2000 Jadi singkong (barang yang bulky) biaya persatuan beratnya lebih tinggi dari gula, (barang yang tidak bulky), sehingga nilai berat barang bulky lebih rendah dari barang yang tidak bulky. Barang volumnious juga adalah barang bulky, tetapi tidak semua barang bulky adalah volumnious. E. Lokasi Daerah Produksi Ini merupakan faktor yang penting terutama pada produsen bermodal besar. Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi daerah produksi pertanian adalah : 1. Perbedaan biaya produksi. Lain tempat, biaya produksi juga berbeda karena iklim, keadaan tanah, cara bekerja, keterampilan pekerja. Untuk itu diupayakan lokasi daerah produksi yang biaya produksinya paling kecil. 2. Perbedaan biaya transfer. Yaitu perbedaan biaya, kualitas angkut dan kondisi jalan. Alat angkut yang cukup dan kondisi jalan yang baik dan kualitas angkut yang baik akan mengefisienkan biaya transfer. Karena ciri khas hasil pertanian yang perishable, volumnious dan bulky, maka biaya transfer ini amat menentukan lokasi daerah produksi. Biaya transfer yang efisien lebih dipilih. 3. Adanya lembaga . a. Lembaga pemasaran. Kalau lembaga pemasaran ini kurang dijumpai di lokasi daerah produksi akan 1) menyulitkan proses pengumpulan dan pengangkutan, 2) pengaliran barang akan lambat, 3) harga hasil pada petani/pengusaha pertanian akan rendah karena permintaan rendah dari produksi yang ditawarkan produsen. b. Lembaga pemerintah. Lembaga ini membuat aturan-aturan dalam pemasaran. 1) Kalau aturan-aturannya kurang baik akan menghalangi dan meningkatkan biaya pemasaran. 2) Juga membuat sarana dan sarana transportasi jalan, jembatan, alat angkut. Daerah dengan kondisi jalan dan alat angkut yang baik menjadi pilihan untuk menetapkan lokasi daerah produksi. F. Penawaran Hasil-Hasil Pertanian 1 . Definisi Penawaran (supply) adalah jumlah barang yang tersedia untuk dijual pada berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu dan pada tempat tertentu. Penawaran berbeda dengan persediaan (stok), yaitu jumlah suatu macam barang dengan tidak memperhatikan harga, sedangkan penawaran menyatakan njumlah yang tersedia untuk dijual pada harga yang telah ditentukan. 2. Hukum Penawaran Hukum penawaran adalah apabila harga naik maka jumlah penawaran akan naik, sebaliknya apabila harga turun maka jumlah penawaran juga akan turun. Ini menunjukan sifat produsen atau pedagang, bila harga naik, bila biaya produksi dan permasaran tetap, maka keuntungan akan naik sehingga produsen dan pedagang akan menambah jumlah penawaran agar keuntungan bertambah banyak, sedangkan kalau harga turun, dengan biaya produksi dan pemasaran yang tetap akan menurunkan keuntungan, sehingga
58 produsen dan pedagang akan menurunkan jumlah barang yang ditawarkan karena untungnya sedikit. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran. a. Teknologi Dengan adanya perbaikan teknologi, seperti adanya teknologi baru menggantikan teknolgi lama maka jumlah penawaran akan meningkat. Disamping itu kemajuan teknologi telah dapat mengurangi biaya produksi, mempertinggi produktivitas, meningkatkan mutu barang dan menciptakan barang baru. Contohnya ditemukan bibit unggul, pupuk, pestisida akan meningkatkan jumlah produksi dan akan meningkatkan jumlah penawaran. b. Harga faktor produksi Besar kecilnya harga input produksi akan mempengaruhi jumlah input yang dipakai. Bila harga input naik maka petani akan mengurangi membeli dan memberikan input pada tanamannya sehingga produksi akan turun. Produksi turun, maka penawaran juga akan turun. Sebaliknya bila harga input turun, maka petani akan lebih mampu membeli inputnya dan memberikannya sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman sehingga produksi meningkat yang akibatnya penawaran juga akan meningkat. c. Harga barang lain Barang yang saling bersaingan (barang pengganti=subsitusi) atau barang dipakai bersama (barang komplemen) dapat mempengaruhi penawaran suatu barang. Misalnya kalau harga jagung naik di Madura maka akibatnya penawaran beras bisa naik bila harganya tetap, sebab jagung dan beras adalah barang subsitusi. Konsumen akan mengurangi membeli jagung dan menggantinya dengan beras. Akibatnya permintaan beras akan naik sehingga pedagang melihat peluang ini akan meningkatkan penawaran beras. Contoh lain bila harga roti tawar naik, maka konsumen akan mengurangi membeli selai roti, karena roti tawar dan selai roti adalah barang komplemen. Harga roti tawar naik, maka konsumen akan mengurangi membelinya. Bersamaan dengan itu konsumen juga akan mengurangi membeli selai roti, sehingga permintaan selai roti turun, akibatnya pedagang akan mengurangi penawaran selai roti. d. Jumlah Produsen. Adanya rangsangan harga yang tinggi maka ada kecenderungan produsen akan bertambah. Bertambahnya produsen maka produksi akan bertambah sehingga jumlah penawaran akan bertambah pula. Cotohnya karena harga cabe naik, maka jumlah petani akan meningkat dalam menanam cabe. Akibatnya produksi cabe naik sehingga penawaran cabe juga akan naik. e. Harapan produsen terhadap harga produksi di masa yang akan datang Sering ditemukan petani bisa meramalkan besaran harga di masa datang. Hal ini disebabkan pengalaman mereka berusahatani yang lama. Contohnya petani dapat meramalkan harga cabe akan naik pada bulan puasa, tahun baru dll, sehingga dengan memperhitungkan umur panen tanaman, maka dia akan meningkatkan penanaman cabenya sehingga waktu bulan puasa atau tahun baru nantinya dia akan panen. Meningkatnya penanaman cabe maka produksinya akan meningkat sehingga penawaran juga meningkat.
59 4. Penawaran Hasil Pertanian dan Hasil Industri. Penawaran hasil pertanian dengan hasil industri berbeda, seperti terlihat pada tabel dibawah ini. Tabel 3 : Penawaran Hasil Pertanian dengan Hasil Industri No. Hasil Industri Hasil Pertanian 1. Penawaran dapat diperbesar atau diperkecil dengan cepat karena bisa diatur oleh produsen. Jika permintaan turun maka penawaran bisa dikurangi dengan mengurangi jumlah produksi dan sebaliknya sehingga harga stabil. Penawaran tidak dapat diperbesar atau diperkecil dengan cepat, sebab tergantung pada alam. Bila sudah datang musim panen dan produksi melimpah, maka produksi tidak dapat dihentikan atau dikurangi untuk mencegah penawaran melebihi permintaan sehingga harga turun dan sebaliknya. 2. Jika terjadi kelebihan penawaran, produk dapat ditahan atau disimpan di pasar dalam jangka waktu yang lama sampai kondisi harga membaik Jika terjadi kelebihan penawaran, produk sulit untuk di-simpan dalam waktu lama sebab produk bersifat perishable, sehingga harus dijual dalam waktu yang singkat. 3. Peningkatan produksi sering memperkecil biaya per unit Perluasan usaha atau peningkatan produksi sering mengarah pada kenaikan biaya produkisi perunit. 4. Jumlah output dapat disesuaikan dengan harga. Bila harga rendah maka jumlah output dapat diperkecil dengan cepat dan sebaliknya bila harga output tinggi, jumlah output dapat ditambah dengan cepat. Jumlah output tidak dapat disesuaikan dengan harga. Bila harga rendah, maka jumlah output tidak dapat dikurangi dengan cepat dan sebaliknya bila harga output tinggi, jumlah output juga tidak dapat ditambah dengan cepat. 5. Elastisitas Penawaran a. Difinisi Adalah mengukur responsifnya penawaran akibat perubahan harga. Koefisien elastisitas penawaran dapat diukur dengan rumus : % perubahan jumlah barang yang ditawarkan Es = % perubahan harga S2 – S1 P2 – P1 Es = : S1 P1 Dimana : Es = Nilai koefisien elastisitas penawaran S1 = Jumlah penawaran pertama S2 = Jumlah penawaran kedua P1 = Harga pertama P2 = Harga kedua b. Jenis elastisitas penawaran P 1). Tidak elastis sempurna, yaitu berapapun bertambah S atau berkurangnya harga, maka jumlah penawaran tetap Nilai koefisien elastisitasnya (Es) = 0 0 Q 2). Tidak elastis, yaitu persentase perubahan jumlah P penawaran lebih kecil dari persentase perubahan harga S Nilai koefisien elastistisitasnya (Es) = < 1 0 Q
60 3). Elastis uniter, yaitu persentase perubahan jumlah P penawaran sama besar dengan persentase S perubahan harga. Nilai koefisien elastisitasnya (Es) = 1 45o 0 Q P 4). Elastis, yaitu persentase perubahan jumlah penawaran lebih besar dari persentase perubahan S harga. Nilai koefisien elastisitasnya = > 1 0 Q 5). Elastis sempurna, yaitu berapapun berubahnya P penawaran, namun harga akan tetap Nilai koefisen elastisitasnya tidak berhingga ( ~ ) S 0 Q 6. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap elastisitas penawaran 1). Tingkat kemampuan produksi suatu barang untuk mengikuti perubahan harga. Barang-barang yang mampu jumlah produksinya mengikuti perubahan harga adalah lebih elastis dibandingkan dengan barang-barang yang sukar jumlah produksinya disesuaikan dengan perubahan harga. Barang-barang hasil pertanian umumnya sukar menyesuaikan jumlah produksinya dengan perubahan harganya karena jumlah hasil produksinya bergantung pada alam. Tetapi barang-barang hasil industri mampu menyesuaikan jumlah produksi dengan perubahan harga. Untuk itu dapat dipastikan hasil-hasil pertanian mempunyai nilai elastisitas penawaran yang lebih kecil dari barang- barang hasil industri. Juga nilai koefisien elastisitas penawaran hasil pertanian adalah tidak elastis. 2). Tingkat ketahanan suatu barang untuk dapat disimpan (storability). Makin tahan suatu barang disimpan maka makin besar nilai elastisitas penawarannya dan sebaliknya makin tidak tahan barang disimpan maka makin kecil nilai elastisitas penawarannya. Hasil pertanian umumnya tidak dapat tahan lama bila disimpan dibandingkan barang-barang hasil industri, sehingga nilai koefisien elastisitas penawarannya lebih kecil. Nilai koefisien elastisitas hasil pertanian tidak elastis.
61 XI. KONSUMEN HASIL-HASIL PERTANIAN A. Definisi Konsumen Konsumen hasil-hasil pertanian adalah orang atau badan atau lembaga yang memakai atau menggunakan hasil pertanian yang dihasilkan oleh petani produsen atau pengusaha pertanian. Tanpa ada konsumen berarti tidak perlu ada barang-barang diproduksikan dan sebaliknya tanpa ada produsen tidak mungkin ada barang-barang diproduksikan Konsumen hasil-hasil pertanian mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pemasaran pertanian. Produsen dan lembaga pemasaran secara langsung atau tidak akan memproduksi dan menyalurkan barang untuk memenuhi permintaan konsumen. Dari segi kemasyarakatan konsumen merupakan bagian dari organisasi ekonomi. Dari segi strategi pemasaran, konsumen adalah sebagi objek tujuan dimana produsen dan lembaga pemasaran melaksanakan fungsinya untuk memperoleh keuntungan dari konsumen. Konsumen hasil pertanian dibagi 2 yaitu, konsumen akhir dan konsumen antara : 1. Konsumen akhir, yaitu konsumen yang membeli hasil-hasil pertanian untuk dikonsum-sinya. Contoh si A membeli beras untuk di konsumsinya. 2. Konsumen antara, yaitu konsumen yang membeli hasil-hasil pertanian untuk diolahnya, kemudian hasil olahan tersebut dijualnya. Contoh si B membeli beras untuk dijadikannya lontong dan kemudian lontong itu dijualnya. Semua kegiatan yang ada dalam pemasaran adalah bertujuan untuk menggerakkan barang ke konsumen. Semua kegiatan pemasaran ditujukan untuk menyediakan kepada konsumen barang-barang kebutuhannya pada waktu, tempat dan dalam bentuk yang diinginkan. Semua kegiatan pedagang pengumpul di desa, perusahaan pengangkutan, para pedagang besar dan pengecer adalah untuk menggerakkan barang agar sampai ke tangan konsumen. Jadi lembaga ini bekerja karena ada konsumen. Tanpa ada konsumen tidak mungkin dia bekerja. Untuk itu jenis barang yang dihasilkan harus sesuai dengan selera dan preferensi konsumen. Contohnya bila suatu daerah mengubah makanan pokoknya dengan roti maka petani harus mengubah jenis komodoti yang ditanamnya dari padi ke gandum. Keinginan dan kebutuhan konsumen berbeda-beda. Perbedaan terletak pada kegunaan barang. Seorang konsumen akan membeli barang yang berguna bagi dirinya. Perbedaan kegunaan suatu benda oleh konsumen disebabkan oleh pendidikan, umur, kelamin, pekerjaan, tingkat pendapatan dan keadaan alami. Secara hipotetis guna suatu barang bagi konsumen pada suatu saat akan mencapai maksimum dan setelah itu akan menurun. Besarnya kegunaan suatu barang berhubungan dengan jumlah barang yang dikonsumsi, seperti pada rumus : G = f ( X ) Dimana: G = guna X = Jumlah barang yang dikonsumsi Jika seorang membeli 10 buah mangga merasakan kegunaan yang besar waktu memakan mangga yang pertama. Kemudian dimakan yang ke 2, dan ke 3 mungkin kegunaannya bertambah besar. Tetapi setelah makan mangga yang ke 5 kegunaan yang dirasakannya mungkin telah maksimum. Jika dipaksakannya memakan yang ke 6 sampai ke 7,
62 mungkin dia sudah tidak merasakan lagi kegunaan seperti memakan mangga yang ke 5. Bila kegunaan ini digambarkan secara grafik, maka terlihat : Kegunaan total 70 60 50 40 30 20 10 Jumlah mangga 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 B. Analisa Konsumen Kegiatan pemasaran dilakukan oleh produsen, pedagang perantara harus dimulai dengan menganalisa konsumen, antara lain : 1. Jumlah konsumen/populasi konsumen Terdiri dari keluarga dan orang-orang yang hidup di luar keluarga. Jumlah penduduk di suatu tempat adalah merupakan konsumen potensial. a. Penyebaran penduduk dan pendapatan Penjualan suatu barang harus disesuaikan dengan keadaan penyebaran penduduk dan pendapatannya. Penyebaran penduduk dan pendapatannya dapat dibagi : 1). Penduduk jarang dengan pendapatan per kapita yang rendah, maka : a). Jumlah permintaan barang relatif kecil b). Jenis barang yang diminta terbatas c). Kualitas barang yang diminta rendah 2) Penduduk padat dengan pendapatan/kapita tinggi : a). Jumlah permintaan barang relatif tinggi. b). Jenis barang yang diminta banyak dan beragam c). Kualitas barang yang diminta tinggi 3) Penduduk jarang dengan pendapatan/kapita tinggi : a). Jumlah permintaan barang relatif rendah. b). Jenis barang yang diminta banyak dan beragam c). Kualitas barang yang diminta tinggi 4) Penduduk padat dengan pendapatan/kapita rendah : a). Jumlah permintaan barang relatif tinggi. b). Jenis barang yang diminta terbatas c). Kualitas barang yang diminta rendah. b. Pertambahan Penduduk Pertambahan penduduk yang pesat mengakibatkan bertambahnya kebutuhan bahan makanan. Akibatnya permintaan tinggi dan mekanisme kerja pemasaran akan meningkat, yaitu 1) Kapasitas gudang meningkat
63 2) Kapasitas dan mutu pengangkutan juga naik. Akibatnya 1) Kegiatan pedagang pengumpul jadi naik karena permintaan barang naik dan 2) kegiatan pedagang pengecer juga naik. Jika pertambahan penduduk tidak dapat diimbangi oleh 1) pertambahan produksi dan mekanisme dan 2) mekanisme kerja pemasaran maka harga pada konsumen akan naik, sebab penawaran di daerah konsumen akan rendah dari permintaan. Pertambahan penduduk akan memperluas pasar. Tetapi bila tidak disertai pertambahan pendapatan per kapita maka permintaan hanya bertambah pada kebutuhan pokok yang harganya murah. Harga (Rp) D1 D2 S D1 = kurva permintaan sebelum adanya pertambahan penduduk D2 = kurva permintaan setelah adanya pertambahan penduduk H2 H1 Jumlah barang persatuan waktu 0 P1 P2 Grafik : Pergeseran kekanan kurva permintaan karena pertambahan penduduk dengan kurva penawaran yang tetap. 3. Urbanisasi Yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota. Kalau yang pindah adalah : 1). Petani produsen. Akibatnya permintaan bahan makanan di kota akan meningkat dan penawaran bahan makanan di kota akan turun 2). Non petani, maka di kota permintaan barang akan naik,tetapi penawaran tetap sehingga harga konsumen akan naik. 3) Urbanisasi penduduk pertanian ke kota maka, permintaan barang akan naik, penawaran turun sehingga harga konsumen akan naik secara drastis. 4. Lokasi konsumen Lokasi konsumen hubungannya dengan daerah produksi adalah penting dalam pemasaran pertanian, terutama pada produk yang bersifat perishable. Untuk itu pendistribusiannya harus cepat, dengan fasilitas pengangkutan yang baik serta fasilitas penyimpanan yang baik pula. Jarak konsumen dengan sumber produksi berpengaruh pada biaya pemasaran. Makin jauh jaraknya, maka biaya pemasaran makin besar dan sebaliknya. Akibatnya jarak makin jauh maka harga eceran makin tinggi dan sebaliknya. Harga barang di pasar eceran yang dekat dengan pasar pusat lebih tinggi dari harga pasar pusat, sebab pasar eceran ini lebih suka mengambil barang dari pasar pusat dibandingkan dari daerah produksi karena terkena biaya tambahan (biaya angkut, retribusi, resiko dll).
64 5. Pendapatan konsumen. Penghasilan konsumen terdiri dari uang dan barang yang diterimanya. Tingkat pendapatan konsumen terbatas dan tertentu. Pendapatan konsumen yang dapat dipergunakan adalah pendapatan total yang dikurangi dengan pajak yang disebut dengan disposable income. Disposable income inilah yang dibelikan kepada pangan, sandang, jasa-jasa dll dan lebihnya ditabung. Tingkat pendapatan dan perubahan pendapatan konsumen berpengaruh pada 64nsure pemasaran. a. Penduduk dengan pendapatan tinggi, maka 64nsure pemasarannya cenderung rumit karena banyak tenaga kerja dan lembaga pemasaran yang terlibat dalam pergerakan barang. Penyebabnya konsumen menghendaki barang dengan mutu tinggi dan barang yang beragam. Untuk itu perlu kegiatan tambahan yang melibatkan tenaga kerja dan lembaga pemasaran yang banyak. b. Penduduk dengan pendapatan rendah, 64nsure pemasarannya cenderung sederhana karena tidak banyak melibatkan tenaga kerja dan lembaga pemasaran, sebab penduduk akan membeli produk apa adanya tanpa memeprtimbangkan mutu dan keanekaragaman barang. Kapan konsumen akan membeli ? Konsumen cenderung membeli dalanm jumlah banyak bila harga rendah. Dimana konsumen akan membeli ? Konsumen akan mempertimbangkan dimana 1) harga yang murah, 2) reputasi penjual, 3) jasa yang diberikan penjual, 4) sikap penjual, 5) menghemat waktu atau memilih tempat yang mudah dikunjungi, 6) kredit (bagi konsumen yang suka membeli dengan cara angsuran) dan 7) bantuan dalam pembelian. Penggunaan pendapatan oleh konsumen. Hukum Engel menyatakan bahwa bila pendapatan keluarga meningkat, maka : 1). Persentase dari pendapatan yang dibelanjakan untuk bahan makanan meningkat 2). Persentase dari pendapatan yang dibelanjakan untuk pakaian kurang lebih tetap. 3). Persentase dari pendapatan yang dibelanjakan untuk perumahan kurang lebih sama 4). Persentase dari pendapatan yang dibelanjakan untuk lainnya meningkat. Kemudian perlu pula diketahui bahwa tidak selamanya kenaikan pendapatan mengakibatkan jumlah pembelian barang bertambah dari seorang konsumen. Hal ini tergantung dari sifat barang yang bersangkutan. Barang konsumsi dapat dibagi atas 3 jenis berdsarkan sifatnya, yaitu : 1). Barang normal (normal goods), yaitu barang konsumsi yamg bertambah pembeliannya jika pendapatan konsumen bertambah dan sebaliknya. Yang termasuk barang normal ini adalah pakaian, kendaraan, peralatan rumah tangga dll. 2). Barang tuna nilai, yaitu barang konsumsi yang jumlah pembeliannya menurun akibat bertambahnya pendapatan konsumen dan sebaliknya. Contohnya beras kelas bawah, ikan asin dll. 3). Barang netral, yaitu barang konsumsi yang tetap jumlah pembeliannya meskipun pendapatan konsumen bertambah, atau berkurang. Contohnya garam, terasi dll. 6. Tingkah Laku dan Motivasi Konsumen Tingkah laku konsumen adalah kelakuan konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli suatu barang
65 Motivasi konsumen adalah dorongan jiwa atau sesuatu yang mengendalikan dalam fikiran konsumen dalam membeli suatu barang. Kelakuan konsumen berbeda dalam mengambil keputusan untuk membeli suatu barang yang diinginkannya. Ini akibat berbedanya motif pembelian. Analisa tingkah laku dan motivasi konsumen lebih banyak sebagi analisa psikologis. Setiap konsumen mempunyai motif yang terkandung dalam tingkah lakunya dalam proses pembelian suatu barang. Motivasi turut mempengaruhi keputusan konsumen dalam menentukan 1) jenis barang yang dibeli, 2) waktu pembelian, 3) tempat yang lebih mudah dijangkau, 4) jumlah yang akan dibeli dan 5) harga yang dapat memuaskan. Motif konsumen dapat dibedakan atas beberapa jenis : a. Motif barang atau produksi (product motives) b. Motif patronase (patronage motives) c. Motif emosional (emotional motives) d. Motif rasional (rational motives) a. Motif barang /produk (product motives) Adalah pembelian yang terjadi karena seseorang itu lebih suka sesuatu barang dibandingkan dengan barang lain (preferensi). Alasannya mungkin kualitas barang tersebut lebih baik, atau kebiasaan yang sukar dirobah. Contohnya seseorang suka beras solok karena kualitasnya lebih baik dari beras lain. Juga kebiasaan makan dengan beras solok yang cocok dengan seleranya, sehingga sulit untuk dirobah untuk mengkonsumsi beras jenis lain. b. Motif patronase (patronage motives) Yaitu pembelian dilakukan oleh konsumen pada 65nsu atau tempat-tempat tertentu saja karena 65nsure65 mudah dijangkau, adanya reputasi yang baik dari 65nsu tersebut. Harga tidak menjadi 65nsure pertimbangan yang penting dalam motif ini. Dengan kelakuan konsumen seperti ini, maka pedagang dapat menentukan letak 65nsu yang sesuai dengan keinginan konsumen. c. Motif emosional (emotional motives) Yaitu motif pembelian didasarkan atas dorongan nafsu dan bukan atas dasar kesadaran diri sendiri. Macam-macam motif ini antara lain : 1). Motif emulasi, yaitu motif melakukan pembelian karena akan menandingi orang lain. Jadi melakukan pembelian suatu barang karena iri melihat orang lain membelinya, bukan karena kebutuhan dan kemampuan. 2). Motif individualistis, yaitu motif pembelian karena ingin memiliki barang yang ganjil atau belum dimiliki orang lain. Atau membeli sesuatu yang berbeda dari pembeli lain. 3). Motif konformitas (conformity), yaitu membeli suatu barang karena ingin menyesuaikan diri dengan konsumen lain, atau mengikuti perkembangan zaman. 4). Motif ambisi, yaitu membeli suatu barang karena kegairahan dan ingin mendapatkan prestise atau karena dia akan merasa bangga. 5). Motif keahlian, (proficiency) yaitu membeli sesuatu barang karena didorong oleh perasaan bahwa ia adalah seorang ahli dan oleh sebab itu ia harus membeli barang- barang tertentu.
66 6). Motif prestasi 66nsure (social echievement), yaitu membeli sesuatu barang karena telah melakukan suatu prestasi 66nsure. Contoh seseorang membeli suatu barang karena sesuai dengan pangkat yang diperolehnya. 7). Motif memuaskan selera (satisfaction of apetite), yaitu membeli sesuatu barang karena ingin memuaskan selera atau keinginan. 8). Motif menyenangkan cita rasa. 9). Motif menjaga diri dari bahaya, dll. d. Motif rational (rational motives). Yaitu motif pembelian yang didasarkan atas dorongan yang timbul yang disetujui oleh diri sendiri atau dorongan yang timbul secara sadar. Artinya pembelian yang tepat dan logis. Tidak terdapat 66nsure pemaksaan diri dalam jiwanya. Membeli sesuatu atas pertimbangan yang matang dan ekonomis. Ciri motif pembelian rasional ini adalah : 1). Membeli sesuatu yang mudah terpakai. 2). Penghematan dalam hal pembelian dan penggunaan produk. 3). Membeli sesuatu barang karena mutunya dapat dipercaya (dependability in quality). 4). Karena barang itu efisien dalam penggunaannya. 5). Karena barang tersebut punya daya tahan yang baik. 6). Karena menggunakan barang tersebut menimbulkan penghematan. 7). Karena yakin barang itu tidak akan merugikan dan mengecewakan dalam pemakaiannya. 8). Karena barang tersebut dapat menambah pendapatan. 9). Karena membeli barang itu dapat berfungsi sebagai alat bantu. 7. Masalah Pemilihan Barang Oleh Konsumen. Konsumen mempunyai pendapatan terbatas. Dengan pendapatan terbatas dikeluarkannya uang untuk membeli berbagai macam keperluannya, seperti pangan. Tetapi tidak semua bahan makanan yang disukainya yang dapat dibelinya karena pendapatan yang terbatas tersebut. Konsumen akan mengadakan pemilihan secara rasional, yaitu yang dapat memberikan kepuasan yang maksimum bagi dirinya. Kepuasan maksimum bersifat perseorangan, artinya kepuasan maksimum seseorang akan berbeda dengan orang lain. Dalam pemilihan barang dan jasa yang memberikan kepuasan maksimum ada 2 hal yang perlu diperhatikan : a. Bagaimana menbagi pendapatannya diantara berbagai macam jenis produk serta jasa yang diperlukan. b. Bagaimana menentukan produk/jasa yang paling tepat dengan memperhatikan mutu barang/jasa, harga macam-macam barang/jasa dan tipe/macam barang/jasa. C. Permintaan Konsumen 1. Definisi Permintaan adalah jumlah suatu barang yang akan dibeli oleh konsumen pada keadaan, waktu dan harga tertentu Hukum permintaan, adalah apabila harga barang naik, maka jumlah permintaan akan turun, sebaliknya bila harga barang turun maka jumlah permintaan akan naik.
67 2. Macam-Macam Permintaan : a. Permintaan individu, yaitu jumlah suatu barang yang akan dibeli oleh seorang konsumen pada berbagai harga. b. Permintaan agregat atau permintaan pasar, adalah jumlah suatu barang yang akan dibeli oleh seluruh individu pada suatu pasar. c. Permintaan konsumen (consumtion demand), adalah jumlah barang yang akan dibeli oleh konsumen akhir di suatu pasar eceran pada harga dan jangka waktu tertentu. d. Permintaan turunan (derived demand), yauty permintaan tidak langsung, seperti permintaan yang terdapat di berbagai tingkat pedagang perantara atau di pasar pengolahan. Permintaan turunan ini berasal dari permintaan konsumen tingkat eceran. 3. Permintaan dan Konsumsi Keluarga Permintaan keluarga timbul karena adanya keperluan konsumsi keluarga. Konsumsi bahan makanan pada keluarga mempunyai ciri-ciri : a. Konsumsi untuk seluruh bahan makanan oleh keluarga relatif stabil. b. Pengeluaran keluarga untuk bahan makanan merupakan suatu pengeluaran pokok keluarga. c. Bagian dari pendapatan konsumen yang dikeluarkan untuk bahan makanan berkurang akibat bertambahnya pendapatan. Pendapatan naik maka persentase pendapatan untuk bahan makanan menurun. d. Tidak semua kelompok bahan makanan dikonsumsi dalam jumlah sama banyak, tetapi konsumsi lebih banyak pada kelompok-kelompok bahan makanan tertentu. Contoh beras lebih banyak dikonsumsi dari sayuran. e. Bahan makanan tertentu relatif penting, konsumsinya akan berubah sepanjang tahun. 4. Pendapatan konsumen. Dalam hubungannya dengan konsumsi bahan makanan pendapatan konsumen mempunyai ciri-ciri : a. Bagian pendapatan yang dibelanjakan untuk bahan makanan besarnya relatif sama sepanjang tahun apabila jumlah pendapatan tidak berubah. b. Dalam jangka pendek apabila pendapatan naik, maka uang yang dibelanjakan untuk bahan makanan akan bertambah, tetapi tidak secepat kenaikan pendapatan. c. Konsumen dengan pendapatan tinggi akan lebih banyak membelanjakan uangnya untuk bahan makanan dibandingkan konsumen berpendapatan rendah, dengan alasan : 1. Mereka membeli lebih banyak bahan makanan. 2. Mengkonsumsi lebih banyak makanan yang harganya lebih mahal. 3. Mengkonsumsi lebih banyak jenis/ragam bahan makanan. 4. Membeli produk dalam berbagai bentuk 5. Membayar lebih banyak untuk layanan. d. Dalam satu tahun persentase uang yang dibelanjakan untuk bermacam-macam bahan makanan bervariasi secara meluas diantara masing-masing keluarga. e. Perubahan dalam pendapatan dapat berpengaruh pada konsumsi dengan cepat. Pendapatan naik maka konsumsi suatu komoditi akan naik atau jenis barang dikonsumsi akan naik. Kalau pendapatan turun maka konsumsi suatu komoditi akan turun atau jenis barang dikonsumsi akan turun.
68 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan Permintaan konsumen terhadap suatu komoditi hasil pertanian ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu : a. Harga barang tersebut, yaitu kalau harga naik maka jumlah permintaan barang akan turun dan sebaliknya kalau harga barang turun maka jumlah permintaannya akan naik. b. Adanya barang pengganti dan barang pelengkap. Barang pengganti (subsitusi) yaitu barang yang dapat menggantikan fungsi suatu barang. Contoh beras dengan jagung di Madura, beras dengan sagu di Maluku. Apabila harga beras naik dan harga jagung tetap di Madura akan mengakibatkan permintaan beras akan turun, tetapi permintaan jagung naik. Harga beras D 0 Jumlah permintaan jagung Barang pelengkap (barang komplemen), yaitu suatu barang yang digunakan bersama- sama dengan barang lain. Contohnya gula dengan kopi, atau gula denga teh. Apabila harga gula naik maka permintaan kopi atau teh akan turun. Sebab kalau harga gula naik, maka konsumen akan mengurangi membeli gula tersebut. Akibatnya kopi atau teh yang digunakan bersama dengan gula permintaannya juga berkurang. Harga gula D 0 Jumlah permintaan kopi atau teh c. Tingkat pendapatan. Perubahan tingkat pendapatan akan mempengaruhi permintaan barang. Sering dijumpai dengan bertambahnya pendapatan konsumen maka permintaan barang bisa naik atau turun. Berdasarkan perubahan permintaan suatu barang karena perubahan pendapatan konsumen maka jenis barang dapat dibedakan atas : 1). Barang normal, yaitu barang yang mengalami kenaikan permintaan akibat kenaikan pendapatan konsumen. Ini akibat kemampuan konsumen bertambah untuk membeli lebih banyak barang. 2). Barang inferior (tuna nilai), yaitu barang yang menurun permintaannya apabila pendapatan konsumen naik dan sebaliknya. Kurvanya :
69 Pendapatan Pendapatan D D 0 Jumlah permintaan 0 Jumlah permintaan (a) (b) Gambar : (a) Kurva Barang Normal dan (b) Kurva Barang Inferior d. Jumlah Konsumen. Makin banyak konsumen maka permintaan barang akan naik dan sebaliknya. e. Selera (preferensi) konsumen. Selera konsumen berbeda-beda terhadap suatu barang. Selera ini dipengaruhi oleh umur, pendidikan, agama, adat dll. 6. Elastisitas Permintaan Adalah pengukuran kuantitatif yang menunjukkan sampai dimana besarnya pengaruh perubahan harga terhadap perubahan permintaan. Konsep elastisitas permintaan sangat penting dan berguna terutama bagi pengusaha (produsen dan pedagang), karena konsep ini menunjukkan bagaimana konsumen akan bereaksi terhadap perubahan kondisi harga. Jika harga suatu macam produk berubah maka jumlah barang yang akan dibeli konsumen berubah dan jumlah uang yang dibelanjakan konsumen berubah pula, tergantung pada elastisitas permintaan dari barang bersangkutan. Suatu penurunan harga barang akan menyebabkan konsumen untuk : a. Membelanjakan uang lebih banyak dari sebelumnya untuk barang-barang yang permintaan elastis (Ed > 1). b. Membelanjakan uang dalam jumlah yang sama dengan sebelumnya untuk barang- barang yang permintaannya elastis uniter (unitary elasticity Ed = 1) c. Membelanjakan uang lebih sedikit dari sebelumnya untuk barang-barang yang permintaannya tidak elastis (inelastis = Ed = < 1) Suatu kenaikan harga dari barang akan menyebabkan konsumen : a. Membelanjakan uang lebih sedikit dari sebelumnya untuk barang yang permintaannya elastis (Ed > 1). b. Membelanjakan uang dalam jumlah yang sama dari sebelumnya untuk barang yang permintaannya elastis uniter (Ed = 1). c. Membelanjakan uang lebih banyak dari sebelumnya untuk barang yang permintaannya tidak elastis (Ed < 1). Jelaslah bahwa elastistas harga dari permintaan sangat penting bagi indiustri karena mengungkapkan bagaimana nilai penjualan total berubah karena perubahan harga. Jika suatu perusahaan memproduksikan atau menjual barng yang permintaannya elastis, maka akan lebih banyak dijual dengan menurunkan harga, sehingga nilai penjualan total
70 akan lebih besar. Menaikan harga atau mengurangi jumlah yang dijual akan menurunkan nilai penjualan total. Jika barang yang dijual adalah barang yang permintaannya tidak elastis maka nilai penjualan dapat dinaikan dengan jalan menaikan harga dan mengurangi jumlah yang dijual . Jika yang dijual permintaannya elastis atau elastis uniter, maka nilai penjualan total tidak akan berubah walaupun terjadi perubahan harga.
71 XII. PASAR A. Pengertian Pasar Dalam ilmu ekonomi pengertian pasar adalah keadaan di mana terjadi kekuatan permintaan dan penawaran yang sesuai dari suatu barang dan jasa. Persesuaian kekuatan antara permintaan dari konsumen dan penawaran dari produsen tidak dapat dilihat, karena kejadiannya tidak berwujud seperti benda. Dengan demikian pasar yang disebut ini adalah pasar abstrak. Di samping itu juga ada pasar konkrit. Pasar konkrit adalah tempat di mana peminta dan penawar barang bertemu dan berkumpul. Contohnya Pasar Raya, Pasar Lubuk Begalung, Pasar Alai dan lain-lain yaitu pasar yang dapat dilihat karena ada bangunan atau tempatnya serta ada pembeli penjual dan barang yang diperjualbelikan. Pasar konkrit mempunyai ciri-ciri, yaitu peserta pasar (penjual dan pembeli) dan barang yang diperdagangkan terdapat pada pasar tersebut. Jadi dalam hal ini pasar konkrit adalah merupakan wujud yang bisa dilihat. Pasar konkrit adalah juga pasar abstrak dimana antara dua pasar konkrit yang berjauhan bisa terjadi persesuaian penawaran dan permintaan. Contohnya antara pedagang sayur mayur di Pasar Padang Panjang Sumatera Barat dapat melakukan penjualan kepada pedagang di Batam Kepulauan Riau, manakala diantara keduanya telah terjadi persesuaian penawaran dan permintaan. Tetapi tidak semua pasar abstrak adalah juga pasar konkrit di mana syarat pasar konkrit tidak bisa dipenuhi oleh pasar abstrak, seperti tidak adanya tempat bertemu antara penjual dan pembeli. B. Tingkatan Pasar Pengaliran hasil-hasil pertanian dari titik produksi sampai ke titik konsumsi akan melalui beberapa tingkatan pasar. Untuk itu pasar dapat dibagi menurut tingkatan pasar berdasarkan proses pengaliran barang, yaitu pasar lokal, pasar sentral, pasar impor ekspor, pasar antar negara, pasar eceran dan lain-lain. a. Pasar Lokal (local assembly market) Pasar lokal sering juga disebut dengan Pasar Pengumpulan Lokal, atau pasar petani (grower market). Pasar ini dijumpai di sekitar sentra pusat pertanian. Letak pasar ini umumnya di desa-desa, nagari atau kecamatan, bahkan juga ada dijumpai di ibukota kabupaten. Yang memegang peranan di sini adalah pedagang pengumpul. Di pasar inilah hasil-hasil pertanian dibeli oleh pedagang pengumpul dalam jumlah yang kecil-kecil dan setelah mencapai jumlah tertentu dijual lagi oleh pedagang pengumpul ke pasar yang lebih tinggi tingkatannya atau ke pedagang besar. Selain kegiatan pengumpulan sering juga sudah terdapat kegiatan sortir, grading dan packing di pasar lokal ini. Selain pedagang pengumpul, juga sering ditemukan pedagang besar, yang membawa hasil-hasil pertanian dalam jumlah besar ke luar daerah. Biasanya pasar lokal yang sering dikunjungi pedagang besar hasil pertanian adalah yang punya fasilitas jalan raya yang besar yang mudah dilewati oleh mobil truk besar. Pasar lokal ini juga merupakan pasar eceran apabila di sana terdapat kegiatan menjual barang dalam jumlah kecil dan langsung ke konsumen akhir. Di Sumatera Barat pasar lokal ini terdapat di setiap nagari, dimana penduduknya yang umumnya bermata pencaharian dari bertani, memperjual belikan hasil pertaniannya
72 di pasar ini di samping untuk mendapatkan kebutuhan lain. Nagari adalah suatu daerah yang berada di kecamatan, atau setingkat desa di Pulau Jawa. Pasar Nagari adalah wujud pasar yang harus ada di setiap nagari di Sumatera Barat, karena untuk pendirian setiap nagari harus ada pasar. Pemilikan dan pengelolaan pasar nagari ini adalah oleh nagari yang bersangkutan, bukan pemerintah. Umumnya pasar-pasar besar yang ada di setiap kota di Sumatera Barat dulunya berasal dari pasar nagari ini, tetapi karena pasar nagari luasnya bertambah besar dan pengelolaannya jadi rumit maka nagari menyerahkannya ke pemerintah. Contohnya Pasar Atas dan Pasar Bawah di Bukitinggi, Pasar Padang Panjang, Pasar Solok dan lain-lain. b. Pasar Sentral (primary market) Pasar sentral merupakan pusat-pusat perdagangan sehingga dinamakan juga Pasar Pusat. Pasar ini menerima barang dari pasar lokal, kemudian disebarkan ke pasar eceran, fabrik pengolahan, kota-kota lain atau di ekspor ke luar negeri. Pasar sentral pada umumnya terdapat di kota-kota besar atau kota yang punya fasilitas perniagaan seperti pelabuhan, gudang-gudang, pengangkutan dan alat komunikasi. Di Pasar Sentral ditemukan proses konsentrasi, equilisasi (pengimbangan antara permintaan dan penawaran) dan dispersi (penyebaran), terutama konsentrasi fisik hasil-hasil pertanian. Di Pasar Sentral ditemukan lembaga-lembaga pemasaran seperti pedagang besar (wholesaler, jobber), pedagang komisi (komisioner), makelar, spekulator dan lain-lain. Tetapi yang paling berperan di sini adalah pedagang besar. c. Pasar Impor-Ekspor Pasar ini disebut juga pasar pelabuhan, merupakan pasar pusat bagi barang-barang yang akan dikirim ke luar negeri atau pulau-pulau lain dan barang-barang yang berasal dari impor. Hasil-hasil pertanian di samping ada yang dikonsumsi di dalam negewri, juga ada yang diekspor ke luare negeri. Sebaliknya barang-barang konsumsi yang tidak dihasilkan di dalam negeri dan untuk memenuhi kebutuhan tersebut harus diimpor dari luar negeri. Pasar impor-ekspor ini pada umumnya terdapat di kota-kota besar yang mempunyai fasilitas perniagaan yang memungkinkan untuk setiap saat dapat berhubungan dan melakukan pengiriman barang ke negara lain. d. Pasar Antar Negara. Di pasar antar negara (pasar dunia, pasar internasional) ini terdapat hubungan antara penawaran dan permintaan barang tingkat dunia. Di pasar ini hanya tersedia monster (contoh barang) yang diperjual belikan yang mempunyai standar-standar tertentu. Standar ini sangat penting dalam perniagaan antar negara. Berdasarkan waktu transaksi, maka perdagangan di pasar antar negara dapat dalam bentuk perdagangan tunai di mana transaksi berlangsung secara tunai dan dalam bentuk perdagangan berjangka di mana transaksi berlangsung pada waktu akan datang. Perdagangan berjangka adalah jual beli berdasarkan kontrak bahwa pengiriman atau penyerahan barang niaga tertentu dalam jumlah dan mutu, tempat dan waktu tertentu. Berarti harga, jumlah, mutu dan waktu pengiriman atau penyerahan barang disetujui pada saat tersebut, tetapi pelaksanaan pengiriman dan pembayaran dilakukan kemudian. Bila pada pasar antar negara berlangsung perdagangan berlangsung perdagangan berjangka, maka pasar antar negara tersebut merupakan pasar berjangka. Pada pasar
73 berjangka ini beroperasi badan niaga seperti hedger, speculator, floor trader dan brokerage firm. e. Pasar Eceran Pasar eceran merupakan pusat perdagangan di mana perdagang eceran menjual barang dagangannya dalam jumlah kecil kepada konsumen akhir secara langsung. Pasar eceran umumnya terdapat di daerah pusat konsumsi, yaitu di kota besar, kota kecil dan daerah pedesaan. Pasar yang sehari-hari dilihat dan dikunjungi adalah merupakan pasar eceran. Hampir di setiap tempat ditemukan pasar eceran ini. Di pasar ini ditemukan pedagang pengecer yang menjual barangnya secera eceran dan konsumen akhir yang membeli barang untuk kebutuhan hidupnya. Pedagang pengecer ini ada yang memiliki toko dan ada yang tidak. Dari permodalannya ada yang bermodal besar dan ada yang bermodal kecil. Ada toko yang menyediakan berbagai macam barang seperti toko swalayan dan ada toko yang menjual satu macam barang saja. C. Bentuk-bentuk Pasar Yang dimaksud dengan bentuk-bentuk pasar adalah bentuk yang menunjukan keadaan objektif di mana terjadi pertukaran. Dalam membedakan pasar menurut bentuknya ini didasarkan atas jumlah penjual dan pembeli. Di tinjau dari sudut penawaran (produsen) maka ada barang yang ditawarkan dan diproduksikan oleh satu orang atau satu perusahaan. Bentuk pasar dari suatu barang yang ditawarkan adalah : a. Pasar Monopoli, yaitu bentuk pasar dari suatu barang yang ditawarkan atau diproduksikan oleh satu orang atau satu perusahaan. b. Pasar Duopoli, yaitu bentuk pasar dari suatu barang yang ditawarkan atau diproduksikan oleh dua orang atau dua perusahaan. c. Pasar Oligopoli, yaitu bentuk pasar dari suatu barang yang ditawarkan atau diproduksikan oleh lebih dari dua orang atau lebih dari dua perusahaan dimana penjual atau produsennya masih bisa menentukan harga jual (price setter). d. Pasar bersaing Sempurna (perfect competition), yaitu bentuk pasar dari suatu barang yang ditawarkan atau diproduksikan oleh orang atau perusahaan yang banyak sekali, dimana penjualnya tidak dapat menentukan sendiri harga jualnya (price taker). Ditinjau dari sudut permintaan konsumen, maka ada barang yang sumber permintaannya terdiri dari satu orang atau lebih, yaitu : a. Pasar Monopsoni, yaitu bentuk pasar dari barang yang pembelinya hanya satu orang atau satu perusahaan. b. Pasar Duopsoni, yaitu bentuk pasar dari barang yang pembelinya hanya dua orang atau dua perusahaan. c. Pasar Oligopsoni, pasar yaitu bentuk dari barang yang pembelinya lebih dari dua orang atau lebih dari dua perusahaan dimana penentuan harga tetap ditentukan oleh si oligopsoni (price maker) d. Pasar bersaing Sempurna (perfect competition), yaitu bentuk pasar dari suatu barang yang pembelinya banyak sekali, dimana pembelinya tidak dapat menentukan sendiri harga jualnya (price taker).
74 Di samping itu ada pula bentuk pasar yang lain, yaitu : a. Pasar Bilateral Monopoli, yaitu bentuk pasar dari barang dimana hanya ada satu penjual dan satu pembeli. b. Pasar Bilateral Duopoli, yaitu bentuk pasar dari barang dimana hanya ada dua penjual dan dua pembeli. c. Pasar Bilateral Oligopoli, yaitu bentuk pasar dari barang dimana banyak penjual dan banyak pembeli. Analisa ekonomi membedakan bentuk pasar kepada 4 jenis, yaitu pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, pasar oligopoli, pasar persaingan monopolistis (imperfect competition). Bentuk monopoli, duopoly, duopsoni, oligopoly dan oligopsoni adalah pasar persaingan tidak sempurna. a. Pasar Persaingan Sempurna (perfect competition) Pasar persaingan sempurna dapat didefinisikan sebagai struktur pasar dimana terdapat banyak penjual dan banyak pembeli dan setiap penjual ataupun pembeli tidak dapat mempengaruhi keadaan pasar. Pasar persaingan sempurna biasa juga disebut Pasar Persaingan Murni. Ciri-ciri selengkapnya struktur pasar persaingan sempurna adalah : 1). Setiap produsen atau penjual adalah pengambil harga (price taker). Pengambil harga berarti suatu perusahaan atau penjual yang ada dalam pasar tidak dapat menentukan atau mengubah harga pasar. Apapun tindakan produsen di dalam pasar tidak akan menimbulkan perubahan atas harga pasar yang berlaku. Harga barang di pasar ditentukan oleh interaksi antara keseluruhan produsen dan pembeli. Seorang produsen atau penjual terlalu kecil peranannya di dalam pasar sehingga tidak dapat mempengaruhi ketentuan tersebut. Peranannya yangat sangat kecil tersebut disebabkan karena jumlah produksi yang dihasilkan atau yang dijual merupakan sebagian kecil saja dari keseluruhan jumlah barang yang dihasilkan dan diperjual belikan. 2). Setiap produsen atau penjual mudah keluar atau masuk pasar. Sekiranya produsen mengalami kerugian dan ingin meninggalkan usaha tersebut, maka hal ini mudah dilakukan. Demikian juga kalau ada produsen ingin masuk, maka hal ini juga mudah dilakukannya. Sama sekali tidak ada hambatan, seperti modal dimana pada bentuk pasar ini modal yang dibutuhkan bisa dalam jumlah yang kecil. Contohnya pasar beras, dimana modal yang dibutuhkan bisa dalam jumlah yang kecil. Kemudian peraturan-peraturan, dimana tidak ada peraturan-peraturan yang menghambat seseorangan atau suatu perusahaan untuk masuk pasar ini. Demikian juga kalau ingin keluar dari pasar ini, mudah dilakukan. Kalau sekiranya poedagang beras merasa sulit bersaing, maka dia dia dengan mudah bisa menghentikan usahanya. 3). Setiap produsen mengahsilkan dan menjual barang yang sama (identical). Barang yang dihasilkan berbagai produsen tidak mudah dibedakan dan sangat bersamaan dalam bentuk, mutu, jenis dan lain-lain. Karena itu para konsumen tidak dapat membedakan produksi dari perusahaan yang satu dengan yang lain, atau barang yang dijual oleh penjual satu dengan barang penjual lain. Barang yang dihasilkan seorang produsen merupakan pengganti sempurna dari barang yang dihasilkan produsen lain. Sebagai akibat sifat ini tidak ada gunanya setiap
75 perusahaan atu penjual melakukan persaingan bukan harga (non price competition), yaitu persaingan melalui iklan atau promosi penjualan. Hal ini disebabkan karena konsumen mengetahui bahwa barang yang diperjualbelikan tidak ada bedanya sama sekali. 4). Terdapat banyak produsen dalam pasar. Sifat inilah yang menyebabkan produsen tidak mempunyai kekuasaan mengubah harga. Sifat ini memiliki 2 aspek, yaitu jumlah perusahaan sangat banyak dan masing-masing perusahaan relatif kecil kalau dibandingkan dengan keseluruhan perusahaan di dalam pasar. Akibatnya produksi setiap perusahaan sangat sedikit bila dibandingkan dengan jumlah produksi yang terdapat dalam pasar. Keadaan ini menyebabkan menaikan atau menurunkan harga dan produksi tidak mempengaruhi harga yang berlaku. 5). Konsumen mempunyai pengetahuan yang sempurna tentang keadaan pasar. Dalam pasar persaingan sempurna jumlah konsumen sangat banyak. Masing- masing konsumen mempunyai pengetahuan yang sempurna mengenai keadaan pasar, yaitu mereka mengetahui harga yang berlaku dan perubahan harga, mutu barang, jenis barang, bentuk, warna, rasa dan lain-lain. Untuk itu konsumen dapat memastikan barang yang akan dia beli kalau sekiranya penjual mau menipunya sehingga produsen tidak dapat menjual barangnya dengan harga yang lebih tinggi dari pada harga yang berlaku di pasar. 6). Terdapat banyak konsumen dalam pasar dan setiap konsumen adalah pengambil harga (price taker). Di samping jumlah produsen atau penjual banyak di dalam pasar, maka jumlah konsumen demikian pula. Karena banyaknya konsumen di dalam pasar, maka seorang konsumen terlalu kecil peranannya di dalam pasar sehingga tidak dapat mempengaruhi perubahan harga. Untuk itu kalau ada seorang konsumen menentukan harga barang di bawah harga pasar maka dia tidak dapat membeli barang tersebut, karena penjual atau produsen dapat dengan mudah menjual kepada konsumen lain dengan harga pasar. Bentuk pasar persaingan sempurna ini amat jarang ditemukan, karena syarat- syaratnya sulit terpenuhi. Tidak ditemukan komoditi pertanian yang dijual dapat memenuhi syarat-syarat bentuk pasar ini secara sempurna. Namun ada komoditi hasil pertanian yang hampir mendekati persyaratan pasar ini yaitu beras. Beras punya banyak pembeli dan banyak penjual. Harga, jenis, mutu, bentuk, rasa dan jumlah yang diperjual belikan secara umum diketahui oleh hampir semua produsen dan konsumen. Untuk itu produsen dan konsumen tidak dapat mengubah harga dari harga pasar yang berlaku. Tetapi beras adalah barang yang setiap hari dikonsumsi oleh masyarakat dan ketersediaannya tidak selalu stabil. Hal itu disebabkan beras dihasilkan secara bermusim sehingga adakalanya permintaan melebihi penawaran atau penawaran melebihi permintaan. Oleh karena itu harga bisa dipengaruhi oleh produsen dan konsumen. Bila datang musim panen raya, maka harga cenderung turun karena penawaran melebihi permintaan. Akibatnya produsen dan penjual menurunkan harga, karena takut tidak semua berasnya dapat terjual. Di samping itu konsumen dapat menekan harga beli karena jumlah barang melebihi yang diminta. Demikian juga pada musim paceklik, karena jumlah permintaan melebihi penawaran, maka harga cenderung dinaikan produsen atau penjual. Jadi ada kekuatan produsen dan konsumen mempengaruhi harga pasar. Di samping itu negara melalui pemerintah juga ikut menentukan harga beras, karena beras
76 merupakan kebutuhan yang sangat pokok, dimana kalau pasar beras terganggu akan berakibat besar pada penyelenggaraan negara. Pemerintah akan memperlakukan harga atap bila ketersediaan atau penawaran beras di pasar kurang dari jumlah permintaannya. Gunanya untuk menghambat harga jangan melampaui harga yang konsumen tidak sanggup membayarnya, yaitu dengan melakukan operasi pasar. Operasi pasar adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk penyediaan dan menjual beras dengan harga tertentu (harga atap) kepada penduduk, di waktu permintaan melebihi penawaran beras, sehingga harga beras tidak melampaui jumlah harga dimana konsumen tidak sanggup untuk membayarnya. Harga atap adalah harga tertinggi yang ditetapkan pemerintah di waktu paceklik dimana harga tersebut tidak merugikan produsen atau penjual dan tidak memberatkan konsumen. Di samping itu juga pemerintah melakukan pembelian beras atau gabah saat musim panen raya dimana waktu itu penawaran melebihi permintaan. Pemerintah melakukan pembelian gabah atau beras petani dengan harga tertentu (harga dasar) yang tidak merugikan petani. Harga dasar adalah harga terendah yang ditetapkan pemerintah yang tidak merugikan kepada petani dan tidak memberatkan kepada konsumen di waktu panen raya. b. Pasar Monopoli Yaitu suatu pasar apabila barang yang diperjualbelikan dihasilkan oleh seorang produsen atau dijual oleh seorang penjual, sehingga produsen atau penjual mempunyai pengaruh besar atas penawaran barang tersebut, sehingga dapat menentukan harga (price setter). Di samping itu barang yang dihasilkan tidak dapat digantikan oleh barang lain. Ciri-ciri pasar monopoli adalah : 1). Barang yang diperjual belikan tidak punya barang pengganti yang mirip. Barang yang dihasilkan dan dijual perusahaan monopoli tidak dapat digantikan oleh barang lain yang ada di pasar. Barang-barang itu merupakan satu-satunya jenis barang seperti itu. Yang mirip dari segi kegunaannya tidak ada sama sekali. Contohnya listrik yang diproduksi oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) tidak ada barang pengantinya, sehingga konsumen kalau ingin mendapatkan listrik harus membelinya dari PLN. 2). Tidak terdapat kemungkinan bagi produsen lain untuk mengahasilkan barang yang sama. Sifat ini merupakan sebab utama yang menimbulkan perusahaan yang mempunyai kekuasaan monopoli. Tanpa sifat ini pasar monopoli tidak akan terjadi, karena tanpa ada hambatan akan terdapat beberapa perusahaan yang memproduksi barang yang sama. Ada beberapa hambatan untuk bisa memproduksi barang yang sama, seperti : Pertama bersifat legal, yaitu dibatasi undang-undang atau peraturan dimana orang atau perusahaan tertentu yang boleh memproduksi atau menjual barang tersebut. Misalnya hak paten, dimana sipemilik paten yang boleh memproduksi atau menjual barang tersebut yang dilindungi undang-undang. Contoh untuk hak paten ini di bidang pertanian adalah penciptaan varaietas unggul, atau komodoti unggul dari hasil pertanian. Misalnya penciptaan varietas padi, jagung, ayam broiler dan lain-lain, dimana hanya orang tertentu atau perusahaan tertentu yang boleh memproduksinya yang dilindungi undang-undang. Penciptaan jenis produk konsumsi tertentu, seperti Ayam Goreng Kentucky Fried Chicken, Ayam Goreng Mbok Derek dan lain-lain. Kalau ada
77 orang atau perusahaan lain memproduksi barang yang sama harus seizin pemegang hak patennya dan membayar royalty. Royalty adalah pembayaran atas pemakaian teknologi hasil ciptaan orang lain yang dilindungi undang-undang. Selain hak paten bisa juga pemerintah menunjuk orang atau perusahaan tertentu untuk memproduksi atau menjual barang tersebut secara legal. Contohnya listrik yang hanya boleh diproduksi oleh Perusahaan Listrik Negara. Tapi sekarang aturan itu tidak lagi diperketat negara, dimana kalau ada pihak lain yang sanggup memproduksi listrik atas izin negara boleh melaksanakannya. Untuk hasil pertanian adalah terigu yang dihasilkan oleh PT Bogasari. Tetapi ini juga sudah dilonggarkan oleh negara. Kemudian penghasil minyak kelapa sawit (crude palm oil = CPO) dimana di luasan areal perkebunan kelapa sawit tertentu hanya diizinkan satu perusahaan fabrik CPO tertentu oleh pemerintah. Penentuan ini diputuskan pemerintah berdasarkan kapasitas terpasang mesin pengolah kelapa sawit. Mesin CPO mempunyai kapasitas terpasang mesinnya, sehingga membutuhkan produksi tandan buah sawit tertentu untuk pengolahan yang efisien. Jumlah produksi kelapa sawit berkaitan dengan luas areal perkebunan. Kedua, hambatan teknologi, dimana untuk menciptakan barang itu diperlukan teknologi yang khusus atau yang sulit atau bahkan tidak mungkin dilakukan produsen lain. Contohnya juga fabrik CPO. Karena untuk mengolah kelapa sawit membutuhkan teknologi tertentu, sehingga orang atau badan tertentu saja yang dapat melakukannya. Ketiga, hambatan modal yang sangat besar, yaitu untuk memproduksi dan menjual barang tertentu membutuhkan modal yang sangat besar sehingga orang atau badan tertentu saja yang sanggup melaksanakannya. Contohnya juga fabrik CPO di daerah tertentu, dimana untuk mendirikan fabrik dan biaya produksinya sangat besar sehingga orang atau badan tertentu saja yang sanggup mengusahakannya. Tetapi fabrik CPO ini tidak dapat menentukan harga jual CPO sesuka hatinya karena penentuan harga jual CPO juga diatur oleh pemerintah, sebab CPO adalah bahan baku pembuat minyak goreng. Minyak goreng adalah kebutuhan pokok masyarakat, sehingga harga produksi barang kebutuhan pokok berhak diatur oleh negara. Kalau permintaan CPO di luar negeri naik sehingga harga jualnya naik, maka produsen CPO akan lebih banyak menjual ke luar negeri dari pada di dalam negeri untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Untuk itu pemerintah akan menghambatnya, misalnya dengan cara menaikan pajak ekspor. Akibatnya produsen CPO terpaksa mengeluarkan biaya yang besar untuk ekspor yang akan mengurangi keuntungannya. Untuk itu ekspor CPO terhambat sehingga kebutuhan CPO dalam negeri akan tetap stabil dan harga di dalam negeri juga akan stabil. 3). Produsen dapat menguasai penentuan harga. Oleh karena perusahaan monopoli adalah satu-satunya penjual di dalam pasar, maka penentuan harga dapat dikuasainya. Untuk itu perusahaan monopoli adalah penentu harga (price setter). Dengan mengadakan pengendalian produksi dan jumlah barang yang ditawarkan, perusahaan monopoli dapat menentukan harga pada tingkat yang dikehendakinya. Kenyataannya di pasar, barang yang diusahakan secara monopoli terdiri dari banyak penjual, namun harga barang tersebut tetap ditentukan oleh satu orang atau satu
78 perusahaan saja. Yang bersaing adalah konsumen, sedangkan pengusaha atau penjual bebas dari persaingan sehingga dia dengan mudah menentukan harga pasar. Jadi pada saat monopoli murni, orang atau perusahaan bersangkutan tidak mempunyai saingan langsung dan juga tidak berhadapan dengan produk atau sekelompok produk yang bersaing dekat dengan produknya. Dalam kehidupan sehari-hari, sukar sekali dijumpai suatu bentuk pasar yang monopoli murni, terutama pada hasil pertanian, tetapi lebih banyak bersifat monopoli yang bersaing (persaingan monopolistik), yaitu suatu persaingan dari produk yang dihasilkan oleh beberapa orang atau pengusaha, tetapi persaingannya tidak sempurna. Contoh monopoli murni di Indonesia adalah perusahaan yang diusahakan oleh pemerintah seperti PLN, PN Pos dan Giro, Perusahaan Kereta Api. Tujuan monopoli pemerintah di sini bukan untuk mengejar keuntungan maksimum, tetapi untuk kepentingan masyarakat banyak. Bentuk pasar yang dekat dengan pasar monopoli adalah duopoli dan oligopoli. Pasar duopoli adalah bentuk pasar dimana hanya terdapat dua penjual tertentu. Pasar oligopoli adalah bentuk pasar di mana terdapat lebih dari dua penjual produk tertentu. Karenanya setiap orang atau perusahaan dapat mempengaruhi penjualan pihak saingannya dengan jumlah yang berarti. c. Pasar Monopsoni Pasar monopsoni adalah merupakan lawan dari bentuk pasar monopoli, yaitu bentuk pasar apabila terdapat seorang atau sebuah badan pembeli untuk produk tertentu, sehingga pembeli tersebut dapat mempengaruhi permintaan dan harga produk tersebut. Bentuk pasar yang dekat keadaannya dengan pasar monopsoni, adalah pasar duopsoni, dan oligopsoni. Pasar duopsoni adalah kebalikan dari pasar duopoli, yaitu pasar yang hanya terdapat dan pembeli produk. Pasar oligopsoni, merupakan kebalikan dari pasar oligopoli, yaitu bentuk pasar dimana terdapat lebih dari dua pembeli produk tertentu sehingga masing-masing pembeli mempengaruhi pembelian pihak saingannya dengan jumlah yang berarti. Pasar monopsoni sering ditemukan dalam pemasaran hasil pertanian. Contohnya pedagang pengumpul yang hanya seorang membeli hasil pertanian dari sekian banyak petani sehingga pedagang pengumpul tersebut yang menentukan harga jual petani, dimana bargaining position petani lemah. Dari hasil penelitian Devi dkk (2006) didapatkan pasar monopsoni pada komoditi bengkuang di Kecamatan Kuranji Kota Padang dimana seorang pedagang pengumpul membeli bengkuang dari sekian banyak petani bengkuang dimana penentuan harga jual petani ditentukan oleh pedagang pengumpul tersebut. Pada musim panen kol di Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok, petani kol menerima saja harga jual yang ditentukan oleh pedagang pengumpul terhadap kol yang dipanennya. Bahkan jumlah harga jual itupun baru diketahui petani pada saat pedagang pengumpul datang kembali pada waktu berikutnya setelah kol petani yang dibawanya terjual di daerah konsumen. Banyak lagi hasil pertanian berupa sayur- sayuran, buah-buahan dan komoditi pangan terjadi bentuk pasar monopsoni, duopsoni atau oligopsoni, dimana pedagang pengumpul berkuasa atas penentuan harga jual petani kepadanya. Dari hasil penelitian Devi dkk (2006) penyebab rendahnya bargaining position petani terhadap pedagang pengumpul adalah 1). Jumlah pedagang pengumpul yang sangat sedikit dibandingkan jumlah petani yang demikian banyak, 2) Petani tidak
79 bersatu dalam menjualkan hasil bengkuangnya, sehingga petani didikte oleh pedagang pengumpul dalam penentuan harga. Walaupun para petani tergabung dalam kelompok tani, tetapi mereka tidak memanfaatkan kebersatuan mereka itu dalam penjualan hasil produksi. 3). Petani menanam tanaman bengkuang secara serentak sehingga panen juga terjadi secara serentak pula. Hal ini menyebabkan penawaran melebihi permintaan, sehingga terjadi penekanan harga jual petani oleh pedagang pengumpul. 4) kurang berkembangnya pasar bengkuang dan pengolahannya sehingga permintaan rendah. Rendahnya jumlah permintaan dari jumlah produksi menyebabkan harga jual petani jadi tertekan. d. Pasar Persaingan Monopolistik. Disebut juga pasar monopoli tidak sempurna. Bentuk pasar ini antara pasar persaingan murni dengan pasar monopoli murni. Jadi dijumpai unsur-unsur tertentu dari persaingan murni dan kondisi-kondisi yang berkaitan dengan monopoli murni. Untuk itu pasar persaingan monopolistik dapat didefinisikan sebagai pasar dimana banyak terdapat produsen yang menghasilkan barang yang berbeda corak. Berbeda corak maksudnya terdapat barang yang sejenis, tetapi ada variasi diantaranya sehingga barang yang sejenis tersebut tidak sama betul. Adanya sedikit ketidak samaan tersebut mengakibatkan harga barangnya bisa berbeda. Ciri-ciri pasar persaingan monopolistik itu adalah : 1). Terdapatnya banyak perusahaan atau penjual. Terdapat banyak penjual di dalam bentuk pasar ini, tidaklah sebanyak pada pasar persaingan sempurna. Tidak satupun perusahaan yang ukurannya jauh melebihi dari perusahaan lain. Jadi ukurannya relatif sama besar. Keadaan ini menyebabkan produksi dari perusahaan jadi sedikit kalau dibandingkan produksi seluruh perusahaan yang ada dalam pasar tersebut. 2). Barang produksinya bersifat berbeda corak (differentiated product). Ciri ini yang membedakan dengan pasar persaingan sempurna. Produksi satu perusahaan berbeda coraknya dengan produksi perusahaan lain. Akibat perbedaan ini, barang yang dihasilkan satu perusahaan bukanlah barang pengganti sempurna dari barang produksi perusahaan lain, tetapi adalah barang pengganti yang dekat (close substitute). Perbedaan dalam sifat barang yang dihasilkan inilah yang menjadi sumber dari adanya kekuasaan monopoli, walaupun kecil dari pasar monopoli. 3). Perusahaan mempunyai sedikit kekuasaan dalam menentukan dan mempengaruhi harga. Perusahaan dalam pasar persaingan monopolistis dapat mempengaruhi harga, namun tidak sebesar perusahaan monopoli. Kekuasaan mempengaruhi harga bersumber dari sifat produksi yang dihasilkan, yaitu yang bersifat berbeda corak. Perbedaan ini menyebabkan konsumen bersifat memilih, yaitu menyukai produksi suatu perusahaan dan tidak menyukai produksi perusahaan lain. Apabila suatu perusahaan menaikan harga barangnya, perusahaan itu masih dapat menarik pembeli walaupun jumlah pembelinya menurun. Sebaliknya apabila suatu perusahaan menurunkan harga, dia tidaklah mudah menjual semua barang yang diproduksinya. Banyak diantara konsumen yang masih tetap membeli barang yang dihasilkan oleh perusahaan lain, walaupun harganya sudah relatif mahal. 4). Persaingan mempromosikan penjualan sangat aktif. Harga bukanlah penentu utama dari besarnya pasar dari perusahaan persaingan monopolistis. Suatu
80 perusahaan mungkin menujal barangnya dengan harga yang relatif tinggi, tetapi masih banyak menarik pelanggan. Ini disebabkan oleh barang yang dihasilkan berbeda corak, sehingga menimbulkan daya tarik yang berbeda bagi konsumen. Untuk mempengaruhi cita rasa konsumen, maka produsen melakukan persaingan bukan harga (non price competition). Persaingannya adalah daslam perbaikan mutu barang, kegiatan iklan yang terus menerus, memberikan syarat penjualan yang menarik dan lain-lain. Salah satu kondisi dari persaingan murni yang terdapat dalam pasar persaingan monopolistik adalah terdapat sejumlah besar penjual barang tertentu tetapi diantaranya ada penjual yang dapat mempengaruhi penjualan dari setiap penjual lainnya, sehingga timbul suatu reaksi. Kondisi yang sesuai dengan monopoli murni adalah bahwa perusahaan atau penjual menghasilkan suatu barang yang cukup diferensiasi dalam alam fikiran para konsuemn terhadap barang-barang subsitusi terdekat. Atau tidak ada perusahaan atau produsen lain yang menghasilkan barang serupa dengan barang yang dihasilkan perusahaan atau produsen tadi. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pasar persaingan monopolostik dijumpai suatu perusahaan besar atau kombinasi perusahaan-perusahaan dan beberapa perusahaan kecil sebagai penjual, dimana perusahaan besar mempunyai pengaruh lebih besar atas supali dan harga pasar. Pasar persaingan monopolistik ini cukup banyak terdapat pada komoditi hasil pertanian, contohnya pada komoditi mangga, salak, pisang dan lain-lain. Salak banyak macamnya seperti salak pondoh, salak bali, salak medan dan lain-lain. Masing-masing jenis salak ini mempunyai rasa yang berbeda. Salak pondoh lebih manis rasanya dari salak bali, salak bali lebih manis dari salak medan dan seterusnya, sehingga masing salak ini punya keistimewaan. Keistimewaan ini membuat masing-masing salak bisa menentukan harga tersendiri. Demikian juga mangga, pisang, durian dan lain-lain, yang masing-masingnya dapat menentukan harga sendiri. e. Pasar Oligopoli Pasar oligopoli adalah bentuk pasar dimana terdapat beberapa produsen yang menghasilkan barang-barang yang saling bersaingan, tetapi produsen dapat menentukan harga. Ciri-ciri pasar oligopoli : 1). Jumlah perusahaan sedikit. Pasar oligopoli terdiri dari sekelompok kecil perusahaan. Biasanya terdapat beberapa perusahaan raksasa yang menguasai sebagian besar pasar oligopoli, katakanlah sekitar 70% - 80% dari seluruh produksi dan di samping itu terdapat beberapa perusahaan kecil. Beberapa perusahaan yang besar saling mempengaruhi satu sama lainnya. Karenanya tindakan dari salah satu perusahaan ini sangat mempengaruhi perusahaan yang lainnya. Sifat ini membuat setiap perusahaan harus mengambil kepoutusan yang berhati-hati di dalm mengubah harga, corak produksi dan lain-lain. Sifat saling mempengaruhi (mutual interdependence) ini merupakan sifat khusus dari pasar oligopoli. Di dalam perekonomian yang sudah maju, pasar oligopoli ini banyak terdapat. 2). Kekuasaan menentukan harga ada kalanya sangat kuat dan ada kalanya sangat lemah. Kedua kemungkinan ini tergantung kepada bentuk kerjasama antar
81 perusahaan dalam pasar oligopoli. Tanpa ada kerjasama, kekuasaan menentukan harga menjadi terbatas. Apabila satu perusahaan menurunkan harga, dalam waktu singkat dia akan menarik banyak pembeli. Perusahaan yang kehilangan pembeli akan melakukan tindakan balasan dengan menurunkan harga lebih besar, sehingga perusahaan pertama yang menurunkan harga akan kehilangan langganan. Tetapi kalau perusahaan dalam pasar oligopoli bekerjasama dalam menentukan harga, maka harga dapat distabilkan pada tingkat yang mereka kehendaki. Dalam hal ini, kekuasaan mereka menentukan harga sangat kuat sekali, yaitu sama seperti dalam perusahaan monopoli. Kebersatuan peserta pasar oligopoli ini dinamakan dengan Kartel. Praktek kartel ini merugikan kepada konsumen. 3). Hambatan untuk masuk bagi perusahaan lain cukup kuat. Bagi perusahaan baru, cukup kuat hambatan untuk memasukinya. Tetapi tidaklah berarti bahwa perusahaan baru tidak dapat memasuki bentuk pasar ini. Kemungkinan itu ada, tetapi sangat kecil. Faktor penghambat itu adalah 1) modal yang diperlukan terlalu besar, maka perusahaan baru enggan untuk masuk karena resikonya besar, 2) perusahaan yang lama sudah terlalu populer sehingga menimbulkan resiko yang besar bagi perusahaan baru, 3) hak paten, sehingga tidak memungkinkan perusahaan yang lain menghasilkan barang yang sama. Petani suka latah dalam menentukan tanaman yang akan diusahakannya. Kalau harga kol lagi tinggi, hampir semua petani beralih menanam kol, sehingga nantinya terjadi panen raya kol dimana produksinya jadi melimpah dan melampaui jumlah permintaan konsumen. Pedagang pengumpul jadi kesulitan dalam membeli dan menjualkan kol petani, karena kesulitan modal dan alat angkut, sehingga kol yang dihasilkan petani tidak semua yang dapat dibeli dan dijualkan pedagang pengumpul. Hal ini menyebabkan petani takut kolnya tidak terjual sehingga menyerahkan saja sepenuhnya penjualan kolnya kepada pedagang pengumpul. Akibatnya terjadilah penentuan harga setelah kol petani terjual oleh pedagang pengumpul. 3) Untuk komoditi pertanian tertentu yang diuusahakan oleh banyak petanipetani menjual hasil pertaniannya secara sendiri-sendiri sehingga ara petani tidak bersatu dalam p
82 XIII. HARGA A. Pengertian Harga suatu barang adalah nilai tukar atau nilai pasar dari barang tersebut yang dinyatakan dalam jumlah uang. Harga merupakan suatu hal yang penting, baik bagi produsen, pedagang ataupun konsumen. Dalam masyarakat yang masih bersifat tertutup dimana belum menggunakan uang sebagai alat pengukur nilai, maka harga suatu barang dinyatakan dalam barang lain yang akan dipertukarkan yang disebut dengan barter. Bagi petani produsen harga adalah pencerminan dari nilai jual dari hasil produksi usahataninya yang dihasilkannya dimana kalau dikurangkan dengan biaya yang dibayarkan dan biaya diperhitungkan serta biaya pemasaran akan membentuk keuntungan usahatani. Bagi pedagang, harga terbagi dari dua yaitu harga beli dan harga jual. Keuntungan akan diperoleh bila mengurangkan harga jual dengan harga beli ditambah biaya-biaya pemasaran yang dibayarkan maupun yang diperhitungkan. Bagi konsumen harga merupakan mutu, jumlah dan jenis barang yang mereka kehendaki dan bersedia membayarnya dengan memperhatikan jasa yang diterimanya. B. Faktor-faktor Pembentuk Harga. Harga terbentuk dari kerjasama banyak faktor, terutama dari kekuatan permintaan dan penawaran. Naik turunnya permintaandan penawaran akan mempengaruhi besarnya harga suatu produk. 1. Perubahan Permintaan Pembentukan harga suatu komoditi akibat perubahan permintaan dalam jangka pendek biasanya disebabkan : a. Perubahan harga barang pengganti b. Perubahan dalam preferensi dan rasa (taste) konsumen. Pembentukan harga suatu komoditi akibat perubahan permintaan dalam jangka panjang biasanya disebabkan : a. Pertambahan penduduk b. Perubahan pendapatan per kapita penduduk. c. Perubahan kebiasaan membeli dari konsumen. 2. Perubahan Penawaran Pembentukan harga akibat perubahan penawaran dalam jangka pendek disebabkan oleh : a. Kebutuhan penjual akan uang b. Biaya penyimpanan c. Perkiraan tentang harga-harga di masa datang. Pembentukan harga akibat perubahan penawaran dalam jangka panjang disebabkan oleh kesediaan produsen untuk memproduksi barang. Produsen suatu barang tertentu dapat mengurangi atau menghentikan usahanya sehingga akan mempengaruhi pembentukan harga.
83 3. Tingkat Harga Umum Harga setiap barang cenderung mengikuti pergerakan harga umum. Bila tingkat harga umum tinggi maka harga produk tersebut cenderung tinggi dan sebaliknya bila tingkat harga umum rendah maka harga produk tersebut cenderung rendah. Contohnya bila tingkat harga satu macam sayuran tinggi, maka harga sayuran lain cenderung tinggi dan bila tingkat harga satu macam sayuran rendah, maka harga sayuran lain cenderung rendah. Atau contoh lain bila tingkat harga ikan laut tinggi, maka tingkat harga daging ayam cendrung tinggi dan bila tingkat tingkat harga ikan laut rendah, maka tingkat harga daging ayam cendrung rendah. C. Perubahan Harga. Berdasarkan waktu dan sifat musiman hasil pertanian, maka harga akan dapat mengalami perubahan. Perubahan harga dapat terjadi dengan tajam dengan gerakan naik turun yang besar. Menurut penyebabnya perubahan harga dapat dibedakan : 1. Fluktuasi harga jangka pendek Adalah perubahan harga dari jam ke jam, dari hari ke hari atau dari minggu ke minggu yang terjadi akibat perubahan sementara dalam permintaan dan penawaran (short time fluctuation). Faktor-faktor penyebab terjadinya fluktuasi harga jangka pendek ini adalah: a. Variasi dalam jumlah penerimaan pasar. Hal ini berpengaruh atas harga. Bila penawaran suatu pasar lebih besar dari biasanya maka penurunan harga di pasar tersebut akan terjadi. Untuk komoditi hasil pertanian yang cepat rusak dan busuk (perishable), perubahan permintaan dan penawaran atas barang tersebut yang kadang- kadang akan mengubah harga secara mencolok sekali. b. Perubahan sementara dalam permintaan konsumen. Hal ini jarang terjadi, hanya pada waktu-waktu tertentu saja seperti menjelang hari raya, tahun baru dll. Akibat kebutuhan konsumen meningkat pada waktu-waktu itu, bisa menyebabkan fluktuasi harga dalam jangka waktu yang pendek. c. Usaha-usaha yang menyangkut mencari kondisi permintaan dan penawaran dan harga yang baik pada penjual atau produsen. Dalam waktu mencari kondisi yang baik ini bisa terjadi fluktuasi harga dalam jangka pendek. 2. Perubahan Harga Musiman Penyebab perubahan harga musiman adalah dikarenakan produksi hasil pertanian itu bersifat musiman, dimana masa panen hasil pertanian terjadi dalam waktu yang relatif pendek tiap tahunnya. Perubahan harga ini nyata sekali terdapat pada hasil pertanian yang perishable, sperti sayuran, buah-buahan, bunga dll. Sedangkan hasil produksi pertanian yang tahan lama seperti kopi, tembakau, karet dll, perubahan harga musimannya tidak begitu kentara. Fungsi penyimpanan yang dilakukan oleh lembaga pemasaran dapat memperkecil perubahan harga. 3. Perubahan Harga Siklus. Produksi dan harga hasil komoditi pertanian dapat mengalami perubahan berbentuk siklus, yaitu gerak naik dan turunnya secara periodik dalam suatu seri waktu karena adanya pengaruh permintaan dan penawaran. Perubahan bentuk siklus ini selalu
84 terjadi walaupun dalam waktu-waktu dunia usaha dalam keadaan sibuk dan tingkat harga tinggi. Siklus ini terjadi karena produksi pertanian terbentur pada waktu yang sulit dapat disesuaikan dengan cepat dan tepat terhadap keadaan harga, karena hasil pertanian adalah organisme hidup yang memiliki proses biologi. Bila harga naik, produksi tidak dapat dinaikan dengan cepat, bahkan mengalami ketinggalan waktu (time lag) dalam mengejar kenaikan harga. Bila produksi meningkat maka kadang-kadang akan dijumpai kenyataan bahwa harga sudah menurun. 4. Trend Trend adalah perubahan harga secara perlahan-lahan yang terjadi dalam waktu yang panjang akibat perubahan permintaan dan penawaran. Dalam grafik, trend merupakan garis lurus dimana naik turunnya tergantung pada sebab dan keadaan yang terjadi. Perubahan harga karena trend ini dapat disebabkan oleh : a. Pertambahan pendapatan masyarakat yang mengubah kebiasaan dan daya beli konsumen sehingga harga juga ikut berubah. b. Pertambahan populasi penduduk. c. Perkembangan dari penggunaan baru dari barang-barang yang menyebabkan naiknya permintaan, sehingga harga juga naik. D. Perkiraan Harga Bila tidak diketahui harga pasaran umum (general market price) maka penjual sering berusaha untuk memperkirakan harga terbaik yang akan memberikan keuntungan besar baginya. Untuk mencari harga terbaik, maka penjual dapat membandingkan produknya dengan produk-produk serupa yang dijual oleh pihak pesaing, atau harga- harga yang diminta oleh pihak pesaing. Dalam perkiraan harga ini maka penjual akan mempertimbangkan hal-hal berikut : 1. Apakah trend harga umum meningkat atau menurun. Trend harga adalah perubahan harga yang terjadi dalam waktu yang panjang. Harga suatu komoditi dapat diperkirakan apabila harga-harga umum meningkat atau turun dalam waktu panjang. Contohnya apabila harga beras kelas 1, 2 dan 3 dst akan dapat dinaikan pula dan juga sebaliknya apabila harga beras kelas 1 turun maka dapat pula diperkirakan harga beras kelas 2 dan 3 akan turun pula. Atau juga apabila harga-harga komoditi lain seperti gula, daging, ayam, buah-buahan naik, maka sayuran akan dapat dinaikan pula. 2. Apakah suasana lingkungan para pembeli menjurus ke arah pengeluaran atau tabungan. Keadaan ini juga dapat dijadikan patokan untuk menurunkan atau menaikan harga. Contohnya apabila saat-saat menjelang hari raya atau tahun baru, umumnya konsumen akan mengeluarkan tabungannya, untuk membeli kebutuhan untuk memperingati hari tersebut. Maka pada waktu itu penjual dapat menaikan harga barang-barang yang dibutuhkan konsumen. Sebaliknya pada waktu-waktu selain hari- hari besar tersebut, konsumen cenderung untuk menabungkan uangnya dan membeli keperluannya sesuai dengan kebutuhan saja, maka pada saat ini harga-harga tidak baik untuk dinaikan. 3. Apakah harga berada dalam periode puncak, mendekati atau telah menurun. Hal ini sering terjadi dalam komoditi pertanian yang bermusim. Apabial awal musim durian harganya dapat dipatok tinggi. Tetapi pada puncak musimnya harga akan diturunkan
85 karena penawarnnya banyak, dan harga bisa dinaikan lagi apabila musimnya menjelang habis. 4. Apakah penetapan harga secara kompetitif diperlukan. Harga kompetitif ini sering dilakukan pada komoditi-komoditi pertanian yang sama, hampir sama atau yang sekelas. Apabila salah satu dari beras kelas I naik, maka harga beras kelas I lainnya bisa puila dinaikan secara kompetitif. E. Pengaruh Sifat Hasil Pertanian Terhadap Harga Hasil-hasil pertanian mempunyai sifat khusus yang bisa mempengaruhi harganya. Sifat itu antara lain adalah mudah rusak dan busuk (perishable), bersifat berat dan memakan banyak tempat dan mutu serta ukuran yang berbeda. 1. Mudah Rusak dan Busuk (perishable). Hasil pertanian sebagian besar mempunyai sifat mudah rusak dan busuk, seperti buah- buahn dan syur-sayuran dll. Karenanya setelah dipanen, produk ini secepatnya harus dijual atau disampaikan ke konsumen. Hal ini menyebabkan produk tidak dapat ditahan lebih lama atau disimpan untuk menunggu harga baik atau menyeimbangkan penawaran dan permintaan. Bila musim panen raya tiba, penawaran selalu lebih besar dari permintaan sehingga harga jual akan menurun dari harga normal. Tetapi sebaliknya bila panennya tidak begitu banyak dimana penawaran lebih sedikit dari permintaan, harganya cenderung tinggi. Keadaan perishable ini dapat diatasi dengan menyimpan produk dalam mesin pendingin, melakukan teknik pengemasan yang baik sehingga tahan cukup lama atau produk dioleh menjadi produk lain. Tetapi cara ini memrlkan biaya tambahan yang besar sehingga menyebabkan harga pokoknya meningkat. Naiknya harga pokok maka harga jualnya juga jadi lebih tinggi. 2. Mutu dan Ukuran produk. Mutu (grade) produk hasil pertanian dalam satu jenis bisa berbeda-beda. Hal ini juga dapat mempengaruhi harga jualnya. Buah yang bagus, harganya lebih tinggi dari buah yang cacat. Kadar air jagung yang rendah, harganya lebih tinggi dari jagung yang kadar airnya lebih tinggi. Buah jeruk, apel, mangga, telur dll, yang berukuran besar, harga per kilogramnya lebih tinggi dari yang berukuran lebih kecil. Ukuran ini biasanya dimasukan juga ke dalam mutu (grade). Buah yang berukuran lenih besar mempunyai grade lebih tinggi dari buah yang berukuran lebih kecil, sehingga harganya juga berbeda. F. Dasar-dasar Penetapan Harga Produk. Bagaimana harga ditetapkan ? Secara historis harga ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar menawar diantara mereka. Penjual meminta harga yang lebih tinggi dari yang mereka harapkan akan diterima, sedangkan pembeli akan menawar dengan harga yang lebih rendah dari harga yang mereka bersedia membayarnya. Melalui tawar menawar, mereka akan sampai pada harga yang dapat diterima kedua belah pihak. Secara historis harga telah merupakan hal penentu yang utama dalam pilihan pembeli. Hal ini masih berlaku di negara yang masih terbelakang dengan pendapatan per
86 kapita penduduk yang relatif kecil. Tetapi pada negara berkembang dan maju faktorfaktor di luar harga telah jadi penentu, seperti mutu, servis dll. Harga adalah satu-satunya unsur dalam marketing mix (bauran pemasaran yaitu faktor-faktor untuk mempengaruhi permintaan suatu perusahan seperti produk, harga, distribusi dan promosi yang merupakan bantuan apada penjual dan anjuran mengenai produksi) yang menghasilkan pendapatan. Unsur lainnya menunjukan biaya. Namun banyak perusahaan yang tidak menangani harga dengan baik. Kekeliruan yang umum adalah penetapan harga terlalu berorientasi pada biaya. Terlalu jarang biaya ditinjau kembali untuk disesuaikan dengan perobahan pada pasar. Penetapan harga lebih merupakan unsur intrinsik dari strategi penentuan posisi pasar. Harga cenderung sama untuk semua jenis produk dan segmen pasar. Perusahaan menangani penetapan harga dengan cara yang bervariasi. Pada perusahaan kecil, harga biasanya ditetapkan oleh manajemen puncak, bukan oleh bagian pemasaran atau penjualan. Pada perusahaan besar, penetapan harga biasanya ditangani oleh manajer divisi atau manajer produk. Bahkan di sini manajemen puncak menetapkan sasaran dan kebijaksanaan umum mengenai penetapan harga dan lebih sering hanya menyetujui harga harga yang diusulkan oleh menajemen tingkat yang lebih rendah. Dalam industri dimana harga merupakan faktor penentu seperti perusahaan kereta api, industri mobil, minyak dll, perusahaan seringkali membentuk departemen untuk menetapkan harga atau untuk membantu departemen lainnya dalam menentapkan harga yang tepat. Departemen ini memberikan laporan kepada manajemen pemasaran atau menajemen puncak. Fihak lain yang berpengaruh dalam penetapan harga adalah manajer penjualan, manajer produksi, mamanjer keuangan atau akuntan. G. Menetapkan Harga Menurut Struktur Pasar. Penetapan harga oleh penjual akan berbeda menurut struktur pasar. Ada empat jenis struktur pasar dengan penetapan harga yang berbeda, yaitu : 1. Pada Pasar Persaingan Sempurna/Murni. Pasar persaingan sempurna adalah pasar dengan ciri-ciri khusus antara lain : a. Banyak pembeli dan penjual dengan memperdagangkan barang homogen. b. Tidak ada pembeli dan penjual tunggal yang bisa mempengaruhi harga c. Penjual tidak dapat menjual lebih mahal dari harga pasar, karena pembeli dapat membeli barang yang sama pada pedagang lain dengan harga pasar. d. Kalau harga dan laba meningkat, maka penjual baru dapat dengan mudah memasuki pasar. Dari ciri-ciri pasar seperti itu maka : a. Pembeli dan penjual adalah pihak yang mengikuti harga (price taker) dan bukan sebagai penentu harga (price maker). b. Sejauh penjual tidak dapat menonjolkan suatu ciri khas yang istimewa pada produknya, maka mereka tidak dapat menjual produk mereka dengan harga yang melebihi harga pasar. c. Para penjual tidak perlu menghabiskan waktu dan tenaga dalam mengatur strategi pemasaran, penelitian pemasaran, pengembangan produk, penetapan harga, periklanan dll selama pasar masih dalam keadaan persaingan penuh.
87 2. Pada Pasar Persaingan Monopolistik Pasar persaingan monopolistik mempunyai ciri-ciri : a. Terdiri dari banyak pembeli dan penjual yang melakukan transaksi pada berbagai macam harga dan bukan pada harga pasar. b. Penjual dapat menawarkan harga yang berbeda kepada pembeli. c. Produk fisik dapat dibedakan menurut kualitas, ciri atau gaya, service, merek dll. Dengan ciri pasar seperti itu maka : a. Penjual yang dapat mempertahankan penawaran yang khas dapat menetapkan harga dengan keuntungan di atas rata-rata. b. Keadaan ini dapat bertahan tergantung dari ada tidaknya hambatan untuk memasuki pasar seperti kebutuhan modal yang besar, paten, perizinan. c. Walaupun banyak pesaing, tetapi dengan ciri khas produk berbeda, maka penjual agak leluasa dalam menentukan harga. 3. Pada Pasar Monopoli atau Oligopoli Pasar monopoli adalah bentuk pasar dimana : a. Barang yang diperjual belikan dihasilkan oleh seorang atau sekelompok pengusaha. b. Barang yang dihasilkan tidak dapat digantikan oleh barang lain. c. Penjual atau produsen mempunyai pengaruh besar atas penawaran barang sehingga dapat menentukan harga. Produsen atau penjual dalam pasar monopoli/oligopoli ini ada pemerintah, perusahaan swasta menurut undang-undang. Penetapan harga ditangani secara berbeda menurut kasusnya. a. Monopoli Pemerintah. Bisa dimaksudkan untuk mengawasi harga. Barang- barang/jasa-jasa yang diperdagangkan adalah menyangkut kebutuhan orang banyak, sehingga pemerintah perlu untuk menangani pembentukan harga. Di sini Pemerintah dapat menetapkan harga 1). Di bawah harga pokok. Ini penting bagi masyarakat yang tidak mampu membeli kalau harus membayar dengan harga penuh. Contohnya pupuk bersubsidi, minyak (bensin, minyak tanah), 2). Ditentukan sedemikian rupa agar dapat menutupi biaya yang dikeluarkan, Contohnya air minum PDAM (Perusahan Daerah Air Minum) 3). Ditentukan sedemikian rupa agar masyarakat dapat berhemat dan mengurangi konsumsi. Contohnya listrik negara (PLN), telepon, dan rokok dimana Pemerintah mempengaruhi harganya lewat bandrol yang dijual pemerintah ke perusahaan rokok. b. Monopoli Swasta swasta menurut undang-undang. Pemerintah dapat memberikan izin perusahaan menetapkan harga produk atau jasa dengan tarif yang dapat memberikan pendapatan yang layak dengan maksud agar perusahaan dapat mempertahankan dan memperluas usahanya sesuai kebutuhan. Dalam hal ini pemerintah sering memberikan proteksi kepada perusahaan yang diberikan izin sehingga perusahaan lain tidak dapat masuk. Contohnya BPPC (Badan Pengendali Pemasaran Cengkeh yang merupakan perusahaan pemasaran swasta) untuk memasarkan cengkeh rakyat melalui satu badan dengan tujuan cengkeh rakyat dapat dijual dengan harga layak. Contoh lain adalah pemasaran Jeruk Pontianak di Kalimantan Barat yang diberikan izin monopolinya oleh pemerintah kepada suatu badan swasta pemasaran jeruk. Tetapi cara-cara seperti contoh di atas sering tidak menemui sasaran yang dituju karena kesalahan prosedur, sehingga petani cengkeh dan
88 jeruk nasibnya jadi lebih buruk. Contoh ini terjadi di zaman pemerintah Orde Baru di Indonesia dan di masa pemerintahan berikutnya telah dihapuskan. c. Monopoli Swasta Murni. Di sini penentuan harga diputuskan sendiri secara bebas oleh penjual atau perusahaan yang memproduksi barang tertentu. Untuk menentukan harga ini penjual perlu memperhatikan beberapa hal agar monopolinya dapat berjalan dengan lancar dengan mempertimbangkan harga dengan sebaik-baiknya dengan alasan : 1) jangan merugikan masyarakat sehingga pemerintah tidak ikut campur tangan dengan membuat peraturan, 2). Supaya jangan timbul pesaing, 3). Supaya dapat menerobos pasar dengan cepat dengan harga rendah 4. Pada Pasar Monopsoni. Pasar monopsoni adalah bentuk pasar dimana barang yang diperjual belikan dibeli oleh hanya seorang atau satu perusahaan, dimana pembeli mempunyai pengaruh besar terhadap harga beli produk tersebut. Pembeli dalam pasar monopsoni ini ada pemerintah dan juga perusahaan swasta. Pada pemerintah adalah BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang mengelola fabrik pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi minyak sawit (CPO = Crude Palm Oil) sebagai satu-satunya pembeli produk kelapa sawit TBS di daerah tertentu yang dihasilkan oleh banyak petani. Pemerintah menentukan harga TBS dengan harga yang tidak merugikan petani kelapa sawit dan tidak memberatkan fabrik CPO. Untuk fihak perusahan swasta contohnya juga dalam pembelian TBS kelapa sawit ini, dimana fihak swasta yang mengelola fabrik CPO yang satu-satunya di derah perkebunan kelapa sawit rakyat. Harga beli oleh fabrik CPO terhadap TBS petani kelapa sawit juga ditentukan oleh pemerintah dimana pihak fabrik CPO swasta wajib untuk mematuhi harga ini. H. Penetapan Harga Pokok Dalam penetapan harga pokok suatu produk, perlu dipakai suatu metode. Metode yang umum dipakai adalah Metode Kalkulasi Bagi. Pada penetapan harga pokok ini yang dihitung adalah biaya produksi per unit, dimana dalam memproduksi suatu produk terdapat biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap dan tidak tergantung kepada jumlah produksi yang dihasilkan, misalnya biaya sewa tanah, pajak, penyusutan alat atau gudang, pajak dll. Biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah sesuai dengan skala produksinya, seperti biaya pupuk, bibit, obat-obatan dll. Sebelum perusahaan berproduksi, tentu sudah lebih dulu membuat suatu ramalan akan produksi yang akan diperoleh
89 XVI. POTENSI PERBAIKAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN Banyak usaha dan cara untuk memperbaiki pemasaran. Cara atau usaha yang paling efektif apabila usaha itu menimbulkan kepuasan pada semua fihak yang terlibat dalam pemasaran itu, yaitu produsen, konsumen, pedagang perantara dan pemerintah. Jika ada suatu usaha, hanya menimbulkan kepuasan sepihak, misalnya hanya pada produsen saja, sedangkan konsumen atau pedagang perantara kepuasannya menurun, berarti usaha itu tidak menunjukan adanya perbaikan pemasaran, sehingga pemasaran tidak efisien jadinya. Potensi untuk memperbaiki pemasaran dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, diantaranya seperti di bawah ini. A. Memperluas dan Memperbesar Permintaan Konsumen Memperluas dan memperbesar permintaan konsumen berarti menambah jumlah populasi konsumen atau menembah pengeluaran konsumen terhadap suatu barang. Perbaikan pemasaran dengan cara ini relatif jarang digunakan, karena tingkat pendapat dan konsumsi per kapita konsumen jumlahnya tertentu dan terbatas. Usaha itu dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Mengolah barang sedemikain rupa sehingga mempunyai kegunaan yang baru. Mengolah suatu hasil pertanian menjadi barang dengan bentuk yang lain adalah memerlukan suatu pengetahuan teknologi. Buah-buahan, selain dapat dikonsumsi dalam bentuk aslinya, dengan teknologi dapat pula diolah menjadi bentuk lain dan dapat dikonsumsi. Jeruk manis, markisa, sirsak, jambu biji dan lain-lain dapat diolah menjadi sirup, sehingga konsumen dapat mengkonsumsinya dalam bentuk lain. Nenas, anggur, mangga, daging, ikan, dan lain-lain dapat diawetkan dalam kaleng sehingga dapat tahan lama dan dapat dijual di mana-mana dalam jarak yang lebih jauh. Untuk itu permintaan akan hasil pertanian akan lebih besar, karena konsumen akan semakin banyak. 2. Diversifikasi pengolahan. Yaitu mengembangkan penggunaan baru dari hasil yang sudah ada. Misalnya tepung jagung, tepung kacang hijau, tepung kedele dan beberapa campuran lain dapat dijadikan bahan makanan ayam ras. 3. Memperluas permintaan dari hasil yang sudah ada terhadap pemakaian yang sudah berlaku. Cara ini dapat dilakukan dengan jalan : a. Memperbaiki kualitas. Kualitas yang baik dari suatu barang akan berarti konsumen barang tersebut akan meninhgkat kepuasannya. Dengan demikian konsumen akan bertambah banyak dan jumlah yang dikonsumsi juga akan bertambah. Kualitas hasil pertanian dipengaruhi oleh perlakuan yang baik oleh produsen mapun pedagang perantara. Usaha perbaikan kualitas haruslah selalu didasarkan kepada selera dan preferensi konsumen dan sampai berapa jauh dapat mengeuntungkan produsen atau yang melakukan perbaikan kualitas. b. Perbaikan cara perdagangan, seperti meningkatkan pelayanan. c. Peningkatan kegiatan advertising, seperti membuat iklan. d. Pelaksanaan pendidikan konsumen, seperti mengadakan penyuluhan tentang gizi.
90 e. Penciptaan barang subsitusi dari barang konsumsi yang sudah ada. Misalnya membuat barang pengganti yang sama fungsinya, seperti mie instan sebagai pengganti nasi untuk sarapan pagi. Usaha memperbesar permintan konsumen haruslah disesuaikan dengan kondisi- kondisi konsumen, seperti : a. Kesediaan dan kemampuan konsumen untuk membeli. Usaha untuk memperbesar permintaan suatu barang tertentu pada suatu daerah, pertama-tama haruslah diteliti sampai sejauh mana konsumen di daerah itu mempunyai kesediaan dan kemampuan untuk membeli barang tersebut. Ini sangat penting dalam memulai usaha untuk memperbesar produksi. b. Tingkat elastisitas permintaan konsumen. Semakin kecil elastisitas permintaan konsumen terhadap suatu barang, maka semakin kecil kemungkinannya untuk memperluas dan memperbesar produksi. Barang yang tidak elastis, sulit untuk memperbesar permintaannya. Umumnya hasil pertanian untuk bahan makanan, elastisitasnya kecil. Tetapi dengan mengubah bentuknya, sehingga dapat menimbulkan bermacam kegunaan dan tahan lebih lama, maka elastisitasnya akan menjadi besar. Misalnya jagung diubah jadi tepung jagung (maizena) atau sebagai campuran bahan makanan ternak, sehingga elastisitas permintaannya yang kecil menjadi besar. B. Memperbaiki Sistem Pengangkutan dan Komunikasi. Jika sistem pengangkutan dan komunikasi berjalan dengan baik akan berakibat : a. Jumlah barang di daerah konsumsi akan lebih banyak dan jumlah permintaan di daerah produksi akan meningkat. Hal ini berarti harga eceran barang-barang itu akan lebih rendah di daerah konsumsi dan harga petani akan meningkat karena meningkatnya permintaan. b. Baiknya sarana jalan, maka sudah pasti alat-alat angkut akan lebih cepat menempuh suatu rute perjalanan dibandingkan apabila dia menempuh jalan yang jelek. c. Resiko rusak dan busuk dapat dikurangi. Baiknya jalan dan alat angkut, hasil pertanian yang mudah busuk, dapat lebih cepat tiba di tempat konsumen sehingga lebih cepat dapat dijual sebelum busuk. C. Melakukan dan Memperbaiki Standardisasi dan Grading. Karena pendapatan, selera dan preferensi (pilihan) konsumen tidak seragam, maka mereka membeli barang yang sama dalan jumlah dan kualitas yang berbeda. Ada konsumen yang mengingini barang dalam jumlah sedikit, tetapi dengan grade yang tinggi. Ada pula yang mengingini dalam jumlah banyak, tetapi dengan kualitas yang rendah. Dengan demikian sangat diperlukan adanya standardisasi dan grading barang yang dapat dijual lebih banyak dan konsumen dapat membeli sesuai dengan selera, preferensi dan kemampuannya dengan lebih mudah. D. Orderly Marketing. Orderly marketing adalah politik dan pelaksanaan pemasaran untuk mencapai tingkat maksimal dari permintaan yang ada, dengan jalan mempengaruhi penyaluran
91 barang ke dalam pasar berdasarkan waktu, tempat, pemakaian dan golongan konsumen. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dengan cara ini adalah: a. Permintaan atau keinginan konsumen untuk membeli barang. b. Daya beli konsumen. c. Permintaan konsumen terhadap suatu barang untuk jangka waktu panjang, yang terdiri dari permintaan-permintaan dalam waktu pendek. Di dalam pasar persaingan sempurna, orderly marketing hendaknya ditempuh dengan jalan : a. Untuk mencapai tingkat permintaan yang ada secara maksimal dapat diusahakan pencarian pasar yang baik dan dengan mengembangkan informasi pasar. b. Memperlakukan barang dengan baik. c. Mengatur produk yang harganya berlainan di pasar-pasar yang sifatnya berbeda. Di dalam pasar persaingan tidak sempurna, hendaknya dipakai cara controlled distribution, yaitu : a. Mengatur penawaran barang sepanjang waktu. b. Mengatur jumlah barang yang dijual di berbagai pasar. c. Mengatur penyaluran barang untuk berbegai macam penggunaan. d. Diferensiasi barang dan harganya. e. Membatasi jumlah barang yang diperdagangkan. Dalam mengatur jumlah barang yang dijual di berbagai pasar ditempuh cara discriminative marketing, yaitu : a. Membedakan harga barang yang dijual, atau menurunkan harga barang bila pembelian secara tunai. b. Membedakan harga barang dengan pelayanan yang berlainan. c. Membedakan harga barang menurut sifat fisik barang yang berlainan. d. Membedakan harga barang menurut merek yang berlainan, meskipun kualitas barang sama. e. Membedakan harga barang menurut merek yang berlainan, meskipun kualitas barang sama. f. Membedakan harga barang menurut daerah pasar yang berlainan. E. Mengurangi Keuntungan Lembaga Pemasaran. Cara ini dilakukan dengan hati-hati dan tidak langsung, yaitu menciptakan keadaan dimana lembaga pemasaran tidak terangsang untuk mengambil keuntungan berlebihan dari persatuan barangnya, yaitu : 1. Mengurangi keuntungan yang tidak wajar dengan cara : a. Stabilisasi harga dengan menjamin penawaran dan kelancaran arus barang yang diperdagangkan. b. Pengumpulan dan penyebaran informasi pasar agar lembaga pemasaran dapat meramalkan dan menentukan harga, sehingga dapat dikurangi resiko akibat perubahan harga yang tidak diketahui. 2. Mengurangi kesempatan untuk keuntungan yang lebih besar, dengan cara mencegah pasar persaingan tidak sempurna, seperti pasar monopoli, monopsoni, oligopoli dan oligopsoni. Dalam pemasaran hasil pertanian sering terjadi bentuk pasar seperti ini pada saat panen raya di mana petani yang banyak jumlahnya harus menjual
92 hasil pertaniannya kepada pedagang perantara, biasanya pedagang pengumpul yang jumlahnya sedikit atau bahkan hanya 1 orang pedagang pengumpul didaerah itu sehingga pedagang pengumpul ini mampu menguasai harga jual petani kepadanya. Di sini akan terjadi pasar monopsoni dimana hanya ada satu orang pedagang pengumpul yang membeli atau pasar oligopsoni dimana ada beberapa pedagang pengumpul yang membeli yang dapat menguasai harga pada petani. Hal ini akan memperbesar keuntungan pada pedagang pengumpul dan mengurangi keuntungan pada petani dan bahkan petani rugi karena terpaksa menjual hasil produksinya di bawah biaya usahataninya. Petani terpaksa menjual hasil produksinya kepada pedagang pengumpul tersebut karena tidak ada lagi pedagang lain selain pedagang pengumpul itu. Untuk mengatasi pasar monopsoni yaitu dengan membentuk pasar monopoli pada petani, dimana petani yang banyak itu bersatu dalam menjual hasil produksinya dan bersatu dalam menentukan harga jual hasil usahataninya. Caranya petani membentuk organisasi penjualan hasil pertanian, seperti membentuk bagian pemasaran hasil pada Kelompok Tani mereka, atau lebih baik lagi pada Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) atau Koperasi Unit Desa (KUD). Jadi petani menjual hasil usahataninya lewat satu tangan, yaitu kelompok tani, atau Gapoktan atau juga KUD. Bertambah besar organisasi penjualan hasil produksi ini pada petani maka makin mampu petani menguasai harga sehingga akan mengurangi pengambilan keuntungan yang tidak wajar pada pedagang perantara. F. Mengurangi Biaya Pemasaran Usaha untuk memperkecil biaya pemasaran dapat dilakukan dengan cara : 1. Mengubah sistem pemasaran, yaitu : a. Mengadakan integrasi vertikal dan horizontal dari lembaga-lembaga pemasaran, sehingga dapat mengurangi biaya pada setiap tingkat marjin pemasaran, mengurangi resiko, serta menjamin adanya penawaran yang teratur, homogen serta memiliki kualitas yang baik. b. Mengganti saluran pemasaran. Caranya, kalau sebelumnya terbentuk saluran pemasaran, petani pedagang pengumpul pedagang pengecer konsumen pada komoditi tomat. Kemudian di daerah itu berdiri fabrik saos tomat, sehingga peran pedagang pengumpul dan pedagang pengecer digantikan oleh fabrik saos tomat. Saluran pemasaran menjadi, petani fabrik saos tomat konsumen. Untuk itu biaya pemasaran pada pedagang pengumpul dan pedagang pengecer juga akan hilang sehingga biaya taniaga akan rendah. c. Menciptakan lembaga pemasaran baru. Contohnya kalau sebelumnya terbentuk saluran pemasaran : petani pedagang pengumpul pedagang pengecer konsumen. Kemudian petani membentuk Koperasi Unit Desa (KUD) untuk menyalurkan hasil usahataninya, sehingga saluran pemasaran menjadi : petani KUD pedagang pengecer konsumen. Terciptanya KUD dapat memberikan biaya pemasaran yang lebih rendah dari pada pedagang pengumpul, karena KUD ini lembaga nirlaba, sehingga dapat menekan biaya pemasaran.
93 2. Mengurangi pelayanan berlebihan, yaitu dengan cara : a. Mengurangi jasa pemasaran yang berlebihan, seperti iklan (reklame, advertensi) dan pembungkusan. b. Menggeser tanggung jawab pelayanan kepada konsumen, seperti dengan melayani diri sendiri (self service) di pasar swalayan, sehingga lembaga pengecer tidak perlu mengeluarkan biaya pelayan yang banyak. Cara ini sekaligus dapat menekan harga jual yang harus dibayar konsumen. 3. Mempertinggi efisiensi pemasaran, yaitu dengan cara menggunakan teknologi baru dalam perlakuan barang secara fisik pada tiap fase pemasaran dan mengorganisasikan tiap usaha pemasaran secara efisien dilihat dari segi tempat kerja, besarnya usaha, pembiayaan, peralatan dan lain-lain. Tempat kerja hendaknya dipilih sesuai dengan sifat usaha pemasaran, apakah di daerah produsen, atau dekat dengan pasar konsumen atau di daerah lain. Contoh, akibat adanya pengolahan barang, maka volume dan beratnya mengalami penyusutan sehingga biaya angkut menjadi lebih murah dibandingkan dengan sebelum diolah. Untuk itu dapat dipilih tempat usaha yang terletak di daerah produsen. Tetapi apabila pengolahan itu menyebabkan volume dan berat barang bertambah, maka lokasi tempat pengolahan akan lebih baik di daerah konsumen atau di pasar pusat konsumen. Faktor lain yang ikut menentukan pilihan lokasi usaha adalah kemungkinan didapatnya biaya tenaga kerja yang lebih murah untuk usaha pengolahan. Untuk besarnya skala usaha dapat dikatakan bahwa semakin besar jumlah barang yang ditangani (diolah, diperjualbelikan), maka semakin besar biaya yang dapat ditekan. G. Peranan Koperasi Pembentukan koperasi di sini bertujuan agar petani produsen dapat menerima harga hasil pertaniannya tinggi dan konsumen dapat membayar dengan harga rendah, dibandingkan eceran. Banyak pendapat yang mengatakan dengan koperasi dalam bidang pemasaran, maka biaya pemasaran dapat diperkecil. Hal ini dapat dibenarkan apabila koperasi dapat menggantikan fungsi dan peranan lembaga pemasaran dan bekerja secara efisien. Yang perlu diusahakan suatu koperasi yang bergerak dalam kegiatan pemasaran hasil pertanian adalah : a. Mengusahakan agar biaya pemasaran lebih kecil dibandingkan biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedasgang lain, dan gaji pengurus harus lebih kecil dari keuntungan koperasi. b. Jika biaya pemasaran tak dapat lagi ditekan, maka gaji pengurus harus dikurangi atau jumlah pengurus disederhanakan. H. Peranan Pemerintah. Pemerintah adalah juga fihak yang termasuk terlibat dalam proses pemasaran. Kegiatan-kegiatan pemerintah yang ditujukan untk memperbaiki aspek-aspek pemasaran adalah : a. Membuat kebijaksanaan yang dapat memperbaiki sistem pemasaran, seperti menurunkan tarif angkutan, mengurangi pajak tinggi dan lain-lain. b. Mendorong produsen secara bersama-sama memperbaiki pemasaran seperti membentuk koperasi, memberi bimbingan keahlian dan bantuan modal kerja.
94 c. Menciptakan program kearah perbaikan dan pengembangan teknologi, sehingga hasil pertanian dapat bertambah kegunaannya, sehingga permintaan konsumen bertambah pula. d. Memperluas jaringan komunikasi dan pengangkutan, sehingga informasi pasar dapat menyebar secara cepat, sehingga hasil-hasil pertanian di desa dapat dibeli oleh pedagang. e. Menyediakan fasilitas fisik yang diperlukan dalam proses pengaliran barang seperti kereta api, kapal laut, pesawat terbang, dan lain-lain. f. Menyediakan fasilitas berupa bank, yang dapat memperlancar jalannya fungsipertukaran dan fungsi fisik. g. Membentuk buffer stock agency guna melindungi konsumen dari fluktuasi farga misalnya pada saat harga suatu hasil pertanian melewati harga terendah (floor price) yang ditetapkan, pemerintah dapat menyangganya dengan melakukan pembelian. Sebaliknya kalau harga hasil pertanian naik melewati harga tertinggi (ceiling price) yang ditetapkan, maka pemerintah menegaluarkan stock-nya, sehingga harga tetap berada dalam range yang telah ditetapkan. h. Melakukan penelitian untuk menemukan sesuatu yang baru yang dapat berguna untuk memperbaiki pemasaran. Dalam rangka perbaikan system perdagangan dalam negeri, Pemerintah Republik Indonesia sudah menetapkan sasaran pembangunan perdagangan dalam negeri seperti yang tercantum dalam buku Repelita II : a. Mewujudkan suatu sistem pemasaran yang lebih menunjang peningkatan kegiatan produksi dan pendapatan masyarakat. b. Menciptakan pasaran yang lebih luas bagi barang produksi dalam negeri dalam rangka industrialisasi. c. Mewujudkan sistem pengadaan dan penyaluran yang efisien dengan menjamin aliran barang yang teratur agar terdapat harga pada tingkat yang layak, dengan memperhatikan segi konsumen. d. Mengembangkan sistem perdagangan yang menjamin adanya kepastian usaha dan menghindarkan persaingan yang tidak sehat serta membina lembaga-lembaga dalam sektor perdagangan tersebut. e. Mengusahakan perluasan lapangan kerja di bidang perdagangan. f. Memperbaiki kedudukan pedagang golongan ekonomi lemah. Untuk mencapai sasaran tersebut maka pemerintah melalui Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri (Ditjen Perdagangan Dalam Negeri) menetapkan kebijaksanaan dan program yang menyagkut kepentingan produsen, pedagang dan konsumen, antara lain : a. Kebijaksanaan dalam bidang perundang-undangan dan peraturan perdagangan yang harus dapat menjamin kelancaran perdsagangan serta kapasitas usaha terutama dalam rangka peningkatan partisipasi pengusaha nasional dan pembinaan golongan ekonomi lemah. b. Kebijaksnaan di bidang kelembagaan yang harus dapat menghilangkan terpecah- pecahnya pasaran guna menuju suatu kesatuan pasaran di seluruh Indonesia yang teratur :
95 1. Membina perusahaan dagang milik pemerintah, swasta dan koperasi, sehingga mampu melaksanakan pengadaan dan penyaluran barang ke seluruh Indonesia secara teratur, mantap dan berkembang. 2. Mengembangkan lembaga pasar, jasa-jasa lembaga perdagangan, lembaga konsumen serta lembaga pengawasan mutu, standardisasi dan normalisasi barang. 3. Meningkatkan keterampilan dan member kesempatan yang lebih luas bagi partisipasi pedagang golongan ekonomi lemah. 4. Menekan biaya pemasaran dengan memperhatikan cara pemungutan pajak yang tidak akan memberatkan para pedagang serta yang dapat mendorong mereka untuk bertindak jujur. 5. Menyerasikan fasilitas kredit untuk sektor perdagangan