1 Modul Digital Lisa Widiarti 2023 Pembelajaran Seni Patung Berbasis Nirmana
2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI PETA KONSEP PENDAHULUAN A. Identitas Modul B. Deskripsi Singkat Materi C. Petunjuk Penggunaan Modul D. Materi Pembelajaran KEGIATAN PEMBELAJARAN 1: Latar Belakang Pembelajaran Seni Patung Berbasis Nirmana A. Latar Belakang B. Materi Pembelajaran Seni Patung Dasar C. Tugas Praktek 1 : Patung Potret Diri KEGIATAN PEMBELAJARAN 2: Tinjauan Seni Patung A. Perkembangan Seni Patung B. Pengertian Seni Patung C. Fungsi Seni Patung D. Media Seni Patung (Alat-Teknik-Bahan) E. Corak Seni Patung F. Soal Latihan G. Tugas Praktek 2 : Patung Binatang KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: Karya Seni Patung Berbasis Nirmana A. Nirmana Sebagai Ilmu Tata Rupa B. Unsur dan Prinsip Nirmana Pembentuk Karya Seni Patung C. Contoh Penerapan Nirmana pada Karya Seni Patung D. Tugas Praktek 3 : Patung Abstrak DAFTAR PUSTAKA DAFTAR GAMBAR LAMPIRAN GLOSARIUM
3 Latar Belakang Pembelajaran Seni Patung Berbasis Nirmana Tinjauan Seni Patung Karya Seni patung Berbasis Nirmana Materi Pembelajaran Seni Patung Seni Patung Tradisional Seni Patung Modern Nirmana sebagai Ilmu Tata Rupa Materi Teori Materi Praktek Tugas Praktek Seni Patung Berbasis Nirmana Pengertian Seni Patung Fungsi Seni Patung Alat-Teknik-Bahan Unsur-Unsur Visual Prinsip-Prinsip Visual Imitatif Corak Seni Patung Nirmana Sebagai Pembentuk Kualitas Karya Seni Patung Deformatif Abstrak
4 PENDAHULUAN A. Identitas Modul Mata Kuliah : Seni Patung Dasar Jenjang Program : S1 Pendidikan Seni Rupa Penulis : Lisa Widiarti B. Kompetensi 1. Memahami unsur Nirmana sebagai konsep pembentuk visual karya seni patung. 2. Memahami prinsip Nirmana sebagai konsep kualitas karya seni patung. 3. Memiliki kompetensi membuat karya seni patung berbasis ilmu tata rupa (Nirmana). C. Tujuan Membekali mahasiswa untuk dapat memahami ruang lingkup seni patung serta memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam menciptakan sebuah karya Seni Patung secara mendasar, berdasarkan ilmu tata rupa (Nirmana). D. Petunjuk Penggunaan Modul 1. Modul ini sesuai dengan RPS mata kuliah Seni Patung Dasar. 2. Bacalah uraian materi dan sumber belajar lainnya yang sesuai dengan topik. 3. Kerjakan soal yang terdapat pada modul untuk pendalaman materi 4. Kerjakan tugas praktek untuk melatih keterampilan berkarya seni patung.
5 E. Materi Pembelajaran Modul ini terbagi menjadi 3 kegiatan pembelajaran yang disetiap kegiatan pembelajaran di dalamnya terdapat uraian materi, soal latihan, dan tugas praktek berkarya seni patung. Setiap tugas praktek berkarya pada setiap kegiatan pembelajaran membutuhkan waktu 5 x pertemuan perkuliahan untuk mengerjakan 1 tugas. Kegiatan 1 : Latar Belakang Pembelajaran Seni Patung Berbasis Nirmana Kegiatan 2 : Tinjauan Seni Patung Kegiatan 3 : Karya Seni Patung Berbasis Nirmana A. Tujuan kegiatan Pembelajaran 1 Setelah mempelajari keseluruhan materi tentang latar belakang pembelajaran seni patung berbasis nirmana ini, anda diharapkan memahami tentang tujuan dan sasaran dari mata kuliah Seni Patung, khususnya Seni Patung Dasar, serta mampu mengerjakan tugas-tugas praktek sesuai yang diharapkan. B. Tujuan kegiatan Pembelajaran 2 Setelah mempelajari keseluruhan materi pada pembelajaran Tinjauan Seni Patung ini, anda diharapkan mampu menjelaskan tentang pengetahuan dan ruang lingkup serta perkembangan seni patung secara mendasar, dan juga memahami media (alat-teknik-bahan) serta corak dalam seni patung. C. Tujuan Kegiatan Pembelajaran 3 Setelah mempelajari keseluruhan tentang materi karya seni patung berbasis nirmana ini, anda diharapkan mampu membuat dan menciptakan karya seni patung berdasarkan pemikiran dan pertimbangan-pertimbangan ilmu tata rupa / nirmana.
6 KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 LATAR BELAKANG PEMBELAJARAN SENI PATUNG BERBASIS NIRMANA A. Latar Belakang Pada hakikatnya, seni dan manusia tidak dapat dipisahkan, karena seni adalah bentuk ekspresi jiwa serta cermin tujuan hidup manusia. Antara seni dan manusia akan selalu berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Yang termasuk dalam ruang lingkup seni adalah; seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni drama. Seni rupa adalah salah satu bentuk karya seni yang dapat dilihat dan diraba menggunakan indera manusia, yakni indra penglihatan serta indera peraba. Karya seni rupa diciptakan dengan mengolah unsur visual titik, garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika. Seni rupa ada karena eksistensi manusia di muka bumi. Begitu pula dalam kehidupan manusia, eksistensi seni rupa terasa begitu nyata. Artinya kehadiran seni rupa bisa dirasakan dalam kehidupan manusia. Seni rupa tidak hanya hadir sebagai hiasan atau bentuk keindahan visual saja, melainkan juga bentuk ekspresi perasaan dan emosi manusia. Patung adalah salah satu dari cabang seni rupa yang merupakan karya tiga dimensi yang memiliki panjang, lebar, tinggi, dan memiliki ruang nyata/kongkrit serta dapat dilihat dari segala arah. Biasanya karya patung diciptakan dengan cara carving/memahat, modeling/membentuk, atau casting/mencetak. Penciptaan sebuah karya seni khususnya seni patung dapat dikatakan sebagai proses ilmiah, apabila penciptaannya didasari atau berlandaskan kepada teori-teori para ahli yang telah teruji keabsahannya. Teori-teori yang dirujuk disesuaikan kapasitasnya dalam kerangka perwujudan karya yang akan diciptakan, sehingga karya yang akan dilahirkan mempunyai landasan berpijak yang memperkokoh isi dan makna dari sebuah karya tersebut. Dalam proses perwujudan karya seni patung, banyak hal yang harus diperhatikan salah satunya adalah keindahan bentuk yang merupakan hal utama dalam nilai estetik
7 sebuah karya patung. Keindahan ini sebagai langkah untuk menggabungkan segala unsur kepatungan yang diperoleh dari kesatuan bentuk terhadap perwujudannya. Karya seni rupa, termasuk karya seni patung diwujudkan melalui pertimbangan-pertimbangan penerapan pengetahuan Nirmana. Unsur-unsur visual yang ditata akan membentuk fisik karya secara keseluruhan, sedangkan prinsip-prinsipnya berfungsi sebagai penentu kualitas karya. Contoh penerapan prinsip Tata Rupa dalam karya Nirmana Trimatra : Foto Karya : Koleksi Penulis Irama transisi terwujud akibat perbedaan jumlah stick yang digunakan sehingga besar unit-unit stick yang disusun menjadi mengecil secara perlahan arah ke atas. Selain itu, hal lain yang terwujud dari pengurangan jumlah stick adalah perubahan kemiringan susunan secara perlahan, makin keatas semakin tegak (hampir vertikal) kemiringannya. Efek ruang segi tiga di bagian tengah karya juga terpengaruh dalam ukuran dan arah kemiringannya, dari segitiga berukuran besar dan runcing pada bagian bawah, menjadi segitiga cenderung datar dan kecil dipuncak. Prinsip kesatuan (unity) pada karya nirmana berbahan stick es tersebut tercipta akibat adanya pengulangan teratur secara transisi atau bisa disebut juga dengan prinsip irama (rythm), dimulai dari bagian bawah karya dengan bentuk yang melebar dan jumlah stick yang relatif banyak. Selanjutnya susunan stick tersebut dibuat berulang secara tertur ke arah bagian atas karya, dengan cara mengurangi jumlah stick secara teratur sehingga bentuk susunan stick makin katas semakin mengecil. Irama transisi juga terbentuk melalui gerak teratur secara perlahan dari susunan stick, dimulai dari arah agak horizontal pada bagian bawah dan semakin keatas kemiringan susunan stick semakin tegak. Unsur tekstur yang muncul pada seluruh permukaan karya akibat susunan stick tersebut adalah tektur yang sifatnya sangat kuat dan kasar. Prinsip keseimbangan (Balance) yang dterapkan pada karya ini adalah keseimbangan simetri (simetrycal Balance).
8 Foto Karya : Koleksi Penulis Contoh penerapan teori tata rupa nirmana dalam karya patung : Karya Seni Patung Corak Deformatif Prinsip kesatuan (unity) pada karya patung tersebut terdapat pada seluruh bagian patung yaitu dengan cara mengungkapkan unsur garis lengkung. Bisa dilihat pada bagian kepala memanfaatkan unsur geometris lingkaran / gempal lingkaran, dan juga pada seluruh out line objek patung menerapkan sifat garis lengkung. Kesatuan bentuk yang tercipta dari keselarasan garis lengkung tersebut, akhirnya menciptakan sebuah keharmonisan (Harmony). Selain melalui unsur garis lengkung, prinsip kesatuan muncul pada pemilihan tekstur karya yang secara menyeluruh menerapkan tekstur kesat pada seluruh permukaan bidang patung. Prinsip kesatuan (unity) pada karya Nirmana tersebut diungkapkan melalui kesamaan unsur visual yaitu; bentuk objek, warna objek, serta dari sifat bentuk yang membulat / serba melengkung (garis lengkung)
9 Sumber Foto : Pinterest Karya Seni Patung Corak abtrak Figuratif Sumber Foto : Pinterest Aspek estetika dari karya patung meliputi, komposisi, proporsi, kesatuan, keseimbangan, irama, harmoni, tekstur, skala dan lain sebagainya. “Jadi keindahan pada dasarnya adalah sejumlah kwalita pokok tertentu yang terdapat pada sesuatu hal. Kwalita yang paling sering disebut adalah kesatuan (unity), keselarasan (harmony), kesetangkupan (symmetry), keseimbangan (blance) dan perlawanan (contrast).” (The Liang Gie, 1976 : 35) Nirmana sebagai ilmu dasar pokok dalam seni rupa dan desain, sesungguhnya memiliki peranan penting dalam mewujudkan karya-karya seni rupa (termasuk karya seni Patung) dan desain yang bernilai estetik. Di dalam Nirmana tercakup unsur-unsur titik, garis, bidang, warna, tekstur, dengan prinsip-prinsip pengorganisasiannya yaitu keseimbangan, kesatuan, kesederhanaan, kekontrasan, keselarasan, dan proporsi yang tepat. Suatu hal yang proporsional mampu menciptakan perasaan nyaman ketika memandangnya. Golden Section atau disebut juga dengan Golden Ratio adalah perbandingan ukuran yang sangat berguna untuk membantu menciptakan desain yang indah dan seimbang secara sempurna yang menurut estetika memuaskan di tingkat terdalam dari otak. Penerapan prinsip Irama transisi muncul melalui arah dan gerak tangan serta kaki objek patung abstrak figuratif tersebut.
10 Eksistensi nirmana sebagai bagian dari proses kreatif, imajinatif dan esetetik merupakan dasar yang sangat konstruktif dalam melahirkan karya-karya seni rupa dan desain baik dalam bentuk dua dimensi maupun tiga dimensi. Peran nirmana, sesungguhnya memberi pengaruh yang besar terhadap proses dalam melatih kepekaan rasa estetik dalam karya-karya seni rupa dan desain. Dengan kata lain, mepelajari nirmana dapat mengasah keterampilan dan mepertajam kepekaan rasa estetik dan menggali kemampuan estetik terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan karya-karya seni rupa dan desain, baik dalam bentuk dua dimensi maupun tiga dimensi. B. Materi Pembelajaran Seni Patung Pelaksanaan perkuliahan Seni Patung Dasar di rancang sesuai RPS yang telah disusun sebelumnya. Adapun uarian nya adalah sebagai berikut; Jumlah Pertemuan Perkuliahan selama 1 semester : 16 x pertemuan (selama 16 minggu). Materi perkuliahan Seni Patung Dasar terdiri atas : Materi Teori dan Materi Praktek. Materi Teori diberikan setiap minggu sekitar 1 jam pertama perkuliahan, selama 8 minggu (dimulai dari minggu ke 1 sampai minggu ke 8). Kemudian minggu ke 9 pelaksanaan UTS (teori). Materi Praktek diberikan selama 15 minggu, mulai dari minggu ke 2 sampai minggu ke 16. Tugas praktek diberikan 3 buah selama satu semester, setiap tugas rentang waktu pengerjaan selama 5 minggu. Uraian waktu untuk tugas praktek : Minggu 2-6 (tugas: 1) Minggu 7-11 (tugas: 2) Minggu 12-16 (tugas: 3)
11 1. Materi Teori Materi teori mata kuliah Seni Patung Dasar menjelaskan tentang ruang lingkup seni patung secara mendasar, meliputi; pengertian, fungsi, serta mencakup pembahasan berbagai macam media (alat, teknik, bahan) dalam seni patung. Selanjutnya materi teori mata kuliah seni patung mengajarkan mahasiswa untuk memahami berbagai konsep yang mendasari karya seni patung terutama karya seni patung modern, serta memahami gejala visualnya dan mencoba menemukan hubungan logis antara konsep dan visualisasinya. Ciri-ciri dari seni rupa modern, di antaranya: a) Tidak memiliki keterikatan dengan pakem tertentu. b) Karya yang dihasilkan banyak mengandung unsur berbentuk geometris. c) Hasil karyanya tidak bersifat tradisional. d) Tidak terpaku pada satu aliran. e) Lebih memperlihatkan orisinalitas. f) Lebih mendahulukan fungsionalitas karya seni. g) Konsep yang dibuat dalam karya seni lebih kuat. Karya-karya yang menjadi acuan terutama karya-karya yang dihasilkan oleh para seniman yang berpengaruh dalam perkembangan seni patung modern secara nasional maupun internasional. Dalam materi teori kuliah seni patung dasar ini tidak hanya memiliki implikasi teoritis tetapi juga implikasi praktis yang dapat mengembangkan potensi kreatif mahasiswa dalam berkarya seni patung. 2. Materi Praktek Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa tugas praktek yang diberikan pada mata kuliah seni patung dasar ini dalam satu semester adalah 3 buah tugas. Bentuk penugasan yang diberikan yaitu; Tugas 1 : Patung Potret Diri Bahan : Tanah Liat Ukuran : Skala 1:1 Teknik : Membentuk (Modeling)
12 Tugas 2 : Patung Binatang (atau alternatif lainnya) Bahan : Bubur kertas (papier machee’) Ukuran : ± 50 cm atau (disesuaikan dengan model/objek) Teknik : Perangkaan (Construction) Tugas 3 : Patung Abstrak Bahan : Gypsum (atau alternatif lainnya) Ukuran : ± 40 cm atau (disesuaikan dengan model/objek) Teknik : Gabungan teknik modelling dan carving Kegiatan belajar mengajar pada materi praktek mata kuliah seni Patung Dasar ini dilaksanakan dengan beberapa tahap, mulai dari pengajuan disain/rancangan karya yang akan dibuat sampai pada penilaian hasil karya. Adapun langkah-langkah yang mesti dilalui oleh mahasiswa dalam pelaksanaan materi praktek berkarya seni patung dasar ini adalah; pengajuan disain tugas (berupa foto atau gambar), persiapan alat dan bahan, pembuatan mock up karya (khusus utk tugas ke 2 dan ke 3), dan pengerjaan karya. Untuk satu tugas praktek, rentang waktu pengerjaannya adalah selama 5x pertemuan perkuliahan (5 minggu). Mahasiswa dianjurkan untuk melalui setiap proses yang setiap minggunya akan terus berkembang sesuai batas sasaran setiap tugas. Langkah kerja yang harus dilalui mahasiswa untuk setiap tugas adalah; Minggu ke 1 : Pengajuan disain/rancangan karya, persiapan alat dan bahan, serta kerangka karya. Minggu ke 2 : Global karya Minggu ke 3 : Pembentukan karya Minggu ke 4 : Lanjutan pembentukan karya secara detail Minggu ke 5 : Finishing karya (termasuk pewarnaan jika diwarnai)
13 C. Tugas Praktek 1 : Patung Potret Diri 1. Tujuan Tugas : Menciptakan sebuah karya Patung Potret dengan ekspresi yang unik dan dinamis yaitu ekspresi mimik wajah dan ekspresi gerak, dengan pertimbangan utama proporsi dan anatomi, serta sifat material yang digunakan, yaitu tanah liat, untuk mencapai nilai estetis yang optimal. Proporsi / perbandingan ukuran (Proportion) menjadi bagian penting yang harus diperhatikan pada tugas patung potret ini, seperti perbandingan ukuran mata, hidung, mulut, telinga, dll. Jika proporsi dan juga anatomi tidak benar, maka hasil karya patung potret ini (patung wajah anda) akan terlihat ‘aneh’. Sumber : situs internet https://geometryarchitecture.wordpress.com/2016/03/
14 Dari berbagai jenis kepala dia atas, terbukti bahwa kepala dengan golden section akan lebih indah daripada bentuk kepala tanpa golden section, karena jarak antara elemen pada wajah sudah tepat tidak mengakibatkan adanya kejanggalan pada wajah seperti dahi luas, dagu panjang, atau dagu yang lebih ke dalam, dan mungkin masih banyak lagi kekurangan pada wajah jika tidak sesuai dengan teori golden section. 2. Proses Tugas : A. Aktifitas Pembelajaran Tugas Praktek 1 Minggu ke 1 : Persiapan Disain / foto wajah anda masing-masing Persiapan kerangka patung Persiapan tanah liat yang siap pakai Persiapan alat butshir / sudip Tahap Persiapan Disain / foto tugas 1 : Buatlah foto wajah anda masing-masing dengan ketentuan : - Batas pemotretan dari dada sampai pada puncak kepala. - Ekspresi mimik wajah dibuat yang unik / menarik (seperti; tertawa, cemberut, marah, mencibir, melongo/terngaga, dll), dan sebaiknya jangan ekspresi diam saja atau hanya sedikit tersenyum saja. - Ekspresi gerak kepala usahakan tidak kaku atau hanya menghadap lurus kedepan saja, tapi dibuat agak dinamis (misalnya; menoleh sedikit kearah samping, tengadah sedikit sambil melirik kesamping, menunduk sedikit, dll). - Latar belakang foto sebaiknya dinding polos / tidak banyak barang-barang yang mengganggu fokus foto.
15 Beberapa Contoh Ekspresi Mimik Wajah Manusia sedih marah gembira kaget mual takut Enam Ekspresi Dasar Wajah (sumber : Gary Faigin) Foto dibuat sebanyak 3 buah dengan ekspresi berbeda-beda. Setiap foto terdiri terdiri dari : - Tampak depan Jika ekspresi gerak foto wajah anda sedang menoleh kesamping, patokan depan itu adalah wajah anda, bukan badan ada. - Tampak samping kiri dan kanan
16 Bagi yang perempuan, jika jilbab anda menutupi pipi dan hidung anda ketika difoto tepat dari samping, maka disarankan pemotretannya digeser hanya sedikit saja agak maju/serong kedepan agar bisa terlihat pipi dan hidung dari arah samping. - Tampak belakang Semua tampak foto yang anda buat (muka, samping kiri dan kanan, dan belakang) ketika sedang melakukan pemotretan harus tetap mempertahankan ekspresi mimik dan ekspresi gerak yang sama. Artinya ekspresi foto yang anda buat itu tetap sama / tidak berbeda ketika dilihat dari depan ataupun samping (misalnya: dari depan terlihat mata membelalak dengan bola mata melihat keatas, dari samping tetap terlihat membelalak dan bola mata tetap sedang melihat keatas Contoh Disain/foto tugas Patung Potret dari segala tampak : depan serong kiri kiri serong kanan kanan belakang Belakang depan serong kanan serong kiri kanan kiri
17 depan kiri kanan belakang Contoh Hasil Karya Tugas Patung Potret : Material Tanah Liat Tahap Persiapan Kerangka Patung : Kerangka untuk tugas 1 (Patung Potret Diri) sudah ada tersedia di studio patung, namun bisa saja jika anda ingin membuat sendiri kerangka tersebut. Silahkan dibaca dan pahami gambar terlampir tentang penjelasan cara membuat kerangka dengan menggunakan kayu reng ukuran sekitar 2 x 3 cm dan untuk alas kerangka digunakan papan atau multiplek dengan ketebalan minimal 1 cm (bukan triplek tipis).
18 Ukuran kerangka : Perakitan kerangka dilakukan dengan menggunakan paku, dan usahakan bagian yang dipaku terpasang dengan kuat. Untuk menggabungkan kayu reng kerangka badan dengan bagian alas, di paku dari bagian bawah papan atau multiplek tersebut. Boleh juga dibantu dengan penambahan material lain seperti plat besi siku, untuk memperkuat konstruksi kerangka pada bagian yang dipaku.
19 Tahap Persiapan Tanah Liat Perhatikan lampiran foto dibawah ini tentang cara mengolah tanah liat agar plastis, siap pakai, layak untuk digunakan, serta homogen dan tidak terlalu lunak atau terlalu keras : (lampiran video pengolahan tanah liat) Tekan kebawah, kemudian dorong kedepan Lakukan beberapa kali hingga tanah liat bercampur secara homogen Untuk mengetahui apakah tanah liat yang anda olah sudah layak digunakan atau belum, yaitu dengan cara menusuk gumpalan tanah liat tersebut dengan salah satu jari tangan anda, kemudian angkat kembali jari anda dan lihat. Jika jari anda itu berlepotan dan menempel lumpur tanah liat, berarti tanah liat anda masih lunak dan basah, dan harus diolah lagi. Sebaliknya jika jari anda tidak bisa ditusukkan pada bongkahan tanah liat, berarti tanah liat anda terlalu keras. Salah satu cara agar
20 tanah liat itu bisa lunak adalah dengan cara membungkus tanah liat tersebut dengan kain basah atau kain lembab serapat mungkin. Kelembaban kain untuk pembungkus tanah liat tergantung tingkat kekerasan tanah liat tersebut. Tahap Persiapan Alat Butshir / Sudip Contoh alat butshir / sudip B. Aktifitas Pembelajaran Tugas Praktek 1 Minggu ke 2 : Tahap global bentuk : Sebelum kerangka ditutup dengan lempengan tanah liat untuk pembentukan global patung, terlebih dahulu kerangka pada bagian kepala ditempel dengan kertas sampai membentuk bulatan kepala. Tujuannya adalah selain mempercepat pekerjaan, juga bisa menghemat bahan tanah liat dan bobot karya tidak terlalu berat.
21 a. Pembentukan dada sampai bahu (teknik lempengan/slab) - membuat lempengan tanah liat - memotong lempengan tanah liat sesuai ukuran - menggabungkan lempengan tanah liat b. Pembentukan leher (teknik slab atau coil) c. Pembentukan kepala (teknik lempengan atau pijit) Bangun Dasar Kepala Manusia (Sumber : Gary Faigin) (lampiran video proses pembentukan global tugas 1)
22 C. Aktifitas Pembelajaran Tugas Praktek 1 Minggu ke 3 : Tahap Pembentukan : 1. Menentukan Posisi Anatomi Wajah : - Perhatikan ketepatan proporsi dan anatomi secara global. - Tentukan posisi mata, hidung, mulut, telinga. Menentukan posisi mata, hidung, mulut, dan telinga (Sumber : Gary Faigin) 2. Pembentukan Karya - Pembentukan bangun dasar mata, hidung, mulut, dan telinga yang dilakukan secara menyeluruh dan bertahap. - Pengolahan bentuk dengan tetap memperhatikan ketepatan proporsi dan anatomi. - Bentuk dasar bola mata Posisi mata (tampak samping)
23 Bentuk dasar hidung Beberapa ekspresi mulut Contoh Bentuk hidung dan mulut (tampak samping) Bentuk mata dan hidung (tampak ¾) ( Sumber : Burne Hogarth ) D. Aktifitas Pembelajaran Tugas Praktek 1 Minggu ke 4 : Tahap Detail Anatomi wajah E. Aktifitas Pembelajaran Tugas Praktek 1 Minggu ke 5 : Tahap Finishing Karya :
24 KEGIATAN PEMBELAJARAN 2 TINJAUAN SENI PATUNG Pada hakikatnya, seni dan manusia tidak dapat dipisahkan, karena seni adalah bentuk ekspresi jiwa serta cermin tujuan hidup manusia. Antara seni dan manusia akan selalu berkaitan dan memengaruhi satu sama lain. Yang termasuk dalam ruang lingkup seni adalah; seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni drama. Seni rupa adalah salah satu bentuk karya seni yang dapat dilihat dan diraba menggunakan indera manusia, yakni indra penglihatan serta indera peraba. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep titik, garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika. Seni rupa ada karena eksistensi manusia di muka bumi. Begitu pula dalam kehidupan manusia, eksistensi seni rupa terasa begitu nyata. Artinya kehadiran seni rupa bisa dirasakan dalam kehidupan manusia. Seni rupa tidak hanya hadir sebagai hiasan atau bentuk keindahan visual saja, melainkan juga bentuk ekspresi perasaan dan emosi manusia. Patung adalah salah satu dari cabang seni rupa yang merupakan karya tiga dimensi yang memiliki panjang, lebar, tinggi, dan memiliki ruang nyata/kongkrit serta dapat dilihat dari segala arah. Biasanya karya patung diciptakan dengan cara carving/memahat (misalnya pada bahan kayu atau batu), modeling/membentuk (misalnya dengan bahan tanah liat atau lilin ) atau casting/mencetak (dengan cetakan). A. Seni Patung Tradisional Seni patung dalam sejarah perkembangannya telah ada dan berkembang seiring dengan masa manusia mengenal budaya. Patung sebagai ungkapan seni berbentuk 3 dimensi mula-mula diciptakan oleh masyarakat primitif ribuan tahun yang silam di berbagai penjuru dunia. Hal ini ditandai oleh berkembangnya kebudayaan Megalith (Menhir). Masa ini manusia telah mulai membuat bangunan-bangunan megalith untuk menghargai jasa nenek moyang yang dianggap pahlawan.
25 “ Stonehenge ” ( Bangunan Megalitikum berusia sekitas 3000 SM - 2000 SM) Dimasa prasejarah, patung-patung tidak begitu berkaitan dengan persoalan estetika karena kepentingan utamanya adalah simbolisme dan kepentinggan sakral / kepercayaan. Patung prasejarah di Indonesia lebih banyak bercorak monumental atau disebut juga corak neolitik. Menurut Dr. Edi Sedyawati, patung-patung tersebut banyak terdapat seperti di daerah Tapanuli, palembang, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan, Sulawesi Tengah, dan di daerah Sepik (Irian Jaya). Menurut Yudoseputro, “gaya ekspresi statis monumental (yang kaku) dari tradisi patung neolitik dan gaya penggambaran yang dinamis dan ornamental dari tradisi patung megalitik dan Dongson adalah ciri dasar dari patung prasejarah yang diperuntukkan sebagai persembahan kepada arwah nenek moyang mereka”. Ciri dasar ini diwariskan kepada generasi selanjutnya dan masih berbekas pada patung etnik setempat, seperti patung Mbis atau Korwar dari Irian Jaya (Papua), patung Sigale-gale dari Samosir, Tau tau dari Tana Toraja, patung altar Tavu dari Tanimbang, Hamapong dari Kalimantan, adu zatua dari Nias, Wadah dan Lembu dalam tradisi Ngaben di Bali, serta banyak lagi dari daerah lain. (Himawan : 2016) Stonehenge dianggap sebagai ikon budaya Inggris yaitu monumen prasejarah yang merupakan tempat pemakaman dengan ukuran tinggi masingmasing batu sekitar 4,0 m, lebar 2,1 m, dan beratnya sekitar 25 ton. Wujud 3 dimensional yang muncul dari susunan batu ini terlihat seperti corak seni patung abstrak yang cenderung tercipta dari pengolahan bentukbentuk geometris; seperti segi tiga, segi empat, lingkaran, dll.
26 Ciri-ciri gaya patung zaman prasejarah adalah tampilannya yang sederhana (mendekati bentuk asli bahannya), irama garisnya bersudut-sudut dan sikap posenya kaku. Secara keseluruhan patung zaman prasejarah memberikan kesan monumental. Contoh patung yang terkenal dengan gaya monumental ini di Indonesia adalah patung-patung “Tadulako” yang terdapat di kabupaten Poso Sulawesi Tengah. Patung “Palindo” di situs Tadulako, Poso Sulawesi Tengah Patung “Mbis” Suku Asmat – Irian Jaya “Tadulako” berarti pemimpin. Patungpatung Tadulako ini adalah perwujudan nenek moyang yang banyak dipuja dalam masa prasejarah, karena nenek moyang adalah roh yang baik yang suka membantu keturunannya di dunia. “Mbis” merupakan salah satu patung yang dikeramatkan dan disakralkan oleh suku Asmat karena merupakan cikal bakal suku Asmat. Masyarakat Suku Asmat percaya bahwa orang yang sudah meninggal mampu ditemukan kembali di dalam bentuk Patung Mbis. Karenanya, setiap Patung Mbis yang dibuat, diberi nama sesuai dengan nama orang yang telah meninggal.
27 “ Arca Dwarapala ” (Raksasa Penjaga Pintu Gerbang) B. Seni Patung Modern A. Pengertian Seni Patung Menurut KBBI, patung adalah tiruan bentuk orang, hewan, dan sebagainya dibuat (dipahat dan sebagainya) dari batu, kayu, dan sebagainya. Dalam Ensiclopedia Britanica (1968:vol 20) dijelaskan bahwa; “Sculpture may be broadly defined as the art of representing observed or imagined objects in solid materials and in three dimension. There are two generals types: 1. Statuary, in which figures are shown in the round. 2. Relief, in which figures project from a grounds”. Dari kutipan di atas dinyatakan bahwa sculpture itu adalah karya seni yang dapat diamati dalam wujud tiga dimensi (trimatra), yang berbeda dengan seni relief. Muchtar (1985:3) menjelaskan bahwa: Seni patung terwujud dalam bentuk tiga dimensional. Dimensi ketiga itulah yang senantiasa menjadi garapan pematung, yaitu ‘kedalaman’ bentuk. Selanjutnya B.S Myers, mendefinisikan Seni Arca adalah patung jaman dulu yang terbuat dari batu. “Arca Dwarpala” yaitu patung penjaga gerbang atau pintu dalam ajaran Siwa dan Budha, berbentuk manusia atau monster. Biasanya Dwarapala diletakkan di luar candi, kuil atau bangunan lain untuk melindungi tempat suci atau tempat keramat di dalamnya. Dwarapala biasanya digambarkan sebagai makhluk yang menyeramkan.
28 patung adalah karya tiga dimensi yang tidak terikat pada latar belakang apa pun atau bidang manapun pada suatu bangunan. Karya ini diamati dengan cara mengelilinginya, sehingga harus nampak mempesona atau terasa mempunyai makna pada semua seginya. Selain itu Myers menambahkan bahwa seni patung berdiri sendiri dan memang benarbenar berbentuk tiga dimensi sehingga dari segi manapun kita melihatnya, kita akan dihadapkan kepada bentuk yang bermakna. Sedangkan menurut pendapat Mikke Susanto (2011: 296) Seni patung adalah sebuah tipe karya tiga dimensi yang bentuknya dibuat dengan metode subtraktif (mengurangi bahan seperti memotong, menatah) atau aditif (membuat model lebih dulu seperti mengecor dan mencetak). Dari sekian banyak pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa seni patung merupakan karya tiga dimensi yang memiliki panjang, lebar, dan tinggi atau volume, serta memiliki ruang nyata/kongkrit, sehingga memungkinkan orang untuk menikmati dan melihat karya patung dari segala arah. B. Fungsi Seni Patung Pada zaman dahulu patung dibuat untuk kepentingan agama atau kepercayaan, namun pada perkembangan selanjutnya patung dibuat untuk monumen atau peringatan suatu peristiwa tertentu. Pada jaman sekarang seni patung diciptakan hanya untuk dinikmati nilai keindahan bentuknya saja. Fungsi Patung dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu; 1) Fungsi Sakral Patung bagi masyarakat jaman dulu merupakan manifestasi sosial kedalam bentuk 3 dimensi. Patung merupakan media sakral dan perlambang atau simbol kepercayaan yang memberikan inspirasi spiritual pada kehidupan manusia. Bagi masyarakat primitif, patung diperuntukkan dalam upacara yang amat bermakna bagi seluruh kehidupan masyarakat lingkungannya. Patung merupakan visualisasi dari kepercayaan terhadap roh nenek moyang, sebagai simbol tata nilai serta inspirasi kehidupan. Seperti dalam menghadapi malapetaka yang disebabkan oleh alam, mereka berpaling pada nenek moyang yang telah dipatungkan.
29 Patung Moai – di pulau Paskah, Chili ( Patung Arwah Nenek Moyang / Penanda Kubur ) Dalam pengertian tradisi, seni patung diidentikkan dengan seni arca (arca adalah patung jaman dulu yang terbuat dari batu), karya tiga dimensi yang menggambarkan figur manusia atau dewa dengan menggunakan beragam media. Pada awalnya, pembuatan patung hanya dilakukan dengan meniru bentuk makhluk hidup seperti manusia atau binatang. Selama berabad-abad fungsi patung dalam masyarakat masih tetap sama, yaitu perlambang yang memberikan inspirasi spiritual pada kehidupan manusia. Patung kayu Tau-Tau seorang kepala kasta emas di Tana Toraja (Sulawesi Selatan) umpamanya, diletakkan di muka pintu lubang kuburannya di lereng bukit. Selanjutnya pada masyarakat Hindu dan Budha, kehadiran patung dalam Pura atau Candi merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari totalitas ritual keagamaan, untuk mengubah inspirasi spiritual bagi umatnya.
30 Patung kayu Tau Tau – di makam tebing kuburan alam suku Toraja Patung Budha – di Candi Borobudur 2) Fungsi Peringatan Dalam sejarah, patung tidak saja dikenal sebagai media sakral, tapi fungsinya dapat juga digunakan sebagai peringatan, untuk mengenang seseorang atau suatu peristiwa tertentu. atau patung seorang kepala negara mendapat tempat terhormat di taman terbuka sebuah pusat kota. Demikian juga patung seorang pahlawan, seorang jenderal, politikus, pendeta atau tokoh lainnya amat sering diabadikan. Semua itu tidak lain untuk mengenang, menghormati dan menghargai jasa-jasanya, dan kehadiran patung tersebut diharapkan dapat menggugah semangat masyarakat lingkungannya.
31 Selanjutnya keberadaan seni patung berkembang menjadi elemen penanda kota. Kehadiran patung-patung monument menjadi hal penting dalam perkembangan seni patung. Patung ruang publik tidak hanya berfungsi sebagai penanda visual sebuah wilayah secara geografis namun juga secara kultural. Sebagai contoh karya patung publik yang dikerjakan pematung Edhi Sunarso berjudul “Dirgantara” yang ada di Jakarta. Karya itu dibuat di pertengahan tahun 1960-an atas perintah dan arahan langsung dari Presiden Sukarno, dikerjakan dalam kaitan dengan karya-karya patung publik lain yang juga dikerjakan Edhi Sunarso di Jakarta (Patung “Selamat Datang” dan “Pembebasan Irian Barat”). Ada banyak kisah sejarah terkait dengan keberadaan karya tersebut, baik sebagai kisah penciptaan karya maupun bagian dari narasi sejarah kebangsaan. Patung Proklamator – Bung Hatta Lokasi : Benteng Ps. Atas, Kec. Guguk Panjang - Kota Bukittinggi, Sumatera Barat
32 Patung publik, “Dirgantara” (1964-1965), teknik cor perunggu.Karya Edhi Sunarso. Lokasi: Jakarta, Foto: Dok. Galeri Nasional Indonesia Soal “dirgantara”, secara konsep merujuk pada tema semangat dan cita-cita manusia modern (bangsa Indonesia) yang berhasrat melesat ke angkasa, melampaui batas-batas jejak kaki-kakinya di darat, menyongsong kemungkinan-kemungkinan kemajuan yang belum terwujud atau belum lagi sempat terpikirkan. Ditinjau dari segi ilmu tata rupa (nirmana), ekspresi gerak patung Dirgantara terlihat begitu menarik dikarenakan hadirnya prinsip kesatuan, irama, yang sangat harmonis pada perwujudannya. Dapat kita amati pada bagian kaki dan tangan patung memiliki kemiringan diagonal yang senada dengan pondasi base/tiang alas patung. Hal ini menciptakan keserasian dan keharmonisan pada tampilan monumen dirgantara tersebut. Kesamaan arah kemiringan garis dan bentuk melalui gerak patung dan base/pustek patung (prinsip kesatuan dan irama)
33 Penciptaan karya patung publik memiliki tingkat kompleksitas persoalan dan perencanaan yang berbeda dibandingkan cara penciptaan karya patung yang bersifat individual atau personal. Tradisi penciptaan karya patung publik pun mengalami perubahan, tak hanya sebagai karya-karya dengan ekspresi bentuk realis tetapi juga dalam ekspresi karya-karya abstrak yang bentuk-bentuk ekspresinya bisa berbeda-beda. 3) Fungsi Media Aspirasi Pada perkembangan selanjutnya, kehadiran patung ditengah kehidupan masyarakat sekarang telah berubah, artinya fungsi sosial sebagai simbol kepercayaan atau simbol penghargaan semakin menyempit. Di jaman sekarang patung telah mengalami perubahan, baik dari segi fungsi, material, maupun perwujudan bentuk. Patung tidak lagi mencerminkan simbol komunal melainkan bergeser sebagai medium aspirasi pribadi si pematung. (Harian Pagi Padang Ekspres edisi Minggu, 01 Oktober 2006). Dari dulu sampai sekarang masalah yang senantiasa digeluti oleh pematung berpusat dan bertumpu pada penciptaan bentuk. Apapun yang akan diekspresikan, maka lewat bentuk itulah semuanya diungkapkan. Bentuk pada seni patung merupakan perwujudan seni rupa yang paling konkrit yang dapat diterima oleh indera manusia. (But Muchtar : 1985). Seiring dengan perkembangan seni patung modern dan sejalan dengan perkembangan teknologi serta penemuan bahan-bahan baru, maka karya-karya seni patung menjadi semakin beragam, baik dalam bentuk maupun bahan dan teknik yang digunakan.
34 Penciptaan sebuah karya seni khususnya seni patung dapat dikatakan sebagai proses ilmiah, apabila penciptaannya didasari atau berlandaskan kepada teori-teori para ahli yang telah teruji keabsahannya. Teori-teori yang dirujuk disesuaikan kapasitasnya dalam kerangka perwujudan karya yang akan diciptakan, sehingga karya yang akan dilahirkan mempunyai landasan berpijak yang memperkokoh isi dan makna dari sebuah karya tersebut. Dalam proses perwujudan karya seni patung, banyak hal yang harus diperhatikan salah satunya adalah keindahan bentuk yang merupakan hal utama dalam nilai estetik sebuah karya patung. Keindahan ini sebagai langkah untuk menggabungkan segala unsur kepatungan yang diperoleh dari kesatuan bentuk terhadap perwujudannya. Aspek estetika dari karya patung meliputi, komposisi, proporsi, kesatuan, keseimbangan, irama, harmoni, tekstur, skala dan lain sebagainya. “Jadi keindahan pada dasarnya adalah sejumlah kwalita pokok tertentu yang terdapat pada sesuatu hal. Kwalita yang paling sering disebut adalah kesatuan (unity), keselarasan (harmony), kesetangkupan (symmetry), keseimbangan (blance) dan perlawanan (contrast).” (The Liang Gie, 1976 : 35) Dalam pengertian tradisi, seni patung diidentikkan dengan seni arca, karya tiga dimensi yang menggambarkan figur manusia atau dewa dengan menggunakan beragam media. Pada awalnya, pembuatan patung hanya dilakukan dengan meniru bentuk makhluk hidup seperti manusia atau binatang, namun, seiring berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi, patung juga dibuat dalam bentuk ungkapan visual yang lebih bersifat abstrak dengan berbagai ragam media serta menggunakan teknik- teknik baru. Dalam definisi modern seni patung merujuk pada sculpture (dalam bahasa Inggris), yakni salah satu bentuk media seni rupa yang bersifat tiga dimensi. Mengutamakan dimensi ekspresi yang menekankan pada praktek artistik dan kreativitas.
35 C. Media Seni Patung (Alat-Teknik-Bahan) 1. Alat 2. Teknik 3. Bahan Materi atau bahan yang digunakan untuk membuat karya patung tidak bisa ditentukan tanpa memikirkan konsep karya terlebih dulu. Sangat penting pemilihan bahan yang dipertimbangkan sehubungan dengan tema karya, karena karakter bahan dapat menjadi pendukung ide karya yang optimal. Untuk dapat mengetahui bahwa materi yang dipilih relevan dengan tema karya, maka diperlukan pengetahuan tentang sifat-sifat bahan yang digunakan. Karakter bahan inilah yang dapat berperan sebagai penunjang atau justru melemahkan ide karya. D. Corak Seni Patung Di Indonesia pada masa lampau sudah dikenal patung primitif seperti yang terdapat di Irian Jaya (Asmat) dan Sulawesi Selatan (Toraja). Pada masa Hindu-Budha patung klasik berkembang dengan pesat terutama di Jawa dan Bali. Selanjutnya patung primitif
36 dan klasik disebut corak tradisional sedangkan patung di luar primitif dan klasik disebut patung yang bercorak modern. Perwujudan seni (termasuk karya seni patung) terwujud dari hasil ungkapan batin penciptanya. Ungkapan batin ini tidaklah datang begitu saja tanpa proses pengalaman artistik dalam diri senimannya. Pengalaman artistik merupakan pengalaman yang kompleks. Untuk mendapatkan pengalaman artistik bisa dipelajari melalui latihan-latihan kepekaan jiwa dalam menangkap gejala-gejala alam. Unsur-unsur pembentuk pengalaman artistik antara laik bersifat estetis dan juga non-estetis. Dilihat dari perwujudannya, ragam seni patung modern dapat dibedakan menjadi tiga: 1) Corak Imitatif (Realis / Representatif) Kata representatif berasal dari representasi yang mengandung pengertian sesungguhnya, nyata, atau sesuai dengan keadaan sesungguhnya. Jadi maksud dari corak imitatif atau representatif ini merupakan perwujudan gaya seni rupa berupa tiruan dari bentuk alam (tumbuhan, manusia, dan binatang). Dalam perwujudan patung, berdasarkan fisio plastic (bentuk fisik) baik anatomi, proporsi, maupun ekspresi. Tumbuh-tumbuhan, manusia dan binatang, hanyalah merupakan dasar visualisasi untuk karya-karya yang diciptakan yaitu dalam bentuk seni patung. Tetapi dibalik visualisasi dari objek tumbuhan, manusia, dan binatang itu tercermin ‘irama’ tertentu yang merupakan esensi dinamis dalam jiwa ketiga objek tersebut. Hal inilah yang dituangkan pada nilai-nilai artistik karya patung Contoh karya patung bercorak Imitatif :
37 Patung objek tumbuhan - daun Pisang Karya Pematung : Michelangelo Patung Singa – Karya Mahasiswa Seni Rupa UNP 2) Corak Deformatif Corak deformatif termasuk dalam ragam seni patung modern, yakni jenis patung yang telah mengalami banyak perubahan sesuai perkembangan zaman. Istilah deformatif berasal dari kata deformasi, berarti perubahan bentuk alam menjadi sedemikian rupa, tetapi masih memiliki bentuk asli. Dalam seni patung modern, biasanya patung bercorak deformatif diadaptasi dari tiruan alam yang mana perwujudannya sudah mengalami banyak perubahan menjadi bentuk baru Setiap yang ada di alam ini sebenarnya dapat menjadi dasar visualisasi karya seni karena masing-masing mempunyai spesifikasi bentuk yang unik. Demikian juga halnya dengan tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan mempunyai bentuk yang sangat beragam, yang secara fisik dapat dikategorikan dalam berjenis-jenis klasifikasi tertentu. Tetapi dalam penciptaan karya seni patung bercorak imitatif ini tidak semata-mata bentuk fisik tumbuhan itu dituangkan secara utuh dalam bentuk karya. Lebih dari itu adalah sifat-sifat yang ada pada tumbuhan sebagai hal yang menarik untuk di transfer kedalam penciptaan karya seni patung. Misalnya sifat lentur daun yang dijadikan sebagai point of interest dari karya.
38 yang keluar dari bentuk aslinya sesuai gagasan imajinasi pematung. Patung deformatif umumnya dapat dijumpai pada karya-karya pematung But Mochtar dan G Sidharta. Penciptaan karya seni patung tidak selalu bersifat naturalistik dengan cara meniru bentuk fisik sesuai dengan bentuk yang ada di alam yang pernah ditangkap oleh indera, akan tetapi lebih dari itu yaitu mengungkapkan sifat-sifat yang ada pada objek alam tersebut. Indera hanya berfungsi pengantar realitas,. yang kemudian dicerna, dikonsepkan, diabstraksikan direfleksikan, dan lainnya. Hal itu dapat terjadi kemungkinan memunculkan corak deformasi bentukbentuk visual dalam karya seni patung. Deformasi ini terjadi karena pemahaman atas sifat-sifat yang ada pada manusia, binatang, atau tumbuhan, sehingga menimbulkan intuisi artistik dengan bentuk-bentuk visual tertentu yang relevan dengan penyerapan pemahaman tersebut. Patung “Wanita Berdoa” 1970 Karya But Muchtar Deformasi juga dapat diungkapkan terhadap objek figur manusia melalui proses penguasaan bentuk secara anatomis. Tanpa penguasaan anatomi sulit dalam mempertimbangkan kemungkinan deformasi, karena jika anatomi tidak dikuasai terlebih dulu maka dapat terjadi kemungkinan deformasi bentuk yang tidak logis. Jadi deformasi yang diciptakan sebenarnya bukan semata-mata sesuatu bentuk kreatifitas yang muncul dengan sendirinya atau muncul dengan tidak disadari. Dalam karya patung perunggu yang berjudul " Wanita Berdoa " (1970) ini, But Muchtar mengungkapkan ide penciptaan tentang nilai-nilai spiritualitas kehidupan. Ekspresi kepasrahan religius dihadirkannya dalam sosok figur perempuan dengan posisi menengadahkan tangan. Ekspresi raut wajah yang menghadap keatas itu dengan kuat seakan menggambarkan sebuah pengharapan. Deformasi pada gesture tubuh yang dibentuk dari karakter kemasifan perunggu, menghadirkan lekuk-lekuk tubuh yang dengan elastis mempresentasikan sosok figur wanita yang tangguh.
39 “Tangisan Dewi Bathari” G. Sidharta 1976-1977
40 KEGIATAN PEMBELAJARAN 3 Karya Seni Patung Berbasis Nirmana Kompetensi dalam seni rupa adalah kemampuan dalam menciptakan karya seni rupa yang baik dan sesuai dengan unsur-unsur dan prinsip-prinsip seni rupa. Untuk dapat memiliki kemampuan menciptakan karya seni rupa dibutuhkan kemampuan praktik dasar seni rupa, kemampuan dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan, kemampuan dalam menguasai teori dan konsep seni rupa serta sejarah dan perkembangan seni rupa tersebut. Selain itu dibutuhkan juga kemampuan ilmu dasar seni rupa lainnya yaitu kemampuan rupa dasar yang dikenal juga dengan istilah Nirmana. Mata kuliah Seni Patung Dasar merupakan salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh oleh semua mahasiswa Program Studi pendidikan seni rupa yang mana pada materi prakteknya mempelajari tentang bagaimana pembuatan sebuah karya patung melalui sebuah proses yang benar. Proses pembuatan patung membutuhkan pengetahuan dan keterampilan dalam menciptakan bentuk tiga dimensi. Pengolahan unsur rupa dalam bentuk tiga dimensi tersebut dipelajari dalam mata kuliah Nirmana Trimatra. Jadi dapat ditegaskan bahwa mata kuliah seni patung menuntut mahasiswa untuk mampu menguasai mata kuliah Nirmana. A. Nirmana Sebagai Ilmu Tata Rupa Nirmana disebut juga ilmu tata rupa yaitu pengorganisasian tentang bagaimana menata rupa sebuah karya melalui unsur-unsur rupa seperti; titik, garis, bidang, bentuk/gempal, warna, dan tekstur berdasarkan prinsip-prinsip dasar seni rupa seperti; irama (rhythm), kesatuan (unity), harmoni (harmony), pusat perhatian (center of interest), dominasi (domination), keseimbangan (balance), proporsi (proportion), dan kesederhanaan (simplicity). Pada bidang seni patung, masalah yang selalu jadi pertimbangan oleh pematung dari dulu hingga sekarang berpusat pada penciptaan bentuk. Apapun yang ingin
41 diekspresikan, semuanya diungkapkan melalui bentuk. Bentuk dalam seni patung merupakan wujud seni yang paling nyata yang dapat dirasakan dengan panca indera manusia. Bentuk patung utuh dan tidak ada sudut yang luput dari penglihatan yang merupakan ungkapan visual dan komunikasi dalam bidang seni rupa dan desain. Daftar pustaka Buku : B.S. Myers. 1958. Understanding the arts. New York: Holt Rinehart and Winston. Susanto, Mikke. 2011. Diksi Rupa Kumpulan Istilah dan Gerakan Seni Rupa (Edisi Revisi). Yogyakarta: Dictiart lab & Djagad Art House Yogyakarta & Bali. Cipta Adi Pustaka. 1990. Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 14. Jakarta : PT Cipta Adi Pustaka. The Liang Gie, 1976, Garis Besar estetika (Filsafat Keindahan), Karya Kencana, Yogyakarta Jurnal : Himawan, Muhammad Hendra. 2016. Sejarah Perkembangan Seni Patung Modern Indonesia : Pengaruh Tradisi Dan Kecenderungan Kontemporer, Jurnal Penelitian Pustaka. Muchtar, But. 1985, “Seni Patung dalam Kaitannya dengan Kehidupan Manusia”, Pidato pengukuha jabatan guru besar tetap pada Fakultas Seni Rupa dan Desain Istitut Teknologi Bandung, Sidang Terbuka Senat Institut Teknologi Bandung 19 Oktober 1985.
42 Glosarium