The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by ristigusyahzn, 2021-10-03 22:42:27

BA X 3.7 Dinamika Hidrosfer

BA X 3.7 Dinamika Hidrosfer

Keywords: dinamikahidrosfer,hidrosfer,geografikelasx

vulkanik. Jika dasar tersebut kemudian tertutup oleh material
vulkanik yang kedap air, maka air hujan yang jatuh akan tertampung
dan membentuk danau vulkanik.
Ciri lain suatu danau merupakan danau tektonik adalah terdapat
jejak endapan material letusan gunung api tua di lembah-lembah di
sekitar danau. Bukit-bukit yang mengelilingi danau juga mencirikan
dinding sisa runtuhan tubuh gunung api akibat letusan kaldera.
Dinding kaldera sangat khas karena tegak.
Contohnya adalah Danau Batur, Danau Kelimutu, Danau Kerinci,
Danau Toba, Danau Kawah di Gunung Kelud, Danau Telaga Warna di
Dieng.

Gambar E.17 Danau Kelimutu
Sumber: http://4.bp.blogspot.com/-
DHMPrl460d8/UbWFwLk0woI/AAAAAAAAAo4/TmqHlQO7GHk/s1600/danau-

singkarak.jpg

c) Danau Karst
Danau karst ini ini merupakan danau yang terjadi di daerah bertanah
kapur sebagai akibat dari proses pelarutan terhadap batuan kapur
yang dilakukan oleh air hujan. Proses pelarutan kapur ini lama
kelamaan akan membentuk sebuah cekungan dan cekungan tersebut
akan terisi air, sehingga terbentuklah danau. Contoh : dolina di
Gunung Kidul.

Gambar E.18 Danau doline Saptosari, Gunung Kidul

Sumber: https://younggeomorphologys.files.wordpress.com/2010/04/pemanfaatan-
doline.jpg?w=300&h=225

d) Danau Glasial
Jenis danau selanjutnya adalah danau glasial. Danau glasial ini
merupakan danau yang terjadi karena adanya proses erosi glasial,
yakni erosi yang terjadi pada gletser. Karena proses erosi inilah
membentuk sebuah cekungan, dan cekungan tersebut terisi oleh air
sehingga terbentuklah sebuah danau. Biasanya, danau jenis ini
banyak dijumpai di daerah sekitar kawasan iklim kutub. Contoh :
danau Michigan di Amerika Serikat, Danau St. Laurence di Kanada,
Danau Superior, dan Danau Mc. Kanzie.

Gambar E.19 Danau Finger, New York
Sumber:

https://arisudev.files.wordpress.com/2011/12/finger_lake.jpg?w=500&h=332

e) Danau Buatan (Waduk)
Danau yang terjadi akibat manusia karena memang sengaja
dibangun oleh manusia yang biasa disebut waduk. Manusia
membangun waduk atau bendungan dengan tujuan tertentu, seperti

pengendali banjir, menejemen sumber daya air, Pembangkit Listrik
Tenaga Air (PLTA), irigasi, pariwisata, budidaya ikan, dan sebagainya.
Contoh : Waduk Jati Luhur (Jawa Barat), Waduk Serbaguna Wonogiri
(Jawa Tengah), Waduk Karang Kates (Jawa Timur), dan Waduk
Asahan (Sumatra Utara).

Gambar E.20 Waduk Sermo
Sumber: http://www.piknikdong.com/wp-content/uploads/2015/03/Mengenal-

Keindahan-Waduk-Sermo-Kulon-Progo.jpg

b. Penyebab Hilangnya Danau
Suatu danau dapat hilang karena beberapa hal berikut:
1) Pembentukan delta-delta dan sedimentasi di danau yang
mengakibatkan penyempitan dan pendangkalan danau yang
akhirnya membuat danau menghilang.

Gambar E.21 Pengerukan material sedimentasi di Danau Buyan, Bali

Sumber http://singarajafm.com/wp-content/uploads/2016/06/160617.-mud-pengerukan-sedimentasi-
Danau-Buyan-1-1024x682.jpg

2) Gerakan tektonik berupa pengangkatan dasar danau.
3) Penguapan yang tinggi terutama di daerah kering

Gambar E.22 Danau Waiau, Hawaii yang mengering

Sumber https://2.bp.blogspot.com/-h-
47Aea0O08/VUS1BnUBaYI/AAAAAAABEO8/_ozwkEUNI4o/s1600/36.jpg

4) Sungai-sungai yang mengalir keluar dari danau menimbulkan erosi
dasar pada bibir danau sehingga bibir danau semakin rendah dan air
yang keluar dari danau semakin banyak. Akibatnya danau akan
kehabisan air dan mengering.

Luas perairan danau alam di Indonesia sekitar 518.240,2 ha atau
0,27% dari luas daratan Indonesia. Sebagian besar diantaranya belum
dimanfaatkan secara maksimal. Air danau di Indonesia sebagian besar masih
aman kecuali Danau / Waduk Pluit di Jakarta. Danau ini sudah tidak layak
dari segala jenis peruntukan karena memiliki kandungan nitrat, fosfat,
klorida, dan sulfat yang sangat tinggi.

Gambar E.23 Waduk Pluit, Jakarta
Sumber https://cdns.klimg.com/merdeka.com/i/w/news/2016/07/14/729149/670x335/4-

pompa-waduk-pluit-rusak-istana-dan-balai-kota-terancam-banjir.jpg

Permasalahan lain yang dialami danau-danau di Indonesia adalah
proses sedimentasi, seperti yang terjadi di Danau Tempe (Sulawesi Selatan),
Danau Sentani (Papua), Danau Singkarak (Sumatera Barat), Danau Tondano,
dan Danau Limboto (Sulawesi Utara). Upaya yang harus dilakukan dalam
rangka pembinaan dan pengelolaan danau antara lain dengan menjaga
kelestarian hutan di sekitar danau.

Hal ini agar ketersediaan air tetap terjaga dan menanggulangi tingkat
sedimentasi yang berlebihan. Upaya lainnya adalah memberikan penyuluhan
dan melatih masyarakat mengenai pentingnya mempertahankan kualitas
hutan, tanah, dan air.
c. Pemanfaatan Danau
1) Merupakan tempat berlangsungnya siklus hidup jenis flora maupun fauna

yang bersifat penting. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa danau
merupakan tempat hidup berbagai jenis flora dan fauna.
2) Merupakan sumber air bersih yang dimanfaatkan oleh masyarakat yang
berada di lingkungan sekitarnya. Air yang ada di danau merupakan air
yang bersih. Apabila danau tersebut merupakan jenis danau air tawar,
maka air danau tersebut dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam
kepentingan, diantaranya rumah tangga, industri, maupun pertanian
(untuk mengairi lahan persawahan atau ladang).
3) Sebagai sumber listrik. Air danau juga dapat dijadikan sebagai sumber
pembangkit listrik, yakni Pembangkit Listrik Tenaga Air.

Gambar E.24 PLTA Waduk Wonogiri
Sumber http://assets.kompas.com/data/photo/2016/12/15/1834220IMG-20161215-WA0-

780x390.jpg

4) Sarana rekreasi keluarga.Di danau terdapat banyak aktivitas yang dapat
dilakukan, seperti memancing, berkeliling danau menggunakan perahu,
maupun sekedar menikmati pemandangan alam yang ada di sekitarnya.

Gambar E.25 Danau Ciburuy, Bandung
Sumber http://www.buahatiku.com/wp-content/uploads/2015/02/situ-ciburuy-300x199.jpg

5) Sebagai sarana edukasi. Ekosistem danau juga mempunyai fungsi
sebagai sarana edukasi atau pendidikan tentang ketergantungan
makhluk hidup terhadap lingkungannya. Danau dapat dijadikan sebagi
objek penelitian tentang ekosistem, kualitas air danau, dll.

4. RAWA
Lahan rawa adalah lahan yang sepanjang tahun, atau selama waktu yang

panjang dalam setahun, selalu jenuh air (saturated) atau tergenang
(waterlogged) air dangkal. Rawa selalu tergenang air baik dari air hujan, air
tanah, atau air permukaan lainnya dan tidak ada jalan untuk pelepasan
airnya secara lancar. Rawa adalah daerah rendah yang tergenang air dan
pada umumnya permukaan air rawa selalu dibawah atau sama dengan
permukaan air laut, sehingga airnya selalu menggenang dan permukaan
airnya selalu tertutup oleh tumbuhan air, tidak bergerak (static) atau
mengalir, baik air tawar, payau, maupun air asin, termasuk juga wilayah
laut yang kedalaman airnya, pada keadaan surut terendah tidak melebihi
enam meter.

Gambar E.26 Rawa

Sumber https://2.bp.blogspot.com/-
P_98mVF_Od0/Vrl88lkRTcI/AAAAAAAAAgg/I1tiPdgCfSw/s640/Pengertian%2BRawa%252C%2BJenis%2Bdan%2B

Manfaat.jpg

Karakteristik rawa antara lain :
a. Air rawa adalah airnya asam dan berwarna coklat tampak kehitam-

hitaman.
b. Air rawa disekitar pantai sangat dipengaruhi oleh pasang surutnya air

laut.

c. Pada saat air laut pasang permukaan rawa banyak tergenang dan saat
air surut, daerah ini kering.

d. Rawa di tepi pantai banyak ditumbuhi oleh Pohon Bakau sedangkan
yang ada di daerah pedalaman banyak ditumbuhi Palem Nipah (sejenis
palem).

e. Kadar keasaman airnya tinggi.
f. Airnya tidak dapat di minum.
g. Dasar rawa terdapat tanah gambut.
a. Klasifikasi Rawa
1) Berdasarkan Tingkat Genangan Airnya

a) Rawa yang Selalu Tergenang
Adalah rawa yang tidak pernah kering sepanjang tahun, terbentuk
oleh genangan air hujan atau air tanah yang tidak mempunyai
pelepasan. Air di rawa tersebut sangat asam dan berwarna
kemerah-merahan. Di rawa tersebut hampir tidak ada organisme
yang dapat hidup.

Gambar E.27 Rawa Selalu Tergenang
Sumber https://2.bp.blogspot.com/-
GLcxwVRCU8M/VFs2hx6Q3UI/AAAAAAAAEZ4/9z9k-Z1CboE/s320/rawa.jpg

b) Rawa yang Tidak Selalu Tergenang
Jenis rawa ini memperoleh pergantian air tawar yang berasal dari
limpahan air sungai saat terjadi pasang naik air laut. Proses
pergantian air yang senantiasa berlangsung mengakibatkan kondisi
air di wilayah rawa tidak terlalu asam sehingga beberapa jenis hewan
dan tanaman mampu hidup dan beradaptasi dengan wilayah ini.
Jenis flora khas yang tumbuh di wilayah rawa antara lain mangrove,
nipah, dan rumbia. Penduduk yang tinggal di sekitar kawasan pantai

biasa memanfaatkan wilayah rawa ini dengan budidaya sawah pasang
surut.

Gambar E.28 Pengolahan Rawa Pasang Surut
Sumber http://www.pusdatarawa.or.id/wp-content/gallery/kalsel-batola/3.jpg

2) Berdasarkan Kondisi Air dan Jenis Tumbuhan Yang Hidup
1) Swamp
Menyatakan wilayah lahan, atau area yang secara permanen selalu
jenuh air, permukaan air tanahnya dangkal, atau tergenang air
dangkal hampir sepanjang waktu dalam setahun. Air umumnya tidak
bergerak, atau tidak mengalir (stagnant), dan bagian dasar tanah
berupa lumpur. Pada umumnya daerah ini ditumbuhi flora seperti
lumut, rumput- rumputan, semak-semak, dan tumbuhan jenis pohon.

Gambar E.29 Swamp
Sumber https://cdn.pixabay.com/photo/2013/12/16/10/52/swamp-

229250_960_720.jpg

2) Marsh
Rawa yang genangan airnya bersifat tidak permanen, namun
mengalami genangan banjir dari sungai atau air pasang dari laut secara
periodik, dimana debu dan liat sebagai muatan sedimen sungai
seringkali diendapkan.
Tanahnya selalu jenuh air, dengan genangan relatif dangkal. Marsh
biasanya ditumbuhi berbagai tumbuhan akuatik, atau hidrofitik,
berupa lumut dan rumput, seperti sejenis rumput rawa berbatang
padat, yang batangnya dapat dianyam menjadi tikar, topi, atau
keranjang.

Gambar E.30 Marsh

Sumber https://cdn.pixabay.com/photo/2015/03/29/15/58/marsh-
697390_960_720.jpg

3) Bog

Rawa yang tergenang air dangkal, dimana permukaan tanahnya

tertutup lapisan vegetasi yang melapuk, khususnya lumut sebagai

vegetasi dominan, yang menghasilkan lapisan gambut (bereaksi)

masam. Ada dua macam bog, yaitu “blanket bog” dan “raised bog”.

Blanket bog adalah rawa yang terbentuk karena kondisi curah hujan

tinggi, membentuk deposit gambut tersusun dari lumut, menutupi

tanah seperti selimut pada permukaan lahan yang relatif rata. Raised

bog adalah akumulasi gambut masam yang tebal, disebut “hochmoor”,

yang dapat mencapai ketebalan 5 meter.

Gambar E.31 Bog
Sumber http://wetlife2.gpf.lt/wp-content/uploads/2014/09/1_tituline3.jpg

4) Rawa Pasang Surut
Rawa pasang surut merupakan rawa yang jumlah kandungan airnya
selalu berubah-ubah (pasang surut), hal ini dikarenakan oleh adanya
pengaruh pasang surutnya air laut. Bakau adalah tanaman yang sering
ada di daerah ini.

b. Persebaran Rawa Di Indonesia
Sumberdaya lahan rawa di Indonesia, sebagai salah satu pilihan

lahan pertanian di masa depan, secara dominan terdapat di empat pulau
besar di luar Jawa, yaitu Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Papua,
serta sebagian kecil di Pulau Sulawesi.

Di Sumatera, penyebaran lahan rawa secara dominan terdapat di
dataran rendah sepanjang pantai timur, terutama di Provinsi Riau,
Sumatera Selatan, dan Jambi, serta dijumpai lebih sempit di Provinsi
Sumatera Utara dan Lampung. Di pantai barat, lahan rawa menempati
dataran pantai sempit, terutama di Provinsi Nanggro Aceh Darussalam
(sekitar Meulaboh dan Tapaktuan), Sumatera Barat (Rawa Lunang,
Kabupaten Pesisir Selatan), dan Bengkulu (selatan kota Bengkulu).

Di Kalimantan, penyebaran lahan rawa yang dominan terdapat di
dataran rendah sepanjang pantai barat, termasuk wilayah Provinsi
Kalimantan Barat; pantai selatan, dalam wilayah Provinsi Kalimantan
Tengah, dan sedikit di Kalimantan Selatan; serta pantai timur dan
timur laut, dalam wilayah Provinsi Kalimantan Timur. Penyebaran
rawa lebak yang cukup luas, terdapat di daerah hulu Sungai Kapuas
Besar, sebelah barat Putussibau, Kalimantan Barat, serta di sekitar Danau

Semayang dan Melintang, sekitar Kotabangun, di Daerah Aliran Sungai
(DAS) bagian tengah Sungai Mahakam, Kalimantan Timur.

Di Sulawesi, penyebaran lahan rawa relatif tidak luas, dan
terdapat tempat di dataran pantai yang sempit. Lahan rawa yang relatif
agak luas ditemukan di pantai barat-daya kota Palu, dalam
wilayah Kabupaten Mamuju, kemudian di sekitar Teluk Bone,
sepanjang pantai timur-Iaut Palopo, dan sedikit di pantai selatan
Kabupaten Toli-toli di sekitar Teluk Tomini.

Di Papua, penyebaran lahan rawa yang terluas terdapat di dataran
rendah sepanjang pantai selatan, termasuk wilayah Kabupaten Fakfak,
dan pantai tenggara dalam wilayah Kabupaten Merauke. Kemudian
di daerah Kepala Burung, di sekeliling Teluk Berau-Bintuni, dalam
wilayah Kabupaten Manokwari dan Sorong. Selanjutnya di sepanjang
dataran pantai utara, memanjang dari sekitar Nabire (Kabupaten
Paniai) sampai Sarmi (Kabupaten Jayawijaya). Penyebaran lahan rawa
lebak yang cukup luas terdapat di lembah Sungai Membramo, yang terletak
hampir di bagian tengah pulau.

Gambar E.32 Peta Persebaran Rawa di Indonesia

c. Manfaat Rawa

1) Persawahan pasang surut

Baik di Kalimantan maupun di pantai timur Pulau Sumatera, rawa-rawa

banyak dijadikan sebagai wilayah persawahan pasang surut.

2) Menghasilkan kayu

Di daerah pedalaman Kalimantan dan pantai timur Sumatera, rawa

banyak menghasilkan kayu, seperti bakau, ulin, meranti, dan

sebagainya.

3) Menghasilkan nipah dan rumbia
Nipah dan rumbia banyak terdapat di rawa-rawa pantai. Daunnya
digunakan sebagai atap rumah oleh penduduk setempat. Rawa yang
menghasilkan nipah dan rumbia banyak terdapat di wilayah pantai
Sulawesi Selatan, Maluku, dan Papua.

Gambar E.33 Nipah

Sumber https://3.bp.blogspot.com/-
3seHDQxTJn0/VjrgRlj8S6I/AAAAAAAABoA/UX1rRJh0C10/s320/Pohon%2BNipah%2BPalem%2BHutan%2BBaka

u.jpg

4) Wilayah permukiman
Di daerah Kalimantan dan pantai timur pulau Sumatera, daerah rawa
banyak dijadikan sebagai wilayah permukiman. Wilayah ini dihuni oleh
penduduk setempat dan transmigran dari Jawa, Bali, dan Lombok.

5) Perikanan
Di daerah-daerah rawa air tawar banyak terdapat ikan air tawar yang
dimanfaatkan penduduk sebagai lauk pauk. Daerah rawa air payau
dimanfaatkan penduduk untuk memelihara ikan bandeng, udang, dan
kepiting bakau. Adapun di daerah rawa air asin, pohon bakau menjadi
tempat bersarangnya kepiting dan udang.

5. GLETSER
Gletser atau geyser ini merupakan hal yang seringkali kita dengar sebagai

salah satu wujud bongkahan dari es. Adapun pengertian dari gletser adalah
sebuah bongkahan es yang mempunyai ukuran besar yang terbentuk di atas
daratan melalui proses pengkristalan salju atau endapan salju dalam kurun
waktu yang lama. Selain pengertian yang telah disebutkan, ada pula yang
menyebut gletser sebagai sebuah sungai es yang terbentuk di lembah
pegunungan dan mengalir menuruni lembah pegunungan secara perlahan-
lahan yang diakibatkan dari akumulasi es, salju, dan juga bebatuan karena
adanya perubahan temperatur.

Gambar E.34 Gletser
Sumber :

https://lh3.googleusercontent.com/3qBOcCBV6ZHMjONyl7c1SyqwnAPXWKdkR5ccl0Bc_
Za0x0waIJ8QE-pT6H2nS-zR9QdF-fQdomiO8t2glmnUoPsEWCsff1K2bP-
F69inkL5nv6f74Ls

a. Proses Terjadinya Gletser
Proses terjadinya gletser dimulai pada lereng pegunungan yang

mempunyai bentuk cekung dan disebut dengan sirka
(cirque). Terjadinya gletser ini akibat adanya proses sublimasi dan juga
pembekuan salju. Salju yang pada mulanya berbentuk butiran akan lepas
menjadi padat dan akhirnya akan membentuk semacam bola salju.
Apabila salju yang turun ini lebih banyak yang membeku daripada salju
yang mencair atau menguap maka akan terbentuk gletser.

Gambar E.35 Sirka
Sumber https://pixabay.com/p-445172/?no_redirect

Adapun proses terbentuknya gletser adalah sebagai berikut:

a) Gletser akan terbentuk dan dimulai ketika salju segar turun, setelah
mengendap udara yang terperangkap di antara serpihan, salju
terdorong keluar sehingga terjadi keping salju yang padat dan disebut
dengan firn.

Gambar E.36 Firn
Sumber https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/b/ba/Firn_ss_2006.jpg

b) Ketika salju semakin banyak turun di puncak pegunungan, firn akan
semakin terpadatkan menjadi es gletser. Bebatuan atau till yang jatuh
dari puncak gunung akan ikut terbawa oleh gletser ini. Dan di daerah
yang curam, es akan terpecah- pecah menjadi rekahan- rekahan yang
berbentuk baji (crevasse).

Gambar E.37 Crevasse
Sumber http://worldlandforms.com/landforms/wp-content/uploads/2015/03/crevasse.jpg

c) Gletser ini, ujungnya akan mencair dan akan membentuk aliran sungai
yang mengalir ke bawah pegunungan. Karena gletser berisi berbagai
macam zat, seperti bebatuan, salju, dan juga sedimen sehingga ketika
gletser meluncur ke bawah maka akan berubah kontur dari pegunungan.

Itulah tahapan- tahapan atau proses terbentuknya gletser, dari awal mula
hingga ketika gletser mencair dan membentuk aliran sungai. Kemudian

ketika gletser ini bisa merubah kontur sungai menjadi berbeda dari yang
sebelumnya.
b. Tipe-Tipe Gletser Dan Persebarannya

Gletser merupakan sesuatu yang terbentuk dari salju atau es yang
mengendap dalam jumlah yang banyak serta dalam waktu yang lama. Karena
jumlah salju yang mengendap dan juga lama waktu yang berbeda- beda,
maka mungkin saja gletser yang terbentuk juga akan menjadi gletser yang
memiliki tipe berbeda- beda. Adapun tipe- tipe dari gletser antara lain sebagai
berikut:
1) Gletser gunung

Gletser gunung adalah gletser yang bentuknya seperti gunung. Gletser
gunung ini dapat menyebabkan erosi yang besar. Selain itu, gletser
gunung juga memiliki gerakan yang sangat lambat melalui kaki gunung
menyebabkan terbentuknya celah yang dalam. Lokasinya seperti berada
di Pegunungan Alpen, Pegunungan Himalaya, dan juga Pegunungan
Kauskus.

Gambar E.38 Pegunungan Himalaya
Sumber : https://www.access-

himalaya.com/files/large/ecd37c9f5d627c3046b5d8ad619d2b6f.jpg

b) Gletser benua
Gletser benua ini juga dikenal sebagai lembaran es atau tutupan es. Di
dunia ini hanya terdapat dua lembaran es besar. Lembaran- lembaran es
yang ada di dunia ini terdapat di benua Antartika dan sebagian besar
lainnya di Greenland. Diperkirakan sekitar 90% gletser di dunia ini
berada di kedua daerah tersebut, dan sisanya berada di daerah
pegunungan tinggi.

Gambar E.39 Greenland
Sumber : http://www.escapehere.com/wp-
content/uploads/2015/11/820x480xGreenland-houses-
820x480.jpg.pagespeed.ic.fmdPSSNb1B.jpg

c. Manfaat Gletser
1) Terbentuknya macam-macam danau glasial
2) Terbentuknya fyord sebagai hasil erosi glasial

Gambar E.40 Fyord

Sumber : https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/4/47/Sognefjord%2C_Norway.jpg/300px-
Sognefjord%2C_Norway.jpg

3) Sebagai tempat penelitian ahli glasiologi
4) Sebagai sumber air bagi sungai di bawahnya
5) Daerah yang datarannya tertutup es dapat menyebabkan

kebudayaannya yang khas.

Gambar E.41 Penduduk Eskimo
Sumber https://aos.iacpublishinglabs.com/question/aq/700px-394px/how-do-eskimos-

live-today_6fad996e-b0d1-4a4a-a23f-8ef6c0de7486.jpg?domain=cx.aos.ask.com

F. KONSERVASI AIR TANAH DAN DAERAH ALIRAN SUNGAI
1. Konservasi Air Tanah
a. Pengertian Konservasi Air Tanah
Konservasi air tanah adalah upaya memelihara keberadaan serta
keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi air tanah agar senantiasa dalam
kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan
makhluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun yang akan datang.
b. Konservasi Air Tanah
Konservasi air tanah antara lain mencakup kegiatan sebagai berikut :
1) Perlindungan air tanah
Upaya perlindungan air tanah dapat dilakukan dengan menetapkan
kawasan lindung air tanah pada suatu wilayah cekungan air tanah
atau kawasan sempadan mata air.
2) Pelestarian air tanah
Upaya – upaya pelestarian air tanah dapat berupa kegiatan pelestarian
fungsi daerah imbuhan air tanah dengan vegetasi (reboisasi,
pembuatan hutan kota, dan pembuatan jalur hijau), dan teknologi
(pembuatan sumur resapan air hujan) serta membuat peraturan
tentang luasan lahan bangunan.

Gambar 1. Sumur resapan

Gambar F.1 Sumur Resapan
Sumber : http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/jawa-tengah-diy-

nasional/14/02/06/n0kl8g-sleman-wajibkan-hotel-buat-sumur-resapan

3) Pengawetan air tanah
Upaya- upaya yang dapat dilakukan untuk pengawetan air tanah,
antara lain menghemat penggunaan air tanah, sosialisasi gerakan
hemat air, pemanfaatan air tanah untuk air minum menjadi prioritas
utama

2. Konservasi Daerah Aliran Sungai ( Das )
a. Pengertian Daerah Aliran Sungai ( Das )
Definisi Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS
menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun
2012 adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan
dengan sungai dan anak- anak sungainya, yang berfungsi menampung,
menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke
danau atau ke laut secara alami, batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang
masih terpengaruh aktivitas daratan.
Sedangkan menurut Asdak ( 2010 ), Daerah aliran sungai (DAS)
diartikan sebagai daerah yang dibatasi punggung-punggung (igir-igir)
gunung, air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan ditampung oleh
punggung gunung tersebut dan dialirkan melalui sungai-sungai kecil ke
sungai utama. Contoh-contoh DAS di Indonesia:
1) DAS Ciliwung, yang mempunyai hulu di Bogor dan hilir di Kota
Jakarta.
2) DAS Bengawan Solo, yang mempunyai hulu di Wonogiri dan hilir di
Gresik.
3) DAS Mahakam, yang mempunyai hulu di Pegunungan Bawui dan hilir
di Samarinda.
Konservasi DAS adalah upaya-upaya pelestarian lingkungan DAS
dengan tetap memperhatikan manfaat yang bisa didapatkan pada saat itu
dengan cara tetap mempertahankan keberadaan setiap komponen
ekosistemnya untuk pemanfaatan di masa yang akan datang.
Tujuan konservasi DAS adalah untuk membina kelestarian dan
keserasian ekosistem DAS serta meningkatkan pemanfaatan sumberdaya
alam bagi manusia secara berkelanjutan.
b. Kerusakan Das
Kerusakan DAS dapat diakibatkan oleh banyak faktor, seperti
penebangan hutan secara berlebihan, penutupan danau dan kantong-
kantong air lainnya, berubahnya saluran drainase dan sungai, serta
pembuangan limbah ke sungai.
Dalam mengelola sumberdaya lahan suatu DAS perlu diketahui apa
yang menjadi masalah utama DAS. Masalah DAS pada dasarnya dapat

dibagi menjadi kuantitas (jumlah) air dan kualitas air. Masalah kuantitas
DAS antara lain : banjir, kekeringan, menurunnya tinggi muka air tanah,
tingginya fluktuasi debit puncak dengan debit dasar. Sedangkan maslaah
kualitas air meliputi tingginya sedimentasi dan pengendapan lumpur di
dasar sungai, tercemarnya air sungai, dan air tanah, eutrofikasi
(peningkatan konsentrasi hara di dalam badan air). Berikut beberapa
tindakan yang menyebabkan rusaknya suatu DAS :
1) Penebangan Hutan

Penebangan hutan yang berlebihan terutama di bagian hulu DAS akan
menyebabkan dampak bagi bagian hilir DAS yaitu timbulnya banjir.
Hal ini disebabkan kawasan resapan di wilayah tersebut rusak/tidak
berfungsi secara optimal.

Gambar F.2 Penebangan hutan
Sumber : http://www.berpendidikan.com/2016/02/akibat-penebangan-hutan-secara-liar-dan-upaya-

serta-cara-mengatasi-kerusakan-hutan.html

2) Berubahnya Saluran Drainase dan Sungai
Saluran drainase dan sungai dapat berubah karena adanya
pengendapan hasil-hasil erosi dan pembuangan sampah oleh
masyarakat ke saluran tersebut. Bentuk perubahan saluran drainase
dan sungai dapat berupa pendangkalan saluran, yang menyebabkan
kapasitas penampungan air menjadi berkurang. Selain itu, adanya
permukiman di sekitar bantaran sungai juga dapat menyebabkan
hilangnya daerah penyerapan air, menyempitnya sungai, dan polusi di
sungai.

Gambar F.3 Permukiman kumuh di pinggir sungai

Sumber : http://pwkub2011.blogspot.co.id/2014/06/konsep-pemukiman-kumuh-bantaran-sungai.html

3) Pembuangan Limbah Berbahaya
Limbah-limbah yang mengandung bahan kimia dapat berasal dari
limbah domestik, limbah industri, pengolahan lahan, dan lain
sebagainya, dapat menurunkan kualitas air sungai dan berbahaya bagi
makhluk hidup yang memanfaatkan air sungai tersebut.

Gambar F.4 Pembuangan limbah di sungai
Sumber : https://riensetiawan.wordpress.com/2013/01/02/pembuangan-limbah-dan-sampah/

Upaya – upaya dilakukan antara lain adalah sebagai berikut :
a. Konservasi secara vegetatif, yaitu penghutanan kembali lahan hutan

gundul, penutupan lahan terbuka dengan tanaman penutup,
penghijauan pada lahan terbuka dan berlereng curam dengan
penanaman pohon-pohon, penanaman dengan cara melajur sesuai garis
kontur.

Gambar F.5 Penanaman pohon
Sumber : http://ksdae.menlhk.go.id/berita/282/penanaman-pohon-balai-tn-gunung-rinjani.html

b. Konservasi secara mekanik, yaitu normalisasi sungai, pembuatan
saluran air terasering di lereng curam dengan mengikuti garis kontur,
pembuatan selokan atau saluran air, membuat sumur resapan.

Gambar F.6 Normalisasi sungai dengan pengerukan
Sumber : http://beritadaerah.co.id/2014/10/27/normalisasi-sungai-di-desa-maribaya-tegal/

c. Pengelolaan DAS
Daerah aliran sungai terbagi menjadi tiga daerah yaitu bagian hulu,
bagian tengah, dan bagian hilir.

Gambar F.7 Skema sebuah DAS
Sumber : https://bebasbanjir2025.wordpress.com/04-konsep-konsep-dasar/mimpi-tentang-

das-ciliwung/

Ciri – ciri pada setiap bagian DAS dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) DAS Bagian Hulu (Upperland)

DAS bagian hulu dicirikan oleh hal – hal sebagai berikut : merupakan
daerah konservasi, mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi,
merupakan daerah dengan kemiringan lereng besar ( lebih besar dari
15%), bukan merupakan daerah banjir, pengaturan pemakaian air

ditentukan oleh pola drainase, dan jenis vegetasi umumnya
merupakan tegakan hutan.

b) DAS Bagian Tengah (Middle Land)
DAS bagian tengah merupakan daerah peralihan antara bagian hulu
dengan bagian hilir dan mulai terjadi pengendapan. Ekosistem tengah
sebagai daerah distributor dan pengatur air, dicirikan dengan daerah
yang relatif datar. Daerah aliran sungai bagian tengah menjadi daerah
transisi dari kedua karakteristik biogeofisik DAS yang berbeda antara
hulu dengan hilir.

c) DAS Bagian Hilir (Lowerland)
DAS bagian hilir dicirikan oleh hal – hal sebagai berikut : merupakan
daerah pemanfaatan, kerapatan drainase lebih kecil, merupakan
daerah dengan kemiringan lereng kecil sampai dengan sangat kecil
(kurang dari 8%), pada beberapa tempat merupakan daerah banjir
(genangan), pengaturan pemakaian air ditentukan oleh bangunan
irigasi, dan jenis vegetasi didominasi tanaman pertanian.

Pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) bagian hulu akan berpengaruh
sampai pada hilir. Oleh karenanya DAS bagian hulu merupakan bagian yang
penting karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap seluruh bagian DAS,
apabila terjadi pengelolan yang tidak benar terhadap bagian hulu maka
dampak yang ditimbulkan akan dirasakan juga pada bagian hilir. Misalnya,
erosi yang terjadi tidak hanya berdampak bagi daerah dimana erosi tersebut
berlangsung yang berupa terjadinya penurunan kualitas lahan, tetapi dampak
erosi juga akan dirasakan dibagian hilir, dampak yang dapat dirasakan oleh
bagian hilir adalah dalam bentuk penurunan kapasitas tampung waduk
ataupun sungai yang dapat menimbulkan resiko banjir sehingga akan
menurunkan luas lahan irigasi.

Pengelolaan DAS secara terpadu merupakan suatu proses penyusunan
dan penerapan suatu tindakan yang melibatkan sumberdaya alam dan
manusia di dalam suatu kawasan DAS dengan mempertimbangkan berbagai
faktor seperti sosial, politik, ekonomi, lingkungan, dan kelembagaan dalam
DAS, untuk mencapai semaksimal mungkin tujuan masyarakat baik jangka
pendek maupun panjang. Dilihat dari aspek pengelolaan terpadu, unsur-
unsur seperti: hutan, tanah, air, masyarakat dan lain-lain tersebut merupakan

sasaran atau obyek yang akan dikelola. Pengelolaan DAS terpadu perlu
mengupayakan agar unsur-unsur struktur ekosistem seperti : hutan, tanah,
air, masyarakat dan lain-lain tetap dalam keadaan seimbang dan serasi.

G. LEMBAGA YANG MENYEDIAKAN DAN MEMANFAATKAN DATA HIDROLOGI
DI INDONESIA

a. Pusat penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Sumber Daya Air
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Badan penelitian ini bertugas melaksanakan penelitian, pengembangan serta
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang sumberdaya air. Website
: http://www.pusair-pu.go.id.

b. Balai Besar Wilayah Sungai, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat.
Badan ini bertugas mengelola seluruh sungai yang ada di Indonesia.
Contohnya : Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak mengelola Sungai Progo,
Serayu, dan Opak di wilayah DIY. Adapun kegiatan yang dilakukan antara lain
: pengelolaan sumberdaya air, terkait aspek konservasi sumberdaya air, aspek
pendayagunaan sumberdaya air, aspek pengendalian, dan penanggulangan
daya rusak air, aspek peningkatan ketersediaan dan keterbukaan data dan
informasi sumberdaya air, dan aspek pemberdayaan dan peningkatan peran
masyarakat, dunia usaha dan pemerintahan. Website : http://bbws-so.net/gis.

c. Badan Informasi Geospasial (BIG)
Badan ini memerlukan data yang terkait dengan hidrologi, curah hujan,
oseanografi yang nantinya dapat digunakan untuk pemetaan dalan kajian
hidrologi.

d. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
Badan ini memanfaatkan data terkait hidrologi di suatu wilayah terkait dengan
potensi wilayah yang rawan terhadap bencana, baik bencana banjir, longsor,
maupun kekeringan.

e. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
Badan ini memanfaatkan data hidrologi di suatu wilayah yang nantinya dapat
digunakan untuk memberikan data informasi perkiraan iklim, cuaca, maritim,
potensi bencana tsunami di wilayah Indonesia.

f. Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal)

Pushidosal menyediakan data dan informasi hidro-oseanografi yang akurat
dan mutakhir sebagai data dasar yang akan digunakan sebagai bahan analisis
strategi pertahanan nasional.


Click to View FlipBook Version