51
Buat lubang dengan preboring sampai menembus lapisan Pancang tiang hingga nilai kalendering/pile set tercapai, setelah
berangkal/batu dengan diameter lubang lebih besar 2inch itu isi celah antar rongga preboring dan tiang pancang dengan
(50mm) dari diameter tiang pancang material pasir.
52
INSTALASI TIANG PANCANG DI AIR (DENGAN PONTOON)
Persyaratan :
1. Profil tanah titik pancang sudah di-identifikasi dari uji geoteknik untuk menentukan metode pemancangan dan
kedalaman tiang pancang.
2. Pontoon platform alat pancang stabil dan dijangkar kencang menyilang.
3. Pemancangan dilakukan saat kondisi cuaca baik, hentikan pemancangan saat arus air kuat, gelombang tinggi dan angin
kencang/badai.
4. Panjang segmen tiang pancang pertama disesuaikan dengan posisi tanah dasar agar penyambungan dapat dilakukan di
atas permukaan air.
5. Apabila dilakukan penyambungan tiang pancang di darat, pastikan rangkaian tiangpancang aman diangkat terhadap
berat sendiri saat proses pengangkatan/penegakan tiang pancang.
6. Persyaratan pemancangan mengacu pada persyaratan pemancangan dengan alat impact hammer (halaman 32).
Hammer Stok material Tongkang tiang
tiang pancang pancang
Pile frame
Pontoon alat
Pile pemancang
Mooring Pontoon alat
winch pemancang
Crossed mooring rope
Crossed mooring rope
53
INSTALASI TIANG PANCANG METODE JACKING
(HIDRAULIC STATIC PILE DRIVER-HSPD)
Persyaratan :
1. Alat HSPD dan service crane memiliki Dokumen Surat Ijin
Alat (SIA)
2. Operator memiliki Surat Ijin Operator (SIO) sesuai jenis
kualifikasinya dan masih berlaku
3. Alat HSPD, service crane dalam kondisi baik dan layak
digunakan. 1
4. Sling angkat yang digunakan tidak berkarat dan tidak
rantas. Nilai faktor keamanan sling angkat > 3 terhadap
beban.
5. Area sekitar yang berdampak pada manuver pengangkatan/ 2
pemancangan dan beresiko tinggi saat terjadi harus steril 3
dari orang yang tidak berkepentingan terhadap operasi alat. 4
6. Landasan alat HSPD dan crane service stabil dan kuat 5
menopang beban crane saat proses pengangkatan dan
penekanan tiang pancang. 6
7. Peralatan HSPD seperti clamping box, clamping hydraulic 7
cylinder, pressing hydraulic cylinder, dial gauge, alat nivo
sudah dikalibrasi dan dapat berfungsi baik.
8. Sistem hidrolik untuk mekanisme pergerakan alat HSPD
dapat berfungsi dengan baik.
9. Pile clamping memiliki min. 8 (delapan) penjepit wedge http://www.sym.co.id 8
untuk memegang tiang bulat, posisi wedge cosentris
dengan sumbu tiang dan kondisi grip pada clamping KETERANGAN : 9
tidak haus.
10. Besar tekanan clamping harus menghasilkan tegangan 1 Crane
melingkar yang seragam agar tidak mengakibatkan 2 Vertical motion mechanism 6 Side piling installation set
kerusakan pada tiang. 3 Piling platform 7 Assistant cantilever
4 Pile clamping box 8 Cross motion & rotary mechanism / Short base
5 Main cabin 9 Longitudinal motion mechanism / Long base
54
INSTALASI TIANG PANCANG (JACKING PILE)
1. Lahan pemancangan memiliki permukaan padat, rata, bersih dari sisa pondasi lama dan memiliki daya dukung mencukupi terhadap beban operasi
alat HSPD.
2. Umur beton tiang yang dipancang minimal sudah berusia 14 hari dan kuat tekan beton mencapai 80% dari kuat tekan rencana.
3. Berat total alat HSPD ditambah beban counter saat pemancangan minimal memiliki bobot 2,5 kali dari beban penekanan tiang rencana.
4. Alat HSPD pada posisi rata horisontal. Pengaturan level sesuai dengan “alat nivo (level indicator)” pada ruang operator dan pemeriksaan menggunakan
waterpass yang diletakan pada posisi chasis panjang (long-boat) alat HSPD.
5. Tiang pancang diangkat dan di-setting pada alat HSPD dengan cara mengikat sling angkat pada posisi marking untuk penegakan pada tiang pancang.
6. Untuk memastikan ketegakan tiang, lakukan pengechekan vertikalitas per-50cm penekanan tiang dengan waterpass sampai ke kedalaman 2m.
7. Tiang pancang ditekan pada titik rencana pondasi secara kontinyu sampai kriteria penekanan tiang terpenuhi.
8. Tiang disambung dengan pengelasan penuh pada grooving/celah antar pelat sambung.
9. Kondisi tiang sambungan cosentris terhadap tiang yang akan disambung.
10. Penekanan dihentikan saat nilai pile set (penurunan tiang) akibat penekanan tiang sebesar 200% dari beban rencana selama 30-60 detik sebanyak 2(dua)
kali penekanan harus ≤ 20mm, atau mengacu pada persyaratan yang telah ditetapkan.
11. Untuk tiang pancang yang didesain sebagai pondasi tiang friksi, maka pemancangan harus mencapai kedalaman rencana.
12. Pemotongan kelebihan tiang yang tidak tertanam harus rata dengan permukaan tanah agar alat tidak membentur kepala tiang saat proses perpindahan
alat HSPD.
55
SURVEY :
1. Survey & stake out titik pancang
MULAI
PERSIAPAN :
1. Mobilisasi tiang pancang
2. Mobilisasi alat HSPD ke lokasi
3. Rencana pelaksanaan penekanan tiang dan gambar posisi Las pada pelat
PERSIAPAN dan manuver urutan penekanan tiang pancang sambung terisi TIDAK
PENGANGKATAN 4. Persiapan peralatan las untuk penyambungan tiang penuh
TIANG PANCANG
PENYAM-
TIDAK YA BUNGAN
TIANG
1. Titik pancang sesuai INSTALASI TIANG Alat HSPD posisi rata
horisontal & tiang
TIDAK 2. Sling diikat pada marking YA PANCANG KE pada posisi vertikal
penegakan tiang ALAT HSPD
3. Marking kedalaman tiang
TIDAK
YA
PEMANCANGAN TIANG : Kedalaman
1. Monitoring tekanan silinder untuk penekanan tiang sesuai atau
indikasi
2. Catat gaya tekanan terhadap kedalaman tiang pile set
YA
TIDAK
POTONG
KELEBIHAN YA Pile set
TIANG PANCANG tercapai
SELESAI
56
CLAMPING PILE / PENJEPIT TIANG PENAMPANG TIANG
Dimensi tiang pancang bulat/tidak lonjong sehingga tekanan
Gunakan penjepit penjepit dapat merata pada permukaan tiang.
(wedge) tiang minimal
8 pcs dan kondisi grip
penjepit tidak haus
agar tekanan jepitan
lebih merata dan
tidak slip saat proses
penekanan.
Clamping wedge Tiang bulat
DILARANG! DILARANG!
Jumlah penjepit Penampang tiang
wedge hanya 4 keping. tidak bulat/lonjong.
Berbahaya! Resiko tiang Berbahaya! Resiko tiang
retak melingkar akibat retak melingkar akibat
konsentrasi tekanan tekanan penjepitan tidak
penjepitan tidak merata merata (terjadi konsetrasi
(terjadi konsetrasi tekanan).
tekanan).
PENAMPANG TIANG LONJONG !
57
BERAT ALAT HSPD
Berat alat HSPD dan beban counter saat penekanan DILARANG!
minimal 2,5 kali dari beban rencana penekanan
Berat total HSPD dan beban counter terangkat saat
pemancangan. Berbahaya! Resiko tiang pancang retak
karena terpuntir saat alat HSPD terangkat.
HSPD TERANGKAT !
58
TIANG PANCANG RETAK MELINGKAR DAN REMUK PADA BADAN
PENYEBAB
1. Tekanan jepit (clamping) tiang terlalu DILARANG!
besar sehingga dinding tiang hancur.
2. Jumlah wedge penjepit < 8pcs,
sehingga terjadi konsentrasi jepit yang Tiang pancang
besar
3. Penampang tiang tidak bulat /agak
lonjong
Pressng
cylinder
PENCEGAHAN Clamping
box
1. Tiang pancang yang akan ditekan
berbentuk bulat/tidak lonjong
2. Pastikan tekanan pada wedge penjepit
bekerja merata saat penjepitan
RETAK
3. Gunakan spesifikasi wedge penjepit LONGITUDINAL SERPIHAN
BETON
minimal 8 pcs yang alur grip tidak haus
4. Gunakan alat HSPD dengan min 8
grip agar tekan jepit tiang lebih merata.
RETAK MELINGKAR PADA TIANG TIANG REMUK SAAT PROSES TEKAN
AKIBAT PROSES PENJEPITAN WEDGE AKIBAT PENAMPANG TIANG SUDAH
CLAMPING BOX RETAK
59
TIANG PANCANG RETAK PADA BADAN TIANG
PENYEBAB
1. Alat HSPD terangkat saat penekatan DILARANG!
tiang mengakibatkan badan tiang
mengalami gaya lentur dari rotasi pada
alat HSPD yang terangkat.
2. Tiang pancang mengalami lentur akibat
terdorong pada arah lateral saat
pergerakan alat
PENCEGAHAN
BEBAN COUNTER
1. Berat alat HSPD dan beban counter TIDAK CUKUP
harus lebih besar dari rencana gaya
penekanan tiang pancang.
2. Kelebihan tiang yang sudah ditekan
harus dipotong rata permukaan tanah.
RETAK PADA
ALAT HSPD TERANGKAT SAAT PERMUKAAN/BAGIAN
PROSES PENEKANAN TIANG TIANG YANG TERTANAM
PANCANG
60
INSTALASI TIANG PANCANG METODE INNER BORE
Metode installasi tiang pancang bulat berongga dengan cara melakukan pengeboran tanah menggunakan auger/bor yang dimasukan ke
lubang bagian dalam tiang pancang berongga dan secara bersamaan tiang masuk kedalam tanah yang di bor akibat berat sendiri dan
dorongan hopper bucket penampung tanah hasil pengeboran.
Persyaratan alat:
1. Alat tripod crane dan service crane memiliki Dokumen Surat Ijin Alat (SIA).
2. Operator alat memiliki Surat Ijin Operator (SIO) sesuai jenis kualifikasinya yang
masih berlaku.
3. Alat tripod crane, service crane dalam kondisi baik dan layak digunakan.
4. Sling angkat yang digunakan tidak berkarat dan tidak rantas. Nilai faktor keamanan
sling angkat > 3 terhadap beban.
5. Area sekitar yang berdampak pada manuver pengangkatan/pemancangan dan
beresiko tinggi saat terjadi harus steril dari orang yang tidak berkepentingan
terhadap operasi alat.
6. Landasan alat tripod crane dan crane service stabil dan kuat menopang beban crane
saat proses pengangkatan dan penekanan tiang pancang.
7. Kapasitas genset yang digunakan sesuai dengan arus fasa spesifikasi motor auger.
8. Motor auger dan pompa grouting berfungsi dengan baik.
Alat Auger, Screw, Socket Screw harus lurus dan jumlah cukup mencapai kedalaman
9. rencana penetrasi tiang.
10. Kondisi socket tidak aus, terkoneksi dengan baik dan seal socket tidak bocor.
11. Dril bit (mata bor) terpasang dengan benar, serta kondisi fisik drill bit tidak bengkok,
patah dan tidak aus
12. Bagian expansion wing berfungsi baik (membuka/menutup sempurna) dan tidak ada
kebocoran oli hidrolik pengerak.
13. Lubang penyemprot grouting pada bagian bawah drill bit tidak mampat/tersumbat
dan one way valve (katup satu arah) berfungsi.
14. Aksesoris Hose Grouting tidak bocor/getas dan memiliki panjang minimal 100 meter
dengan ukuruan diameter 2 inch.
61
Persyaratan pelaksanaan:
1. Aspek Geoteknik, profil tanah rencana titik pancang sudah diidentifikasi dari hasil uji geoteknik untuk menentukan kedalaman
tiang pancang.
2. Aspek Material Tiang Pancang :
1. Tiang pancang sesuai dimensi, panjang, speksifikasi tiang.
2. Toleransi tebal badan tiang maksimal +20 mm.
3. Umur beton tiang pancang sudah mencapai minimal 14 hari.
4. Aksesoris friction cutter terpasang dengan tebal standar 12mm untuk mengatasi kondisi tanah N-SPT >30.
3. Pastikan tiang pancang dalam posisi tegak lurus (vertikal) setelah auger dan screw dimasukkan kedalam badan tiang pancang
4. Saat pengeboran lakukan monitoring dan pencatatan nilai
ampere meter motor auger sebagai indikator tahanan tanah.
Data ini sebagai acuan yang harus dikorelasi dengan data N-SPT
tanah terdekat.
5. Bersihkan lumpur yang menempel pada screw dengan cara
disemprot air yang bertekanan.
6. Tiang disambung dengan pengelasan penuh pada grooving/celah
antar pelat sambung.
7. Kondisi tiang sambungan cosentris terhadap tiang yang akan
disambung.
8. Pekerjaan pengeboran dihentikan setelah proses grouting cement
milk pada bagian ujung bawah tiang sempurna di kedalaman
elevasi yang direncanakan.
9. Persyaratan grouting cement milk memiliki kekuatan minimal
15 MPa dengan rasio air terhadap semen W/C=0,6.
10. Aksesoris Auger dilepas setelah Tiang Pancang ditahan dengan
klem penggantung.
11. Klem penggantung dilepas setelah umur grouting mencapai
minimal 2 jam (set-up).
62
PENCEGAHAN KARAT PADA PELAT SAMBUNG
Di lingkungan yang berhubungan dengan udara terbuka aksesories plat sambung rentan terjadi karat akibat proses reaksi kimia antar
material besi pada baja plat sambung dengan oksigen yang terdapat pada udara atau air pada permukaan pelat sambung. Proses karat
ini akan berlangsung lebih cepat di lingkungan yang asam (pH lebih rendah dari 7)
Akibat adanya karat pada plat sambung, dapat menyebabkan masalah degradasi kekuatan bahkan kegagalan struktur yang fatal. Hal ini
diakibatkan saat proses oksidasi/karat ketebalan permukaan baja berkurang seiring bertambahnya waktu.
Untuk mencegah terjadinya karat pada sambung tiang pancang maka plat sambung harus segera dilapisi dengan lapisan pelindung
karat setelah proses produksi, begitu juga setelah proses pengelasan penyambungan tiang pancang, lapisan pelindung/coating
kembali diaplikasikan untuk memperbaiki lapisan pelindung yang rusak akibat proses pengelasan sehingga plat sambung memiliki
perlindungan korosi untuk jangka panjang.
Contoh lingkungan yang berpotensi memiliki
KONDISI LINGKUNGAN kondisi yang korosif :
DESKRIPSI 1. Di daerah pantai (offshore dan onshore).
NON KOROSIF (NC) KOROSIF (CR) 2. Di daerah yang terkontaminasi limbah.
3. Di daerah sungai, danau, atau yang memiliki
kelembaban tinggi.
Basah/lembab (BS)
Kondisi udara Kering (KR) Pasang surut (splash zone) 4. Di daerah sumber belerang (kawah gunung).
Derajat keasaman pH ≥ 7 (Basa) pH < 7 (Asam)
Kontak langsung (KE)
Kontak terhadap Tidak kontak (TE) (Asam sulfat, Natrium
larutan elektrolit Klorida, Kalium Hidroksida,
Asam Asetat, Asam Klorida)
63
KONDISI
LINGKUNGAN PENCEGAHAN FOTO
Penumpukan di stock yard pabrik 1. Penumpukan produk tiang pancang di daerah yang
dan proses distribusi kering. Untuk lokasi stock yard yang tergenang air,
hindari sentuhan langsung antara plat sambung
dengan air.
2. Plat sambung dilapisi oli, dilakukan sekali saat
penumpukan. Apabila lapisan olie mengering
dan terlihat karat pada plat sambung, maka plat
sambung dilapisi ulang dengan oli.
3. Untuk distribusi produk melalui laut digunakan cat
meni (cat dasar besi yang melindungi besi teroksidasi
dengan oksigen pada udara atau air).
Penumpukan di lokasi :
a. Pada lingkungan 1. Penumpukan produk tiang pancang di daerah yang
non korosif kering. Untuk lokasi stock yard yang tergenang air,
hindari sentuhan langsung antara plat sambung
dengan air.
2. Untuk penumpukan dengan jangka waktu lama (> 1
bln), lapisi plat sambung dengan cat dasar besi (cat
meni).
b. Pada lingkungan Pelapisan plat sambung dengan coating zinc chromate.
korosif
64
KONDISI
LINGKUNGAN PENCEGAHAN FOTO
Kondisi service :
a. Tertanam dalam tanah Pelapisan kembali pelat sambung setelah proses
lingkungan non korosif penyambungan tiang dengan coating zinc chromate
b. Tertanam dalam tanah Pelapisan kembali pelat sambung setelah proses
lingkungan korosif penyambungan tiang dengan coating epoxy (polyamide
curing coal tar epoxy)
c. Daerah pasang surut/ Pemasangan piling tape untuk proteksi sambung tiang
terendam air pada daerah pasang surut (splash zone)
1. Menggunakan sacrificial anode / active corrosion
(Isozin Laminated Zinc Tape dari BAC Corrosion
Control LTD atau yang setara )
2. Menggunakan jacket bolted system. (Denso sea shield
series Dari Denso atau yang setara)
65
PENYAMBUNGAN TIANG DENGAN ARCH WELDING (LAS BUSUR NYALA)
Persyaratan :
1. Mesin las berfungsi baik untuk mensuplai arus listrik yang stabil ke batang las.
2. Kabel Cap tyre menggunakan insulasi dan mempunyai luas penampang yang mencukupi agar tidak panas.
3. Batang las dalam kondisi kering untuk menghindari cacat pada pengelasan.
4. Batang las yang lembab harus dikeringkan oleh alat pengering batang las.
5. Bersihkan karat dibagian alur, embun/kondensasi, lumpur, minyak, cat atau pasta semen agar hasil pengelasan tidak cacat.
6. Pasang pelat pengarah untk mengatur posisi antar tiang bagian atas dan tiang bawah pada sumbu yang sama (cosentris).
7. Pengelasan sambungan dilakukan saat tidak hujan, agar saat penyambungan kondisi pelat sambung kering.
8. Gunakan pemegang kawat las (holder electrode) dari bahan embonit yang memiliki insulasi dan penahan panas yang baik.
9. Untuk mencegah luka bakar dari percikan api listrik gunakan sepatu, pakaian pelindung, sarung tangan kulit/silikon dan sarung tangan
katun untuk menyerap keringat tangan.
10. Gunakan helm/topeng las untuk melindung muka,mata dan kulit dari percikan api las.
Kawat las
Helm/ Tiang bawah disisakan
topeng las ketinggian 1m s/d 1,5m
dari tanah agar pekerjaan CARA MENGETAHUI BATANG LAS LEMBAB ATAU TIDAK :
pengelasan mudah
1. Chek bunyi, jika lembab maka bunyi lemah
2. Flux terkelupas jika batang las lembab dibengkokan
3. Setelah mengeluarkan busur listrik taruh diatas pelat besi,
pelat besi akan menyisakan air bila batang las lembab.
4. Terjadi percikan besar dan banyak saat pengelasan
Mesin las Kabel las
66
MULAI SELESAI
PERSIAPAN :
PERSIAPAN 1. Pemilihan mesin las
PENGELASAN 2. Pemilihan batang las
3. Penyimpanan batang las
4. Pengechekan teknisi
PEMANCANGAN
PERIKSA : TIANG
PERSIAPAN : 1. Arus listrik pengelasan
PERSIAPAN 1. Pembersihan pelat 2. Tegangan busur listrik
SAMBUNGAN TIANG sambung tiang yang 3. Kecepatan pengelasan
di-las 4. Pergerakan elektroda
COATING
PELAT
TIDAK SAMBUNG
Pelat yang akan
disambung bersih dan LAS TITIK DI MENGELAS
tidak basah BEBERAPA LOKASI SAMBUNGAN
YA
YA TIDAK
YA
Suhu
Sambungan las
SETTING TIANG Ketegakan/sudut 1. Alur/groove Mak. 200◦C
penuh terisi las
SEGMEN ATAS tiang sesuai 2. Las tidak cacat TIDAK
TIDAK PEMERIKSAAN SUHU
YA DAN HASIL LAS
67
PENYAMBUNGAN TIANG DENGAN las
Persyaratan :
1. Batang/kawat las minimal setara dengan AWS A.5.1 E6013 (co. RB-26 ex nikko steel atau setara)
2. Gunakan helm/topeng las untuk melindung muka,mata dan kulit dari percikan api las.
3. Karena sudut alur/groove +/- 300, agar las mengisi penuh maka layer pertama pengelasan menggunakan batang las dengan
diameter kurang dari 4mm.
4. Pada pengelasan berlapis, setelah selesai mengelas lapisan pertama bersihkan terak/slag dengan palu las sampai bersih
(gunakan kacamata terng saat pembersihan terak), setelah itu lakukan pengelasan pada lapisan berikut.
5. Gunakan 2 lapis pengisian las untuk kedalaman alur/groove ≤12mm. Sedangkan untuk ke dalam alur/groove > 12mm gunakan
3 lapis pengisian las.
6. Apabila ditemukan cacat pada las, perbaiki dengan cara mengupas/grinding bagian yang cacat dan diisi kembali dengan las.
7. Lapisi pelat sambung tiang pancang dengan coating cat zinc chromate untuk lokasi non korosif, coating cat epoxy untuk lokasi yang korosif
atau pile tape untuk pelat sambung pada daerah pasang surut air.
8. Pemancangan dilakukan setelah pelat sambung yang sudah di-las dibiarkan mendingin secara alami hingga mencapai suhu 2000 C s/d 2500 C.
URUTAN PENGISIAN LAPISAN LAS
Alur/Groove 7-12mm Alur/Groove > 12mm RB26- (ex nikko steel) A.5.1 E6013
LB52- (ex nikko steel) A.5.1 E7013
4 3 4 2 Identifikasi batang/kawat las :
EXXXX (co: E6013)
2 3 >45�C E = Elektroda jenis SMAW (steel mild Arc Welding)
>45�C 1 2
1 60 (2 angka awal) = kuat tarik dalam ksi
1 (angka ke-3) = Posisi pengelasan yang bisa dilakukan elektroda.
6 6 (1: semua posisi; 2: flat & horisontal, 3: flat saja)
3 (angka ke-4) = jenis pelapisan & arus yang digunakan elektroda.
7mm 12mm
68
JENIS CACAT HASIL PENGELASAN DAN PENANGANANNYA
CACAT PENYEBAB PENANGANAN
Penetrasi tidak cukup 1. Kecepatan mengelas terlalu cepat atau 1. Kecepatan pada saat mengelas harus tepat, agar
terlalu lambat. terak/slag tidak mendahului.
2. Arus listrik saat mengelas rendah. 2. Meninggikan arus listrik saat mengelas sampai
3. Sudut torch atau posisi yang dituju tidak dengan 450 – 500A.
tepat 3. Sudut torch dipertahankan 20-30°, posisikan
bagian kedalaman alur/groove yang cukup bisa
meleleh.
Belitan Terak/ Slag 1. Kecepatan mengelas terlalu cepat atau 1. Terak/Slag lapisan sebelumnya dihilangkan
terlalu lambat. dengan sempurna.
2. Arus listrik saat mengelas rendah. 2. Meninggikan arus listrik saat mengelas, agar
3. Sudut torch atau posisi yang dituju tidak terak/slag tidak mendahului kecepatan
tepat 3. Mengelas torch dengan urutan kebelakang
(0-45°).
Blow hole 1. Tegangan busur nyala listrik terlalu tinggi 1. Menggunakan tegangan busur nyala listrik yang
tepat, yaitu 26-30V.
2.
Bagian sambungan tercampur cairan dan
material lainnya 2. Sebelum mengelas bersihkan bagian alur dan
3. Kawat las lembab hilangkan secara menyeluruh cairan, lumpur,
4. Panjang kawat sudah terlalu pendek minyak, karat dan lain-lain.
3. Menyimpan kawat untuk mengelas dengan baik,
pada saat digunakan harus dikeringkan kembali.
4. Panjang kawat yang tepat saat diganti sekitar
30-50mm
69
CACAT PENYEBAB PENANGANAN
Pit 1. Kawat las lembab 1. Menyimpan dengan baik kawat untuk mengelas,
2. Sambungan yang akan dilas tercampur pada saat digunakan harus dikeringkan kembali.
cairan dan material lainnya 2. Sebelum mengelas bersihkan bagian alur dan
3. Tegangan dan besaran arus listrik tidak hilangkan secara menyeluruh cairan, lumpur,
tepat minyak, karat dan lain-lain.
3. Melakukan pengelasan dengan cakupan sesuai
kondisi standar pengelasan
Undercut 1. Arus listrik saat pengelasan terlalu tinggi 1. Turunkan arus listrik pada lapisan terakhir dalam
2. Sudut torch atau posisi yang dituju tidak cangkupan 350-400A.
tepat 2. Menjaga sudut torch antara 0-15°, ini untuk
3. Kecepatan pada saat pengelasan terlalu mencegah timbulnya busur nyala listrik dari alur
cepat pancang bagian atas.
4. Tegangan busur nyala listrik terlalu tinggi 3. Memperlambat kecepatan pengelasan agar
kuantitas las cukup.
4. Menurunkan tegangan busur listrik menjadi 26-
28V
Overlap 1. Arus listrik las terlalu rendah 1. Meningkatkan arus listrik untuk mempercepat
2. Perpindahan elektroda terlalu lambat perpindahan elektroda
2. Mempercepat perpindahan elektroda
Retak 1. Bagian sambungan tercampur cairan dan 1. Sebelum mengelas bersihkan bagian alur dengan
baik dan hilangkan secara menyeluruh dari cairan,
material lainnya
2. Bagian yang dipengaruhi oleh panas jadi lumpur, minyak, karat dan lain-lain.
mengeras dan mudah retak 2. Memanaskan terlebih dahulu sebelum dilas
3. Kawat yang digunakan kondisinya lembab 3. Menyimpan dengan baik kawat las yang digunakan
untuk mengelas dan mengeringkannya kembali
saat akan digunakan.
70
PERLENGKAPAN PENYAMBUNGAN LAS
ALAT SPESIFIKASI
Mesin Las
1. Mesin las arus bolak balik (AC), arus searah (DC) atau arus ganda (AC
DC)
2. Kapasitas transformator las 200-500 A
3. Tegangan listrik 55 – 85 Volt
4. Kebersihan terjaga untuk menghindari konslet akibat zat cair
5. Sumber listrik dari generator stabil
Kabel Las
1. Ukuran kabel dan diameter kabel las sesuai dengan arus listrik yang
mengalir dari mesin las dan panjang kabel yang digunakan.
2. Kabel menggunakan insulasi
Pemegang
Kawat Las 1. Bahan pemegang elektrode terbuat dari logam kuningan.
2. Pemegang kawat las menggunakan penyekat (biasanya embonit) sebagai
insulator.
3. Bagian penjepit kawat las harus bersih.
71
ALAT SPESIFIKASI
Welding 1. Batang las/Elektroda untuk Steel Mild Arc Welding (SMAW) RB-26 atau
Electrodes setara
2. Ukuran kawat las diameter 3,2 - 4mm
Sikat
Kawat Las 1. Serabut sikat terbuat dari bahan kawat-kawat baja yang tahan panas dan
elastis
2. Tangkai sikat terbuat dari kayu yang dapat mengisolasi panas dari bagian
yang disikat.
Palu Las 1. Handle palu berbentuk peer yang membuat pegangan nyaman dan aman
2. Dua ujung palu yang berbeda penggunaannya, ujung runcing untuk
memukul sudut rigi-rigi dan ujung yang berbentuk pahat untuk
membersihkan permukaan rigi-rigi & las yang menempel pada permukaan.
Topeng/ 1. Terbuat dari bahan plastik yang tahan panas
Helm Las 2. Terdiri dari 3 kaca (bening – hitam dan bening) untuk melindungi mata dari
sinar pengelasan.
3. Nomor kaca menyesuaikan dengan ukuran kegelapan kaca yang cocok
dengan mata terhadap ampere yang digunakan untuk pengelasan.
72
ALAT SPESIFIKASI
Sarung 1. Sarung tangan dari bahan kulit/silikon /asbes lunak yang memiliki sifat
Tangan Las insulasi.
Apron Las 1. Apron/baju las dari bahan kulit
Sepatu Safety 1. Sepatu las terbuat dari kulit dan bagian depan sepatu terdapat plat
baja yang berfungsi melindungi kaki dari kejatuhan benda berat dan
tajam.
2. Bersifat isolator untuk melindungi dari sengatan listrik.
73
KERUSAKAN PADA TIANG PANCANG SAAT PEMANCANGAN
CACAT PENYEBAB PENCEGAHANNYA
PECAH ATAS /KEPALA TIANG
a. Retak merata Konsentrasi tegangan tekan tinggi (over
compression) pada bagian atas/kepala tiang
akibat :
1. Pile Cushion kurang tebal /tidak elastis 1. Gunakan pile cushion dari kayu lunak plywood/
akibat termampatkan/kondisi rusak multiplex pada kepala tiang untuk mencegah
dan berubah bentuk /terbakar sehingga gompal pada kepala tiang.
tidak efektif mereduksi tegangan akibat 2. Ganti pile cushion apabila sudah tidak elastis
tumbukan hammer dan menyebabkan (highly compression), sudah hangus atau
tegangan tekan yang tinggi pada bagian terbakar saat pemancangan tiang
atas/kepala tiang. 3. Gunakan hammer berat dengan tinggi jatuh yang
2. Beton kepala tiang fatik akibat kombinasi rendah (short stroke) daripada menggunakan
dari tegangan tekan yang tinggi pada hammer yang ringan dengan kecepatan jatuh
kepala tiang dan frekwensi/jumlah pukulan hamer yang tinggi (long stroke) untuk mereduksi
yang tinggi tegangan yang terjadi pada tiang
b. Retak miring Konsentrasi tegangan tekan tidak merata
(eksentrisitas gaya aksial) pada bagian atas/
kepala tiang akibat :
1. Posisi tiang terhadap hammer tidak pada 1. Drive cap berbentuk bulat dipasang sesuai
satu sumbu sehingga terdapat eksentrisitas ukuran kepala tiang dengan kondisi tidak terlalu
saat pemancangan yang menyebabkan longgar untuk memastikan kelurusan sumbu
konsentrasi tegangan yang berlebih. hammer terhadap sumbu tiang.
Ketebalan cushion yang tidak rata atau 2. Cek ketegakan tiang pancang dan leader dengan
2. kondisi cushion tidak elastis akibat waterpass untuk memastikan posisi sejajar
termampatkan, rusak dan berubah bentuk vertikal.
/terbakar 3. Ganti pile cushion apabila sudah tidak elastis
(highly compression), sudah hangus atau
terbakar.
74
CACAT PENYEBAB PENCEGAHANNYA
PECAH BAGIAN BAWAH/ Konsentrasi tegangan tekan tinggi (over
SEPATU TIANG compression) pada bagian bawah/sepatu tiang
akibat :
1. Posisi bawah tiang bertumpu pada lapisan 1. Gunakan metode preboring untuk agar tiang
tanah keras/ boulder/batu dapat menembus lensa tanah keras.
2. Pile Cushion kurang tebal /tidak elastis 2. Gunakan pile cushion dari kayu lunak plywood/
akibat termampatkan/kondisi rusak multiplex pada kepala tiang untuk mereduksi
dan berubah bentuk /terbakar sehingga tegangan pada tiang. Ganti pile cushion apabila
tidak efektif mereduksi tegangan akibat sudah tidak elastis (highly compression), sudah
tumbukan hammer dan menyebabkan hangus atau terbakar saat pemancangan tiang
tegangan tekan yang tinggi pada bagian
bawah/sepatu tiang.
3. Beton sepatu tiang fatik akibat kombinasi 3. Gunakan hammer berat dengan tinggi jatuh yang
dari tegangan tekan yang tinggi pada rendah (short stroke) daripada menggunakan
sepatu tiang dan frekwensi/jumlah pukulan hammer yang ringan dengan kecepatan
yang tinggi jatuh hammer yang tinggi (long stroke) untuk
mereduksi tegangan pada tiang.
RETAK MELINGKAR/TEGAK Tegangan tarik aksial berlebih yang terjadi (over
LURUS BADAN TIANG tension) pada badan tiang akibat :
1. Pemancangan dengan hammer yang terlalu 1. Gunakan hammer berat dengan tinggi jatuh yang
ringan dengan kecepatan jatuh hammer rendah (short stroke) daripada menggunakan
yang tinggi (long stroke) pada kondisi hammer yang ringan dengan kecepatan
tahanan ujung yang sangat tinggi. jatuh hammer yang tinggi (long stroke) untuk
mereduksi tegangan pada tiang,
2. Pemancangan pada kondisi tahanan 2. Kurangi tinggi jatuh hammer saat awal pada
ujung tiang kecil atau tidak ada kondisi tanah lunak atau saat peralihan dari
seperti pemancangan di tanah lunak, lapisan tanah keras ke lapisan tanah lunak.
pemancangan menembus dari tanah
keras ke lapisan lapisan tanah lunak
atau pemancangan dengan waterjet dan
preboring.
Kombinasi gaya geser (shear moment) dan axial 1. Pastikan landasan pilling rig stabil saat
tarik (tension) akibat tiang pancang terdorong pemancangan untuk mencegah leader ber-
pada arah horisontal saat pemancangan rotasi.
75
CACAT PENYEBAB PENCEGAHANNYA
RETAK DIAGONAL BADAN TIANG Kombinasi tegangan tarik yang tinggi (over
tension) dan moment putar/torsi (twisting
moment) pada badan tiang akibat :
1. Driving cap pada kepala tiang pancang 1. Drive cap juga tidak boleh sempit agar
terlalu sempit sehingga tiang tidak dapat memungkinkan tiang dapat berotasi bebas saat
berputar halus saat bereaksi terhadap merespon terhadap penetrasi tiang ke lapisan
tahanan tanah saat tiang sudah masuk tanah dan pergerakan leader alat pancang.
sebagian kedalam tanah.
2. Driving cap pada kepala tiang pancang 2. Pastikan landasan pilling rig stabil saat
terlalu sempit sehingga tiang mengalami pemancangan untuk mencegah leader ber-
puntir saat terjadi pergerakan atau rotasi rotasi.
leader alat pancang
RETAK LONGITUDINAL Tekanan besar pada sekeliling dinding tiang dari
/MEMANJANG BADAN TIANG bagian dalam rongga (internal radial pressure)
yang dapat ditimbulkan akibat :
1. Pemancangan tiang menggunakan tipe 1. Menyiapkan lubang ventilasi pada bagian atas
ujung bawah terbuka (open ended) pada kepala tiang pancang untuk mengurangi tekanan
lokasi tanah sangat lunak/rawa. Akibat efek dari dalam rongga tiang pancang saat proses
hidrolik hammer saat proses pemancangan, pemancangan.
air akan terpompa naik pada rongga dalam
tiang.
2. Tanah masuk kedalam rongga dan naik 2. Penggunaan sepatu masif pada tiang pancang
keatas mengisi rongga tiang akibat bagian bawah untuk mencegah tanah/lumpur
penggunaan tipe tiang open ended atau masuk kedalam rongga.
akibat kerusakan pada sepatu tiang.
76
PERBAIKAN TIANG PANCANG
Metode perbaikan tiang : Pelat
1. Potong sisi luar beton sedalam selimut beton dibawah posisi retak sambung
dengan jarak 40 x dia PC bar Angkur
2. Bobok beton pada sisi yang diperbaiki dengan palu.
3. Bersihkan permukaan tulangan PC Bar dan spiral dari debu/ kotoran. 40xdb
4. Pasang stoper grouting dari kayu di dalam rongga tiang pancang pada PC Bar
kedalam 2 x dia.tiang
5. Setting pelat sambung pengganti yang sudah dipasang besi angkur
pada tiang pancang dengan memasukan PC Bar dari tiang ke lubang
PC bar pada pelat sambung sebagai pengarah.
6. Pasang pelat seng sebagai cetakan dinding melingkar sesuai diameter
tiang
7. Pastikan permukaan pelat sambung dalam posisi rata dengan alat
waterpass 2x Dia. tiang
8. Aduk grouting sesuai takaran dengan mixer elektrik sampai adukan Tiang
merata & seragam.
9. Tuangkan material grouting kedalam cetakan dan rongga tiang sampai
terisi penuh.
10. Buka cetakan setelah umur grouting minimal 3 hari
11. Potong PC Bar yang muncul di permukaan pelat sambung
12. Pemancangan dilakukan setelah kuat tekan grouting > kuat tekan Stopper
beton tiang pancang cor
Dia. tiang
77
Peralatan Material
1. Pile Cutter / alat grinding 1. Pelat sambung + besi angkur
2. Palu 5kg 2. Kayu multipek
3. Waterpass 3. Pelat seng
4. Alat Mixer grouting 4. Material grouting
5. Ember
Grouting rongga
Potong beton Bobok dinding beton Pasang stoper Pasang Pelat Pasang detakan tiang hingga penuh Setelah 3 hari, buka
cetakan dinding.
sisi luar tiang tiang multiplek sambung + angkur dinding & pastikan
pancang permukaan
pelat rata
78
UJI BEBAN PADA TIANG PANCANG
Persyaratan :
1. Tiang pancang yang diuji harus dibuat pile cap (Pile head treatment).
2. Hidrolik Jack, pompa hidrolik, dial gauge dan load cell yang digunakan sudah dikalibrasi dan berfungsi dengan baik.
3. Untuk uji beban tekan, tumpuan beban kentledge dalam posisi stabil dan beban kentledge atau reaction pile lebih besar dari rencana
beban tekan/lateral maksimum.
4. Untuk uji beban tarik, sistem sambungan tarik kuat menahan gaya tarik beban uji rencana.
5. Profil Test beam dan transfer beam kuat dan cukup kaku terhadap beban pengujian.
6. Reference beam untuk pengukuran pergerakan tiang dipasang melintang, tertanam pada tanah.
7. Pelaksanaan uji beban dilakukan 30 hari setelah pemancangan.
8. Uji beban dilakukan sebesar 200% dari beban rencana dengan metode pembebanan siklik secara bertahap (cyclic maintained load).
UJI BEBAN LATERAL
DILARANG!
Pile Cap Kepala tiang
Load Dial
cell Gauge tidak dibuat
pile cap!
Hidrolik Beam
Jack reference TIANG
RETAK!
Tiang TIANG RETAK !
uji
79
UJI BEBAN AKSIAL TEKAN UJI BEBAN AKSIAL TARIK
Kentledge Sambungan tarik
menggunakan
Transfer beam tulangan/stress Load cell
bar dari pile cap Tulangan/
Load cell Hidrolik Jack Hidrolik Jack stress bar
Pile Cap Test beam
Dial
Gauge
Tiang
uji Tiang uji Pile Cap
DILARANG! Kentledge DILARANG!
Kepala tiang tidak Transfer beam Sambungan tarik
dibuat pile cap! menggunakan
PC Bar PC BAR PUTUS!
TIANG
RETAK!
PC BAR PUTUS
AKIBAT TARIKAN
DISTRIBUSI GAYA
TARIK TIDAK MERATA
PADA TIAP PC BAR
80
HIGH STRAIN DYNAMIC LOAD TESTING DENGAN ALAT PDA / UJI PDA
Uji beban dinamis menurut ASTM D4945 :
1. Pasang strain transducers dan accelerometer pada jarak dari
kepala tiang minimal 1-1,5 diameter tiang.
2. Koneksikan kabel transducer dan accelerometer ke perangkat alat
PDA (Pile Dynamic Analyzer) untuk merekam dan menampilkan
saat uji dinamik.
3. Gunakan pile cushion dan helm pancang pada kepala tiang saat
pengujian, setting posisi sumbu hammer dan sumbu tiang pancang
pada satu sumbu yang sama.
4. Hammer yang digunakan saat pengujian seberat 1%-2% dari
beban ultimit yang diharapkan.
5. Untuk pengambilan data dinamis, kepala tiang dipukul dengan
hammer pancang minimal 10 kali untuk memperoleh nilai
regangan dan akselerasi akibat pukulan.
6. Catat tinggi jatuh hammer dan nilai penetrasi tiang akibat pukulan
hammer.
81
SKEMA UJI PDA
Hammer Cushion
Striking Plate
Hammer Cushion
Drive cap adapter/helmet
Pile cushion
Pile
Minimal
1,5D sd 2D
Pile
Strain Connection Apparatus for
box
Transducers reducing data
Acceleromoters
Acceleromoters
Strain Dari uji beban dinamis dapat diperoleh :
Transducers
1. Daya dukung tanah dan keutuhan struktur
pondasi
Recording 2. Mengetahui efisiensi/performa hammer
apparatus pancang dan tegangan pada tiang saat
Display Apparatus pemancangan.
82
UJI KEUTUHAN TIANG PONDASI
LOW STRAIN PILE INTEGRITY TEST / UJI PIT
Pemeriksaan keutuhan (integrity) tiang pondasi menurut ASTM D5882 :
1. Kepala tiang dalam kondisi baik, tidak mengalami kerusakan akibat proses pemancangan.
2. Permukaan kepala tiang berada dapat dijangkau, berada diatas air, bersih dari tanah atau kotoran akibat proses pemancangan.
3. Haluskan permukaan tempat pemasangan accelerometer dengan mengamplas permukaan beton.
4. Koneksikan kabel sensor accelerometer pada perangkat PIT, kemudian letakan accelerometer pada permukaan beton yang sudah
dihaluskan dengan dilapisi materil perekat seperti vaselin atau gel.
5. Pukul kepala tiang dengan palu ringan yang permukaannya dilapisi oleh plastik keras (low strain impact) pada posisi maksimal
300mm dari sensor accelerometer untuk menghasilkan gelombang yang merambat dengan kecepatan yang konstan pada badan tiang.
Data rambatan tersebut akan dibaca oleh sensor accelerometer dan di interpretasikan oleh perangkan PIT.
6. Lakukan pukulan dan perekaman rambatan gelombang minimal 10 kali untuk mendapatkan data rata-rata yang akurat sebagai dasar
evaluasi nilai keutuhan (integritas) tiang pondasi. Kalau diperlukan dapat mengamplifikasi gelombang dengan mengunakan palu yang
lebih berat.
Accelerometer
2 Accelerometer Palu 1
②
3 ③
Palu
1 PIT Computer 2
PIT
Computer Tiang
pancang
Tiang
① pancang
3
83
Tujuan uji PIT :
1. Mengevalusi ada atau tidaknya
kerusakan, cacat atau retak pada
pondasi tiang.
2. Menentukan kedalaman aktual dari
pondasi tiang yang tidak diketahui
panjang nya
84
UJI KUAT LENTUR TIANG PANCANG
BENDING STRENGTH TEST
Kuat lentur badan tiang :
1. Saat beban uji mencapai nilai spesifikasi momen retak
(cracking moment), kondisi badan tiang pancang harus
bebas dari retak visual selebar 0,05mm.
2. Saat uji kuat lentur hancur tiang (breaking moment), nilai
moment badan saat tiang hancur tidak boleh lebih kecil dari :
- 1,5 nilai spesifikasi Mcrack untuk klas A
- 1,8 nilai spesifikasi Mcrack untuk klas B
- 2,0 nilai spesifikasi Mcrack untuk klas C
Kuat lentur sambungan tiang : Beban vertikal P bekerja pada tengah bentang pada tiang yang
diletakan diatas 2(dua) tumpuan dengan posisi tumpuan dari
1. Kuat tekan lentur sambungan tiang harus lebih besar dari nilai ujung tiang adalah 1/5 dari panjang tiang.
kuat tekan lentur badan tiang pancang .
2. Nilai defleksi dan kurva defleksi saat beban uji mencapai beban
moment retak (cracking moment) mendekati nilai defleksi Pelaksanaan uji kuat lentur tiang pancang menurut JIS
untuk pengujian badan tiang.
5335-1987 :
1. Untuk verifikasi nilai moment retak (cracking moment), tiang ditekan
oleh beban vertikal Pretak yang menyebabkan badan tiang mengalami
lentur sebesar nilai moment retak. Beban ditahan saat mencapai nilai
Inspeksi untuk kekuatan badan tiang pancang Pretak kemudian dilakukan pengamatan permukaan tiang. Permukaan
tiang harus bebas dari retak visual selebar 0,05mm.
dilakukan dengan cara melakukan uji bending untuk 2. Untuk pengujian kuat moment hancur (breaking moment) , tiang ditekan
beban moment retak (cracking moment) tiang untuk oleh beban vertikal Phancur hingga menyebabkan tiang hancur. Nilai
2 sample uji. kuat moment hancur tiang dihitung dari moment yang terjadi akibat
vertikal maksimum tersebut.
85
PT. WIJAYA KARYA BETON. Tbk
LAMPIRAN
LAMPIRAN - PENYAMBUNGAN TIANG PANCANG
LAMPIRAN - TIPE HAMMER TIANG PANCANG
LAMPIRAN - UJI BEBAN PADA TIANG PANCANG
86
LAMPIRAN : PENYAMBUNGAN TIANG PANCANG
LAS BUSUR NYALA LISTRIK (ARC WELDING) :
Pengelasan yang dilakukan dengan cara mengubah arus listrik menjadi panas untuk melelehkan
atau mencairkan permukaan benda yang akan disambung dengan membangkitkan busur nyala
listrik melalui elektrode.
Pengelasan dengan pelelehan nyala busur listrik ini diperoleh dengan cara mendekatkan elektrode
las ke benda kerja pada jarak beberapa milimeter (jarak antara elektroda dan benda kerja disebut
panjang busur nyala), sehingga terjadi aliran arus listrik dari elektroda ke benda kerja yang
disebabkan karena adanya perbedaan tegangan antara elektrode dan benda kerja yang
menimbulkan suhu busur nyala ini bisa mencapai 50000C sehingga mampu melelehkan elektroda
dan benda kerja untuk membentuk paduan.
Setelah nyala busur listrik terjadi, elektroda akan berkurang sehingga jarak ujung elektroda
(panjang busur nyala) dengan benda kerja akan semakin renggang, sehingga harus diturunkan
dengan jarak tertentu untuk menjaga agar busur listrik tetap menyala. Baik buruknya hasil
pengerjaan las sangat ditentukan oleh pergerakan elektroda pada waktu pengelasan dan tegangan
listrik yang digunakan.
WELD APPEARANCE SKEMA PENGELASAN POSISI PENGELASAN
87
lampiran : TIPE HAMMER PANCANG
Pemilihan Hammer : Hal yang diperhatikan oleh Engineer :
1. Pemancangan harus menggunakan Impact Hammer
yang disetujui pengawas/konsultan. Drop Hammer :
2. Impact hammer mampu menghasilkan energy yang - Pastikan berat hammer yang digunakan sesuai dengan rencana, apabila ragu
cukup untuk memancang tiang sampai dengan rata- hammer harus ditimbang untuk mendapat berat sebenarnya
rata penetrasi min. 2mm per pukulan (1/8” per blow) - Pastikan pengarah jatuh hammer pada posisi lurus dan sambungan rangka
pada saat penentuan final set. pengarah dalam kondisi kencang.
3. Berat hammer dan kecepatan tumbukan hammer - Pastikan saat digunakan, tali pengangkat dapat bergerak bebas saat hammer
saat pemancangan tidak menimbulkan tegangan dilepas.
berlebih (overstress) pada tiang.
Air/Steam hammer :
- Chek kesesuaian dokumen pabrik pembuat hammer terhadap tipe dan
model hammer yang digunakan.
PILE HAMMERS - Pastikan semua komponen hammer yang dipakai dalam kondisi baik.
- Khusus untuk doubel & differential acting, minta grafik yang menyatakan
energi (rate energy) pemancangan terhadap kecepatan operasi hammer
pancangan
Drop Air/Steam Diesel Hydraulic Vibratory
Hammers Hammers Hammers Hammers Diesel hammer :
- Chek kesesuaian dokumen pabrik pembuat hammer terhadap tipe dan
model hammer yang digunakan.
- Pastikan semua komponen hammer yang dipakai dalam kondisi baik.
- Minta grafik yang menyatakan energi (rate energy) pemancangan terhadap
kecepatan operasi hammer pancangan
Single Double Differential Single Double - Untuk single acting hammer : perhatikan tinggi jatuh hammer, tinggi jatuh
Acting Acting Acting Acting Acting akan bervariable tergantung kondisi tahanan tanah.
- Untuk double acting hammer : Pastikan pembacaan tekanan pada bounce
chamber telah dikalibrasi.
Single Double
Acting Acting
(Open End) (Close End)
88
KARAKTERISTIK HAMMER & PENGUNAANNYA
TYPICAL PILE HAMMER CHARACTERISTICS AND USES
Steam or Air Diesel Hydraulic
Hammer Type Drop VIbratory
Single Acting Double Acting Differential Single Acting Double Acting Single Acting Double Acting
Rated Energy 9 to 81 kJ 10 to 2240 kJ 1 to 29 kJ 20 to 68 kJ 12 to 667 kJ 11 to 98 kJ 35 to 2932 kJ 35 to 2945 kJ --
Range (7 to 60 ft-kips) (7 to 1800 ft-kips) (1 to 21 ft-kips) (15 to 50 ft-kips) (9 to 492 ft-kips) (5 to 73 ft-kips) (25 to 2162 ft-kips) (25 to 2172 ft-kips)
Impact Velocity 7 to 10 2.5 to 5 4.5 to 6 4 to 4.5 3 to 5 2.5 to 5 1.5 to 5.5 1.5 to 7 --
(m/sec)
Blows/minute 4 to 8 35 to 60 95 to 300 98 to 303 40 to 60 80 to 105 30 to 50 40 to 90 750 to 2,000
pulse/minute
Energy Ram weight x Ram weight x (Ram weight + effective piston Ram weight x (Ram weight + Ram weight x (Ram weight + --
(per blow) height of fall ram stroke head area x effective fluid stroke chamber pressure) stroke effective piston
pressure) x stroke x stroke head area x
effective fluid
pressure) x stroke
Lifting power Provided by Steam or air Steam or air Provided by explosion of injected Hydraulic Hydraulic Electricity or
housting engine or diesel fluid hydraulic power
a crane
Maintenance Simple More complex More complex than for single acting More complex than most air impact More complex More complex HIghest
than drop hammer hammers than other impact than other impact maintenance
hammers hammers cost
Hammer All types except Versatile for any Timber, steel H, and pipe piles All type of piles All type of piles All type of piles Steel H and pipe
suitability for concrete piles piles, particularly end bearing piles.
types of piles large concrete and Very effective in
steel pipe granular soils
Major Lowest initial cost Relatively simple Fully enclosed and permit under-water Carry their own fuel from which power Fully variable Energy is variable Can be used for
advantages equipment and moderate cost operation. More productive than single is internally generated. Stroke is a energy can be over a wide range. pulling or driving.
acting. Generic lower dynamic forces. function of pile resistance. delivered. Can be used Fastest operating
DIfferential hammer uses less volume for underwater installation tool.
of air or steam than double acting and driving.
has lower impact velocity.
Major Very high dynamic Need air Cost more than single acting. Need Pollutes air with diesel exhaust. Higher initial cost. HIgher initial cost. High investment
disadvantages forces and danger compressor or air compressor or steam plant. Heavy Higher cost hammer. Low blows per and maintenance,
of pile damage. Heavy compared compared with most diesel hammer. minutes at higher strokes for single not reccomended
steam plant.
acting.
for friction pile
Lowest pile
productivity. with most diesel installation.
hammer
Remarks Becoming obsolete -- Ram accelarates downward under Stroke variable in single acting diesel Newer hammer Newer hammer --
pressure hammer. Very popular hammer type. type and may type and may
Biodiesel models available. require additional require additional
field inspection field inspection
and/or testing and/or testing
89
DROP HAMMER
Drop hammer adalah hammer impact yang diangkat dan
dilepaskan agar jatuh bebas menumbuk kepala tiang
pancang. Drop hammer harus memiliki pengarah agar
sumbu hammer saat menumbuk berada pada sumbu tiang
pancang (cosentris).
Ketrampilan operator untuk menentukan waktu
menjatuhkan hammer adalah faktor utama yang
menentukan kecepatan jatuh hammer dimana menentukan
energi yang diberikan pada tiang pancang.
Agar efisien dan mencegah kerusakan pada tiang, berat dari
hammer yang digunakan antara 1 s/d 2 kali berat tiang yang
dipukul dengan tinggi jatuh dijaga rendah dengan tinggi
maksimum 1m.
Kalau energi yang dihasilkan tidak mencukupi ganti dengan
hammer yang lebih berat. Menambah tinggi jatuh akan
menyebabkan kerusakan pada tiang saat menembus
lapisan tanah keras/batu.
Hal yang diperhatikan oleh engineer :
- Pastikan berat hammer yang digunakan sesuai dengan
rencana, apabila ragu hammer harus ditimbang untuk
mendapat berat sebenarnya
- Pastikan pengarah jatuh hammer pada posisi lurus dan
sambungan rangka pengarah dalam kondisi kencang.
- Pastikan saat digunakan, tali pengangkat dapat bergerak
bebas saat hammer dilepas.
90
AIR/STEAM HAMMER
Hammer yang operasi pemancangannya menggunakan sumber energi SKEMATIK SINGLE ACTING AIR/STEAM HAMMER
dari alat-alat eksternal seperti panas uap dari boiler atau tekanan
udara dari kompresor untuk mendorong hammer. Ram hammer didorong keatas dengan tekanan dari bawah piston,
kemudian setelah terdorong sampai ketinggian tertentu akan
memicu pengatur katup tekanan untuk menghentikan tekanan dan
tekanan dibawah piston keluar lewat lubang exhaust. Hammer
bergerak kebawah dengan kecepatan tertentu akibat gravitasi dan
menumbuk tiang pancang. Hammer kembali didorong keatas
dengan mekanisme yang sama secara berulang.
DOWNSTROKE UPSTROKE
91
DOUBLE ACTING AIR/STEAM HAMMER DIFFERENTIAL ACTING AIR/STEAM HAMMER
Ram hammer didorong keatas dengan tekanan dari bawah piston, kemudian Ram hammer didorong keatas dengan tekanan dari bawah piston, kemudian
setelah terdorong sampai ketinggian tertentu akan memicu pengatur setelah terdorong sampai ketinggian tertentu akan memicu pengatur katup
katup untuk menghentikan tekanan dan tekanan dibawah piston keluar untuk menghentikan tekanan. Secara bersamaan lubang diatas piston yang
lewat lubang exhaust. Secara bersamaan lubang diatas piston yang terbuka terbuka saat piston naik akan tertutup dan tekanan dari piston bawah yang
saat piston naik akan tertutup dan sumber tekanan dipindahkan ke ruang memiliki luas yang lebih kecil disalurkan ke ruang piston bagian atas yang
piston bagian atas dan menekan ke bawah. Hammer bergerak kebawah lebih luas sehingga menekan piston ke bawah. Hammer bergerak kebawah
dengan kecepatan tertentu akibat gravitasi dan tekanan dari atas kemudian dengan kecepatan tertentu akibat gravitasi dan tekanan dari atas kemudian
menumbuk tiang pancang. Hammer kembali didorong keatas dan kebawah menumbuk tiang pancang. Hammer kembali didorong keatas dan kebawah
dengan mekanisme sama secara berulang. dengan mekanisme sama secara berulang.
DOWNSTROKE UPSTROKE DOWNSTROKE UPSTROKE
92
DIESEL HAMMER
Perbedaan yang mendasar antara diesel hammer dengan air/steam hammer adalah sumber energi sistem air/
steam hammer berasal dari luar silinder air/steam hammer sedangkan sumber energi diesel hammer berasal
dari pembakaran bahan bakar pada hammer pancang (internal combustion) dibawah dekat ujung jatuh ram
hammer.
Meskipun diesel hammer memiliki bobot yang ringan tinggi jatuh ram hammer yang tinggi tetapi kecepatan saat
tumbukan akan lebih rendah akibat efek pemampatan udara pada ruang pembakaran.
Sumber : ACI 543R guide to design,
manufacture & installation of concrete
piles
SINGLE ACTING DOUBLE ACTING
93
SINGLE ACTING DIESSEL HAMMER DOUBLE ACTING DIESSEL HAMMER
Pada awal pemancangan ram hammer diangkat keatas (TRIPPING), kemudian dilepas Sistem double acting bekerja seperti sistem single acting. Perubahan
sehingga meluncur ke bawah dan pada saat bersamaan bahan bakar di injeksi utamanya adalah terdapat silinder penutup pada bagian atas yang
kedalam silinder dibawah lubang keluar udara (FUEL INJECTION). Saat ram menumbuk menyebabkan ketika ram hammer bergerak keatas akan menekan udara
(COMPRESSION IMPACT) silinder bagian bawah terjadi ledakan akibat pembakaran bahan pada ruang atas (bounce chamber) yang mendorong kembali hammer ke
bakar (EXPLOTION) sehingga mendorong ram hammer kembali keatas. Saat hammer bawah dan mengakibatkan tinggi jatuh lebih rendah dan jumlah rata-rata
bergerak keatas melewati lubang keluar, gas hasil pembakaran akan keluar (EXHAUST) dan pukulan yang lebih banyak.
karena hammer masih terdorong keatas menyebabkan udara luar dari luar masuk tersedot
kedalam silinder untuk pembakaran selanjutnya (SCAVENGING).
Bounce
chamber
TRIPPING FUEL COMPRESSION EXPLOTION EXHAUST SCAVENGING TRIPPING COMPRESSION COMPRESSION EXHAUST SCAVENGING
INJECTION IMPACT IMPACT
94
HYDRAULIC HAMMER
Ada beberapa tipe hammer hidrolik. Tetapi
semua hammer hidrolik menggunakan
sumber energi dari luar untuk mengangkat
ram hammer. Tumbukan Hammer diperoleh
dengan cara menjatuhkan ram hammer
akibat murni gaya gravitasi atau dengan
bantuan tekan dari alat hidrolik.
Sama seperti air/steam hammer, skematik
kerja hammer hidrolik ada yang single acting
dan double acting.
Ram hammer diangkat dengan alat hidrolik,
kemudian setelah pada ketinggian tertentu
dijatuhkan menumbuk striker plate/anvil dan
hammer cushion pada helm tiang pancang.
Ram hammer kemudian diangkat kembali
oleh alat hidrolik untuk pemancangan
selanjutanya.
Tinggi jatuh ram hammer dapat dikontrol
sesuai dengan kondisi pemancangan. Untuk
kondisi pemancangan tanah lunak (easy
driving) tinggi jatuh ram hammer diatur
rendah agar tegangan tarik pada tiang rendah
sedangkan untuk kondisi pemancangan tanah
keras (hard driving) ram hammer diatur
jatuh lebih tinggi.
SINGLE ACTING DOUBLE ACTING
95
lampiran : UJI BEBAN PADA TIANG PANCANG
UJI STATIK BEBAN AXIAL TEKAN
Transfer beam
Persyaratan :
Test beam
1. Tiang pancang yang diuji harus dibuat pile cap (Pile head treatment) Loaded
2. Hidrolik Jack, pompa hidrolik, dial gauge dan load cell yang digunakan sudah Hidrolik jack cell
dikalibrasi dan berfungsi dengan baik. Sambungan
tarik
3. Tumpuan beban kentledge dalam posisi stabil dan beban kentledge atau Dial gauge
reaction pile lebih besar dari rencana beban tekan maksimum.
4. Profil balok utama dan balok sekunder cukup kaku terhadap beban pengujian.
5. Balok referensi pengukuran pergerakan tiang dipasang melintang, tertanam
Tiang
pada tanah. reaksi Tiang Tiang
reaksi
uji
6. Pelaksanaan uji beban dilakukan 4 minggu setelah pemancangan agar tekanan
air dan daya dukung tanah kembali normal
7. Sesuai ASTM D1143, Uji beban dilakukan sebesar 200% dari beban rencana
dengan metode pembebanan siklik secara bertahap (cyclic maintained load).
8. Jumlah uji beban axial tekan statis diambil 1% dari total jumlah tiang dengan Tiang Tiang Tiang
maksimum 20 uji beban. reaksi uji reaksi
9. Jika jumlah uji beban tekan statis >3 , sebagian uji beban tekan statis dapat
dilakukan dengan uji beban dinamis PDA (Pile Driving Analysis) sesuai tabel
Balok
berikut : sekunder
- 4 uji beban statik = 3 uji beban statik + 1 uji PDA
- 5 uji beban statik = 3 uji beban statik + 2 uji PDA Test beam
- 6 uji beban statik = 4 uji beban statik + 2 uji PDA
- 7 uji beban statik = 4 uji beban statik + 3 uji PDA Reference Transfer
- 8 uji beban statik = 5 uji beban statik + 3 uji PDA beam beam
- 9 uji beban statik = 5 uji beban statik + 4 uji PDA dst...
10. Saat pengujian dihasilkan grafik penurunan terhadap beban uji pada pondasi,
Tiang
kemudian dievaluasi minimal dengan 3 cara, yaitu metode Chin, Mazurkiweuch reaksi Tiang
reaksi
dan Davisson.
TIANG REAKSI SISTEM
96
UJI BEBAN AXIAL TEKAN (ASTM D1143) Beban
Kentledge
Kubus beton
TAHAPAN PEMBEBANAN UJI BEBAN TEKAN
Tahap 1 (maksimum 100% dari beban rencana) :
1. Tiang diberi beban meningkat dari 0 ke 25%, 50%, 75%, dan 100% dari
beban rencana. Setiap beban mencapai tingkat tertentu, beban
berikutnya ditambahkan ketingkat selanjutnya saat penurunan Transfer beam
(settlement) tiang lebih kecil dari 0,25mm/jam atau setelah 2 jam.
Test
2. Setiap peningkatan, beban kerja dan penurunan tiang yang terjadi beam
dicatat saat waktu 1,2,4,8,15,30,60,90,120,240 menit dan setiap 2 jam Loaded
cell
dengan akurasi pengukuran minimal 0.01mm. Hidrolik
jack
3. Beban maksimum dijaga tetap konstan 100% dari beban rencana
selama 24 jam dan dikurangi dari 75%, 50%, 25% dan 0% dari beban Dial
gauge
rencana. Setiap pengurangan beban mencapai tingkat tertentu, beban
berikutnya dikurangkan ketingkat selanjutnya setelah 1 jam.
4. Saat beban 0%, pergerakan rebound akan di catat/record saat Tiang Reference
1,2,4,8,15,30,40, 60 menit dan tiap jam hingga diperoleh nilai konstan uji beam
penurunan tiang.
Tahap 2 (Quick Test, maksimum 200% dari beban rencana) : SISTEM KENTLEDGE
1. Tiang diberi beban meningkat dari 0 ke 200% dengan interval 5% dari
beban rencana. Setiap beban mencapai tingkat tertentu, beban
berikutnya ditambahkan ketingkat selanjutnya setelah 5 menit
(persyaratan min 4menit max 15menit).
2. Setiap peningkatan, beban kerja dan penurunan tiang yang terjadi Uji beban dinyatakan gagal ketika :
dicatat saat waktu 1 dan 5 menit dengan akurasi pengukuran minimal - Tiang yang diberi beban konstan bergerak turun
0.01mm. secara tiba-tiba
3. Beban dikurangi secara bertingkat dari 200% 175%, 150%, 125%, 100%, - Terlihat keruntuhan pada tiang
75%, 50%, 25% dan 0% dari beban rencana setiap 5 menit. - Terjadi penurunan sebesar 15% dari diameter tiang.
4. Saat beban 0%, pergerakan rebound akan di catat/record saat
1,2,4,8,15,30,40, 60 menit dan tiap jam hingga tidak terjadi rebound
tiang.
97
UJI BEBAN AKSIAL TARIK (ASTM D3689)
TAHAPAN PEMBEBANAN UJI BEBAN TEKAN
Loaded cell
Tahap 1 (maksimum 100% dari beban rencana) : Hidrolik jack
1. Tiang diberi beban tarik meningkat dari 0 ke 25%, 50%, 75%, dan 100% dari Test beam Sambungan tarik
beban rencana. Setiap beban mencapai tingkat tertentu, beban berikutnya
ditambahkan ketingkat selanjutnya saat pergerakan tiang lebih kecil dari Dial
gauge
0,25mm/jam atau setelah 2 jam.
2. Setiap peningkatan, beban kerja dan pergerakan tiang yang terjadi dicatat
saat waktu 1,2,4,8,15,30,60,90,120,240 menit dan setiap 2 jam dengan
akurasi pengukuran minimal 0.01mm.
3. Beban maksimum dijaga tetap konstan 100% dari beban rencana selama
24 jam dan dikurangi dari 75%, 50%, 25% dan 0% dari beban rencana. Reference
Setiap pengurangan beban mencapai tingkat tertentu, beban berikutnya Tiang beam
dikurangkan ketingkat selanjutnya setelah 1 jam. uji
4. Saat beban 0%, pergerakan akan di catat/record saat 1,2,4,8,15,30,40, 60
menit dan tiap jam hingga diperoleh nilai konstan pergerakan tiang.
Tahap 2 (Quick Test, maksimum 200% dari beban rencana) :
SISTEM KENTLEDGE
1. Tiang diberi beban tarik meningkat dari 0 ke 200% dengan interval 5% dari
beban rencana. Setiap beban mencapai tingkat tertentu, beban berikutnya
ditambahkan ketingkat selanjutnya setelah 5 menit (persyaratan min 4menit
max 15menit).
2. Setiap peningkatan, beban kerja dan pergerakan tiang yang terjadi dicatat Uji beban dinyatakan gagal ketika :
saat waktu 1 dan 5 menit dengan akurasi pengukuran minimal 0.01mm.
3. Beban dikurangi secara bertingkat dari 200% 175%, 150%, 125%, 100%, 75%, - Tiang yang diberi beban konstan bergerak naik secara
50%, 25% dan 0% dari beban rencana setiap 5 menit. tiba-tiba
4. Saat beban 0%, pergerakan akan di catat/record saat 1,2,4,8,15,30,40, 60 - Terlihat keruntuhan pada tiang
menit dan tiap jam hingga tidak terjadi pergerakan tiang. - Terjadi pergerakan ke atas sebesar 15% dari diameter tiang.
98
UJI BEBAN LATERAL (ASTM D-3966)
Loaded cell
TAHAPAN PEMBEBANAN UJI BEBAN TEKAN
Strut Dial
1. Tiang diberi beban lateral meningkat dari 0 ke 25%, 50%, 75%, 100%, gauge
125%, 150%, 170%, 180%, 190% dan 200% dari beban rencana.
2. Setiap peningkatan beban lateral tercapai, beban didiamkan dengan
durasi sesuai tahapan sebagai berikut : Hidrolik Reference
jack beam
Beban lateral Waktu tunda Beban Lateral Waktu tunda Tiang
uji
25% 10 menit 180% 20 menit
50% 10 menit 190% 20 menit SISTEM “DEAD MAN”
75% 15 menit 200% 60 menit
100% 20 menit 150% 10 menit
125% 20 menit 100% 10 menit Loaded cell
150% 20 menit 50% 10 menit
Dial
170% 20 menit 0% - gauge
3. Setiap peningkatan beban lateral, beban kerja dan pergerakan tiang yang Strut
terjadi dicatat saat waktu 1,5 dan 10 menit dengan akurasi pengukuran Hidrolik Reference
jack
minimal 0.01mm. beam
4. Uji beban dinyatakan gagal ketika tiang yang diberi beban konstan
bergerak turun secara tiba-tiba atau terlihat keruntuhan pada tiang Tiang
uji
SISTEM TIANG REAKSI
99
100
PT. WIJAYA KARYA BETON. Tbk
WIKA Tower 1, 2 - 4th Floor,
Jalan D.I Panjaitan kav. 9
Jakarta 13340
https://www.wika-beton.co.id