Khayalan
Chloe Marscha Tamsil/10 MIPA 3
Cahaya matahari mengintip dari jendela,
Hari baru telah mulai namun pekerjaan masih sama,
Lirik syair nyanyian burung di luar rumah,
Omongan orang tua di kamar sebelah seperti telah bangun lama,
Entah mengapa tak niat memulai hari seperti biasa.
Mengeluh tanpa henti,
Aku mendesah, patah hati,
Rindu hari libur menanti,
Sangat tak sabar untuk cuti,
Cuti dari pekerjaan tak selesai,
Hanya itulah yang memotivasiku di pagi hari,
Alangkah indahnya imajinasi.
Tapi itu hanya khayalan,
Amat jauh dari kenyataan,
Masih banyak tugas dan pekerjaan,
Sampai tak dapat minum makan.
Izinkanlah aku untuk liburan,
Libur di rumah sambil tiduran.
34
Motivasi yang Sirna
Erik Tierendi/10 MIPA 3
Entah kapan aku akan terus begini,
Rusak harapanku akan dunia ini,
Ingin rasanya aku kembali,
Ke masa lalu yang penuh arti.
Terpaan wabah sudah setahun lebih,
Informasi masuk sekolah kembali bagai dalih,
Rampas harapanku akan dunia,
Endapkan keinginanku akan sekolah seperti biasa.
Niat belajarku perlahan lenyap,
Dalam doaku terus berharap,
Impian sekolah kembali yang berdiri tegap.
35
Rindu yang Terpendam
Stephanie Ayleen/10 MIPA 4
Senja datang menghampiriku,
Teringat akan kehadiranmu,
Entah apa yang merasuki diriku,
Pikiranku tak pernah lepas akan sosokmu,
Hanya rindu yang terlintas dalam benakku,
Andai kautahu betapa rindunya diriku padamu,
Namun kini hanya tersisa kenangan akan dirimu,
Indahnya masa-masa saat itu kini telah berlalu,
Entah kapan hati ini dapat merelakan kepergianmu.
36
Kalbuku
Gayatri Lovel/10 MIPA 3
Gemilang bintang menyinari malam sepi,
Andaikan aku bersamamu di sini,
Yang tersisa hanya sebuah janji,
Antara aku dan kamu saat satu hati.
Tunaikan janji tentang sebuah kesetiaan,
Raih mimpi bersama untuk masa depan,
Itu yang saat itu selalu kaujanjikan,
Lalu mengapa kau tega melepaskan?
Oasis karena tangisanku telah terbentuk,
Vas yang kauberikan pun telah remuk,
Entahlah mengapa hatiku begitu tertusuk,
Lelah aku memikirkanmu, sang laki-laki busuk.
37
Modern
Verena Trisnandi/10 Bahasa
Menyesuaikan itu susah,
Orang tentu akan berubah,
Depan adalah jalan yang terbaik,
Engkaulah yang terbaru di hidupku,
Rupanya engkau hanyalah benda kecil,
Namanya elektronik sang pengubah hidup.
38
Leonita Cecilia
Leonita Cecilia/10 MIPA 3
Luluh lantak sembari detak,
Emisi sendu lahap nyeri,
Otoritas semena menggertak,
Nestapa ranum tilik delusi,
Isak tangis sayat pilu pelipur lara,
Terkapar, terkulai tak berdaya,
Asa tiada jua amerta,
Ciut tanpa kasat mata,
Elak berakhir laknat,
Cambuk berakhir hiruk,
Istiadat iringi akhirat,
Lantunan kidung sontak khusyuk .
Inilah secarik litani,
Aksara curahan sejuta nurani .
39
Tujuh Belas
Gisele Alen/10 Bahasa
Tak sedikit orang bilang,
Umur ketujuh belaslah yang paling ditunggu,
Jarum jam berdetak, waktu pelan-pelan terbang menghilang,
Ukuran tanggung jawab yang semakin banyak membelenggu,
Hanya bisa kutahan tanpa bisa berpaling.
Bisakah waktu mundur kembali?
Eranganku tentang kapan bisa jadi orang dewasa,
Lama-kelamaan membuatku menyesal dan ingin kembali,
Artinya, sekadar menangis tanpa beban seperti anak kecil saja,
Sepertinya akan lega sekali.
40
Mimpi
Alexandra Patricia Permana/10 MIPA 4
Awan putih menghiasi langit,
Laut yang berombak,
Embun pun hadir ,
Xilofon menuntunku ke dalam mimpi.
Aku merasa sendiri,
Namun engkau hadir dalam hidupku,
Dan mengubah segalanya,
Raut wajah bahagia telah kembali,
Aku ingin bersamamu.
Petang datang membayang,
Aku melihatmu dari kejauhan,
Tiada kata berhenti untuk bersyukur,
Ratusan jam aku menunggumu.
Indahnya hidup ini,
Cerita kita melukis sejarah,
Ikatan yang tak terlepas,
Aku ingin bersamamu.
Penantianku selama ini,
Engkau hadir dalam hidupku,
Rupamu selalu teringat dalam benakku,
Memelukku erat,
Adalah kesukaanmu,
Namun semua hanyalah mimpi,
Aku terbangun sadarkan diri.
41
Mimpi!
Florel Patricia Amanda Thie/10 MIPA 4
Flores dengan pantainya di waktu senja,
Lautan teduh nan biru di sekelilingnya,
Ombak putih berderai ketepian,
Rasanya sangat ingin aku ke sana.
Elang dan burung-burung terbang tinggi mencari mangsanya,
Lepas dari rumahnya mencari makan.
Pohon nyiur melambai dan
Angin yang berbisik...,
Terbayang di benakku, aku sedang duduk di tepi pantai dengan
Raut wajah tersenyum, satu kata yang terucap,
«INDAH»
Ciptaan-Mu, Tuhan,
Itulah Flores pulau tercinta,
Aman sentosa.
Aroma laut dalam hembusan angin,
Membuatku terpesona
Ahh, sungguh aku tak bisa berkata-kata...,
Nantikan aku,
Di sana, di pulau yang penuh pesona itu.
Aku sangat ingin....
42
Tiba-tiba kudengar suara di telingaku,
«Heii ! Bangun, bangun.»
Ibuku membangunkan aku,
Eh, ternyata ini semua hanya mimpi.
43
Melangkah Maju
Harta Setiadi/10 MIPA 4
Harumnya bunga di padang yang luas,
Amat sangat menenangkan hatiku,
Ragam jenis bunga-bunga hias,
Telah menyelimuti keseharianku,
Aku bahagia bisa tinggal di padang bunga yang indah.
Sedari kecil terbiasa dirawat dan dimanja,
Ego yang masih tumbuh dalam diri,
Tiada kusangka hari-hari itu tinggal kenangan,
Ideologi hidup mengalami perubahan,
Asam garam kehidupan perlahan berdatangan,
Dalam hati termotivasi untuk mengikuti arus kehidupan,
Aku pun melangkah lebih untuk melampaui arus ini.
44
Kebakaran
Dave Tanardi/10 MIPA 5
Daun-daun di pohon menari,
Angin bertiup air mengalir,
Vandal alam kabur berlari,
Ekosistem rusak dari hulu ke hilir.
Teriak pohon yang sedang terbakar,
Api semula rokok telah mekar,
Nihil hanya tersisa akar,
Asap hutan menyelimuti kota,
Rakyat semua menutup muka,
Dari rokok kecil mendatangkan bahaya,
Impresi rokok tertanam dalam pohon.
45
Jeslyn Karanita Tjandra
Jeslyn Karanita Tjandra/10 MIPA 4
Jangkar hati berpetualang,
Empat ribu tahun aku menunggu,
Salam hai engkau, manusia biasa,
Lelahkah engkau berlari tanpa tujuan,
Yang Maha Esa menuntunmu kemari,
Niscaya engkau mensyukurinya.
Ke mana perginya semangatmu itu,
Arah jalanmu yang tak menentu,
Rabi dari kota suci pun kautolak.
Angin berbisik padamu,
Nafsu melahapmu,
Idiotnya engkau menerimanya,
Yahweh oh… Yahweh,
Alangkah baiknya Engkau menolong dia.
Tusukan paku Kaualami,
Jeritanmu terdengar seluruh bumi,
Adam menangis langit meratap,
Noda dosa Kauhapuskan,
Diingat selalu seluruh hidupmu,
Raja Surgawi Yang Mahakuasa,
Agunglah nama-Mu.
46
Jeda Hidup
Valentine Edgina Chandra/10 MIPA 4
Vas bunga itu pecah lagi,
Aku tak bisa membayangkannya lagi,
Lelah sudah fisik dan batinku,
Entah sampai kapan bisa bertahan,
Nasib yang tak bisa diubah.
Tetap aku mencoba,
Ia yang kita sebut waktu,
Nampak dari sebuah kejauhan,
Engkau selalu meninggalkanku.
Entah apa yang aku pikirkan,
Diam melihat keadaan,
Gaduh akan kenyataan,
Ingin rasanya aku bebas,
Namun terkurung dalam penjara pikiran,
Andai aku adalah air yang mengalir.
Canda tawa terasa hambar,
Hanya berlalu bagaikan debu,
Akan selalu terkenang di lobus frontalku,
Nalarku sudah mulai menguap,
Dan ia tetap berlalu mengabaikanku,
Rasanya perih,
Ah, atau akukah yang selama ini mengabaikanmu....
47
Nasib Negeri yang
Disembunyikan Media
Amanda Nathania Chrestella/10 MIPA 5
Andai aku bisa menemanimu,
Melewati malam penuh asap,
Andai aku bisa memberitakan nasibmu,
Niscaya, langit pun akan meratap,
Di saat media menggelapkan mata,
Aku hanya dapat diam berdoa.
Nasibmu kian nahas!
Apa itu belas kasihan?
Tembakan tidak memandang bulu,
Hanya ada kebencian yang bersarang,
“Aku punya cita-cita, menjadi dokter.”
Nampak reruntuhan rumah tidak jauh,
Iba mendengar isak tangisnya itu,
“Anak sepuluh tahun memang bisa apa?”
Cerita manusia tidak berperikemanusiaan.
48
Aurelia Saskia
Aurelia/10 MIPA 5
Andaikan sosokmu masih ada di sisi insan ini,
Untukmu semua rintangan akan kulalui,
Resah dan sesal akan kehilanganmu,
Entah kapan rasa ini akan meredup,
Lelah letih berjalan menyusuri waktu,
Inilah hukuman yang harus kutanggung,
Agar semua ini terasa lebih baik.
Sekarang semua sudah terlambat,
Akan tetapi, mungkin suatu saat kelak,
Saat bunga sakura bermekaran dan
Kelabu langit telah sirna,
Indahnya waktu bersamamu,
Akan kujadikan kenangan di hatiku.
49
Rindu Pulang
Carmen Marvella Johanes/10 MIPA 5
Cuaca yang murung membuatku berdiam di kamar,
Akhirnya, mutiara kecil yang kutunggu datang,
Rintik hujan menari-nari di atas jendela,
Memaksaku menyusuri kenangan indah,
Empat tahun silam merayakan tahun baru dengan keluarga,
Namun kini hanya dapat menatap secarik cetakan.
Maaf, aku tidak dapat menjenguk,
Andai kudapat memelukmu,
Rasa rindu tumbuh di relung kalbu,
Volume nada dering mengisi kamar berdebu,
Energi penuh mendengar suara yang kutunggu,
Lama rasanya tidak mendengar semangatmu yang tak pernah
luntur,
Lenyaplah rasa putus asa yang selalu menyiksaku,
Anugerah terindah yang pernah kumiliki adalah kamu.
Jutaan tangisan langit sudah teduh,
Obrolan kini mengobati rasa rindu,
Hal ini membuatku bersyukur,
Atas sejuta kasih cintamu,
Negeriku, cepatlah pulih dari penyakit mematikan itu,
Entah hingga kapan badai akan berlalu,
Sampai kudapat bertemu denganmu.
50
Nostalgia
Javier Maverick Tristan/10 Bahasa
Napasku terasa segar dengan setiap hela udara kampungku,
Obat untuk hati yang terasa kosong,
Sakuku berisi permen-permen terlaku,
Tempat tidurku berawan lembut,
Anting-anting mama berkilau-kilauan,
Lihatlah, langit biru menatapku balik, jernih tanpa kabut,
Gonta-ganti lagu dengan pemutar kasetku,
Iringan lagu-lagu lamaku terdengar ke seluruh rumah,
Angin sepoi-sepoi di sore hari pun tiba.
51
Kisah Remaja
Nadine Teddy/10 Bahasa
Kisah remaja, kisah yang tidak terlupakan,
Ingin rasanya terus berada di masa-masa remaja,
Seakan dunia mengelilingi kita,
Asmara yang membara,
Hidup yang sungguh menantang,
Remaja adalah usia penuh kenangan,
Entah sampai kapan ini akan bisa kunikmati,
Masa-masa penuh kenangan,
Andai kubisa menghentikan waktu,
Jalan apapun rela kutempuh,
Arungi semua kenangan dan rasa sebelum akhirnya berakhir.
52
Edward Gerald
Edward Gerald Lesmana/10 MIPA 5
Entah mengapa aku merasa bahagia begini,
Ditatap oleh seorang putri,
Warna-warni hatiku bagaikan pelangi,
Aku melihatnya seperti melihat bidadari,
Rasanya waktu berjalan lama sekali,
Diam-diam aku sayangi.
Gaun yang dipakainya anggun dan berkilau,
Efektif sekali untuk melumpuhkan hatiku,
Rayuanmu, senyumanmu, rupamu mengisi hariku,
Aku mendengar bahasa kalbumu,
Lantangnya lidahku untuk menembakmu,
Dan akhirnya engkau menjadi milikku.
53
54
BAGIAN II
PUISI DENGAN TEKNIK
NARASI
55
Hidup yang Terus Berulang
Jennifer Aurelia C. /10 IPS 1
Hari yang sama,
kudengar semangat jam berdetak,
mataku tak mau terbuka memberontak,
aku menahan kantuk
yang berusaha membuatku terlelap kembali.
Kubangkit setengah sadar,
ah, di manakah ini,
mata menyelusuri setiap sudut ruangan,
tak salah lagi, aku masih di ruangan yang sama.
Aku terus jalan tanpa tujuan,
sampai sesuatu menusuk mataku,
sinar mentari mengintip tak sabar,
kubuka jendela membebaskan udara menerpa.
Seperti kuduga, burung itu kembali berkicau,
daun pohon itu kembali melambai,
mengapa hidupku begitu terulang-ulang,
setiap harinya seperti hari yang sama.
56
Indahnya Pelangi
Jessica Jasmine/10 IPS 1
Di siang hari,
Langit tampak sangat gelap,
Tak terasa rintik pun turun,
Mengisi kesedihan dirik.
Akhirnya, langit pun berhenti menjatuhkan air,
Kutemukan sebuah cahaya di langit,
Pelangi namanya,
Warna-warnanya sangat beragam,
Membuatnya semakin indah,
Bukankah kita juga harus seperti itu?
57
Hidup
Jonathan DK/10 IPS 1
Di suatu rumah,
Terdapat sebuah bunga.
Bunga yang sudah tua,
Mengingat dirinya saat muda.
Dirinya sudah mau punah,
Dan hilang begitu saja.
Hidup sangatlah susah,
Dan bisa pergi dengan mudah.
Itulah hidup kita.
58
Langit
Leon/10 IPS 1
Di kegelapan yang dingin,
Bintang-bintang bersinar,
Seperti pancaran dirimu.
Bulan nan indah,
Menebar pesona di kegelapan,
Pesona langit yang memikat hati,
Mengingatkan aku akan tawamu lagi,
Senyummu yang menggetarkan hati,
Mampukah langit dan bumi mempersatukan kita kembali?
59
Sendiri
Luyna Setiawan/10 IPS 1
Kududuk di atas keheningan,
Angin menyayat kesunyian,
Keceriaan seolah pudar.
Kubangkit memandang,
Kesedihan bersarang,
Hampa mendatangi,
Kegelapan merasuki.
Tanpa terasa,
Bising suara tak terdengar,
Hanya napas yang tersisa.
Oh, Tuhan,
Inikah kesendirian?
60
Teman
Nadia Andhini/10 IPS 1
Ibu rusa menangis di pelukan pohon itu,
Tangisnya terpecah,
Matanya mengucapkan selamat tinggal,
Tapi apa boleh buat, anaknya tetap mati.
Hatinya memanas saat tahu pelakunya,
Singa, temannya.
Ia kecewa, temannya ingkar janji,
Tak lagi ia percaya ke siapa pun.
Dia mungkin kaget, tapi apa boleh buat,
Suatu saat teman akan mengkhianati, bukan?
61
Sekolah Online
Natalia Jesseline/10 IPS 1
Di kamar yang terang ini,
Dengan pendingin ruangan yang menyala.
Terduduk di depan laptop,
Mengerjakan tugas yang menumpuk,
Kemudian main game,
Dan berselancar di berbagai media sosial.
Lalu makan dan tidur,
Begitu saja terus setiap hari.
Begitulah kehidupanku.
62
Dunia Damai
Nicola Aliciaz Kim/10 IPS 1
Indahnya dunia penuh dengan kebaikan,
indahnya dunia dengan kejujuran,
pergi ke mana pun tak perlu khawatir,
cukup dengan senyum hati tenang.
Banyak orang yang menginginkan dunia damai,
namun dunia hanya berperang,
iri dengki memenuhi bumi,
ingin aku doakan semoga negeriku aman.
Sungguh indah dunia dengan kebaikan,
dan kejujuran jika kita ke mana pun tak akan ada yang berbuat
jahat.
Dunia ini penuh kejahatan,
oleh sebab itu, kita hanya dapat mendoakannya ,
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
63
Harusnya Bagaimana?
Feyren Emelly Kwanzeli/10 IPS 2
Dahulu negeriku penuh dengan kebaikan,
Indahnya duniaku dengan kejujuran,
Pergi ke mana pun tak perlu khawatir,
Hati tenang dan senyum dengan baik.
Semua orang menginginkan dunia damai,
Namun dunia hanya perang,
Perang mulai memenuhi bumi,
Kini harus bagaimana?
64
Gelombang Kejut
James Leon/10 IPS 2
Wahai manusia,
Apakah engkau tidak melihat,
Banyak orang yang melayang nyawanya,
Melayang jiwanya,
Kesedihan melanda di berbagai tempat.
Wahai manusia walau virus ini berbahaya,
Marilah bersama melawan virus ini,
Marilah kita usir virus corona ini.
Sudah banyak yang menjadi korban,
Jangan hanya bungkam diam membisu,
Bangkitlah wahai manusia,
Bangkit.
65
Perpisahan
Kevin Fonda/10 IPS 2
Kepada langit malam,
Kulihat ke angkasa.
Langit yang gelap gulita ,
Disinari terang rembulan.
Ternyata kusadari,
Aku hanya sendiri.
Tanpa hadirnya dirimu lagi .
Apakah ini yang namanya perpisahan abadi?
66
Negeri Ajaib
Jollyn Felicia T. /10 IPS 2
Aku terjerembab dalam lubang,
Jatuh, jatuh, dan jatuh,
Aku terbalik dan melayang,
Sampai kehilangan jejak waktu.
Kutemukan diriku di padang rumput,
Penuh keajaiban membuka mata,
Dikelilingi oleh flora yang aneh,
Kupetik satu hanya sejumput.
Di ujung jalan kulihat sebuah pesta,
Kelinci putih dengan jam emas,
Seorang gila dengan rambut jingga,
Seekor kucing dengan senyuman nakal.
Alice, panggil mereka,
Sang penyelamat sang pemimpin,
Pembunuh naga si “merah” takdirku,
Kembalinya pemilik gelar honoris.
Tiba-tiba manusia setengah kartu muncul,
Berukuran besar dan berwarna merah,
Dengan seni bela diri yang unggul,
Menangkap kita untuk sang ratu merah.
67
Kabur untuk menemui sang ratu putih,
Dengan seekor anjing memanduku,
Putih, lemah lembut, cantik katanya,
Betapa benar ucapannya itu.
Ratu merah yang kejam dan manja,
Ratu putih yang elegan dan mencintai semua,
Satu negeri dua penguasa,
Satu negeri dua keadaan.
Perlunya keseimbangan dan kedamaian,
Kita hapuskan sang penguasa merah ini,
Ratu merah kalah telak di tanganku,
Pasukannya semua menangis tersedu-sedu.
Kepala naga terbengkalai di tanah,
Menandakan kekalahan telaknya,
Malu dan kabur si merah itu,
Membawa pergi awan gelap bersamanya.
Langit yang cerah menyinari wajahku,
Flora fauna tertawa bahagia,
Ratu putih tersenyum indah,
Berjalan kembali ke kastilnya.
Mimpi tidak pernah seindah ini,
Realita tidak pernah seaneh ini,
Kelinci putih mengajakku pulang,
Dengan pasti aku menolaknya.
68
Lubang itu bagaikan pintu takdirku,
Dan telah selesai takdirku itu,
Alice, itulah namaku,
Negeri Ajaib adalah tempatku.
69
Janji Semu
Lauwisa Dewi Sanjaya/10 IPS 2
Mentari tak lagi bersinar terang,
Senja yang sudah lama menemani,
Perlahan pergi meninggalkan,
Ingin aku bertanya kepada rembulan,
Apa engkau tahu ia di mana?
Mohon sampaikan pesan ini kepadanya,
Aku sudah mulai lelah,
Berpegang kepada kata-kata manis,
Menunggunya datang menghampiri,
Menemani jiwa yang kesepian ini.
Janji yang sudah diutarakan,
Kuharap ia tidak lupa dengannya.
70
Sahabat
Louisa/10 IPS 2
Dari jendela kulihat,
rintik hujan telah menyapa.
Suara rintik ini,
bagaikan air mataku yang
sedang keluar sedikit demi sedikit.
Kulihat dari kejauhan,
hanya bulan dan bintang yang menemani malam sepiku.
Teringat kisah kita
yang dulu sangat dekat bagaikan bulan dan bintang itu.
Sahabatku, apakah engkau baik-baik saja di sana?
71
Terperangkap
Marchiela Natasha/10 IPS 2
Malam ini sama seperti biasanya,
Aku berdiam diri di pojokan kamar,
Sedari tadi hanya bisikan dari hujan yang menemaniku,
Seolah-olah semesta tahu keadaan aku saat ini.
Indurasmi masuk memperlihatkan cahayanya,
Memberi terang ke seluruh sudut kamarku,
Tiba-tiba ponselku menyala,
Terlihat jelas mukamu terpampang di sana,
Mengembuskan napas dengan pasrah.
Mengapa hati ini hanya bersuara ketika melihatmu
Pair jantungku. Ia terus berteriak dan berdenyut seperti orang
gila,
Melupakan fakta bahwa kita hanyalah dua insan,
Yang dipertemukan oleh dunia,
Namun tak bisa berakhir bersama.
Ah, lagi-lagi aku terperangkap dalam pesonamu,
Haruskah aku mengulangi rasa sakit yang sama?
Di saat yang bersamaan engkau menyiksaku,
Engau memberi aku harapan dalam buana,
Buana yang berongsang dan jahat ini.
72
Pada akhirnya aku terseret jatuh,
Wajahmu...senyummu...sikapmu yang manis,
Satu hal kusadari, aku sudah…,
Terbelenggu oleh ikatan pesonamu.
73
74
BAGIAN III
PUISI DENGAN TEKNIK
REPETISI
75
Covid-19
Nina Florentine/10 IPS 1
Engkau datang secara tiba-tiba tanpa pemberitahuan,
Engkau bagai hujan deras yang turun tanpa henti,
Engkau membuat kami memulai dengan suatu yang baru,
Dengan datangnya engkau mengubah hidup kami menjadi abu-
abu.
Karena engkau, kami tak bisa bertemu dengan orang yang kami
sayangi,
Engkau membuat seluruh rakyat di bumi takut,
Engkau memakan banyak manusia di bumi ini,
Sampai kapan engkau akan menghantui kehidupan kami,
Hingga engkau menghilang dan bumi akan kembali berwarna.
76
Perihal Rindu
Reivina Inda Metta/10 IPS 1
Senja belum tiba,
Hari masih panjang,
Bahagia masih ingin kurasa,
Tapi mengapa waktumu telah usai?
Senja belum tiba,
Hari masih panjang,
Matamu masih ingin kutatap,
Tapi mengapa ragamu pudar?
Senja belum tiba,
Hari masih panjang,
Memelukmu masih aku ingin,
Tapi mengapa hadirmu lenyap?
Senja belum tiba,
Hari masih panjang,
Dan aku meringkuk,
Memeluk rindu dengan sendu,
Yang tak kunjung beradu.
77
Khusus untuk Kamu
Renata Kurniawan/10 IPS 1
Kamu, iya kamu….
Kamu yang sedang bersamaku,
Kamu yang selalu menemaniku,
Kamu yang selalu ada untukku.
Kamu telah mengubah diriku,
Kamu telah membinaku,
Kamu telah memberiku motivasi.
Kamu adalah superhero,
Kamu adalah belahan jiwaku,
Kamu adalah segalanya,
Terima kasih, kamu….
Air Mata Ibu
Silananda Dharma Wijaya/10 IPS 1
Aku pernah terjatuh,
Dan tujuan hilang dari pikiranku,
Dan air mata ibulah yang menguatkanku.
Langkah naik sudah terhancurkan,
Sudah tidak ada lagi tujuan,
Dan air mata ibulah
yang menguatkanku.
78
Warna dalam Hidupku
Vania/10 IPS 1
Hadirmu pencipta senyumku,
Engkau ukir kenangan manis nan indah,
Buat hari-hariku bahagia,
Hingga kupu-kupu selalu beterbangan dalam dada.
Hadirmu penyulap sedihku,
Engkau hapus perih ini satu per satu,
Tanpa jeda mencintaiku,
Hingga hati ini lupa rasanya badai.
Hadirmu adalah warna dalam hidupku,
Hingga aku tersadar,
Ternyata engkaulah jawaban,
Dari setiap doaku di sepertiga malam.
79
Waktu
Natasha Kane Lay/10 IPS 2
Waktu,
Engkau tidak akan menungguku,
Detik demi detik berlalu,
Engkau hanya terus berjalan,
Tak akan kembali lagi.
Waktu,
Kamu kadang mengecohkan,
Tanpa kusadari,
Aku menghabiskanmu.
Waktu,
Seiring bertambahnya usia,
Aku menyadari,
Bahwa hidup ini begitu singkat.
Waktu,
Walaupun begitu,
Aku berterima kasih padamu,
Atas kenangan yang kubuat…
Bersamamu dan orang-orang yang kusayangi.
80
Berhenti
Rexine Alexey Fradio/10 IPS 2
Ingin rasanya berhenti sejenak,
Meluapkan segalanya dalam keheningan,
Berlari ke sana kemari,
Tanpa merasa sepi.
Ingin rasanya berhenti sejenak,
Meninggalkan segala kesakitan,
Berlindung dalam diri,
Dan berhenti menutupi.
Ingin rasanya berhenti sejenak,
Menghindari permohonan,
Mengerti kemauan diri,
Namun enggan diketahui.
81
Kerinduan
Sheren Regina/10 IPS 2
Aku rindu sepi yang lalu,
Menyelimuti ruangan tanpa nyawa,
Tak ada yang berani,
Memecah keheningan.
Aku rindu kesunyian yang lalu,
Di balik tirai tertutup,
Hanya rintik hujan,
Yang berani bersuara.
Aku rindu damai yang lalu,
Di mana hati kosong,
Tak ada jejak maupun luka,
Yang tertinggal di dalamnya.
Aku rindu,
Ketika suara tak mampu terucap,
Hanya hening yang tersisa,
Namun engkau dan aku,
Kita mengerti.
82
Hujan
Stevina Hersa/10 IPS 2
Hujan…,
Engkaulah yang selalu menemaniku,
Di saat aku sedang sedih,
Engkau menutupi rasa sedihku.
Hujan…,
Engkaulah yang selalu menghiburku,
Di saat aku sedang terpuruk,
Tidak ada satu pun yang menghiburku selain engkau.
Hujan…,
Teruslah datang, engkaulah temanku satu-satunya,
Walau kadang membuat masyarakat kesusahan,
Tapi terima kasih telah menemaniku.
83