The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Rumah Jl Wiranatakusumah - Anugrah Cagar Budaya

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by svetluse, 2021-12-07 06:49:27

Rumah Jl Wiranatakusumah

Rumah Jl Wiranatakusumah - Anugrah Cagar Budaya

Rumah Jl. Wiranatakusumah No.146

Paribatra merupakan putra ke-33 dari raja Chulalongkorn (Rama V). Banyak
jabatan penting yang dipegang oleh Paribatra, di antaranya adalah Menteri
Angkatan Laut dan Angkatan Darat, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pertahanan,
dan menjadi penasihat raja pada masa Rama VI (Vajiravudh) dan Rama VII
(Prajadiphok).

Pada tahun 1932 terjadi revolusi di Siam yang diawali dengan kudeta militer
dengan tujuan menggulingkan Raja Prajadiphok dan mengganti bentuk kerajaan
absolut menjadi kerajaan konstitusional. Saat terjadi pemberontakan militer, Rama
VII tengah berada di London, tampuk pemerintahan dipegang oleh Paribatra.
Setelah digulingkan, Rama VII diasingkan ke London sedangkan Paribatra
diasingkan ke Bandung.

Paribatra diasingkan bersama kedua orang istrinya dan beberapa pembantu
setianya. Salah satu dayang yang ikut dalam rombongan Paribatra ke
pembuangannya di Bandung adalah Kraba Nilawongse yang saat itu berusia 14
tahun. Pangeran Paribatra meninggal dunia di Bandung pada tahun 1944 dan
beberapa tahun kemudian berangsur-angsur keluarganya kembali ke Thailand.
Kraba Nilawongse yang telah diberi kuasa untuk menempati bangunan Dahapati
memutuskan untuk tetap tinggal di Bandung. Ia kemudian menikah dengan
seorang pria pribumi dan memiliki empat orang anak. Salah satu putrinya menikah
dengan Pak Toni, lulusan Seni Rupa ITB 1973.

Untuk menambah penghasilan pada sekitar tahun 1976 keluarga Kraba
Nilawongse membuka rumah makan yang menempati paviliun bagian kanan dari
bangunan utama. Awalnya menu yang ditawarkan adalah ayam goreng baru
kemudian ditambah dengan menu sop buntut. Pada tahun 2009, rumah makan
Dapur Dahapati menggunakan tempat di bangunan utama. Kini Dapur Dahapati
telah membuka cabang di beberapa tempat dan dikelola oleh Olivia, keponakan
Pak Toni atau cucu dari Kraba Nilawongse.

Akhir tahun 1970-an barang-barang peninggalan Pangeran Paribatra dibawa
ke Thailand dan ditempatkan di bekas kediamannya di istana Bang Khun Phrom dan
Suan Pakkad yang kini difungsikan sebagai museum. Barang peninggalan
Pangeran Paribatra di Dahapati hanya menyisakan sebuah meja makan yang kini
ditempatkan di ruang tengah.

Tanah dan bangunan Dahapati masih tercatat sebagai properti kerajaan
Thailand. Sedangkan keluarga Kraba Nilawongse hanya diberi kuasa untuk tinggal
di lahan Dahapati. Dua bangunan lainnya telah dijual ke pihak lain oleh anak dari
Pangeran Paribatra. Meskipun statusnya sebagai properti kerajaan Thailand, tidak
ada bantuan secara keuangan untuk berbagai keperluan Dahapati. Setiap Duta
Besar Kerajaan Thailand untuk Republik Indonesia selalu menyempatkan datang
berkunjung ke bangunan Dahapati.17

Informasi mengenai arsitek kompleks rumah Dahapati kami dapatkan dari
Majalah Mooi Bandoeng edisi 2 Agustus 1937, yang menyebutkan nama arsitek

C.H. Lugten sebagai perancang rumah-rumah besar di sepanjang
Nijlandweg (Jl. Cipaganti). Artikel ini secara khusus membahas kesan-kesan
Pangeran Paribatra yang sedang menjalani pengasingannya di Bandung.18 Oleh
karena itu kabar burung yang selama ini terdengar, bahwa kompleks rumah
Dahapati adalah rancangan Wolff Schoemaker, perlu dikoreksi.

Alih fungsi dilakukan dari rumah tinggal (rumah/istana Pangeran Thailand,
saat masa pembuangan) menjadi rumah makan. Bangunan ini adalah salah satu dari
3 (tiga) bangunan yang dimiliki oleh Pangeran Thailand di Bandung, Secara umum
bangunan sebagian besar masih terlihat asli. Beberapa penambahan bagian
bangunan terdapat di daerah belakang (area service) dan garasi. Pada bangunan
utama ada sedikit modifikasi akses sirkulasi yang tadinya dari koridor, menjadi dari
pintuh tengah (pintu teras) dikarenakan akses yang lebih baik untuk fungsi rumah
makan. Rumah dirawat dan dipertahankan oleh keluarga pelayan pangeran Thailand
karena menyadari bahwa bangunan adalah milik Pangeran Thailand dan bukan milik
pribadi penghuni saat ini.

Bangunan dirancang dalam tipe Bungalow, dengan karakter Tropische
Indische, dan bersama tiga bangunan lainya di masa lalu membentuk penattan
lansekap landhuizen. Kini ketiganya sudah tersekat masing-masingnya. Namun
demikian Bangunan ini memiliki signifikansi tinggi karena nilai historisnya bagi warga
Bandung, dan Asia Tenggara. Bangunan ini memiliki jejak penataan ruangnya,
dengan ruang yang berporos pada ruang linier dari pintu luar ke pekarangan dalam.
Dari ruang linier ini percabangan kea rah ruang-ruang dalam terjadi. Seperti halnya
kebanyakan landhuizen, bangunan ini memiliki annex di bagian belakang tempat
fungsi pendukung diletakaan. Annex ini masih mempertahankan bentuk lama.
Ornamen geometri masih kuat dipertahankan pada kepala kolom, elemen horizontal
dinding dan atap, dipertegas dengan penggunaan warna yang kian memperjelas
komposisi tersebut. Pemilik sekaligus pengelola juga mempertahankan nama
bangunan, Dahapati.

Beberapa perubahan yang terdapat di bangunan ini di antaranya:

1. Kaca patri diganti dengan kaca biasa.
2. Dinding dilapisi wallpaper.
3. Penambahan bangunan dua lantai di sisi kanan taman belakang yang

difungsikan sebagai tempat tinggal.
4. Penambahan bangunan untuk gudang di sisi kiri taman belakang.
5. Paviliun di sisi kiri rumah utama sudah menjadi bangunan dua lantai.

17 Sebagian besar informasi berdasarkan wawancara di lokasi dengan Pak Toni dan keponakannya, Olivia,
tanggal 18 November 2021.
18 Majalah “Mooi Bandoeng” 2 Agustus 1937.


Click to View FlipBook Version