The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Misteri Pembunuhan-Jessen Christian Buntoro (XII IPA 2) - 2022

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by KT6KK Digital Library, 2022-05-16 20:06:36

Misteri Pembunuhan-Jessen Christian Buntoro (XII IPA 2) - 2022

Misteri Pembunuhan-Jessen Christian Buntoro (XII IPA 2) - 2022

MISTERI PEMBUNUHAN

Jessen Christian Buntoro

Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi
buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit

Kata Pengantar

Segala Puji hanya tercurahkan kepada Tuhan kita Yesus Kristus yang telah
menganugerahkan begitu banyak berkat sehingga penulis dapat menyelesaikan
novel ini secara maksimal dan optimal. Salam sehat semoga senantiasa
tersampaikan ke kita. Semoga kita bisa selalu bersyukur atas berkat yang Dia
berikan kepada kita semua

Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua rekan dan teman
yang sudah memberikan kontribusi dan motivasi dalam menyelesaikan novel ini.
Berkat bantuan tersebut dan dorongan, penulis dapat menyelesaikan novel ini
secara lancar dan optimal.

Akhir kata, penulis berharap novel ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pembaca, khusunya dalam masalah persahabatan dan hubungan
pertemanan di masa sekarang.

Bandar Lampung, 12 November 2021

Tidak semua teman pantas diberi kesempatan yang sama kembali, untuk kedua
kalinya. Selagi memang masih dimiliki, jaga sebaik-baiknya. Sebab kamu tidak
tahu berapa banyak di luar sana yang berharap untuk memiliki kesempatan yang

sama seperti kamu sekarang.

“Jessen Christian Buntoro”

Pada suatu hari di kampung Melayu kecamatan Pondok desa Sulaiman diceritakan
tinggalah seorang anak bernama Tino. Tino adalah anak dari bapak Surman yang
mana usia nya masih sangat dini sekitar 5 tahun. Tino merupakan cucu dari kakek
Lisu yang mana dahulunya semasa dia bekerja, dia bekerja di perusahaan swasta
terbesar di bagian perbankan yaitu Bank Central Asia di kantor cabang utama.
Tino tidak punya adik atau kakak yang merupakan seorang anak tunggal di
keluarganya. Bisa dikatakan bahwa kedua orang tuanya sangat sayang kepada
Tino karena setelah pernikahan kedua orang tuanya, mereka susah untuk memiliki
anak. Butuh waktu sekitar 5 tahun sampai kedua orang tuanya yang bernama
Surman dan Susi memiliki anak. Sejak kecil Tino selalu dititipkan oleh kedua
orang tuanya di rumah kakek dan nenek nya karena kedua orang tuanya yang
menjadi kepala perusahaan di PT. Unilever Indonesia dan PT. Astra Internasional.
Namun karena kedua kakek dan nenek nya dalam usia lanjut, ibu Tino merasa
bahwa dia harus berhenti bekerja saat Tino berumur 8 tahun untuk mengurus
semua keperluan Tino di rumah dan di sekolah. Setelah keluar dari PT. Astra
Internasional, ibu Tino memilih untuk berjualan kue demi membantu finansial
keluarga kecilnya itu dan sejak kecil pun ibu Tino sangat suka membuat kue.
Alasan keduanya adalah karena ia merasa bahwa ia juga harus menjadi super
mama yang mana bisa membantu suaminya untuk mencari nafkah. Ibu Tino
adalah seorang sosok yang pemberani dan kuat menghadapi segala sesuatunya
sendiri.

Setiap pagi Tino diajarkan ibunya untuk mandiri seperti membersihkan tempat
tidurnya sendiri dan ibu Tino selalu membuat sarapan untuk Tino dan ayah Tino.
Setelah membuat sarapan, ibu Tino mengantar Tino ke sekolah pada pukul 7 pagi,
lalu menjemput Tino pada pukul 12 siang. Setelah pulang sekolah Tino selalu
pergi ke pasar bersama ibunya untuk membeli bahan untuk membuat kue, setelah
itu pulang ke rumah untuk membantu ibunya membuat kue. Lalu jam 4 sore
menjadi jam yang paling disukai oleh Tino karena Tino bisa keluar dari rumah
dan pergi bermain bersama dengan sahabatnya di lapangan.

Perkenalkan…

Kedua teman Tino yang sudah menemani Tino sejak kecil. Budi dan Hasim, Budi
merupakan anak dari bapak Sukirman dan anak dari ibu Suni. Budi adalah orang
yang sedikit keras namun sangat tegas, satu hal yang menjadi persamaan antara
Tino dan Budi, mereka sama-sama memiliki jiwa kepemimpinan dan
nasionalisme yang tinggi. Tidak bisa dibayangkan saat mereka duduk di bangku
SMP mereka berdua menjadi pemimpin paling tinggi di sekolah. Mereka menjadi
ketua dan wakil ketua osis di sekolahnya. Tino menjadi ketua dikarenakan waktu
itu Tino lebih dulu terjun ke dunia osis. Berbeda dengan Hasim, Hasim lebih
memiliki sifat pendiam dan Hasim bisa dikategorikan sebagai orang yang
introvert. Di sekolah Hasim hanya memiliki dua teman yaitu Tino dan Budi,
namun introvert tidak menjadi halangan untuk Budi dan Tino untuk berteman
dengan si pendiam. Usut punya usut hal yang membuat mereka sangat dekat

antara satu sama lain adalah karena mereka satu sekolah saat mereka duduk di
kursi sekolah dasar.

Mereka sudah bersahabat sejak mereka duduk di kursi sekolah dasar dasar BPK
PENABUR. Mereka sendiri berumur 21 tahun sekarang, jadi tidak bisa bayangkan
berapa tahun lamanya mereka telah berteman sampai menjadi sahabat yang sejati.
Banyak hal sulit dan pertengkaran yang dilewati tetapi mereka terus dan ingin
belajar bagaimana agar hal buruk yang sudah terjadi tidak terulang dua kali.

Bagi mereka bertiga, bisa bermain bersama merupakan hal yang sangat
menyenangkan, berbagi tawa bersama, dan menghabiskan waktu bersama. untuk
mereka, bermain merupakan hal yang tidak bisa dibayar dengan apapun.
Terkadang saking asiknya mereka bermain, mereka bermain sampai larut malam
dan lupa jika harus pulang ke rumah.

Ayah Tino adalah seorang petani, ayahnya bernama Tomi yang sudah menggeluti
pekerjaan sekaligus hobi nya menjadi petani sejak umur 10 tahun. Tomi selalu
mengajarkan kepada Tino hal yang baik dan bagaimana caranya meneruskan
tradisi pekerjaan yang sudah ada sejak kakek Tino. Saat liburan sekolah dimulai
Tino selalu ikut bersama ayahnya ke sawah untuk membajak sawah dan menanam
padi. Berbeda halnya dengan ayah Budi, ayah budi bernama Budo yang mana

adalah seorang pesepakbola. Karirnya cemerlang bak bunga di padang, ayahnya
pun serring bermain dengan pemain professional sepakbola seperti Lionel Messi.
Namun, apa boleh buat diumur 36 tahun ayahnya bertepatan dengan kontraknhya
yang sudah diujung tanduk dan ayahnya pun sudah merasa tak kuat lagi untuk lari
mengelilingi lapangan dan akhirnya harus rela menggantung sepatu gerigi
kesayangannya itu. Di sisi lain ayahnya Hasim lahir dari keluarga kaya dan
pemilik dari perkebunan dimana tempat ayah Tino bekerja. Ayah Hasim bersifat
sangat baik dan selalu memberi bonus jika ada penghasilan lebih dari kebun saat
masa panen tiba. Usut punya usut dahulunya ayah mereka bertiga adalah partner
kerjasama di perushaan Unilever Indonesia, namun akibat krisis 2008 mereka
terkena phk dari Unilever sehingga mengakibatkan mereka menjalani usaha dan
pekerjaan yang mereka sukai. Mereka sudah melalui segala hambatan dan sudah
mencoba berbagai macam pekerjaan tetapi hanya petani, pesepakbola, dan pemilik
kebun lah pekerjaan yang cocok bagi mereka. Seiring berjalannya waktu anak-
anak mereka selalu membantu ayahnya dan di masa liburan mereka selalu
membajak sawah, bermain gundu, bermain bola bekel dan macam-macam lagi.

Namun apa boleh buat takdir berkata lain, satu per satu ayah mereka meninggal.
Dimulai dari ayah Hasim karena terkena penyakit diabetes saat Hasim masih
berumur sembilan tahun. Ayah Hasim memang sudah divonis terkena diabetes
berat saat Hasim berumur lima tahun tetapi ayahnya susah untuk mengontrol
makanan yang dimakan olehnya. Saat mendengar ayah Hasim mendengar kedua

ayah Tino dan Budi langsung pergi ke rumahnya untuk membantu segala urusan
yang ada di rumah Hasim seperti ibadah pelepasan jenazah, kata sambutan, dan
lain lain. Saat ayah Hasim meninggal semua merasa sedih tetapi tak perlu waktu
yang lama musibah pun datang kepada keluarga Budi yang mana dia harus
kehilangan sosok ayah satu-satunya di muka bumi ini. Disusul dengan ayah Budi
yang meninggal di umur 40 tahun yang diakibatkan terkena serangan jantung
setelah olahraga lari di stadion, sama seperti saat ayah Hasim meninggal, ayah
Tino langsung bergegas ke rumah Budi untuk membantu mereka tetapi ayah Tino.
Tino langsung bergegas ke rumah Budi untuk membantu mereka, tetapi ayah Tino
merasakan ada yang janggal. Beliau sudah kehilangan kedua temannya namun,
ayah Tino adalah sosok yang kuat dan dia sudah merelakan, dan menganggap
meninggal adalah hal yang terbaik bagi kedua temannya. Setelah kehilangan
kedua temannya ayah Tino menjadi stress karena tidak ada lagi baginya teman
cerita dan teman untuk curhat, saat dia bekerja pikirannya selalu terganggu karena
kerinduannya bercanda gura dan bersenang – senang dengan kedua temannya,
akhirnya karena pikiran ayah Tino terganggu ia tidak melihat bahwa ada ular di
sawah dan dia pun meninggal pada umur 50 tahun akibat terpatok ular disawah
yang mengeluarkan bisa.

Setelah semua ayah mereka semua meninggal, mereka terpaksa tinggal berdua
dengan ibu mereka masing-masing namun mereka yakin bahwa mereka akan
sukses sama seperti ayah mereka. Usut punya usut ternyata ibu mereka pun

bersahabat dengan sangat akrab, mereka sering bertemu di pasar. Ketiga ibu
mereka yaitu Susi, Suni, dan Sumi pun sudah bersahabat dari sekolah dasar sama
seperti mereka.

Susi “Jeng, ga nyangka ya anak anak sudah gede semua”
Sumi “Iyaa jeng kita makin tua ni haha”
Suni “Yang penting kan tetep disayang suami jeng hehehe”
Susi “Benar tu jeng itu yang paling penting”

Anak dari Susi, Sumi, dan suni adalah Tino, Budi, dan Hasim. Kedekatan mereka
sampai memiliki julukan yaitu tiga serangkai. Singkat cerita akhirnya mereka
semua sudah lulus dari jenjang sekolah dan mereka masuk dunia perkuliahan.
Tino sendiri kuliah di Pademangan dan dia berhasil menyabet gelar mahasiswa
terbaik dan juga berhasil menjadi ketua organisasi terbesar di kampus dan dia
adalah orang yang paling rajin diantara mereka bertiga. Budi masuk ke universitas
yang sangat ia minati sejak kecil dan Budi sangat senang karena Budi bisa masuk
ke universitas Podomoro dengan jalur beasiswa. Berbeda dengan Hasim, Hasim
pergi ke universitas negri yaitu universitas Indonesia dan mengambil jurusan
sastra.

Saat kecil mereka memiliki hobi yang sama tapi apa boleh buat ketika sudah
beranjak remaja mereka memiliki hobi yang berbeda beda sesuai dengan karakter
dirinya sendiri contohnya seperti Tino, Tino memiliki hobi yang serupa dengan
Budi yaitu bermain music dan bermain golf. Budi adalah orang yang diam tetapi
sekali ngomong terasa sangat menyakiti karena dengan gaya bicara nya yang
sangat tegas dan apa adanya. Tetapi Hasim merasa bahwa music bukanlah hobi
yang bisa melepaskan amarahnya dan membuatnya senang oleh karena itu
akhirnya Hasim memiliki hobi yang berbeda dengan kedua temannya. Hasim
adalah orang yang sangat keras tetapi keras dalam artian ketika sesuatu yang
menurutnya tidak benar maka ia akan menolak itu dan dia memiliki hobi yang
beradrenalin tinggi contohnya seperti tinju dan sepeda gunung. Tetapi Hasim
memiliki penyakit dalam yang sudah berada di dalam tubuhnya selama kurang
lebih dari umur tiga tahun dan mengetahui hal ini, hal yang tidak boleh
disepelekan oleh temannya karena Hasim penderita jantung bocor, jadi terkadang
ketika bermain lari-larian Hasim suka kelelahan dan mencari tempat duduk
sesegera mungkin.

Tino memiliki seorang pacar yang bernama Dini. Dini memiliki wajah yang
cantik nan rupawan sangat cocok dengan Tino yang terlihat keren dan rupawan.
Suatu hari Tino, Dini, Hasim, dan Budi pergi bersama ke café yang sangat
terkenal tetapi memiliki harga yang fantastis yang berada sekitar 5 kilometer

jauhnya dari desa sulaiman. Mereka pergi ke café yang cukup mahal bernama Del
Mor.

Sesampainya disana mereka menikmati waktu bersama dengan bermain game dan
canda gurau yang dilontarkan. Tak terasa 3-4 jam sudah dilalui bersama dan
rasanya tiba-tiba sudah petang dan mengharuskan semuanya untuk pulang.
Akhirnya Tino berpamitan dengan kedua temannya untuk pulang mengantarkan
Dini yang rumahnya berdekatan dengan Tino dan di café Del Mor hanya tersisa
Budi dan Hasim yang belum pulang karena makanan yang mereka pesan belum
habis.

Keesokan harinya Hasim memiliki waktu kosong lalu dia memulai obrolan chat di
grup.

Hasim “Yuk pergi! Bosen ni dirumah sendirian soalnya mak lagi pegi mau
main ps juga bosen mau main bola apalagi dan juga gada kerjaan aku dirumah “

Tetapi tidak ada yang menjawab lalu dengan inisiatif dia menelfon Tino dan Budi
untuk ke café Del Mor tetapi Budi menolaknya karena ia sedang sibuk
mengerjakan tugas kuliah dan sudah ada janji dengan Dona pacarnya di sore hari
untuk makan malam bersama. Lalu Tino menjawab nya dan Tino ingin pergi
dengan Hasim berdua saja dan akhirnya mereka pergi berdua ke café Del Mor.

Suatu hari Hasim sangat ingin pergi bersama temannya ke gunung Bromo tetapi
apa boleh buat kedua temannya menolak karena mengikuti organisasi besar di
kampus dan menjabat sebagai ketua. Organisasi yang diikuti Budi dan Tino
bernama BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa). Hasim pantang menyerah di
keesokan harinya dia mengajak kembali kedua temannya untuk bisa pergi hiking
ke gunung Bromo pada tanggal 10 November. Lagi dan lagi Tino menolaknya
karena ada rapat besar bersama para rektor dan para dosen. Melihat tidak ada yang
menemani Hasim Budi akhirnya membatalkan semua aktivitas nya di tanggal 10
November untuk bisa hiking bersama Hasim. Saat tanggal 10 mereka pergi
bersama menggunakan motor untuk ke kaki gunung Bromo dan pada malam
harinya Tino menanyakan di grup.

Tino “Wuih kayaknya seru nih ada yang baru balik dari hiking Bromo”

Budi “Wah seruu lahh Tin, kamu salah sendiri gamau ikut”

Tino “Kan aku sudah bilang aku ada rapat jika aku tidak ada rapat aku pun
pengen bisa ke Bromo”

Budi “Gapapa Tin lain waktu aja kita hiking lagi ya sama Hasim”

Tino “Oh iya ngomong-ngomong mana si Hasim kok tumben ga bersuara
sama sekali biasanya dia paling bawel padahal tadi dia sedang aktif”

Budi “Mungkin dia sudah tidur Tin karena dia kelelahan tadi abis naik ke
puncak gunung Bromo”

Tino “Oalah baik baik kalo begitu selamat istirahat yaa jangan lupa kalian
berdoa “

Budi “Baikk Tin pasti kami ga lupa kok “

Setelah mereka saling berbincang satu sama lain di grup hati Tino merasa aman
karena kedua temannya bisa pulang dengan selamat dari atas puncak gunung
Bromo. Satu minggu sudah dilalui oleh mereka dan di hari senin Tino kembali
chat di grup tetapi tidak ada satu pun yang menjawab lalu Tino menelfon kedua
temannya untuk pergi ke café Del Mor. Dan mereka sepakat untuk pergi ke café
Del Mor pada jam 11 siang pada tanggal 15 November. Dan akhirnya Budi dan
Tino sampai di café Del Mor terlebih dahulu dibanding Hasim.

Tino “Bud kamu coba telfon si Hasim kok dari tadi aku telfon tapi ga
gabisa ya? Terus dari tadi coba ditelfon cuma calling tapi ga terhubung padahal
pulsa aku ada kok”

Budi “Tin, Hasim sudah meninggal. Dia meninggal akibat serangan
jantung dan jasadnya sudah dibawa ke rumah nya untuk dibersihkan.”

Tino “hah? yang benar saja Bud? Hasim teman kita sejak kecil kan? Kok
dia bisa meninggal? Kenapa dia ninggalin kita secepat itu Bud “

Budi “Ya mungkin Tuhan tau nasib yang terbaik untuknya dan kemarin
pun saat hiking dia terlihat lelah sekali Tin “

Tino “Ya ampun saya sedih mendengar kabar ini karena sebelum dia
hiking saya masih bercanda dengan dia. “

Budi “Jangan sedih lagi Tin, saya juga kangen banget sama dia Cuma
gimana lah kita ga bisa berbuat apa-apa. “

Tino “Iya Bud aku juga bingung sekarang harus ngapain dan juga sudah
malem nih, kita pulang yuk?”

Budi “Mari kita pulang Tin “
Tino “Yuk-yuk hati-hati di jalan ya Bud “

Setelah pulang dari café Del Mor, Tino masih heran dan tidak percaya karena
Hasim sudah meninggal dan tidak meninggalkan pesan apapun di grup. Lalu
sesampainya Tino dirumah, Tino melihat ibunya sedang membersihkan sayur dan
Tino langsung menanyakan hal tentag Hasim ke ibunya

Tino “Bu, tau kabar Hasim ga? Hal buruk terjadi kepada dia dan
keluarganya bu”

Ibu Tino “Gatau nak, memang nya ada apa? Kok kamu sampai berkeringat
gitu sih kayak orang yang sangat ketakutan “

Tino “Hasim bu! Hasim meninggal bu! Dia meninggal kemarin saat dia
hiking bersama Budi ke gunung Bromo bu “

Ibu Tino “Yaampun?! Yang benar kamu Tin masa dia meninggal se muda
itu? Yaampun nak ibu tidak tega melihatnya “

Tino “Iya bu bahkan Tino sendiri juga kaget mendengar hal itu tapi mau
bagaimana lagi bu nasi sudah menjadi bubur yang bisa kita lakukan sekarang
adalah menatap masa depan “

Ibu Tino “Kamu benar Tin kalo begitu kita doakan Hasim ya agar semua
kesalahan Hasim bisa dimaafkan dan juga kita doakan yang terbaik untuk ibunya
yang masih hidup “

Tino “Baik bu “

Mendengar kabar yang tidak mengenakan itu Tino dan ibunya langsung bergegas
pergi. Tanpa basa-basi Tino dan ibunya langsung pergi ke rumahnya Hasim untuk
menemui ibunya dan mencari fakta nya dan sebenarnya apa yang telah terjadi ke
putra sulung nya itu

Tino “Selamat sore ibunya Hasim, ini aku Tino sahabatnya Hasim bu
boleh aku dan ibu aku masuk?”

Ibu Hasim “Tin gawat Tin, Hasim sudah meninggal dan ibu bingung harus
berbuat apa sekarang?”

Tino “Iya bu yang sabar ya, saya mendengar kabar dari Budi barusan bu.
Saya turut bela sungkawa ya bu mendengar hal ini”

Ibu Hasim “Benar Tin Hasim telah meninggal ibu sangat sedih karena ibu
pingsan saat ibadah pelepasan jenazahnya dan sampai sekarang pun ibu masih
sedih melihat kepergian Hasim yang masih terlalu muda. Tolong ibu Tin ibu
bingung sekarang harus gimana”

Ibu Tino “Sabar ya jeng saya ngerti kok apa yang jeng rasain tapi cobalah
untuk ikhlas ya jeng karena Hasim sudah bahagia disana jeng “

Ibu Hasim “Iya jeng makasih ya untuk Tino juga sudah repot-repot kesini
mau samperin saya “

Tino “Gapapa kok bu saya juga senang bisa menghibur ibu disini yang
penting ibu jangan sedih lagi ya “

Ibu Hasim “Iya Tin tapi ibu heran saat dikabari ibu Budi katanya Hasim
meninggal karena serangan jantung tapi ibu sangat mengenal Hasim.”

Tino “Mengenal? Maksudnya dalam konteks yang bagaimana nih bu Tino
ga mengerti yang ibu maksud.”

Ibu Hasim “Iya Tin, kamu juga tau kan kalo si Hasim itu selalu tau
seberapa kuat fisiknya dan dia pun sering olahraga jadi dia psati tau seberapa kuat
fisik dia.”

Tino “Benar sih bu, kalo dulu saat kamu sekolah dasar kalo misalnya
Hasim lelah dia langsung car bangku bu untuk dia istirahat dan duduk. “

Ibu Hasim “Nah benar kan Tin ibu juga tau banget kalo dia tu ibaratnya
sudah badan atlit lah jadi dia ngerti gitu porsian nya. “

Tino “Betul bu, lalu apa yang harus Tino lakukan sekarang? “

Ibu Hasim “Sejujurnya ibu kesepian sih Tin, kamu kesini bawa ibu kamu
untuk temenin ibu disini ya? “

Tino “Benar banget bu dan juga malem ini ibu Tino mau nemenin ibu di
rumah biar ibu ga sendirian, ibu mau? “

Ibu Hasim “Wah boleh tuh jeng, ngomong-omong makasih banyak ya
kalian sudah datang kesini. “

Tino “Sama – sama jeng kan kita juga sudah dari kecil temenan seperti
anak-anak kita “

Tino “Kalo begitu Tino pamit dulu ya bu karena sudah larut malam juga
ga baik pulang terlalu malam”

Ibu Hasim dan Ibu Tino “Iya nak silahkan, hati-hati di jalan ya “

Tiga hari berikutnya Tino memutuskan untuk mengajak teman-temannya dan
pacarnya untuk bisa bersama pergi ke café Del Mor. Karena merasa sepi akhirnya
Budi mengajak pacarnya juga untuk bisa temani ia ke café. Sesampainya mereka
ber empat di café Tino memulai obrolan

Tino “Halo apa kabar kalian semua? Semoga semuanya baik ya terkhusus
juga untuk kalian Budi dan Dona “

Budi “Yap terima kasih Tin ngomong-ngomong tumben amat ngajak
kesini mau ngapain ya? “

Tino “Engga disini mau nyantai aja sekalian ngobrol-ngobrol santai aja
sekalian nunggu malem biar asik “

Budi “Oke Tin sama sih bosen juga dirumah jadi keluar masih oke la cari
angin segar “

Tino “Bud, mau nanya lagi nih tentang Hasim, kata kamu dia serangan
jantung memang dia lupa untuk istirahat ya?”

Budi “Loh kamu tuh apa sih Tin kok kesannya kayak ga percaya kalo dia
kena serangan jantung sampai nanya dia istirahat apa engga “

Tino “Ya aku masih penasaran aja sih soalnya kan kita sudah sering main
sama dia dan dia orang nya paling teliti gitu loh tentang kesehatan diri dia jadi
seakan gamungkin kalo dia lupa diri “

Budi “Aku gatau Tin yang jelas memang begitu keadaan nya kamu jangan
tanya aku terus dong “

Tino “Yasudah maaf ya kalo nanya begitu ke kamu”
Budi “Ya Tin “

Satu minggu telah berlalu dan setelah pertemuan di rumah Hasim akhirnya Tino
pergi ke rumah Budi untuk menanyakan hal tentang Hasim. Sesampainya dirumah
Budi, rumah Budi kosong dan tidak ada orang lalu lewatlah tetangga Budi dan ibu
Tino langsung menanyakan kemana perginya Budi dan ibunya. Lalu tetangganya
menjawab bahwa Budi lagi pergi ke sawahnya Hasim untuk mencari ular bersama
ibunya. Mendengar hal itu Tino dan ibunya langsung bergegas ke sawah untuk
menemui Budi dan ibunya. Sesampainya di sawah Tino dan ibunya menanyakan
tentang Hasim.

Tino “Oi Bud, lagi sibuk ga bro? “
Budi “Engga nih lagi kerjain ini aja emang kenapa? “
Tino “Iya pengen tau aja sih pas kalian ke Bromo gimana kayak rute nya
kemana terus kemana lagi gitu-gitu lah “

Budi “Ya kayak biasa aja Tin “

Tino “Loh kan aku nanya baik-baik dan juga pelan-pelan “

Budi “Yasudah memang biasa aja aku juga biasa gada yang ngegas kok
kamu aja yang sensi.”

Tino “Gimana sensi sih? Kan cuma nanya tapi kamunya gamau jawab
dengan benar”

Budi “Yaa jadi kemarin tu ke cumblung dulu pertama-tama terus naik tu 2
kilometer ke atas bukit lalu turun lagi, setelah itu naik ke kloro dulu sekitar 45
menit dan yang terakhir baru ke Bromo sekitar 1 jam “

Tino “Oalah terus saat yang ke cumblung dan kloro si Hasim kelelahan ga
atau dia biasa aja? “

Budi “Ya biasa aja sih “

Tino “Bud, kok aku liat kamu ga berani natap aku sih kayak orang gugup
gitu? Kayak ada yang kamu tutup-tutupin dari aku”

Budi “Engga Tin gada kok, kamu sudah beres belum nanya nya? Kalo
sudah aku mau kerja lagi nanti mau bantuin ibu masak “

Tino “LOH! Ibu kamu suka ngajarin kamu ngegas di depan orang dan
diemin orang ya? “

Budi “loh?! Kok kamu yang ngegas sekarang? Maksud kamu tu apa
datang ke rumah orang tapi marah “

Tino “Ya siapa suruh kamu ditanya kayak mau jawab kayak engga “

Budi “Gabisa liat apa? Orang lagi sibuk nih kalo tanya yang ga penting
gausah nanya!”

Tino “Terserah kamu Bud, aku saranin sopan sedikit lain kali sama orang
dari pada nanti kamu dimarahin sama orang lain kalo gaya bicara kamu seperti
itu”

Budi “Yasudah masih ada yang mau ditanya ga? “

Tino” Ga ada sih cukup itu doang, yasudah kalo gitu aku pamit ya pengen
sekalian cari angin aja aku keluar “

Budi “Yasudah, emang aku kurang sopan Tin? Aku ngerasa aku sudah
sopan tuh ke kamu. “

Tino “Kata-kata mu dan emosi mu itu yang bikin kamu ga sopan kek
kamu seolah-olah ngegas terus ke aku dan aku gasuka

Budi “Yasudah maaf ya Tin. “

Tino “Yasudah aku mau pulang dulu Bud. “

Budi “Yasudah oke “

Bulan depannya Tino mengajak Budi untuk meminta maaf atas kekasaran
perkataan dan perbuatan yang kasar di depan Budi pada saat mereka bertemu di
sawah. Tanpa berlama-lama Tino menelfon Budi dan mereka sepakat untuk
bertemu di café Del Mor. Sesampainya disana Tino langsung bertanya kepada
Budi.

Tino “Halo Bud maafin ya atas perlakuan aku kemarin di sawah kalo ada
yang kurang enak soalnya gimana ya aku sendiri kesel sih jujur sama kamu “

Budi “Gapapa Tin aku sudah maafin kok lagian juga aku gasuka bahas
gituan ya kalo kamu sadar yasudah bagus brti “

Tino “Aku mau nanya dong Bud kemarin aku ke gunung Bromo nya dan
bertanya ke warga yang ada disana dan katanya mayat Hasim penuh dengan darah
dan luka tusuk, kira-kira kamu tau ga siapa yang perlakuin?”

Budi “Gatau Tin aku taunya pas dia jantung nya melemah dan tiba-tiba
aku tinggal pergi eh sudah ada lukanya, lagian juga kamu kenapa sih nanya terus
ke aku”

Tino “Gamungkin Bud tolong jangan bohongin aku, aku ini sudah kuliah
aku gamungkin percaya kamu ngomong kayak gitu “

Budi “Sebenarnya Tin kalo mau jujur tapi janji kamu gaboleh marah apalagi
dendam ke aku dan juga inget ini sudah lewat jadi kamu mau harap apa “

Tino “Ya Bud tapi kamu janji kamu harus jujur ke aku dan gaboleh ada
unsur bohong sedikit pun dan cobalah kalo diajak ngomong itu serius sedikit Bud
lelah aku. Aku juga sudah tau apa yang terjadi, jadi lebih baik kamu ngaku duluan
deh sebelum aku yang ngomong”

Budi “Aku jujur, sebenrnya aku berbohong dan yang bunuh si Hasim
adalah aku karena gimana ya waktu itu memang aku kesel banget sama dia dan
mumpung gada orang tuh yang liat jadi ya aku senang aja intinya dia meninggal “

Mendengar perkataan itu Tino merasa sangat kecewa dan sangat marah terhadap
Budi, Tino tidak menyangka bahwa tiga hari lalu Budi membunuh Hasim dan
akhirnya Tino tau mengapa saat ditanya Budi hanya bisa terdiam dan terus
melanjutkan game nya dan tanpa berlama lama Tino memukul Budi dan
menanyakan secara lantang.

Tino” Bud? Kenapa Bud? Kenapa harus membunuh sahabat kita sendiri
sih? Jujur aku kecewa parah sama kamu dan benar-benar ga nyangka dengan
perbuatan yang kamu lakuin ke Hasim. Hasim kan baik sih kenapa kamu harus
bunuh dia dan kalo memang ada yang gaenak kenapa ga bilang ke aku Bud? “

Budi “Dia tin, dia yang sudah ngerebut pacar ku si Dona, kalau kamu mau
tau aku sudah maafin dia tapi dia terus melakukan hal yang sama lebih dari tiga
kali. Sekarang aku tanya kamu gimana rasanya kalo sahabat kamu sendiri dari
kecil bisa ngerebut pacar orang lain ? Sekarang aku tanya Tin siapa yang jahat dan

siapa yang mulai duluan? Aku ga akan mulai duluan kalo memang dia ga mulai
duluan”

Tino “ Ya tapi kenapa ga ngomong ke aku supaya aku bisa bantu Bud.
Aku juga pasti terbuka mau dengerin cerita kamu kok dan kalo memang Hasim
salah aku yang tegur dia gapapa.”

Budi “Percuma Tin percuma, kamu sadar kalo kamu aja terlalu sibuk sama
pacar mu sampai ga tahu kalo temennya penghianat”

Tino “Ya saya tau Bud dan saya ingin minta maaf ke kamu untuk masalah
itu tapi kan tetep aja kita harus bahagiain pacar kita dan juga aku senang kok kalo
bisa deket terus sama dia “

Budi “Kamu sadar ga Tin selama kamu punya pacar kamu itu berubah jadi
apa apa ke dia jarang main lagi sama kita dan kita pun sudah pernah bahas ini kan
bersama Hasim dan Hasim pun sudah ngomong hal yang sama kalo memang
kamu itu terlalu banget sama pacar kamu”

Tino “Saya tau cuma gimana lagi bagaimana pun saya sayang sama pacar
saya dan kamu juga gada berhak untuk ngatur saya disitu”

Budi “Terserah kamu Tin, saya capek dengan kamu. Kamu pintar untuk
nasihatin orang lain tapi kamu sendiri pun keras dan tidak mau di nasihatin oleh
orang lain. Sudahlah Tin saya males berdebat dengan kamu lebih baik saya pulang
sudah capek ribut sama kamu”

Tino “Ya saya tau tapi tolong dong Bud dibuka pikirannya jangan dibunuh
dong karena bagaimana pun itu kriminal dan kamu harus ingat bahwa dia itu
sahabat kita dari kecil Bud dan pasti semua masalah bisa kita omongin baik baik”.

Budi “Sekali lagi maafin saya kalo saya salah tapi saya melakukan
semuanya ini ada maksud tertentu yang membuat saya melakukan kegaduhan ini
dan saya harapn ini tidak akan kejadian lagi”

Tino “Yasudah tidak ada apa-apa sekarang lebih baik kita pulang karena
hari sudah malam dan kamu jangan lupa berdoa untuk meminta maaf ke Tuhan
atas perbuatan yang sudah kamu lakukan khususnya ke Hasim”

Budi “Yasudah Tin kalo begitu saya terima kasih juga ke kamu kalo kamu
sudah mau dengerin dari persepektif saya”

Mendengar perkataan itu hati Budi tidak enak dengan apa yang sudah ia lakukan
dan ia sadar bahwa apa yang ia lakukan benar-benar perbuatan yang tidak terpuji
dan pastinya sangat buruk kepada Hasim. Sesampainya Budi dirumah tiba tiba
terdengar teriakan ibunya yang sangat histeris.

Budi “Ibu, ibu kenapa teriak teriak? Ada apa bu jangan bikin orang takut
dong kalo ada sesuatu bilang pelan pelan.”

Suni “Mana bisa pelan kalo melihat tingkah anaknya membunuh orang
lain apalagi teman dari sd nya”

Budi “Loh? Kok ibu tau aku membunuh Hasim, dari mana ibu tau kan aku
belum berkata apapun ke ibu”

Suni “Tanpa kamu beri tahu ibu pun ibu sudah tau karena barusan ibunya
Tino menelfon ibu dan menceritakan apa yang telah terjadi ke kamu. Ibu Tino
bilang kalo kamu yang membunuh Hasim dengan cara menusuk. Kamu sudah gila
apa ya Budi?”

Budi “Iya bu saya minta maaf ya kalo sudah merusak nama baik ibu
melahirkan anak durhaka seperti aku ini yang hanya bisa menyusahkan orang tua
dan membuat ibu malu dihadapan semua tetangga”

Suni “Ibu tau kamu gegabah tapi lain kali jangan lagi ya jahat seperti itu
ke orang lain karena ibu ga tega sekali lihat dia dan jika kamu melakukan hal
seperti ini sekali lagi maka ibu tidak akan segan-segan mengeluarkan kamu dari
kartu keluarga. Dan kamu tau akibat dari pembunuhan? Penjara Budi
hukumannya, kamu harusnya sudah SMA sadar dong dengan apa yang kamu
lakukan itu sangat berbahaya. Jujur ibu sangat sedih melihat kelakuan kamu yang
ibu pikir selama ini kamu anak yang baik taunya kamu adalah seorang pembunuh”

Budi “Iya bu baik saya tahu saya salah kok, lagian juga si Tino sudah
memberi jalan keluarnya tadi pas di café dan saya juga minta maaf bu sekarang
Budi gatau harus kemana lagi dan Budi sudah gapunya keluarga lagi selain ibu,
maafin Budi ya bu Budi selalu bisanya hanya bikin susah ibu dan gapernah buat
ibu senang”

Suni “Baik semuanya sudah terjadi dan tidak bisa diulang, ibu juga mau
kamu berubah dan menajdi anak yang benar dan nanti kamu harus mengunjungi
makamnya si Hasim. Lebih baik kamu pergi dan tidak usah melihat siapa yang
pergi siapa yang tidak jika kamu ingin pergi ya kamu pergi, ibu tidak bisa karena
ibu ada urusan”

Budi “Ya bu baik saya pikirkan lagi ya bu karena saya.”

Suni “Terserah kamu saja jujur ibu sudah lelah mendengar berita ini
selanjutnya kamu urus saja diri kamu sendiri”

Budi “Iya bu baik Budi istirahat dahulu”

Setelah percakapan Budi dan ibunya selesai, keesokan harinya Tino berinisiatif
untuk melaporkan dan membereskan semua kejadian ini. Tino pergi ke kantor
polisi untuk memberi polisi informasi apa yang sudah dilakukan Budi kepada
Hasim. Tino merasa bahwa dirinya harus berlaku adil, dia adalah orang yang tegas
jika Budi salah maka ia tidak segan-segan untuk memberi hukuman kepada Budi
untuk mempertanggung jawabkan apa yang sudah dia perbuat. Lalu sampailah
Tino di kantor polisi.

Tino “Selamat siang pak, perkenalkan nama saya Tino, saya disini ingin
melaporkan kasus pembunuhan yang dialami oleh teman saya pak”

Polisi “Baik pak Tino silahkan duduk dan boleh anda ceritakan kepada
kami kejadian apa yang anda maksud barusan?”

Tino “Baik pak jadi begini, teman saya Hasim terbunuh oleh Budi, Budi
membunuh Hasim di gunung Bromo saat mereka melakukan hiking pak dan
awalnya Budi hanya berkata kepada saya bahwa Hasim meninggal akibat jantung
tetapi setelah ditelusuri warga sekitar sana, Hasim meninggal akibat banyak luka
tusuk di tubuhnya pak. “

Polisi “Baik pak boleh anda jelaskan kapan kejadian ini berlangsung agar
kami bisa pergi untuk cek TKP. “

Tino “Kejadiannya belum lama ini pak dan TKP nya ada di gunung Bromo
bagian timur jika saya tidak salah. “

Polisi “Baik pak Tino laporan ini kami terima harap bapak bersabar karena
besok kami akan melakukan penyelidikan ke TKP. “

Tino “Baik pak, ada lagi yang saya bisa bantu untuk kasus ini pak?”

Polisi “Apakah anda mengetahui tentang lokasi rumah pelaku pak? Jika
anda tahu anda boleh beritahu kami agar kamu bisa langsung ke rumahnya setelah
pengecekan pak. “

Tino “Baik pak, alamatnya ada di jalan Pegangsaan nomor 17. “

Polisi “Baik terima kasih atas informasinya pak. “

Tino “Jika sudah selesai semua, saya izin pamit pulang pak. “
Polisi “Baik terima kasih pak dan hati-hati di jalan. “
Tino “Terima kasih kembali pak polisi. “

Setelah Tino melaporkan atas kasus pembunuhan Budi kepada Hasim, hati Tino
merasa tenang dan sangat nyaman karena ia merasa apa yang ia lakukan dana pa
yang ia putuskan adalah hal yang terbaik untuk Budi agar Budi jera atas apa yang
diperbuatnya dan tidak melakukannya lagi. Keesokan harinya 2 polisi menuju
TKP untuk melakukan investigasi.

Polisi 1 “Bro, kita harus membantu klien kita pak Tino dan beliau
mengatakan terdapat di daerah timur. Sekarang kamu kesana dan saya akan
menelusuri bagian sini. “

Polisi 2 “Baik pak saya akan cek dibagian saya. “
Polisi 1 “Eh bro coba deh kesini saya menemukan sesuatu di dekat kaki
saya nih coba deh kamu liat. “
Polisi 2 “Dimana pak? Oh iya ini apa yak ok seperti lengket-lengket begitu
apakah ini darah?”
Polisi 1 “Apa kamu bawa sample plastik untuk memasukan benda daun
yang terkena darah ini?”

Polisi 2 “Ada pak di mobil sebentar saya ambil.”
Polisi 1 “Baik pak segera ya. “
Polisi 2 “Nih pak kantong nya dan sepertinya benar deh itu darah Hasim
yang tertumpah di daun ini. “
Polisi 1 “Baik kita sudah dapat buktinya dan mari sekarang kita pergi ke
rumah Budi untuk menangkapnya. “
Polisi 2 “Baik pak mari.”
Polisi 1 “Mari. “

Setelah mendapat bukti yang cukup kuat dan akurat dari gunung Bromo bagian
timur, kedua polisi ini langsung pergi untuk menyergap Budi di rumahnya yang
berada di Pegangsaan. Sesampainya mereka disana, Budi sedang berada di teras
untuk menikmati kopi paginya dan Budi kaget mengapa ada mobil polisi di depan
rumahnya.

Budi “loh? loh? Mengapa ada anda berdua di depan rumah saya? Ada apa
ya pak?”

Polisi 1 “Apakah benar nama anda bapak Budi? “
Budi “Ya benar, ada apa ya pak kok seperti buru-buru dan bagaimana anda
bisa tau rumah saya? “

Polisi 1 “Sudah tidak usah banyak berbicara, pak polisi silahkan borgol dia
dan tangkap dia. “

Budi “loh?loh? Apa-apaan ini eh pak lepasin dong saya kan ga ngapa-
ngapain kenapa saya diborgol dan dibawa ke kantor polisi?”

Polisi 2 “Sudah di borgol pak mari kita jalan dan bawa dia ke kantor
polisi. “

Polisi 1 “Mari pak dan kamu Budi jangan banyak bicara kami sudah
mendapat bukti dan jika ada yang mau kamu jelaskan silahkan jelaskan di kantor
polisi. “

Setelah terjadi insiden penangkapan itu, polisi menelfon Tino untuk mengabarkan
agar Tino bisa datang ke kantor polisi dan bertemu dengan Budi temannya.
Mendengar hal itu Tino langsung bergegas untuk pergi ke kantor polisi dan
sesampainya ia disana polisi dan Budi belum sampai. Tak lama kemudian
terdenga suara sirine dan akhirnya polisi sampai di kantor polisi.

Polisi 1 “Cepat turun Budi dan mari jelaskan di kantor kami. “
Budi “hah? Kok ada kamu Tin? Kamu ngapain disini dan kenapa kamu
ada disini?”

Tino “Ya Bud jadi aku melaporkan segala yang kamu lakukan kepada
Hasim karena aku gamau membela kamu, aku ingin membela kebenaran dan
kebenarannya memang kalo seseorang salah maka dia harus dihukum. “

Budi “Tega kamu Tin? Tega kamu sama aku? Inget aku Tin aku ini siapa?
Temen SD kamu Tin apa kamu lupa sama aku? Se tega ini kamu penjarain aku?

Tino “Suka tidak suka, tega tidak tega, aku harus penjarain kamu karena
kamu sudah kelewatan membunuh seseorang. “

Polisi 1 “Budi, tadi pagi kami melakukan investigasi dan kami
menemukan sample daun basah dengan darah yang artinya kamu membunuh
Hasim dan Hasim tidak meninggal karena jantung. “

Budi “Engga pak saya gatau daun darah itu dan bukan saya pelakunya,
saya jujur pak bukan saya. “

Polisi 1 “Gausah berbohong karena pak Tino sudah menceritakan
semuanya kepada kami secara jelas dan sekarang anda harus menerima hukuman
hukuman penjara seumur hidup. “

Budi “Pak gamau pak saya harus membantu ibu saya dan saya harus
mencari nafkah. “

Polisi 1 “Tidak bisa! Hukum tidak untuk dilanggar dan kami disini aparat
penegak hukum, kami harus tegas.”

Tino “Pak polisi, maaf saya memotong tapi apakah hukuman Budi bisa
diringakan? “

Polisi 1 “Maaf pak Tino sebelumnya tapi hukuman ini tidak bisa
diringankan sama sekali. “

Tino “Saya mengerti keluarga Budi dan bagaimana kondisi ibunya yang
sudah menua sekarang pak. Bolehkan adakan pengurangan? Cukup 20 tahun aja
pak bagaimana?”

Polisi 1 “Saya mengerti pak tetapi hukuman 20 tahun tidak sebanding
dengan nyawa Hasim yang dibunuhnya. “

Budi “Tuh pak! Denger dong! Teman saya aja mau 20 tahun kenapa harus
seumur hidup coba. “

Polisi 1 “Kamu diam Budi! Mengerti? Saya sedang berbicara dengan pak
Tino bukan dengan kamu jadi mohon untuk diam dan tidak usah ikut campur. “

Tino “Baik pak jadi bagaimana? Saya melihat dan mengerti kondisi ibu
Budi pak yang sekarang sudah susah untuk mencari nafkah dan dia sudah menua
pak jadi bolehkah dikurangi hukumannya?”

Polisi 1 “Hmmmm, baik pak saya mengerti kondisi ibunya Budi dan
karena ini kasus pak Tino dan pak Tino ingin Budi segera cepat keluar dari
penjara maka saya akan memberi hukuman sesuai dengan apa yang pak Tino
inginkan. “

Budi “Asik 20 tahun doang! Gitu dong pak jadi baik napa. “

Polisi 1 “Saya melakukan ini semuanya karena atas permintaan pak Tino
bukan karena saya baik ke kamu Budi. “

Tino “Lihat Bud? Sekarang kamu masih nganggep aku jahat ke kamu?”

Budi “Iya Tin maaf ya kalo aku tadi sempet ngegas ngomong ke kamunya
dan aku janji gaakan ngegas lagi ke kamu. “

Tino “Sudah tau mana yang baik dan mana yang jahat? Seharusnya kamu
berdoa sekarang dan minta maaf dengan tulus ke Hasim. “

Budi “Iya Tin aku habis ini mau berdoa untuk meminta maaf ke Hasim
atas segala perbuatan yang sudah aku lakukan kepada dia dan semoga dia
mengampuni aku ya Tin. “

Tino “Ya, baik Bud. “

Polisi 1 “Baik pak Tino jika tidak ada lagi yang mau disampaikan, napi
akan kami bawa ke sel untuk dipenjarakan selama 20 tahun dan dengan catatan
TIDAK ADA BOLEH KUNJUNGAN SAMA SEKALI. “

Tino “Baik pak terima kasih dan untuk kamu Bud semoga kamu bisa sadar
ya selama di penjara dan setelah keluar nanti kamu bisa sadar atas apa yang kamu
lakukan dan kamu gaakan lakuin itu lagi terhadap siapapun. “

Budi “Iya Tin terima kasih atas semangat yang diberikan aku pamit ya Tin
dan hati-hati di jalan. “

Tino “Baik Bud, terima kasih pak polisi saya izin pamit pulang dahulu ya
pak. “

Budi “Titip salam ya Tin untuk ibu aku dan ibu kamu dan ibu Hasim juga
sampaikan permohonan maaf aku ke mereka juga ya Tin. “

Tino “Baik Bud akan aku sampaikan ke mereka. “

Polisi 1 “Baik pak Tino terima kasih dan hati-hati di jalan ya pak! “

Tino “Baik terima kasih kembali pak polisi. “

Nasi sudah menjadi bubur lalu 20 tahun dilalui dan tepat hari dimana Hasim telah
meninggal dunia dan Tino mengajak Budi untuk datang ke rumah Hasim untuk
mengikuti ibadahnya dan juga meminta maaf kepada ibunya Hasim atas kepergian
Hasim yang disengaja oleh Budi. Tanpa basa-basi Tino langsung menelfon Budi

Tino “Bud, sibuk gak? Mari pergi ke rumah Hasim karena dirumah dia ada
ibadah”

Budi “Mau ngapain lagi sih Tin sama aja kamu kayak ibu saya menyuruh
untuk kesana kesini apalagi untuk ke rumah nya si Hasim dan lagian juga ibunya
Hasim sudah gapernah bahas apapun sama kita dan disana juga pasti sudah ramai
tanpa kita. Kalau kamu mau tau aku juga sudah males ketemu mama nya”

Tino “Bud ayo dong, jangan keraskan hati seperti ini karena gimana pun
caranya itu ibunya Hasim teman dari ibu kita juga”

Budi “Iya yasudah sebentar saya mau ganti baju dulu ini juga karena ibu
kita kenal saya ibu dia saja kalo tidak mah ga akan saya pergi”

Tino “Nah gitu dong Bud, semua orang pasti pernah salah tapi kalo sudah
salah ya sebaiknya kita minta maaf “

Budi “Iya dah Tin sekalian juga aku baru keluar dari penjara. “

Tino “Baik ayo cepat beresan kita akan pergi sebentar lagi nih. “

Budi “Oke Tin siap aku beresan. “

Sesampainya mereka di rumah ibu Hasim, mereka seperti artis yang menjadi titik
sorot dari semua orang karena yang menyebabkan Hasim meninggal adalah
temannya dari sekolah dasar. Pada saat itu semua orang tertuju kepada mereka dan
semuanya menyoraki Budi tetapi Tino memegang Budi erat agar dia tetap kuat.
Lalu menerima dengan lapang dada meskipun ia harus kehilangan putra
sulungnya. Semua kebohongan yang telah ditutupi oleh Budi seakan sia-sia
karena semua orang sudah tau dan mengerti apa yang sudah Budi lakukan dengan
sengaja ke teman sebaya nya.

Warga “HUUUUU BUDI BISANYA MEMBUNUH ANAK ORANG!
BISANYA MENJADI PEMBUNUH! “

Tino “Sudah Bud gausah di dengerin biarkan mereka yang penting kita
ketemu dengan ibunya Hasim untuk minta maaf. “

Budi “Ternyata mereka belum bisa maafin aku ya Tin. “

Warga “Oi di panggil denger ga sih kok diem aja si pembunuh. “

Budi “Yaampun Tin mereka terus ngatain aku pembunuh. “

Tino “Sudah mari kita sambil jalan aja dan hiraukan mereka karena
percuma kita akan lelah sendiri kalo kita dengerin mereka sekarang. “

Budi “Iya Tin aku ngerti. “

Warga “Yaampun ni orang tuli apa gimana sih benar-benar ga dengar tah
apa yang kami bicarakan? “

Tino “Cukup bapak ibu, jangan hina teman saya terus-terusan. “

Warga “Kamu siapa, kamu jangan sok hebat disini belain si pembunuh
atau jangan-jangan kamu juga temennya si pembunuh ini ya? “

Tino “IYA! Kalo iya kenapa? Ada yang salah berteman dengan orang
walaupun dia pernah menjadi napi? “

Warga “Kamu itu masih muda lagian juga ngapain temenan sama napi
awas nanti ketularan loh jadi napi HAHAHA. “

Tino “Dengar ya bapak ibu, sekarang saya tanya siapa disini yang ga
berdosa? “

Warga “………………………………”

Tino “Saya tanya sekali lagi kepada bapak ibu disini apakah ada yang
tidak berdosa disini?”

Warga “………………………………. “

Tino “Jika memang disini ada orang yang tidak berdosa, saya persilahkan
untuk siapapun itu bapak ibu untuk melempar batu kepada Budi ini. “

Warga “………………………………... “

Tino “Tidak adakah satu pun orang yang suci disini? Apakah ada orang
yang gapernah berbuat dosa disini? “

Warga “Ya tapi kan kami ga membunuh seperti dia. “

Tino “Lalu? Kenapa kalo dia membunuh? Lagian juga dia sudah
MANTAN napi bukan napi yang baru masuk penjara. Dia juga sudah bertobat
dari perbuatan jahatnya yang lama dan sekarang ingin menuju fase hidup yang
baru tapi nyatanya tiada satu orang pun yang mendukung disini. Saya bukan sok
untuk menjadi pendeta disini tetapi mari kita cek diri sendiri lagi apakah kita suci
dan tidak ada cacat? “

Warga “Ya, kami minta maaf Bud kalo kami terlalu kasar sama kamu
sampai-sampai melukai hati kamu. “

Budi “Gapapa kok saya sudah maafin kalian semua. “

Warga “Kami mengerti perasaan kamu mungkin memang kami keterlaluan
mengucapkan hal yang tidak seharusnya kami ucapkan kepada kamu. “

Budi “Tidak apa-apa pak bu saya mengerti kok. “

Warga “Sekali lagi maaf ya Bud padahal kami lebih tua dari kamu
seharusnya kami lebih dewasa dalam mengucapkan kata-kata. “

Budi “Jujur gapapa karena saya disini juga saya sadar kok bahwa apa yang
sudah saya lakuin itu benar-benar fatal dan ga baik. “

Tino “Dari pada kita bertengkar lebih baik kita ibadah untuk penghiburan
kepada keluarga Hasim yang ditinggalkan oleh Hasim. “

Budi “Saya datang kesini baik-baik ingin beribadah dan mari bapak ibu
kita beribadah bersama. “

Warga “Mari bapak ibu kita beribadah. “

Budi “Mari pak bu. “

Tino “Mari pak bu kita beribadah. “

Selesailah sudah ibadah penghiburan yang dilakukan oleh warga dan keluarga
Budi. Setelah beres beribadah, semua warga menikmati makanan yang sudah
disajikan oleh ibu Hasim. Ketika semua warga menikmati dan menyantap
makanan, Budi dan Tino pergi ke meja ibu Hasim dan Budi langsung meminta
maaf kepada ibu Hasim.

Budi “Bu, maafin Budi ya kalo Budi sudah merenggut nyawa anak
kesayangan ibu dan putra tunggal ibu. “

Ibu Hasim “Ibu boleh jujur nak? “

Budi “Boleh bu silahkan ibu jujur, kenapa bu? “

Ibu Hasim “Sebenarnya waktu itu yang ingin kamu dipenjara bukan Tino
tapi ibu nak, ibu yang memenjarakan kamu. “

Budi “Loh, kenapa begitu bu bukannya Tino yang melaporkan saya ke
polisi untuk saya ditangani? “

Ibu Hasim “Ya Bud tetapi yang menyuruh Tino adalah ibu. “

Budi “Kalo boleh tahu kenapa ibu penjarain saya padahal saya kira
semuanya sudah damai dan tidak aka nada hukuman. “

Ibu Hasim “Ibu memenjarakan kamu bukan untuk membuat kamu
sengsara tetapi supaya kamu belajar untuk bertanggung jawab atas apa yang sudah
kamu perbuat. “

Budi “Sejujurnya Budi juga ingin terima kasih si bu atas hukuman 20
tahun penjara yang ibu kasih. “

Ibu Hasim “Loh? Kenapa kamu senang? Kan harusnya kamu sedih karena
kamu harus dipenjara 20 tahun. “

Budi “Senang lah bu karena penjara itu yang sadarin Budi bahwa kita
harus hargain hidup kita apalagi hidup orang lain. “

Ibu Hasim “Wah ibu ga nyangka kamu bisa seperti itu respon nya terhadap
ibu, malahan tadinya ibu pikir kamu gaakan datang kesini. “

Budi “Engga bu, aku selalu mengambil semua itu hikmahnya bukan
negatifnya kok bud an aku juga ngucapin terima kasih kepada Tino juga karena
sudah mau tetep temenan sama aku walaupun aku sudah jadi mantan napi. “

Tino “Enggalah Bud aku juga senang ngeliat kamu bisa tobat dan sadar
apa yang sudah kamu perbuat. “

Budi “Makasih ya Tin dan makasih juga ya bu. “

Ibu Hasim “Sama-sama nak. “

Tino “Yo, santai aja Bud. “

Ibu Hasim “Kalian ga pulang nih? Emang pada ga cape disini? Kan sudah
dari tadi. “

Tino “Saya ikut Budi aja bu, Bud sudah mau balik belum? “

Budi “Bolehlah Tin, ayo kita pulang karena ibu juga mau istirahat, iya kan
bu? “

Ibu Hasim “Iya nak terima kasih ya sudah datang. “

Tino “Bu saya mau tanya tadi ibu Tino balik jam berapa ya soalnya
dirumah ibu ga ada. “

Ibu Hasim “Ibu kamu sih katanya mau ke pasar dulu tadi coba aja
sepertinya sekarang sudah ada dirumah. “

Tino “Baik bu, kalo begitu terima kasih ya bu “
Ibu Hasim “Terima kasih kembali ya nak. “
Tino “Sama-sama bu kalo begitu saya pamit pulang ya. “
Budi “Saya juga pamit pulang ya bu “
Ibu Hasim “Iya nak hati-hati di jalan ya jangan kebut-kebut dan selalu
konsentrasi ya saat bawa kendaraan. “
Budi “Baik bu. “
Tino “Baik bu. “

Setelah kejadian itu, setiap malam Tino terus menelfon Budi dan memberi ayat
alkitab agar Budi bisa terus belajar dan mendalami alkitab bersama Budi agar ia
bisa kembali ke jalan yang benar dan juga menjadi orang yang baik dan tidak
pendendam. Awalnya sangat susah untuk mengajak Budi membaca alkitab dan
firman Tuhan.

Tino “Halo Bud, lagi sibuk ga? “
Budi “Engga nih Tin lagi santai aja, kenapa?”

Tino “Gapapa Bud, omong-omong kamu sudah baca alkitab belum hari
ini? “

Budi “Alkitab? Ga ah males aku hari ini ngantuk kalo ga besok aja ya Tin
soalnya sudah di ranjang siap untuk tidur. “

Tino “Jangan begitu Bud kamu harus semangat baca firman Tuhan. “

Budi “Tolong lah Tin, janji besok aja benaran ga bolos lagi besok soalnya
sudah ngantuk banget. “

Tino “Gabisa Bud, memangnya kamu sudah habis baca dari yang bacaan
alkitab selama setahun? “

Budi “Ya belum sih Cuma intinya sudah mager banget sekarang mah kalo
disuruh baca alkitab lagi. “

Tino “Ayo Bud jangan males, sini hari ini aku aja yang baca ayatnya kamu
cukup dengerin aja tapi serius ya. “

Budi “Hmmmmm. “

Tino “Serius Bud kamu denger ga? Harus serius ya. “

Budi “Iyaaaaaaaaaaaaaaaa bawel kamu. “

Tino “Baik jadi hari ini itu renungannya tentang kita harus hidup baru ya
Bud. “

Budi “Hidup baru? Maksudnya gimana? “

Tino “Ya hidup baru, artinya kamu itu diajarin untuk bertobat dan
meninggalkan kehidupan kamu yang lama. “

Budi “Iya tapi kan memang aku sudah hidup baru sekarang. “
Tino “Nah hidup baru bukan itu doang, melainkan kalo kamu tau itu salah
jangan diulangin lagi dan kalo bisa ketika kamu liat orang lain melakukan hal itu
kamu harus mengingatkan dia. “
Budi “Oh oke Tin baik aku ngerti apa yang kamu omongin. “
Tino “Oke Bud kalo begitu sekarang sudah malem dan kita juga sudah
berdoa dan renungan tadi dan sekarang waktunya untuk kita istirahat supaya
besok kita bisa bangun dengan tubuh yang sehat. “

Budi “Oke Tin aku mau ucapin terima kasih ya ke kamu. “
Tino “Loh? Makasih buat apa Bud? Kan aku ga ngapa-ngapain ke kamu
buat apa makasih sama aku. “
Budi “Aku mau banyak berterima kasih sama kamu karena sampai
sekarang pun kamu masih mau temenin aku bahkan sampe bacain renungan untuk
aku jujur aku malu sih Tin sama kamu. “
Tino “Gapapa Bud sesame teman kan harus saling membantu dan menurut
aku ketika aku bisa bantu orang lain kenapa aku ga bantu mereka. “

Budi “Iya Tin kamu benar memang kamu teman terbaik aku sejak kecil,
aku senang banget bisa punya temen seperti kamu. “

Tino “Sama-sama lah Bud lagian juga kalo bisa kan nambah banyak teman
bukan untuk kurangin teman. “

Budi “Kamu benar sih memang seharusnya kita tuh nambah temen tapi
aku juga lagi berusaha cari temen karena aku ini mantan napi

Tino “Gapapa Bud pelan-pelan aja kan masih ada aku disini yang temenin
kamu dan aku janji gaakan jadi penghianat. “

Budi “Iya oke deh Tin aku tidur dulu deh. “

Tino “Oke siap Bud aku juga. “

Budi “Oke tin siap. “

Akhirnya setelah hati Budi tenang dan segar ia kembali mencoba untuk mendekati
kembali Dona. Keesokan harinya mereka pergi bersama dan bertemu di café Del
Mor bersama Tino dan Dini. Budi ingin mengungkapkan kembali perasaannya
yang mana sudah terpendam 20 tahun lamanya

Budi “Halo teman-teman sudah lama nunggu disini nih? Sorry ya aku telat
soalnya tadi ada macet sedikit. “

Tino “Gapapa lah Bud santai aja aku sama Dini baru datang kok yang
sudah lama datang itu si Dona. “

Dona “Oh hai Bud gimana kabar kamu? Aku denger kamu abis keluar dari
penjara ya? “

Dini “Iya Don dia baru keluar dari penjara tapi sekarang dia katanya mau
jadi pendeta loh hahaha. “

Bud “Aih ngarang saja kamu Din hahaha. “

Tino “Kalo dia jadi pendeta wah kamu keren sih Bud judulnya itu kayak
napi yang bertobat. “

Budi “Hahaha bisa aja kalian. “

Tino “Pesen apa Bud? Udah makan belum? Sini makan aku udah pesen
nasi goreng tadi mungkin kamu mau juga? “

Budi “Boleh-boleh, sebentar aku pesen ke kasirnya dulu ya biar cepet
soalnya kalo pake mba nya pasti lama. “

Tino “Okee-okee silakan. “

Dona “Eh si Budi sekarang jadi makin ganteng ya dan juga kayaknya dia
benar-benar sudah tobat deh. “

Dini “Iya kan Don aku juga kaget dia sekarang jadi dermawan banget dan
kayak jadi ganteng gitu sekarang. “

Tino “Memang benar sekarang setiap hari dia baca renungan sama aku jadi
mungkin dia benar-benar bertobat sekarang. “

Dini “Heh kamu suka yaa sama Budi. “
Dona “Eh apaan sih hahaha tapi memang ganteng si jujur aja aku mah
gamau bohong. “
Budi “Halo-halo ngomongin apa nih aku abis pesen dan bayar tadi, pada
bahas apa nih? “
Dini “Itu tuh si Dona bilang kamu tambah ganteng katanya. “
Dona “Heh apaan sih Din aku jadi malu hahaha. “
Budi “Don, sebenernya aku kesini juga pengen ngomong sesuatu sama
kamu mungkin yang sudah aku pendam selama 20 tahun. “

Dona “Kenapa tuh Bud? “
Budi “Jadi dulu kan kamu pernah direbut sama Hasim nah lalu aku bunuh
dia dan sampe sekarang itu aku masih cinta sama kamu. Kamu mau ga jadi pacar
aku lagi? “
Dona “Mau sihh tapi aku takut. “
Budi “Takut kenapa? Takut aku jadi napi lagi? Tenang aja aku udah tobat
kok hahaha. “
Dona “Iya deh aku mauu yuk kita berdua lagi. “

Budi “Yes aku diterima.”

Tino “Waaa selamat untuk kalian berdua semoga kalian berdua langgeng
yaa. “

Dini “Wah semoga kalian langgeng yaaa. “

Budi Dona “Aminn. “

Setelah peristiwa itu mereka juga tidak lupa dengan teman yang sudah bersama
mereka sejak kecil oleh karena itu mereka sering ke pemakaman Hasim untuk
mengenang jasa teman yang sudah berpuluh-puluh tahun mereka sayangi. Mereka
berempat pun menjadi sahabat yang setia sampai mereka menikah lalu sering
liburan bersama, punya anak, dan sampai mereka menua.


Click to View FlipBook Version