The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

e-klipping ini berisi teks cerpen & teks puisi dilengkapi proses edit (editing) yang didasari kaidah penulisan ejaan & tanda baca teks.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by arniwati543, 2021-03-28 00:26:18

e-klipping Sastra

e-klipping ini berisi teks cerpen & teks puisi dilengkapi proses edit (editing) yang didasari kaidah penulisan ejaan & tanda baca teks.

Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME., yang telah melimpahkan nikmatnya
sehingga penyusunan e-klipping sastra ini dapat terselaikan tepat waktu. E-klipping ini
disusun dalam rangka menyelesaikan kegiatan aktualisasi CPNS 2021 di SMA Negeri 1 Long
Bagun. Penyusunan e-klipping ini didasarkan pada kaidah penulisan ejaan dan tanda baca
teks cerpen dan puisi. Pada lembaran pertama tiap karya, ditampilkan teks puisi dan/atau teks
cerpen yang telah memenuhi kaidah ejaan dan tanda baca penulisan teks cerpen dan puisi
yang utuh. Sedangkan pada lembaran kedua tiap karya, ditampilkan teks puisi dan/atau teks
cerpen yang mengalami proses edit oleh editor (penulis).
Penulis sangat menyadari bahwa e-klipping ini masih memerlukan penyempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan e-klipping ini.
Akhir kata, semoga e-klipping ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan khususnya bagi
para siswa sebagai sarana pembelajaran menulis cerpen dan puisi.

Ujoh Bilang, 04 April 2021
Penulis

ii

Halaman Judul Daftar Isi i
Kata Pengantar ………………………………………. ii
Daftar Isi ………………………………………. iii
……………………………………….

A. Teks Cerpen ………………………………………. 1
1. Tak Semanis Brownies Cake ………………………………………. 3
Proses Edit ………………………………………. 5
2. Menggapai Cita ………………………………………. 6
Proses Edit ………………………………………. 7
3. Cinta dalam Diam ………………………………………. 9
Proses edit

B. Teks Puisi ………………………………………. 11
1. Bulan ………………………………………. 12
Proses Edit ………………………………………. 13
2. Corona dan Angkatanku

Kesimpulan ………………………………………. 14

iii

Tak Semanis Brownies Cake

Dwi Mawar Riani

Pagi ini adalah pagi yang cerah untuk melakukan aktivitas. Pagi ini menjadi hari yang
menyenangkan bagi seluruh siswa-siswi di SMA Negeri 1 Skyhigh School karena hari ini
pembelajaran jarak jauh telah usai digantikan dengan pembelajaran tatap muka.

Namaku Zeea Bellova. Aku adalah seorang siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Skyhigh
School di kotaku.

Pagi itu aku sedang menunggu angkot di pinggir jalan. Tiba-tiba ada seorang cowok
mengenakan seragam yang sama denganku mengendarai NMAX maticnya berhenti
disampingku.

"Kamu Zeea kan?” sapanya.
Aku mengangguk mengiyakan.
“Aku kakak kelas kamu di sekolah. Mau ke sekolah kan? Yuk, naik, nanti telat.”
lanjutnya.
Akupun langsung ikut naik motor dengannya untuk pergi ke sekolah. Di perjalanan,
jantungku berdegup kencang melihat wajah tampannya yang terpantul di kaca spion
motornya.
“Aku jatuh cinta.” bisikku dalam hati.
Suatu hari tepat di hari Valentine, OSIS di SMA N 1 Skyhigh School mengadakan
kegiatan yang dinamakan Secret Kurir. Kegiatan itu memungkinkan seseorang untuk
mengirimkan hadiah kepada orang yang dia dambakan tanpa diketahui identitasnya. Aku pun
segera mendaftarkan diri untuk mengikuti kegiatan itu agar aku bisa memberikan hadiah
kepada kakak kelas yang aku suka itu tanpa sepengetahuannya. Aku sangat gembira
mengetahui ekspresi kakak kelas sangat senang menerima hadiah dariku.
Waktu ujian nasional telah tiba. Sejak saat itu, aku sangat sedih karena tidak dapat
melihat kakak kelas yang tampan lagi. Hingga di hari perpisahan, dia terlihat jauh lebih
tampan. Ia mengenakan kemeja putih dipadukan dengan celana hitam. Bawahan
menggunakan sepatu kets hitam yang membuat tampilannya terlihat sempurna dan keren.
Aku tetap memandang dari kejauhan sambil menyanyikan lagu perpisahan. Rasanya aku
ingin sekali menghampiri kakak itu dan menyatakan perasaanku padanya.
Aku memandang brownies cake di tanganku, ternyata kisahku hari ini tak semanis
brownies cake kesukaanku. Semenjak hari perpisahan itu, aku tak pernah berjumpa lagi
dengan kakak itu.

1

Saat cinta hanya berbicara dalam diam
Dan takdirpun tidak menyatukan, satu kata ikhlaskan.
Dengan begitu, akan merasa ringan menjalankani semuanya.
Jangan menunggu sesuatu yang tak pernah datang.
Masih ada cerita baru yang harus dirajut tuk raih bahagia yang sesungguhnya.

2

Editing:
1. Penulisan judul tidak diperkenankan semua hurufnya
menggunakan kapital.
2. Penulisan judul harus di tengah.
3. Tipografi cerpen harus rata kiri & kanan.
4. Penulisan kalimat yang dianggap rancuh.
5. Penggunaan ejaan yang tidak memenuhi kaidah penulisan bahasa
Indonesia yang tepat, misalnya:
a. Nama tokoh & tempat menggunakan huruf capital.
b. Penulisan kata depan harus dipisah. (di tanganku).
c. Penulisan kata berimbuhan ditulis bersambung. (tampannya)
d. Penulisan karena
e. Penulisan kata berulang
f. Penggunaan kalimat yang dicetak miring
g. Penulisan frasa yang menggunakan tanda petik.
h. Penggunaan istilah asing seharusnya dicetak miring.
6. Penulisan tanda baca yang kurang tepat.
7. Penggunakan kalimat langsung yang tidak sesuai aturan.

TAK SEMANIS BROWNIES CAKE

Pagi ini adalah pagi yang cerah untuk melakukan aktivitas dan pagi yang
menyenangkan bagi seluruh siswa/i SMAN 1 Skyhigh school karna hari ini
pembelajaran jarak jauh telah usai digantikan dengan Pembelajaran Tatap
muka disekolah .namaku zeea Bellova. Aku adalah seorang siswa kelas XI di
SMA skyhigh school dikota ku

Pagi itu , aku sedang menunggu angkot di pinggir jalan

Tiba-tiba ada seorang cowok berbaju Seragam yang sama denganku dengan
motor matic nya berhenti disampingku. "Kamu Zeea kan?" aku kakak kelas
kamu disekolah , mau kesekolah kan ayuk naik nanti telat '

Aku mengangguk dan langsung ikut naik motor dengan nya untuk pergi
kesekolah bersama . Di perjalanan jantung ku berdegup kencang , karna
melihat wajah tampan nya yang terpantul di kaca Spion motornya ..

Sejak saat itu aku mulai menyukai kakak kelas itu

Suatu hari tepat hari Valentine, OSIS di skyhigh school

mengadakan kegiatan yang dinamakan "secret kurir "

kegiatan itu memungkinkan seseorang untuk mengirimkan hadiah kepada
orang yang dia dambakan tanpa diketahui identitasnya. Aku pun segera
mendaftarkan diri untuk mengikuti kegiatan itu agar aku bisa memberikan
hadiah kepada kakak kelas yang aku suka itu tanpa diketahui. Aku sangat

3

gembira mengetahui ekspresi kakak kelas sangat senang menerima hadiah
dariku.

Akhirnya waktu ujian nasional telah tiba, sejak saat itu aku sangat sedih karna
tidak dapat melihat kakak kelas yang tampan sejak saat itu. Kemudian tiba
saatnya hari perpisahan , dia terlihat jauh lebih tampan karna memekai kemeja
putih dipadukan celana hitam dan ditambah sepatu kets hiyam yang membuat
tampilan nya makin sempurna dan keren . aku tetap memandang dari
kejauhan sambil menyanyikan lagu perpisahan , aku sangat ingin menghampiri
kakak itu dan menyatakan perasaanku padanya tapi aku rasa tidak mungkin .
Aku memandang brownies cake ditanganku "ternyata ceritaku tak semanis
brownies cake kesukaanku "

Semenjak hari perpisahan itu aku tak pernah berjumpa lagi dengan kakak itu
lagi .

Saat cinta hanya berbicara dalam diam
Dan takdirpun tidak menyatukan , satu kata ikhlaskan .....
Dengan begitu akan merasa ringan menjalankan ....
Jangan menunggu sesuatu yang tak pernah datang
Masih ada cerita baru yang harus dirajut tuk raih bahagia yang sesungguhnya

4

Menggapai Cita-Cita

Alfin adalah putra bungsu dari tiga bersaudara. Alfin ini hidup dikeluarga yang kurang
mampu. Saat ini ia duduk di bangku kelas 3 SMA. Alfin termasuk siswa yang cukup pandai di
sekolah dan selalu mendapat ranking 3. Ia juga merupakan siswa yang baik, mudah bergaul, dan
ramah kepada siapapun. Ia bercita-cita ingin menjadi tentara karena ingin mejaga bangsa tanah
air Indonesia.

Setelah lulus dari SMA, Alfin kebingungan mau milih antara meneruskan pendidikan ke
perguruan tinggi atau bekerja. Orang tuanya tidak memiliki biaya untuk membiayai sekolahnya.

“Berilah pentunjuk.” Lirihnya.
Setelah tiba di rumah, Alfin langsung bertanya kepada ibunya, “Ibu, apakah Alfin boleh
meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi atau bekerja?”
Ibupun menjawabnya, “Terserah kamu saja, Nak.”
“Apa ibu sanggup membiayai Alfin?”
Ibu pun berkata, “Kalau biaya, kamu lihat sekarang kan, ibu nggak kerja sayang.”
Hening, tak ada kata yang mampu Alfin ucapkan. Ia pun berpikir dan memutuskan untuk
tetap sekolah. Ia yakin mampu bekerja sambil bersekolah di kota.
Keesokan paginya, Alfin pun berangkat mengikuti seleksi disalah satu perguruan tinggi
yang ada di Samarinda. Alfin pamit kepada ibunya dan meminta doa serta restu.
Dengan langkah yang penuh semangat, Alfin mengikuti seleksi di perguruan tinggi.
Segala daya dan upaya ia lakukan untuk menggapai cita-citanya. Hatinya terus dipenuhi
kecemasan.
Waktu terus berlalu. Tibalah waktunya ia menghampiri papan pengumuman yang seakan
berjalan menghampirinya. Beberapa nama terus berjalan hingga namanya muncul di tampilan
layar.
“Tidak Lulus”
Sedih, hatinya gundah. Namun ia menyadari bahwa tidak semua yang ia impikan dapat
dengan mudah ia raih. Mungkin saja, saat ini ia perlu membantu ibunya mencari nafkah. Ia pun
pulang ke kampong dan melewati hari-harinya dengan bekerja sebagai penerima jasa antar
barang.

5

Editing:
1. Penulisan judul yang menggunakan tanda petik
tidak diperkenankan.
2. Beberapa kata yang tidak sesuai diganti.
3. Penulisan kata berulang yang tidak sesuai kaidah
ejaan bahasa Indonesia.
4. Penulisan kata depan seharusnya ditulis terpisah.
(di bangku)
5. Penggunaan tanda baca pada penulisan kalimat
langsung.

“Menggapai Cita-Cita”

Alfin adalah putra bungsu dari tiga bersaudara. Alfin ini hidup di keluarga yang kurang mampu.
Saat ini ia duduk dibangku kelas 3 SMA. Alfin termasuk siswa yang cukup pandai di sekolah
dan selalu mendapat ranking 3. Ia juga merupakan siswa yang baik, mudah bergaul, dan ramah
kepada siapapun. Ia bercita-cita ingin menjadi tentara karena ingin mejaga bangsa tanah air
Indonesia.
Setelah lulus dari SMA, Alfin kebingungan mau milih antara meneruskan pendidikan ke
perguruan tinggi atau bekerja. Orang tuanya tidak memiliki biaya untuk membiayai sekolahnya.
“Berilah pentunjuk”. lirihnya.
Setelah tiba di rumah, Alfin langsung bertanya kepada ibunya, “Ibu, apakah Alfin boleh
meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi atau bekerja?”
Ibupun menjawabnya, “Terserah kamu saja, Nak.”
“Apa ibu sanggup membiayai Alfin?”
Ibu pun berkata, “Kalau biaya, kamu lihat sekarang kan, ibu nggak kerja sayang.”
Hening, tak ada kata yang mampu Alfin ucapkan. Ia pun berpikir dan memutuskan untuk tetap
sekolah. Ia yakin mampu bekerja sambil bersekolah di kota.
Keesokan paginya, Alfin pun berangkat mengikuti seleksi disalah satu perguruan tinggi yang
ada di Samarinda. Alfin pamit kepada ibunya dan meminta doa serta restu.
Dengan langkah yang penuh semangat, Alfin mengikuti seleksi di perguruan tinggi. Segala daya
dan upaya ia lakukan untuk menggapai cita-citanya. Hatinya terus dipenuhi kecemasan.
Waktu terus berlalu. Tibalah waktunya ia menghampiri papan pengumuman yang seakan
berjalan menghampirinya. Beberapa nama terus berjalan hingga namanya muncul di tampilan
layar.
“Tidak Lulus”
Sedih, hatinya gundah. Namun ia menyadari bahwa tidak semua yang ia impikan dapat dengan
mudah ia raih. Mungkin saja, saat ini ia perlu membantu ibunya mencari nafkah. Ia pun pulang
ke kampung dan melewati hari2nya dengan bekerja sebagai penerima jasa antar barang.

6

Cinta dalam Diam

Ema Kulata Kavung

“Kring..kring..kring..”

Jam bekerku berbunyi sangat nyaring pada pukul 06.30. benda itu sengaja aku setel untuk

membangunkan aku dari tidur panjangku. Aku sontak terbangun. Dengan langkah sempoyongan,

aku berjalan ke arah kamar mandi untuk bersiap ke sekolah.

Hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah sebagai siswi Sekolah Menengah Atas.

Cukup gugup rasanya sebab selama tiga tahun ke depan, aku akan menghabiskan masa putih

abu-abuku di SMA Negeri 1 Suka Mulia. Sekolahku ini merupakan sekolah ternama di kotaku.

Hanya anak-anak pilihan yang bisa duduk di bangku tersebut.
“Ani..” teriak Linda, Novi, dan Vitha berlari ke arahku.

Ketiganya merupakan teman segugus saat Masa Orientasi Siswa baru beberapa hari yang

lalu. Dari kegiatan tersebut, kami mulai dekat dan bersahabat hingga saat ini.
Linda berkata, “Novi dan Vitha lebay deh. Baru sehari aja gak ketemu udah heboh dan

rusuh.”
“Kangen ya sama aku?” jawabku cengengesan.
“Ih, kepedean. Sopo to kangen koro sampean?” jawabnya ketus.
“Oh iya, yuk ke kelas. Ntar kita gak kebagian bangku paling depan.” ajakku.

Jam pembelajaran pertama pun dimulai. Pak Guru Sejarah yang terkenal rajin dan

disiplin memasuki ruangan kami. Tanpa ada komando, kami segera diam.
“Ting..ting..ting..” bel pertanda istirahat terdengar.

Setelah Pak Guru Sejarah keluar, beberapa kakak kelas kami datang.
“Selamat siang,a dik-adik. Maaf mengganggu waktu istirahat kalian. Kami dari eskul
Seni Lukis akan merekrut anggota baru.” ucap salah seorang dari mereka.
“Oke, untuk memanfaat waktu, bagi kalian yang berminat bergabung bersama kami,
silakan tulis nama kalian pada kertas ini.” lanjut salah seorang lagi.
“Woy, jangan melamun! Ntar kesambet.” Senggol Linda.
“Iya, gue kesambet dia.” Mataku mengisyaratkan pada pada pria berbadan kekar itu. Pria

kekar itu bernama Ichsan. Kak Ichsan seangkatan dengan kak Leo.

Sore harinya aku dan Linda datang ke sekolah. Rombel IPA dan IPS digabung di sebuah

ruangan khusus untuk mengikuti eskul Seni Lukis.

7

Pada pertemuan pertama, kami tidak langsung melukis. Kami hanya mendengar ocehan
para senior yang meperkenalkan diri. Tiba-tiba dari baik pintu terdengar suara tergoboh-goboh.

“Sorry..sorry..aku telat.”
“Udah, gak papa. Nih kenalin diri lu dulu sama junior kita.” perintah kak Leo.
“Oke adik-adik, maaf sebelumnya. Saya telat. Saya Muhammad Ariansyah Ichsan,
sapaan Ichsan. Saya duduk di bangku kelas XII IPS 4.”
Lagi-lagi senyumannya membuatku mematung tak berkedip. Aliran darahku berhenti
mengalir, sementara jantungku memompa lebih kencang. “Apa aku menyukainya?” batinku
dalam hati.
Hari berganti, pekan berlalu. Dua bulan telah kulewati menjadi siswi SMA. Selama dua
bulan pun, aku mencari tahu tentang kak Ichsan, dan tentu saja secara diam-diam. Mulai dari
mencari tahu akun sosmednya, nomor handphone, hingga alamt rumahnya. Namun sayang, aku
berubah menjadi pengecut. Bahkan untuk mengirim pesan singkat saja rasanya aku tak ada
keberanian. Aku hanya mampu melihatnya dari jauh sembati tersenyum memerhatikan setiap
tingkah lakunya.
Suatu ketika, aku tersenyum melihatnya dari kejauhan. Tiba-tiba dia tersenyum balik
kepadaku. “Akh…” bisikku.
Aku hanya mampu melakukan itu. Menyimpan rasa ini jauh di lubuk hatiku. Membiarkan
rasa ini tersimpan rapi, tak ingin ada yang tahu.

***

8

Editing:
1. Penulisan judul tidak diperkenankan menggunakan
garis bawah.
2. Penggunaan ejaan yang tidak sesuai kaidah:
a. Kata aku menjadi -ku seharusnya ditulis
bersambung karena berubah menjadi imbuhan.
b. Penulisan huruf kapital yang tidak sesuai.
c. Penulisan kata depan harus terpisah, jika diikuti
nama geografis menggunakan huruf capital.
3. Penggunaan tanda baca yang tidak sesuai kaidah:
a. Kalimat langsung
b. Perincian lebih dari 2 kata menggunakan tanda
koma (,).

Cinta dalam Diam
Ema Kulata Kavung

“Kring..kring..kring..” Jam bekerku berbunyi sangat nyaring pada pukul 06.30 yang sengaja aku
setel untuk membangunkan ku dari tidur panjang ku. Aku sontak terbangun dan dengan langkah
sempoyongan, aku berjalan kearah kamar mandi untuk bersiap ke Sekolah.

Hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah sebagai siswi Sekolah Menengah Atas.
Cukup gugup rasanya sebab selama tiga tahun ke depan, aku akan menghabiskan masa putih abu
ku diSMA Negeri 1 sukamulia. Sekolah ku ini merupakan sekolah ternama dikota ku. Hanya
anak-anak pilihan yang bisa bersekolah disekolah ku.

Ani..” teriak Linda, Novi dan Vitha berlari ke arahku.
Ketiganya merupakan teman segugus saat Masa Orientasi Siswa baru beberapa hari yang
lalu. Dari kegiatan tersebut, kami mulai dekat dan bersahabat hingga saat ini.
Linda berkata, Novi dan Vitha lebay deh. Baru sehari aja gak ketemu udah heboh dan
rusuh.
Kangen ya sama aku jawabku cengengesan.
“Ih, kepedean. Sopo to kangen koro sampean?” jawabnya ketus.
Oh iya, yuk ke kelas. Ntar kita gak kebagian bangku paling depan.” ajakku.
Jam pembelajaran pertama pun dimulai. Pak Guru Sejarah yang terkenal rajin dan
disiplin memasuki ruangan kami. Tanpa ada komando, kami segera diam. “Ting..ting..ting.. bel

9

yang menandakan istirahat berbunyi. Setelah Pak Guru Sejarah keluar, beberapa kakak kelas
kami datang.

“Selamat siang adik-adik. Maaf mengganggu waktu istirahat kalian. Kami dari eskul Seni
Lukis akan merekrut anggota baru.” ucap salah seorang dari mereka.

Oke, untuk memanfaat waktu, bagi kalian yang berminat bergabung bersama kami,
silakan tulis nama kalian pada kertas ini” lanjut salah seorang lagi.

“Woy, jangan melamun! Ntar kesambet.” Senggol Linda.
“Iya, gue kesambet dia.” Mataku mengisyaratkan pada pada pria berbadan kekar itu. Pria
kekar itu bernama Ichsan. Kak ichsan seangkatan dengan kak leo.
Sore harinya aku dan Linda datang ke sekolah. Rombel IPA dan IPS digabung di sebuah
ruangan khusus untuk mengikuti eskul Seni Lukis.
Pada pertemuan pertama, kami tidak langsung melukis. Kami hanya mendengar ocehan
para senior yang meperkenalkan diri. Tiba-tiba dari baik pintu terdengar suara tergoboh-goboh.
“Sorry..sorry..aku telat.”
“Udah, gak papa. Nih kenalin diri lu dulu sama junior kita.” perintah kak Leo.
“Oke adik-adik, maaf sebelumnya. Saya telat. Saya muhammad ariansyah ichsan, sapaan
Ichsan. Saya duduk di bangku kelas XII IPS 4.”
Lagi-lagi senyumannya membuat ku mematung tak berkedip. Aliran darahku berhenti
mengalir, sementara jantungku memompa lebih kencang. “Apa aku menyukainya?” batinku
dalam hati.
Hari berganti, pekan berlalu. Dua bulan telah kulewati menjadi siswi SMA. Selama dua
bulan pun, aku mencari tahu tentang kak Ichsan, dan tentu saja secara diam-diam. Mulai dari
mencari tahu akun sosmednya, nomor handphone, hingga alamt rumahnya. Namun sayang, aku
berubah menjadi pengecut. Bahkan untuk mengirim pesan singkat saja rasanya aku tak ada
keberanian. Aku hanya mampu melihatnya dari jauh sembati tersenyum memerhatikan setiap
tingkah lakunya.
Suatu ketika, aku tersenyum melihatnya dari kejauhan. Tiba-tiba dia tersenyum balik
kepadaku. “Akh…” bisikku.
Aku hanya mampu melakukan itu. Menyimpan rasa ini jauh di lubuk hatiku. Membiarkan
rasa ini tersimpan rapi, tak ingin ada yang tahu.

10

Bulan Rizky

Seperti seberkas cahaya di kegelapan malam
Terkadang cahaya itu tak kita sadari
Indah, indah sekali

Ketika kita melihat sinar lampu di waktu yang sama
Kita lebih fokus padanya

Kita seakan lupa, ada yang indah dari bohlam itu

11

Editing:
1. Tipografi puisi, wajah puisi seperti paragraf.
2. Susunannya tidak menggunakan larik puisi, tetapi
kalimat.
3. Penggunaan simbol bulan dan cahaya (lampu)
diganti ke bohlam yang dianggap lebih
menyentuh.

12

Corona dan Angkatanku
NN

Hai, apa kabar?
Masih tahan dengan situasi ini?
Masih betah belajar dari rumah?
Jujur, aku sendiri sudah tak tahan.
Sedih rasanya ketika mendengar kakak kelas kami bercerita tentang senioritas di sekolah,
Dan yah…
Kami tak merasakan itu.
Corona,
Kau menahan itu semua.
Menahan kami untuk belajar dari rumah.
Aku rindu kelasku.
Rindu bercanda-tawa di kantin sekolah.
Tapi, apalah daya.
Cerita kita telah tamat bersama pudding yang biasa saja.
Corona, cepatlah berlalu.
Aku ingin sekolah,
seperti dulu lagi.

13

Kesimpulan
E-Klipping Sastra berupa teks cerpen dan teks puisi ini telah melalui proses edit (editing)
seutuhnya dengan memperhatikan kaidah ejaan dan tanda baca. Namun, tidak dapat
dipungkiri bahwa e-klipping ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis sangat mengharapkan
saran dan kritik yang dapat membangun terciptanya karya yang akan datang.

14


Click to View FlipBook Version