The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

ebook toponimi kabupaten Cianjur

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Aan Hasanah, 2023-09-01 03:43:00

TOPONIMI CIANJUR

ebook toponimi kabupaten Cianjur

Keywords: Toponimi Cianjur

Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda ii DAFTAR ISI DAFTAR ISI..........................................................................................................ii KATA PENGANTAR.......................................................................................... iii BIODATA NARASUMBER ................................................................................ v BAGIAN 1 WILAYAH CIANJUR KOTA....................................................... 13 ASAL-USUL WILAYAH CIANJUR............................................................... 14 ASAL-USUL PENAMAAN CIANJUR ........................................................... 16 ASAL-USUL DAERAH-DAERAH CIANJUR ............................................... 18 BAGIAN 2 WILAYAH CIANJUR KALER .................................................... 20 ASAL-USUL DESA MANDE.......................................................................... 21 ASAL-USUL DESA MULYASARI................................................................. 23 ASAL-USUL DESA CIBALAGUNG.............................................................. 24 BAGIAN 3 WILAYAH CIANJUR KIDUL...................................................... 25 GUNUNG PADANG........................................................................................ 26 AGRABINTA ................................................................................................... 28 LAMPEGAN..................................................................................................... 30 CIWALEN......................................................................................................... 32 TANGGEUNG.................................................................................................. 33 BAGIAN 4 WILAYAH CIANJUR WETAN.................................................... 34 ASAL MULA NAMA DESA CIHERANG ..................................................... 35 ASAL – USUL DESA CIHEA ......................................................................... 36 SITU PASIR LUHUR DULU DAN SEKARANG .......................................... 37 BAGIAN 5 WILAYAH CIANJUR KULON.................................................... 39 ASAL-USUL KAMPUNG CIBADAK ............................................................ 40 ASAL-USUL KAMPUNG BATULAWANG CISERES................................. 41 ASAL-USUL GUNUNG GEDE PANGRANGGO.......................................... 43 BIODATA – BIODATA GRUP/KELOMPOK................................................ 45


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda iii KATA PENGANTAR “Hirup ditutur-tutur carita, lalakon diudag-udag kumangsa (TS)”. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta telah memberikan daya dan upaya sehingga ide untuk mengakumulasi asal-usul daerah-daerah yang ada di Cianjur ini bisa terwujud. Buku ini disusun dalam rangka memenuhi luaran dari mata kuliah seni dan budaya Sunda. Bahan bacaan ini sangat penting sebagai salah satu acuan dalam mempelajari asal-usul daerah-daerah yang ada di Cianjur, boleh jadi buku ini sebagai salah satu pengetahuan bagi orang-orang yang ingin mengetahuinya atau bahkan sebagai pelengkap bagi peneliti di bidang toponimi. Sebagai orang Cianjur, tentunya kita harus memiliki pengetahuan atau informasi terhadap asal-usul tempat kita tinggal atau bahkan daerah-daerah sekitarnya. Seperti yang telah diungkapkan Mahmud (2015) “jangan merasa sudah sempurna jadi orang Surabaya, orang Solo, orang Makassar, orang Palembang, orang Padang, orang Manado, orang Aceh, orang Banjarmasin, orang Jayapura, orang Cianjur, jika tak pernah tahu asal-usul nama kotanya”. Ungkapan Mahmud di atas seolah-olah mengingatkan kita pada pentingnya mengetahui asal-usul nama suatu daerah, karena dengan nama dan penamaan akan menjadikan kita ingat pada ingatan kolektif masyarakat setempat. Sejak lama para pakar ilmu onomastic telah menelitinya, sehingga dapat dikatakan hal yang dilakukan oleh para mahasiswa angkatan tahun 2019 ini menjadi salah satu penerus para ilmuan terdahulu. Dalam perkembangan kota, beberapa toponimi akan hilang baik karena area dan batas-batasnya telah hilang (misalnya digunakan untuk suatu blok fungsi baru yang lebih besar), tidak berfungsi secara administratif (tidak menjadi nama wilayah administratif), atau terlupakan karena sebab lain (Sektiadi, 2021). Dengan ungkapan tersebut kami tersadar, maka buku Asal-Usul Nama Tempat di Cianjur perlu diterbitkan untuk mewadahi ingatan kolektif masyarakat Cianjur sebagai bentuk perekaman sejarah tempat yang ada di kota Cianjur. Oleh sebab itu,


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda iv pencatatan dan penelusuran nama tempat di wilayah Cianjur terus dilakukan untuk memperoleh informasi terkait nama tempat yang ada di daerah Cianjur. Buku ini disusun dengan melibatkan berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Rasa terima kasih kami haturkan kepada berbagai pihak yang dengan sangat baik dan santun memberikan informasinya terkait asal-usul nama tempat yang terdapat di daerah Cianjur. Ada harapan dan doa bagi mereka, semoga pihak-pihak yang telah membantu, Allah Swt. limpahkan kesejahteraan dan keberkahan dalam hidupnya. Cianjur, Juni 2022 Penulis


BIODATA NARASUMBER


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda 6 A. Grup Tengah (Cianjur Kota) Nama : Luki Muharam, S.T. Jabatan : Sekretaris Lembaga Kesenian Cianjur dan sebagai Budayawan Cianjur Akun Instagram : @rlukimuharam Facebook : Luki Muharam Twitter : @MuharamLuki Karya Buku : Babad Cianjur / versi Rd. Damanhuri dan versi Rd. H. Abbas Shihabuddin yang di bahasa sundakan oleh Luki Muharam.


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda 7 B. Grup Cianjur Kaler (Cianjur Utara) • Narasumber 1 Nama : Bapa Ocid Umur : 86 tahun Alamat : Kp. Kaum Tengah RT.02/RW.05 Desa Kademangan Kecamatan Mande Latar Belakang : Beliau adalah Kiyai dan tokoh masyarakat di kecamatan mande dan orang yang di tuakan di daerah tersebut. • Narasumber 2 Nama : H Enjang Suwardi Umur : 66 tahun Alamat : Kp. Pupungkuran Desa Kademangan Kecamatan Mande Latar Belakang : Beliau adalah penduduk asli di daerah Cibalagung Mande dan Pesiunan Guru. • Narasumber 3 Nama : Dadang Andayatin Umur : 63 tahun Alamat : BTN Taman Puri Lestari Desa Bobojong Kecamatan Mande Latar Belakang : Beliau lahir dan di besarkan di daerah Cibalagung Mande, dan merupakan salah satu guru di SD Kademangan Kecamatan Mande.


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda 8 C. Grup Cianjur Kidul (Cianjur Selatan) • Narasumber 1 Nama : NANANG SULAEMAN, S.Pd Tempat/Tanggal Lahir : Cianjur, 03 Februari 1969 Agama : Islam Pendidikan Terakhir : S-1 Pekerjaan : Mengajar (Sejarah) Alamat : KP. Pasir Panglay Desa Sukamaju CibeberCianjur. • Narasumber 2 Nama : Luki Muharam, S.T. Jabatan : Sekretaris Lembaga Kesenian Cianjur dan sebagai Budayawan Cianjur Akun Instagram : @rlukimuharam Facebook : Luki Muharam Twitter : @MuharamLuki Karya Buku : Babad Cianjur / versi Rd. Damanhuri dan versi Rd. H. Abbas Shihabuddin yang di bahasa sundakan oleh Luki Muharam.


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda 9 D. Grup Cianjur Wetan (Cianjur Timur) • Narasumber 1 Nama : Drs. T. Suryadi Usia : 87 tahun Alamat : Jln. Didi Prawira Kusumah, RT 04 RW 01, Desa Maleber, Kampung Bunipasir, Kecamatan Karangtengah, Cianjur, Jawa Barat. • Narasumber 2 Nama : Fatimah Usia : 65 tahun Latar Belakang : Beliau termasuk penghuni awal kampung Tegalnangka, dari zaman kampung masih berbentuk hutan, sampai menjadi pemukiman padat penduduk.


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda 10 • Narasumber 3 Kutipan : Website resmi desa. Cihea kec. Haurwangi kab.Cianjur prov. Jawa Barat Tanggal Publish : 26 Agustus 2016 Penulis : Administrator Link Website : https://www.cihea.id/artikel/2016/8/26/sejarah-desa • Narasumber 4 Nama : Ilis Ai Khodijah Usia : 65 tahun Latar Belakang : Beliau merupakan salah satu sesepuh desa, beliau tahu asal muasal nama Desa Ciherang dan mengikuti perkembangan Desa tersebut dari sejak kecil hingga sekarang.


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda 11 E. Grup Cianjur Kulon (Cianjur Barat) • Narasumber 1 Nama : Bu Hj. Yoyoh Nurjanah Latar Belakang : Lahir pada tahun 1970 an, asli penduduk cibadak dan salah satu orang yg tertuakan yg ada di daerahnya. • Narasumber 2 Nama : Bapak Ujang Saripadi Latar Belakang : Lahir pada tanggal 1 Juni 1948, Pak ujang adalah penduduk asli daerah batulawang yang pernah mengalami beberapa peristiwa yang serupa dengan sejarah dan pernah menjabat sebgai kepala desa di daerah tersebut.


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda 12 • Narasumber 3 Nama : Bapak Rahmat Latar Belakang : Lahir pada tahun 1965 asli penduduk kaki gunung gede pangranggo, dari lahir hingga saat ini. Pa Rahmat adalah "kuncen" gunung gede dan gunung putri banyak yang mengunjungi bapak saat ingin melakukan hiking ke gunung.


BAGIAN 1 WILAYAH CIANJUR KOTA


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda 14 ASAL-USUL WILAYAH CIANJUR Sebelum pembahasan mengenai toponimi beberapa wilayah di Cianjur kota, menurut informan yaitu bapak Luki Muharam, S.T. yang merupakan salah seorang budayawan Cianjur, terlebih dahulu kita harus mengetahui asal-muasal terbentuknya wilayah Cianjur. Menurut beliau, bahwa dulunya itu belum ada penamaan Cianjur dan masih dinamai Cikundul, Cibalagung. Dan kebetulan ada krisis politik kesultanan Cirebon yang terjadi pada tahun 1977, 3 orang anak sunda Cirebon yang berebut tahta, setelah meninggalnya sultan Cirebon, Pangeran Ratu II atau dapat dikenal sebagai Pangeran Karim (beliau meninggal di Yogyakarta). Terdapat dua anak yang dibawa saat perebutan tahta, yaitu Pangeran Kertawijaya dan Pangeran Sangkerta. Yang diutamakan adalah Pangeran Kertawijaya. Tetapi, ketika Sultan Cirebon meninggal di Yogyakarta mereka pulang ke Cirebon kemudian mereka berebut tahta kembali. Pangeran Tohpati ikut serta dalam perebutan tahta itu juga, dan kemudian ditengahi oleh Kesultanan Banten. Dan pada akhirnya, Cirebon terbagi dua yang seharusnya terbagi tiga karena salah satu pemerintahannya tidak mempunyai wilayah. Yang pertama yaitu Kanoman, kedua yaitu Kasepuhan, dan yang ketiga yaitu Panebahan. Wilayah Cirebon tahun 1677 terbagi tiga bagian, namun karena yang memiliki wilayah pemerintahan hanya dua diantaranya Kanoman dan Kasepuhan, hal itu yang menjadikan dampak kepada bekas wilayah Cirebon, termasuk yang ada disini. Cianjur dulunya masih termasuk wilayah Cirebon, dan menjadi perebutan di wilayah Banten sehingga terjadi sebuah perkelahian. Karena setelah Padjajaran hancur tahun 1579, Kesultanan Cirebon, Kesultanan Banten, dan Kerajaan Sumedaran memperebutkan wilayah bekas Padjadjaran. Akhirnya, Raja Dwi Sasaran dikirim ke Cianjur oleh Sultan Cirebon. Pangeran Karim dikirim ke Cianjur, untuk menjaga perbatasan antara Cirebon dan Banten di sekitar Cisopan dan Citarum dan termasuk Cibalagung. Raden Natamanggala, yang menjadi bupati Cibalagung, yang diangkat oleh Sultan Kanoman. Setahun kemudian, kembali terjadi pertikaian antar kesultanan yang pada akhirnya menjadikan dua orang putra Cikundul yang lain diangkat menjadi Bupati Cibalagung oleh Sultan Kasepuhan. Mereka berdua merasa berat menjadi Bupati


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda 15 Cibalagung padahal wilayah tersebut merupakan bekas dari wilayah Cirebon, akan tetapi yang pertama menjadi bupati adalah Raden Natamanggala, hampir terjadi perang saudara. Saudara dari Raden Natamanggala yang terlibat dalam pertikaian kesultanan tersebut ialah Raden Wiramandala anak yang diangkat menjadi Bupati Cibalagung oleh sultan kasepuhan, lalu kemudian dia diangkat juga menjadi Bupati. Dualisme kepemimpinan Cibalagung ditengahi, agar berakhir pertikaian antara mereka. Akhirnya bupati pertama diminta untuk mengalah dan pindah wilayah menuju Barat, dan akhirnya ia pindah dengan berbagai persiapan.


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda 16 ASAL-USUL PENAMAAN CIANJUR Menurut Bapak Luki Hermawan dan bukti primer yang ada, asal-usul nama Cianjur dari babad limbangan, Garut. Kota Cianjur dimulai dari “dalem Cikundul” sewaktu kepemimpinan Bupati pertama yaitu Ki Wiratanu yang sekarang lebih dikenal dengan nama Ki Wiratanudatar. Awal mulanya dahulu dikisahkan tentang pinangan Prabu Siliwangi kepada Nyai Rambut Kasih putri raja Kertarahayu. Dikisahkan kecantikan Nyai Rambut Kasih sudah terkenal sebagai kembang keraton Kertarahayu yang pernah berdiri di Garut ratusan tahun lalu. Jauh sebelum bernama Kabupaten Limbangan yang didirikan Sunan Cipancar dan kemudian berganti menjadi Kabupaten Garut, berdirilah kerajaan Kertarahayu dengan rajanya Sunan Rumenggong. Sang raja memiliki seorang putri cantik jelita yang tersohor hingga kabar kecantikan tersebut tiba kehadapan Prabu Siliwangi raja pajajaran yang bertahta di pakuan bogor. Prabu Siliwangi lalu mengutus Aki Panyumpit pengasuhnya sejak kecil untuk meminang Nyai Rambut Kasih dan membawanya ke Pakuan. Dan dengan khidmat Aki Panyumpit melaksanakan titah tersebut, ia lalu menuju kerajaan Kertarahayu melewati gunung dan sungai, hingga tiba di sekitar gunung Sedakencana (Gunung Gede) dan tertahan oleh derasnya aliran sebuah aliran sungai. “Aki kunaon meuntas teh mandog mayong kitu (Aki kenapa ragu-ragu menyebrang sungai?” ujar seorang petani. “Deung puguh caina anjur (Ih itu karena airnya deras)” jawab Aki Panyumpit. Setelah berhasil menyebrang, Aki Panyumpit berpesan kepada warga setempat agar menamai sungai tersebut dengan nama Cianjur yang artinya Sungai dengan Air Deras. Namun makna yang dikenal masyarakat Cianjur akan penamaan Cianjur yaitu “Air Manjur” yang sebetulnya bukan merupakan makna dari Cianjur itu sendiri. Dan sebetulnya makna penamaan Cianjur itu sendiri yaitu “Air yang deras” yang berasal dari hulu sungai Cianjur yang hingga sekarang masih ada. Adapun pendapat lain dari budayawan Cianjur yaitu Aki Dadan, menurutnya disebut Cianjur itu karena anak-anak bupati pada saat itu sering mandi dengan menggunakan air di sungai tersebut, sehingga disebut Cianjur dengan makna “cai” dan “banjur”. Cianjur ditetapkan sebagai sebuah


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda 17 kabupaten, baru digunakan pada masa bupati Cianjur Rd. Aria Wiratanu II/ Rd. Wiramanggala (1686-1707). Kemudian pada masa Bupati ke-3 yaitu, Cianjur mencapai kemakmuran sebagai pengusaha kopi terbesar sepulau Jawa, walaupun pada saat itu masih dijajah Belanda. Sehingga masyarakat Cianjur tidak mau menjadi pegawai-pegawai lagi. Maka bupati pada saat itu mengirim surat ke Belanda supaya dikirim buruh-buruh kasar untuk menjaga kebun kopi dan kebun tarung. Dan yang dikirim itu adalah para buruh China dengan tampilan khasnya yang botak dengan ujung rambut yang diuntai pada saat itu. Cianjur pada masa itu jaya sekali dan menjadikan orang-orang cianjur kaya-raya, sampai-sampai Cianjur terkenal Bahasanya, ketampanan dan kecantikannya, keseniannya, dan mengajinya. Sampai ada kalimat “ngaji kawas ngaji orang cianjur” karena saking merdu suaranya. Sampai banyak orang dari wilayah lain berdatangan kemudian ingin menetap menjadi orang Cianjur pada saat itu.


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda 18 ASAL-USUL DAERAH-DAERAH CIANJUR Cianjur ditetapkan sebagai sebuah kabupaten, baru digunakan pada masa bupati Cianjur Rd. Aria Wiratanu II/ Rd. Wiramanggala (1686-1707). Dan pada masa kepemimpinan bupati kedua inilah Cianjur mulai dijajah oleh Belanda. Menurut Rieza. D. menjelaskan bahwa pada masa awal berdirinya kabupaten Cianjur, ibu kotanya berada di kampung Pamoyanan. a. Pamoyanan Pada mulanya Dalem Wiratanu II mandi di sungai Cianjur, tepatnya dekat sungai Goong. Dan seusai mandi, Wiratanu II kemudian berjemur, yang dalam bahasa Sunda disebut Moyan, maka kemudian tempat tersebut disebut Pamoyanan, Di Pamoyanan inilah Dalem Wiratanu II membuka perkampungan bersama adikadik dan rombongannya, Nyi Mas Syarifah Didoh melukisnya sebagai berikut : “Nya didinya di Pamoyanan, Dalem teras ngababakan ngadamel keprabon. Para saderek, para somah pangiring sadayana dokdak nuaran tangkal kai anu arageung, kai Huru kai Dapung, kai Manglid, Kihiang sareng Rasamala. Tidinya pisan Dalem ngawitan ngabangun Dayeuh, “(Disitulah di Pamoyanan Kanjeng Dalem membangun kota dan pendopo. Saudara-saudaranya juga membantu membangun pusat kota dari berbagai pohon, seperti pohon Manglid, Ki dapung, Ki Hiang, Rasamala dan Ki Huru). b. Selakopi Nyi Mas Syarifah Didoh dalam diktat Sejarah Cianjurnya kemudian menceritakan perjalanan rombongan Panembong menuju tempat yang kemudian disebut Salakopi: “Tidinya angkat majungetan, dina perjalanan anjeuna seueur mendakan tangkal anu kembangna barodas aya dina sela sela tangkal kai leuweung anu arageung. Si horeng tangkal alit anu barodas kembangna teh nyaeta tangkal kopi, ayeuna eta tempat teh telah jadi kampung Salakopi“. (Dari situ rombongan menuju arah timur, dan saat diperjalanan itu mereka menemukan pohon yang berbunga putih ada di antara pohon-pohon hutan yang lebat. Ternyata bunga-bunga putih itu dari pohon kopi. Dan akhirnya tempat tersebut dinamai Salakopi).


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda 19 c. Panembong Pada saat itu, Aria Wiratanu II beserta kawan-kawan nya tiba di sebuah tempat yang agak tinggi. Di tempat tersebut Wiratanu II dan rombongan dapat dengan jelas ke segala arah dalam bahasa Sunda disebut plung-plong, maka oleh sang Dalem tempat tersebut dinamai Panembong.


BAGIAN 2 WILAYAH CIANJUR KALER


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda 21 ASAL USUL DESA MANDE Konon Katanya Desa mande yang paling subur dengan kekayaan tanahnya adalah tanah pesawahan sehingga pada saat itu banyak pengusaha pengusaha dari luar yang ikut menjalankan usahanya sehingga pada saat itu berdirilah pasar yang dinamakan Pasar Mande sehingga semua hasil dari para pengusaha pertanian yang ada diluar maupun di desa semua di dijual belikan dis Dari tahun 1945 sampai dengan tahun 1970 pemerintah Desa Mande semakin meningkat dan berkembang pesat sehingga penduduknya semakin bertambah banyak. Pada tahun 1980 Desa mande menerima kabar bahwa sebagian besar wilayah desa akan terkena proyek pemerintah yaitu pemerintah akan membuat bendungan Waduk untuk pembangkit tenaga Listrik sehingga pada saat itu warga masyarakat Desa Mande yang terkena pematokan Proyek PLN tersebut mau tidak mau harus terusir dan menjual tanah-tanahnya dan pada waktu itu pemerintahan desa Mande pun disibukan oleh warga masyarakat yang terkena pematokan proyek tersebut, luas wilayah Desa Mande yang terkena pematokan oleh proyek kurang lebih 75 % dari seluruh wilayah desa dan yang tersisa sekarang hanya 25%. Pada tahun 1981 terjadilah pembayaran tanah masyarakat untuk dijadikan bendungan waduk tersebut. Yang sampai saat ini terkenal dengan sebutan Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC), dan saat itu pun kantor desa pun harus dipindahkan ke wilayah yang tidak terkena pematokan, tahun 1984 terjadilah pemindahan pemerintahan desa mande yaitu ke Kp. Babakan Nangka Dusun 01 yang alhamdulilah wilayah ini tidak terkena pematokan, tidak lama kemudian pada tahun 1993 kantor desa pun dipindahkan lagi ke Kp. Nambo alasan area tersebut kurang strategis dan jauh dari perkampungan warga. Dan semenjak saat itu sampai sekarang kantor desa berada di Kp. Nambo RT.005/RW.002 Dusun 02. Kepemimpinan Desa Mande dari tahun 1945 sampai dengan tahun 2014 adalah: 1. OPING : 1945/1961 2. NENG MAHIN : 1961/1964 3. H. JEN : 1964/1969 4. LILI IRWAN : 1969/1972


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda 22 5. RUHIMAT : 1972/1973 6. E. SARIPUDIN : 1973/1984 7. BUNYAMIN : 1984/1992 8. DEDEN SYARIPUDIN : 1992/2002 9. DJADANG DJAENUDIN : 2002/2007 10. ENCEP ROMLY : 2007/2008 11. H. SACHRUDIN : 2008/2013 12. NANANG SURYANA, S.IP : 2013/SEKARANG


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda 23 ASAL USUL DESA MULYASARI Sejarah Desa Mulyasari dulu asal mulanya adalah Desa Cipeujeuh, pada tahun 1935 Desa Cipeujeuh diberi nama Desa dolar, dikarenakan tanah perkebunan dan termasuk tanah milik rakyat, juga tanah Desa masih utuh dan penuh dengan tanaman produktif seperti tanaman pohon karet dan tanaman buah-buahan dan yang paling menonjol adalah tanaman Durian, tidak sedikit orang kota yang datang untuk membelinya. Desa Cipeujeuh pada waktu itu di pimpin oleh Pejabat Kepala Desa yang bernama R. SURYA DININGRAT alias LURAH CIJAGANG kenapa diberi nama Lurah Cijagang, karena beliau adalah asli dari Kp. Cijagang Desa Cijagang Kecamatan Cikalongkulon, sebagai pegawai Kecamatan yang dijabatkan di Desa Cipeujeuh Kecamatan Mande. Pada waktu kepemimpinan beliau dengan kebijakannya mulailah membangun jalan Desa dan memperkeras dari mulai Perbatasan dengan Desa Jamali s/d. Kp. Cipeujeuh Desa Cipeujeuh dan dengan keputusannya bahwa setiap orang yang meninggal harus dikuburkan di tanah kuburan tidak boleh di kubur di tanah pribadi, sehingga dilaksanakan penyediaan tanah kuburan (tanah mati) yang dibeli dari hasil swadaya masyarakat dengan cara patungan semua warga, dan di setiap dusun tanah kuburan tersebut dapat terealisasikan. Tetapi sayangnya pada tahun 1955 sampai dengan tahun 1962 perkebunan yang subur itu didiami basisbasis gerombolan (DI/Gerombolan) yang akhirnya masyarakat merasa tidak aman dan mengungsi ke daerah yang paling aman atau kekota. Setelah aman masyarakat ada yang tetap tinggal di tempat pengungsian dan ada juga yang kembali ke tempat semula dan mengolah tanah yang telah gundul dan tidak produktif lagi. Dari situlah tanah darat maupun tanah sawah sebagian pemiliknya adalah orang luar desa, sehingga masyarakat tidak punya garapan tanah milik sendiri, sebagai mata pencaharian terpaksa menumpang di tanah perkebunan/Tanah HGU yang tanamannya masih kecil.


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda 24 ASAL USUL DESA CIBALAGUNG Cibalagung teh asalna mah “Cibale Agung” anu dibupatian ku Arya Nata Manggala teh asalna ti Mataram sumping ka Mande bubuara sabondoroyot anu kalini ku penjajahna nu ayena mah disebatna Cibale Agung teras aya kampung anu namina Kademangan. Kademangan teh asalna tina kata demang anu artina nyaeta perkumpula para petinggi zaman bahela. Arya Natamangga teh gaduheun putra 3 nu ka hiiji Eyang Kebon ka dua Eyang Zaman anu ka tilu Eyang Pulo, tidiya anjen na sempit anjena tatapa masihan pertunjuk saurna anjen kudu ka girang kudu neangan pang guyangan badak putih. Tah didiya nyieun kabupaten teh, sateacan terang teh mimiti dibuka na sanes tidiya pang guyangan badak putih teh, tidiya teh dipiwarang naek kana tangkal tapi teu ka penak keneh teras weh ka palih kulon, naek deui weh kana tangkal ayena mah katinggali dipalebah pagadean (kulon) kusabab didiya teh tos katembong matak tempat didiya disebatna panembong. Saatos kitu raden arya Nata Manggala balik deui ka Cibale Agung ngembangkeun agama lantaran nu jadi pupuhu didieu, Saatos kitu Cibale Agung ganti ngaran nepi ka ayena katelahna jadi Cibalagung. Anu ayeuna mah jadi kabupaten pamarentahan, teras weh daerah mande teh kabagi sababaraha desa diantarana Desa Kademangan, Murni Sari, Ciandam,Jamali, Desa Jamali asal mula tina ngaran jalmi anu namina pa Jamali anu ayeuna dikenal Desa Jamali.


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda 25 BAGIAN 3 WILAYAH CIANJUR KIDUL


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda 26 GUNUNG PADANG Situs Gunung Padang merupakan situs prasejarah peninggalan kebudayaan Megalitikum di Jawa Barat. Tepatnya berada di perbatasan Dusun Gunung Padang dan Panggulan, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur. Lokasi dapat dicapai 20 kilometer dari persimpangan kota kecamatan Warungkondang, di jalan antara Kabupaten Cianjur dan Sukabumi. Sumber sejarah yang telah diwawancara sebelumnya yaitu oleh seorang sejarawan di kota Cianjur bernama Bapak Luki Muharam. Menyebutkan bahwa Gunung Padang sudah ditemukan hasil penelitian ilmiah oleh Dr. Ali Akbar dari Universitas Indonesia, Profesor, Doktor, dan beberapa ilmuan dari Institut Teknologi Bandung seperti Professor Pon Purajatnika dan juga ada sekitar seratus orang ahli dari berbagai disiplin ilmu itu meneliti Gunung Padang. Peneliti-peneliti tersebut dibentuk oleh presiden SBY untuk mengungkapkan situs Gunung Padang secara ilmiah atau akademis. Beberapa hasil ilmiah masih mempertanyakan bagaimana awal mula pembentukan situs Gunung Padang ini terjadi. Berdasarkan pada penelitian ilmuwan yang dilakukan sebelumnya, Gunung Padang merupakan punden berundak akibat peristiwa gempa bumi yang mengakibatkan batu-batu yang dibentuk tidak beraturan. Di dalam batu-batu itu ditemukan yang disebut “dorphal” yaitu batu pendeteksi gempa. Batu “dorphal” ini ditemukan pada situs-situs di Jepang dan juga di Indonesia seperti di NTB dan Lampung. Sehingga ada asumsi bahwa Gunung Padang adalah buatan manusia-manusia Atlantis yaitu bangsa Lemuria yang disebut juga pada Teori Lemurian. Menurut penelitian Dr. Ali Akbar usianya 2500 tahun sebelum masehi. Artinya sebelum Nabi Isa lahir atau bisa disebut juga “before christ” sebelum Yesus lahir. Zaman pra-sejarah ini dengan artian zaman yang belum mengenal tulisan. Oleh karena itu, manusia sampai sekarang tidak mengetahui siapa yang membuat situs Gunung Padang ini. Tetapi mengungkapkan bahwa zaman pra-sejarah itu memiliki teknologi yang begitu tinggi. Batu yang berukuran sekitar 120 cm berbentuk kotak persegi panjang memuncak kebawah menjadikan para ilmuwan dibuat penasaran sehingga meneliti lebih jauh.


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda 27 Ternyata ketika Profesor Doktor Dani Hilman seorang geolog Indonesia, meneliti dengan menambahkan sonar dari satelit karena ia ingin mengetahui Gunung Padang termasuk “man made” buatan manusia atau sebaliknya. Dokumentasi yang ia lakukan mengungkapkan Gunung Padang itu seperti punden berundak atau berumpak sebanyak 13 umpak yang terkubur, tetapi hanya 5 umpak yang muncul dan harus digali lebih dalam lagi. Menurut mitologi legenda atau cerita masyarakat setempat yang paham akan situs ini, mengungkapkan Gunung Padang itu memiliki arti “caang” yaitu terang. Menurut Bapak Luki menceritakan “Jadi ceritanya ini dongeng, jadi pada waktu itu kembali ke dongeng ini Prabu Siliwangi katanya Gunung Padang itu buatan Prabu Siliwangi. Gunung Padang itu kan hasil manusia, justru yang harus diangkat itu bahwa kebudayaan pertama manusia di dunia ini ada di Cianjur.” Menurutnya kebudayaan manusia pertama ada di daerah Campaka termasuk pada situs Gunung Padang ini. Cerita dongeng sampai sekarang dipercaya oleh masyarakat setempat bahwa itu bekas peninggalan Prabu Siliwangi. Ceritanya, ketika sedang membangun dating atau persinggahan, Kian Santang mengajak Prabu Siliwangi untuk memeluk agama Islam. Tetapi pada saat itu, Prabu Siliwangi tidak mau dan meninggalkan persinggahan itu sehingga bangunan yang terjadi tidak beraturan. Bapak Luki menegaskan “Dihubung-hubungkan dengan cerita dongeng, Padang tuh artinya “caang” gitu ya terang benderang, gitu aja.” Cerita selanjutnya, ketika ucapan Prabu Siliwangi pada saat itu karena sama seperti cerita Sangkuriang, bangunan Gunung Padang ini dibuat oleh jin dalam sehari. Waktu yang dilakukan pada saat itu terlalu cepat kemudian jin ketakutan karena sudah siang, disebutlah “deug geus padang, geus caang” (sudah terang). Menurut Bapak Luki, “Gunung Padang itu hanya dongeng istilah terang gitu ya. Karena kalo siang tepat dibawah matahari kalo malam tepat di bawah bulan. Dua hari dua malam bulan itu terang. Jadi sebetulnya “caang” nya bukan hanya matahari”.


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda 28 AGRABINTA Agrabinta adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kecamatan Agrabinta terletak sekitar 130 km dari Kota Cianjur ke arah selatan. Menurut sumber yang telah diwawancara sebelumnya menceritakan asal-usul nama kota Agrabinta. Agrabinta atau disebut Agrabinta Pura memiliki arti yaitu “kota diatas gunung.” Pada abad ke-2 atau ke-3 Masehi, diceritakan pada waktu itu kebudayaankebudayaan berpusat di India, sebagai tolak ukur pada abad ini. Karena aktivisaktivis ke-Sunda an ini, yang menjajah bumi pertiwi itu tidak hanya Belanda tapi India juga. Agama-agama dari luar akhirnya menjajah tanah air kita datanglah beberapa hewan termasuk kuda. Pada zaman dulu, daerah Pallawa di India telah terkenal sebagai pusat seluruh dunia, karena banyak duta-duta besar India menyebar ke seluruh dunia. Sebagian ke Indonesia, seperti Banten yaitu daerah Merak. Menurut masyarakat setempat daerah Merak ini diceritakan salah satu tokoh, ia disana menikah dengan kepala Sunda asli bernama Aki Tirem, Aki Tirem ini merasa berhutang budi pada Pangeran Dewawarman karena ada tiga orang pangeran kakak beradik datang ke Merak atau dulu disebut Salakanagara. Dewawarman menikahi anaknya Aki Kirem yang berhasil melumpuhkan bajak laut. Anaknya yang terakhir tinggal di Cianjur yaitu Prabu Suliki Amar Sakti. Ia mendirikan kerajaan di Tanjung Kidul, ibu kota Agrabinta Pura di Cianjur. Dari beberapa sumber media, kerajaan Agrabinta Pura ini dikenal juga dengan nama Kerajaan Tanjung Kidul, adalah salah satu dari kerajaan kecil bawahan Salakanagara yang didirikan oleh orang-orang Salakanagara. Monarki yang pernah ada dalam sejarah kerajaan di Tatar Pasundan ini didirikan pada abad ke 2 Masehi oleh Prabu Sweta Limansakti, adik kandung kedua dari Prabu Dewawarman I (Salakanagara). Raja ini memiliki istri yang berasal dari negeri Singala (Sri Lanka). Kerajaan ini sejaman dengan Aki Sugiwanca dari Kerajaan Jampang Manggung yang tak lain adalah adik kandung Aki Tirem leluhur raja-raja Sunda yang pertama kali mendirikan kerajaan Sunda di Pulosari Banten abad ke-2 Masehi. Dan Agrabintapura termasuk kerajaan tertua di Jawa Barat bahkan di Nusantara.


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda 29 Agrabinta atau disebut juga Mandala Agrabinta adalah tempat suci orang sunda berupa kamandalaan atau kabuyutan sebagai tempat mempelajari ilmu keagamaan. Mandala Agrabinta adalah cikal bakal Kerajaan Agrabintapura atau kerajaan Tanjung Kidul. Mandala ini termasuk dalam daftar Kabuyutan atau Kemandalaan di Tatar Pasundan.


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda 30 LAMPEGAN Desa Cibokor merupakan sebuah desa yang berada diperbatasan sebelah timur Kabupaten Sukabumi dimana desa tersebut memiliki tofografi perbukitan dengan hasil kekayaan yang melimpah dan berada di sekitar kawasan perkebunan the yang terhampar luas dengan jumlah penduduk sekitar 12.000 jiwa. Di sebelah selatan desa tersebut terdapat nama kampung yang bernama Lampegan yang diambil dari kegitan pembangunan sebuah terowongan Kereta api yang mana kampung tersebut terdapat terowongan kereta api dan stasiun yang dibangun sejak jaman Belanda. Terowongan Lampegan merupakan salah satu terowongan tertua di Indonesia dan menjadi terowongan kereta api pertama yang dibangun di Jawa Barat. Lampegan yang dibangun pada 1879–1882 itu berlokasi di Pasir Gunung Keneng, Desa Cibokor Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Terowongan ini dibangun oleh Perusahaan Kereta Api Negara Staatspoorwegen (SS) dan berada pada lintasan jalur kereta api Sukabumi-Cianjur yang membentang sepanjang 39 kilometer. Terowongan ini dibangun untuk mendukung jalur kereta api rute Bogor-SukabumiBandung. “Para pejabat Hindia Belanda pusat dari Batavia dan Priyangan pun hadir. Bahkan, tampak Gubernur Hindia Belanda yang saat itu dijabat oleh Cornelis Pijnacker Hordik, termasuk Bupati RAA Prawiradireja,” seperti dikutip dari buku Kisah Tanah Jawa (2018:11). Bersama dengan dua rekannya, Nyi Sadea menari di bawah rintik hujan memakai kemben merah dan selendang kuning. Ia berlenggak-lenggok di atas panggung kecil di mulut terowongan yang diterangi lampu pijar. Jelang tengah malam, setelah penampilan Nyi Sadea berakhir, ia berteduh di dalam terowongan sambil menunggu hujan deras mereda. Tidak lama dari itu, Nyi Sadea mendengar suaranya dipanggil kemudian Ia berjalan memasuki terowongan, lalu menghilang tanpa ada yang tahu ke mana dengan hilangnya Nyi Sadea menjadi legenda hingga saat ini. Dalam Kisah Tanah Jawa diceritakan bahwa Nyi Sadea diperistri oleh pemimpin gaib di wilayah itu. Menurut pengamatan retrocognition yang tim Kisah Tanah Jawa lakukan, Nyi Sadea dijadikan tumbal bagi pemimpin istana gaib di atas


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda 31 bukit Terowongan Lampegan yang bernama Razamandala. Ia dikorbankan sebagai syarat agar pemimpin gaib itu tidak mengganggu proses pembangunan, karena selama proses pembangunan Terowongan Lampegan, sering ada pekerja yang meninggal. Razamandala tak meminta ritual tertentu, cukup dengan mengadakan acara ronggeng yang mengundang penari tercantik di wilayah Priangan. Versi lainnya, penduduk setempat percaya bahwa Nyi Sadea dijadikan tumbal, tetapi bukan dengan cara menghilang sendiri tanpa jejak karena dijemput sesuatu yang gaib. Namun, karena dijadikan tumbal dan jasadnya ditanam dalam tembok terowongan. Terlepas dari misteri hilangnya Nyi Sadea, ada banyak kisah yang menceritakan toponomi Lampegan. Dalam buku Kisah Tanah Jawa (2018), disebutkan bahwa nama Lampegan tercetus dari percakapan orang Belanda ketika kereta api memasuki terowongan. “Lamp a gan,” begitu katanya untuk memerintahkan supaya lampu segera dinyalakan untuk membantu masinis mengemudi dalam terowongan gelap itu. Versi lainnya mengatakan bahwa Lampegan merupakan perintah mandor proyek Van Beckman yang mencampurkan bahasa Indonesia dengan Inggris pada anak buahnya. “Lamp pegang! Lamp Pegang!,” katanya ketika hendak memasuki terowongan untuk memantau hasil kerja mereka. Ada pula versi lainnya mengatakan bahwa Lampegan berasal dari teriakan kondektur kereta api, ketika memasuki kereta api yang menyuruh penjaga untuk menyalakan lampu sambil berseru, “Lampen aan! Lampen aan!”, yang artinya “Nyalakan lampu.” Meski begitu, apapun versi ceritanya, hasilnya para penduduk sekitar yang salah mendengar teriakan, seruan, maupun perintah itu memahaminya sebagai Lampegan.


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda 32 CIWALEN Menurut cerita turun menurun dari para Ulama Cianjur khususnya yang ada keterkaitan dengan nama ciwalen , sudah barang tentu bagi para Kiayi dan para santri kata CIWLEN memiliki makna sejarah , Karena kata Ciwalen berasal dari kata Walain artinya “ dua wali”. Pada abad ke 18 M atau sekitar tahun 1790-an tibalah sepasang suami istri keturunnan Banten dan Pamijahan Sukapura tepatnya TB. Syarifuddim Muhammad seorang ulama cucu dari Syekh Maulana TB. Mansyuruddin Cikaduen Banten Yang menikah dengan Nyimas Nur Kasih purta dalem Bojong yatu Rd. Bangsa Santana yang merupakan putra dari ulama besar yaitu Syekh Abdul Muhyi – Pamijahan. TB. Syarifuddim Muhammad dari Banten dan Nyimas Nur Kasih dari Sukapura tepatnya pamijahan beliau menetap di kampung tersebut untuk menyebarkan agama Islam dimana kampung tempat tinnggal tersebut sekarang disebut Kp. Ciwalen ,karena kealiman dan kesolehannya, banyak yang mengatakan sepasang Waliyulloh sehingga kampung tempat tinggalnya disbut ciwalen Nyimas Nurkasih adalah ulama besar dimana beliau Hapal Al-Quran dengan tafsirnya begitupun dengan ilmu Agama Islam lainnya seperi fiqh, hadist, tasawuf dan lainnya, begitupun dengan Suaminya yang memiliki keilmuan agama yang sangat mempuni sehingga melahirkan keturunan yang menjadi ulama besar diantaranya adalah Syekh TB. Muhammad Nurhusen Cimuncang Sukabumi dimana beliau memiliki murid yang bernama Syekh Yusuf Sambalawaeni yang merupakan salah satu guru seorang ulama besar di pulau jawa bahkan didunia yaituh Seyekh Nawawi Banten, begitupun dengan putra putrid lainnya seperti Nyimas Nurkillah, dan Syekh TB. Nur kodim yang menetap dicikiara yang tidak jauh dari Ciwalen begitu pun dengan cucu cucu dari pernikahaan TB. Syarifuddim Muhammad dengan Nyimas Nurkasih melahirkan ulama ulama yang ada di Kabupaten Cianjur sekarang Seperti Embah Nur Bayan Pasanggrahan Cibeber, Mama Gentur dan masih banyak ulama lainnya.


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda 33 TANGGEUNG Tanggeung adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Cianjur bagian selatan dengan jumlah populasi kurang lebih 45,354 penduduk dengan 12 desa di dalamnya. Penamaan Tanggeung sendiri memiliki arti ‘tangguh’. Hal ini tercermin dari sejarah masyarakat Tanggeung yang memegang prinsip Tangguh dalam memeluk agama Islam. Kisah awal mula wilayah Tanggeung adalah ketika adanya invansi Raja Panjalu Ciamis yang bernama Sanghyang Borosngora yang kemudian masuk Islam karena adanya pengaruh dari Sunan Gunung Jati Cirebon dan mengganti namanya menjadi Syekh Aulia Mantini. Ketika sudah memeluk Islam, Sanghyang Borosngora menyerahkan tahtanya ke anaknya yaitu Prabu Harya Puning di Panjalu, Ciamis. Kemudian Sanghyang Borosngora yang sudah memeluk Islam memilih untuk menetap di Cianjur Selatan wilayah Tanggeung. Menetapnya Syekh Aulia Mantini atau Sanghyang Borosngora di wilayah Tanggeung tidak semata-mata tinggal belaka, namun beliau juga menjadi juru dakwah sebagai sarana menyebarkan ajaran Islam di wilayah Cianjur Selatan daerah Tanggeung. Ketika Syekh Aulia Mantini berhasil menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat Tanggeung, mereka lalu sangat memegang teguh prinsip ajaran Islam tersebut sehingga kata ‘tangguh’ merupakan padanan yang tepat mencerminkan kondisi masyarakat Tanggeung saat itu. Akhirnya dari kata ‘tangguh’ itu lah, salah satu wilayah di Cianjur bagian selatan yaitu Tanggeung lahir.


BAGIAN 4 WILAYAH CIANJUR WETAN


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda 35 ASAL MULA NAMA DESA CIHERANG Sejarah singkat Desa Ciherang ini disampaikan oleh salah satu sesepuh di desa ini bernama Ibu Hj. Ai. Desa Ciherang sebelum terbentuk namanya adalah Desa Karangtengah yang sekarang menjadi nama Kecamatan, yaitu Kecamatan Karangtengah. Pada tahun 1979 Desa Karangtengah dimekarkan menjadi 2 (dua) Desa yaitu : Desa Ciherang sebagai Desa Induknya dan pemekarannya adalah Desa Hegarmanah. Asal usul nama Desa Ciherang diambil dari suatu tempat atau kampung yang namanya Kampung Ciherang, di Kampung tersebut terdapat sebuah mata Air yang airnya “Jernih” atau dalam Bahasa Sunda artinya “Herang”, mata air tersebut tak pernah surut, walawpun pada musim kemarau, dan keluar airnya selalu jernih atau “Herang”. Maka dari situlah nama Kampung Ciherang dijadikan menjadi nama Desa yaitu Desa Ciherang, yang sampai sekarang dikenal oleh masyarakat luas.


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda 36 ASAL – USUL DESA CIHEA Desa Cihea merupakan desa yang berasal dari desa pembentukan pada jaman Belanda tahun 1887 yang berasal dari kedaleuman Cihea di bawah Koloni Kesultanan Agung mataram, sekitar tahun 1645, desa Cihea terbentuk seiring dengan pembentukannya desa di Kabupaten Cianjur tahun 1887. Kemudian awal mulanya desa Cihea terbagi 3 kedusunan wilayah, yang mana ketiga dusun itu sudah memenuhi syarat untuk dibentuk menjadi 2 desa. Dusun satu wilayah Girang mengusulkan untuk dibentuk menjadi sebuah desa, dengan dorongan yang kuat dari seluruh tokoh dan masyarakat dan ditunjang dengan potensi yang sudah memenuhi sarat maka desa Cihea sebagai desa induk dan desa Pemekaran sebagai desa Pemekaran. Kemudian, nama desa Cihea terbentuk dari nama asal Cihea/kedaleuman Cihea, karena desa Cihea merupakan desa pokok yang tidak mungkin berubah nama, maka walaupun berdasarkan sejarah bahwa nama desa Cihea diambil dari nama sungai yang berada diwilayah desa, tetapi desa pokok juga bernama desa Cihea. Kemudian nama Cihea itu berasal dari dua kata yaitu Ci dan Hea, banyak orang menafsirkan Ci berarti air, dan Hea berarti pohon, pohon yang dimaksud merupakan pohon kayu. Jadi, Pohon kayu yang banyak tumbuh disepanjang aliran sungai cihea. Selain itu, Cihea dikenal sebagai obyek wisata, yang mana obyek wisata utamanya ialah makom eyang daleum Cihea yang berada di wilayah desa Cihea.


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda 37 SITU PASIR LUHUR DULU DAN SEKARANG Pada zaman dahulu, ada sebuah Situ diantara kampung Cigaru dan Ciheulang, kecamatan Karangtengah, kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Yang mana Situ tersebut kini hanya tinggal cerita dan kenangan saja, pasalnya Situ tersebut telah berubah menjadi wilayah pesawahan penduduk setempat. Meneriknya, kendati dahulu tempat tersebut merupakan Situ yang sangat besar dan terkenal. Namun kini, masyarakat nyaris tidak mengetahui keberadaannya, sedikit juga masyarakat yang mengetahui ceritanya. Kebanyakan masyarakat setempatpun tidak mengetahui keberadaan Situ itu karna tidak ada sama sekali bekas yang memperlihatan bahwa dulu daerah itu merupakan Situ yang besar dan terkenal. Namun diantara masyarakat yang tidak mengetahui sama sekali terkait cerita Situ tersebut. Ada Ibu Fatimah, salah satu masyarakat yang dituakan di Kp. Tegalnangka, yang fasih betul terkait cerita Situ Pasir Luhur. Menurut penuturannya, pesawahan yang ada dibawah bukit Pasir Luhur dulunya merupakan sebuah Situ yang besar dan terkenal. Pemiliknya adalah Buyut Sinagar. Situ itu disebut dengan Situ Pasir Luhur alasannya sederhana, karena Situ tersebut ada di daerah Pasir Luhur (Baca: Pasir artinya bukit). Sehingga Situ itu pun disebut sebagai Situ pasir Luhur. Dulu Situ tersebut dipakai sebagai tempat berlayar penduduk setempat guna mencari ikan, oleh karna itu di pinggir Situ banyak tertambat perahu-perahu penduduk. Selain banyaknya perahu yang tertambat dipinggir Situ, disana juga ada sebuah tempat yang sampai sekarang melegenda di masyarakat namanya adalah bebecek si Cepot. Nama itu melekat sampai sekarang karena pada waktu itu di daerah tersebut penduduk mengundang pertunjukan wayang si Cepot. Disana juga ada ular yang terkenal di masyarakat. Namanya adalah si Buntung.


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda 38 Ceritanya yaitu ketika pemilik Situ Pasir Luhur sedang membersihkan rumput yang ada di pematang Situ, tanpa sengaja ada seekor ular yang tersabit, sehingga tubuh ular tersebut terpotong menjadi dua bagian, meski demikian ular tersebut masih hidup. Pemilik Situ menjadikan ular itu sebagai penunggu Situ Pasir Luhur dan Pasir Luhurnya. Ular tersebut sampai sekarang terkadang terlihat oleh penduduk ketika berkunjung ke Pasir Luhur. “Situ Pasir Luhur seolah tertelan bumi bulat-bulat tanpa menyisakan jejak sama sekali”.


BAGIAN 5 WILAYAH CIANJUR KULON


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda 40 ASAL-USUL KAMPUNG CIBADAK Ngaran kampung Cibadak asalna tina "Cai jeung Badak". Dimimitian tina carita hiji kampung anu aya di Cianjur kalér, tepatna di suku Gunung Gedé. Di éta désa aya walungan anu rada lega kalayan cinyusu hérang anu biasa digunakeun ku warga satempat pikeun mantuan kagiatan sapopoé saperti nyeuseuh baju. Hiji poé tanpa nyaho asal-usulna, aya rombongan badak bodas mandi di walungan. numutkeun cariosan warga satempat, teu aya warga anu ngabibitakeun badak, komo deui badak bodas, cenah eta badak teh asalna ti Gunung Gede. ku sabab eta kampung teh katelah kampung cibadak nepi ka ayeuna sabab aya sakelompok badak anu mandi cai/walungan.


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda 41 ASAL-USUL KAMPUNG BATULAWANG CISERES Ujang Syarif Adik, lahir 1 Juni 1948. Désa Batulawang dibagi ti Désa Ciloto, Kacamatan Pacet, Kabupatén Cianjur dina tanggal 22 Nopémber 1978. Wates kalér Désa Batulawang nyaéta Kacamatan Bogor, Désa Sukamangun (ngaran ayeuna) atawa Désa Sukawangi (ngaran heubeul) Kacamatan Jonggol. Saterusna wates beulah wetan nyaeta Desa Sukanagalih, Kecamatan Pacet atawa Desa Rawabelut, Kecamatan Sukaresmi. Wates beulah kidulna nyaeta Walungan Cipondok, sabalikna Desa Sukanagalih, beulah kulon watesna nyaeta Desa Ciloto, kacamatan Bogor. Legana kurang leuwih 2.250 héktar. Aya 1.020 héktar pikeun HGU (Hak Guna Usaha) anu bisa dikokolakeun, nya éta perkebunan, kehutanan, sawah, balong, perumahan jeung sajabana. Ti jaman Walanda, perkebunan teh Cisereh geus diadegkeun, malah ngaran Cisereh teh lain ti warisan pribumi, tapi ti Walanda. Kabongkarna ieu nami Cisereh Teh taun 1958/1959-1960, dicaritakeun dina mitos, dina mangsa pemberontakan DITII, aya kajadian dina kajadian Anu Goib, nalika pemberontak turun ti Gunung Kumargi Bade, ngarampog warga kampung. kampung Teh Teu, tapi malah ninggali kuring, pemberontak Teh Kebon Sereh, Kumargi Kitu, Jadi, sanggeus Kampung Eta Teh jadi Kampung Cisereh, Sareng.Asal-usul Carita Batu Lawang teh ku lantaran kitu. Batur Gede jeung Ngawangun Bangkong ayana di Pasir Hiji, posisina dua gunung, nyatana: Gunung Batur jeung Gunung Gedé. Kusabab eta, ahirna ngajalin ieu dibere ngaran Batu Lawang jeung anu hartina Batu gede anu jadi keun panto. meureun eta teh panto karajaan di dinya. Kasenian kasenian Kampung Batulawang aya belukna, nya eta sajenis marawis, tapi meluk make kendang gede. Anu nyanyi na sholawat tea.


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda 42 Desa batulawang nyaeta pemekaran dari desa ciloto pada 12 desember 1978 konon mitos nyebutkeun pada masa pemberontakan DITII pada 1958 pernah kajantenan kajadian anu goib, sawaktu para pemberontak turun ti gunung kumargi bade ngajarah penduduk desa si padesaan teh teu katinggal malahan katinggalna ku para pemberontak teh kebon sereh kumargi kitu, maka katelah lah desa eta teh sebagai desa cisereh, sareng Asal-usul ngaran Batu Lawang téh lantaran aya batu gedé anu ngawangun bangkong di luhureun hiji pasir, posisina meulah dua gunung, nyaéta: Gunung Batur jeung Gunung Gedé. Kusabab éta, ahirna tempa ieu dibéré ngaran Batu Lawang anu hartina batu gedé anu dijadikeun panto.


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda 43 ASAL-USUL GUNUNG GEDE PANGRANGGO Nurutkeun Wa Rahmat nu lahir taun 1965, pituin urang dinya, Gunung Putri téh suku Gunung Gedé, ceuk kolot baheula, unggal aya nu datang ka Gunung Putri, nu biasa dijadikeun petilasan, jeung sababaraha urang ningali Putri. Gunung Gedé mangrupa salah sahiji tempat wisata anu aya di wewengkon Cibodas, Cianjur.Numutkeun kasaksian Pa.Rahman, ngaran Gunung Gedé Pangranggo téh aya sabab ti jaman karuhun gunung éta salah sahiji gunung sumebar dibandingkeun jeung gunung-gunung sabudeureunana. Ku sabab eta kolot mah sok nyebut Gunung gede. Di Indonesia ngan di Gunung Gede Pangrango teh aya Liselar jajar atawa Lumbung, nyaeta sajenis gapura karajaan anu aya didinya.Kacaritakeun aya petilasan Eyang Suryakancana di Pangrango, loba nu nyangka aya Maqam Eyang Suryakancana tapi ngan ukur didamel ku batur.Perkiraan sawates ngahormat, malah teu aya stasion malah teu aya nu terang dimana stasion Eyang Suryakancana. Sabudeureun Gunung Gededari Cibodas Pangrangrango eta teh Liselar jajarnya, mun rek naek haji atawa tawasul watesna teh di Liselar jajar atawa lumbung padi, di guha teh salah sahiji tempat anu biasa didatangan ku jalma-jalma anu dipercaya. ku Prabu Siliwangi geus aya. Tah nepi ka kiwari masih kénéh loba nu datang ziarah atawa nganjang ka Gunung Pangrango. Nurutkeun Kang Rahmat, aya sababaraha pantangan pikeun asup ka gunung, ulah sombong sabab lain ngan manusa tapi mahluk séjénna, loba carita, upamana, kareueus, jalan mudik malik malik. katutup ku mahluk nu teu katingali.. loba pribumi didinya mamatahan pendatang supaya tetep sholat, teu aya rasa hayang boga sagalana atawa sombong jeung teu sagawayah. Ngomong atawa ngalakukeun hiji hal. Upamana, mun hayang pipis didinya kudu pamit atawa menta idin heula, sanajan teu aya sora. salah sahiji kasus anu ngalanggar aturan pendakian, aya sababaraha pendaki anu kasurupan nalika naek, saatos wisata dibuka deui seueur anu sumping sareng biasana kajadian di pos 1 pos 2 jembatan di luhur, tapi jarang.


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda 44 Situ Biru atawa Telaga Biru mangrupa salah sahiji obyek wisata alam anu masih mangrupa salah sahiji jalan ka Gunung Pangranggo, masarakat sabudeureunana biasana mancing udang di dinya. Cibereum salah sahiji wewengkon di dinya, aya maqam sakral anu ngajadikeun eta tempat wisata Patilasan Eyang Cikondol salila 3 taun dibui, jadi nepi ka ayeuna masih aya tawasul di dinya. Di wewengkon Cipanas aya sababaraha titik nu boga pangeusi sarta unggal titik aya pangeusina. Kuda téh kosong sabab Éyang Suryakancaa nyaéta Éyang Cikundul anu indungna 3 béda, kaasup Eyang Suryakancana, indungna Endah Sukaesih jeung anu ka-11 atawa biasa ti Kidul. Unggal aya acara, sok dipaké kuda kosong, hartina Embah Suryakancana Sajarah jeung legenda anu jadi kapercayaan masarakat satempat nyaéta ngeunaan ayana Eyang Suryakancana. Suryakancana téh putra Dalem Cikundul atawa Rd. Aria Wira Tanu I, pangadeg Cianjur jeung bupati Cianjur kahiji, hasil nikahna jeung Putri Jin. Masarakat percaya yén Eyang Suryakencana, anu kabeneran mangrupa jin, masih kénéh cicing di sabudeureun Gunung Gedé, sarta jadi pangawasa bangsa Jin di éta gunung. Dina waktu-waktu nu tangtu loba jalma, hususna anu ngagem Agama Sunda Wiwitan, asup ka guha-guha sabudeureun Gunung Gedé pikeun tapa/meditasi atawa ngalaksanakeun upacara kaagamaan.


BIODATA – BIODATA GRUP/KELOMPOK


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda 46 A. KELOMPOK DAERAH CIANJUR KOTA Nama : Fuji Widia Astuti NPM : 820319011 Tempat/Tanggal Lahir : Cianjur, 13 Februari 1999 Nama : Intan Novia NPM : 820319015 Tempat/Tanggal Lahir : Cianjur, 02 November 2000 Nama : Lily Juniarti NPM : 820319018 Tempat/Tanggal Lahir : Cianjur, 10 Juni 2001


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda 47 Nama : Salma Falah Zamakhsyari NPM : 820319025 Tempat/Tanggal Lahir : Cianjur, 15 April 2001 Nama : Widi Nur Aulia NPM : 820319028 Tempat/Tanggal Lahir : Cianjur, 29 April 2000


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda 48 B. GRUP CIANJUR KALER (CIANJUR UTARA) Nama : Dian Bintari Yuda NPM : 820319009 Tempat/Tanggal Lahir : Cianjur, 07 Mei 2000 Nama : Liana Salimah Muwahidah NPM : 820319017 Tempat/Tanggal Lahir : Cianjur, 17 Mei 2001 Nama : Fitri Nurhapipah NPM : 820319010 Tempat/Tanggal Lahir : Cianjur, 24 Januari 2001


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda 49 Nama : Titi Ariyanti Sugiyono NPM : 820319026 Tempat/Tanggal Lahir : Cianjur, 06 April 2002 Nama : Devina Febriani NPM : 820319007 Tempat/Tanggal Lahir : Cianjur, 22 Februari 2001


Toponimi Daerah – Daerah Cianjur Jawa Barat │ Seni dan Budaya Sunda 50 C. GRUP CIANJUR KIDUL (CIANJUR SELATAN) Nama : Achmad Zaini Dahlan NPM : 820319001 Tempat/Tanggal Lahir : Cianjur, 14 Februari 2000 Nama : Oktavia Indri Liani NPM : 820319020 Tempat/Tanggal Lahir : Cianjur, 27 Oktober 2001 Nama : Iklimatul Azizah NPM : 820319014 Tempat/Tanggal Lahir : Cianjur, 04 Agustus 2000


Click to View FlipBook Version