The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Modul Pembelajaran Daring Praktik Acuan dan Perancah II

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by rikaw44, 2020-11-14 09:04:58

Modul Pembelajaran Daring Praktik Acuan dan Perancah II

Modul Pembelajaran Daring Praktik Acuan dan Perancah II

Keywords: perancah,praktikum

MODUL

PRAKTIK ACUAN DAN PERANCAH II
HALAMAN JUDUL KONSTRUKSI SIPIL

TIM KBK KAYU DAN FORMWORK
JURAUcuSanAdaNn PTerEanKcaNh IIIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................3
DAFTAR ISI ................................................................................. Error! Bookmark not defined.
BAGIAN 1.......................................................................................................................................5
PENDAHULUAN ...........................................................................................................................5

1.1 Tinjauan Umum ................................................................................................................5
1.2 Definisi Acuan Perancah ..................................................................................................5
1.3 Bagian-Bagian Konstruksi ................................................................................................6
1.4 Syarat-Syarat Umum.........................................................................................................6
BAGIAN 2.......................................................................................................................................8
PENGENALAN PERALATAN DAN BAHAN.............................................................................8
2.1 Tujuan Umum ...................................................................................................................8
2.2 Peralatan Kerja Acuan dan Perancah ................................................................................8
2.3 Bahan Untuk Acuan dan Perancah .................................................................................16
BAGIAN 3.....................................................................................................................................19
TEKANAN DAN CETAKAN ......................................................................................................19
BAGIAN 4.....................................................................................................................................21
MEMBUAT CETAKAN ABUTMENT (PANGKAL JEMBATAN) ..........................................21
BAGIAN 5.....................................................................................................................................24
MEMBUAT CETAKAN PILAR JEMBATAN DENGAN KOLOM BULAT............................24
BAGIAN 6.....................................................................................................................................27
MEMBUAT CETAKAN TEROWONGAN .................................................................................27
BAGIAN 7.....................................................................................................................................30
MEMBUAT CETAKAN RETAILING WALL (DINDING PENAHAN TANAH)....................30
Daftar Pustaka ...............................................................................................................................33

Acuan dan Perancah II

KATA PENGANTAR

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, buku Modul Modul praktek acuan dan
Perancangan II ini dapat tersusun. Buku ini disusun untuk untuk mahasiswa Jurusan Teknik
Sipil Politeknik Negeri Semarang, yang melakukan praktik acuan dan perancah II, dan
dimaksudkan sebagai pedoman dan panduan bagi mahasiswa Politeknik Negeri Semarang
pada program studi Konstruksi sipil dalam melaksanakan kegiatan Praktikum konstruksi
dasar dan memberikan pedoman bagi instruktur dalam melaksanakan bimbingan praktikum
bagi mahasiswa yang dibimbing.

Buku ini berisi tentang prinsip-prinsip dan Teknik dalam pelaksanaan berikut
langkah kerja yang sederhana untuk mewujudkan suatu konstruksi sementara yang
berfungsi mencetak beton sebagai struktur. Disamping itu juga diberikan beberapa jobsheet
mengenai pembuatan acuan dan perancah untuk beberapa jenis struktur beton.

Pada setiap topik dilengkapi dengan gambar kerja yang memiliki komponen jelas,
sehingga mahasiswa dapat mengaplikasikan dan menduplikasi dalam bentuk produk acuan
dan perancah dengan mudah.

Dengan adanya modul praktek acuan dan perancah II ini, diharapkan dapat
memperlancar proses belajar mengajar pada mata kuliah Laboratorium Konstruksi Dasar
untuk Praktikum Acuan dan Perancah II Konstruksi Sipil

Penyusun
Tim KBK Kayu dan Perancah

Acuan dan Perancah II

MODUL PRAKTEK
ACUAN DAN PERANCAH II

BANGUNAN SIPIL

1. Waktu Proses Belajar Mengajar

- Semester : 3 (tiga)

- Minggu : 1 minggu

- Jam per minggu : 38 jam

2. Tujuan Mata Kuliah

- Menjelaskan peralatan dan bahan serta alat bantu konstruksi yang digunakan

dalam pekerjaan acuan dan perancah.

- Menjelaskan tekanan-tekanan yang terjadi pada dinding cetakan beton.

- Menghitung kebutuhan bahan.

- Menjelaskan langkah-langkah kerja yang benar.

- Melakukan praktikum.

- Menganalisa dan membuat kesimpulan.

3. Standar Kompetensi Yang Dibentuk

- Dapat melaksanakan pembuatan konstruksi acuan dan perancah dengan bahan

dan alat, serta peralatan bantunya dengan hasil sesuai gambar rencana.

4. Mata Kuliah Prasyarat

- Acuan dan Perancah I.

- Disarankan pernah mengikuti Mata Kuliah Konstruksi Kayu.

Acuan dan Perancah II

BAGIAN 1

PENDAHULUAN

1.1 Tinjauan Umum
Untuk mewujudkan campuran beton basah menjadi bentuk tertentu diperlukan suatu

cetakan. Acuan dan perancah merupakan konstruksi sementara yang berguna untuk
mencetak beton, apabila sudah mengeras dan mencapai umurnya maka acuan dan perancah
akan dibongkar.

Ada tiga fungsi dalam pekerjaan acuan dan perancah, yaitu:
- Untuk memberi bentuk pada sebuah konstruksi beton.
- Untuk memperoleh tekstur permukaan yang diharapkan.
- Untuk memikul beton, hingga konstruksi tersebut cukup keras untuk dapat memikul

diri sendiri

Untuk dapat memenuhi tiga fungsi utama tersebut, maka dalam pembuatan acuan
dan perancah harus dipenuhi beberapa syarat diantaranya:

- Acuan dan Perancah harus kuat.
- Acuan dan Perancah harus kaku.
- Acuan dan Perancah harus rapat.
- Acuan dan Perancah harus mudah dibongkar.

Dengan dipenuhinya syarat-syarat tersebut diharapkan kualitas beton yang dicetak
dapat dipenuhi.

Dalam buku ini akan dibahas tentang tekanan dan cetakan, konstruksi pengikat dan
penjaga jarak, acuan dan perancah system, serta Langkah-langkah kerja dari jobsheet untuk
pekerjaan beton tertentu.

1.2 Definisi Acuan Perancah
Acuan perancah adalah suatu konstruksi pembantu yang bersifat sementara dan

berfungsi sebagai mal atau cetakan pada bagian sisi bawah dan samping dari bentuk beton

Acuan dan Perancah II

yang dikehendaki. Apabila beton sudah mencapai umurnya, maka konstruksi tersebut akan
dibongkar.

1.3 Bagian-Bagian Konstruksi
Konstruksi acuan dan perancah dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu:

- Konstruksi acuan
Terdiri dari :
 Papan cetakan
 Papan perangkai
 Pengaku cetakan
 Penjepit

- Konstruksi Perancah
Terdiri dari :
 Tiang penyangga / Steger
 Gelagar
 Pengaku tiang
 Balok penyangga
 Balok penguat

1.4 Syarat-Syarat Umum
Syarat-syarat umum yang harus dipenuhi dari konstruksi acuan dan perancah sesuai

dengan fungsinya untuk mencetak beton agar menghasilkan beton dengan mutu yang baik,
maka ada empat syarat yang harus dipenuhi, yaitu :

 Konstruksi harus kuat, kuat menahan berat sendiri, berat beton basah, berat
pekerja dan peralatan berat dan tulangan dan perlu juga dipertimbangkan
terhadap beban kejut saat pengecoran dan pemadatan.

 Konstruksi harus kaku, yang dimaksud kaku disini adalah konstruksi tidak
goyang atau labil saat menerima beban-beban di atasnya sehingga perlu

Acuan dan Perancah II

dipasang sokong-sokong atau pengaku-pengaku yang menjamin konstruksi
akan rigid/kaku
 Konstruksi pada acuan harus rapat, keluarnya air dari adukan melalui celah-
celah acuan/cetakan akan mempengaruhi proses pengerasan beton yang
berdampak terhadap mutu beton akan menurun. Untuk menghindari hal
tersebut, maka dalam merangkai papan-papan/plywood untuk menjadi
cetakan harus betul-betul rapat. Jangan membiarkan cetakan terlalu lama
terkena cuaca atau dalam kata lain sesegera mungkin melakukan
pengecoran.
 Konstruksi pada acuan bagian dalam harus bersih, kotoran yang tertinggal
pada bagian dalam acuan harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum kita
melakukan pengecoran, apabila hal ini tidak kita lakukan maka pada saat
dilakukan pengecoran beton pada acuan kotoran akan tercampur dengan
beton basah yang akan mengakibatkan mutu beton kurang baik.
 Konstruksi harus mudah dibongkar, karena beton mencapai umurnya
konstruksi ini akan dibongkar, maka penting sekali untuk
mempertimbangkan pola-pola pemakuannya, dibagian mana perlu
pemakuan tembus dan dibengkongkan dan dibagian mana yang tidak, disini
perlu pemahaman dari para pelaksana untuk memberi pengarahan kepada
pekerja sehingga dalam pembongkarannya nanti tidak merusak beton.

Acuan dan Perancah II

BAGIAN 2
PENGENALAN PERALATAN DAN BAHAN

2.1 Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa dapat mengerti tentang:

- Macam-macam bahan yang digunakan dalam pekerjaan acuan dan perancah
- Jenis peralatan yang digunakan dalam pekerjaan acuan dan perancah
- Fungsi dan kegunaan peralatan dan bahan-bahan pada pekerjaan acuan perancah.

Dasar Teori
Pengenalan peralatan dan bahan pada pekerjaan acuan dan perancah sangatlah

penting untuk diketahui mengingat bahwa hasil pekerjaan acuan perancah sangat
menentukan kualitas beton yang akan dihasilkan. Penggunaan peralatan yang salah dapat
mengakibatkan hasil pekerjaan yang kurang baik disamping itu juga memakan waktu yang
cukup lama. Dapat disimpulkan peralatan yang benar akan menghasilkan pekerjaan yang
cepat dan benar.

Begitu juga tentang bahan yang dipergunakan akan sangat mempengaruhi nilai
ekonomis terutama dalam hal pemilihan dimensi, pola pemotongan dan Teknik perangkaian
akan sangat dipengaruhi terhadap kualitas pekerjaan.

Pokok Bahasan
- Mengenal peralatan kerja acuan dan perancah
- Mengenal bahan dan alat bantu dalam pekerjaan acuan dan perancah.

2.2 Peralatan Kerja Acuan dan Perancah
Peralatan pekerjaan acuan dan perancah yang digunakan di lapangan dapat

dikelompokkan sebagai berikut :
- Alat Ukur
Meliputi: rol meter, siku baja, unting-unting, waterpass, selang air, benang.
- Alat potong

Acuan dan Perancah II

Meliputi : gergaji tangan, gergaji portable saw.
- Alat perata :

Meliputi: ketam tangan, ketam listrik
- Alat pelubang

Meliputi: bor tangan-listrik, pahat.
- Alat pemukul

Meliputi: palu, palu godam.
- Alat pencabut

Meliputi: catut, tang, linggis.

Disamping peralatan yang tersebut diatas, masih ada peralatan lain sebagai
penunjang pekerjaan konstruksi acuan dan perancah diantaranya:

a. Tiang penyangga baja (steger tunggal)
b. Rangka penyangga baja (steger system)\
c. Kawat pengikat/peregang
d. Batang peregang dan penjaga jarak
- Dari pelat baja
- Dari batang baja

a. Tiang penyangga baja (steger tunggal)
Tiang penyangga jenis ini biasanya terdiri dari tiang tunggal yang dapat
disetel panjangnya dan diberi pantek, dengan memutar sekrup pengatur
ketinggian dan memasang pantek pada lubang tertentu. Ketinggian tiang
penyangga dapat diatur sesuai keinginan. Hal-hal yang menguntungkan
dari penggunaan alat ini adalah:
Beban yang lebih besar dari bobot sendiri yang relatif ringan.
Tidak begitu banyak memerlukan waktu pengerjaan.
Kemudahan dalam penyetelan kepanjangan.

Acuan dan Perancah II

Sisi bawah dari steger ini dilengkapi dengan plat kaki berikut lubang-
lubang untuk pemakuan. Sedangkan bagian atasnya dilengkapi dengan
plat kepala dan garpu yang berfungsi untuk menyangga satu atau dua
buah balok. (Gambar 1).

Gambar 1 Steger tunggal
b. Rangka penyangga baja (steger system)

Sebagai pengembangan dari steger tunggal adalah steger system, steger
system dapat disetel dalam arah ketinggiannya sedangkan penyetelannya
dapat dilaksanakan dengan cepat karena steger system dibangun melalui
penumpukan sebuah rangka (kuda-kuda). Kerangka steger system dapat
berbentuk atau berpenampang bujur sangkar, empat persegi Panjang atau
segitiga yang menyerupai Menara. Beberapa Menara dapat dirangkaikan
satu sama lain. Sehingga dengan demikian dapat dicapai pembebanan
yang lebih besar.
Pada umumnya sebuah elemen Menara terdiri dari dua tiang dengan
diagonal dan batang lintang yang masing-masing terdiri dari komponen

Acuan dan Perancah II

lepas. Untuk sambungan-sambungan tidak diperlukan baut mur
melainkan alat-alat sambung system khusus dalam arah ketinggian
(keatas) penyetelan dilaksanakan oleh klos kaki dan klos puncak dan
biasanya pada klos puncak berbentuk garpu (Gambar 2).

Contoh-contoh dari steger Contoh pembangunan
Acuan dan Perancah II sebuah sistem steger

Dua macam alat angkat

Gambar 2: Steger sistem
c. Kawat pengikat dan peregang

Kawat pengikat pada cetakan dinding berfungsi menahan cetakan dari
tekanan beton basah kearah samping, kawat dilewatkan keliling balok
penguat dan dimasukan pada lubang kecil yang di bor pada dinding
cetakan, balok penahan cetakan ditempatkan sedekat mungkin pada
balok penyangga dan kawat penyambungnya disetel dengan
menggunakan pasak atau baji atau dengan memutar dengan suatu pena
lintang sampai kondisi meregang sehingga dinding cetakan bagian dalam
menempel pada kayu penjaga jarak (Gambar 3).

Acuan dan Perancah II

Cetakan dengan menggunakan kawat sebagai pengikat

Gambar 3: Pengikat dengan kawat

d. Batang Pengikat
Batang pengikat pada cetakan beton ada yang dipasang didalam beton
dan diluar beton. Fungsi dari batang pengikat adalah untuk menahan
kearah samping pada dinding cetakan yang ditimbulkan oleh beton basah
(adukan beton) saat penuangan. Batang pengikat kebanyakan terbuat dari
besi bulat dengan diameter antara 5 s/d 20 mm, ada yang polos dan ada
yang berulir dengan dilengkapi alat penjaga jarak.
Batang pengikat diikatkan pada balok penguat yang bersebrangan
dengan menggunakan pemegang batang pengikat atau locks. Pengikatan
dapat dilakukan dengan tangan serta menggunakan alat pengeras agar
ketebalan antar dinding cetakan dapat terjaga sesuai dengan rencana
maka dipasang penjaga jarak.
Setelan beton mengeras atau mencapai umurnya maka pemegang batang
atau pengikat dapat dilepas dan cetakan dapat dibongkar, sedangkan
lubang kecil akibat batang penjaga jarak dapat ditutup dengan specimen
bila dikehendaki.

Acuan dan Perancah II

Ada beberapa tipe batang pengikat:
 Batang pengikat dengan salah satu ujungnya berulir dan ujung
lainnya dengan pemegang mati.
 Batang pengikat dengan peregang cepat diberi pasak sebagai
pengunci.
 Batang pengikat yang dilengkapi dengan konus untuk batang
peregang ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian tengah
sepanjang tebal dinding dan dua bagian lagi sebagai ujung ekor.

Batang peregang cepat dengan gerigi.

Prinsip dari sebuah batang
regang dengan peregang

Acuan dan Perancah II

Peregang cepat dengan gerigi

Peregang cepat untuk pen pusat ϕ 12 - ϕ 12 mm dengan sebuah alat
peregang (penjaga jarak ditiadakan dalam gambar ini)

Peregang cepat dengan hubungan pasak
Gambar 5: Peregang (pengikat) dengan pasak
e. Penjaga Jarak
Untuk membebaskan batang pengikat dengan beton dan menjaga jarak
agar tebal dinding beton yang dibuat mempunyai tebal sesuai rencana,
maka perlu dibuat alat/bahan penjaga jarak yang dipasang menyelimuti
batang pengikat sehingga apabila cetakan dibongkar maka batang
pengikat dapat dengan mudah dilepaskan tanpa ada ikatan dengan beton.

Acuan dan Perancah II

Penjaga jarak biasanya dapat terbuat dari jenis-jenis material tertentu
diantaranya:

 Roti beton, berpenampang persegi dengan sebuah lubang yang
ditempatkan eksentris untuk betang pengikat.

 Pipa PVC dengan tebal 2-3 mm dengan diameter ½ - ¾ inci.
 Pipa galvanis
 Pipa baja
 Pipa batang PVC, berpenampang sebuah bintang berisi enam

yang mempunyai sebuah bidang topang yang lebih besar pada
permukaan kontak dengan dinding cetakan bagian dalam
 Batang baja yang dikombinasikan untuk bekisting dan tulangan
dalam dinding.

Sebuah penjaga jarak yang dikombinasikan Penjaga jarak dari PVC dengan penampang
untuk bekisting dan tulangan dalam dinding bintang bersisi enam untuk gaya topang lebih
besar pada bekisting dan yang tidak cepat
menekuk

Penjaga jarak dari PVC yang dibagian ujungnya
dilengkapi konus-konus PVC

Penjaga jarak dengan konus

Gambar 6: Macam-macam jenis penjaga jarak

Acuan dan Perancah II

2.3 Bahan Untuk Acuan dan Perancah
Bahan yang dapat digunakan untuk pekerjaan acuan dan perancah adalah kayu

alam, kayu lapis (plywood) dan baja. Untuk kayu alam biasanya berbentuk balok dan
papan, untuk kayu lapis atau plywood berbentuk lembaran-lembaran, sedangkan untuk
material baja bentuk plat dan profil-profil yang sering dipakai. Pada modul praktek ini
hanya dibahas tentang bahan kayu alam khusus balok-balok penyangga dan penguat serta
dinding cetakan yang hanya menggunakan plywood.

Plywood kayu lapis

Plywood banyak digunakan sebagai bahan acuan, untuk pekerjaan yang cukup besar
dan untuk permukaan beton yang tidak di plester lagi tidak memerlukan finishing (exposed
concrete). Pada acuan yang menggunakan plywood diusahakan agar tidak banyak
pemakuan sehingga pembongkaran mudah dilakukan dan tidak merusak cetakan.
Mengingat bahwa harga plywood lebih mahal dibandingkan dengan papan maka sebaiknya
plywood dapat digunakan berulang kali (yang baik dapat digunakan sampai dengan 10
kali). Untuk plywood berkualitas baik pemakaian paku yang sedikit dapat dilakukan kalua
kestabilan konstruksi dilaksanakan dengan baik. Penggunaan lembaran plywood harus
selalu direncanakan sebab pemotongan acara serampangan dengan hasil sisa buangan akan
memerlukan biaya tinggi sehingga perencanaan pola pemotongan perlu sekali dilakukan.
Ukuran plywood yang sering sekali digunakan sebagai acuan adalah dengan ketebalan 18
s/d 24 mm dan lebar 122 cm x 244 cm

Kayu

Dalam dunia industry konstruksi selalu saja kita menemui kayu sebagai elemen
untuk mewujudkan suatu bangunan. Disamping mudah didapat, kayu juga mempunyai
konsumsi energi yang relative rendah untuk pengerjaannya. Sebagai produk biologis, kayu
memiliki keragaman yang cukup tinggi dibandingkan dengan bahan bangunan yang lain,
sehingga dalam pemakaiannya memerlukan pendekatan tersendiri dalam penilaian
kecocokan suatu jenis kayu untuk kegunaan tertentu.

Acuan dan Perancah II

Didalam pekerjaan acuan dan perancah banyak digunakan kayu local, kayu-kayu
tersebut harus cukup baik dan jangan terlalu basah, bila kayu berkadar air tinggi dan mutu
klas kayu sangat rendah maka cetakan akan mudah mengalami perubahan bentuk dan akan
mudah melengkung sehingga hasil cetakan beton tidak memuaskan. Kayu yang biasa
digunakan untuk acuan dan perancah sederhana antara kelas III dan IV yang memiliki σe=
45 – 60 kg/cm2

Untuk pekerjaan konstruksi acuan dan perancah yang berskala cukup besar bahkan
menggunakan Teknik acuan semi system (bekisting setengah sistem) justru banyak
digunakan kayu bangunan structural karena penggunaannya memerlukan perhitungan
beban serta penggunaanya memerlukan perhitungan beban serta penggunaannya cukup
berulang.

Ukuran nominal dari penampang kayu yang sering dipergunakan dan pekerjaan
acuan dan perancah adalah ukuran yang ada di pasaran seperti bentuk:

- Papan 2 x 200 – 400
3 x 20 – 400 cm

- Balok 5 x 7 – 400 cm
6 x 12 – 400 cm

Acuan dan Perancah II

BAGIAN 3
TEKANAN DAN CETAKAN

3.1 Tekanan Horisontal Mortar Berton Pada Cetakan Yang Dipasang Vertikal

Beban yang ditimbulkan akibat penuangan beton basah pada cetakan yang dipasang vertical
seperti cetakan dinding dan kolom lebih banyak mengarah pada tekanan horizontal dan
pada dasarnya beban itu merupakan tekanan hidrostatik.

Besarnya tekanan hidrostatik di pengaruhi oleh kecepatan pengecoran dan metode
pemadatannya serta bentuk dari acuan perancahnya. Tekanan akan menjadi berkurang
apabila beton basah lambat laun akan mengeras. Kecepatan pengecoran normal adalah v <
4 m/jam.

Walaupun kekuatan yang dituntut dari sebuah cetakan beton ditentukan oleh tekanan
maksimal yang disebabkan oleh beton basah, namun penggunaan cetakan berulang kali
justru ini yang harus dipertimbangkan.

Factor-faktor yang berpengaruh terhadap besarnya tekanan beton basah terhadap cetakan
adalah :

- Massa dari adukan beton (massa vclumik)
- Susunan adukan beton
- Plastisitas adukan beton waktu pengikatan semen
- Temperature
- Kecepatan pengecoran
- Pemadatan
- Tinggi cetakan
- Bentuk cetakan
- Kepadatan tulangan

Acuan dan Perancah II

Tinggi dinding dalam meterDari beberapa factor tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok beban
horizontal yang diterima oleh dinding cetakan diantaranya:

a. Beban horizontal rendah
Tekanan maksimal < 3000 kg/m2
Dengan syarat:

- Pengecoran dengan kecepatan > 1 m/jam
- Ketinggian cetakan sampai 3 m
- Ketebalan dinding < 20 cm

b. Beban horizontal pertengahan
Dengan maksimal < 5000 kg/m2
Dengan syarat:

- Pengecoran dengan kecepatan 4-5 m/jam
- Ketinggian cetakan cukup besar: hingga 15 m
- Ketebalan dinding > 20 cm

c. Beban horizontal tinggi
Tekanan maksimal < 9200 kg/m2

- Pengecoran dengan kecepatan 6 m/jam
- Kolom-kolom

Gambaran grafik dari
beban-beban tekanan
samping yang
disederhanakan

P maks dalam kN/m2

Gambar 7: Grafik beban tekanan samping

Acuan dan Perancah II

BAGIAN 4
MEMBUAT CETAKAN ABUTMENT (PANGKAL JEMBATAN)

I. Tujuan Instruksi Umum
Mahasiswa diharapkan dapat membuat cetakan abutment sesuai dengan
perencanaan, sehingga hasilnya benar-benar kokoh dan mudah dibongkar.

II. Tujuan Instruksi Khusus
1) Mahasiswa dapat mengenali bagian-bagian dari konstruksi abutment
serta fungsinya.
2) Mahasiswa dapat menggunakan peralatan sesuai dengan fungsinya,
khususnya menggunakan rapid klam untuk cetakan abutment
jembatan.
3) Mahasiswa dapat melakukan pengerjaan bekisting dari abutment.

III. Alat dan Bahan
3.1 Alat
1) Rol kamera
2) Waterpas
3) Unting-unting
4) Rapid klam
5) Klam
6) Gargaji, portable
7) Bor tangan, bor listrik
8) Palu
9) Troli
3.2 Bahan
1) Multiplex 18 mm
2) Balok kayu 6/12
3) Kayu usuk 5/7

Acuan dan Perancah II

4) Pipa galvanis ¾
5) Baja talangan 10 mm
6) Papan 2/20
7) Paku ukuran 1”, 1 ½”, dan benang

IV. Langkah Kerja
1) Menyiapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan.
2) Mempelajari kerja dan selanjutnya merencanakan pola pemotongan.
3) Menggunakan titik dan letak bangunan, lalu pemasangan Bowplank
papan duga.
4) Mendirikan tiang-tiang perancah (balok 6/12). Pemasangan dimulai
dari kedua tepi kemudian mendirikan tiang perancang di bagian
tengah sesuai dengan tarikan benang pada Bowplank.
5) Memasang multiplex pada tiang perancah dengan perkuatan paku.
6) Mengikat tiang perancah dengan cetakan abutment dengan rapid
klam.

- Mengebor cetakan abutment pada titik yang ditentukan sesuai dengan
gambar (memakai bor tangan – listrik).

- Memasang pipa galvanis dalam posisi horizontal dan menghubungkan dua
lubang yang saling berhadapan.

- Memasukan besi tulangan, salah satu ujungnya telah diberi stasioner dan
dipasak ke dalam pipa galvanis

- Menjepit kedua ujung baja tulangan dengan dua buah kayu usuk 5/7.
- Memasang rapid klam pada ujung baja, lalu ditarik sehingga tiang perancah

dan cetakan terjepit dengan kuat, lalu ujung yang ditarik ini dimatikan
dengan baji

Acuan dan Perancah II

7) Merangkai papan 2/10 untuk pemasangan bidang plat injak dan
untuk bidang samping gelagar dan lantai kendaraan. Rangkaian
papan ini dilakukan pada tiang perancah sesuai tempatnya.

8) Memasang multiplex untuk cetakan bidang tepi plat injak dan bidang
tepi gelagar dan lantai kayu jembatan.

9) Menutup kedua tapi cetakan abutment sehingga rapat.
V. Gambar Kerja

Gambar kerja acuan dan perancah abutment

Acuan dan Perancah II

BAGIAN 5
MEMBUAT CETAKAN PILAR JEMBATAN DENGAN KOLOM BULAT

I. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa diharapkan dapat membuat cetakan pilar bulat yang kokoh dan tidak
bocor sehingga akan mendapatkan hasil yang dikehendaki.

II. Tujuan Instruksional Khusus
1. Mahasiswa mampu menyebutkan bagian-bagian dari pilar jembatan serta fungsinya.
2. Mahasiswa dapat menerapkan dari hasil teori ke lapangan.
3. Mahasiswa dapat menggunakan alat-alat kerja dengan terampil dan sesuai
fungsinya.

III. Alat dan Bahan
3.1 Alat

1. Waterpass
2. Rol meter
3. Siku baja
4. Rapid klam
5. Gergaji tangan dan listrik
6. Palu
7. Untang-unting

3.2
1. Multiplex 18 mm
2. Papan 2/20
3. Kayu 6/12
4. Kayu usuk 5/7
5. Besi tulangan 10 mm
6. Paku 1 ½ dan benang
7.

Acuan dan Perancah II

IV. Langkah kerja
1. Persiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2. Mempelajari gambar kerja dan selanjutnya merencanakan pola pemotongan.
3. Menentukan titik dan letak bangunan dan selanjutnya memasang
bowplank/papan duga.
4. Membelah papan dengan lebar 2 cm dan Panjang 180 cm secukupnya,
kemudian dirangkai dengan menggunakan multiplex sehingga membentuk
cetakan pilar bulat sebanyak dua buah.
5. Mendirikan kedua cetakan pilar tersebut pada titik yang telah ditentukan,
sedemikian rupa sehingga cetakan berdiri tegak dan kokoh (dibantu dengan
skor).
6. Mendirikan tiang perancah untuk menopang berdirinya cetakan pilar
jembatan kemudian dikuatkan dengan rapid klam.
7. Mendirikan tiang-tiang perancah untuk pemasangan balok cendawan,
masing-masing disetel ketegakannya dan dirangkai dengan skor sehingga
kokoh dan kaku serta mudah dibongkar.
8. Menaikkan papan cetakan untuk balok cendawan ke atas pilar jembatan
dengan menggunakan alat bantu, sehingga kedudukan dari balok cendawan
betul-betul lurus dengan pilar jembatan.
9. Memasang suri-suri berimpit dengan permukaan bidang bawah cetakan
balok cendawan, dimana kedua ujung-ujung suri ini dipakukan pada tiang
perancah.
10. Memasang stopper atau penahan bidang samping atas cetakan balok
cendawan.
11. Merangkai bidang-bidang cetakan balok cendawan, antara bidang tepi
cetakan dengan bidang alas, dan antara bidang samping dengan bidang tepi
hingga membentuk cetakan balok cendawan yang siku keempat sudutnya,
tegak dan rapat.

Acuan dan Perancah II

12. Memasang stopper atau penahan bagian bawah cetakan balok cendawan dan
dipakukan pada suri-suri.

13. Melakukan pengecekan dari semua cetakanyang dibuat, apakah sudah
kokoh, bersih dari kotoran dan siap di cor atau belum?

14. Membersihkan lokasi praktek, sehingga keliatan bersih.
V. Gambar kerja

Gambar kerja acuan dan perancah pilar jembatan

Acuan dan Perancah II

BAGIAN 6
MEMBUAT CETAKAN TEROWONGAN

I. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan merencanakan cetakan terowongan
sehingga mempunyai gambaran tentang cetakan terowongan di lapangan.

II. Tujuan Instruksional Khusus
1. Mahasiswa dapat memahami bagian-bagian dari konstruksi terowongan dan
fungsinya.
2. Mahasiswa dapat membuat cetakan terowongan khususnya membuat
cetakan-cetakan busur segmennya.
3. Mahasiswa dapat menguasai penggunaan alat kerja formwork/acuan dan
perancah seperti dalam penggunaan rapid klam.

III. Alat dan Bahan
3.1 Alat
1. Rol meter
2. Waterpas
3. Palu
4. Siku baja
5. Jig saw
6. Gergaji tangan dan mesin
7. Pensil dan benang
8. Linggis
9. Rapid klam
3.2 bahan
1. multiplex 18 mm
2. papan 2/20
3. kayu 6/12

Acuan dan Perancah II

4. kayu usuk 5/7
5. besi tulangan 10 mm
6. pipa galvanis ½”
7. paku dan kawat bendraf
IV. Langkah kerja

1. Menyiapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan.
2. Mempelajari gambar kerja, sehingga dapat merencanakan pola

pemotongan.
3. Menentukan titik letak bangunan dan selanjutnya memasang

bowplank/papan duga.
4. Membelah papan dengan lebar 3 cm dan Panjang 244 cm

secukupnya, kemudian dirangkai untuk cetakan untuk lengkung
segmen.
5. Mendirikan tiang-tiang 6/12 untuk dinding vertical terowongan.
6. Memasang multiplex pada tiang-tiang yang telah didirikan
(dengan catatan tiang-tiang tersebut harus sudah tegak dan kaku)
7. Memasang rapid klam pada titik-titik yang telah ditentukan
jaraknya.
8. Membuat dan memasang lengkung segmen yang kedua
ujungnya dipakukan pada tiang dan masing-masing cetakan
ditumpu tiga buah tiang.
9. Memasang kayu 2 x 4 x 245 cm sebagai bidang alas lengkung
segmen.
10. Mengecek semua cetakan, apakah sudah kokoh, bersih dari
kotoran dan siap untuk dicor atau belom.
V. Gambar kerja

Acuan dan Perancah II

Gambar kerja acuan dan perancah terowongan

Gambar kerja acuan dan perancah terowongan tampak samping
Acuan dan Perancah II

BAGIAN 7
MEMBUAT CETAKAN RETAILING WALL (DINDING PENAHAN TANAH)

I. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan mengerti cetakan dinding penahan
tanah di lapangan, sehingga mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami pada saat
pengerjaan.

II. Tujuan Instruksional Khusus
1. Mahasiswa dapat membuat cetakan untuk konstruksi retailing wall dan
mengerti fungsi konstruksi yang dibuat.
2. Mahasiswa terampil dalam menggunakan peralatan kerja, khususnya dalam
menggunakan dan memasang rapid klam.
3. Mahasiswa dapat menerapkan dari teori yang diterima ke lapangan,

III. Alat dan Bahan
3.1 Alat
1. Rol meter
2. Waterpas
3. Gergaji potong
4. Mesin gergaji belang
5. Siku baja
6. Palu
7. Rapid klaim dan klam F
8. Pensil dan belang
9. Alat bantu seperti troli
3.2 Bahan
1. Multiplex 18 mm
2. Papan 2/20
3. Kayu 6/12

Acuan dan Perancah II

4. Kayu usuk 5/7
5. Besi tulangan 10 mm
6. Pipa galvanis ½”
7. Paku 1 ½”
IV. Alat dan Bahan
1. Menyiapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan.
2. Mempelajari gambar kerja dan selanjutnya merencanakan pola pemotongan,
sehingga sisa bahan dan efektif.
3. Menentukan titik dan letak bangunan, lalu dipasang bowplank/papan duga.
4. Mendirikan tiang-tiang perancah untuk dinding tegak, mulai dari kedua
tepinya dilanjutkan dengan bagian tengahnya.
5. Tiang-tiang perancah tadi didirikan dengan jarak yang telah ditentukan dan
harus betul-betul kokoh, kaku dan tegak (diwaterpas).
6. Selanjutnya memasang multiplex yang telah disiapkan pada tiang-tiang
perancah tadi, mulai dari bawah sampai ketinggian yang dikehendaki (harus
betul-betul kokoh dan kaku).
7. Memasang papan stopper dibagian atas tiang perancah dan dibagian bawah
tiang perancah sebagai acuan pemasangan tiang perancah untuk dinding
miring.
8. Mendirikan tiang-tiang perancah dengan kemiringan sesuai stopper yang
telah dipasang.
9. Memasang papan multiplex pada tiang-tiang perancah yang telah didirikan.
Pemasangan harus sesuai/ mengikuti kemiringan tiang perancah. Multiplex
tadi harus kokoh dan kaku pada tiang perancah yang miring.
10. Selanjutnya mengebor atau melubangi dinding multiplex pada titik-titik
yang telah ditentukan jaraknya.
11. Selanjutnya disiapkan besi tulangan, pipa galvanis dan rapid klam, untuk
dipasang pada dinding multiplex yang telah dilubangi, sehingga kedua
dinding multiplex tersebut kokoh dan kaku.

Acuan dan Perancah II

12. Mengontrol dari semua rapid klam yang telah dipasang, apakah sudah
kencang atau belum?

13. Membersihkan semua kotoran dan potongan kayu-kayu yang tidak terpakai,
serta peralatan yang ada.

V. Gambar kerja

Gambar kerja dinding penahan tanah

Acuan dan Perancah II

Daftar Pustaka
1. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Proyek Pengembangan Pendidikan Politeknik Pusat Pengembangan Pendidikan
Ahli Teknik, Sistem Acuan dan Perancah, Bandung, 1984.
2. Direktorat Jendral Ciptakarya Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan,
Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik. Peraturan Konstruksi kayu
Indonesia, Hal 1 – 5, Bandung, 1979.
3. F. Wighout Ing. Buku Pedoman Tentang Bekisting (Kotak Cetak), Jakarta, 1992.
4. S. Karnasudirdja, B. Ginoga, dan Nurwati Habib. Sifay Mekanis dari Tegangan
Dasar 13 Jenis Kayu Kalimantan, 1986.
5. PEDC Politeknik ITB. (1982). Pedoman Acuan Perancah. Bandung
6. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
(1984). Proyek Pengembangan Pendidikan Politeknik Pusat Pengembangan
Pendidikan Ahli Teknik. Sistem Acuan dan perancah, Bandung.

Acuan dan Perancah II


Click to View FlipBook Version