T u g a s R u a n g K o l a b o r a s i M o d u l 1 . 1 . 1.1.a.5.2
FASILITATOR PENGAJAR PRAKTK M. N. Ubaidillah Nurul Farida
Irwati Kaumfu Lamria Sihaloho SMP N 1 Sentani SD Inpress Buasum Albertho Nepa SMP N 1 Nimboran
Ariyanto Mbuik Sauda Selupessy SD Inpress Kuipons SD Negeri Dosay Didit A. F. Surahman SMP IT Insan Cendekia
M O D U L 1 . 1 . R u a n g K o l a b o r a s i P e n u g a s a n K e l o m p o k
Sagu bakar adalah satu makanan khas Papua, sagu di campur dengan Kelapa kemudian akan bakar. Orangtua bisa turut mengambil bagian untuk proses pembuatannya. Kekuatan konteks sosio-kultural di daerah Anda yang sejalan dengan pemikiran KHD Goyang lemon nipis ini juga salah satu ciri khas Papua, yang di mana nanti 1 orang memimpin sesuai ciri khas lemon nipis. Kemudian 2 orang di depan untuk bergoyang, kemudian akan diikuti oleh orang lain. Berpasang-pasangan. Sagu bakar Goyang lemon nipis
Kekuatan konteks sosio-kultural di daerah Anda yang sejalan dengan pemikiran KHD kerajinan piring lidi menuntun pembuatan piring lidi dengan melibatkan orang tua/wali murid yang memiliki pengalaman untuk membuatnya. Festival Danau Sentani bertujuan melestarikan kearifan lokal dan nilai leluhur melalui rangkaian acara yang memperlihatkan keunikan seni, musik, tarian, kerajinan tangan hingga lomba tradisional dari berbagai suku yang ada di kabupaten Jayapura. Festival Danau Sentani (FDS)
Makanan Tradisional “Swamening ” merupakan makanan khas masyarakat adat Lembah Grime. Membuat Swamening merupakan kegiatan berkarya untuk mendukung kearifan lokal. Swamening menjadi salah satu warisan budaya yang dimiliki Indonesia khususnya suku Papua. Untuk proses pembuatan swamening ini sangatlah mudah, cukup menggunakan bahan dasar mentah seperti sayur lilin, Gedi, dan sagu. Swamening menjadi komoditas yang menguntungkan jika dikembangkan. Kekuatan konteks sosio-kultural di daerah Anda yang sejalan dengan pemikiran KHD “Swamening”
Pemikiran KHD yang dapat dikontekstualkan sesuaikan dengan nilainilai luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter murid sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks lokal sosial budaya adalah sebagai berikut: Ki Hadjar Dewantara berkata bahwa “Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan yang hidup dalam Masyarakat kebangsaan ” . Ki Hadjar Dewantara membuat sebuah koneksi yang tak terpisahkan antara Pendidikan dan kebudayaan. Menurut Ki Hadjar Dewantara, untuk mencapai kebudayaan yang kita mimpikan, perdaban bangsa yang kita cita-citakan, Pendidikan adalah pondasinya.
KHD menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Dengan memberikan kekuatan-kekuatan sosio-kultural kepada murid, baik berupa makanan khas, tradisitradisi, maka kecakapan utama dalam bermasyarakat dapat hidup dalam keseharian mereka dan menuntun mereka menuju keselamatan dan kebahagiaan
KHD menjelaskan bahwa dasar Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman.
Di Kab. Jayapura, setiap daerah memiliki karakteristiknya masing-masing, dimulai dari karakteristik topografi, karakteristik sosial dan budaya, karakteristik komoditas, hingga karakteristik sarana dan prasarana. Pemikiran KHD yang mengedepankan pendidikan anak yang sesuai dengan kodrat alamnya sangat sesuai dengan keadaan ini. Seorang murid yang hidup di daerah pertanian tentu memiliki kebiasaan dan keterampilan hidup yang berbeda dengan murid di daerah perkotaan. Oleh karena itu, guru harus mempertimbangkan konten dan keterampilan yang harus dikuasai oleh murid demi penghidupannya di masa yang akan datang
Kodrat Zaman pun demikian. Dahulu, sekitar tahun 2000an, perkembangan informasi terbatas berupa teks dan gambar, dan tuntutan dalam mengolahnya pun tidak begitu tinggi. Namun saat ini, pengolah data dan informasi menjadi keterampilan utama yang harus dimiliki oleh murid pada akhir pendidikannya. Sebagai guru, tentu menjadi tantangan tersendiri dalam menuntun. Dahulu tuntunan dapat berupa arahan yang tegas dan disiplin. Namun karena adanya perubahan karakteristik murid, saat ini, tuntunan harus lebih halus dan bermakna pada murid.
bagi Ki Hadjar Dewantara, kebudayaan tidak pernah boleh statis, harus terus bergerak sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya. Jika kebudayaan itu terisolasi, maka kebudayaan itu akan menuju kehancuran
KHD juga mengingatkan para pendidik untuk tetap terbuka namun tetap waspada terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, “ waspadalah, carilah barang-barang yang bermanfaat untuk kita, yang dapat menambah kekayaan kita dalam hal kultur lahir atau batin. Jangan hanya meniru. Hendaknya barang baru tersebut dilaraskan lebih dahulu ” .
Satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku murid di kelas atau sekolah adalah : Kemerdekaan Murid Tuntunan pendidikan yang mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman murid
Terima Kasih