TUGAS PENGANTAR BISNIS
REKAYASA IDE
Dosen Pengampu : Dr. Kustoro Budiarta, ME.
Mata Kuliah : Pengantar Bisnis
Disusun Oleh :
Shintia Muharani ( 7212220001 )
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmatNya sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Pengantar Bisnis yang berjudul “Rekayasa Ide”.
Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan dan
masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saya minta maaf jika ada
kesalahan dalam penulisan dan saya juga mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa
menambah pengetahuan bagi pembaca.
Medan, 16 Mei 2022
Shintia Muharani
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. 2
DAFTAR ISI ........................................................................................... 3
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ....................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah ................................................................. 5
1.3. Tujuan Dan Manfaat ............................................................. 5
II. PEMBAHASAN
2.1. Intellectual Capital ................................................................ 6
2.2. Human Capital ...................................................................... 9
2.3. Organization Capital ............................................................ 16
2.4. Social Capital ....................................................................... 18
III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan ......................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 24
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
IC menurut (Bontis 2001) terdiri dari 3 (tiga)komponen yaitu, human capital,
Organization capital dan Social capital. Banyak pihak berpendapat bahwa aset
perusahaan terpenting merupakan sumber daya manusia (human capital), karena
human capital lah yang mengendaliakan aset lain yang dimiliki oleh perusahaan.
Human capital yang melakukan pengelolaan atas aset perusahaan baik aset
berwujud maupun aset tidak berwuju sehingga perusahaan bisa mendapatkan laba
dan nilai tambah. Organization capital merupakan kemampuan organisasi atau
perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang
mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal
serta kinerja bisnis secara keseluruhan. Misalnya sistem operasional perusahaan,
proses manufaktur, budaya organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk
intellectual property yang dimiliki perusahaan. (Sawarjuwono, 2003). Social
capital, merupakan hasil dari kemampuan organisasi untuk berinteraksi secara
positif dengan lingkungan termasuk supplier, pelanggan, competitor, pemegang
saham, stake holder dan masyarakat) untuk meningkatkan kesejahteraan dengan
meningkatkan human capital dan organization capital (Viedma marti, 2001 dalam
Loureiro, Teixeira, 2011). Walaupun intellectual capital merupakan hal penting
untuk mencapai keunggulan kompetite banyak perusahaan belum memahami
konsep dan nilai intellectual capital terutama bagaimana mengelola intellectual
capital supaya bisa meningkatkan keungulan competitive sehingga bisa
meningkatkan kinerja perusahaan. .konsep IC masih belum diterapkan luas di
Indonesia, banyak perusahaan Indonesia yang masih cenderung conventional
based dalam membangun bisnisnya, disamping itu banyak perusahaan yang belum
memperhatikan human capital, structure capital dan relational capital, padahal
ketiga hal tersebut merupakan hal terpenting dalam pembangunan intellectual
capital (Abidin , 2000)
4
1.2. Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud Intellectual Capital
Apa yang dimaksud Human Capital
Apa yang dimaksud Organization Capital
Apa yang dimaksud Social Capital
1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Untuk mengetahui Intellectual Capital, Human Capital, Structure Capital,
dan Relational Capital.
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Bisnis
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Intellectual Capital
1. Pengertian Intellectual Capital
Stewart (1997) mendefinisikan IC sebagai materi intelektual yaitu
pengetahuan, informasi, kekayaan intellectual dan pengalaman yang
digunakan untuk menciptakan kesejahteraan.
Mouritsen (1998) mendefinisikan intellectual capital sebagai suatu proses
pengelolaan teknologi yang mengkhususkan untuk menghitung prospek
perusahaan di masa yang akan datang.
Harrison dan Sullivan (1997) mendefinisikan IC mengemukakan bahwa
kesuksesan perusahaan sangat dipengaruhi oleh usaha-usaha rutin
perusahaan untuk memaksimalkan nilai-nilai organisasi yang berbeda-
beda seperti peningkatan keuntungan, akuisisi inovasi dari perusahaan
lain, loyalitas konsumen, pengurangan biaya dan perbaikan produktivitas.
Kooisdtra dan Zijstra (2001) mendefinisikan IC sebagai intellectual
material yang telah diformalkan diperoleh dan dimanfaatkan untuk
menghasilkan aset yang lebih tinggi
William (2001) mendefinisikan IC adalah informasi dan pengetahuan
yang diaplikasikan dalam perusahaan untuk menciptakan nilai.
SAngkala (2006) IC adalah sumber daya organisasi yang berbasis
pengetahuan dan menjadi dasar kompetensi organisasi untuk dapat hidup
dan berkembang.
2. Komponen Intellectual Capital
Human capital, didefinisikan sebagai seperangkat nilai, perilaku,
kualifikasi, dan keahlian yang dipunyai oleh karyawan yang dapat
menghasilkan nilai bagi perusahaan ( Ross, et al 1997, Mac Gregor
et.al 2004 dalam Loureiro, Teixeira, 2011). Human capital akan
meningkat ketika perusahaan mampu menggunakan pengetahuan
yang dimiliki oleh karyawannya (sawarjuwono, kadir, 2003). Faktor
lain dalam human capital ini adalah kreativitas yang menjadi inti
6
dalam pengembangan perusahaan di masa depan. Mayo (2000)
menyatakah bahwa yang mempengaruhi human capital adalah
individual capability, individual motivasi, efektivitas kerja tim, iklim
organisasi dan leadership. Sveivy (1997) mengemukakan bahwa
kompetensi professional dapat diukur melalui pengalaman kerja,
keahlian dan pelatihan.
Stucture Capital, merupakan kemampuan organisasi atau
perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan
strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan
kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara
keseluruhan. Misalnya sistem operasional perusahaan, proses
manufaktur, budaya organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk
intellectual property yang dimiliki perusahaan (Sawarjuwono, 2003).
Bontis (1998) menyatakan bahwa structure capital dapat dipengaruhi
oleh sistem komunikasi, mekanisme atau sistem kerja. Sedangkan
Sveiby (1997) ) menyatakan bahwa factor yang mempengaruhi
structure capital adalam sistem pengajaran budaya organisasi dan
kegiatan penelitian. Seperti Brooking, Annie (1996) diadopsi oleh
Partanen (1998) dalan Sawarjuwono (2003) menyatakan bahwa
elemen Structure Capital terdiri dari 2 elemen yaitu Intelectual
properti seperti merek, hak cipta seperti paten dan Infrastructure
capital seperti filosopi manajemen, budaya perusahaan, proses
manajemen, metode perusahaan, financial relations, sistem informasi,
net working systems.
Relational Capital , merupakan hasil dari kemampuan organisasi
untuk berinteraksi secara positif dengan lingkungan termasuk
supplier, pelanggan, competitor, pemegang saham, stake holder dan
masyarakat) untuk meningkatkan kesejahteraan dengan
meningkatkan human capital dan structure capital (Viedma marti,
2001 dalam Loureiro, Teixeira, 2011). Menurut Allee (1998) dalam
Kok (2005) relational capital dipengaruhi oleh relasi dengan
konsumen, relasi dengan teman kerja. Sedangkan Sveiby (1997)
7
menyatakan bahwa Relational capital dapat digambarkan koneksi
perusahaan dengan masyarakat atau public.
3. Pengukuran Intellectual Capital
Metode pengukuran intellectual capital dapat dikelompokkan dalam dua
kategori, yaitu pengukuran yang tidak menggunakan penilaian moneter
pada intellectual capital dan pengukuran yang menggunakan penilaian
moneter. Berikut ini adalah pengukuran intellectual capital yang berbasis
non moneter :
The Balanced Scorecard, dikembangkan oleh Kaplan dan Norton
(1992).BSC menerjemahkan misi organisasi dan strategi kedalam
sistem pengukuran kinerja yang komprehensif yang menyediakan
kerangka untuk pengukuran strategi dan sistem manajemen. Dalam
BSC tidak hanya menekankan pencapaian kinerja keuangan tetapi
hubungan sebab akibat kinerja non keuangan dan kinerja keuangan.
BSC digunakan sebagai pengukuran IC dengan memonitor kemajuan
kapabilitas dan pertumbuhan pengakuisisan aset tidak berwujud (van,
berg).
Brooking`s Technology Broker Method (1996). Broking (1996)
mendesain model intellectual capital perusahaan yang terdiri dari :
Market asset, human centered assets, Intellectual property assets,
Infrastuctural assets. Market assets terdiri dari merek, customer, jalur
distribusi dan kolaborasi bisnis. Intellectual property assets termasuk
diantaranya paten, hak cipta. Human centered assets diantaranya
termasuk pendidikan, pengetahuan dan kompetensi. Asset
infrastructure termasuk diantanya proses manajemen, sistem
informasi teknologi, kerja sama dan sistem keuangan. Brooking
dalam vanberg melakukan survey untuk menganalisis indicator IC
dengan menggunakan 20 pertanyaan yang meliputi human centered
asset, infrastructure asset, intellectual property asset dan market asset.
Untuk menganalisis lebih dalam setiap bagian dianalisis melalui 158
pertanyaan tambahan dan jawaban dari pertanyaan menggunakan
skala likert.
8
The Skandia IC Report Method oleh Edvinsson dan Malone (1997)
adalah kumpulan dari suatu metode untuk mengukur Intangibles,
yang dipelopori oleh Leif Edvinsson dari Skandia. Navigator tersebut
terdiri dari atas suatu pandangan menyeluruh dari pencapaian hasil
dan prestasi. Susunan dari Skandia Navigator adalah sangat simple
tetapi canggih. Lima fokus area atau perspektif tersebut, mencakup
area kepentingan yang berbeda-beda.
2.2. Human Capital
Definisi pertama dan utama terkait human capital datang dari Gary S. Becker
dalam bukunya “Human Capital: A Theoretical and Empirical Analysis with
Special Reference to Education”. Becker mengartikan human capital sebagai
modal manusia yang secara langsung berguna dalam proses produksi. Secara lebih
lanjut, human capital lantas berguna untuk meningkatkan produktivitas pekerja
dalam tugas, organisasi, dan berbagai situasi di ranah produksi.
Selanjutnya, Howard Gardner mendefinisikan human capital dari sudut pandang
psikologis dalam teorinya yang terkenal yaitu “Multiple Intelligence”. Gardner
mendefinisikan human capital bukan hanya sebagai “keterampilan” yang
bersumber pada kemampuan mental dan fisik. Gardner meyakini bahwa human
capital bersifat individu dan masuk dalam ranah kecerdasan ganda. Hal ini berarti,
seseorang yang terampil di satu bidang belum tentu memiliki kecakapan di bidang
atau dimensi pekerjaan lain.
Jika ditarik ke tahun 1960-an, ada salah satu ahli bernama Theodore W. Schultz
yang termasuk tokoh awal yang mendefinisikan human capital. Dalam risalahnya,
Schultz menjelaskan bahwa human capital adalah kapasitas manusia untuk
beradaptasi dalam situasi yang tidak seimbang.
Dengan kata lain, human capital merupakan kemampuan pekerja untuk
beradaptasi dengan suatu permasalahan atau hambatan tertentu dan mencari solusi
terhadapnya. Kemampuan pekerja ini nantinya dapat menjadi penunjang kualitas
dan level produksi. Selebihnya, human capital memerlukan beberapa hal seperti
pendidikan, pelatihan, dan berbagai pengayaan lain.
9
Secara umum, human capital merupakan modal manusia sebagai faktor
produksi. Human capital dibangun lewat pendidikan dan pendekatan pedagogis
tertentu. Terkait hal ini, human capital akan dikorelasikan dengan berbagai sudut
pandang, terkait kehidupan dan bagaimana mereka berproses sebagai makhluk
ekonomi.
HC merupakan lifeblood dalam modal intelektual. Disinilah sumber innovation
dan improvement, tetapi merupakan komponen yang sulit untuk diukur. HC juga
merupakan tempat bersumbernya pengetahuan yang sangat berguna,
keteramapilan, dan kompetensi dalam suatu organisasi atau perusahaan. HC
mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi
terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam
perusahaan tersebut. HC akan meningkat jika perusahaan mampu menggunakan
pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya. (Brinker dalam Sawarjuwono dan
Kadir,2003) memberikan beberapa karakteristik dasar yang dapat diukur dari
modal ini, yaitu training progammes, credential, experience, competence,
recruitment, mentoring, learning programme, individual potential, and personality.
Human capital dan mobilitas ekonomi
Dilansir The Balance, human capital memiliki dampak positif terhadap ekonomi
secara umum. Dari sudut pandang kapitalis, investasi dalam bentuk human
capital dapat menciptakan potensi penghasilan yang lebih besar lewat peningkatan
kemampuan pekerja. Selain itu, para pekerja juga mendapatkan benefit dalam hal
ekonomi dan pendidikan.
Mobilitas ekonomi masyarakat secara umum dapat bertumbuh oleh karena
peranan mereka sebagai human capital secara berkesinambungan. Relevansi ini
didukung beberapa temuan riset di AS yang menyebut bahwa pendapatan rerata
keluarga yang memiliki gelar sarjana hampir dua kali lipat lebih tinggi
dibandingkan keluarga dengan gelar sekolah menengah.
10
Human capital dan pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu kualitas yang termasuk dalam human capital.
Selain kemampuan teknis, kesehatan fisik dan mental, pemecahan masalah,
manajemen manusia, dan kemampuan komunikasi, pendidikan merupakan hal
utama dari pembangunan sumber daya manusia lewat human capital.
Gary Becker merupakan tokoh human capital yang mendasarkan paradigmanya
pada pendidikan. Becker menilai bahwa secara ekonomis, pendidikan mencakup
biaya dan waktu. Mengejar pendidikan berarti seseorang bisa kehilangan
kesempatan untuk bekerja, bepergian, hingga memiliki anak.
Dalam sudut pandang ekonomi tahun 1960-an, Becker meyakini bahwa orang
akan mengejar pendidikan jika potensi pendapatan individunya lebih besar
daripada biaya pendidikan. Berinvestasi dalam pendidikan merupakan salah
satu human capital yang nantinya bermanfaat bagi individu tersebut maupun suatu
organisasi atau perusahaan.
Fungsi human capital management
(HCM) adalah serangkaian langkah yang komprehensif dalam perusahaan untuk
merekrut, mengelola, mengembangkan, dan serta membantu mengoptimalkan
kinerja karyawan yang merupakan sumber daya utama dalam sebuah
bisnis. Fungsi utama dari Human capital management adalah untuk meningkatkan
nilai sumber daya manusia sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang
berarti bagi perusahaan. Berikut adalah fungsi human capital management dalam
sebuah perusahaan.
1. Merekrut kandidat terbaik
Salah satu fungsi terpenting dari human capital management adalah untuk
menarik dan merekrut kandidat yang membantu perusahaan mencapai
tujuannya. Human capital management menyediakan semua alat yang
dibutuhkan HRD untuk memposisikan perusahaan sebagai tempat kerja
yang ideal bagi kandidat terbaik dan memperlancar proses rekrutmen.
2. Orientasi
11
Mengelola sumber daya manusia membutuhkan orientasi karyawan baru
yang efektif dan efisien. Ini memperkenalkan mereka pada budaya
perusahaan, persyaratan dan harapan pekerjaan, serta menciptakan
lingkungan yang mendukung yang membantu mereka menyesuaikan diri
dengan peran mereka.
3. Pelatihan dan pengembangan karyawan
Fungsi lain dari human capital management adalah memberikan pelatihan
yang memadai untuk membantu karyawan memberikan kinerja terbaik
bagi perusahaan. Human capital management menciptakan lingkungan
yang bisa mendorong pertumbuhan dan perkembangan untuk membantu
orang memperoleh keterampilan dan kemampuan baru untuk memberikan
hasil yang lebih baik dan memajukan karier mereka.
4. Penilaian dan umpan balik kinerja yang efektif
Human capital management menciptakan berbagai sistem untuk mengukur
kinerja guna meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Melalui berbagai
tinjauan dan survei karyawan, praktik ini dapat membantu manajemen
mengidentifikasi kesenjangan dalam pelatihan, sumber daya, kepuasan
kerja, dan hal-hal lain yang dapat memengaruhi efektivitas tenaga kerja.
Perusahaan kemudian dapat menggunakan informasi ini untuk
memberikan umpan balik untuk membantu semua pihak untuk
meningkatkan hasil yang lebih baik.
5. Retensi karyawan
Human capital management bertujuan untuk meningkatkan kepuasan kerja
karyawan dengan memungkinkan mereka menggunakan keterampilan dan
pengetahuan mereka untuk berkontribusi pada tujuan perusahaan. Hal ini
menciptakan rasa memiliki bagi karyawan sekaligus membuat mereka
merasa dihargai dan berkomitmen.
Kategori human capital
1. General management human capital
General management human capital adalah kategori human capital untuk
sumber daya manusia dengan level paling tinggi. Human capital pada
12
kategori ini memiliki kompetensi dalam bidang manajerial, misalnya
leadership, decision making, critical thinking, dll. General management
human capital dibutuhkan oleh seseorang yang menempati level eksekutif
agar memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan stakeholder maupun
pebisnis lainnya dengan tujuan memajukan perusahaan. Oleh karena itu,
human capital kategori ini juga memiliki kemampuan mengelola
keuangan, operasional, hingga sumber daya manusia.
2. Industry human capital
Industry human capital adalah kategori human capital yang memerlukan
seseorang untuk memahami pengetahuan terkait industri tertentu, mulai
dari regulasi, teknis, dll. Contohnya industri retail, otomotif, transportasi,
telekomunikasi, tekstil, dan masih banyak lagi.
3. Relationship human capital
Relationship human capital adalah kategori human capital yang
memerlukan keterampilan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan
berbagai pihak terkait. Keterampilan komunikasi ini tidak hanya kepada
sesama karyawan, namun juga pihak-pihak lainnya seperti stakeholder,
client, dll. Seorang karyawan yang memiliki kemampuan berkomunikasi
atau berinteraksi dengan baik maka akan lebih mudah mencapai tujuan
dari pekerjaannya.
4. Company specific human capital
Company specific human capital adalah kategori human capital yang
berkaitan dengan struktur dan kebijakan masing-masing perusahaan.
Kategori ini memerlukan kemampuan adaptasi karyawan terhadap masing-
masing kebijakan dan aturan yang ditetapkan oleh perusahaan. Dengan
memahami setiap kebijakan, aturan, dan juga budaya perusahaan maka
akan membantu mencapai tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan.
13
Studi Kasus Human Capital
Hubungan Intellectual Capital dan Kinerja UMKM dalam Peningkatan Daya
Saing UMKM
Kinerja UMKM merupakan tingkat keberhasilan yang dicapai baik secara kualitas
maupun kuantitas dari tingkat capaian yang telah ditargetkan. Pada saat ini
UMKM dituntut untuk mengoptimalkan modal intelektual (pengembangan
berbasis pengetahuan) yang dimilikinya, sehingga UMKM diharapkan dapat
fokus pada upaya untuk mengelola melalui modal intelektual. UMKM dapat
belajar bagaimana menggunakan kombinasi dari unsur manusia, struktural dan
modal relasional yang mereka miliki untuk meningkatkan kapasitas mereka
sendiri untuk bersaing di dunia pasar global (Mertins dan Will, 2007). Hal yang
perlu dilakukan UMKM, misalnya untuk mengembangkan modal manusia yang
dimilikinya adalah dengan mengadakan pelatihan dan pendidikan para
karyawannya secara berkesinambungan. Modal intelektual tidak hanya mencakup
hak paten, hak cipta, dan bentuk-bentuk lain dari kekayaan intelektual, namun
merupakan sinergi pengetahuan perusahaan, pengalaman, hubungan, proses,
penemuan, inovasi, keberadaan pasar dan pengaruh masyarakat. Modal intelektual
memberikan model baru untuk menghitung nilai sebenarnya dari organisasi yang
tidak dapat dihitung dalam akuntansi keuangan tradisional (Fathi dkk, 2013).
UMKM yang mampu menciptakan keunggulan kompetitif dapat meningkatkan
hubungan antara modal intelektual dan kinerja UMKM. Hal ini mengindikasikan
bahwa semakin tinggi nilai modal intelektual maka kinerja keuangan
(profitabilitas) juga semakin tinggi (Shiddiq, 2013). Untuk menciptakan keunikan
dari kombinasi modal intelektual pada UMKM di Indonesia, terlebih dahulu
UMKM harus memperbaiki produktivitasnya yang tergolong masih rendah.
Metode Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh UMKM yang ada di kabupaten
Kudus. Teknik pengambilan sampel penelitian adalah dengan menggunakan
metode stratified random sampling. Dengan metode ini akan dibuat daftar UMKM
yang ada di Kabupaten Kudus, kemudian akan dipilih secara acak perwakilan
14
UMKM yang digolongkan pada UMKM yang bergerak di bidang jasa dan non
jasa dijadikan sampel dengan jumlah pengiriman proporsional sesuai dengan
jumlah sampel yang akan digunakan. Metode yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah menggunakan data primer dan data sekunder. Data
primer didapatkan langsung dari UMKM dengan penyebaran kuesioner dan
wawancara secara langsung kepada pengelola atau pemilik UMKM di Kabupaten
Kudus. Data tersebut dikumpulkan dengan survei langsung melalui kuesioner
yang didesain untuk memperoleh data tentang intellectual capital dan kinerja
UMKM sedangkan data sekunder didapatkan dari data yang ada di Dinas
Perindustustrian, Koperasi dan UMKM Kabupaten Kudus. Indikator yang
digunakan sebagai pengukuran kinerja UMKM, human capital, structural capital,
dan customer capital pada penelitian ini berdasarkan penelitian Ulum (2009)
dengan menggunakan skala likert. Uji instrumen menggunakan uji validitas dan
reliabilitas serta uji asumsi klasik. Alat pengujian yang digunakan adalah regresi
linier berganda dan uji beda t-test (independent samples t-test).
Hasil Penelitian
Pengaruh Human Capital terhadap Kinerja UMKM
Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial antara human
capital terhadap kinerja UMKM dilihat berdasarkan nilai t hitung sebesar 2,019
serta signifikan sebesar 0,046 yang kurang dari 0,05. Maka hipotesis pertama
diterima dan menyatakan bahwa semakin tinggi human capital maka semakin
tinggi pula kinerja UMKM. Pengetahuan, skill, dan pengalaman yang pegawai
miliki dalam mengelola perusahaan ternyata dapat meningkatkan kinerja UMKM.
Kreatifitas pegawai dan adanya budaya atau atmosfer kerja yang sangat suportif
dan nyaman dianggap mampu meningkatkan daya saing antar UMKM. Pegawai
yang dimiliki perusahaan secara umum memberikan yang terbaik pada perusahaan
sehingga perusahaan mempunyai keunikan sendiri-sendiri.
15
2.3. Organization Capital
Merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses
rutinitas perusahaan dan strukturnya, yang mendukung usaha karyawan untuk
menghasilkan kinerja intelektual yang optimal, serta kinerja bisnis secara
keseluruhan, misalnya: sistem operasional perusahaan, proses manufacturing,
budaya organisasi, filosofi manajemen, dan semua bentuk intellectual property
yang dimiliki perusahaan. Seorang individu dapat memiliki tingkat intelektualitas
yang tinggi, tetapi jika organisasi memiliki sistem dan prosedur yang buruk, maka
IC tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal
Studi Kasus Organization Capital
Hubungan Intellectual Capital dan Kinerja UMKM dalam Peningkatan Daya
Saing UMKM
Kinerja UMKM merupakan tingkat keberhasilan yang dicapai baik secara kualitas
maupun kuantitas dari tingkat capaian yang telah ditargetkan. Pada saat ini
UMKM dituntut untuk mengoptimalkan modal intelektual (pengembangan
berbasis pengetahuan) yang dimilikinya, sehingga UMKM diharapkan dapat
fokus pada upaya untuk mengelola melalui modal intelektual. UMKM dapat
belajar bagaimana menggunakan kombinasi dari unsur manusia, struktural dan
modal relasional yang mereka miliki untuk meningkatkan kapasitas mereka
sendiri untuk bersaing di dunia pasar global (Mertins dan Will, 2007). Hal yang
perlu dilakukan UMKM, misalnya untuk mengembangkan modal manusia yang
dimilikinya adalah dengan mengadakan pelatihan dan pendidikan para
karyawannya secara berkesinambungan. Modal intelektual tidak hanya mencakup
hak paten, hak cipta, dan bentuk-bentuk lain dari kekayaan intelektual, namun
merupakan sinergi pengetahuan perusahaan, pengalaman, hubungan, proses,
penemuan, inovasi, keberadaan pasar dan pengaruh masyarakat. Modal intelektual
memberikan model baru untuk menghitung nilai sebenarnya dari organisasi yang
tidak dapat dihitung dalam akuntansi keuangan tradisional (Fathi dkk, 2013).
UMKM yang mampu menciptakan keunggulan kompetitif dapat meningkatkan
hubungan antara modal intelektual dan kinerja UMKM. Hal ini mengindikasikan
16
bahwa semakin tinggi nilai modal intelektual maka kinerja keuangan
(profitabilitas) juga semakin tinggi (Shiddiq, 2013). Untuk menciptakan keunikan
dari kombinasi modal intelektual pada UMKM di Indonesia, terlebih dahulu
UMKM harus memperbaiki produktivitasnya yang tergolong masih rendah.
Metode Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh UMKM yang ada di kabupaten
Kudus. Teknik pengambilan sampel penelitian adalah dengan menggunakan
metode stratified random sampling. Dengan metode ini akan dibuat daftar UMKM
yang ada di Kabupaten Kudus, kemudian akan dipilih secara acak perwakilan
UMKM yang digolongkan pada UMKM yang bergerak di bidang jasa dan non
jasa dijadikan sampel dengan jumlah pengiriman proporsional sesuai dengan
jumlah sampel yang akan digunakan. Metode yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah menggunakan data primer dan data sekunder. Data
primer didapatkan langsung dari UMKM dengan penyebaran kuesioner dan
wawancara secara langsung kepada pengelola atau pemilik UMKM di Kabupaten
Kudus. Data tersebut dikumpulkan dengan survei langsung melalui kuesioner
yang didesain untuk memperoleh data tentang intellectual capital dan kinerja
UMKM sedangkan data sekunder didapatkan dari data yang ada di Dinas
Perindustustrian, Koperasi dan UMKM Kabupaten Kudus. Indikator yang
digunakan sebagai pengukuran kinerja UMKM, human capital, structural capital,
dan customer capital pada penelitian ini berdasarkan penelitian Ulum (2009)
dengan menggunakan skala likert. Uji instrumen menggunakan uji validitas dan
reliabilitas serta uji asumsi klasik. Alat pengujian yang digunakan adalah regresi
linier berganda dan uji beda t-test (independent samples t-test).
Hasil Penelitian
Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial antara
Organizaton capital terhadap kinerja UMKM dilihat berdasarkan nilai t hitung
sebesar 2,220 serta signifikan sebesar 0,029 yang kurang dari 0,05. Maka
hipotesis kedua diterima dan menyatakan bahwa semakin tinggi organization
capital maka semakin tinggi pula kinerja UMKM. Organization capital terdiri dari
17
rutinitas organisasi, prosedur-prosedur, sistem, budaya, dan database yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan pasar. Sistem dan prosedur yang sudah
diterapkan pada usaha ternyata dapat mendukung terciptanya inovasi-inovasi baru.
Inovasi-inovasi baru tersebut selanjutnya diimplementasikan secara konsisten
guna mendukung pengembangan produk-produk baru perusahaan.
2.4. Social Capital
Pengertian modal sosial menurut Putnam (1995) adalah jaringan, norma dan
kepercayaan sosial yang memfasilitasi koordinasi dan kerjasama untuk saling
menguntungkan. Sedangkan Hasbullah (2006) mendefinisikan modal sosial
sebagai sumberdaya yang dapat dipandang sebagai investasi untuk mendapatkan
sumberdaya baru. Lebihlanjut Hasbullah menyatakan bahwa modal sosial
mencakup potensi kelompok dan pola-pola hubungan antar individu dalam suatu
kelompok dan antar kelompok dengan ruang perhatian pada jaringan sosial, norma
dan nilai serta kepercayaan antar sesama yang lahir dari anggota kelompok dan
menjadi norma kelompok. Modal sosial adalah konsep yang digunakan untuk
mengukur kualitas hubungan dalam komunitas, organisasi dan masyarakat
(Wibisono & Daewanto, 2015).
Pendapat lain menyebutkan bahwa modal sosial adalah modal yang
dimiliki oleh masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat (Shaoling Fu,
et.al,(2018). Berzina (2011), berpendapat bahwa modal sosial merupakan
kemampuan masyarakat utk melakukan asosiasi satu sama lain dan selanjutnya
menjadi kekuatan bagi kehidupan ekonomi dan aspek eksistensi sosialnya..
Kesimpulannya modal sosial merupakan modal yang ada dalam diri individu
ataupun masyarakat untuk berasosiasi dan bekerjasama membangun jaringan
berdasarkan kepercayaan dan ditopang oleh norma dan nilai sosial guna mencapai
suatu tujuan. Modal sosial menjadi dasar bagi orang yang bekerjasama untuk
tujuan bersama dalam kelompok. Setiap pola hubungan yang terjadi diikat oleh
kepercayaan (trust), kesaling pengertian (mutual understanding) dan nilai-nilai
bersama (shared value) yang mengikat anggota kelompok untuk membuat ke-
mungkinan aksi bersama dapat dilakukan secara efisien dan efektif. Modal sosial
akan memungkinkan manusia bekerjasama untuk menghasilkan sesuatu yang
18
besar. Mengacu kepada pendapat Putnam (1995), Elemen utama modal sosial
mencakup norm, trust dan network. Sedangkan Fadli (2015) menyatakan bahwa
modal sosial itu dinyatakan sebagai modal produktif yang terdiri atas rasa
percaya, kemampuan dalam membangun jaringan kerja serta kepatuhan-nya
terhadap norma yang berlaku dalam kelompok maupun masyarakat, dimana
modal tersebut memberi keuntungan untuk meng-akses modal lainnya serta
memfasilitasi kerjasama intra dan antar kelompok mas-yarakat. Modal Sosial
terdiri atas ketrampilan berpartisipasi (partisipatory skill) dan ka-rakter
(dispositions) yang memungkinkan para individu atau kelompok untuk mencapai
tujuan tertentu. Menurut Hoffman, Et.al (2005), modal sosial memiliki tiga bentuk
: kepercayaan (trust), norma (norm), dan jejaring (network).
Kepercayaan merupakan suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko
dalam hubungan sosial yang didasari perasaan yakin bahwa orang lain akan
melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan selalu bertindak dalam suatu
pola yang saling mendukung (Abdullah, 2013). Dalam pan-dangan Miftahusyaian
(2015), kepercayaan adalah sikap saling mempercayai di masyarakat yang
memungkinkan masyarakat tersebut bersatu dengan yang lain dan memberikan
kontribusi pada peningkatan modal sosial. Kepercayaan menjadi pilar kekuatan
modal sosial. Norma sosial merupakan perangkat yang disepakati untuk
mengontrol perilaku seluruh anggota dalam suatu komunitas. Norma sosial
senantiasa terjadi bersamaan dengan adanya interaksi manusia di dalam
kelompok. Dengan kata lain, norma sosial adalah hasil dari interaksi sosial antar
anggota suatu kelompok. Karenanya norma sosial tidak akan timbul dengan
sendirinya tetapi terbentuk di dalam interaksi sosial antar individu di dalam
kelompok. Norma sosial juga merupakan patokan-patokan umum mengenai
tingkah laku dan sikap individu anggota kelompok yang dikehendaki oleh
kelompok mengenai bermacam-macam hal yang berhubungan dengan kehidupan
kelompok yang melahirkan norma-norma tingkah laku dan sikap-sikap mengenai
segala situasi yang dihadapi oleh anggota-anggota kelompok.
19
Studi Kasus Social Capital
MODAL SOSIAL DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI
MARKISA DI SUMATERA UTARA
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Propinsi Sumatera Utara tepatnya pada Kabupaten di
wilayah Propinsi Sumatera Utara yang menjadi basis pertanian untuk komoditas
markisa. Menggunakan studi dokumentasi dari BPS tahun 2016, diketahui bahwa
sentra markisa di Propinsi Sumatera Utara terdapat di Kabupaten Karo, Kabupaten
Simalungan, Kabupaten Dairi dan Kabupaten Tapanuli Utara. Oleh karenanya
penelitian ini dilakukan pada keempat daerah tersebut. Populasi dari penelitian ini
adalah seluruh petani markisa yang berjumlah 259 (data dokunen Dinas Pertanian
propinsi Sumatera Utara) yang tersebar pada 4 (empat) kabupaten, Dari setiap
Kabupaten diambil dua desa yang memiliki jumlah petani markisa dengan volume
produksi atau luas panen relatif stabil setiap tahunnya. Pengambilan kabupaten
sebagai sampel dilakukan dengan purposive sampling, sedangkan pengambilan
sampel petani markisa digunakan stratified random sampling dengan
memperhatikan responden yang benar-benar dapat memberikan informasi data
yang tepat sesuai dengan tujuan penelitian. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak
100 orang petani. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui
kuesioner, wawancara mendalam (indepth interviewer) dan Studi Dokumentasi.
Dengan mengadopsi pendapat Hoffman, Et.al (2005), data berupa modal sosial
dikelompokkan menjadi tiga variabel yaitu : 1. kepercayaan, 2, norma sosial dan
3. jaringan kerja. Sedangkan data tentang pemberdayaan masyarakat diukur
dengan perilaku petani (Nielsen dan Christian, 2003). Teknik analisis data yang
digunakan antara lain statistik deskriptif dan statistik inferensial. Uji hipotesis
menggunakan F test dan t test.
Pembahasan Hasil Penelitian
Perkembangan produk dan produksi pertanian buah markisa menunjukkan bahwa
setiap minggunya rata-rata mencapai 20,901 ton. Data ini menunjukkan
peningkatan dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Namun bila dibandingkan
20
dengan kebutuhan produksi olahan buah markisa ternyata jumlah tersebut masih
belum dapat memenuhi kebutuhan buah markisa sebagai bahan baku perusahaan.
Hasil studi di lapangan menunjukkan bahwa pasokan buah markisa dari petani
markisa di Sumatera Utara masih sangat kurang, setiap minggunya tidak lebih dari
50 ton sementara kebutuhan bisa mencapai 120 ton per minggu, sehingga
terkadang kontinuitas produksi sangat terganggu. Meskipun pangsa pasar buah
markisa jelas dan sangat besar peluangnya namun terdapat beberapa hal yang
menyebabkan turunnya produktivitas petani markisa. Hasil penelitian di lapangan
mengindikasikan bahwa minat petani untuk lebih membudidayakan buah markisa
makin menurun dan tetap saja rendah. Hal ini disebabkan oleh berbagai
permasalahan yang dihadapi petani dalam mengelola pertanian. Rendahnya minat
petani tersebut menunjukkan bahwa permasalahan yang dihadapi petani
diselesaikan secara individual karenanya perlu adanya program kemitraan petani
melalui pemberdayaan kelompok tani. Setelah kelompok tani dibangun
selanjutnya dipacu dengan mengintrodusir modal sosial dalam kelompok tani
tersebut agar berbagai permasalahan yang dihadapi dapat segera diselesaikan.
Berdasarkan hasil penelitian, modal sosial yang diukur dengan kepercayaan,
norma sosial dan jaringan kerja berpengaruh terhadap perilaku petani markisa di
Propinsi Sumatera Utara. Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa variabel
kepercayaan, norma sosial dan jaringan kerja secara simultan dan parsial
berpengaruh positifdan signifikan terhadap perilaku usaha. Model yang terbentuk
dari hasil regresi adalah sebagai berikut: Y = 27,552 + 0,224 X1 + 0,188X2 +
0,263X3 + e, artinya meningkatnya perlakuan terhadap kepercayaan, norma sosial
dan jaringan kerja akan menyebabkan kenaikan perilaku petani, begitu juga
sebaliknya.
Pengaruh Norma Sosial terhadap Perilaku Petani
Hasil pengujian t test membuktikan bahwa norma sosial berpengaruh terhadap
perilaku petani.Nilai ujitmenunjukkan nilai sebesar 2,343 dengan signifikansi
sebesar 0,021 lebih kecil dari α = 0,05. Norma sosial dalam penelitian ini diukur
dengan kepatuhan dari petani terhadap aturan-aturan yang mengatur bagaimana
individu seharusnya dan sebaiknya berperilaku. Norma sosial dalam penelitian
21
lebih ditekankan pada konformitas, yaitu perilaku yang mengikuti suatu kelompok
yang didorong oleh keinginan individu itu sendiri. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa norma sosial digunakan oleh petani dalam kelompok dengan
harapan dapat mengurangi permasalahan dan ketidak- pastian karena faktor
lingkungan. Melalui pemberdayaan dalam kelompok tani, akan terjalin hubungan
baik diantara mereka dalam ikatan organisasi ekonomi kelompok tani. Kuatnya
modal sosial yang ditunjukkan dengan kepatuhan terhadap norma sosial akan
membangun nilai kebersamaan diantara petani terutama kebersamaan dalam
menyelesaikan permasalahan pengelolaan lahan pertanian markisa. Dalam
konteks ini norma sosial akan membangun keterikatan internal yang mewarnai
struktur kolektif dan memberikan kohesifitas dan keuntungankeuntungan bersama
dari proses dinamika yang dibangun oleh para petani markisa dalam kelompok
tani. Beberapa indikator yang digunakan sebagai alat pengukuran norma sosial
antara lain: sikap partisipatif, sikap saling memperhatikan, saling memberi dan
menerima, saling percaya mempercayai dengan diperkuat oleh nilai-nilai dan
normanorma yang mendukungnya. Selain itu, kemauan masyarakat untuk secara
terus menerus proaktif baik dalam mempertahankan nilai, membentuk jaringan
kerjasama maupun dengan penciptaan kreasi dan ideide baru. Potensi
pengembangan usaha melalui perubahan perilaku terutama dalam mematuhi
norma-norma tersebut pada akhirnya akan membentuk petani markisa yang
mandiri.
22
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Stewart (1997) mendefinisikan IC sebagai materi intelektual yaitu pengetahuan,
informasi, kekayaan intellectual dan pengalaman yang digunakan untuk
menciptakan kesejahteraan.
Human capital merupakan kemampuan pekerja untuk beradaptasi dengan suatu
permasalahan atau hambatan tertentu dan mencari solusi terhadapnya.
Kemampuan pekerja ini nantinya dapat menjadi penunjang kualitas dan level
produksi. Selebihnya, human capital memerlukan beberapa hal seperti
pendidikan, pelatihan, dan berbagai pengayaan lain.
Organization Capital merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam
memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya, yang mendukung usaha
karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal, serta kinerja
bisnis secara keseluruhan, misalnya: sistem operasional perusahaan, proses
manufacturing, budaya organisasi, filosofi manajemen, dan semua bentuk
intellectual property yang dimiliki perusahaan. Seorang individu dapat memiliki
tingkat intelektualitas yang tinggi, tetapi jika organisasi memiliki sistem dan
prosedur yang buruk, maka IC tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Modal sosial merupakan modal yang ada dalam diri individu ataupun masyarakat
untuk berasosiasi dan bekerjasama membangun jaringan berdasarkan kepercayaan
dan ditopang oleh norma dan nilai sosial guna mencapai suatu tujuan.
23
DAFTAR PUSTAKA
Budiarta,Kustoro.(2021). Modal Sosial Dalam Pemberdayaan Masyarakat Petani
Markisa di Sumatera Utara.Jurnal Niagawan.10(1).92-101
Zuliyati.(2017).Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja UMKM.Jurnal
Akuntansi Keuangan.6(2).181-200.
24