The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Nadia Intan, 2024-06-04 08:24:59

Puisi Karya Tokoh di Indonesia

Kumpulan Puisi

SURAT CINTA Kutulis surat ini kala hujan gerimis bagai bunyi tambur yang gaib, Dan angin mendesah mengeluh dan mendesah, Wahai, dik Narti, aku cinta kepadamu! Kutulis surat ini kala langit menangis dan dua ekor belibis bercintaan dalam kolam bagai dua anak nakal jenaka dan manis mengibaskan ekor serta menggetarkan bulu-bulunya, Wahai, dik Narti, kupinang kau menjadi istriku ! Kaki-kaki hujan yang runcing menyentuhkan ujungnya di bumi, Kaki-kaki cinta yang tegas bagai logam berat gemerlapan menempuh ke muka dan tak kan kunjung diundurkan Selusin malaikat telah turun di kala hujan gerimis Di muka kaca jendela mereka berkaca dan mencuci rambutnya untuk ke pesta Wahai, dik Narti dengan pakaian pengantin yang anggun bunga-bunga serta keris keramat aku ingin membimbingmu ke altar untuk dikawinkan Aku melamarmu, Kau tahu dari dulu: tiada lebih buruk dan tiada lebih baik dari yang lain Karya W.S Rendra


PADA SUATU HARI NANTI Pada suatu hari nanti, jasadku tak akan ada lagi, tapi dalam bait-bait sajak ini, kau tak akan kurelakan sendiri. Pada suatu hari nanti, suaraku tak terdengar lagi, tapi di antara larik-larik sajak ini. Kau akan tetap kusiasati, pada suatu hari nanti, impianku pun tak dikenal lagi, namun di sela-sela huruf sajak ini, kau tak akan letih-letihnya kucari. Karya Sapardi Djoko Damono


DERAI DERAI CEMARA Cemara menderai sampai jauh Terasa hari akan jadi malam Ada beberapa dahan di tingkap merapuh Dipukul angin yang terpendam Aku sekarang orangnya bisa tahan Sudah berapa waktu bukan kanak lagi Tapi dulu memang ada suatu bahan Yang bukan dasar perhitungan kini Hidup hanya menunda kekalahan Tambah terasing dari cinta sekolah rendah dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan Sebelum pada akhirnya kita menyerah 1949 Karya Chairil Anawar


BIRU BUKIT, BUKIT KELU Adalah hujan dalam kabut yang ungu Turun sepanjang gunung dan bukit biru Ketika kota cahaya dan dimana bertemu Awan putih yang menghinggapi cemaraku. Adalah kemarau dalam sengangar berdebu Turun sepanjang gunung dan bukit kelu Ketika kota tak bicara dan terpaku Gunung api dan hama di ladangladangku. Lereng-lereng senja Pernah menyinar merah kesumba Padang ilalang dan bukit membatu Tanah airku. Karya Taufik Ismail


ADAKAH SUARA CEMARA Adakah suara cemara Mendesing menderu padamu Adakah melintas sepintas Gemersik dedaunan lepas Deretan bukit-bukit biru Menyeru lagu itu Gugusan megaIalah hiasan kencana Adakah suara cemara Mendesing menderu padamu Adakah lautan ladang jagung Mengombakkan suara itu. Karya Taufik Ismail


DIPONEGORO Di masa pembangunan ini Tuan hidup kembali Dan bara kagum menjadi api Di depan sekali tuan menanti Tak genta. Lawan banyaknya seratus kali. Pedang di kanan, keris di kiri Berselempang semangat yang tak bisa mati. MAJU Ini barisan tak bergenderang-berpalu Kepercayaan tanda menyerbu Sekali berarti Sudah itu mati MAJU Bagimu Negeri Menyediakan api Punah di atas menghamba inasa di atas ditinda Sungguhpun dalam ajal baru tercapai Jika hidup harus merasai Maju. Serbu. Serang. Terjang. Februari 1943 A Karya Chairil Anwar


NYANYIAN HUJAN Aku ini percikan benang-benang perak yang dihamburkan dari syurga oleh dewa-dewa. Alam raya kemudian meraupku, bagi menyirami ladang dan lembahnya. Aku ini taburan mutiara, yang dipetik dari mahkota Raja Ishtar, oleh puteri Fajar, untuk menghiasi taman-taman mayapada. Pabila kuurai air mata, bukit-bukit tertawa; Pabila aku meniup rendah, bunga-bunga gembira, Dan bila aku menunduk, segalanya cerah-ceria. Ladang dan awan mega berkasih-mesra, Di antara mereka aku pembawa amanat setia, Yang satu kulepas dari dahaga, Yang lain kuubati dari luka. Suara guruh mengkhabarkan kedatanganku Pelangi di langit menghantar pemergianku, Bagai kehidupan duniawi, diriku, Dimulakan pada kaki kekuatan alam, Dan diakhiri di bawah sayap kematian. Aku muncul dari dalam jantung samudera, Melayang tinggi bersama pawana, Pabila kulihat ladang memerlukanku, Aku turun, kubelai mesra bunga-bunga dan pepohonan Dalam berjuta cara. Jemariku lembut bermain pada jendela-jendela kaca Dan berita yang kubawa membawa bahagia, Semua orang dapat mendengarnya, namun hanya yang peka, Dapat memahami maknanya. Panas udara melahirkan aku, Namun sebagai balasannya aku membunuhnya, Laksana wanita yang mengungguli jejaka, Dengan kekuatan yang dihisap daripadanya. Diriku helaan nafas samudera Gelak tertawa padang ladang, Dan cucuran air mata dari syurga. Maka, disertai cinta kasih – dihela dari kedalaman laut kasih-sayang; tertawa ria dari rona padang jiwa, air mata dari kenangan syurga abadi. Karya Kahlil Gibran


IBU Ibu merupakan kata tersejuk yang dilantunkan oleh bibir-bibir manusia. Dan Ibuku merupakan sebutan terindah. Kata yang semerbak cinta dan impian, manis dan syahdu yang memancar dari kedalaman jiwa. Ibu adalah segalanya. Ibu adalah penegas kita dilaka lara, impian kta dalam rengsa, rujukan kita di kala nista. Ibu adalah mata air cinta, kemuliaan, kebahagiaan dan toleransi. Siapa pun yang kehilangan ibunya, ia akan kehilangan sehelai jiwa suci yang senantiasa merestui dan memberkatinya. Alam semesta selalu berbincang dalam bahasa ibu. Matahari sebagai ibu bumi yang menyusuinya melalui panasnya. Matahari tak akan pernah meninggalkan bumi sampai malam merebahkannya dalam lentera ombak, syahdu tembang beburungan dan sesungaian. Bumi adalah ibu pepohonan dan bebungaan. Bumi menumbuhkan, menjaga dan membesarkannya. Pepohonan dan bebungaan adalah ibu yang tulus memelihara bebuahan dan bebijian. Ibu adalah jiwa keabadian bagi semua wujud. Penuh cinta dan kedamaian. Karya Kahlil Gibran


Click to View FlipBook Version