BUKU SPESIES
MATA KULIAH TAKSONOMI ORGANISME TINGKAT RENDAH
Dosen pengampu: Salwa Rezeqi, M.Pd
Disusun Oleh:
Kelompok 7 PSB21A
Naomi Angel Samosir (4213220014)
Pebrian Sihaloho (4213520021)
Chindy Charolin Manalu (4213220023)
Jurusan S-1 Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Medan
2022
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kasih karunia-Nya, kami dapat
menyelesaikan Buku Spesies ini ditunjukkan untuk pemenuhan tugas yg ditugaskan oleh Ibu
dosen mata kuliah Taksonomi Organisme Tingkat Rendah.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu dosen yang telah membimbing dan
mengarahkan kami melalui pengajaran saat mata kuliah Biologi Sel berlangsung. Masih
banyak kekurangan yang terdapat di Buku Spesies ini. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat diperlukan untuk memperkaya isi Buku Spesies ini. Akhir kata, semoga tulisan ini
dapat memperkaya pengetahuan pembaca, dan berguna untuk kita semua.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pembaca atas perhatiannya, sekian dan terima
kasih.
Penulis,
Kelompok 7
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...........................................................................................................................2
MONERA ..................................................................................................................................4
1. Archaebacteria....................................................................................................................4
Berikut beberapa spesies pada kingdom Monera. ..................................................................4
2. Eubacteria...........................................................................................................................7
Berikut beberapa spesies Eubacteria ......................................................................................7
PROTISTA ..............................................................................................................................11
PROTISTA MIRIP TUMBUHAN ......................................................................................11
Berikut beberapa contoh spesies protista mirip tumbuhan...................................................11
PROTISTA MIRIP HEWAN...............................................................................................18
Berikut beberapa contoh protista mirip hewan. ...................................................................18
MONERA
Monera adalah kelompok organisme paling kuno di bumi sekaligus paling banyak
jumlahnya. Karena monera adalah prokariota, mereka tidak memiliki organel yang terikat
membran, mikroskopis, dan biasanya hidup di lingkungan yang lembab. Selain itu, monera
memiliki karakteristiknya tersendiri seperti bergerak dengan menggunakan flagela untuk
mendorong diri melalui cairan, sebagian besar bereproduksi secara aseksual melalui
pembelahan biner. Organisme tertentu di kerajaan Monera dapat mengelilingi dirinya dengan
kapusul sebagai alat pertahanan dari kondisi dan ancaman yang merugikan, seperti fagotosis
oleh sel darah putih dan pengeringan.
Anggota monera terdiri atas dua subkingdom, yaitu Archaebacteria dan Eubacteria.
Umunya kingdom Monera terdiri atas Eubacteria (bakteri). Perbedaan antara Archaebacteria
dan Eubacteria terletak pada komposisi RNA, ribosomnya, dan peptidoglikan pada dinding
selnya.
1. Archaebacteria
Archaebacteria merupakan kelompok bakteri yang pertama kali muncul ke bumi.
Bakteri ini memiliki ciri-ciri yaitu hidup dalam kondisi lingkungan yang cukup ekstrim.
Contohnya pada kondisi panas (termofil) dan asam (asodofil)
Berikut beberapa spesies pada kingdom Monera.
Gambar Methanoregula boonei
Taksonomi Methanoregula boonei
Domain: Archaea
Kingdom: Euryarchaeota
Filum: Euyarchaeota
Kelas: Methanomicrobia
Ordo: Methanomicrobiales
Famili: incertae sedis
Genus: Methanoregula
Spesies: Methanoregula boonei
Deskripsi
Methanoregula boonei adalah mikroorganisme yang menyimpan metana dalam oksigen yang
sangat rendah. Bukan hanya di rawa-rawa dan lahan basah, Methanoregula boonei juga dapat
ditemuan di dalam perut hewan sapi atau manusia. Methanoregula boonei menggunakan
karbondioksida untuk mendorong metabolisme mereka dengan bantuan hidrogen sebagai
agen pereduksi. Methanoregula boonei juga sangat penting dalam menjalankan fungsi
ekologis. Hal tersebut karena mereka memiliki manfaat ekologis membuang kelebihan
hidrogen dan karbon dari lingkungan anaerob. Bentuk dari Methanoregula boonei yaitu bulat
atau batang yang tidak membentuk kelompok monofiletik.
b. Gambar Lachnospira multipara
Taksonomi Lachnospira multipara
Kingdom : Bacteria
Phylum : Firmicutes
Class : Cloatridia
Ordo : Eubacteriales
Family: Lachnospiraceae
Genus: Lachnospira
Species: Lachnospira multipara
Deskripsi
Lachnospira multipara (menghidrolisis pektin). Bakteri halofil (Yunani), halo = garam,
philos = pencinta) adalah bakteri yang hidup di lingkungan dengan kadar garam tinggi. ...
Hidup di lingkungan yang berkadar garam tinggi, sepuluh kali keasinan air laut.
C. Gambar Ruminococcus albus
Taksonomi Ruminococcus albus
Kingdom : Bacteria
Subkingdom : Posibacteria
Phylum :Firmicutes
Class :Clostridia
Ordo :Clostridiales
Family :Ruminococcaceae
Genus :Ruminococcus
Species :Ruminococcus albus
2. Eubacteria
Eubacteria adalah mikroorganisme yang memiliki ciri-ciri uniseluler mikroskopis,
umumnya tidak berklorofil, dan termasuk sel prokariotik. Bakteri dapat ditemukan hampir di
semua tempat. Bakteri tumbuh dengan subur di udara, air, makanan, tanah, tubuh hewan, atau
tumbuhan. Bakteri ini bersifat saprofit atau parasit. Bakteri yang bersofat saprofit ada yang
menguntungkan manusia, sedangkan yang parasit dapat menimbulkan penyakit, baik pada
tumbuhan, hewan, manusia maupun organisme lainnya.
Berikut beberapa spesies Eubacteria
a. Gambar Bakteri Streptococcus agalactiae yang Digunakan Dalam Proses Fagositosis
Bakteri pada Ikan Nila
Taksonomi bakteri Streptococcus agalactiae
Domain : Bacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Lactobacillales
Famili : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Spesies : Streptococcus agalactiae
Deskripsi
Bakteri Streptococcus agalactiae adalah bakteri penyebab penyakit streptokokosis
pada budidaya ikan nila. Bakteri Streptococcus ini dapat menyebabkan ikan berenang lemah
dan berada di dasar akuarium, lemah dalam merespon pakan, tubuh membentuk huruf-C,
berenang tidak beraturan, perubahan pada warna tubuh, dan bukaan operkulum menjadi lebih
cepat sehingga hal tersebut lebih meningkatkan kematian pada ikan nila hingga 90% (Hardi,
2013) Ada 2 tipe bakteri yang dapat menginfeksi ikan nila yaitu tipe 1 (a’- hemolitik) dan tipe
2 ( non-hermolitik). Perbedaan dari 2 tipe ini adalah tipe 1 tumbuh cepat pada suhu 37°C
serta mampu menghidrolisis gula lebih banyak sedangkan tipe 2 memiliki sifat yang bertolak
belakang dengan tipe 1.
B. Gambar Streptobacillus moniliformis
Taksonomi Streptobacillus moniliformis
Kingdom : Bacteria
Phylum : Fusobacteriota
Class : Fusobacteriia
Ordo : Fusobacteriales
Family : Leptotrichiaceae
Genus : Streptobacillus
Species : Streptobacillus moniliformis
Deskripsi
Streptobacillus moniliformis adalah sangat pleomorfik, berserabut, batang gram negatif,
nonmotil, dan tidak tahan asam. Itu biasanya tampak lurus tetapi mungkin fusiform dan dapat
berkembang pembengkakan bulbar lateral yang khas. Organisme biasanya tersusun dalam
rantai dan rumpun yang kusut bervariasi dalam dimensinya, dari 0,1 hingga 0,5 m kali 2,0
hingga 5,0 m, hingga 10 hingga 15 m, dengan segmen melengkung yang panjang hingga 100
hingga 150 m (65). S. moniliformis ada dalam dua jenis varian, yang biasanya muncul bentuk
basiler dan yang dapat diinduksi atau terjadi secara spontan, bentuk L yang kekurangan
dinding sel, tumbuh dengan "telur goreng" morfologi koloni. Bentuk L dianggap
nonpatogenik konversi spontan antara dua bentuk in vitro telah dilaporkan dan dirasakan oleh
beberapa orang untuk bertanggung jawab atas kekambuhan klinis dan resistensi terhadap
terapi. Sprillum minus, agen etiologi lain dari demam gigitan tikus,ditemukan pada abad ke-
19 dan awalnya Bernama Spirocheta morsus muris atau Sporozoa muris. Itu diganti
namanyaSpirillum minus pada tahun 1924. Organisme ini pendek, tebal, gram negatif,batang
spiral melingkar rapat yang berukuran 0,2 hingga 0,5 m dan memiliki dua hingga enam
putaran heliks. Karena Spirillum minus tidak bisadikultur pada media sintetis, diagnosis awal
bergantung pada visualisasi langsung dari spirochetes karakteristik dengan Giemsa
pewarnaan, pewarnaan Wright, atau mikroskop lapangan gelap.
C. Gambar Renibacterium salmoninarum
Taksonomi Streptobacillus moniliformis
Kingdom : Bacteria
Phylum : Actinobacteria
Classs : Actinobacteria
Sub class : Actinobacteridae
Ordo : Actinomycetales
Sub ordo : Micrococcineae
Family: Micrococcaceae
Genus: Renibacterium
Spesies : Renibacterium salmoninarum
Deskripsi
Renibacterium salmoninarum adalah agen penyebab penyakit ginjal bakteri (BKD) dan Gram-
positif, tidak tahan asam, tidak bergerak, tidak membentuk spora, kecil (0,1–1,0 m kali 0,3–1,5
m) diplobacillus. BKD pertama kali dideskripsikan pada tahun 1930-an pada salmon Atlantik liar
(Salmo salar) di sungai Dee di Skotlandia dan R. salmoninarum diisolasi untuk pertama kalinya
dari brown ikan trout di Amerika Serikat .Misalnya, trout pelangi dan salmon Atlantik relatif tahan
terhadap BKD sementara dua subfamili Salmonidae: Thymallinae, dan Coregoninae dianggap
sangat sensitif. BKD adalah infeksi kronis yang berkembang lambat dan memiliki berdampak
pada populasi ikan, baik yang liar maupun yang dibudidayakan. Kematian sebagian besar terjadi
pada remaja berusia 6 hingga 12 bulan salmon dan dewasa pra-pemijahan. Bakteri penyakit ginjal
telah dilaporkan dalam stok salmonid semua di seluruh dunia kecuali Irlandia, Australia, Selandia
Baru dan bekas Uni Soviet . R. salmoninarum adalah patogen intraseluler fakultatif dan beberapa
faktor virulensi telah diidentifikasi. P57 (protein 57-kDa) adalah yang terbaik dipelajari di antara
ini faktor virulensi dan memainkan peran penting dalam aglutinasi seldan penekanan kekebalan
dari tuan rumah . Ikan yang terinfeksi R. salmoninarum dapat menunjukkan gejala eksternaldan
tanda-tanda klinis internal seperti exophthalmia, blebs danmelepuh pada epidermis dengan
perdarahan putih atau kekuningan cairan, petechiae dan pendarahan di sekitar sirip dan gurat sisi,
pembengkakan ginjal, jantung, limpa, dan hati bersama granulomatosa putih krem dan keabu-
abuan lesi pada permukaan visera. Khususnya, ini organisme telah dikaitkan dengan infeksi sub-
klinis pada ikan salmonid dan dapat menyebabkan infeksi tanpa gejalapada anggota spesies yang
rentan R. salmoninarum adalah salah satu bakteri yang paling sulitpatogen ikan salmon untuk
dikendalikan. Tidak ada vaksin yang manjur saat ini tersedia dan diketahui bahwa ikan liar dapat
berperan sebagai reservoir dan vektor penyakit. Antibiotika terapi terhadap R. salmoninarum bisa
efektif, tetapireaksi bakteri terhadap pengobatan lambat dan resisten antibiotik.
PROTISTA
Protista merupakan anggota kelompok eukariotik yang beragam jenisnya, sebagian
besar organisme mikroskopis uniseluler. Mereka memiliki karakteritik morfologi dan fisiologi
tertentu dengan hewan atau tumbuhan atau keduanya. Oleh sebab itu, anggota kerajaan protista
ada yang disebut mirip hewan dan mirip tumbuhan.
Protista memiliki kompartemen pusat karakteristik yang disebut nukleus, yang
menampung materi genetiknya. Mereka juga memiliki sistem seluler jhusus yang disebut
organel yang menjalankan fungsi tertentu di dalam sel. Kebanyaakn protista berkembangbiak
melalui mekanisme aseksual, ini dapat mencakup pembelahan biner, di mana sel induk terbagi
menjadi dua sel identik atau pembelahan ganda, di mana sel induk memunculkan beberapa sel
identik.
PROTISTA MIRIP TUMBUHAN
Protista mirip tumbuhan yang uniseluler sering disebut fitoplankton, sedangkan
protista mirip tumbuhan multiseluler sering disebut alga. Sama seperti namanya, protista
mirip tumbuhan, baik alga maupun fitoplankton mampu melakukan fotosintesis. Fitoplankton
memiliki peranan penting dalam memberikan oksigen ke atmosfer melalui proses fotosintesis
yang dilakukan.
Berikut beberapa contoh spesies protista mirip tumbuhan.
A. Gambar Chlorella vulgaris
Taksonomi Chlorella vulgaris
Divisi: Clorophyta
Kelas: Clorophyceae
Ordo: Chlorococales
Famili: Oocystacee
Genus: Chlorella
Spesies: Chlorella vulgaris
Deskripsi
Chlorella vulgaris adalah protista mirip tumbuhan yang mampu hidup di dalam perairan
tawar atau asin dan dapat juga hidup di tempat yang beriklim tropis bahkan panas. Mikroalga
hijau (Chlorella vulgaris) B) memiliki senyawa aktif chlorellin yang bermanfaat sebagai
antimikroba. Chlorella vulgaris B juga mampu melawan bakteri G positif maupun G negatif.
Dengan adanya senyawa flavonoid pada mikroalga juga mampu menghambat pertumbuhan
bakteri Pseudomonas, Bacillus sp., dan Klebsilla sp, sehingga Chlorella vulgaris memiliki
kemungkinan menghambat pertumbuhan bakteri S. Epidermis (Abdurrachman, Mutiara, &
Bochori, 2013)
B. Gambar Caulerpa prolifera
Taksonomi Caulerpa prolifera
Divisi: Chlorophyta
Kelas: Ulvophyceae
Ordo: Bryopsidales
Famili: Caulerpaceae
Genus: Caulerpa
Spesies: Caulerpa prolifera
Deskripsi
Caulerpa prolifera adalah alga subtropis dan sangat dipengaruhi oleh fluktuasi musimam
lingkungan. Siklus reproduksinya tergantung pada suhu air. Ia mengalami regresi yang cukup
besar selama musim dingin dan pertumbuhan yang menonjol ketika suhu naik. Ini cenderung
membentuk padang rumput padat di dasar lunak dalam air dari kedalaman 1 hingga 20 m.
Beberapa spesies dari ordo Caulerpales menghasilkan metabolit sekunder yang bersifat racun
atau pencegah bagi mikroorganisme, larva bulu babi, dan ikan herbivora. Dalam C. prolifera,
metabolit sekunder yang paling melimpah adalah caulerpenine, yang mencegah penyelesaian
sebagian besar epifit dan penggembalaan oleh herbivora.
Seperti padang lamun, padang rumput Caulerpa memiliki kapasitas retensi sedimen yang
tinggi (Moyano, Estacio, Adiego, & Gomez, 2001). Akumulasi sedimen menginduksi
sejumlah pengayaan organik dan perubahan komposisi granulometric ) yang bersama-sama
dengan perlindungan yang ditawarkan oleh vegetasi memungkinkan pembentukan populasi
hewan yang padat. Namun, siklus biologis alga menyebabkan struktur habitat bervariasi.
C. Gambar Porphyridium cruentum
Taksonomi Porphyridium cruentum
Domain: Eukariota
Divisi: Rhodophyta
Kelas: Porphyridiophyceae
Ordo: Porfiridiales
Famili: Porphyridiaceae
Genus: Porfiridium
Spesies: P. Cruentum
Deskripsi:
Porphyridium cruentum adalah mikroalga merah bersel satu yang termasuk kelas
Rhodophyceae, hidup bebas atau berkoloni yang terikat dalam mucilago. Senyawa mucilago
dieksresikan secara konstan oleh sel membentuk sebuah kapsul yang mengelilingi sel.
Mucilago merupakan polisakarida sulfat yang bersifat larut dalam air (Borowitzka dan
Borowitzka 1988).
Morfolologi
•Komposisi biomassa P. Cruentum yaitu 32,1% (w/w) karbohidrat dan 34,1% protein kasar.
•Kandungan mineral dalam 100 g biomassa kering: Ca (4960 mg), K (1190 mg), Na (1130
mg), Mg (629 mg), Zn (373 mg).
•Kandungan asam lemak terdiri dari 1,6% untuk 16:0; 0,4% untuk 18:2ώ6; 1,3 %, 20:4ώ6;
1,3% untuk 20:5ώ3.
•Biomassa P. Cruentum mengandung pigmen berupa fikoeritrin dengan karakteristiknya
berwarna merah. Biomassa juga mengandung tokoferol, vitamin K, dan karoten (Fuentes et
al. 2000).
B. Ciri-ciri
•Sel Porphyridium cruentum berbentuk bulat dengan diameter 4 - 9 μm
•Struktur selnya terdiri dari sebuah nukleus inti, kloroplas, badan golgi, mitokondria, pati dan
vesikel
•Struktur sel Porphyridium cruentum merupakan tipe struktur sel eukariotik. Setiap sel
dikelilingi oleh dinding sel yang terdiri dari dua lapisan. Lapisan bagian luar terdiri dari
bahan pectic dan lapisan bagian dalam terbuat dari cellulosic microfibrils Sharma 1986.
•Membentuk lapisan kemerah-merahan yang sangat menarik.
C. Habitat
Porphyridium dapat hidup di berbagai habitat alam seperti air laut, air tawar, maupun pada
permukaan tanah yang lembab dan membentuk lapisan kemerah-merahan yang sangat
menarik. Habitat asli dari P. Cruentum diduga berasal dari laut karena dapat hidup dengan
baik pada media cair maupun media padat air laut.
D. Peranan
•Porphyridium cruentum efektif dalam menurunkan kadar logam berat.
•bahan produksi bioetanol.
•sebagai obat luka terbuka.
D. Gambar Cladophora glomerata
Taksonomi Cladophora glomerata
Kingdom : Plantae
Divisi : Thallophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Cladophorales
Family : Cladophoraceae
Genus : Cladophora
Spesies : Cladophora glomerata
Deskripsi
Cladophora genus ganggang hijau (famili Cladophoraceae) ditemukan tumbuh menempel
pada batu atau kayu terendam di danau dangkal dan sungai; ada beberapa spesies laut.
Beberapa spesies, termasuk Cladophora glomerata , dianggap sebagai gangguan di area
rekreasi. Cladophora tumbuh dalam bentuk berkas atau bola dengan filamen yang panjangnya
bisa mencapai 13 cm (5 inci). Reproduksi aseksual melibatkan spora motil kecil (zoospora)
dengan empat flagela . Dalam reproduksi seksual gamet biflagellata biasanya bersatu,
meskipun kadang-kadang berkembang menjadi alga baru tanpa penyatuan. Cladophora
adalah algae yang berbentuk seperti benang bercabang hijau. Bentuk benang atau jaring nya
sangat kuat dan sangat tipis. Kebanyakan jenis Cladophora berbentuk tebal, kusut, hijau
“fluffy” tambalan atau helai rambut sepertikasar yang membungkus lumut, tanaman batang,
akar, dan batu. Ada pula Cladophora seperti talus berserabut, kenyal, lembut jumbai,
ukurannya 5-50 cm dan tubuhnya dominan berwarna hijau, yang telah tua berwarna agak
kecoklatan. Adapun peranannya dalam kehidupan yaitu dapat menyembuhkan penyakit
stroke, karena dapat menyerap kelebihan garam pada tubuh manusia. juga dapat digunakan
untuk mengobati bisul dan pendarahan pada hidung juga sebagai sumber makanan,
kandungan bahan-bahan organik yang terdapat dalam alga merupakan sumber mineral dan
vitamin untuk agar-agar, salad rumput laut maupun agarose.
E. Gambar Oedogonium concatenatum
Kingdom: Protista
Divisi: Chlorophyta
Kelas: Chlorophyceae
Ordo: Oedogoniales
Genus: Oedogonium
Spesies: Oedogonium concatenatum
Deskripsi
Oedogonium adalah salah satu genus ganggang hijau berbentuk filamen yang banyak
ditemukan di air tawar. Ganggang ini lebih banyak hidup menempel pada batu-batu daripada
di dasar.umumnya ditemukan di badan air tawar yang tenang. Mereka sering melekat pada
tanaman lain atau ada sebagai massa mengambang bebas. Filamen oedogonium biasanya
tidak bercabang dan hanya satu sel tebal. Setiap sel silinder dari filamen, dengan
pengecualian sel basal yang berfungsi sebagai penahan seperti akar, mengandung kloroplas
seperti jaring dan vakuola sentral yang besar. kubangan air, jarang pada air yang mengalir
deras. Filament ada yamng melayang atau epifit( menempel) pada daun atau batang tanaman
air. Sel- sel yang menyusun filamen berbentuk silindris panjang. Sel basal mengalami
modifikasi menjadi semacam batil hisap untuk menempel pada subtrat. Sedangkan sel apical(
ujung) biasanya ujungnya membulat. Pembelahan sel terjadi tidak pada bidang tengah sel
tetapi agak ke ujung sel sehingga dinding sel yang diwariskan pada kedua sel anak tidak
sama. Sel berinti tunggal dan memiliki satu kloroplas berbentuk anyaman( reticulate) yang
menyelubungi protoplasma. Kloroplas biasanya memiliki banyak pirenoid.
F. Gambar Protosiphon boytryoides
Taksonomi Protosiphon boytryoides
Domain: Eukaryota
Kingdom: Viridiplantae
Filum: Chlorophyta
Kelas: Chlorophyceae
Ordo: Klorokocales
Famili: Incertae sedis
Genus: Protosiphon klebs
Spesies: Protosiphon boytryoides
Deskripsi:
Protosiphon botryoides (suku Protosiphonaceae), ganggang ini masih sangat sederhana,
hidup di atas tanah yang basah talusnya hanya terdiri dari atas satu sel. Melekat pada tanah
dengan rizoid yang panjang, tidak bercabang dan tidak bewarna.
PROTISTA MIRIP HEWAN
Protista yang mirip dengan hewan memiliki ciri – ciri tertentu, diantaranya merupakan
hewan yang bersel satu atau dikenal dengan Uniseluler dengan ukuran tubuh hanya 10-200
µm, Tidak memiliki dinding sel, Pada umumnya bersifat heterotrof, hanya sebagian kecil saja
yang bersifat autotroph, Hidup bebas atau sebagai parasit bagi organisme lain, Reproduksi
secara seksual atau aseksual. Protista mirip hewan diklasifikasikan menjadi empat
berdasarkan alat geraknya yaitu Rhizopoda, Ciliata, Flagellata, dan Sprozoa
Berikut beberapa contoh protista mirip hewan.
A. Gambar Eimeria auburnensis
Taksonomi Eimeria auburnensis
Domain: Eukaryota
Kingdom: Chromalveolata
Superfilum: Alveolata
Filum: Apicomplexa
Kelas: Conoidasida
Ordo: Eucoccidiorida
Famili: Eimeriidae
Genus: Eimeria
Spesies: Eimeria auburnesis
Deskripsi
Dari gambar dapat kita ketahui bahwa bakteri Eimeria auburnensis berbentuk ovoid, agak
rata pada ujung yang kecil, dinding licin, micropyle. Terdapat lapisan luar dinding ookista
dan lapisan dalam ookista. Berdasarkan referensi, ditemukan adanya infeksi protozoa pada
sapi bali betina yang dikandangkan. Adanya infeksi protozoa ini disebabkan pemeliharan sapi
bali di Nusa Penida masih bersifat konvensional, walaupun sudah dikandangkan. Kebersihan
kandang di sekitar sapi juga sangat buruk seperti feses yang jatuh tidak dibersihkan hingga
menumpuk, begitu juga urin yang tersebar kemana-mana (Indraswari, Suwiti, & Apsari,
2017). Sehingga hal inilah yang menimpulkan datangnya bakteri Eimeria auburnensis.
Eimeria auburnensis adalah spesies coccidia yang termasuk kurang patogen. Spesies ini
jarang menimbulkan gejala klinis. Adapun cara penularan bakteri ini terhadap sapi bali betina
tersebut yaitu melalui tertelannya ookista bersama dengan makanan yang terkontaminasi
ookista yang telah bersporulasi. Makanan terkontaminasi oleh ookista ini berasal dari feses
yang menumpuk tadi. Ookista berspora dapat bertahan untuk waktu yang lama di bawah
kondisi lingkungan yang menguntungkan.
B. Gambar Haematococcus pluvialis
Gambar sel mikroskopis H. Pluvialis dalam siklus hidupnya. (A) sel motil vegetatif hijau; (B)
sel palmella vegetatif hijau; (C) sel palmella mulai mengakumulasi astaxantin dalam transisi
ke aplanospore; (D) sel aplanospore mengakumulasi astaxantin.
Taksonomi Haematococcus pluvialis
Domain: Eukaryota
Kingdom: Viridiplante
Filum: Chlorophyta
Kelas: Chlorophyceae
Ordo: Chlamydormonadales
Famili: Haematococcaceae
Genus: Haematococcus
Spesies: Hematococcus Pluvialis
Deskripsi
Haematococcus pluvialis merupakan alga hijau yang tergolong dalam kelas Chlorophyceae.
H. pluvialis dapat mengakumulasi astanxantin hingga 4% dari berat kering, paling tinggi di
antara semua organisme yang dapat memproduksi astaxantin. Astaxantin adalah karotenoid
sekunder berwarna merah terang dari keluarga yang sama dengan likopen, lutein, dan ß-
karoten.
Pada gambar, sel H. pluvialis berwarna hijau dan vegetatif di bawah kondisi lingkungan yang
sesuai (intensitas cahaya rendah dan nutrisi yang cukup). Namun, H. pluvialis menunjukkan
penurunan dramatis dalam tingkat poliferasi sel dan peningkatan cyst di bawah tekanan
intensitas cahaya tinggi. Akumulasi karoteid sekunder terjadi pada sel-sel cyst di bawah
kondisi lingkungan yang tidak seuai seperti intesitas cahaya tinggi, kekurangan nutrisi,
penambahan garam dan stres oksidatif (Witono, et al., 2018). Dalam tahapan haematocyst
kandungan karotenoid total meningkat dan pola karakteristik karotenoid utama tahap
vegetatif digantikan oleh karotenoid sekunder. Rasio karotenoid terhadap klorofil adalah
sekitar 0,2 pada tahap hijau dan meningkat pada tahap merah mencapai sekitar 2-9
C. Gambar Stylonychi
Taksonomi Stylonychia
Kingdom :Protozoa
Phylum : Ciliophora
Class : Ciliatea
Subclass : Spirotricha
Ordo : Hypotrichida
Family : Oxytrichidae
Genus : Stylonychia
Deskripsi
Spesies Stylonychia sangat umum di air tawar dan tanah, dan dapat ditemukan
pada ganggang berserabut , lapisan permukaan, dan di antara partikel sedimen. Stylonychia
juga dapat ditemukan berenang di dan melalui vegetasi yang membusuk dan sampah kolam
yang mengambang di air. Seperti kerabatnya, Stylonychia memiliki silia yang dikelompokkan
menjadi membran di sepanjang mulut dan cirriatas tubuh. Sebuah vakuola kontraktil khas di
pertengahan tubuhdekat dengan margin tubuh kiri, anterior dan posterior gelembung adventif
vakuolesome Korteks kaku, kaku seperti papan saat berenang dan tidak terganggu oleh kaca
penutup; tidak ada butiran kortikal spesifik. Sel hialin dan sedikit bervakuol pada spesimen
dari kultur cawan petri yang tidak tergenang, sedangkan gelap pada kultur mentah karena
dipenuhi vakuola makanan hingga 40 m dan mengandung flagellata heterotrofik (Polytoma
sp.).
D. Gambar Zooxanthellae
Taksonomi Zooxanthellae
Kingdom: Chromalveolata
Superphylum: Alveolata
Phylum: Dinoflagellata
Genus: Symbiodinium
Spesies : Zooxanthellae
Deskripsi
Zooxanthellae adalah istilah sehari-hari untuk dinoflagellata bersel tunggal yang mampu
hidup dalam simbiosis dengan beragam invertebrata laut termasuk demosponges , karang ,
ubur- ubur , dan nudibranch . Zooxanthellae yang paling dikenal berada dalam
genus Symbiodinium , tetapi beberapa diketahui dari genus Amphidinium , dan taksa lainnya
, yang belum teridentifikasi, mungkin memiliki afinitas endosimbion yang
serupa. Zooxanthella K.brandt yang sebenarnya adalah mutualis dari radiolariaCollozoum
inerme (Joh.Müll., 1856) dan secara sistematis ditempatkan di Peridiniales. Kelompok lain
dari eukariota uniseluler yang mengambil bagian dalam hubungan endosimbiosis serupa di
habitat laut dan air tawar adalah zoochlorellae ganggang hijau .
Zooxanthellae ini merupakan algae uniselluler yang bersifat mikroskopik hidup dalam
berbagai jaringan tubuh karang yang transparan dan menghasilkan energi
langsung dari cahaya matahari melaluifotosintesis. Zooxanthellaeadalah organisme fotosint
etik , yang mengandung klorofil a dan klorofil c , serta pigmen
dinoflagellata peridinin dan diadinoxanthin . Ini memberikan warna kekuningan dan
kecoklatan yang khas dari banyak spesies inang. Biasanya zooxanthellae ditemukan
dalam jumlah yang besar dalam setiap
polyp, hidup bersimbiosis dan memberikan warna pada polyp, energi dari
fotosintesis dan 90% kebutuhan karbon polyp (Sebens, 1997). Zooxanthellae
menerima nutrisi-nutrisi penting dari karang (polyp) dan memberikan
sebanyak 95% hasil fotosintesisnya (energi dan nutrisi) kepada polyp
(Muscatine, 1990). Assosasi yang erat ini sangat efisien, sehingga karang
dapat bertahan hidup bahkan di perairan yang sangat miskin hara. Keberhasilan
hubungan ini dapat dilihat dari besarnya keragaman dan usia karang yang
sangat tua, berevolusi pertama kali lebih dari 200 juta tahun yang lalu (Burke et
al. 2002)
E. Gambar Ceratium forcoides
Taksonomi Ceratium foriades
Kingdom : Chromista
Subkingdom : Chromista
Division : Pyrrophycophyta, dinoflagellates,
Class : Dinophyceae
Ordo : Gonyaulacales
Family: Ceratiaceae
Genus : Ceratium
Spesies : Ceratium furcoides
Deskripsi
Genus Ceratium terbatas pada sejumlah kecil (sekitar 7) spesies dinoflagellata air
tawar. Sebelumnya genus tersebut juga mengandung sejumlah besar spesies dinoflagellata
laut. Namun, spesies laut ini sekarang telah dimasukkan ke dalam genus baru yang
disebut Tripos . Ceratium dinoflagellata dicirikan oleh pelat lapis baja, dua flagela, dan
tanduknya. Mereka ditemukan di seluruh dunia dan menjadi perhatian karena mekar mereka.
Ceratium dinoflagellata dapat bereproduksi secara seksual (dua sel induk) atau aseksual (satu
sel induk). Dalam reproduksi aseksual, pelikel (cangkang) terlepas dan memperlihatkan sel
telanjang. Spesies Ceratium memiliki struktur lain yang disebut kromatofora , yang
mengandung pigmen merah, coklat, dan kuning yang digunakan untuk fotosintesis . Ukuran
rata-rata Ceratium dinoflagellata adalah antara 20–200 m, yang mengklasifikasikannya
sebagai milik kategori ukuran mikroplankton. Dinoflagellata ini memainkan peran penting di
dasar jaring makanan. Mereka adalah sumber nutrisi bagi organisme yang lebih besar dan
juga memangsa organisme yang lebih kecil seperti diatom.
F. Gambar Silicoflagellata
Taksonomi Silicoflagellata
Klasifikasi Silicoflagellata
KIngdom : Protista
Phylum:Ochrophyta
Class:Dictyochophyceae
Order:Dictyochales
Spesies : Silicoflagellata
Deskripsi
Silicoflagellata adalah protista pembawa kloroplas laut planktonik dengan flagel dan
kerangka silika yang terbentuk dari batang berongga tertutup distal yang diketahui telah ada
mulai dari pertengahan Kapur (Albian) hingga baru-baru ini. Kerangka mereka biasanya
terdiri dari 1-2% komponen silika dari sedimen laut dan dalam beberapa kasus, seperti
misalnya di beberapa endapan Sarmatian dari Rumania, mereka sangat melimpah sehingga
secara praktis batuan ini dapat disebut silicoflagellitites. Kerangka mereka memiliki bentuk
geometris yang agak sederhana dan biasanya terdiri dari dua bagian. cincin basal dan struktur
apikal, keduanya saling berhubungan oleh batang.
Habitat Silicoflagellata laut berasal dari zona kesuburan planktonik tinggi. Diatomit lakustrin
terutama terbentuk di danau kawah gunung berapi atau di zona dengan tuf vulkanik. Peran
Silicoflagellata dapat digunakan sebagai indikator nonkuantitatif, karena keberadaan
kerangka silika yang berbeda dapat menunjukkan sumber geografis madu. Karena tidak
diperlukan penghitungan partikel, analisis ini memakan waktu lebih sedikit daripada metode
mikroskopis kuantitatif. (Indikator non-kuantitatif asal madu yang serupa sebelumnya
diusulkan berdasarkan keanekaragaman hayati spora jamur . Kerangka silicoflagellata adalah
partikel multiradiat yang khas dan mudah diamati dalam sampel madu, sehingga tampaknya
menjadi kandidat yang baik untuk indikator asal geografis madu dalam analisis makanan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrachman, O., Mutiara, M., & Bochori, L. (2013). PENGIKAT KARBON DIOKSIDA
DENGAN MIKROALGA ( Chlorella vulgaris, Chlamydomonas sp., Spirullina sp.)
DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMURNIAN BIOGAS. Jurnal
Teknologi Kimia dan Industri, 212-216.
Agustini, N. W. (2019). Hidrolisis biomassa mikroalga Porphyridium cruentum
menggunakan asam (H2SO4 dan HNO3) dalam produksi bioetanol. Jurnal Kimia dan
Kemasan, 1-10.
Hardi, E. H. (2013). Kandidat vaksin potensial Syretococcus agalactiae untuk pencegahan
penyakit streptococcosis pada ikan nila Oreochormis niloticus. Jurnal veteriner, 408-
416.
Indraswari, A. S., Suwiti, N., & Apsari, I. A. (2017). Protozoa Gatroitensinal: Eimeria
Auburnensis dan Eimeria Bovis Menginfeksi Sapi Betina Di nusa Penida. Buletin
Veteriner Udayana, 112-116.
Kumar., S. &. (2017). Morphology and ontogenesis of Styloncyhia (Mwtastylonychia)
nondulinucleate nov. Subgen. Europe Journal of Protistology, 61-72.
Macedo, R. L. (2021). Spreading Of the Invasive Dinoflagellate Ceratium Fucoides
(Levander) Langhans throughout the Paraiba do Sul . 223-246.
Magyar, D. D.-M. (2021). The Occurence of Skletons of Silicoflagellata and Other Siliceous
Vioparticles in Floral Hobey. 421.
Moyano, E. S., Estacio, F. J., Adiego, E. M., & Gomez, C. G. (2001). Effect of the vegetative
cycle of Caulerpa prolifera. Aquatic Botany, 163-174.
Pratiwi, N. T. (2020). Pertumbuhan dan Produktivitas Oodogonium sp. pada Intesitas Chaya
yang Berbeda. Berita Biologi, 309-319.
Putri, A. D. (2018). Manajemen Pasca Panen Kultur Mikroalga Pophyiridium cruentum Pada
Skala Laboratorium dan Skala Intermediet di Balai Besar Perikanan Budidaya Air
Payau, Jepara Jawa Tengah. Journal of Aquaculture and Fish Health, 111-117.
Rembet, U. N. (2012). Simbiosis Zooxabthellae dan Karang Sebagai Indikator Kualitas
Ekosistem Terumbu Karang. Jurnal Ilmiah Platax, 37-44.
Witono, J. R., Miryanti, Y. A., Santoso, H., Kumalaputri, A. J., Novianty, V., & Gunadi, A.
(2018). Studi Awal Pertumbuhan dan Induksi Mikroalga Haematococcus Pluvialis.
Jurnal Rekayasa Hijau, 275-281.