MATERI AJAR
MODUL I: BAHASA INDONESIA
KEGIATAN BELAJAR IV:
APRESIASI DAN KREASI SASTRA ANAK
Oleh:
ASTI AMATUNISA, S.Pd.
201699420115
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU
DALAM JABATAN
UNIVERSITAS PAKUAN
2021
A. PENDAHULUAN
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya mengenai apresiasi dan
karya sastra anak, siswa SD terutama siswa kelas rendah masih sulit untuk
melakukan apresiasi yang diharapkan oleh guru. Siswa tersebut baru mampu
melakukan apresiasi dengan cara yang sederhana.
Berdasarkan hasil analisis lingkungan belajar dari para siswa tersebut,
diketahui masih banyak siswa yang kesulitan untuk memahami ragam karya sastra
anak, dan cara mengapresiasi karya sastra. Kondisi lingkungan yang terletak di
tengah kota membuat siswa lebih tertarik pada permainan yang bersifat digital
sehingga minat untuk membaca buku/karya sastra dan kemampuan mengemukakan
pendapat dirasa masih kurang.
Dengan berdasar pada masalah di atas, materi ajar ini akan membahas
mengenai 1) Hakikat sastra Anak; 2) perkembangan kemampuan apresisasi sastra
anak; 3) Jenis Sastra Anak di SD.
1. DESKRIPSI SINGKAT
Sastra anak adalah karya sastra yang didalamnya berisi nilai estetika dan
hiburan yang secara kesulurahan dapat dipahami oleh anak yang berusia 3-12 tahun,
dan disampaikan lewat orang yang lebih dewasa disekitarnya, seperti orang tua,
kakak atau guru. Sastra anak dirasa penting dikenalkan kepada siswa untuk
meningkatkan kemampuan literasi yang dapat memberikan kesenangan yang sesuai
dengan usia perkembangan mereka serta meningkatkan daya kreasi dalam hal
kebahasaan.
Apresiasi anak di sekolah dasar dibagi dua yaitu apresiasi sastra secara reseptif
dan apresiasi sastra secara ekspresif/produktif. Apresiasi sastra anak secara reseptif
adalah kegiatan mengapresiasi dengan teori resepsi pada sebuah karya. Apresiasi
ekspresif/produktif merupakan apresiasi karya sastra yang menekankan pada proses
kreatif dan penciptaan.
2. RELEVANSI
Apresiasi dan kreasi sastra anak memiliki relevansi dengan komponen
kebahasaan (fonologi, morfologi, semantik, sintaksis, dan wacana) dan aspek
keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis). Disamping
itu, apresiasi dan kreasi sastra anak memiliki relevansi dengan aspek
pengembangan literasi baik literasi sekolah atau Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
dan pengembangan literasi secara nasional atau Gerakan Literasi Nasional (GLN).
Perkembangan kemampuan sastra anak tak lepas dari rentang usianya, setiap
rentang usia memilikii karakteristik pemahaman yang berbeda, semakin tinggi
tingkatan usia semakin tinggi juga kompleksitas dalam pemahamn karya sastra.
Berkaiatan dengan kurikulum 2013 yang sedang diterapkan di Indonesia, daya
nalar siswa SD baik kelas rendah maupun kelas tinggi dirasakan masih kurang.
Dengan menggunakan pendekatan saintifik
Berdasar pada analisis lingkungan belajar relevansi yang baiknya ditampilkan
adalah penggunaan TIK untuk meningkatkan minat baca serta pemahaman siswa
mengenai jenis karya sastra siswa dan pemahaman mengapresiasikannya
3. PETUNJUK BELAJAR
Sebelum rekan-rekan mendalami secara menyeluruh isi materi ajar ini,
disarankan rekan-rekan untuk membaca dengan cermat petunjuk belajar yang ada.
Berikut ini petunjuk belajar yang harus Saudara ikuti.
a. Bacalah dengan cermat uraian-uraian penting yang terdapat dalam modul ini.
Akan sangat baik apabila rekan-rekan mencatat dan meringkas hal-hal penting
yang terdapat dalam modul ini.
b. Kaitkanlah apa yang dipelajari dalam modul ini dengan pengalaman rekan-
rekan dalam mengajarkan bahasa Indonesia di SD.
c. Kerjakanlah secara sungguh-sungguh tugas dan latihan yang diperintahkan.
d. Kerjakanlah tes formatif yang ada dalam modul ini dengan baik. Kemudian,
berilah nilai tingkat pencapaian rekan-rekan dengan membandingkan jawaban
yang telah rekan-rekan buat dengan kunci tes formatif yang terdapat pada akhir
modul.
e. Diskusikanlah apa yang telah rekan-rekan pelajari dan yang masih dianggap
sulit, dengan teman-teman rekan-rekan
B. INTI
1. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Sesuai dengan isi Kurikulum 2013 SD yang untuk materi ajar ini saya fokuskan
pada kelas rendah, Capaian Pembelajaran didasarkan pada Kompetensi Dasar Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia salah satunya yaitu “Menguraikan pesan dalam
dongeng yang disajikan secara lisan, tulis, dan visual dengan tujuan untuk
kesenangan”. Kompetensi dasar tersebut juga dapat dicapai dengan menguasai
materi apresiasi dan kreasi sastra anak serta penerapannya dalam pembelajaran di
SD.
2. SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN
Berdasarkan capaian pembelajaran yang telah ditetapkan di atas, subcapaian
pembelajaran yang harus diraih melalui telaah materi modul ini adalah:
Berdasarkan capaian pembelajaran di atas, dijabarkan subcapaian pembelajaran
berikut ini.
a. menjelaskan hakikat sastra anak;
b. menjelaskan perkembangan kemampuan mengapresiasi sastra anak; dan
c. menjelaskan jenis- jenis sastra anak di SD.
3. URAIAN MATERI
Mengacu pada subcapaian pembelajaran tersebut, secara berturut-turut, pada
bagian ini akan diuraikan materi yang berkenaan dengan (a) hakikat sastra anak; (b)
perkembangan kemampuan mengapresiasi sastra anak; (c) jenis- jenis sastra anak
di SD; (d) pembelajaran sastra anak di SD; dan (e) strategi pembelajaran sastra di
SD.
a) Hakikat sastra anak
Secara konseptual, sastra anak-anak tidak jauh berbeda dengan sastra orang
dewasa (adult literacy). Keduanya sama berada pada wilayah sastra yang meliputi
kehidupan dengan segala perasaan, pikiran dan wawasan kehidupan. Hal yang
membedakannya hanyalah dalam hal fokus pemberian gambaran kehidupan yang
bermakna bagi anak yang diurai dalam karya tersebut.
Pembelajaran sastra di SD adalah Pembelajaran sastra anak. Sastra anak adalah
karya sastra yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang
dunia yang akrab dengan anak-anak, yaitu anak yang berusia antara 6-13 tahun.
Sifat sastra anak adalah imajinasi, bukan berdasarkan pada fakta. Unsur imajinasi
ini sangat menonjol dalam sastra anak. Hakikat sastra anak harus sesuai dengan
dunia dan alam kehidupan anak-anak yang khas milik mereka dan bukan milik
orang dewasa. Sastra anak bertumpu dan bermula pada penyajian nilai dan imbauan
tertentu yang dianggap sebagai pedoman tingkah laku dalam kehidupan.
Salah satu contoh karya sastra anak adalah puisi, puisi anak ini biasanya
memiliki tema yang erat sekali dengan kehidupan anak-anak
Andai Aku Menjadi Dokter
Andai aku menjadi dokter
Kuobati orang yang sakit
Kubantu mereka yang susah
Supaya orang sehat lagi.
Andai aku menjadi dokter
Tentu akan banyak uang
Kan kuberikan pada ibu
Supaya ibu menjadi senang.
Puisi di atas bertemakan tentang cita-cita. Penulis mengungkapkan perasaannya
memiliki cita-cita seorang dokter. Puisi di atas merupakan contoh yang dapat
dijadikan acuan bagi guru untuk memilih puisi yang tepat dengan memerhatikan
tema, diksi, dan pengalaman anak. Karena puisi anak berbeda dengan puisi orang
dewasa, guru hendaknya mencari berbagai macam literatur yang tepat untuk
menarik emosi anak-anak. Puisi-puisi dengan ritme yang sama, rima dan bunyi
yang beraturan, serta repetisi yang cukup banyak akan menarik minat siswa dalam
mempelajari puisi (Tarigan, 2011).
Seperti pada jenis karya sastra umumnya, sastra anak juga berfungsi sebagai
media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun
kecerdasan emosi anak. Pendidikan dalam sastra anak memuat amanat tentang
moral, pembentukan kepribadian anak, mengembangkan imajinasi dan kreativitas,
serta memberi pengetahuan keterampilan praktis bagi anak. Fungsi hiburan dalam
sastra anak dapat membuat anak merasa bahagia atau senang membaca, senang dan
gembira mendengarkan cerita ketika dibacakan atau dideklamasikan, dan
mendapatkan kenikmatan atau kepuasan batin sehingga menuntun kecerdasan
emosinya.
b) Perkembangan kemampuan mengapresiasi sastra anak
Tahap perkembangan kemampuan mengapresiasi sastra anak menurut Tarigan
(2011) sebagai berikut :.
1) Usia 1-2 tahun: rima permainan, macam-macam tindakan (sedikit
memperhatikan kata-kata).
2) Usia 2-7 tahun: anak mampu memahami struktur cerita: secara simbolik melalui
bahasa, permainan dan gambar. Demikian pula anak memahami alur atau
hubungan cerita (pendahuluan, klimaks, antiklimaks, dan penutup).
3) Usia 7-11 tahun (operasi konkret): tanggapan yang fleksibel, memahami
struktur sebuah buku, alur sorot balik dan identifikasi berbagai sudut pandang
cerita.
4) Usia 11-13 tahun ke atas (operasi formal): mampu berpikir abstrak, bernalar
dari hipotesis ke simpulan logis. Mereka dapat menangkap alur dan subalur
dalam pikirannya. Adakalanya terjadi perbedaan minat antara anak lelaki dan
perempuan.
c) Jenis-jenis sastra anak di SD
Sastra anak-anak sebagai sumber pembelajaran bahasa di sekolah dasar terdiri
atas berbagai jenis, yaitu: buku bergambar, fiksi realistik, fiksi sejarah, fantasi, fiksi
ilmiah, sastra tradisional, puisi, biografi, dan otobiografi. Semua jenis tersebut
dapat dijadikan bahan pembelajaran apresiasi asal disesuaikan dengan kondisi dan
tingkat perkembangan anak –anak. Berikut ini diuraikan cerita yang sesuaidengan
tingkat perkembangan anak-anak:
1) Prasekolah-Kelas I SD
gambar 1 perkembangan sastra pada usia prasekolah-kelas 1 SD
Prasekolah-Kelas I SD cerita yang digemari adalah cerita-cerita lugas, singkat
yang akrab dengan dunia mereka: fabel, anak-anak, rumah, manusia, mainan,
humor, sajak-sajak dongengan, sajak-sajak merdu dengan rima-rima yang
indah.
2) Usia 6-10 Tahun.
gambar 2 perkembangan sastra anak usia 6-10 tahun
Kelas I - IV SD: anak-anak pada usia ini lebih cenderung menyukai cerita
binatang, cerita anak di negeri lain, hikayat lama dan baru.
3) Usia 11-14 Tahun.
gambar 3 perkembangan sastra anak usia 11-14 tahun
Kelas V - VI SD: membutuhkan cerita nyata, cerita tentang kehidupan orang
dewasa, cerita pahlawan, dan cerita-cerita yang mengajarkan tentang cita-cita
pribadi, petualangan, kepahlawanan, biografi, otobiografi, mite, legenda.
(a) Buku Bergambar
Buku cerita bergambar adalah buku yang berisi cerita yang dilengkapi gambar
ilustrasi cerita tersebut. Biasanya, cerita yang terkandung dalam buku cerita
bergambar adalah cerita yang mengajarkan anak akan suatu hal. Misalnya, harus
patuh kepada orang tua, gosok gigi sebelum tidur, dan lain sebagainya. Gambar
pada buku cerita bergambar ini bertujuan untuk memberikan imajinasi atau
gambaran visual kepada anak. Hal tersebut dimaksudkan anak akan lebih cepat
menyerap dan memahami cerita yang terkandung dalam buku. Hal ini disebabkan
anak usia dini masih dalam tahap berimajinasi, berfantasi, dan bermain. Gambaran
ilustrasi tersebut mengarahkan anak membuat imajinasi yang sesuai gambar. Dalam
hal ini, buku cerita bergambar mempunyai banyak manfaat kepada anak usia dini.
Oleh karena itu, dalam tulisan ini penulis akan membahas mengenai buku cerita
bergambar anak usia dini. Penulis akan mengambil dua contoh buku cerita
bergambar untuk dilihat lebih mendalam.
Buku bergambar dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis. Rothelin dan
Meinbach (1991) membagi tipe buku bergambar ini dalam (1) buku abjad, (2) buku
berhitung, (3) buku konsep, (4) buku bermain, dan (5) buku cerita bergambar. Buku
berhitung, abjad, konsep, dan bermain biasanya berisi informasi. Fungsi dari
keempat buku ini adalah untuk memberikan pesan khusus. Setiap gambar yang
disajikan untuk suatu objek atau ide tertentu akan memberikan ilustrasi terhadap
objek atau ide itu.
Pada perkembangannya buku bergambar tidak hanya tersedia dalam bentuk
cetak saja. Kini dengan terus berkembangnya dunia teknologi digital banyak
penulis buku bergambar yang menyediakan sebuah website yang bisa diakses
kapanpun dan dimanapun. Tentu saja hal ini dapat dijadikan alat untuk
meningkatkan minat baca anak yang mulai menurun dikarenakan terkikis oleh
dunia digital. Salah satu website yang menyediakan buku bergambar elektronik
adalah https://komik.pendidikan.id/online/
gambar 4 buku bergambar
(b) Fiksi Realistik (Realistic Fiction)
Fiksi realistik adalah tulisan imajinatif yang merefleksi kehidupan secara akurat
pada masa lampau atau sekarang (Huck, 1987). Bila disebut fiksi realistik
kontemporer, maka lebih cenderung berkisar tentang kehidupan nyata yang terjadi
pada masa sekarang. Banyak bacaan cerita fiksi yang berkisah tentang pertemanan
anak-anak sekolah sebaya, usaha kerja keras anak miskin, anak-anak miskin
membantu orang tua, kehidupan harmonis sebuah keluarga, pertengkaran anak-
anak. Binatang peliharaannya. Model kehidupan seperti itu, dapat dijumpai secara
nyata oleh anak dalam kehidupan sehari-hari. Hal inilah yang membuat cerita
seperti ini disebut dengan fiksi realistik.
Manfaat dari sebuah cerita fiksi realistik bagi anak adalah :
(1) Anak dapat belajar tentang tingkah laku manusia dan bagaimana orang saling
berhubungan
(2) Anak dapat tertawa bersama orang lain dibuku cerita dan belajar untuk
menertawakan diri sendiri
(3) Anak dapat memperoleh dan belajar berbagai pengalaman dari orang lain tanpa
harus mengalaminya sendiri yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk
mengambil sikap dalam kehidupannya.
(4) Anak dapat berperan serta dan belajar peritiwa dan aktivitas dan harus
melakukannya sendiri, misalnya berpetualang, mendaki gunung, berolahraga
dan lain-lain
Tema-tema dalam cerita fiksi realistik (kontemporer) dapat dibagi dalam
beberapa jenis. Stewig (1980) mengungkapkan tema-tema cerita fiksi realistik
tersebut (1) tema keluarga, (2) berteman, (3) tumbuh dewasa, (4) petualangan, (5)
masalah-masalah manusiawi, (6) hidup di masyarakat majemuk. Rothelin (1991)
mengungkapkan bahwa tema-tema fiksi realistik berfokus pada masalah sehari-hari
(1) isu keluarga, (2) gaya kehidupan modern, (3) pertumbuhan, (4) masalah
interpersonal, (5) rintangan-rintangan, (6) kematian, (7) persamaan hak pria dan
wanita.
Berikut ini adalah contoh teks fiksi realistik
Pohon Kehidupan
Hiduplah seorang pria tua yang memiliki empat orang anak.
Ia ingin anak-anaknya tidak menjadi manusia yang terlalu cepat
menghakimi sesuatu. Untuk itu, ia mengirimkan mereka untuk
melihat pohon pir yang berada jauh dari rumah mereka.
Anak pertama mengatakan pohon itu terlihat jelek,
gundul, dan bengkok terkena angin. Sebaliknya, anak kedua
mengatakan pohon itu dipenuhi tunas dan terlihat menjanjikan.
Lalu, anak ketiga mengatakan kalau pohon tersebut dipenuhi
bunga-bunga yang wangi. Terakhir, anak keempat mengatakan
kalau si pohon memiliki banyak buah yang terlihat nikmat.
Sang ayah menjelaskan kalau semua yang mereka lihat
itu benar. Masing-masing dari mereka hanya melihat pohon itu
dalam satu musim saja. Ia lalu berujar, kalau mereka tidak boleh
menilai pohon, apalagi manusia, hanya dari satu sisi saja.
Namun kini sudah banyak media yang lebih bervariatif, untuk meningkatkan
kemampuan apresiasi sastra kita bias nemampilan cerita tersebut pada media video,
misalnya seperti cerita yang terdapat pada laman
https://www.youtube.com/watch?v=yTtKC9pk9xY
(c) Fiksi Sejarah
Fiksi sejarah adalah cerita realistik yang disandarkan pada masa yang lalu/latar
waktunya masa lalu (Stewig, 1980; Rothelin, 1991). Dengan demikian fiksi sejarah
berfungsi untuk menambah pengalaman pembaca yang dapat dihayati dari kejadian
masa lalu, perspektif untuk masa yang akan datang, dan memberi pemahaman dan
kepercayaan adanya nilai dan kehidupan masa lalu.
Fiksi sejarah dibedakan ke dalam beberapa jenis tergantung dari sudut dari
sudut pandang apa pembedaan itu dilakukan. Menurut Stewig (1980) ada beberapa
hal yang harus dipertimbangkan dalam cerita fiksi sejarah (1) cerita sejarah harus
menarik dan memenuhi tuntutan keseimbangan antara fakta dan fiksi, (2) harus
secara akurat merefleksi semangat atau jiwa dan nilai yang terjadi pada waktu itu,
(3) penulis harus berpijak pada tempat sejarah (histografi), (4) keotentikan bahasa
harus diperhatikan, dan (5) harus mendramatisasi fakta-fakta sejarah.
Berikut ini salah satu cerita rakyat atau legenda yang ditujukan untuk siswa
sekolah dasar.
Asal Usul Gunung Tangkuban Perahu
Cerita Sangkuriang bermula ketika raja yang bernama Sungging
Perbangkara sedang pergi berburu ke hutan. Di tengah perburuannya, dia
merasa ingin buang air kecil dan hendak ke semak-semak.
Ketika dia sedang menunaikan hajatnya, air seni sang raja tertampung
di dalam daun caring (keladi hutan) yang tanpa sengaja diminum oleh seekor
babi hutan betina yang sedang betapa menjadi manusia bernama Wayung.
Seketika Wayung hamil dibuatnya dan melahirkan bayi cantik yang
diberi nama Dayang Sumbi. Kecantikan Dayang Sumbi semakin terlihat ketika
beranjak dewasa. Sehingga, banyak dari kalangan raja ingin
mempersuntingnya. Bahkan, ada yang rela berperang untuk memperebutkan
Dayang Sumbi.
Karena Dayang Sumbi belum ingin menikah, akhirnya dia pergi
mengasingkan diri dengan ditemani oleh anjingnya, yang bernama Tumang.
Suatu ketika, Dayang Sumbi tengah asyik menenun kain dan tanpa sengaja
gulungan benang yang digunakannya tiba-tiba terjatuh.
Karena merasa malas mengambil gulungan tersebut, entah kenapa
terlontar dari lisannya bahwa siapa saja yang dapat mengambilkan gulungan
benang tersebut jika dia perempuan, akan dijadikannya saudara. Namun, jika
laki-laki maka akan dijadikan suami.
"Siapa pun yang bisa mengambilkan benang itu, jika dia perempuan
akan aku jadikan saudara, dan jika dia laki-laki akan aku jadikan suami," ujar
Dayang Sumbi.
Di luar dugaan, si Tumang anjing peliharaannya yang mengambilkan
gulungan tersebut. Dan karena sudah berjanji, akhirnya Dayang Sumbi
menikah dengan si Tumang.
Tumang sebenarnya adalah adalah titisan dewa yang menjelma
menjadi anjing. Dari pernikahan itu, lahir anak yang diberi nama Sangkuriang.
Sangkuriang tumbuh menjadi anak laki-laki yang tangguh dan gemar
berburu di dalam hutan. Setiap berburu, dia selalu ditemani oleh anjing
kesayangan ibunya yang bernama Tumang. Dia juga tak mengetahui bahwa
Tumang adalah ayahnya karena memang sengaja dirahasiakan oleh ibunya,
Dayang Sumbi.
Suatu hari ketika Sangkuriang hendak berburu bersama Tumang,
disuruhnya Tumang untuk mengejar babi betina Wayung, yang tak lain adalah
ibunya Dayang Sumbi. Karena tidak menuruti perintah Sangkuriang,
dibunuhlah si Tumang oleh Sangkuriang. Hati si Tumang diambil oleh
Sangkuriang dan diberikan kepada ibunya, Dayang Sumbi untuk dimasak dan
disantap.
Mengetahui bahwa yang dimakannya itu adalah hati si Tumang,
kemarahannya pun memuncak. Seketika itu, kepala Sangkuriang dipukul
hingga terluka dan diusir dari tempat tinggalnya.
Sangkuriang yang merasa kecewa dengan perlakuan ibunya itu pergi
mengembara. Setelah kejadian tersebut, Dayang Sumbi menyesali
perbuatannya. Dia berdoa kepada dewa untuk meminta petunjuk dan berharap
Sangkuriang lekas pulang kembali.
Waktu terus berlalu, hingga Sangkuriang tumbuh menjadi lelaki yang
gagah dan tampan. Entah berapa lama dia berkelana hingga tanpa disadarinya,
Sangkuriang kembali ke hutan tempat asalnya. Di sana Sangkuriang terpesona
kepada seorang putri yang ditemuinya di tengah hutan, yang tidak lain ibunya
sendiri, Dayang Sumbi. Rupanya Dayang Sumbi memiliki kesaktian yang
tinggi sehingga tampak awet muda seperti seorang gadis.
Doa Dayang Sumbi terkabul, meskipun usianya sudah tidak muda lagi,
dia masih terlihat cantik. Hingga suatu ketika, Sangkuriang bertemu dengan
Dayang Sumbi, namun dia sudah tidak mengenali Dayang Sumbi sebagai
ibunya, bahkan jatuh hati kepadanya.
Begitu pula dengan Dayang Sumbi yang tidak tahu bahwa lelaki gagah
tersebut adalah Sangkuriang dan mereka pun menjalin kasih. Suatu hari
Dayang Sumbi tengah membelai kepala Sangkuriang, tanpa sengaja dia
menemukan bekas luka karena pukulan yang dilakukan pada Sangkuriang
beberapa tahun yang lalu. Mengetahui hal tersebut, Dayang Sumbi meyakini
bahwa Sangkuriang adalah anak kandungnya.
Sangkuriang yang telah melamar Dayang Sumbi, hingga membuatnya
bingung dan mencari cara agar pernikahan dengan Sangkuriang tidak akan
pernah terjadi. Akhirnya, Dayang Sumbi mengajukan beberapa persyaratan
kepadanya, yakni Sangkuriang harus mampu membuat danau dan perahu serta
membendung sungai Citarum dalam waktu satu malam.
Sangkuriang menyanggupi persyaratan ini karena dia telah berguru dan
menjadi orang sakti mandraguna. Alhasil, Sangkuriang ternyata mampu
memenuhi persyaratan yang diberikan Dayang Sumbi kepadanya. Saat semua
pekerjaan hampir selesai, Dayang Sumbi bingung dan meminta petunjuk
kepada Dewa.
Sang Dewa memerintahkan supaya Dayang Sumbi mengibaskan
selendang yang dimilikinya dan secara gaib matahari muncul di ufuk timur
tanda pagi telah datang.
Sangkuriang yang merasa gagal menjadi geram. Kemudian, dia
menendang perahu yang setengah jadi dengan sekuat tenaga dan terguling
dalam keadaan tertelungkup hingga akhirnya muncul sebutan Tangkuban
Parahu.
Pada perkembangannya banyak cerita fiksi sejarah tidak hanya tersedia dalam
bentuk cetak saja. Kini dengan terus berkembangnya dunia teknologi digital banyak
penulis cerita fiksi sejarah yang menyediakan sebuah website yang bisa diakses
kapanpun dan dimanapun. Tentu saja hal ini dapat dijadikan alat untuk
meningkatkan minat baca anak yang mulai menurun dikarenakan terkikis oleh
dunia digital. Salah satu laman internet yang menyediakan contoh cerita fiksi
sejarah dalam bentuk video adalah youtube, salah satunya dapat diakses pada laman
https://www.youtube.com/watch?v=X6IrY6aHGXo
(d) Fiksi Ilmu (Science Fiction)
Fiksi ilmu adalah suatu bentuk fantasi yang berlandaskan hipotesis tentang
ramalan yang masuk akal karena berlandaskan metode ilmiah (Huck, 1987). Alur,
tema, dan latarnya secara imajinatif didasarkan pada pengetahuan, teori, dan
spekulasi ilmiah (Sudjiman, 1984). Misalnya tentang perjalanan ruang angkasa
petualangan di planet. Fiksi ilmu memberi kesempatan anak untuk menghipotesis
mengenai keadaan yang akan datang dengan mengimajinasi dan
memprediksikannya. Fiksi ilmu menantang anak untuk percaya dan memperkuat
apa yang dapat dicapai, sesuatu yang ada pada bayangan atau pikirannya. Hal ini
memungkinkan anak mengevaluasi bagaimana mereka hidup dengan kehidupannya
dan perubahan yang bagaimana yang akan diperbuat. Contoh-contoh cerita fiksi
ilmu misalnya: (1) Menuju Ruang Angkasa (1993) karya Hasan Sagita, (2) Kera
Pertama Naik Roket (1994) karya Rayani Sriwidodo, (3) Kegagalan Si Manis
Menjumpai Matahari (1994) karya Masrial, (4) Rahasia Cermin Ajaib (1994) karya
Winny Anugrah, dan (5) Primata (1994) karya Samin.
(e) Cerita Fantasi
Cerita fantasi merupakan cerita khayal yang terdiri atas beberapa jenis. Cerita
yang sangat bervariasi itu memiliki persamaan dan perbedaan dan berakar dari
cerita terdahulu, yaitu cerita rakyat, legenda, mitos, dan cerita-cerita kemanusiaan
lainnya.
Cerita fantasi memiliki beberapa jenis dan variasi. Setiap jenis ceritanya
memiliki ciri-ciri khusus yang kadang-kadang memiliki unsur kesamaan maupun
persamaan jika dibandingkan dengan jenis cerita lainnya. Stewig (1980)
menguraikan jenis-jenis fantasi yaitu (1) fantasi sederhana untuk anak-anak kelas
awal, (2) dongeng rakyat, (3) cerita binatang dengan kemampuan khusus, (4)
ciptaan yang aneh, (5) cerita manusia dengan kemampuan tertentu, (6) cerita
boneka mainan, (7) cerita tentang benda-benda gaib, (8) cerita petualangan, (9)
cerita tentang kekuatan jahat/gaib, dan (10) cerita tumbuhan dengan kemampuan
tertentu.
Berikut salah satu contoh cerita fantasi yang ditujukan untuk anak kelas
rendah sekolah dasar
Persahabatan Matahari dan Awan
Matahari telah lama bersahabat dengan Awan. Mereka saling
membantu satu sama lain. Terkadang, mereka berbagi cerita ataupunkeluh
dan kesah.
Suatu hari, Matahari terlihat kesal. “Aku akan keluarkan sinar terikku
untuk bumi,” ucap Matahari.
“Mengapa engkau ingin bersinar terik, sahabatku?” tanya Awan.
“Aku sedang kesal. Manusia sering tidak disiplin.” jawab Matahari.
“Maksudmu, bagaimana? Manusia yang tidak disiplin, mengapa
engkau yang kesal?” tanya Awan.
“Iya, mereka sering seenaknya saja. Sudah aku bangunkan pagi hari.
Menggunakan sinar yang lembut. Akan tetapi, mereka tetap tidak bangun.
Saat siang hari, sinarku sangat terik. Mereka malah asyik bermain.
Harusnya, mereka beristirahat di rumah. Sinar terikku saat siang hari dapat
membakar kulit mereka,” ungkap Matahari.
“Mungkin manusia tidak bermaksud demikian, Matahari? Mereka
tetap bermain saat sinarmu terik. Mereka ingin memanfaatkan cuaca cerah
itu,” ujar Awan.
“Kamu bayangkan, saat wajahmu bersembunyi terus di balik tubuhku,
hujan turun sepanjang hari. Manusia tidak dapat melakukan aktivitasnya.
Jadi, hari ini, engkau menampakkan wajahmu. Mereka memanfaatkannya
untuk bermain.
(f) Biografi
Biografi adalah kisah hidup atau perjalanan hidup seseorang yang dituliskan oleh
orang lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring, biografi adalah
riwayat hidup (seseorang) yang ditulis oleh orang lain. Biasanya, istilah biografi
dipelajari dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, atau dipelajari oleh mahasiswa
jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Contoh biografi misalnya: (1) Mohamad Toha Pahlawan Bandung Selatan karya
Min Resmana, (2) Imam Bonjol karya B. Waluyo, (3) Raden Wijaya Pendiri
Kerajaan Majapahit karya Soepono, (4) Semasa Kecil karya Sudharmono, dan (5)
Bangkitnya Pejuang Kemanusiaan karya Junaidi Dirhan.
Berikut ini salah satu contoh teks biografi pahlawan di Indonesia.
Biografi K.H.Z. Mustofa
Kh Zainal Mustofa adalah pahlawan nasional, tokoh agama, ulama dan
pejuang kemerdekaan asal Singaparna tasikmalaya Jawa Barat. Beliau lahir
di Singaparna 1899 dan wafat di Jakarta 28 Maret 1945. Terlahir dengan
nama Umri alias Hudaemi. Beliau banyak memperdalam ilmu agama di
berbagai pesantren. Nama Zainal Mustofa dipakai setelah menunaikan
ibadah haji. Beliau juga mendirikan sebuah pesantren yang diberi nama
Pesantren Sukamanah.
Semangat kebangsaan yang tinggi dan kebenciannya terhadap
penjajahan membuatnya dipenjara Belanda di Sukamiskin Bandung tahun
1941. Pada masa pendudukan Jepang beliau menolak melakukan
penghormatan terhadap kaisar Jepang dengan cara memungkukkan badan
saat matahari terbit. Dia menganggap hal tersebut musyrik dan menyimpang
dari ajaran Islam
Tanggal 25 Februari 1944 seusai shalat jumat K.H Zainal Mustofa
ditangkap Jepang. Para pengikutnya kemudian mengadakan perlawanan
sehingga terjadi pertempuran dengan Jepang. Namun karena persenjataan
yang kurang lengkap, perlawanan ini dapat dipatahkan Jepang. Tanggal 25
Maret 1945 beliau mengalami siksaan amat berat di penjara. Beliau
kemudian dihukum mati oleh tentara Jepang. Jenazahnya semula
dimakamkan di Jakarta, kemudian dipindahkan di Taman Makam
Pahlawan Tasikmalaya tanggal 10 Januari 1974. Untuk menghormati
jasanya beliau dianugerahi pahlawan nasional berdasarkan SK presiden RI
No 064/TK/1972.
(g) Puisi
Puisi adalah salah satu jenis karya sastra yang gaya bahasanya sangat ditentukan
oleh irama, rima, serta penyusunan larik dan bait. Penulisan puisi dilakukan dengan
bahasa yang cermat dan pilihan kata yang tepat, sehingga meningkatkan kesadaran
orang akan pengalaman dan memberikan tanggapan khusus lewat penataan bunyi,
irama, dan pemaknaan khusus. Puisi mengandung seluruh unsur sastra di dalam
penulisannya. Perkembangan dan perubahan bentuk dan isi pada puisi selalu
mengikuti perkembangan selera, perubahan konsep estetika dan kemajuan
intelektualisme manusia. Puisi mampu membuat ekspresi dari pemikiran yang
mempengaruhi perasaan dan meningkatkan imajinasi panca indra dalam susunan
yang berirama. Penyampaian puisi dilakukan dengan bahasa yang memiliki makna
mendalam dan menarik. Isi di dalam puisi merupakan catatan dan perwakilan dari
pengalaman penting yang dialami oleh manusia.
Istilah puisi anak-anak memiliki dua pengertian yaitu (1) puisi yang ditulis oleh
orang dewasa untuk anak-anak dan (2) puisi yang ditulis oleh anak-anak untuk
dikonsumsi mereka sendiri. Pada dasarnya puisi anak dan orang dewasa hanya
sedikit perbedaannya, yaitu dalam segi bahasa, tema dan ungkapan emosi yang
digambarkannya. Puisi anak dilihat dari dunia citraannya digambarkan dalam
things dan sign yang sesuai dengan dunia pengalaman anak. Jika dicermati
keduanya memiliki implikasi perspektif dan pengungkapan terhadap dunia anak
dengan cukup tajam. Berikut beberapa contoh puisi anak yaitu terdiri dari puisi
bebas dan pantun.
Keluarga Pelindungku
Aku sayang ayah
Aku sayang ibu
Aku juga sayang kakak dan adikku
Merekalah milikku, keluargaku seutuhnya
Betapa bahagianya memiliki mereka
Selalu ada dalam suka maupun duka
Jangan pisahkan kami, Tuhan
Karena kami saling melengkapi
Ibu yang selalu membangunkaku pagi hari
Ayah yang tidak kenal lelah dalam bekerja
Kakak yang selalu membimbingku, dan
Adik yang selalu bergembira
Ya Tuhan, lindungilah mereka
Ibu, ayah, kakak juga adikku
Rukunkanlah kami selalu
Amin
d) Strategi Pembelajaran
Adapun bentuk strategi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran
sastra anak di sekolah dasar adalah sebagai berikut:
(1) Bercerita
(2) Berbicara
(3) Bercakap-cakap
(4) Mengungkapkan pengalaman
(5) Membacakan puisi
(6) Mengarang terikat & bebas
(7) Menulis narasi, deskripsi, eksposisi & argumentasi
(8) Menulis berdasarkan gambar/visual
(9) Mendramatisasikan karya sastra
Di samping strategi di atas, terdapat model pembelajaran puisi salah satu
contohnya adalah model stratta dan model sinektik. Endraswara (2005)
menjelaskan model strata ditemukan oleh ahli pendidikan bernama Leslie Stratta
yang terdapat tiga langkah pokok pengajaran yaitu: (1) penjelajahan, subjek didik
diberi kesempatan memahami fiksi dengan cara membaca dan menghayati
langsung; (2) interpretasi, dengan bimbingan pengajar untuk mencoba menafsirkan
unsur cerita; dan (3) rekreasi atau pendalaman, subjek didik mengkreasikan dengan
mengubah fiksi menjadi dialog (dramatisasi). Selain itu, model sinektik dikenal
dengan model Gordon yang ditemukan oleh William J.J. Gordon merupakan model
yang mengupayakan pemahaman karya puisi melalui proses metaforik dengan
analogi. Model Gordon mengenal tiga teknik, yakni : (1) analogi personal, subjek
didik mengidentifikasi unsur-unsur masalah yang ada dalam sastra; (2) analogi
langsung, dalam hal ini masalah sastra yang diperoleh disejajarkan dengan kondisi
lingkungan sosial budaya subjek didik; dan (3) konflik kempaan, mempertajam
pandangan dan pendapat pada posisi masing-masing terutama dalam menghadapi
dua atau tiga pandangan yang berbeda sehingga subjek didik memahami objek dan
penalaran dari dua atau tiga kerangka berpikir.
Sedangkan metode yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran sastra
anak di sekolah dasar adalah metode: menyimak, membaca (nyaring, dalam hati,
bersama dll) menonton, mengarang, roleplaying, dramatisasi, bermain drama,
parafrase dan sebagainya. Contoh penerapan pembelajaran apresiasi sastra anak di
SD Kelas bawah dengan berbagai metode di atas.
C. TUGAS TERSTRUKTUR
Selamat, rekan-ekan telah sampai pada akhir pembelajaran di materi ajar ini
Untuk memastikan penguasaan rekan-rekan terhadap materi yang telah dipelajari,
silahkan Saudara selesaikan tugas terstruktur berikut.
1. Carilah 3 buah buku yang merupakan karya sastra anak
2. Analisilah ketiga buah buku tersebut kemudian tentukan :
a. Masuk karya sastra anak yang mana ketiga buku itu, dan
b. Rentang usia yang cocok untuk membaca buku tersebut.
c. Buatlah daftar istilah yang dapat dikembangkan menjadi karya sastra anak yang
lain
D. FORUM DISKUSI
Untuk menambah penguasaan materi rekan-rekan, silakan beri pendapat
mengenai topik diskusi di bawah ini!
Sebagai seorang guru, apakah rekan-rekan pernah mengalami kesulitan dalam
melaksanakan kegiatan apresiasi sastra pada siswa kelas rendah? Bagaimana solusi
yang rekan-rekan lakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut?
E. RANGKUMAN
Secara konseptual, sastra anak-anak tidak jauh berbeda dengan sastra orang
dewasa (adult literacy). Keduanya sama berada pada wilayah sastra yang meliputi
kehidupan dengan segala perasaan, pikiran dan wawasan kehidupan. Hal yang
membedakannya hanyalah dalam hal fokus pemberian gambaran kehidupan yang
bermakna bagi anak yang diurai dalam karya tersebut.
Berikut ini diuraikan tahap perkembangan kemampuan mengapresiasi sastra
anak menurut Tarigan (2011)
1) Usia 1-2 tahun: rima permainan, macam-macam tindakan (sedikit
memperhatikan kata-kata).
2) Usia 2-7 tahun: anak mampu memahami struktur cerita: secara simbolik
melalui bahasa, permainan dan gambar. Demikian pula anak memahami alur
atau hubungan cerita (pendahuluan, klimaks, antiklimaks, dan penutup).
3) Usia 7-11 tahun (operasi konkret): tanggapan yang fleksibel, memahami
struktur sebuah buku, alur sorot balik dan identifikasi berbagai sudut pandang
cerita.
4) Usia 11-13 tahun ke atas (operasi formal): mampu berpikir abstrak, bernalar
dari hipotesis ke simpulan logis. Mereka dapat menangkap alur dan subalur
dalam pikirannya. Adakalanya terjadi perbedaan minat antara anak lelaki dan
perempuan.
Buku cerita bergambar adalah buku yang berisi cerita yang dilengkapi gambar
ilustrasi cerita tersebut. Biasanya, cerita yang terkandung dalam buku cerita
bergambar adalah cerita yang mengajarkan anak akan suatu hal.
Fiksi realistik adalah tulisan imajinatif yang merefleksi kehidupan secara
akurat pada masa lampau atau sekarang
Fiksi sejarah adalah cerita realistik yang disandarkan pada masa yang
lalu/latar waktunya masa lalu. Dengan demikian fiksi sejarah berfungsi untuk
menambah pengalaman pembaca yang dapat dihayati dari kejadian masa lalu,
perspektif untuk masa yang akan datang, dan memberi pemahaman dan
kepercayaan adanya nilai dan kehidupan masa lalu.
Fiksi ilmu adalah suatu bentuk fantasi yang berlandaskan hipotesis tentang
ramalan yang masuk akal karena berlandaskan metode ilmiah.
Cerita fantasi merupakan cerita khayal yang terdiri atas beberapa jenis. Cerita
yang sangat bervariasi itu memiliki persamaan dan perbedaan dan berakar dari
cerita terdahulu, yaitu cerita rakyat, legenda, mitos, dan cerita-cerita kemanusiaan
lainnya.
Biografi adalah kisah hidup atau perjalanan hidup seseorang yang dituliskan
oleh orang lain.
Puisi adalah salah satu jenis karya sastra yang gaya bahasanya sangat
ditentukan oleh irama, rima, serta penyusunan larik dan bait.
F. TES FORMATIF
1. Perhatikan pernyataan-pernytaan di bawah ini
i. Siswa diajak bercerita untuk menggali informasi
ii. Siswa berlatih unutk berani berbicara di depan teman-teman
iii. Siswa hanya menonton sebuah tayangan tanpa diberikan timbal balik
iv. Siswa bergantian mengungkapkan pengalaman saat berlibur
Dari pernyataan di atas strategi yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan
siswa mengapresiasi karya sastra adalah
a. i, ii dan iv
b. i,ii dan iii
c. ii, iii dan iv
d. i, iii dan iv
e. i dan iii
2. Yang dapat kita berikan untuk meningkatkan perkembangan apresiasi sastra
siswa pada rentang usia 6-10 tahun adalah dengan memberikan . . .
a. cerita binatang, biografi, cerita kepahlawanan
b. cerita binatang, cerita anak di negeri lain, dan hikayat lama.
c. dongeng, rima merdu, cerita binatang
d. fable, cerita tentang mainan, cerita tentang mitos dan legenda
e. mite, legenda dan biografi
3. Pengertian apresiasi sastra secara umum adalah ...
a. Penilaian yang baik atau penghargaan terhadap karya sastra
b. Pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin, dan pemahaman serta
pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan karya sastra
c. Penafsiran kualitas serta pemberian nilai yang wajar berdasarkan
pengamatan, dan pengalaman yang jelas, sadar, serta kritis
d. Kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh
pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan
yang baik.
e. Mempelajari teori sastra
4. Pelajaran sastra di SD kelas tinggi, berfokus pada....
a. Teori sastra
b. Sejarah sastra
c. Periodesasi sastra
d. Psikosastra
e. Apresiasi sastra
5. Tujuan memberikan cerita anak/dongeng, tertera di bawah ini, kecuali....
a. Memberikan hiburan
b. Mengembangkan imajinasi
c. Mengembangkan Bahasa
d. Mengembangkan keinginan dan kebebasan
e. Mengembangkan pengetahuan
6. Mampu berpikir abstrak, bernalar dari hipotesis ke simpulan logis. Mereka
dapat menangkap alur dan subalur dalam pikirannya. Melihat dari ciri-ciri
perkembangannya, contoh karya sastra yang dapat diberikan, kecuali. . .
a. Biografi
b. Legenda
c. Mite
d. Dongeng dan hikayat
e. Rima sederhana
7. Tujuan memberikan cerita biografi, tertera di bawah ini, kecuali....
a. Memberikan hiburan atau kesenangan
b. Mengembangkan keinginan dan kebebasan
c. Mengembangkan imajinasi
d. Mengembangkan Bahasa
e. Mengembangkan pengetahuan sejarah dan kepahlawanan
8. Jalan-jalan ke pasar baru
Jangan lupa beli celana
Kalau punya teman baru
Jangan lupa teman lama
Puisi di atas berbentuk :
a. Gurindam
b. Syair
c. Pantun
d. Puisi bebas
e. Epik
9. Deklamasi dan membaca cerpen, tergolong jenis membaca...
a. Perpustakaan
b. Indah
c. Dalam hati
d. Nyaring
e. Pemahaman
10. Manfaat yang diperoleh dari membaca karya sastra adalah ...
a. Memperoleh kenikmanatan
b. Mendapatkan pelajaran
c. Memperoleh kenikmatan, pelajaran, dan mendidik nilai-nilai kehidupan
d. Mendidik nilai-nilai kehidupan
e. Memperoleh kebebasan
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF:
1. A
2. B
3. A
4. E
5. E
6. D
7. B
8. C
9. D
10. C
Prosedur penilaian
1. Jika jawaban benar skor 10
2. Jika jawaban salah/tidak dijawab skor 0
3. Jumlah skor total adalah 100
Skor total = skor perolehan x 10
Skor maksimal = 10 x 10 = 100
G. DAFTAR PUSTAKA
Endraswara, S. (2005). Metode dan Teori Pengajaran Sastra. Bandung : Buana
Pustaka.
Hartati, Tatat (2019) Modul 1 : Pendalaman Materi Bahasa Indonesia. Bandung :
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Stewig, J. Warren. (1980). Children and Literature. Chicago: Rand Mc Nally
Publishing
Budiono, Satwiko (2013) Buku Cerita Bergambar Anak Usia Dini diakses dari
https://satwikobudiono.wordpress.com/2013/04/04/buku-cerita-
bergambar-anak-usia-dini/
Karunia Afifah, Hanan (2015) Sastra Anak (Pengertian, Jenis, dan Karakteristik)
dan. Diakses tanggal 20 April 2021 dari :
https://hanankaruniablog.wordpress.com/2015/12/10/sastra-anak-
pengertian-jenisdan-karakteristik-
dan/#:~:text=Jadi%20dapat%20disimpulkan%20bahwa%20sastra,orang
%20tua%2C%20kakak%20atau%20guru.
Rianti (2015) Cerita Anak Fiksi Kontemporer. Diakses tanggal 20 April 2021 dari
: http://tugas-rianti.blogspot.com/2015/05/cerita-anak-fiksi-
kontemporer.html
Tarigan, H. (2011). Dasar-dasar Psikosastra. Bandung: Angkasa. [Online]. Diakses
tanggal 20 April 2021 dari:
https://muhammadsyailan.blogspot.com/2019/10/makalah-apresiasi-
sastra-reseptif.html
https://www.posbunda.com/hiburan/cerita-dongeng-anak-sebelum-tidur/ diakses
tanggal 20 April 2021
https://dongengceritarakyat.com/kumpulan-cerita-dongeng-anak
terbaik/#19_Dongeng_Cerita_Anak_Asal_Mula_Mula_Tanduk_Rusa
diakses tanggal 20 April 2021
https://risalahatiku46.blogspot.com/2012/03/biografi-kh-zainal-mustofa.html
diakses tanggal 20 April 2021