The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Bumi Sebagai Ruang Kehidupan

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Yeyen Janatul I, 2022-05-27 16:13:08

Bahan Ajar

Bumi Sebagai Ruang Kehidupan

Keywords: Bahan Ajar

Bahan Ajar Pertemuan 2
Disusun oleh : Yeyen Janatul I’liyin

Teori terbentuknya bumi
1. Teori Kontraksi
Dalam teori ini dikatakan bahwa pada saat bola bumi mendingin maka terjadilah proses
pengerutan dan semakin menyusut. Kerutan-kerutan itulah sebagai pegunungan, lipatan yang
kita kenal sampai sekarang. Teori Descartes dan Suess (1596 – 1650) ini disebut teori
kontraksi.
James Dana (1847) dan Elie de Baumant (1852) menguatkan teori ini bahwa bumi mengalami
pengerutan karena pendinginan di bagian dalam bumi akibat konduksi panas, sehingga
mengakibatkan bumi tidak rata.

2. Teori Geosinklin
Teori ini dikonsep oleh Hall pada tahun1859 yang kemudian dipublikasikan oleh Dana pada
tahun 1873. Teori ini bertujuan untuk menjelaskan terjadinya endapan batuan sedimen yang
sangat tebal, ribuan meter dan memanjang seperti pada Pegunungan Himalaya, Alpina dan
Andes.
Teori geosinklin menyatakan bahwa suatu daerah sempit pada kerak bumi mengalami depresi
selama beberapa waktu sehingga terendapkan secara ekstrim sedimen yang tebal. Proses
pengendapan ini menyebabkan subsidence (penurunan) pada dasar cekungan. Endapan
sedimen yang tebal dianggap berasal dari sedimen akibat proses orogenesa yang membentuk
pengunungan lipatan dan selama proses ini endapan sedimen yang telah terbentuk akan
mengalami metamorfosa. Batuan yang terdeformasi didalamnya dijelaskan sebagai akibat
menyempitnya cekungan karena terus menurunnya cekungan, sehingga batuan terlipat dan
tersesarkan. Pergerakan yang terjadi adalah pergerakan vertikal akibat gaya isostasi.

Teori ini mempunyai kelemahan tidak mampu menjelaskan asal-usul aktivitas vulkanik dengan
baik dan logis. Keteraturan aktivitas vulkanik sangatlah tidak bisa dijelaskan dengan teori
geosinklin. Pada intinya, golongan ilmuwan menganggap bahwa gaya yang bekerja pada bumi
merupakan gaya vertikal. Artinya, semua deformasi yang terjadi diakibatkan oleh gaya utama
yang berarah tegak lurus dengan bidang yang terdeformasi.

3. Hipotesa Pengapungan Benua (Continental Drift)
Tahun 1912, Alfred Wegener seorang ahli meteorologi Jerman mengemukakan konsep
Pengapungan Benua (Continental drfit). Dalam The Origin of Continents and Oceans. Hipotesa
utamanya adalah satu “super continent” yang disebut Pangaea (artinya semua daratan) yang
dikelilingi oleh Panthalassa (semua lautan). Selanjutnya, hipotesa ini mengatakan 200 juta
tahun yang lalu Pangaea pecah menjadi benua-benua yang lebih kecil. Dan kemudian bergerak
menuju ke tempatnya seperti yang dijumpai saat ini. Sedangkan hipoptesa lainnya menyatakan
bahwa pada mulanya ada dua super kontinen , yaitu pangea utara yang disebut juga Laurasia,
dan pangea selatan yang disebut juga Gondwanaland.
4. Teori konveksi
Teori konveksi mengemukakan bahwa terjadi aliran konveksi ke arah vertikal di dalam lapisan
astenosfer yang agak kental. Aliran tersebut berpengaruh sampai ke kerak bumi yang ada di
atasnya. Aliran konveksi yang merambat ke dalam kerak bumi menyebabkan batuan kerak
bumi menjadi lunak. Gerak aliran dari dalam mengakibatkan permukaan bumi menjadi tidak
rata.

Salah seorang pengikut teori konveksi adalah Harry H. Hess dari Princenton University. Pada
tahun 1962 dalam bukunya History of the Ocean Basin, Hess mengemukakan pendapatnya
tentang aliran konveksi yang sampai ke permukaan bumi di mid oceanic ridge (punggung
tengah laut). Di puncak mid oceanic ridge tersebut lava mengalir terus dari dalam kemudian
tersebar ke kedua sisinya dan membeku membentuk kerak bumi baru.

5. Teori Lempeng Tektonik
Teori lempeng tektonik dikemukakan oleh ahli geofisika Inggris, Me Kenzie dan Robert
Parker. Kedua ahli itu menyampaikan teori yang menyempurnakan teori-teori sebelumnya,
seperti pergeseran benua, pergeseran dasar laut, dan teori konveksi sebagai satu kesatuan
konsep yang sangat berharga dan diterima oleh para ahli geologi.

Kerak bumi dan litosfer yang mengapung di atas lapisan astenosfer dianggap satu lempeng
yang saling berhubungan. Aliran konveksi yang keluar dari punggung laut menyebar ke kedua
sisinya, sedangkan di bagian lain akan masuk kembali ke lapisan dalam dan bercampur dengan
materi di lapisan itu. Daerah tempat masuknya materi tersebut merupakan patahan (transform
fault) yang ditandai dengan adanya palung laut dan pulau vulkanis.

Fase Pembentukan Bumi
Fase-fase pembentukan bumi terdiri atas delapan fase, yaitu sebagai berikut

1. Fase awal mula jadi alam semesta (big bang). Pada saat big bang, bumi terwujud tetapi bahan-
bahannya telah ada bersama dengan bahan-bahan buntang dan planet-planet lain.

2. Fase pembentukan bintang-bintang. Matahari dan bumi sebagai calon tata surya belum
dilahirkan

3. Fase supernova. Yaitu ledakan dari suatu bintang di galaksi yang memancarkan energi yang
teramat besar.

4. Fase pendinginan nebula. Barulah setelah ada kejutan lagi dari supernova yang ada di
sekitarnya, gravitasi antarbahan nebula mulai aktif. Ketika gravitasi mulai bekerja,
pembentukan sebuah bintang dan atau matahari mulai terjadi.

5. Fase pembentukan matahari dan cincin planet. Sebagian debu dan gas di bagian dalam nebula
mulai berkumpul dan bergabung kemudian secara perlahan-lahan.

6. Fase akresi. Pada saat ini bumi dengan susunan materi yang seragam belum ada daratan dan
atau lautan.

7. Fase pembentukan bumi. Bahan bahan dari meteor yang memiliki berat jenis yang lebih tinggi
mulai tenggelam ke pusat bumi. Akibatnya, tebentuklah inti bumi.

8. Pembentukan atmosfer, samudra dan makhluk hidup

Kehidupan di muka Bumi
Secara geologis, sejarah bembentukan planet bumi dapat dilihat dengan menggunakan kolom
geologi. Skala geologi secara umum dibedakan menjadi empat devisi yang disebut eon.
Keempat eon itu adalah:

1. Haden (bawah muka bumi)
2. Archean (kuno)
3. Proterozoic (awal kehidupan)
4. Phanerozic (kehidupan yang terlihat)

lebih lengkap pada rincian ini:

Arkae kum
Zaman arkaekum adalah zaman tertua yang berlangsung kurang lebih 2.500 juta tahun. Pada
zaman itu bumi masih merupakan bola gas sangat panas yang berputar pada porosnya.
Sehingga pada masa itu kehidupan di bumi belum ada.

Ciri-ciri zaman arkaekum:

1. Belum ada kehidupan
2. Bumi masih berupa bola gas yang sangat panas
3. Berlangsung kurang lebih 2.500 juta tahun yang lalu

Pale ozoikum
Zaman paleozoikum adalah zaman dimana keadaan bumi masih belum stabil, iklim masih
berubah-ubah dan curah hujan sangat besar. Zaman ini berlangsung kurang lebih 340 juta
tahun. Pada zaman ini mulai ada tanda-tanda kehidupan seperti makhluk bersel satu
(mikroorganisme), hewan-hewan kecil yang tidak bertulang punggung, jenis ikan, dan jenis
ganggang atau rumput-rumputan.

Adanya hewan dan tumbuhan di bumi pada zaman ini diketahui dari sisa-sisanya yang telah
membatu yang disebut fosil. Fosil ini umumnya ditemukan di batu karang. Zaman ini disebut
juga zaman primer (Zaman pertama). Zaman paleozoikum dibagi menjadi enam periode,
berturut-turut dari yang paling tua: Kambrium, Ordovisium, Silur, Devon, Karbon, dan Perm.

Ciri-ciri zaman paleozoikum:

1. Sudah mulai terdapat kehidupan berupa mikroorganisme
2. Keadaan bumi masih belum stabil
3. Iklim masih berubah-ubah
4. Curah hujan sangat besar
5. Berlangsung sekitar 340 juta tahun

M e s ozoikum
Zaman mesozoikum adalah masa yang berlangsung sekitar 150 juta tahun. Pada zaman itu
perkembangan reptil mencapai puncaknya terutama dinosaurus. Mesozoikum ditandai dengan
aktivitas tektonik, iklim, dan evolusi. Benua-benua secara perlahan mengalami pergeseran dari
saling menyatu satu sama lain menjadi seperti keadaannya saat ini.

Pergeseran ini menimbulkan spesiasi dan berbagai perkembangan evolusi penting lainnya.
Iklim hangat yang terjadi sepanjang periode juga memegang peranan penting bagi evolusi dan
diversifikasi spesies hewan baru. Pada akhir zaman ini, dasar-dasar kehidupan modern
terbentuk.

Ciri-ciri zaman mesozoikum:

1. Terdapat banyak hewan reptil seperti dinosaurus
2. Iklim bumi mulai hangat
3. Merupakan dasar dari kehidupan modern
4. Berlangsung sekitar 150 juta tahun

Neozoikum
Zaman ini berlangsung sekitar 60 juta tahun yang lalu. Saat itu keadaan bumi sudah semakin memungkinkan
untuk mendorong munculnya makhluk hidup lainnya seperti binatang menyusui, sejenis kera dan monyet.Ciri-
ciri zaman neozoikum:

1. Merupakan puncak dari hewan mamalia
2. Hewan reptil besar telah punah
3. Iklim bumi sudah mulai stabil
4. Terbagi menjadi dua zaman yaitu zaman tersier dan zaman kuarter
5. Berlangsung sekitar 60 juta tahun yang lalu

Zaman Tersier
Zaman Tersier adalah zaman yang berlangsung sekitar 60 juta tahun yang ditandai dengan munculnyaberagam
jenis binatang menyusui (mamalia) termasuk primata seperti kera. Sedangkan jenis reptil raksasa lambat laun
lenyap. Zaman tersier terbagi menjadi zaman Pliosen, Miosen, Oligosen. Eosen, Paleosen.

Orangutan mulai muncul pada masa Miosen. Daerah asalnya mungkin dari Afrika. Saat itu Benua Afrika.Saatitu
benua Afrika masih bersatu dengan Jazirah, Arab. Daerah Afrika Timur belum gersang seperti sekarang.
Orangutan merupakan kera yang tinggal di pucuk-pucuk pohon besar. Makanannya terutama buah dan daun-
daunan. Mereka menyebar ke hutan di Asia Barat Daya, Asia Selatan, dan Asia Tenggara termasuk Indonesia.

Di akhir masa Moisen terjadi perubahan besar pada kulit bumi dan lingkungan alamnya. Benua Afrika lepasdari
benua Asia sehingga muncul Laut Merah. Dareah hutan di Afrika Timur berubah menjadisabana.Beberapabagian
Jazirah Arab menjadi gurun dan hutan di India juga berkurang. Orangutan tidak menyesuaikan diri dengan
perubahan iklimdan lingkungannya. Mereka kemudian berpindah ke Asia Tengga ra yang masih memilikihutan
yang lebat. Sisa-sisanya masih dapat kita temukan di Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat.

Pada zaman Pliosen, yaitu sekitar 10 juta tahun yang lalu, hidup hewan yang lebih besar daripada gorilla yang
disebut dengan Giganthropus (kera manusia raksasa). Hewan ini ditemukan di Bukit SiwalikdikakiPegununggan
Himalaya dan Selat Himla (sebelah utara India). Giganthropus hidup berkelompok, sehingga mereka dapat
berkembang biak dan menyebar dari Afrika ke Asia Selatan dan Asia Tenggara. Giganthropus akhirnya punah
karena sebab yang tidak jelas.

Selain Giganthropus, dari masa yang sama hidup makhluk lain yang disebut dengan Australopithecus(manusia
kera dari selatan). Ada sekitar 65 fosil Australopithecus telah ditemukan di Afrika Selatan dan Afrika Timur.
Sedangkan di Kalimantan Barat dari kala Eosen Akhir ditemukan fosil vertebrata yaitu Anthrcotherium dan
Choeromus (sejenis babi hutan purba) yang juga ditemukan di Asia Daratan. Penemuan fosil ini membuktikan
bahwa kala Eosen terakhir, Kalimantan Barat bergabung dengan Daratan Asia.

Ciri-ciri zaman tersier:

1. Berlangsung sekitar 60 juta tahun
2. Telah muncul berbagai jenis manusia purba
3. Terdapat banyak migrasi hewan ke seluruh bagian dunia untuk menyesuaikan
4. iklim

Zaman Kuarter
Zaman kuarter adalah zaman yang ditandai dengan adanya kehidupan manusia seperti sekarang.ZamanKuarter
berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu. Ciri-ciri zaman kuarter:

Zaman kuarter sendiri juga terbagi menjadi zaman pleistocen dan zaman Holocen (Holosin)
1. Sudah terdapat manusia modern (Homo sapiens)
2. Berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu
3. Keadaan alam masih liar dan labil
4. Bumi masih diselimuti es dan mencair pada akhir kala pleitosen
5. Daratan di bumi mulai terpecah karena es mencair
6. Manusia purba sudah punah

Kala Pleitosen (Dilivium)
Kala Pleitosen berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu. Kala Pleitosen menjadi sangat penting karenapada
masa ini mulai muncul manusia purba. Keadaan alampada masa ini masih liar dan labil karena silih bergantin ya
dua zaman, yaitu Zaman Glasial dan Zaman Interglasial.

Zaman Glasial adalah zaman meluasnya lapisan es di Kutub Utara sehingga Eropa dan Amerika bagian utara
tertutup es. Sedangkan daerah yang jauh dari kutub terjadi hujan lebat selama bertahun -tahun.Permukaanairlaut
turun disertai dengan naiknya permukaan bumi diberbagai tempat. Karena adanya pergeseran bumi dan kerja
gunung-gunung berapi, banyak hutan, termasuk Indonesia menjadi kering, akibatnya muncul Paparan Sunda
(Sunda Plat) dan Paparan Sahul (Sahul Plat). Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Malaysia barat bergabungdengan
Filipina dan Formossa, Taiwan dan kemudian ke benua Asia. Bergitu pula Sulawesi melalui Minahasa, Pulau
Sangir terus ke Filipina. Antara Jawa Timur dengan Sulawesi Selatan berhubun gan melalui Nusa Tenggara.

Zaman Interglasial adalah zaman diantara dua zaman es. Temperatur naik hingga lapisan es di kutub utara
mencair, akibatnya permukaan air laut naik dan terjadi berbagai banjir besar di berbagai tempat. Hal ini
menyebabkan banyak daratan terpisah oleh laut dan selat.

Pada kala Pleistosen ini hanya hewan berbulu tebal saja yang mampu bertahan hidup. Salah satunya adalah
Mammouth (gajah berbulu tebal).

Sedangkan hewan berbulu tipis pindah ke daerah tropis. Perpindahan binatang dari As ia Daratan ke Jawa,
Sulawesi dan Filipina ada yang melalui Malaysia (Jalan Barat), ada pula yang melalui Formosa, Filipina, ke
Kalimantan , Jawa dan Sulawesi (jalan timur). Garis Wallace adalah garis antara selat makassar dan lombokyang
merupakan batas antara dua jalan penyeberangan binatang tersebut.

Selain itu juga, terjadi perpindahan manusia purba dari Asia ke Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan
ditemukannya fosil Sinanthropus pekinensis dalam jumlah besar di Peking (China) yang sejenis dengan
Pitecanthropus erectus dari Trinil, Ngawi, (Jawa Timur). Bukit lainnya adalah ditemukannya alat -alat pacitandi
China, Burma (Myanmar) dan Malaysia. Sedangkan Homo wajakensis yang merupakan nenek moyang bangsa
Austrolid pada masa Pleitosen Tengah dan Pleitosen Atas menyebar dari Asia ke selatan. Sebagian besar dari
mereka sampai ke Benua Australia dan menurunkan penduduk asli Australia yaitu suku Aborigin.

Kala Holosen

Pada awal kala Holosen, sebagian besar es di kutub utara sudah lenyap, sehingga permukaan air la ut naik lagi.
Tanah-tanah rendah di daerah Paparan Sunda dan Paparan Sahul tergenang air danmenjadilauttransgresi.Dengan
demikian muncullah pulau-pulau di nusantara. Manusia purba lenyap, kemudian muncul manusiacerdas(Homo
sapiens) seperti manusia sekarang.

Bumi rumah bagi kehidupan
Ada 10 faktor yang menjadikan bumi sebagai tempat yang cocok bagi kehidupan:

1. Orbit bumi terhadap bintangnya, matahari, memiliki jarak yang presisi. Manusia tidak merasa
terlalu panas, dan terlalu dingin. Kondisi ini juga membuat air bisa pada bentuknya, cairan dan
di beberapa bagian tetap menjadi es. Di Mars dan Venus, ditemukan air juga. Namun,
lingkungannya tak memungkinkan air (es) tersebut mencair, mengalir layaknya sungai-sungai
di bumi.

2. Hanya bumi yang memiliki satelit paling tepat posisinya, yakni bulan. Dengan keberadaan satu
satelit, maka bulan bisa mengatur datangnya air pasang serta air surut. Gravitasi antara bumi
dan bulan pun begitu presisi sehingga siklus di bumi menjamin kelangsungan hidup
penghuninya.

3. Rotasi bumi terhadap matahari menjadikan pagi dan siang, iklim dingin dan panas, semua
terjadi sesuai dengan kondisi mahluk hidup di dalamnya. Kita bisa menikmati matahari 12 jam
dan bulan 12 jam, bisa menikmati pergantian musim yang memungkinkan flora melakukan
regenerasinya. Sungguh keseimbangan yang penuh presisi.

4. Gravitasi bumi sangat pas. Kalau kita ke Mars atau bulan, tak ada gravitasi sehingga manusia
bisa melompat tinggi hingga puluhan meter. Walau hal tersebut menarik, rasanya susah
menjalani kehidupan dalam kondisi demikian. Di mana hewan dan tumbuhan bisa hidup bila
tanpa gravitasi?

5. Keberadaan Kutub Utara dan Selatan merupakan medan magnetik yang menjaga kestabilan
bumi.

6. Temperatur di bumi paling tepat untuk kehidupan. Bumi kita memang memiliki tempat dengan
suhu dingin serta suhu panas ter-ekstrim (Antartika – 89,2 C, sementara di El Azizia, Libya,
rekor terpanas mencapai 57 C). Tetapi, umumnya mahluk hidup ada dalam suasana suhu
normal. Lagipula, suhu ekstrim di dua tempat tersebut masih jauh lebih baik dari planet-planet
lain.

7. Lebih dari 70% air meliputi bumi. Keberadaan air ini justru menunjang setiap sendi kehidupan
yang ada di bumi.

8. Hingga menjelang abad 20, kondisi bumi masih normal. Tinggi air laut masih memungkinkan
pulau-pulau tetap ada tanpa takut tenggelam. Baru belakangan ini, ketika manusia semakin
gencar melakukan perusakan terhadap alam, maka bumi bereaksi. Air laut pun perlahan-lahan
naik mengancam kehidupan mahluknya.

9. Hutan yang hijau memungkinkan kehidupan berlangsung terus turun-temurun. Proses
fotosintetis menjamin kehidupan mahluk lainnya, hewan dan manusia bisa memanfaatkan
tumbuhan di atas bumi.

10. Bersama air, methane, dan unsur lain di atmosfer menjaga kelangsungan hidup mahluk di atas
bumi. Atmosfer selain menyelimuti bumi dari ancaman sinar kosmik dan benda-benda asing,
juga memungkinkan cahaya yang ada terkontrol sehingga mahluk hidup tetap aman


Click to View FlipBook Version