The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

by Tim Advokasi Minyak Sawit Indonesia

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by GENIUS LIBRARY, 2021-12-23 02:10:54

Fakta Kelapa Sawit Indonesia

by Tim Advokasi Minyak Sawit Indonesia

Keywords: Pertanian,industri,Tim Advokasi Minyak Sawit Indonesia,Fakta Kelapa Sawit Indonesia

Fakta 65 FFaakkttaa KKeellaappaa SSaawwiitt

Proporsi penggunaan Perbandingan Luas Daratan dengan Luas
Hutan dan Kebun Kelapa Sawit (juta ha)
luas daratan Indonesia untuk
Luas Daratan Indonesia
kebun kelapa sawit relatif kecil 187,7 juta ha

dibandingkan dengan luas hutan 44,11 %

produksi dan hutan konservasi & 26,32 %

lindung.
Sumber: Kementerian Kehutanan RI,
Kementerian Pertanian RI, Pusat Data
InfoSAWIT (2009)

3,89 %

Fakta 66

Aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit dari kolam anaerobik dengan Biochemical
Oxygen Demand (BOD) 3.500-5.000 mg/liter dan Chemical Oxygen Demand (COD)
3.500-5.745 mg/liter serta Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) di kebun dapat
menyumbangkan hara N dan K dan bahan organik.

Kandungan hara limbah cair PKS adalah 450 mg N/l, 80 mg P/l, 1.250 mg K/l dan
215 mg/l. Sistem aplikasi limbah cair dapat dilakukan dengan sistem sprinkle (air
memancar), flatbed (melalui pipa ke bak-bak distribusi ke parit sekunder), longbed
(ke parit yang lurus dan berliku-liku) dan traktor tanki (pengangkutan limbah cair
dari IPAL; Instalasi Pengolah Air Limbah) ke areal tanam. Aplikasi TKKS sebanyak 60
ton/ha/tahun dapat menggantikan semua pupuk N dan K.

Setiap pengolahan 1 ton TBS akan menghasilkan limbah padat berupa Tandan
Kosong Sawit (TKS) sebanyak 200-250 kg dan limbah cair sebanyak 650 liter.
Sumber: Kementerian Pertanian RI (2007)

Foto: PT Smart Tbk.

51

FFaakkttaa KKeellaappaa SSaawwiitt

Fakta 67

Perusahaan kelapa sawit Indonesia berkomitmen melakukan program Corporate
Social Responsibility (CSR) sesuai dengan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas.

Sumber: Kementerian Kehutanan RI, Kementerian Pertanian RI, Pusat Data InfoSAWIT (2009)

Program-program CSR di Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia

Sektor Kegiatan Manfaat
Pendidikan
1. Mendirikan gedung-gedung sekolah. Memperbaiki kegiatan belajar
Kesehatan mengajar, guna meningkatkan
2. Memperbaiki dan menambah prasarana pendidikan seperti laboratorium, mutu pendidikan, khususnya
Program perpustakaan, komputer, dll. di sekitar perkebunan dan
Sosial pabrik.
3. Meningkatkan kesejahteraan guru.
Menyadarkan masyarakat
4. Memberikan beasiswa bagi murid berprestasi. tentang pentingnya
kesehatan.
5. Pengadaan buku-buku pelajaran sekolah.
 
6. Pembinaan sekolah dan pendidikan hingga menjadi sekolah unggulan. Memperlancar transportasi
yang ada.
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal untuk masyarakat sekitar
melalui rumah sakit dan klinik yang ada.  

2. Memperbaiki dan menambah prasarana kesehatan seperti obat-obatan, Mengarahkan masyarakat
vaksinasi, dan peralatan medis. untuk menggunakan air
bersih dan fasilitas MCK yang
3. Penyuluhan kesehatan dan pengobatan gratis ke desa-desa di sekeliling sehat.
perkebunan (pabrik). Menanggulangi banjir
Menggalang persatuan antara
1. Pembangunan prasarana ibadah beserta perlengkapannya dan mendorong warga dengan pegawai
perkembangan kegiatan keagamaan. perkebunan dan atau pabrik.
 
2. Pembangunan dan perbaikan infrastruktur dan jalan dan transportasi desa ke
kota yang memadai. Mengembangkan upaya
pelestarian alam.
3. Pembangunan fasilitas desa seperti pos polisi, balai desa.
Meningkatkan pendapatan
4. Pembangunan dan perbaikan fasilitas olahraga seperti lapangan bola. masyarakat.

5. Pembangunan dan perbaikan sarana air bersih seperti sumur bor dan fasilitas
Mandi Cuci Kakus (MCK) yang sehat.

6. Pembangunan dan perbaikan tanggul.

7. Mengadakan kegiatan kepemudaan seperti berbagai bentuk turnamen
olahraga, donor darah.

8. Bantuan bencana alam.

Program 1. Menerapkan praktik terbaik pengelolaan perkebunan kelapa sawit.
Pelestarian 2. Menetapkan areal yang memiliki NKT untuk dikonservasi.
Lingkungan 3. Melestarikan keanekaragaman hayati dalam pengelolaan kebun kelapa sawit.
4. Menerapkan pengendalian hama dan penyakit terpadu.
5. Menerapkan prinsip dan kriteria RSPO di areal kebun dan pabrik kelapa sawit.

1. Pelatihan-pelatihan berkaitan dengan bisnis kelapa sawit dan perkebunan.

2. Meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar dengan program Kemitraan
Inti-Plasma.

Ekonomi 3. Memberdayakan masyarakat sebagai pemasok kebutuhan sehari-hari
karyawan sekitar pabrik atau perkebunan.

52 4. Peminjaman bibit kelapa sawit kepada masyarakat.

5. Koperasi karyawan kebun.

FFaakkttaa KKeellaappaa SSaawwiitt

Fakta 68

Melalui program CSR, perusahaan
kelapa sawit membantu
pembangunan sekolah dasar
maupun menengah untuk
masyarakat sekitar perkebunan.
Selain itu, diberikan pula sarana
dan prasarana belajar untuk
menunjang kegiatan belajar di
sekolah.
Sumber: Pusat Data InfoSAWIT (2010)

Fakta 69

Limbah padat dan cair di PKS dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi.
Limbah cair dari PKS berkapasitas 30 ton TBS/jam dengan jumlah TBS diolah
146.000 ton/tahun dapat menghasilkan listrik sebesar 1 Megawatt. Apabila
Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dimanfaatkan sebagai sumber energi
melalui system boiler-steam turbin, maka diperkirakan menghasilkan listrik
sebesar 2,5 MW. Kelebihan energi tersebut dapat digunakan sebagai sumber
energi pabrik PKO atau dijual ke masyarakat sekitar.
Sumber: Pusat Data InfoSAWIT (2009)

Fakta 70

Petani kelapa sawit melakukan
budidaya tanaman tumpang sari
untuk memenuhi kebutuhan
makanan sehari-hari di saat kebun
sawit belum menghasilkan.

Sumber: Pusat Data InfoSAWIT (2010)

53

FFaakkttaa KKeellaappaa SSaawwiitt

Fakta 71

Perusahaan perkebunan kelapa sawit Indonesia menjaga keberadaan dan kelestarian

fauna (satwa) di areal Hak Guna Usaha (HGU) yang dimilikinya.
Sumber: Maksi,Thohari (2010)

Keberadaan Satwa di Areal HGU Milik Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia

No Nama Daerah Nama Latin Suku Status
I MAMALIA      
1 Rindil bulan Echinosorex gymnurus Erinaceidae -
2 Tupai kecil Tupaia minor Tupaiidae -
3 Tuoai Ptilocercus lowii Tupaiidae -
4 Tupai akar Tupaia glis Tupaiidae -
5 Codot kecil kelabu Pentethor lucasii Pteropodidae -
6 Codot sayap totol Balionycteris maculata Pteropodidae -
7 Kukang bukang Nycticebus coucang borneanus Lorisidae Dilindungi (PP no 7 tahun 1999)
8 Trenggiling peusing/ahom Manis javanica Manidae Dilindungi (PP no 7 tahun 1999)

9 Monyet kra Macaca fascicularis Cercopithecidae -
10 Monyet beruk Macaca nemestrina Cercopithecidae Vulnerable (IUCN)
11 Owa kalawat Hylobates muelleri Hylobatidae Endangered (IUCN)
12 Bajing kelapa Callosciurus notatus Scuridae Dilindungi (PP no 7 tahun 1999)

13 Bajing gunung Dremomys everetti Scuridae -

14 Bajing tanah moncong runcing Rhinosciurus laticaudatus Scuridae -
15 Landak raya Hystrix brachyura Hystricidae Dilindungi (PP no 7 tahun 1999)
16 Angkis ekor panjang Trichys fasciculata Hystricidae -

17 Beruang madu/behuang Helarctos malayanus Ursidae Dilindungi (PP no 7 tahun 1999)
18 Sigung Mydaus javanensis Mustelidae Dilindungi (PP no 7 tahun 1999)
19 Musang Paradoxurus hermaphroditus Viverridae Dilindungi (PP no 7 tahun 1999)
20 Macan akar Felis bengalensis Felidae Dilindungi (PP no 7 tahun 1999)
21 Babi Sus sp. Suidae -
22 Pelanduk kancil Tragulus javanicus Tragulidae Dilindungi (PP no 7 tahun 1999)
23 Kijang muntjak Muntiacus muntjak Cervidae Dilindungi (PP no 7 tahun 1999)

II BURUNG      
1 Bambangan hitam Dupetor flavicollis Ardeidae -
2 Elang ikan kepala kelabu Ichthyophaga ichthyaetus Accipitridae -
3 Elar ular bido Spilornis cheela Accipitridae -
4 Elang hitam Ictinaetus malayensis Accipitridae -
5 Elang bondol Haliastur indus Accipitridae -
6 Puyuh kepala merah Haematortyx sanguiniceps Phasinidae -
7 Puyuh sengayan/sio Rollulus rouloul Phasinidae -
8 Sempidan biru/belonge Lophura ignita Phasinidae -
9 Kareo padi Amaurornis phoenicurus Rallidae -

54

FFaakkttaa KKeellaappaa SSaawwiitt

10 Trinil Tringa sp Scolopacidae -
11 Punai kecil Treron olax Columbidae -
12 Punai Treron sp. Columbidae -
13 Tekukur Streptopelia chinensis Columbidae -
14 Delimukan zamrud Chalcophaps indica Columbidae -
15 Bayan Tanygnathus sp Psittcidae -
16 Srindit melayu Loriculus galgulus Psittcidae -
17 Bubut alang-alang Centropus bengalensis Cuculidae -
18 Beluk ketupa Ketupa ketupu Strigiformes -
19 Kukuk beluk Strix leptogrammica Strigiformes -
20 Taktarau melayu Eurostopodus temminckii Caprimulgidae -
21 Walet sapi Collocalia esculenta Apodidae -
22 Pekaka emas Pelargopsis capensis Alcedinidae Dilindungi (PP no 7 tahun 1999)
23 Raja udang meninting Alcedo meninting Alcedinidae -
24 Cekakak batu Lacedo pulchella Alcedinidae -
25 Kangkareng perut-putih Anthracoceros albirostris Bucerotidae Dilindungi (PP no 7 tahun 1999)
26 Takur warna warni Megalaima mystacophanos Capitonidae -
27 Takur tenggeret Megalaima australis Capitonidae -
28 Takur ampis Calorhamphus fuliginosus Capitonidae -
29 Pelatuk besi Dinopium javanenses Picidae -
30 Caladi batu Meiglytes tristis Picidae -
31 Sempur hujan sungai Cymbirhynchus macrorhynchus Eurylaimidae -
32 Cica daun kecil Chloropsis cyanopogon Chloropseidae -
33 Cica daun besar Chloropsis sonnerati Chloropseidae -
34 Merbah Pycnonotus goiavier Pycnonotidae -
35 Srigunting Dicrurus panadiseus Dicruridae -
36 Srigunting gagak Dicrurus annectans Dicruridae -
37 Kacer Copsychus saularis Turdidae -
38 Murai batu Copsychus malabaricus Turdidae -
39 Cinenen kelabu Orthotomus ruficeps Silviidae -
40 Sikatan rimba dada kelabu Rhinomyas umbratilis Muscicapidae -
41 Sikatan hijau laut Eumyas thalassina Muscicapidae -
42 Sikatan belang Ficedula westermanni Muscicapidae -
43 Kipasan mutiara Rhipidura perlata Muscicapidae -
44 Kipasan belang Rhipidura javanica Muscicapidae -
45 Seriwang asia Tersiphone paradisi Muscicapidae -
46 Kerak jambul Acridotheres cristatellus Sturnidae -
47 Tiong emas Gracula religiosa Sturnidae -
48 Burung madu sepah raja Aethopyga siparaja Nectariniidae Dilindungi (PP no 7 tahun 1999)
49 Pijantung kecil Arachnothera longirostra Nectariniidae Dilindungi (PP no 7 tahun 1999)
50 Pijantung besar Arachnothera robusta Nectariniidae -

55

FFaakkttaa KKeellaappaa SSaawwiitt

51 Cabai tunggir coklat Diaceum everetti Dicaeidae -
52 Kacamata biasa Zosterops palpebrosus Zosteropidae -
53 Bondol Kalimantan Lonchura fuscans Ploceidae -
54 Burung Gereja Passer montanus Ploceidae -
III REPTIL      
1 Kobra Naja sp. Elipidae -
2 Ular banyu Phyton reticulatus Phytonidae -
3 biawak Varanus boornensis Varanidae Dilindungi (PP no 7 tahun 1999)
4 Ular belang Bungarus candidus Elapidae -
5 Ular Tanah Calloselasma rhodostoma Viperidae -
6 Ular daun Dryophis prasinus Colubridae -
7 Toke Gekko gecko Gekkonidae -
8 Kadal Mabouya multifasciata Scincidae -
9 Labi-labi Chitra indica Trionycidae -
10 Kura-kura Ortlitia boornensis Emydidae -
11 Senyulong Tomistoma schlegelii Crocodylidae Dilindungi (PP no 7 tahun 1999)

Fakta 72

Perusahaan perkebunan kelapa sawit Indonesia menjaga flora (tumbuhan) yang
dilindungi pemerintah dalam undang-undang dengan membuat kawasan konservasi
yang dilindungi di areal HGU miliknya.

Sumber: MAKSI,Thohari (2010)

Keberadaan Flora di Areal HGU Milik
Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia

No Nama Latin Status
1 Eusideroxylon zwageri
2 Dyera costulata Dilindungi (PP no 7 tahun
1999) Vulnerable (IUCN)

Dilindungi (PP no 7 tahun
1999)

3 Shorea leprosula Endangered (IUCN)

4 Gonystylus bancanus Vulnerable (IUCN)

5 Anisoptera grossivenia Vulnerable (IUCN)

6 Nepenthes ampularia Dilindungi (PP no 7 tahun
type green 1999)

7 Napenthes maxima type Dilindungi (PP no 7 tahun

green 1999)

56

FFaakkttaa KKeellaappaa SSaawwiitt

Fakta 73

Program Nucleus Estate Smallholder (NES) atau Perusahaan Inti Rakyat
Perkebunan (PIR-Bun), dirancang pemerintah pada tahun 1974/75 dan mulai
direalisasikan pertama kali pada 1977/78 di Alue Merah (Aceh Utara) dan
Tabenan (Sumatera Selatan) dengan karet sebagai tanaman perkebunannya.
Tujuan program PIR adalah mengangkat harkat hidup petani dan
keluarganya dengan cara meningkatkan produksi dan pendapatan usaha
tani. Dalam konsep PIR ini perusahaan perkebunan swasta dan perkebunan
negara berperan sebagai inti, sedangkan perkebunan rakyat sebagai plasma
atau peserta.

PIR kelapa sawit dimulai pada 1980/81 di dua lokasi: PIR lokal kelapa sawit
di Labuhan Batu dan Langkat, Sumatera Utara. Selanjutnya pengembangan
PIR kelapa sawit menyebar ke berbagai penjuru tanah air, antara lain: PIR V
Lebak (Jawa Barat), PIR V Ngabang dan PIR Lok I Parindu (Kalimantan Barat),
PIR VII Pasir (Kalimantan Timur), PIR VII Luwu (Sulawesi Selatan), PIR khusus II
di Jayapura dan Manokwari (Papua). Program ini diadopsi oleh Pemerintah
Indonesia dalam mengembangkan perkebunan selanjutnya.

Sumber: Kementerian Pertanian RI, Pusat Data InfoSAWIT (2009)

Perkembangan Pola Pengembangan Perkebunan Rakyat

No Tahun Jenis Bentuk Pinjaman

1 1977 - 1986 - Seri PIR berbantuan / NES - Pemerintah, pinjaman Bank Dunia
- Seri PIR khusus & lokal

2 1986 - 1990 - Seri PIR Trans tahap I - Depkeu, KLBI, Bank pelaksana

3 1990 - 1992 - Seri PIR Trans tahap II - KKPA (KLBI, Bank pelaksana)
- Seri PIR KKPA-KTI - KKPA dan UUK

4 2006 - 2010 - PIR Revitalisasi BUN - Kredit Perbankan/dana masyarakat

57

FFaakkttaa KKeellaappaa SSaawwiitt

Fakta 74

Pabrik kelapa sawit menyediakan instalasi pengelolaan limbah cair untuk
menghilangkan bahan pencemar dan beracun serta bahan yang tidak dapat
didegradasikan.
Sumber: Kementerian Pertanian RI, Pusat Data InfoSAWIT (2010)

Fakta 75

Pengelolaan limbah cair pada
industri refineri, oleokimia dan
industri turunan lainnya juga
dilakukan mengikuti kaidah
lingkungan.
Sumber: Apolin, Pusat Data InfoSAWIT
(2010)

58 Fakta 76

Perusahaan sawit
menjaga situs budaya dan
peninggalan bersejarah
yang berada disekitar
wilayah perkebunan.
Kebijakan ini merupakan
bagian dari penerapan
Nilai Konservasi Tinggi
(NKT).
Sumber: Pusat Data InfoSAWIT

(2010)

FFaakkttaa KKeellaappaa SSaawwiitt

Fakta 77

Perkebunan kelapa sawit dapat
digunakan untuk mereklamasi
areal bekas penambangan
sehingga areal-areal rusak dan
terlantar dapat dihijaukan kembali.
Sumber: Pusat Data InfoSAWIT (2010)

Foto: FB Anggoro/Antara

Fakta 78

Perkebunan kelapa
sawit menjaga budaya
lokal tetap lestari
dan memberdayakan
kehidupan perekonomian
daerah setempat.
Sumber: Pusat Data InfoSAWIT

(2010)

Fakta 79

Perkebunan kelapa sawit mencegah erosi tanah dengan pola terasering.
Sumber: Pusat Data InfoSAWIT (2010)

Foto: Teguh Patriawan

59

Bab VII.
Kontribusi Kelapa Sawit
Terhadap Pengurangan
Emisi CO2

60

FFaakkttaa KKeellaappaa SSaawwiitt

Fakta 80

Kelapa sawit memiliki kemampuan yang sama dengan hutan hujan karena kelapa
sawit tumbuh dengan baik di daerah tropis, memiliki kanopi yang sangat lebar
dengan fungsi untuk menyerap karbondioksida dalam proses fotosintesa dan
sebagai tempat berlindung serta sumber makanan bagi hewan-hewan.
Sumber: Henson (1999)

Perbandingan Perkebunan Kelapa Sawit dengan Hutan Hujan
dalam Menyerap Karbondioksida

Parameter Perkebunan Kelapa Sawit Hutan Hujan
163,5
Asimilasi Kotor (t CO2/ha/tahun) 161,0 121,1
Total Respirasi (t CO2/ha/tahun) 96,5 42,4
Asimilasi Bersih (t CO2/ha/tahun) 64,5 7,3
Indeks Luas Daun 5,6 1,73
0,86
Efisiensi Fotosintesis (%) 3,18 431
5,8
Efisiensi Konversi Radiasi(g/M) 1,68 25,7

Total biomass di area (t/ha) 100

Peningkatan Biomass/tahun (t) 8,3

Produktivitas bahan kering/tahun (t) 36,5

Fakta 81

Kelapa sawit dalam setiap hektar per tahunnya dapat menghasilkan biodiesel lebih
banyak daripada minyak kedelai.

Sumber: Fachgentur Nachwachsende Rohstoffe (FNR) 2006

Perbandingan Produksi Biodiesel

Minyak Nabati Liter/ha/tahun

Kelapa Sawit 6.000

Kedelai 440

61

FFaakkttaa KKeellaappaa SSaawwiitt

Fakta 82

Berdasarkan analisis siklus hidup (life cycle assessment) untuk emisi Gas Rumah

Kaca (GRK), biodiesel sawit dapat menekan emisi GRK hingga 62% terhadap bahan

bakar fosil.
Sumber: Van Zutphen (2007)

Kontribusi Biodiesel Terhadap Emisi Gas Rumah Kaca Jumlah (kg CO2/ton
biodiesel)
No Sumber Emisi 185 (11,5%)
130 (8,1%)
1 Produksi emisi dari penggunaan pupuk 34 (2,1%)
2 Nitrous Oxide yang dikeluarkan 89 (5,6%)
3 Penggunaan Pestisida 19 (1,2%)
4 Penggunaan transportasi dan mesin 87 (5,4%)
5 Pabrik dan refineri minyak sawit 824 (51,5%)
6 Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) 36 (2,3%)
7 Kolam limbah 197 (12,3%)
8 Transportasi ke pabrik dan refineri 1.601 (100%)
9 Refineri Biodiesel 4.228
2.627
Total 62%
10 Produksi dan penggunaan bahan bakar minyak
11 Penghematan biodiesel sawit
12 Penghematan emisi GRK terhadap bahan bakar fosil

62

FFaakkttaa KKeellaappaa SSaawwiitt

Referensi: 63

1. Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia, 2009.
2. Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia, 2010. Oleochemical Industry Review dalam Rapat

Dengar Pendapat Umum Komisi VI DPR.
3. Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia, 2009.
4. Badrun, Muhammad, 2010.Tonggak Perubahan Melalui PIR Kelapa Sawit Membangun

Negeri. Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Jakarta.
5. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, 2009.
6. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, 2010.
7. Balfas, Jamal, 2009. Penelitian Pemanfaatan Batang Sawit Untuk Furnitur, Bogor.
8. Bonni TY dan Choo YM. 2000. Valuable minor constituents of commercial red palm olein:

carotenoids, vitamin E, ubiquinones and sterols. J Oil Palm Resarch. 12:14-24.
9. Bonnie TYP dan Gwendoline ECL. 2006. Identification of lutein in crude palm oil and

evaluation of carotenoids at various ripening stages of the oil palm fruit. Oil Palm Res. 18:189-
197.
10. Choudhury, N. and et al. 1995. Comparison of Palm Oil and Olive Oil: Effects on Plasma Lipids
and Vitamin E in Young Adults. Am J. Cli. Nutr. 61. pp. 1043-51.
11. Elisabeth, Jenny, 2009.Tren Pengembangan Specialty Fats Indonesia, Bogor.
12. FAO/WHO. 1983. CODEX Alimentarius. Vol XI. Rome. Introduction and pp. 115-130.
13. Foreign Agricultural Service (FAS), United States Department of Agriculture (USDA), 2010.
14. Foreign Agricultural Service (FAS), United States Department of Agriculture (USDA), 2009.
15. Food and Nutrition Board, 2000. Dietary References Intakes for Vitamin C, Vitamin E,
Selenium, and Carotenoids. Washington. National Academy Press.
16. Friedel, M.C. ,1897. Sur des matières grasses trouvées dans des tombes égyptiennes
d’Abydos. Comptes Rendu 24: 648—51.
17. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), 2010.
18. Gee, P.T., 2007. Analitycal characteristics of crude and refined palm oil and fractions. Eur J.
Lipid Sci Technol 109:373-379.
19. Gunstone, F.D., J.L. Harwood and F.B. Padley,1986. Lipid Handbook. Chapman and Hall.
London, 1985. Pp. 104 dan 455, 516, 518 dan 519.

FFaakkttaa KKeellaappaa SSaawwiitt

20. Hariyadi, Purwiyatno, 2010. Sepuluh Karakter Unggul Minyak Sawit. Majalah InfoSAWIT, Edisi
Oktober.

21. Henson, I.E. ,1999. Comparative Ecophysiology of Palm Oil and Tropical Rainforest. Pada Oil
Palm and Environment: A Malaysia Perspective (Gurmit Singh et.al., eds) Malaysian Oil Palm
Growers Council, Kuala Lumpur. Pp. 9-39.

22. Kementerian Kehutanan Republik Indonesia, 2010.
23. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, 2010.
24. Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, 2009.
25. Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, 2010.
26. Kementerian Pertanian Republik Indonesia, 2007
27. Kementerian Pertanian Republik Indonesia, 2009.
28. Kementerian Pertanian Republik Indonesia, 2010.
29. Lietz G, et al. , 2001. Comparison of the effects of supplemental red palm oil and sunflower oil

on maternal vitamin A status. Am Clin Nut. 74(4): 501-509.
30. Manggabarani, A. ,2009. Memaknai Sebuah Anugerah, Sumbangsih Kelapa Sawit Indonesia

bagi Dunia. Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian Republik Indonesia,
Jakarta.
31. Malaysian Palm Oil Council (MPOC),1991. Basic Background Information on Palm Oil. Kelana
Jaya. Pp. 19.
32. Mozaffarieh, M, et al. , 2003. The role of the carotenoids, lutein and zeaxanthin, in protecting
against age-related macular degeneration: A review based on controversial evidence. Nutrition
Journal, vol. 2, no. 1, p. 20.
33. Muchtadi T.R., 1992. Karakterisasi Komponen Intrinsik Utama Buah Sawit (Elais guineensis Jacq)
Dalam Rangka Optimalisasi Proses Ekstraksi Minyak dan Pemanfaatan Provitamin A. [Disertasi].
Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
34. Murakoshi M., et al., 1992. Potent Preventive Action of α-Carotene against Carcinogenesis:
Spontaneous Liver Carcinogenesis and Promoting Stage of Lung and Skin Carcinogenesis in
Mice Are Suppressed More Effectively by α-Carotene Than by β-Carotene. Cancer Res. 52:6583-
6587.

64

FFaakkttaa KKeellaappaa SSaawwiitt

35. Ng, T.K.W., K.C. Hayes et al. ,1992. Dietary palmitic and oleic acids exert similar effects on
serum cholesterol and lipoprotein profiles in normocholesterolemic men and women. J.
Am. Coll. Nutr. 11(4):pp.383-90

36. Nurrohmat et.al., 2010. Dampak pengganda kelapa sawit.
37. Nebeling, LC, et al. ,1997,‘Changes in Carotenoid Intake in the United States: The

1987 and 1992 National Health Interview Surveys’, Journal of the American Dietetic
Association, vol. 97, no. 9, pp. 991-6.
38. Oil World, 2007. Oil World Annual - Vol 1. ISTA Mielke GmbH. Hamburg. pp Oil/Fats 36-40.
39. Oil World, 2009. Oil World Statistics Update. ISTA Mielke GmbH. Hamburg. pp 1.
40. Ong, A.S.H. and S.H. Goh, 2002. Palm oil: a healthful and cost-effective dietary component.
Food Nutr. Bull. 23: 11-22.
41. Ooi CK, et al. 1996. Refining Red Palm Oil. Elais 8: 20-28.
42. Pahan, Iyung, 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Penebar Swadaya, Jakarta.
43. Pamin, Kabul, 1998. Seratus Tahun dan Lima Puluh Tahun Pengembangan Kelapa Sawit di
Indonesia: Dari Kebun Raya Bogor Menuju Industri. Konferensi International Kelapa Sawit.
23-25 September. GAPKI.
44. Palm Oil in Human Nutrition (1999).
45. Pusat Data InfoSAWIT, 2009.
46. Pusat Data InfoSAWIT, 2010.
47. Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.
48. Rao LG, Guns E, Rao AV., July/august 2003. Lycopene: Its role in human health and disease.
Agrofood Industry hi tech.
49. Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO), 2010.
50. Southeast Asian Food & Agricultural Science & Technology (SEAFAST), 2009.
51. Surfactant Bio Research Centre (SBRC), Institut Pertanian Bogor (IPB), 2009.
52. Schalch, W, et al., 2007, Xanthophyll accumulation in the human retina during
supplementation with lutein or zeaxanthin - the LUXEA (Lutein Xanthophyll Eye
Accumulation) study, Archives of Biochemistry and Biophysics, vol. 458, no. 2, pp. 128-35.

65

FFaakkttaa KKeellaappaa SSaawwiitt

53. Scrimshaw N.S., 2000. Nutritional potential of red palm oil for combating vitamin A
deficiency. Food and Nutrition Bulletin. 21(2):195-201.

54. Slover H.T., 1971.Tocopherols in foods and fats, Lipids. Page 291-296.
55. Sulaswatty, Ani, 1998. Karakteristik Pemekatan Beta-Karoten Minyak Sawit Dengan Teknik

Fluida CO2 Superkritik. [Disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
56. Van Leeuwen R, et al., 2005. Dietary Intake of Antioxidants and Risk of Age-Related Macular

Degeneration, JAMA, vol. 294, no. 24, pp. 3101-7.
57. Van Zutphen, 2007. Pada Makalah The Potential of Palm Oil for Developing Countries and

Its Role in The Food and Fuel Debate, Tan Sri Datuk Dr.Yusof Basiron and Dr. Yew FK.
58. Wang, W, et al. 2007. Effect of dietary lutein and zeaxanthin on plasma carotenoids and their

transport in lipoproteins in age-related macular degeneration, Am J Clin Nutr, vol. 85, no. 3,
pp. 762-9.
59. Widjastuti, Tuti et. al. 2004. Pengolahan Bungkil Inti Sawit Melalui Fermentasi oleh Jamur
Marasmius Sp Guna Menunjang Bahan Pakan Alternatif untuk Ransum Ayam Boiler.
Universitas Padjajaran. Bandung.
60. Wood, B.J. and R.H. V. Corley,1991.The Energy Balance of Palm Oil Cultivation. Proceedings of
1991 PORIM International Palm Oil Conference. Malaysian Palm Oil Board, Kuala Lumpur, pp.
130-43.
61.Yang,Y; Huang, C Y; Peng, S.S. dan Peng J., 1996. Carotenoid analysis of several dark green
leafy vegetables associated with a lower risk of cancers. Biomed. Environ. Sci., 9: 386-392.
62. Zimmer,Y et al., 2009. Agri benchmark Cash Crop Report, Braunschweig.

66

w w w. t a m s i - d m s i . o r g Profil TAMSI - DMSI

T im Advokasi Minyak Sawit Indonesia dibentuk berdasarkan mandat
yang diberikan oleh DMSI berdasarkan kebutuhan dan komitmen
para pengusaha kelapa sawit Indonesia pada :

1. Pertemuan Sawit Linkers pada tanggal 23 April 2010
2. Hasil rapat Chairperson & CEO’s Forum Discussion pada tanggal

24 Mei 2010
3. Hasil Rapat DMSI pada tanggal 9 Agusuts 2010
4. Hasil Rapat Sawit linkers pada tanggal 12 Agustus 2010

Atas dasar tersebut, TAMSI-DMSI memulai aktivitas kegiatan melalui
kerjasama dengan berbagai pihak seperti peneliti, akademisi, pemerintah,
pelaku dan media. Berbagai forum diskusi dilakukan guna membangun
wacana bersama mengenai industri kelapa sawit Indonesia dan dunia.

Posisi Indonesia sebagai produsen CPO terbesar yang telah dicapai saat
ini, memberikan kekuatan posisi tawar yang seharusnya dapat memainkan
peranan penting bagi minyak sawit dunia. Industri kelapa sawit Indonesia
telah mulai melakukan praktek-praktek budidaya berkelanjutan sejak
dahulu, namun informasi mengenai hal tersebut dirasakan masih sangat
minim sehingga diperlukan pendalaman materi-materi budidaya yang
berkelanjutan yang sudah dilakukan.

Berbagai kecaman yang ditudingkan kepada industri kelapa
sawit Indonesia akhir-akhir ini telah memberikan dampak negatif bagi
kelanjutan pengembangan industri kelapa sawit yang berkelanjutan.
Tudingan berbagai kesalahan yang dibebankan kepada industri kelapa
sawit seperti kebakaran dan perusakan hutan, pembunuhan satwa liar,
penyerobotan tanah adat dan sebagainya, merupakan kecaman yang
harus di sikapi dengan bijak.

Berbagai usaha pembangunan dan perbaikan kebun sawit yang
berkelanjutan telah dilakukan, banyak kemajuan yang telah dicapai
namun masih butuh kerja keras melalui kerjasama dan dukungan dari
berbagai pihak.

Dukungan dari pemerintah dibutuhkan untuk bersama-sama
mengawal industri kelapa sawit Indonesia menjadi yang terdepan dan
terbesar melalui pengembangan yang lestari dan ramah lingkungan.
Dukungan dari pelaku usaha untuk membangun kesejahteraan masyarakat
sekitar dan melakukan praktek-praktek budidaya yang berkelanjutan harus
terus ditingkatkan. Dukungan dari para peneliti dan nara sumber serta
industri pendukung lainnya sangat diperlukan untuk membantu mencari
solusi terbaik guna membangun industri kelapa sawit berkelanjutan.

TAMSI – DMSI mengajak seluruh pihak untuk terlibat aktif membangun
bersama masa depan industri kelapa sawit Indonesia yang berkelanjutan.

Dewan Minyak Sawit Indonesia
(Indonesian Palm Oil Board)

Plaza BII Menara 2, Lantai 33
Jl. MH.Thamrin No. 51 Jakarta Pusat 10350 Indonesia

Telp. (62-21) 318-1255, Faks. (62-21) 318-1256
Email. [email protected], website : www.dmsi.or.id


Click to View FlipBook Version