SUSTAINABLE SUSTAINABLE
SEAFOOD SEAFOOD
IDN WWF-INDONESIA NATIONAL CAMPAIGN
2014
WWF- Indonesia © WWF – Indonesia / Idham MALIK Better Management Practices
Seri Panduan Perikanan Skala Kecil
Gedung Graha Simatupang,Tower 2 unit C, Lantai 7
Jalan Letjen TB Simatupang Kav. 38, BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
Jakarta Selatan 12540
Phone +62 21 7829461 Tambak Semi Intensif dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah ( IPAL )
Misi WWF Edisi 1 | Desember 2014
Untuk menghentikan terjadinya degradasi lingkungan dan membangun
masa depan dimana manusia hidup berharmoni dengan alam.
www.wwf.or.id
Better Management Practices Kata Pengantar
Seri Panduan Perikanan Skala Kecil
BUDIDAYA UDANG VANNAMEI Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas selesainya penyusunan
Tambak Semi Intensif dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Better Management Practices (BMP) Budidaya Udang Vannamei
Edisi 1 | Desember 2014 (Litopenaus vannameii), Tambak Semi Intensif dengan Instalasi
Pengolahan Air Limbah. BMP ini merupakan panduan praktis yang dapat
ISBN : 978-979-1461-38-2 diterapkan oleh para pembudidaya udang vannamei skala kecil untuk
© WWF-Indonesia mewujudkan praktek budidaya yang bertanggung – jawab dan
berkelanjutan.
Penyusun dan editor : Tim Perikanan WWF-Indonesia, Badrudin
Kontributor : Muharijadi Atmomarsono, Supito, Markus Mangampa, Hardi Penyusunan BMP ini telah melalui beberapa proses yaitu studi pustaka,
Pitoyo, Lideman, Hendry Tjahyo S, Ismed Akhdiat, Heru Wibowo, pengumpulan data lapangan, internal review tim perikanan WWF-
Ilustrasi Muh. Ishak, Acmad Basori, Nur Tejo Wahyono, Sulkap S Latief, Indonesia serta Focus Group Discussion (FGD) dengan sejumlah ahli
Penerbit Akmal. budidaya udang vannamei sebagai bagian dari external expert reviewer.
Kredit : Dwi Indarty BMP ini merupakan living document yang akan terus disempurnakan sesuai
: WWF-Indonesia dengan perkembangan di lapangan serta masukan pihak-pihak yang
: WWF-Indonesia bersangkutan.
Ucapan terima kasih yang tulus dari kami atas bantuan, kerjasama, masukan
dan koreksi pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan BMPs ini yaitu
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Balai Besar Pengembangan
Budidaya Air Payau Jepara, Shrimp Club Indonesia (SCI) Jawa Timur, Balai
Budidaya Air Payau Sitobondo, Balai Pengembangan Perikanan Budidaya
Air Payau Maros, Balai Budidaya Air Payau Takalar, Dinas Kelautan dan
Perikanan Propinsi Sulawesi Selatan, PT. Bogatama Marinusa, Universitas
Muhammadiyah Makassar, Hatchery ‘Benur Kita’ Sulawesi Selatan,
Pembudidaya udang vannamei dari Sumenep dan Tuban, Jawa Timur.
Kami senantiasa terbuka kepada semua pihak atas segala masukan yang
konstruktif demi penyempurnaan BMP ini, serta kami memohon maaf
apabila terdapat kesalahan dan kekurangan pada proses penyusunan dan isi
dari BMP ini.
Desember 2014
Penyusun
Tim Perikanan WWF-Indonesia
Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI | i
Daftar Isi DAFTAR ISTILAH
Akuifer : Lapisan bawah tanah yang mengandung air dan dapat mengalirkan
air.
Alkalinitas : Besaran yang menunjukkan kapasitas penyangga (buffer) pH air.
Bakteri Heterotrof : Bakteri yang mendapatkan makanan dari bahan organik atau dari
makhluk hidup lain.
CaCO3 : Kapur kalsium karbonat yang efektif meningkatkan pH.
CaO
: Kapur tohor atau kalsium oksida. Kapur ini dapat memberikan
© WWF – Indonesia / Idham MALIK energi berupa panas dan sangat efektif menaikkan pH tanah.
DO : Dissolved Oxygen atau kandungan oksigen terlarut dalam air
tambak.
Dolomit : Jenis kapur yang mengandung unsur zat besi dan magnesium.
EMS : Early Mortality Syndrome atau penyakit yang menyerang udang
dan dapat menyebabkan kematian massal pada udang berumur
muda.
Kata Pengantar ...................................................................................................................................... i Hidrogen Peroksida : Cairan bening yang dapat mengoksidasi.
Daftar Isi ................................................................................................................................................. ii
Daftar Istilah .......................................................................................................................................... iii IMNV : Infectious Myo Necrosis Virus atau penyakit myo. Gejala klinis
I. Pendahuluan ................................................................................................................................ 2 berupa daging berwarna putih dengan bagian ekor berwarna
kemerahan.
II. Aspek Biologi Udang Vannamei ............................................................................................. 3 Intrusi : Masuknya air asin ke lapisan bawah tanah (daratan) yang
mengandung air tawar.
III. Kelompok Pembudidaya .......................................................................................................... 4
IV. Aspek Legal Usaha Budidaya .................................................................................................. 5 No3 (Nitrat) : Unsur hara untuk menumbuhkan plankton.
pH Fox - pH Fresh
V. Pemilihan Lokasi dan Desain Lahan ..................................................................................... 7 : Pengukuran pH tanah setelah penambahan hidrogen peroksida
VI. Persiapan Lahan ......................................................................................................................... 9 sebanyak 5 tetes. pH Fresh, pengukuran pH tanah sebelum
penambahan hirdogen peroksida.
VII. Pemasukan Air ............................................................................................................................ 14
VIII. Benih Udang Vannamei (Benur) ............................................................................................ 16 Plankton : Hewan dan tumbuhan berukuran kecil yang hidup di air yang
gerakannya dipengaruhi oleh arus.
IX. Pengendalian Hama dan Penyakit Udang Vannamei ........................................................ 18
X. Pengelolaan Kualitas Air .......................................................................................................... 21 Porous : Sifat tanah yang mudah menyerap air.
XI. Pemeliharaan Udang dan Pengelolaan Pakan .................................................................... 25
XII. Panen dan Penangana Pasca Panen ...................................................................................... 28 Posfat (PO4) : Sumber nutrien makro bagi pertumbuhan plankton.
TSV
XIII. Pencatatan Kegiatan Budidaya ............................................................................................... 30 : Taura Syndrome Virus atau penyakit yang ditandai dengan adanya
bercak hitam pada karapas dan karapas lembek (lunak/keropos).
XIV. Aspek Sosial Usaha Budidaya ................................................................................................. 32
XV. Menjaga Lingkungan di Kawasan Budidaya ....................................................................... 33 WSSV : White Spot Syndrom Virus atau virus yang sangat mematikan dan
XVI. Analisa Usaha Sistem Semi Intensif ....................................................................................... 35 menular dengan cepat, ditandai dengan bintik putih pada tubuh
Daftar Pustaka ....................................................................................................................................... 37 udang.
ii | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI | iii
Beberapa pekerja bahu membahu I. PENDAHULUAN
membantu proses panen sepetak
tambak udang vannamei. Udang vannamei (Litopenaeus vannameii) Posisi Indonesia yang terletak di garis
berasal dari daerah subtropis pantai barat khatulistiwa dengan musim hujan dan
Amerika, mulai dari Teluk California di kemarau yang tetap, menyebabkan
Mexico bagian utara sampai ke pantai barat Indonesia mampu memproduksi udang
Guatemala, El Salvador, Nicaragua, Kosta vannamei sepanjang tahun. Produksi
Rika di Amerika Tengah hingga ke Peru di tersebut disesuaikan dengan kondisi dan
Amerika Selatan. karakteristik lahan masing-masing.
Udang vannamei resmi diizinkan masuk ke Udang vannamei pada awalnya dianggap
Indonesia melalui SK Menteri Kelautan dan tahan terhadap serangan penyakit. Namun
Perikanan RI. No. 41/2001, dimana dalam perkembangannya, udang vannamei
produksi udang windu menurun sejak 1996 juga terserang WSSV (White Spot Syndrome
akibat serangan penyakit dan penurunan Virus), TSV (Taura Syndrome Virus),
kualitas lingkungan. Pemerintah kemudian IMNV (Infectious Myo Necrosis Virus),
melakukan kajian pada komoditas udang vibrio, dan penyakit terbaru yaitu EMS
laut jenis lain yang dapat menambah (Early Mortality Syndrome). Untuk itu
produksi udang selain udang windu di perlu dilakukan pencegahan dan
Indonesia. pengendalian dengan penerapan budidaya
ramah lingkungan.
PERSIAPAN KEBERLANJUTAN PRODUKSI
LAHAN DAN AIR UDANG VANNAMEI HARUS
MEMPERHATIKAN :
PANEN & 5 1
PENANGANAN * Daya dukung tambak dan
HASIL PANEN PEMILIHAN & lingkungannya.
PENEBARAN
4 BENUR * Kualitas benur yang baik.
2 * Manajemen tanah tambak
dan kualitas air.
© WWF – Indonesia / Idham MALIK PENGELOLAAN 3
PAKAN PEMELIHARAAN * Kualitas dan manajemen pakan.
KUALITAS AIR
PENGENDALIAN * Manajemen kesehatan udang
PENYAKIT dan pengendalian penyakit.
Siklus Budidaya Udang Vannamei * Pengolahan air buangan tambak
Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI | 2
II. ASPEK BIOLOGI UDANG VANNAMEI III. KELOMPOK PEMBUDIDAYA
© WWF – Indonesia / MUSTAFA
Udang vannamei termasuk genus Penaeus vannamei memakan jasad renik/krustasea © WWF – Indonesia / MUSTAFA Diskusi kelompok pembudidaya udang vannamei.
dan subgenus Litopenaeus. Vannamei kecil, amphipoda dan polychaeta. Udang
berbeda dari genus Penaeus lainnya karena vannamei tidak makan sepanjang hari, Pembentukan kelompok atas inisiasi para pembudidaya dalam satu
bentuk telikum (organ kelamin betina) tetapi hanya beberapa waktu saja dalam hamparan yang sama. Kelompok mendapat pengesahan dari pemerintah
terbuka, tapi tidak terdapat tempat untuk sehari. Nafsu makan tergantung oleh daerah setempat dan mendapat binaan dari Dinas Kelautan dan
penyimpanan sperma. kondisi lingkungan dan laju konsumsi Perikanan (DKP) setempat.
pakan akan meningkat pada kondisi
Pertumbuhan udang vannamei dipengaruhi lingkungan optimum. Anggota kelompok pembudidaya umumnya berjumlah 10 - 25 orang dan
dua faktor yaitu frekuensi molting/ganti efektif jika hanya 7 – 10 orang. Jumlah anggota disesuaikan dengan luas
kulit (waktu antara molting) dan Udang yang baru saja di panen. area pertambakan dan tingkat luas jaringan kepentingan antar petambak.
pertumbuhan pada setiap molting. Tubuh
udang mempunyai karapas/kulit luar yang Kelompok pembudidaya berdasarkan kesamaan kawasan dan berada
keras, sehingga pada setiap kali berganti pada satu aliran sungai yang sama. Hal ini bertujuan untuk mencegah
kulit, karapas terlepas dan akan membentuk tersebarnya penyakit yang bersumber dari kontak air sungai yang sama.
karapas baru. Ketika karapas masih lunak, Resiko tersebut dapat berkurang dengan mengontrol pembuangan,
udang berpeluang untuk dimangsa oleh penambahan dan penggantian air.
udang lainnya.
Petambak yang tergabung dalam kelompok dapat saling bantu membantu
Udang merupakan organisme pemakan dalam merencanakan dan beraktivitas budidaya, sejak persiapan,
segala (omnivorus). Pada habitatnya, udang pemeliharaan (termasuk pengukuran kualitas air), hingga panen.
3 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI Usahakan kontak informasi selalu terjaga, dengan menjalankan aktivitas
rutin untuk membicarakan permasalahan yang dihadapi anggota
kelompok. Keberadaan kelompok juga akan memudahkan petambak
memperoleh akses bantuan dari beragam pihak.
Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI | 4
IV. ASPEK LEGAL USAHA BUDIDAYA Peraturan lain terkait dengan budidaya perikanan di pesisir, yaitu:
Lokasi budidaya sesuai dengan peraturan/kebijakan yang berlaku Undang-Undang No. 27/2007 dan perubahannya pada Undang-Undang No.1/2014
tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, yaitu larangan melakukan
Pemilihan lokasi sesuai dengan peruntukan lokasi/lahan budidaya perikanan yang tertuang konversi lahan di kawasan pesisir yang tidak memperhatikan prinsip kebelanjutan
dalam Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau - Pulau Kecil (RZWP3K) dan atau Rencana lingkungan dan ekosistem.
Tata Ruang Wilayah (RTRW) untuk daratan di tingkat kabupaten kota/kabupaten atau
propinsi. Kesesuaian lokasi budidaya dengan peruntukannya dimaksudkan untuk Undang-Undang No. 31/2004 tentang Perikanan dan Peraturan Pemerintah No. 60/2007
menghindari konflik dengan pemanfaatan lain seperti kawasan pemukiman, konservasi, tentang Konservasi Sumber Daya Ikan, yaitu berpartisipasi dalam melakukan konservasi
penangkapan ikan, wisata, industri, pelayaran, dan lain-lain.
Apabila belm ada RZWP3K atau RTRW, maka sebaiknya laporkan dan konsultasikan dengan INFORMASI TERKAIT REGULASI PEMERINTAH DAN
aparat berwenang di tingkat desa/kelurahan, kecamatan ataupun dinas terkait agar PENGATURAN LINGKUNGAN SEKITAR TAMBAK :
dimasukkan sebagai kawasan budidaya pada saat penyusunan tata ruang wilayah.
Harus dilakukan rehabilitasi lahan mangrove memenuhi persyaratan jaminan mutu dan
Usaha dan Skala Budidaya sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan sebesar minimal 50% dari luasan yang keamanan hasil perikanan budidaya dari
Perikanan, yaitu: dikonversi untuk tambak yang dibuat dengan Peraturan Kementerian Kelautan dan Perikanan
mengkonversi lahan mangrove sebelum 1999. (KKP) No.19 Tahun 2010 dan Keputusan Menteri
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Sedangkan tambak yang dibuka setelah 1999 Kelautan dan Perikanan RI, Nomor
49/Permen-KP/2014 tentang usaha pembudidayaan ikan, usaha budidaya perikanan wajib harus dapat membuktikan bahwa tambak Kep.02/Men/2007.
memiliki Surat izin Usaha Perikanan (SIUP) atau memiliki Tanda Pencatatan Usaha tersebut tidak merusak hutan mangrove
Pembudidayaan Ikan (TPUPI). (Resolusi RAMSAR tahun 1999). Menerapkan IPAL (Instalasi Pengelolaan
SIUP wajib dimiliki oleh usaha budidaya skala menengah sampai dengan skala besar dan Limbah) pada tambak, tandon disesuaikan
dikeluarkan oleh Dinas Perikanan terkait. Jika kawasan tambak berada di dekat pantai, dengan karakteristik lahan.
Melakukan pembudidayaan dengan menggunakan teknologi sederhana harus memiliki sempadan pantai dengan lebar
Melakukan pembudidayaan ikan di air payau, termasuk budidaya udang vanname, dengan minimal 100 m dari garis pantai surut tertinggi Tandon 40 – 50% kawasan tambak, yaitu 1 : 1,
ke arah darat yang dapat menjadi lokasi dimana satu tandon untuk satu tambak. Dapat
luas lahan tidak lebih dari 5 ha. penanaman mangrove, sesuai dengan (UU No.26 pula dengan perbandingan 40% tandon inlet,
Izin Usaha Perikanan (IUP) untuk skala usaha budidaya menengah dan besar, atau yang lebih Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; dan UU 30% tambak, dan 30% UPL. Hal tersebut
besar dari kriteria di atas harus memiliki IUP yang diurus pada Dinas Perikanan di No.27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah disesuaikan dengan undang-undang No.27
Kabupaten/Kota/Propinsi. Pesisir dan Pulau-Pulau). Tahun 1999, tentang jenis usaha dan/atau
Sesuai Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No. 3/2015 tentang kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak
Pendelegasian Wewenang Pemberian Izin Usaha di Bidang Pembudidayaan Ikan dalam Mengikuti kriteria Cara Budidaya Ikan yang Baik penting terhadap lingkungan hidup wajib
rangka pelaksanaan pelayanan terpadu satu pintu kepada Kepala Badan Koordinasi (CBIB), yaitu pedoman dan tata cara budidaya, dilengkapi dengan AMDAL.
Penanaman Modal (BKPM), SIUP untuk usaha budidaya dengan kriteria: termasuk cara panen yang baik, untuk
Menggunakan modal asing
Berlokasi di wilayah laut di atas 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut TIDAK MELAKUKAN PENGAMBILAN AIR
TANAH UNTUK PENGAIRAN TAMBAK
lepas dan atau ke arah perairan kepulauan
Berlokasi di darat pada wilayah lintas propinsi Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI | 6
Menggunakan teknologi super intensif di darat dan wilayah laut di atas 12 (dua belas) mil
laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan atau ke arah perairan kepulauan.
5 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
V. PEMILIHAN LOKASI DAN DESAIN LAHAN 3. INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH Tampak atas IPAL
1. Pemilihan Lokasi - Tekstur tanah yang baik yaitu liat berpasir, IPAL berdasarkan Kepmen 28/2005 Tentang Ikan-Ikan Saluran
dengan fraksi liat minimal 20% agar tanah Pedoman Umum Budidaya Udang di Tambak, yaitu Pengedapan
- Dekat dari sumber air, baik berasal dari sungai tidak porous (dapat menahan air). harus ada Manajemen Efluen dan Limbah Padat, L
atau dari laut dan bebas dari banjir dengan untuk memenuhi standar kualitas air yang dibuang a T
jumlah cukup selama proses budidaya. Sumber - Memastikan tanah tidak mengandung pyrit/zat ke laut, yaitu: u a
air tidak tercemar dan berkualitas bagus. besi. Pyrit ditandai munculnya warna kuning t m
keemasan yang berlebihan pada tanah. b
- Tidak melakukan pengambilan air tanah untuk a
pengairan tambak, yang dapat menyebabkan - Kandungan pyrit diatasi dengan cara reklamasi, k
intrusiair asin ke dalam akuifer air tawar, serta yaitu melakukan pengeringan, pembalikan dan
runtuhnya tanah permukaan. pencucian tanah, serta pembuangan air secara Biofilter (Kerang, Rumput Laut, Mangrove)
berulang. Untuk reklamasi tanah secara total
- Terdapat jalur hijau yang memadai. dilakukan dengan pengeringan selama Tampak samping
Penanaman mangrove di saluran air untuk berbulan-bulan, pembalikan dan pencucian Penampang Tandon IPAL
menetralisir pencemaran. Penanaman berkali-kali. Tidak perlu pemberian kapur.
mangrove di pematang juga akan memperkuat Reklamasi tidak dilakukan pada musim hujan. Pematang
tekstur pematang. Penanaman mangrove
disesuaikan dengan jenis tanah dan mangrove. - Akses transportasi yang mendukung. Dasar petak Biofilter Dasar Tambak
- Tekstur tanah yang baik yaitu liat berpasir, Dasar saluran
dengan fraksi liat minimal 20% agar tanah Pengendapan
tidak porous (dapat menahan air).
Ukuran petakan tambak diupayakan tidak IPAL pada tambak atau PUPL (Petak Unit Dasar saluran pengendapan lebih rendah sehingga
terlalu besar untuk memudahkan pengawasan Pengolah Limbah), terdiri dari perlakuan memudahkan terperangkapnya lumpur serta lumpur
dan pemeliharaan. yaitu secara fisik berupa pengendapan dan dapat diangkat jika tidak dilakukan pengeluaran air
Terdapat sistem pemasukan air (inlet) dan
Jalur hijau atau sempadan pantai pengeluaran air (outlet) secara terpisah. © WWF – Indonesia / Idham MALIK Unit tambak yang terdiri dari tandon pintu pemasukan air (inlet) dan pintu pengeluaran air
Pemasukan dan pengeluaran air dapat (outlet), serta tandon IPAL (Instalasi Pengelolaan Limbah).
2. Desain, Tata Letak, dan IPAL didukung dengan penggunaan pipa dan atau
bantuan pompa. Sistem tersebut adalah Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI | 8
Ketinggian pematang sebaiknya 2,5 m dengan tandon inlet dan tandon IPAL (Instalasi
lebar 1,5 - 2 m. Dengan konstruksi tersebut, Pengolahan Air Limbah) untuk monitoring
pematang mampu menampung air dengan kualitas air yang masuk dan keluar.
kedalaman sekitar 1 m serta memungkinkan
untuk penanaman mangrove di pematang. Tidak melakukan pengeboran air tanah.
Ukuran luasan petak (muka air) tambak
umumnya 0,3 - 0,5 ha, berbentuk segi panjang
atau bujur sangkar.
7 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
VI. PERSIAPAN LAHAN b. Pengeringan Tambak c. Perbaikan pH lahan tambak
© WWF – Indonesia / Idham MALIK Pengeringan dasar tambak bertujuan untuk Mengukur pH tanah pada beberapa titik yang
memperbaiki kualitas tanah dasar tambak berbeda menggunakan alat ukur pH (pH soil
maupun untuk mematikan hama dan penyakit tester). Pengapuran dilakukan untuk
di dasar tambak. menaikkan pH minimal 6. Agar lebih akurat,
dapat menggunakan pH fox (penambahan
Pengeringan dilakukan sampai tanah dasar hidrogen peroksida sebanyak 5 tetes).
terlihat pecah-pecah/retak-retak (kandungan
air 20%), warna cerah dan tidak berbau; atau Jika perbedaan antara pH fresh dan pH fox
bila dilakukan pemeriksaan laboratorium lebih tinggi dari empat (4), maka harus segera
kandungan bahan organik kurang dari 12%. dilakukan reklamasi.
Jika terdapat endapan lumpur hitam di dasar Untuk memperbaiki pH tanah dapat
tambak, harus diangkat dan dibuang ke luar digunakan kapur CaOH untuk pH tanah
petakan tambak. Untuk menghilangkan sisa kurang dari 6 atau menggunakan CaCO3 jika
bau lumpur dapat digunakan cairan molase pH telah lebih dari 6.
(tetes tebu).
Perbaikan saluran air.
a. Perbaikan konstruksi tambak : berkala perlu dilakukan pemeriksaan JIKA TANAH TAMBAK TERLALU ASAM :
terhadap central drain untuk mengatasi
masalah penumpukan lumpur, Tingkat kematian udang tinggi.
penyumbatan dan kebocoran. Resiko terhadap penyakit tinggi.
Penipisan oksigen terlarut akibat terikat mineral.
Jika pH tanah rendah atau di bawah 6 Pada tambak yang kandungan besinya tinggi
diharuskan melakukan pencucian tambak (sulfat masam), tidak perlu melakukan
terlebih dahulu, dengan cara: pembalikan dan pengeringan tanah dasar
tambak, karena berpotensi membongkar dan
Memasukkan air ke dalam tambak dan menaikkan kadar besi pada air yang berasal
mendiamkannya selama 1 – 2 hari. dari lapisan tanah di bawahnya. Pencucian
Membuang air yang telah didiamkan tanah dasar tambak perlu dilakukan secara
tersebut, kemudian memeriksa berulang. Jika pencucian tidak sempurna, zat
kembali pH tanah. besi akan tetap berada dalam tambak
Lakukan pencucian air secara berulang meskipun tambak telah berisi air.
hingga pH tanah mendekati 7.
Dasar tambak model konikal : © WWF – Indonesia / ADITYA
bagian tengah lebih rendah dari bagian pinggir.
9 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI | 10
Pengapuran pada tanah dasar tambak. Jika pH tanah antara 4 - 4,5, gunakan kapur d. Pemupukan
pertanian (CaCO3) sebanyak 5 - 10 ton/ha
Pemupukan bertujuan untuk memperbaiki
Jika pH tanah antara 4,5 - 5, gunakan kapur kualitas air, meningkatkan suplai pakan alami
pertanian (CaCO3) sebanyak 4 - 8 ton/ha. berupa plankton (mengurangi ransum pakan
buatan). Pemupukan tambak dilakukan
Jika pH tanah antara 5 - 5,5, gunakan kapur sebagai berikut :
pertanian (CaCO3) sebanyak 3 - 5 ton/ha.
Tambak dengan dasar berpasir sebaiknya
Jika pH tanah antara 5,5 - 6, gunakan kapur menggunakan pupuk organik (kompos atau
pertanian (CaCO3) sebanyak 1,5 - 3 ton/ha. komersial).
Jika pH tanah antara 6 - 6,5, gunakan kapur Pemupukan dengan pupuk nitrat (N) dan
pertanian (CaCO3) sebanyak 1,5 ton/ha. fosfat (P) dilakukan secara langsung ke
tanah dasar tambak. Perbandingan
Pengapuran susulan dilakukan pada saat kandungan N : P rasio (nitrogen dan fosfat)
alkalinitas air kurang dari 100 mg/l atau yaitu 1 : 4 atau 1 : 6, dosis pemupukan
setelah hujan lama. Kapur dolomit sering minimal 1 ppm untuk pupuk Sp36.
digunakan dalam pengapuran susulan.
Jika air tambak berkadar garam rendah
Kegunaaan Dolomit : (kurang dari 15 ppt) perlu ditambahkan
Peningkatkan pH air tidak terlalu drastis. KCL sebanyak 1 ppm dengan frekuensi
pemberian seminggu sekali.
Meningkatkan daya sanggah air.
MANFAAT PENGAPURAN : Dosis yang tepat untuk menetralisir © WWF – Indonesia / Idham MALIK
kondisi pH tanah : Menyediakan Ca dan Mg yang sangat
diperlukan udang vannamei dalam
Meningkatkan pH tanah Jika pH tanah kurang dari 4, gunakan kapur pembentukan kulitnya.
tohor (CaO) sebanyak 500 - 1000 kg/ha.
Mempercepat proses Membantu menumbuhkan plankton yang
penguraian bahan organik. Jika pH tanah antara 5 - 6, gunakan kapur baik bagi air tambak.
tohor (CaO) sebanyak 250 - 500 kg/ha.
Mengikat gas asam arang Dosis penambahan kapur dolomit, yaitu 3
(CO2) yang dihasilkan oleh Jika pH tanah lebih besar dari 6, gunakan
pembusukan bahan organik kapur tohor (CaO) sebanyak 100 - 250
dan pernafasan biota air. kg/ha.
Mematikan bakteri dan Alternatif Pengapuran dapat dilakukan
parasit. sebagai berikut :
Mengikat partikel-partikel
Jika pH tanah kurang dari 4, gunakan kapur
pertanian (CaCO3) sebanyak 7 - 14 ton/ha.
Jika pH tanah antara 4 - 4,5, gunakan kapur Pengamatan plankton menggunakan secchi disk.
pertanian (CaCO3) sebanyak 5 - 10 ton/ha.
Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI | 12
11 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
- Penggunaan probiotik dapat menstimulasi VII. PEMASUKAN AIR
pertumbuhan plankton, mendegradasi bahan organik
CATATAN dan sisa kotoran udang dan menekan populasi bakteri © WWF – Indonesia / Idham MALIK © WWF – Indonesia / Nur AHYANI
PENGGUNAAN negatif di tambak.
PROBIOTIK - Perlu memperhatikan sifat bakteri yang mudah mati dan
berubah sifat (mutasi). Sebaiknya bakteri yang
digunakan adalah bakteri yang dikultur dari perairan © WWF – Indonesia / ADITYA
tambak sekitar.
- Lakukan pemeriksaan terhadap tempat penyimpanan
probiotik; penyimpanan yang kurang baik dapat
menyebabkan bakteri mati dalam kemasan.
- Umumnya kandungan bakteri sekitar 1o8-10 cfu/ml.
- Bakteri heterotrof berkembang di tambak jika tersedia
makanan (bahan organik dan keseimbangan rasio
carbon-nitrogen). Bila rasio terlalu rendah (kadar N
terlalu pekat, maka perlu penambahan karbon.
- Kisaran pH yang baik adalah 7,5 – 8,5 dengan fluktuasi
harian pagi dan sore 0,2 – 0,5.
Pintu air dengan dua saringan. Tandon air
Apabila kecukupan plankton tidak sesuai a. Kualitas Air yang Masuk
dengan kondisi yang diinginkan, maka
© WWF – Indonesia / Idham MALIK dilakukan pemupukan susulan terhadap air Kualitas air harus diperiksa dahulu di saluran Namun penggunaan klorin harus dilakukan
tambak, dengan cara : pemasukan sebelum dimasukkan ke petakan secara bijak karena dikhawatirkan dapat
Kultur probiotik. tambak. Air tersebut diendapkan terlebih dapat menyebabkan tanah menjadi tandus,
Penebaran pupuk susulan. Sebelum pemupukan, terlebih dahulu dahulu dalam tandon untuk perbaikan perairan kurang subur, agen penyakit
dilakukan pengecekan alkalinitas, jika kualitas air. semakin resisten terhadap kadar klorin, dan
alkalinitasnya sudah mencapai 90 ppm, plankton akan semakin sulit tumbuh di
baru dilakukan pemupukan susulan. Pemasukan air dilakukan dengan membuka tambak.
pintu air yang telah dilengkapi dengan
Pupuk harus larut dalam air. Untuk pupuk saringan minimal dua lapis, untuk mencegah Bila terdapat banyak lumut di air, dapat
padat, granular mesti dihaluskan terlebih masuknya hama berupa bibit predator, ikan dikendalikan dengan aplikasi silikat dengan
dahulu kemudian dilarutkan dengan air liar, dan pembawa inang penyakit. Tinggi air dosis 3 ppm. Silikat dilarutkan ke dalam air
atau langsung ditebarkan ke dalam kolam. dari dasar tambak minimal 80 cm. tawar dahulu kemudian ditebar merata ke
seluruh permukaan air tambak pada area
Pengecekan dilakukan setelah 4 – 6 hari Setelah pengisian air, lakukan sterilisasi yang banyak ditumbuhi lumut.
untuk memantau pertumbuhan plankton. dengan chlorine berbahan aktif 90% dengan
dosis 10 – 20 ppm atau chlorine berbahan Pengendalian lumut bila udang sudah besar
Warna air yang dianjurkan yaitu warna aktif 60 persen dengan dosis 30 - 40 ppm. (> 5 gram) juga dapat dilakukan dengan
hijau atau cokelat. Warna air tidak dapat Aplikasi dilakukan secara merata dan cepat mengambil secara manual. Atau penerapan
dipaksakan dan sebaiknya mengikuti karena klorin bersifat oksidator (cepat pupuk nitrogen dengan dosis dan waktu
menguap). pemberian tepat juga dapat mengendalikan
pertumbuhan lumut di tambak.
13 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI | 14
© WWF – Indonesia / Nur AHYANI b. Pengaturan dan Pemasangan VIII. BENIH UDANG VANNAMEI ( BENUR )
Peralatan
© WWF – Indonesia / Aditya
Sumber energi untuk operasional tambak
kincir air dengan bantuan pipa berasal dari PLN (Perusahaan Listrik Negara) Pengangkutan bibit udang vannamei dengan menggunakan mobil pick up.
untuk mengapungkan kincir. atau dari generator/genset. Penyediaan energi
listrik disesuaikan dengan kebutuhan tambak.
a. Pengangkutan Benur
Penggunaan kincir disesuaikan dengan padat
© WWF – Indonesia / Idham MALIK tebar dan luas permukaan tambak; satu unit Pastikan alat yang dipakai untuk Lakukan penurunan suhu air media angkut
kincir berkekuatan 1 HP (1 PK) diestimasi mengangkut benur, seperti plastik, hingga 240 C untuk pengangkutan benur
dapat memenuhi kebutuhan oksigen untuk styrofoam, kardus dalam kondisi bersih dari lebih dari 3 jam perjalanan. Hal ini
memproduksi sekitar 500 kg udang. sumber pencemaran. dimaksudkan untuk mengurangi
metabolisme.
Pemasangan kincir diarahkan ke seluruh Pastikan kendaraan pengangkut benur tidak
kolom air agar sirkulasi/distribusi oksigen digunakan untuk mengangkut bahan yang Salinitas media angkut minimal 25 ppt
menjadi merata (agar tidak ada titik mati). berbahaya, seperti bahan kimia dan pupuk, untuk perjalanan lebih dari 12 jam dan
Penyediaan pompa air diperhitungkan harus yang dapat mengkontaminasi benur. minimal 20 ppt untuk pengangkutan jarak
mampu mengganti air minimal 30% perhari. dekat.
Penyediaan dan pemasangan peralatan lain Jumlah benur PL 10 – 12 dalam kantong
disesuaikan dengan kebutuhan. plastik berkisar 2000 – 3000 Ind./liter DO air media angkut sampai di tempat
untuk transportasi jarak dekat tujuan minimal 4 ppm; perbandingan air
Posisi kincir yang ditempatkan di setiap sudut (pengangkutan di bawah 12 jam). dan oksigen dalam kantong plastik (wadah
agar sirkulasi oksigen merata. Sedangkan untuk transportasi jarak jauh angkut) adalah 1 : 3 untuk perjalanan
(pengangukutan > 12 jam), lebih maksimum 15 jam; apabila perjalanan lebih
diutamakan ukuran benur yang lebih kecil dari 15 jam sebaiknya dilakukan
(PL 9) dengan kepadatan dalam kantong
Tersedianya tandon air untuk perbaikan kualitas air. Tandon berfungsi sebagai media plastik berkisar 2000 – 3000 ind./liter.
pengendapan air sebelum dimasukkan ke dalam tambak pemeliharaan. Tandon dapat
dimanfaatkan untuk pemeliharaan ikan kakap, nila dan rumput laut. Komoditas tersebut Pastikan penggunaan benur bebas dari virus dan diperoleh dari pembenihan
berfungsi sebagai penyaring bahan-bahan tercemar (filter biologis) dan sebagai penghasil (hatchery) bersertifikat dan menerapkan Cara Pembenihan Ikan yang Baik
produk sampingan usaha tambak yang nilai jualnya cukup bagus. Dengan tandon tersebut (CPIB). Benih yang dihasilkan telah memenuhi kriteria SPF (Specific Pathogen
dapat menerapkan sistem sirkulasi air dalam budidaya, air bekas pemeliharaan tidak Free). Induk udang yang didatangkan dari luar negeri telah lulus uji oleh Balai
dibuang, tapi digunakan kembali (metode resirkulasi).
Karantina, minimal bebas dari WSSV, TSV, IMNV dan EMS.
15 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI | 16
b. Penebaran Benur IX. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT UDANG VANNAMEI
Padat penebaran budidaya udang Untuk mempercepat proses aklimatisasi Pengendalian hama dan penyakit dilakukan Membuang lumut di tempat khusus, bukan © WWF – Indonesia / Idham MALIK
vannamei umumnya 60 – 100 ind./m2. benur, sebaiknya pembudidaya memesan sejak persiapan tambak, pemasukan air, di petaklain atau di perairan umum.
hatchery untuk menurunkan salinitas air pemilihan benur, dan selama pemeliharaan.
Penebaran benur dilakukan setelah air di hatchery mendekati salinitas air di Aktivitas penting yang perlu dilakukan adalah Mengubur udang yang mati.
dalam tambak siap, ditandai dengan warna tambak (maksimal perbedaan salintas monitoring rutin terhadap kesehatan udang,
hijau cerah/cokelat muda. sebesar 5 ppm). kualitas air, dan tindakan pencegahan. Pemasangan biosecurity untuk menghindari
burung-burung yang dapat membawa penyakit.
Penebaran diawali dengan proses Penebaran benur dilakukan di tengah pematang, a. Pencegahan Hama dan Penyakit
aklimatisasi suhu media angkut benur dengan mengapung-apungkan kantong plastik Pagar penghalang untuk menghalau hewan
dengan cara mengapungkan kantong Tidak membuang dan mengganti air pembwa penyakit masuk ke kawasan tambak.
plastik ke perairan tambak. berisi benur ke permukaan air tambak. apabila udang yang dipelihara diketahui
terkena virus. Tindakan ini dilakukan untuk
Adaptasi salinitas dengan cara mencegah penyebaran penyakit ke perairan
memasukkan air tambak ke dalam kantong umum dan tambak lainnya.
plastik secara bertahap, hingga salinitas air
dalam kantong plastik relatif sama dengan Tumbuhan air yang diambil dari petakan
salinitas air di tambak. tambak, tidak dibuang ke petak lain atau
perairan umum karena dikhawatirkan
Pelepasan benur ke tambak dengan dapat menyebarkan penyakit.
menenggelamkan kantong plastik ke air
tambak secara perlahan. Benur keluar Udang yang sakit atau mati segera
dengan sendirinya ke air tambak. Sisa dikeluarkan dari tambak dan dicelupkan ke
benur yang tidak keluar dari kantong, larutan formalin, selanjutnya dikubur di
dibantu pengeluarannya secara hati-hati. luar area petakan tambak.
Penebaran benur tidak dilakukan pada Menerapkan biosekuriti pada seluruh
area tambak yang tidak terdapat arus (titik kegiatan dan area pertambakan, yaitu :
mati).
a) Menyiapkan bak sterilisasi bagi manusia
yang ingin masuk ke area tambak, © WWF – Indonesia / MUSTAFA
Benur keluar sendiri dari plastik, setelah air dalam plastik telah bercampur dengan air tambak. b) Membatasi akses manusia dan hewan
pembawa penyakit, antara lain kepiting,
17 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI burung, dan hewan lainnya untuk
masuk ke area tambak dengan
pembuatan pagar pembatas dari jaring
ke sekeliling tambak.
c) Pengendalian hewan berupa burung
dapat dilakukan dengan membuat
penghalau berupa tali senar di atas
tambak.
Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI | 18
b. Pembasmian Hama dan Penyakit
BAHAN PEMBASMI HAMA BERASAL DARI
BAHAN ORGANIK, SEPERTI SAPONIN
DAN AKAR TUBA (RETENON).
Penebaran saponin. Pemakaian Saponin © WWF – Indonesia / idham MALIK
Metode perhitungan aplikasi dosis Penggunaan saponin hanya saat persiapan Pestisida dilarang karena: Pestisida dapat terakumulasi dan merusak © WWF – Indonesia / WAHYUDI
pemakaian pupuk dan obat-obatan tambak. Digunakan untuk memberantas tanah dasar tambak dan memerlukan
dalam satuan ppm: ikan, telur ikan, dan keong. Saponin juga Membunuh pakan alami yang ada di dalam waktu yang panjang untuk pemulihannya.
dapat merangsang pergantian kulit udang tambak.
ppm (Part Per Million) adalah satuan 'per (molting) dan pertumbuhan alga atau Tidak menggunakan pestisida dalam
sejuta bagian', dalam penerapannya berfungsi sebagai pupuk organik. Membunuh mikroba tanah dan membunuh hama tambak.
digunakan miligram/kilogram atau menyebabkan kualitas tanah memburuk.
miligram/liter atau gram/m3. Contoh: Saponin direndam dalam wadah yang telah
untuk dosis 5 ppm berarti aplikasi disiapkan selama 6 – 12 jam, agar saponin Memperlambat laju pertumbuhan udang.
sebanyak 5 gr/m3 air atau untuk tambak larut ke dalam air tawar.
tambak 1 ha dengan ketinggian air 1 m Udang mudah terserang penyakit.
diperlukan bahan sebanyak 50 kg. Taburkan larutan saponin secara merata ke
dalam kolam, ampasnya dapat ikut Udang dapat terkontaminasi pestisida dan
Rumus ppm : kg bahan = volume air (m3) disebarkan di tambak untuk menambah kemungkinan ditolak konsumen.
x ppm yang diinginkan/1000. kesuburan tanah.
Perhitungan : luas kolam 1 ha = 10.000 Air limbah budidaya yang mengandung
m2 x 1 m (ketinggian air) = 10.000 m3, Dosis saponin 15 – 20 ppm jika salinitas 30 pestisida yang dibuang ke perairan umum
sehingga dosis 5 ppm berarti 5 gr x 10.000 ppt ke atas. Jika salinitas di bawah 30 ppt, dapat mencemari lingkungan.
= 50.000 gr = 50 kg. maka dosis saponin 25 - 30 ppm.
UNTUK PEMBASMIAN HAMA DAN PENYAKIT UDANG DI TAMBAK
Dosis untuk merangsang udang agar SEBAIKNYA TIDAK MENGGUNAKAN PESTISIDA, HAL INI SEJALAN
molting yaitu 5 – 10 ppm. DENGAN ANJURAN YANG TERCANTUM DALAM PANDUAN CBIB.
Pemakaian efektif pada siang hari.
Setelah yakin seluruh hama yang ada di
petakan tambak mati akibat saponin,
selanjutnya dilakukan pengisian air dengan
ketinggian minimal 1 m.
19 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI | 20
X. PENGELOLAAN KUALITAS AIR© WWF – Indonesia / ADITYA 1. Penambahan dan Penggantian Air PARAMETER OPTIMAL TOLERANSI
Alat untuk mengukur ketinggian air. Penambahan air dilakukan untuk DO >4 ppm >3 ppm
mempertahankan ketinggian air dalam Temperatur 28 – 320 C 26 - 350 C
Penambahan air dapat menggunakan tambak. Pergantian air dilakukan untuk Salinitas 15 – 25 ppt 0 – 35 < 35 ppt
pipa dengan saringan. mempertahankan kualitas air. pH
NH3 7,5 – 8 7 – 8,5
21 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI Penggantian air didahului dengan membuang No2- 0 ppm 0,1 – 0,5 ppm
air sekitar 10% dari total air tambak, H2S 0 ppm 0,1 – 1 ppm
kemudian menambahkan air yang berasal dari Alkalinitas 0 ppm
tandon. Air yang dimasukkan ke tambak Kecerahan 100-120 ppm 0,001 ppm
sebaiknya menggunakan selasar (pemecah Pestisida/insektisida 25-40 cm > 100 ppm
air), untuk meningkatkan kadar oksigen dan Warna air 0 ppb
menghindari naiknya bahan beracun dari Hijau kecoklatan
dasar tambak.
© WWF – Indonesia / ADITYA © WWF – Indonesia / Mustafa Pengamatan harian terhadap parameter air :
2. Pengukuran Kualitas Air
© WWF – Indonesia / Idham MALIK © WWF – Indonesia / Idham MALIK Menggunakan DO Meter untuk mengukur - Kandungan oksigen terlarut (Dissolved
Pengukuran kualitas air dapat dilakukan kandungan oksigen dalam air. Oxygen/DO), dengan menggunakan DO
secara visual, yaitu dengan melihat meter (DO > 4 ppm). Pengukuran
kecerahan-warna air dan tinggi air, atau Menggunakan salinometer untuk mengukur dilakukan pada subuh, pagi dan malam.
dengan menggunakan alat ukur kualitas air. salinitas air.
- pH diukur dengan pH meter dilakukan
Peralatan pengukur kualitas air yang harus pada pagi dan sore. pH ideal untuk
disiapkan di areal tambak minimal pH meter, pertumbuhan udang antara 7,5 – 8,5
termometer, salinometer dan DO meter. dengan fluktuasi pH harian 0,2 - 0,5.
Sedangkan pengukuran parameter kualitas air
lainnya dapat dilakukan di laboratorium. - Salinitas diukur dengan
refraktometer/salinometer, dilakukan
Parameter yang diperiksa di laboratorium sebanyak dua kali sehari dan setelah
antara lain; Total kandungan bahan organik hujan. Salinitas yang ideal untuk
(TOM), kelimpahan dan jenis plankton, total pertumbuhan udang antara 10 – 35 ppt,
bakteri, vibrio, nitrit, ammonia, total dengan fluktuasi harian tidak lebih dari 5
phosphat, alkalinitas, total padatan ppt.
tersuspensi. Pengukuran parameter kualitas
air secara laboratorium dapat dilakukan - Kecerahan air diukur dengan
secara periodik seminggu sekali. menggunakan secci disk pada pagi hari.
Kecerahan optimum air tambak yang
dipengaruhi oleh kepadatan plankton
sekitar 20 – 40 cm.
Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI | 22
g. Perubahan kualitas air yang 4. Pengendalian Air saat Hujan
menyebabkan udang molting massal
dapat diantisipasi dengan penggunaan
dolomit atau penambahan mineral.
h. Penumpukan bahan organik di dasar
tambak dapat diatasi dengan cara
disedot melalui sistem gravitasi
(siphon); selanjutnya sisa pakan
diendapkan di tandon pembuangan
(IPAL) sebelum dibuang ke perairan
3. Untuk mengurangi pengaruh sisa pakan
terhadap penurunan kualitas air dapat
menerapkan metode biofloc, dengan
menambahkan molase sebanyak 1,5% -
2% dari total pakan, dilakukan seminggu
2 kali.
ketinggian pintu air disesuaikan dengan ketinggian air di tambak,
agar saat hujan deras, air gampang melimpas melalui pintu air.
Terdapat pipa pengeluaran air untuk mencegah banjir.
Penyedotan sisa pakan menggunakan alat siphon. Sisa pakan dan kotoran di pindahkan ke tandon IPAL.
3. Pencatatan parameter kualitas air c. pH tinggi : lakukan penggantian air Perbaikan kualitas air tambak dapat didukung dengan penggunaan probiotik, tujuannya
dan Tindakan Koreksi secara bertahap. untuk memelihara air, mengendalikan mikroorganisme, mereduksi bahan organik.
Namun penggunaan probiotik harus memperhatikan spesifikasi probiotik, faktor fisik,
1. Hasil pengukuran parameter kualitas air d. Kecerahan di bawah 20 : Lakukan sumber asal dan pengaruhnya terhadap organisme asli (utamanya bakteri) di perairan.
dicatat dalam formulir pemantauan penambahan air/pengenceran. Dalam mengatasi hama tidak menggunakan pestisida dan bahan kimia lainnya.
kualitas air. Dianjurkan untuk menggunakan saponin sebagai pengganti pestisida.
e. Kecerahan di atas 40 : lakukan
2. Jika parameter kualitas air kurang pemupukan susulan. Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI | 24
optimum, maka lakukan tindakan koreksi:
f. Salinitas rendah yang menyebabkan
a. DO kurang : Tambahkan kincir, udang kram (bengkok dan berwarna
penambahan dan atau penggantian air putih) : Lakukan pemberian KCl
baru. Dalam kondisi darurat dapat dengan dosis 1 ppm.
dilakukan tindakan penambahan
hidrogen peroksida, pemberian g. Kematian Alga: Jika terjadi kematian
dilakukan secara berulang setiap 2 jam alga dan mengambang di permukaan
sampai kadar oksigen stabil. air tambak, lakukan pembersihan
dengan menyeroknya dan dibuang ke
b. pH rendah: Lakukan pengapuran
sampai pH optimum
23 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
XI. PEMELIHARAAN UDANG DAN PENGELOLAAN PAKAN Manajemen pemberian pakan yang tepat, sesuai dengan laju konsumsi dan
laju pertumbuhan yang ditentukan dengan metode sampling pertumbuhan
untuk menekan FCR (Food Conversion Ratio).
Pakan yang baik adalah pakan yang Umur Ukuran Bentuk Nomor Dosis Pakan Frek.Pakan Cek Anco
mengandung nutrisi lengkap, tidak rusak Udang (gr) Pakan Pakan (jam)
dan tidak berjamur. Sebaiknya (hari) (%) ** /Hari
menggunakan pakan dari perusahaan yang PL 10-0,1 Crumble
telah memperoleh sertifikat dari Direktorat 1 – 15 0 75-25 3 -
Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB). 1,1-2,5 Crumble 1+2 25-15 4 -
16-30
Pakan disimpan pada tempat yang
terlindung, kering, dan bebas dari hewan 31-45 2,6-5,0 Pellet 2 15-10 5 2,0-3,0
pengganggu, seperti tikus, ayam dan
serangga, karena dapat menyebabkan 45-60 5,1-8,0 Pellet 2+3 10 - 7 5 2,0-2,5
masuknya patogen ke pakan.
61-75 8,1-14,0 Pellet 3 7–5 5 1,5-2,0
Pakan diberikan pada hari pertama
penebaran, menyesuaikan dengan kebiasaan 76-90 14,1-18,0 Pellet 3+4 5–3 5 1,5-2,0
udang yang telah diberi pakan secara teratur
setiap hari di hatchery. Pemberian pakan Usus udang yang penuh dengan makanan, dan 91-105 18,1-20,1 Pellet 4 5–3 5 1,0-1,5
disesuaikan dengan ketersediaan pakan usus udang yang terputus-putus.
alami di tambak dan kondisi kesehatan 106-120 20,1-22,5 Pellet 4 4–2 5 1,0-1,5
udang. Pemberian Pakan pada Masa Pemeliharaan
Sangat Menentukan Pertumbuhan Udang Vannamei Sumber : DJPB, Jumlah persentase pakan yang diberikan dibandingkan dengan berat tubuh.
Pemberian pakan pada hari-hari awal,
menggunakan takaran tetap (blind feeding). Pemberian pakan dilakukan dengan © WWF – Indonesia / Idham MALIK Menggunakan pakan komersil dengan
Untuk populasi udang sebanyak 100.000 ketentuan : memperhatikan kandungan gizi pakan,
ekor PL, dosis pemberian pakan pada hari Tempat penyimpanan pakan yang aman. minimal kandungan protein 30%. Usahakan
pertama penebaran sebanyak dua kilogram; a. Semua kincir dimatikan 15 menit sebelum menggunakan pakan dengan sumber protein
selanjutnya jumlah pakan ditambah sekitar dilakukan penebaran pakan, dari tepung ikan yang berasal dari kegiatan
400 gram (20 persen) perhari sampai umur perikanan berkelanjutan.
30 hari. b. Pakan berbentuk tepung harus dibasahi
terlebih dahulu agar tidak terbawa angin, Kelebihan jumlah pakan yang ditebar akan
Untuk meyakinkan kecukupan dosis memperburuk kualitas air dan menyebabkan
pemberian pakan dapat dilakukan dengan c. Pakan ditebar secara merata, munculnya amoniak serta nitrit yang kurang
cara mengamati usus udang pada saat udang baik bagi udang; kadar oksigen juga akan
sudah dapat diamati dengan menggunakan d. Hindari penebaran pakan pada daerah berkurang karena digunakan dalam
anco. Apabila usus udang penuh dengan penumpukan bahan organik (titik mati). penguraian bahan organik.
makanan, berarti dosis yang diberikan telah
cukup. Frekuensi pemberian pakan pada udang © WWF – Indonesia / MUSTAFA © WWF-Indonesia / ADITYA
berumur kurang dari satu bulan, cukup 2 – 3
Jumlah pakan yang diberikan sehari-hari kali sehari, karena pakan alami masih cukup Aktivitas penebaran pakan.
tidak boleh melebihi jumlah yang disebutkan tersedia di tambak. Setelah udang berumur 30
dalam tabel pemberian pakan. hari maka frekuensi pemberian pakan
ditingkatkan menjadi 4 – 5 kali sehari dengan
menggunakan panduan anco untuk
menentukan jumlah pakan.
25 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI | 26
© WWF – Indonesia / MUSTAFA XII. PANEN DAN PENANGANAN PASCA PANEN
© WWF – Indonesia / Idham MALIK
© WWF – Indonesia / ADITYA
Aktivitas pemanenan dengan menggunakan jala.
Pengecekan pakan di anco.
Pengamatan Udang Melalui Anco Pengontrolan dilakukan 2 – 2,5 jam setelah © WWF – Indonesia / Idham MALIK
penempatan pakan di anco. Jika pakan di
Anco bermanfaat untuk memantau laju anco habis, maka dosis pakan dapat di
konsumsi pakan dan memprediksi jumlah tambah secara bertahap sampai dengan 5%
pakan yang akan ditebar selanjutnya. Anco dari total pemberian sebelumnya.
juga berfungsi untuk mengontrol kesehatan
dan pertumbuhan udang. Jumlah anco
berkisar 4 – 6 perpetak. Penggunaan anco Jika udang berumur lebih dari 30 hari, Pencucian Udang hasil panen. Proses sortir udang hasil panen.
untuk pengontrolan pakan dilakukan setelah pemeriksaan pakan di anco dilakukan
udang berumur 20 hari. Kegiatan ini diawali sekitar 30 menit setelah penempatan pakan 1. Panen
dengan pemberian sedikit pakan di anco di anco.
untuk membiasakan udang makan di anco. Udang dapat dipanen setelah memasuki ukuran pasar (100 – 30
Jika pakan di anco tidak habis, dosis ind./kg). Untuk mendapatkan kualitas udang yang baik, sebelum
Apabila udang telah terbiasa makan pakan pemberian pakan selanjutnya dikurangi panen dapat dilakukan penambahan dolomit untuk mengeraskan kulit
di anco, selanjutnya jumlah pakan yang sebanyak 10 - 20%. udang dengan dosis 6 - 7 ppm. Selain dolomit juga dapat menggunakan
ditempatkan di anco sebanyak 0,5% dari kapur CaOH dengan dosis 5 – 20 ppm sehari sebelum panen untuk
jumlah alokasi pakan yang diberikan. menaikkan pH air hingga 9 agar udang tidak molting.
FCR (Food Convertion Ratio / Rasio Konversi Pakan) Panen udang dapat dilakukan secara parsial atau panen total. Panen
Jumlah total berat pakan buatan dibandingkan dengan jumlah berat total udang hasil panen. parsial dilakukan pada pagi hari untuk menghindari udang molting dan
FCR yang umum antara 1,2 – 1,5. DO rendah. Udang telah mencapai ukuran 100 ind./kg (dipanen
Semakin kecil nilai FCR maka semakin besar keuntungan yang diperoleh. Pengeluaran tertinggi sebanyak 20 - 30% dari jumlah udang).
dalam budidaya udang vannamei adalah untuk pakan (sekitar 60%).
Untuk meningkatkan penyerapan nutrisi dan daya tahan (immunostimulan) udang vannamei,
dapat dilakukan penambahan feed additive dan vitamin-mineral dengan dosis sesuai anjuran.
Pemberian feed additive dilakukan setiap hari bersama pemberian pakan, sebaiknya pemberian
dilakukan pada siang hari (nafsu makan paling tinggi).
27 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI | 28
© WWF – Indonesia / MUSTAFA Panen parsial berikutnya pada ukuran 80 © WWF – Indonesia / Idham MALIK XIII. PENCATATAN KEGIATAN BUDIDAYA Catat kegiatan sehari-hari selama masa
hingga 60 ind/kg. Panen parsial dilakukan budidaya dalam buku. Informasi
© WWF – Indonesia / MUSTAFA menggunakan jala kantong yang baik Pencatatan berat udang. tersebut terdiri dari :
sehingga udang yang tertangkap tidak mudah
terlepas; dasar tempat penjalaan harus keras Rincian persiapan budidaya.
serta tidak berlumpur agar lumpur tidak Informasi mengenai kualitas benih.
mudah teraduk. Untuk memancing udang Nama hatchery.
berkumpul, maka dilakukan pemberian pakan Tanggal penebaran benih.
pada tempat penjalaan. Perawatan tanah dan lahan.
Tanggal dan jumlah tebar pupuk.
Panen total biasanya ketika udang telah Tanggal dan jumlah tebar kapur.
mencapai ukuran 40 ind./kg. Panen total Pergantian air.
dilakukan dengan menggunakan jaring Jumlah dan pengamatan terhadap penyakit
kantong yang dipasang pada pintu air, dan udang mati.
kemudian dilanjutkan dengan jaring tarik Kualitas air, diantaranya: warna air, pH,
(jaring arad). Udang yang masih tersisa dapat alga dan lain-lain.
diambil menggunakan tangan. Pengeringan Tanggal panen.
air untuk panen total dilakukan dengan cepat Pengeluaran atau belanja yang dikeluarkan
untuk menghindari udang molting.Waktu untuk masing-masing.
pemanenan maksimal 3 jam, lebih dari itu Kegiatan budidaya lainnya.
udang akan stress.
Lapisan udang dan es dalam cool box. TAMBAHAN :
Agar udang yang dipanen dapat terjaga
PENGERINGAN AIR UNTUK PANEN kualitasnya, sebelum panen harus Catatan pakan, catatan pakan di anco,
TOTAL DILAKUKAN DENGAN CEPAT UNTUK dipersiapkan wadah/tempat udang, air dan es feed additive : vitamin C, omega 3,
dengan jumlah yang cukup dan menjaga dolomit, urea.
MENGHINDARI UDANG MOLTING kebersihannya.
Udang yang telah dipanen dicuci dengan air
bersih dan dibenamkan dalam wadah yang
berisi air es dengan suhu - 4 oC, kemudian
dibawa ke tempat penampungan untuk
dilakukan sortir.
2. Pasca Panen
1. Udang yang telah disortir berdasarkan
kualitas dan ukuran tersebut ditiriskan
kemudian ditimbang.
2. Memasukkan udang ke dalam wadah
dengan rapi, lalu tambahkan es curah
dengan perbandingan 1 : 1. Model
penyusunan udang berlapis-bertumpuk
(antara es-udang-es-udang-es).
29 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI | 30
XIV. ASPEK SOSIAL USAHA BUDIDAYA
Catatan Penebaran Benur:
NO TANGGAL TEBAR JENIS JUMLAH ASAL (HATCHERY) © WWF – Indonesia / MUSTAFA
(EKOR ATAU KG) DAN JUMLAH EKOR
PERKANTONG
Catatan monitoring kondisi udang vannamei
PEMBE- PERGANTIAN AIR
RIAN
TANGGAL UMUR UKURAN KEAKTIF- TINGGI
& JAM UDANG PAKAN AN UDANG AIR
MASUK BUANG
Memperkerjakan tenaga anak di bawah umur tidak dianjurkan.
Catatan monitoring kualitas air
KUALITAS AIR PERLAKUAN Jangan menggunakan tenaga kerja anak- Tenaga kerja harus diberikan hak
pH DO SALINITAS anak yang masih usia sekolah, disesuaikan berasosiasi atau berorganisasi, misalnya
WARNA AIR SUHU JENIS JUMLAH dengan ketentuan ILO dan peraturan kelompok masyarakat, karang taruna,
ketenagakerjaan di Indonesia. ormas, dan lain-lain. (tenaga kerja aktivitas
Catatan Panen rumput laut bersifat temporer). Hak
Tidak boleh ada pemaksaan dalam berasosiasi dan berorganisasi tidak
NO TANGGAL PANEN JENIS JUMLAH UKURAN HARGA/Kg TOTAL melakukan pekerjaan dan harus relevan).
(Ekor/Kg) PENJUALAN memperhatikan waktu kerja sesuai
(Kg) peraturan yang berlaku. Usaha budidaya yang dilakukan harus
memperhatikan aspek sosial budaya
Memperhatikan keselamatan dan masyarakat untuk menjaga hubungan
kesejahteraan pekerja. dengan tetangga atau masyarakat sekitar.
Misalnya jika ada hari keagamaan, acara
Tindakan disiplin atau sanksi yang adat dan atau kerja bakti, semua harus
diberikan kepada pekerja yang melanggar berpartisipasi.
aturan kesepakatan, harus melalui
Diskriminasi tenaga kerja harus dihindari.
31 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI | 32
XV. MENJAGA LINGKUNGAN DI KAWASAN BUDIDAYA JAGALAH LINGKUNGAN BUDIDAYA UNTUK KEBERLANJUTAN USAHA BUDIDAYA ANDA !
Menjaga dan memelihara ekosistem © WWF – Indonesia / Idham MALIK Tidak membuang sampah di sekitar tambak
mangrove yang sudah ada di lokasi sekitar dan saluran air, sebab akan mencemari
tambak, seperti pinggiran sungai dan pantai. Banyaknya limbah rumah tangga di saluran lingkungan.
air dapat menyebabkan penurunan
Mengupayakan hutan mangrove di pantai kualitas air tambak.. Dilarang membuang limbah beracun,
memiliki lebar minimal 150 meter dari lokasi berbahaya dan berbau. Contoh limbah B3 :
budidaya atau 130 x pasang surut (KLH). oli, mercury dari baterai.
Menanami saluran air tambak dengan Dilarang membuang udang atau ikan yang
mangrove jenis tertentu sesuai dengan kisaran terkena penyakit ke perairan umum
salinitas, misalnya air laut dengan Avicennia (saluran air dan pantai) karena dapat
sp, air payau dengan Rhizophora sp. menyebarkan penyakit ke tambak lainnya.
Melakukan monitoring terhadap kondisi Tidak melakukan pembasmian rumput
mangrove yang ditanam. dengan herbisida pada tanggul selama
proses pemeliharaan udang.
Melakukan monitoring terhadap limbah hasil
budidaya. Penerapan IPAL dapat Hindari penggalian tanah dasar tambak
mendegrasi/mengatasi sekitar 20 – 30% selama masa pemeliharaan karena bisa
limbah budidaya. Penerapan IPAL dapat berakibat pada meningkatnya kandungan
dilakukan dengan menyediakan 1 petak zat besi/pyrit tanah dan menurunkan pH
tandon pengolahan limbah untuk tiga petak tanah.
budidaya udang vannamei.
Kegiatan menanam mangrove. PERLAKUKAN HEWAN DI SEKITAR LOKASI BUDIDAYA SECARA ETIS !
Tandon disesuaikan dengan karakteristik
lahan. Tandon 40 – 50% kawasan tambak, Prosedur penanganan hewan budidaya di sekitar lokasi
yaitu 1 : 1, dimana satu tandon untuk satu budidaya tidak boleh secara lethal atau mematikan.
tambak atau dapat pula dengan perbandingan
40% tandon inlet, 30% tambak, dan 30% Aturan yang berkaitan dengan perlindungan hewan-hewan
UPL. langka :
MENANAMI SALURAN AIR TAMBAK DENGAN MANGROVE UU. No. 5 tahun 1990 : Konservasi Sumber Daya Alam
JENIS TERTENTU SESUAI DENGAN KISARAN SALINITAS, Hayati dan Ekosistemnya.
MISALNYA AIR LAUT DENGAN AVICENNIA SP, AIR PAYAU
DENGAN RHIZOPHORA SP. UU. No. 7 tahun 1999 : Contoh jenis satwa yang
dilindungi dalam Appendix I CITES.
33 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI * Bekantan (Nasalis larvatus)
* Ibis (Bubulcus ibis)
* Penyu
* Buaya jenis tertentu (Crocodylus sp)
* Biawak (Varanus sp).
Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI | 34
XVI. ANALISA USAHA VANNAMEI SISTEM SEMI INTENSIF
Investasi Analisa Produksi Budidaya Udang Vannamei
NO KOMPONEN BIAYA (Rp) UMUR TEKNIS PENYUSUTAN BIAYA/ NO KOMPONEN SATUAN HASIL
2 siklus/tahun SIKLUS (Rp) 0,5
1. Sewa lahan 0,5 Ha/tahun Rp. 3.000.000 2 siklus/tahun 1.500.000 1. Luas Lahan Ha 99
10 siklus 10.000.000 2. Padat tebar Ekor/m2 495.000
2. Perbaikan konstruksi/unit Rp. 20.000.000 10 siklus 2.000.000 3. Jumlah tebar Ekor 120
6 siklus 3.500.000 4. Lama pemeliharaan hari 81
3. Mesin, pompa & kelengkapan Rp. 20.000.000 2 silklus/tahun 500.000 5. Kelangsungan hidup % 400.950
2 siklus 350.000 6. Populasi Ekor 28,57
4. Kincir air & kelengkapannya Rp. 35.000.000 2 siklus 300.000 7. Berat rata-rata perekor Gram/ekor 35
75.000 8. Size udang Ekor/kg 11.455,14
5. Rumah jaga & gudang Rp. 3.000.000 18.225.000 9. Biomassa produksi Kg 1,3
11. FCR Akhir -
6. Jala udang & timbangan Rp. 700.000 60.000
687.308.400
7. Jembatan Anco Rp. 600.000 325.915.960
361.392.440
8. Anco Rp. 150.000
Total Rp. 82.450.000
Biaya Operasional Budidaya Udang Vannamei 12. Harga jual per Kg udang Rp./Kg
13. Total pendapatan Rp.
Rp.
Total Pengeluaran
NO KOMPONEN KEBUTUHAN HARGA (Rp) JUMLAH (Rp) Keuntungan
A Bahan Kimia dan Pupuk 500 kg 500 250.000
CaO 50 kg 700 35.000
CaMgCO3 (Dolomit) 40 kg 1.800 72.000
Urea 10 kg 2000 20.000
SP36 125 kg 4000
Saponin 100 Liter 11.500 500.000
Probiotik 1 (cair) 8 kg 450.000 1.150.000
Probiotik 2 10 Kg 19.000 3.600.000
Omega P 15 kg 150.000
Vitamin 6000 kg 110 190.000
Pupuk Organik 10 Unit 2.128.896 2.250.000
495.000
B Elektrik 11.769 kg 37 660.000
C Benur 2 orang 15.000 21.288.960
D Pakan 9.300.000 18.315.000
E Tenaga Kerja 176.535.000
18.600.000
Total 243.465.960
35 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI | 36
DAFTAR PUSTAKA PENYUSUN & EDITOR BMP
TIM PERIKANAN WWF-INDONESIA
Edhy, Wayan Agus. Kamaluddin, Azhary, Januar Pribadi, Chaeruddin, 2000. Budidaya Udang
Putih (Litopenaeus vannamei. Boone, 1931), CV. Mulia Indah, Jakarta. Idham Malik, Seafood Savers Officer for Aquaculture
([email protected])
Gunarto, Usman, Abdul Mansyur, Nur Ansari Rangka, 2011. Budidaya Udang Vaname Intensif Mulai aktif berkecimpung pada isu lingkungan pesisir semenjak masa kuliah di Universitas
Sistem Bioflok, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros. Hasanuddin, Jurusan Perikanan. Idham bergabung di WWF-Indonesia semenjak Mei 2013 dan
bertanggung - jawab untuk pengembangan dan implementasi BMP Perikanan Budidaya di wilayah
Malik, I. 2013. Laporan Observasi Lapangan Tambak Udang Vanamei SemiIintensif di Sulawesi Selatan dan sekitarnya dengan melibatkan berbagai tingkatan pemangku-kepentingan,
Kabupaten Barru dan Pangkep, Propinsi Sulawesi Selatan. mulai dari pembudidaya skala kecil, industri, akademisi, dan pemerintah.
Mansyur, Abd, Markus Mangampa, Hidayat Suryanto, Brata Pantjara, Rahmansyah, 2012. Wahju Subachri. Senior Fisheries Officer.
Strategi Pengelolaan Pakan Pada Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei), Balai Riset ([email protected])
Perikanan Budidaya Air Payau, Maros. Wahju berpendidikan Budidaya Perairan dari Universitas Hang Tuah dan bergabung di WWF-
Indonesia sejak bulan November 2010. Tanggung jawab utama Wahju adalah mengembangkan dan
Mustafa, Akhmad. Irmawati Sapo, Mudian Paena, 2010. Studi Penggunaan Produk Kimia dan memastikan implementasi Aquaculture Improvement Program (AIP) pada berbagai wilayah prioritas
Biologi pada Budidaya Udang Vaname di Tambak Kab. Pesawaran, Lampung, Balai Riset WWF-Indonesia. Sebelum di WWF-Indonesia, Wahju pernah bekerja di perusahaan budidaya dan
Perikanan Budidaya Air Payau, Maros. spesialisasi bidang budidaya lebih dari 15 tahun.
WWF-Indonesia. 2011. Better Management Paractices. Budidaya Udang Windu, Dengan M. Yusuf, Fisheries Science and Training Coordinator
Pemberian Pakan Tanpa Aerasi. Jakarta. ([email protected])
Alumni Perikanan dan Manajemen Lingkungan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Bergabung di
Dapatkan Juga Serial Panduan – Panduan Praktik Budidaya Lainnya, Yaitu : WWF-Indonesia mulai bulan Februari 2009. Sejak tahun 2000, aktif di LSM lokal bidang perikanan di
Makassar, klub selam kampus, kegiatan penilaian AMDAL, dan perusahaan export rumput laut.
1. Budidaya Udang Windu, Sistem Tradisional dan 6. Budidaya Rumput Laut Gracilaria verrucosa Tugasnya di WWF-Indonesia untuk pengembangan semua panduan perikanan (BMP) dan
Semi Intensif 7. Budidaya Ikan Bandeng (Chanos chanos) pengembangan kapasitas stakeholder.
8. Budidaya Ikan Patin (Pangasius sp.)
2. Budidaya Ikan Kerapu, Sistem Karamba Jaring 9. Budidaya Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, bloch) Nur Ahyani. Seafood Savers Officer for Aquaculture
Apung (KJA) ([email protected])
pada Karamba Jaring Apung dan Di Tambak Bergabung di WWF-Indonesia sejak bulan Februari 2013. Nur bertanggung jawab dalam
3. Budidaya Ikan Nila, Sistem Karamba Jaring Apung 10. Budidaya Kerang Mata Tujuh – Abalone (Haliotis sp.) pengembangan praktik budidaya berdasarkan Better Management Practices (BMP) dan
(KJA) 11. Budidaya Kerang Hijau (Perna viridis) Aquaculture Stewardship Council (ASC) di wilayah NTB, NTT, dan Bali. Sebelum di WWF-Indonesia,
Nur banyak terlibat aktif dalam penguatan masyarakat pesisir dan pembudidaya di Aceh dan Nias.
4. Penanaman Mangrove pada Kawasan Budidaya Dia berpendidikan S2 Budidaya dari Ghent University - Belgia.
Tambak Udang
Candhika Yusuf, National Aquaculture Program Coordinator
5. Budidaya Rumput Laut Kotoni (Kappaphycus ([email protected])
alvarezii), Sacol (Kappaphycus striatum), dan Candhika terlibat pada kegiatan konservasi kelautan dan perikanan berkelanjutan sejak kuliah di
Spinosum (Eucheuma denticulatum) Kelautan Universitas Diponegoro, Semarang. Dia bergabung di WWF-Indonesia pada tahun 2009
sebagai Fisheries Officer di Berau dan sebagai Koordinator Nasional Program Aquaculture pada
Selain panduan praktik perikanan budidaya, WWF-Indonesia juga menerbitkan panduan lainnya tentang tahun 2011. Tugasnya sekarang adalah memastikan implementasi Program Pengembangan
Perikanan Tangkap, Perikanan Tangkapan Sampingan (Bycatch), Wisata Bahari, Kawasan Konservasi Perairan. Akuakultur untuk 11 komoditi.
Untuk keterangan lebih lanjut dan mendapatkan versi elektronik dari seluruh panduan tersebut, silahkan Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI | 38
kunjungi www.wwf.or.id
37 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI