BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK ➢ TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Peserta didik mampu menganalisis tentang bahaya pengunaan senyawa Psikotropika terhadap Kesehatan diri, lingkungan dan Masyarakat. 2. Peserta didik mampu menganalisis dampak dari penggunaaan zat Psikotropika (Nafza) 3. Peserta didik mampu mengelompokkan jenis-jenis Psikotropika ➢ Model Pembelajaraan : Problem-Based Learning berbasis media ➢ Materi Pernahkah kamu mendengar tentang NAPZA? Istilah satu ini sering disebutkan di berita maupun penyuluhan di institusi pendidikan dan sebagainya. Sejatinya, NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya. NAPZA mengacu pada kelompok senyawa yang dapat mengakibatkan tumbuhnya kecanduan. Untuk kamu yang penasaran, mari belajar lebih dalam mengenai NAPZA, mulai dari pengertian, jenis, hingga bahaya penyalahgunaannya. Pengertian NAPZA Dilansir laman HPM Universitas Gadjah Mada, NAPZA adalah zat adiktif yang dapat mengakibatkankan kecanduan. Apabila masuk ke dalam tubuh, NAPZA dapat mengakibatkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosial karena mempengaruhi kerja otak dan saraf pusat. NAPZA terdiri atas narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya, baik zat alami maupun sintetis. Contoh dari narkotika adalah codein, opium, dan LSD. Sedangkan contoh psikotropika diantaranya adalah sabu-sabu, ekstasi, dan demerol. Terakhir, contoh dari zat adiktif adalah kafein, nikotin, dan alkohol. Meski dapat mengakibatkan kecanduan, NAPZA sebenarnya banyak digunakan dalam keperluan medis. NAPZA adalah bahan utama anestetik (obat bius) lokal yang digunakan selama operasi mata, hidung, dan juga tenggorokan. Namun, banyak yang menyalahgunakan pemakaian NAPZA, sehingga dapat berakibat buruk bagi kesehatan. NAPZA yang digunakan secara berlebihan dapat berakibat negatif bagi kesehatan, seperti gangguan jantung, hati, saraf, dan lain-lain. Jenis-jenis NAPZA Sesuai dengan namanya, NAPZA terdiri atas zat narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Mengutip laman RS Universitas Udayana, jenis-jenis NAPZA adalah sebagai berikut.
1. Narkotika Jenis NAPZA yang pertama adalah narkotika. Narkotika merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman dan organisme lainnya, baik secara sintetis maupun semi sintetis. Narkotika dapat mengakibatkan penurunan kesadaran sehingga biasanya digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dalam dunia medis. Meski begitu, menurut UU RI No. 22 tahun 1997, narkotika dapat dapat menimbulkan ketergantungan apabila digunakan secara berlebihan dan tanpa pengawasan medis. Terdapat 3 golongan narkotika, yakni sebagai berikut. Golongan I Narkotika golongan I adalah narkotika yang biasa digunakan dalam ilmu pengetahuan dan tidak boleh digunakan dalam terapi. Narkotika jenis ini memiliki potensi ketergantungan yang sangat tinggi. Beberapa contoh narkotika golongan I adalah kokain, heroin, dan ganja. Golongan II Narkotika golongan II adalah narkotika yang digunakan dalam bidang medis sebagai obat dan terapi. Selain itu, narkotika jenis ini juga dipakai dengan tujuan pengembangan ilmu pengetahuan. Sama seperti golongan I, golongan II juga memiliki potensi ketergantungan sangat tinggi. Beberapa contoh narkotika golongan II adalah morfin dan petidin. Golongan III Narkotika golongan III adalah narkotika yang biasa digunakan sebagai obat dan untuk terapi. Narkotika ini juga sering digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Berbeda dengan golongan II, golongan III ini memiliki potensi ketergantungan yang rendah. Contoh narkotika golongan III adalah kodein. 2. Psikotropika Jenis lain dari NAPZA adalah psikotropika. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis yang tidak termasuk narkotika dan memiliki khasiat psikoaktif. Psikotropika mempengaruhi susunan saraf pusat yang mengakibatkan perubahan perilaku dan aktivitas mental. Terdapat beberapa golongan psikotropika, yakni sebagai berikut. Golongan I Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang biasa digunakan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan untuk terapi. Psikotropika golongan I ini memiliki ketergantungan yang cukup kuat. Contoh psikotropika golongan I adalah ekstasi.
Golongan II Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang banyak digunakan untuk pengobatan dan terapi. Psikotropika jenis ini cenderung memiliki sifat ketergantungan kuat. Contoh dari psikotropika golongan II adalah amphetamine. Golongan III Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang digunakan sebagai obat dan terapi. Berbeda dengan golongan lainnya, psikotropika golongan III memiliki sindrom ketergantungan menengah, Contoh psikotropika golongan III adalah phenobarbital. Golongan IV Psikotropika golongan IV adalah yaitu psikotropika yang biasanya digunakan dalam dunia medis dan pengembangan ilmu pengetahuan. Psikotropika jenis ini memiliki sifat ketergantungan yang rendah. Contoh dari psikotropika golongan IV adalah Diazepam dan Nitrazepam. 3. Zat Adiktif Jenis terakhir dari NAPZA adalah zat adiktif. Zat adiktif adalah zat yang berpengaruh secara psikoaktif diluar zat narkotika dan psikotropika. Zat adiktif meliputi hal-hal berikut. Alkohol Alkohol adalah salah satu zat adiktif. Alkohol mengandung etanol etil alkohol yang mampu menekan susunan saraf pusat. Terdapat tiga jenis minuman beralkohol, yakni sebagai berikut. Golongan A dengan kadar etanol 1-5% Golongan B dengan kadar etanol 5-20% Golongan C dengan kadar etanol 20-45% Inhalasi Inhalasi merupakan zat berwujud gas atau solven (zat pelarut) yang mudah menguap. Inhalasi terdapat terdapat pada benda-benda yang dipakai sehari-hari di rumah, kantor dan sebagainya. Gejala Penyalahgunaan NAPZA Menurut skripsi karya Nurhanifah yang dikutip dari Universitas Muhammadiyah Ponorogo, beberapa gejala penyalahgunaan NAPZA yang dapat berujung pada kecanduan adalah sebagai berikut.. 1. Gejala Pasien Pengguna Zat Sedatif Hipnotik Gejala pasien pengguna zat sedatif hipnotik adalah sebagai berikut. Menurunnya sifat menahan diri Jalan tidak stabil Koordinasi motorik menurun
Bicara menjadi cadel Kurang perhatian Sangat gembira dan tiba-tiba menjadi depresi Meningkatnya rasa kepercayaan diri berlebihan 2. Gejala Pasien Pengguna Ganja Gejala pasien pengguna ganja adalah sebagai berikut. Kontrol diri menghilang Euforia ringan Menurunnya motivasi diri 3. Gejala Pasien Pengguna Alkohol Gejala pasien pengguna alkohol adalah sebagai berikut. Sering murung dan pendiam Kontrol diri menurun Agresif Koordinasi motorik terganggu Partisipasi dalam dunia sosial menurun Bicara menjadi kacau dan cadel 4. Gejala Pasien Pengguna Opioid Gejala pasien pengguna opioid adalah sebagai berikut. Mengantuk Bicara cadel Koordinasi motorik terganggu Acuh terhadap lingkungan Menjadi manipulative 5. Gejala Pasien Pengguna Kokain Gejala pasien pengguna kokain adalah sebagai berikut. Hiperaktif Iritabilitas Halusinasi Sangat tegang Insomnia Sering membesar-besarkan sesuatu Kejang dan paranoid apabila dalam keadaan overdosis Efek Penyalahgunaan NAPZA NAPZA adalah zat adiktif yang berbahaya bagi tubuh apabila dikonsumsi terus menerus. Simak beberapa efek penyalahgunaan NAPZA berikut ini. Terganggunya sistem neurotransmitter pada susunan saraf di otak yang mengakibatkan gangguan mental dan perilaku penderita. Terganggunya fungsi kognitif (pikiran), afektif (perasaan dan emosi), psikomotor (perilaku), dan aspek sosial. Kerusakan organ dalam tubuh
Kematian Pengobatan Penyalahgunaan NAPZA Sejatinya, terdapat 2 upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi penyalahgunaan NAPZA, yakni melalui terapi dan rehabilitasi. Teknik pengobatan penyalahgunaan NAPZA adalah sebagai berikut. 1. Rehabilitasi Rehabilitasi adalah upaya memulihkan kondisi pecandu NAPZA hingga kembali sehat secara fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. Terdapat beberapa tahap rehabilitasi yang biasanya dilakukan, yakni sebagai berikut. Pemeriksaan yang dilakukan dokter untuk melihat tingkat kecanduannya Detoksifikasi untuk membersihkan racun akibat penyalahgunaan NAPZA Stabilisasi untuk pengobatan jangka panjang Komunikasi secara rutin untuk pemulihan secara mental 2. Terapi Terapi adalah upaya untuk mengurangi gejala putus zat, yang biasanya dilakukan dengan cara berikut ini. Detoksifikasi tanpa substitusi, di mana pasien tidak diberi obat untuk menghilangkan gejala putus zat tersebut. Detoksifikasi dengan substitusi, di mana pasien diberikan obat untuk membantu mengurangi gejala putus zat, seperti kodein, metadon, dan buprenorfin. Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA Mengingat dampaknya yang sangat berbahaya bagi kesehatan, perlu dilakukan upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA. Upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA adalah sebagai berikut. Jangan tergoda untuk menggunakan NAPZA, sekalipun diajak oleh orang-orang terdekat. Pelajari lebih dalam mengenai efek samping dan bahaya negatif penyalahgunaan NAPZA. Jaga pergaulan, jangan sampai jatuh ke dalam pergaulan bebas. Ikuti kegiatan yang bersifat positif bagi tubuh, seperti berolahraga. Ingat bahwa ada hukum keras yang menjerat pengguna dan pengedar narkoba. Jangan gunakan narkoba sebagai jalan keluar permasalahan. Jalin komunikasi yang baik dengan keluarga dan sahabat. Itulah dia beberapa hal seputar NAPZA, mulai dari jenis-jenis hingga bahaya penyalahgunaannya. NAPZA adalah sekumpulan zat adiktif yang dapat bersifat toxic bagi tubuh apabila dikonsumsi terus menerus. Teruslah waspadai bahaya penyalahgunaan NAPZA yang berlebihan. Sejarah Penggunaan NAPZA Berdasarkan sejarahnya, NAPZA sebenarnya sudah digunakan sejak jaman dahulu kala. Pada tahun 2000 Sebelum Masehi di Sumeria, tumbuhan Papaver Somniferum yang sekarang menjadi sumber opium, sebenarnya sudah banyak dikenal.
Dahulu, orang-orang menggunakan serbuk sari dari opium ini untuk menghilangkan rasa sakit. Mereka juga menggunakannya untuk berburu karena serbuk sari tersebut bisa membius hewan-hewan buruan. Kemudian, pada tahun 330 Sebelum Masehi di India, tumbuhan candu digunakan sebagai bahan konsumsi yang dapat memberikan efek relaksasi. Dari sejarah NAPZA tersebut, jika digunakan secara semestinya, NAPZA ternyata memiliki manfaat positif, ya, Pahamifren. Sebenarnya zat psikotropika ini banyak manfaatnya dalam dunia medis atau kedokteran, tapi kalau penggunaannya disalahgunakan atau melebihi dosis yang dianjurkan, malah akan menghasilkan efek yang sangat berbahaya, terutama bagi kesehatan penggunanya. Penggolongan NAPZA Berdasarkan efek yang dihasilkan, NAPZA dapat dibagi ke dalam 3 golongan, yaitu stimulan, depresan, dan halusinogen. Kita bahas satu-persatu, yuk, Pahamifren. Stimulan Sesuai dengan namanya, stimulan menyebabkan organ tubuh seperti otak dan jantung terangsang untuk bekerja lebih cepat, sehingga menyebabkan efek ketagihan bagi para penggunanya. Penggunaan stimulan dalam jangka pendek dapat memberikan efek senang dan gembira, tapi kalau digunakan dalam jangka panjang, zat ini dapat menyebabkan kerusakan otak dan sistem organ. Senyawa yang termasuk stimulan adalah: • Kokain Kokain dapat memicu otak untuk melepaskan dopamin, serotonin, norepinephrine, yang memicu metabolisme sel. • Amfetamin Amfetamin mengaktifkan sel di otak dan meningkatkan neurotransmitter. Penggunaan senyawa ini secara terus-menerus dapat mengakibatkan fungsi organ dan menimbulkan gejala depresi. • Alkohol Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan efek lelah, bahkan kematian pada sel otak. • Ekstasi Ekstasi dapat menstimulasi otak untuk melepaskan serotonin yang mengakibatkan aktivitas fisik melebihi batas kemampuan. Penghentian penggunaan ekstasi akan menyebabkan depresi, insomnia, cemas, dan gangguan memori. • Kafein Konsumsi kafein yang terlalu banyak dapat merusak pola tidur, meningkatkan kerja jantung, serta gangguan fungsi hati. Kafein dapat ditemukan pada kopi dan teh.
Jadi, saat tubuh terasa lelah, misalnya seperti saat kamu habis lari maraton, tubuh kamu akan menghasilkan zat adenosin. Saat reseptor di otak kamu bertemu dengan adenosin, otak kamu akan tahu kalau kamu sedang lelah dan akan menyuruh kamu untuk beristirahat. Sayangnya, banyak pengguna narkotika yang sebenarnya mengetahui bahaya senyawa psikotropika, yang justru mengindahkannya. Karena sudah kecanduan dengan zat stimulan, mereka cenderung tidak pernah merasa kelelahan. Lama kelamaan, reseptor pada otak akan mengalami kerusakan. Yang seharusnya menerima sinyal kelelahan, karena efek zat adiktif tadi, tubuh pengguna narkotika akan lebih berenergi saat lelah. Nah, saat konsumsi zat ini diberhentikan, reseptor akan berikatan dengan banyak adenosin lagi yang akan menyebabkan tingkat kelelahan jadi lebih tinggi. Saat itulah para pengguna NAPZA akan merasa lebih banyak merasa lebih banyak membutuhkan zat stimulan tersebut. Jadinya mereka kecanduan. Lain lagi ceritanya kalau zat stimulan masuk ke aliran darah. Zat tersebut akan meningkatkan aliran darah, sehingga jantung akan bekerja lebih cepat. Coba bayangkan kalau biasanya kalian lari 1 km setiap hari, lalu dinaikin levelnya jadi 10 km per hari, pasti bakalan lelah banget, kan? Sama saja seperti organ manusia kalau terus ditingkatkan kinerjanya. Organ tersebut akan lelah, rusak, dan bisa-bisa menyebabkan kematian sel organ. Salah satu contoh yang dekat dengan keseharian kita adalah kopi. Kamu pasti pernah minum kopi, nah, kalau kamu habis minum kopi, badan kamu terasa lebih berenergi dan nggak ngantuk. Itu karena kopi mengandung kafein yang merupakan zat stimulan. Tapi jumlah kafein dalam kopi masih bisa ditoleransi kok. Satu gelas kopi mengandung lebih dari 150 mg kafein. Sedangkan, batas normal konsumsi kafein adalah 150 mg/kg berat badan. Artinya, kalau berat badan kamu 50 kg, kamu bakalan overdosis kalau minum lebih dari 50 gelas kopi perhari. Siapa juga yang sanggup minum 50 gelas kopi sehari ya kan? Depresan Golongan NAPZA kedua berdasarkan efeknya adalah golongan depresan atau penenang. Zat depresan ini akan menekan atau mengurangi fungsi neuron dalam sistem saraf pusat sehingga menyebabkan aktivitas sel otak pemakainya jadi melambat atau tertidur. Senyawa yang termasuk golongan depresan adalah: • Opium Opium berasal dari tumbuhan Papaver Somniferum. Pada dosis tinggi, opium dapat menyebabkan tekanan jantung, gangguan sistem pernafasan, penurunan fungsi hati, bahkan kematian. • Barbiturat Barbiturat digunakan sebagai obat penenang. • Alkohol
Dalam dosis tinggi, alkohol dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, gangguan sistem saraf, dan kerusakan jantung. • Ganja Ganja digunakan sebagai obat pereda rasa sakit, tapi dalam efek berlebihan akan menurunkan tingkat konsentrasi, kecemasan, dan daya tangkap berkurang. Mari ambil contoh minuman beralkohol. Bila seseorang mengkonsumsi minuman beralkohol dalam jumlah yang banyak, alkohol dalam tubuh orang tersebut akan mendorong neurotransmitter yang bernama gamma-aminobutyric acid (GABA) untuk terus berikatan dengan reseptornya di dalam otak orang tersebut. Saat hal ini terjadi, jalur ion klorida yang bermuatan negatif akan terbuka, sehingga ion ini akan masuk ke sel otak orang tersebut. Hasilnya, aktivitas sel otak orang tersebut akan menurun dan hal ini bisa menekan atau menghilangkan rasa sakit, takut atau gelisah dalam diri orang tersebut. Semakin banyak alkohol atau zat depresan lain yang dikonsumsi oleh seseorang, seperti obat penenang atau obat tidur, maka GABA akan semakin lama berikatan dengan reseptornya. Ini berarti akan semakin banyak juga ion klorida negatif yang masuk ke sel otak. Apabila pemakaiannya dihentikan, otak akan kehilangan keseimbangan dan menyebabkan tubuh gemetar, muncul rasa takut berlebihan, sehingga pemakainya akan terus-menerus ketagihan untuk menggunakan zat depresan ini. Itulah mengapa orang yang sudah kecanduan selalu merasakan efek ketagihan. Namun, penggunaan dalam jangka panjang akan membuat ion klorida negatif yang masuk ke sel otak menjadi racun dan menyebabkan kerusakan pada otak, penurunan kerja jantung, gangguan sistem pernapasan, koma bahkan kematian. Halusinogen Golongan NAPZA terakhir adalah halusinogen. Halusinogen dapat memicu otak untuk melepaskan serotonin sehingga menimbulkan efek halusinasi yang mempengaruhi emosi dan pikiran berlebihan seolah semua yang dilihat adalah nyata. Senyawa yang termasuk halusinogen adalah: • Ganja Ganja dapat menimbulkan rasa senang berkepanjangan. Tanaman ganja biasanya dibuat menjadi rokok mariyuana. • Lysergic acid diethylamide (LSD) • Psilocybin dan Psilocin Kedua senyawa ini terdapat pada jamur kotoran sapi atau Panaeolus Cyanescens. • Meskalin Meskalin terdapat pada tanaman kaktus Lophophora Williamsii
Efek Halusinogen Sesuai namanya, senyawa halusinogen membuat kamu jadi “halu”. Orang yang terkena efek halusinogen, bisa melihat sesuatu yang mustahil, misalnya singa bersayap yang hinggap di pelangi, bunga-bunga beterbangan dan efek halu lainnya. Untuk lebih detailnya, kita ambil salah satu contoh zat halusinogen, yaitu jamur kotoran sapi atau Panaeolus Cyanescens. Jamur ini disebut jamur kotoran sapi karena jamur ini memang tumbuh dan berkembang di kotoran sapi. Jamur kotoran sapi ini mengandung senyawa psilocybin, ketika dikonsumsi, jamur kotoran sapi ini akan menimbulkan efek halu yang berlebihan. Sama seperti saat kamu jatuh cinta. Sel otak kamu akan lebih banyak memproduksi serotonin yang merupakan neurotransmitter yang berperan mengatur rasa senang dan emosi kamu. Nah, psilocybin memiliki struktur yang sama dengan serotonin. Psilocybin ini mampu berikatan dengan reseptor serotonin. Semakin banyak jumlah psilocybin, maka akan semakin banyak pula reseptor yang berikatan. Akibatnya, akan timbul rasa senang yang berkepanjangan dalam diri orang yang mengkonsumsi jamur kotoran sapi. Efek halusinasi yang ditimbulkan jamur kotoran sapi bisa dari segi penglihatan maupun suara. Orang yang terkena dampak zat halusinogen akan susah untuk membedakan antara mana yang nyata dan mana yang khayalan. Bukan hanya itu, efek zat halusinogen ternyata berpengaruh pada sistem saraf tepi yang mengakibatkan pandangan kabur, gangguan tidur, atau rasa takut yang berlebihan. Selain jamur kotoran sapi, ternyata ganja dalam jumlah yang sedikit, bunga kecubung, lem, bensin, dan lysergic acid diethylamide (LSD) juga merupakan golongan zat halusinogen. Bahaya Senyawa Psikotropika Nah, sekarang kamu sudah tahu, kan, bahaya NAPZA bagi tubuh seperti apa? Selain berbahaya bagi tubuh, dampak negatif yang ditimbulkan dari penyalahgunaan NAPZA ini juga ada banyak, Pahamifren. Kita bahas satu-persatu, ya! Dampak Psikologis Dari segi psikologis, pengguna NAPZA biasanya akan menjadi lebih emosional dan tempramental. Hal ini terjadi karena terganggunya sistem neurotransmitter pada susunan saraf pusat pengguna NAPZA. Zat NAPZA akan mengubah perasaan, mood, atau emosi penggunanya dengan drastis. Bahkan jenis narkoba tertentu, terutama alkohol dan sabu-sabu, akan memunculkan perilaku agresif berlebihan dari penggunanya dan seringkali mengakibatkan penggunanya melakukan perilaku atau tindakan kekerasan. Selain itu, bahaya senyawa psikotropika lainnya yaitu dapat menurunkan kemampuan berpikir rasional penggunanya secara drastis. Serem banget, kan, Pahamifren? Dampak Fisik Selain dari segi psikologis, NAPZA juga menyebabkan gangguan fisik pada tubuh penggunanya, yang disebut gangguan fisioneurologik. NAPZA dapat mempercepat atau malah memperlambat denyut nadi, jantung, dan paru-paru penggunanya, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian. Parahnya, kalau seseorang pernah kecanduan NAPZA, tapi tiba-tiba berhenti, gangguan fisioneurologik akan tetap ada. Biasanya, rasa sakit akan menyelimuti sekujur tubuh, seperti sedang terkena flu berat.
Dampak Ekonomi Sudah tentu NAPZA berdampak pada ekonomi para penggunanya. Harga NAPZA yang kabarnya bisa ratusan sampai jutaan rupiah per gram, membuat para penggunanya kehabisan uang. Sementara tubuh mereka yang sudah teradiksi oleh NAPZA akan bereaksi dan terasa sakit-sakit. Tak heran, kalau sudah terkena NAPZA, para penggunanya bisa berusaha mendapatkan uang dengan cara apapun agar dapat membeli NAPZA. Nah, kalau sudah begini pengguna yang sudah kecanduan NAPZA akan menjual barang-barang berharga miliknya, atau bahkan bisa sampai nekat melakukan tindakan kriminal seperti penipuan atau pencurian. Dampak Sosial Terakhir, ada dampak dari segi sosial. Kalau kamu sampai menggunakan NAPZA dan ketahuan, hal ini akan merusak hubungan keluarga dan pertemanan kamu di lingkungan sekitar. Kesehatan masyarakat di sekitar kamu juga akan terpengaruh karena adanya risiko penularan HIV, hepatitis, tuberkulosis karena penggunaan jarum suntik secara bergantian dan berulang. Selain itu, NAPZA juga bisa meningkatkan tindak kriminal seperti yang dibahas sebelumnya. Upaya Pemerintah dalam Memberantas Narkoba Karena banyak pengaruh negatif yang ditimbulkan dari bahaya senyawa psikotropika, pemerintah Indonesia berupaya melakukan pemberantasan NAPZA dengan membentuk Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 yang mengatur penggunaan narkotika di masyarakat. Jadi, lebih baik mulai terapkan campaign “Say No To Drugs”, “Katakan Tidak pada Narkoba” dan perangi narkoba dari sekarang. Melihat bahaya senyawa psikotopika, kamu tentu harus bisa membentengi diri Pahamifren. Karena, penyalahgunaan NAPZA lebih mudah terjadi di lingkungan pergaulan.
Nah itu dia pembahasan Materi Biologi Kelas 12 tentang Efek dan Bahaya Senyawa Psikotropika. Semoga setelah membaca artikel ini kamu bisa menjaga diri kamu, keluarga kamu, dan sekitar kamu dari bahaya NAPZA, ya, Pahamifren. Bagi kamu yang ingin mendapatkan akses materi pelajaran SMA secara online, kamu bisa mengunduh platform belajar online Pahamify. Dijamin, deh, proses belajar kamu bakal lebih seru, menyenangkan, dan nggak membosankan dengan aplikasi Pahamify. • • • •