Pengambilan Keputusan an sebagai Pemimpin Pembelajar K O N E K S I A N T A R M A E T E R I M O D U L 3 . 1 O L E H : S A E P U L , S . P D . C G P A N G K A T A N 7 K A B . B O G O R
Filosofi Pratap Triloka Ki Hajar Dewantara terdiri dari tiga semboyan yaitu ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Semboyan tersebut memiliki arti di depan memberi teladan, di tengah memberi motivasi dan di belakang memberikan dukungan. Dalam menjalankan peran sebagai guru, ada kalanya guru dihadapkan dalam situasi yang mengandung dilema etika dan bujukan moral. Dilema etika merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan di mana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan. Sedangkan bujukan moral merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar atau salah. Dalam pengambilan keptusuan sebagai seorang pemimpin pembelajaran pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka akan sangat berpengaruh. Dalam pengambilan keputusan tentu saja prioritas kita sebagai seorang guru adalah murid, pentingnya mempertimbangkan bagaimana kita sebagai guru dapat memberikan teladan bagi muridmurid kita, memberikan motivasi serta dukungan bagi murid. Sehingga segala keputusan baik dilemma etika maupun bujukan moral pada akhirnya akan menjadi keputusan yang berpihak pada murid yang tentunya selalu mengacu pada 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan. Pemngaruh Pratap Triloka dalam pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran
Nilai-nilai yang tertanam dalam diri akan menentukan cara pandang terhadap situasi atau masalah, prinsip-prinsip dalam pengambilan keputusan. Dalam pengambilan keputusan, kita mengenal ada tiga prinsip yang dapat dimbil yakni Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan tentunya berkaitan dengan nilai- nilai yang tertanam dalam diri. Misalnya, guru yang memiliki empati yang tinggi, rasa kasih sayang dan kepedulian cenderung akan memilih prinsip Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Sedangkan guru yang memiliki sikap jujur dan komitmen yang kuat untuk tunduk pada peraturan cenderung memilih prinsip Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking). Dan guru yang reflektif dan memiliki jiwa sosial yang tinggi cenderung memilih prinsip Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking). pengaruh nilai-nilai yang tertanam dalam diri kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan
Dalam materi pengambilan keputusan yang dipelajari penulis saat ini ternyata memiliki hubungan yang erat dengan kegiatan ‘coaching ’ (bimbingan) yang pernah dilakukan pada modul sebelumnya. Kegiatan coaching yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan memiliki peran yang sangat besar dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Seperti yang kita ketahui bahwa coaching adalah kegiatan pengambilan keputusan dimana coach (orang yang memiliki permasalahan) membimbing coachee menemukan potensi dirinya dalam menemukan solusi dari permasalahannya. Kegiatan coaching ini dapat kita lakukan dengan siswa atau rekan sejawat. Dengan melakukan coaching dengan siswa, kita dapat melatih siswa untuk mengambil keputusan terhadap permasalahannya sendiri dengan memanfaatkan potensi yang dimilikinya. Kegiatan ini juga dapat melatih siswa untuk mengebali potensi dirinya, berfikir tentang solusi atas permasalahannya dan mempertanggungjawabkan sendiri apa yang sudah dia tetapkan sebagai solusi atas permasalahannya. Setelah mempelajari materi pengambilan keputusan ini, kita diberikan panduan berupa 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan yang tentu akan membuat suatu keputusan semakin tajam dan matang. Kaitan materi pengambilan keputusan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan)
Aspek sosial emosional akan turut andil dalam menuntun seseorang mengambil keputusan. Guru sebagai pemimpin haruslah mampu mengenali dan mengasah keteramilan sosial emosionalnya. Baik atau tidaknya keterampilan sosial emosioal seorang guru akan menentukan bagaimana teknik penyelesaian suatu dilema etika yang dihadapi. Keterampilan sosial emosional akan menuju pada cara-cara yang kolaboratif antara guru dan murid, maupun guru dengan guru dalam menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial emosionalnya. Dengan aspek tersebut guru dapat mempertimbangkan hasil pengambilan keputusannya yang dilandasi oleh pengelolaan diri, kesadaran diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab yang tentunya berhubungan langsung dengan keputusan yang well being. Well being adalah kondisi individu yang memiliki sikap positif bagi diri sendiri dan orang lain sehingga dapat membuat keputusan yang penuh dengan kebajikan dan kebijakan. Pengaruh kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya terhadap pengambilan keputusan
Sebagai seorang pendidik tentu akan menghadapi situasi dilema etika atau bujukan moral di lingkungan sekolah. Dalam pengambilan keputusan sebagai seorang guru dapat berpedoman pada sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan terutama pada uji legalitas untuk memastikan apakah permasalahan tersebut termasuk dilema etika yang merupakan masalah benar lawan benar atau merupakan kasus bujukan moral yang berarti benar lawan salah. Jika masalah adalah kasus bujukan moral maka tentu kita harus kembali pada nilai-nilai kabajikan yang kita anut serta berpegang teguh pada nilai kebenaran. Pembahasan studi kasus pada modul ini memberikan contoh-contoh yang biasa terjadi dan mungkin saja pernah dialami oleh sebagian guru. Hal ini akan memberikan rambu-rambu dan pedoman agar guru-guru tidak terjebak dalam situasi yang sama dan dapat bertindak secara bijak melalui prinsip, paradigma, dan langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan akan membuat kita semakin menyadari perilaku yang benar dan perilaku yang salah. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya keputusan yang tidak berpihak pada satu pihak/aspek dan memiliki resiko yang sangat minim menjadikan keputusan tersebut merupakan keputusan yang bijaksana serta dapat diterima oleh semua pihak. Dengan kebijaksanaan serta diterima oleh semua pihak keputusan tersebut tentunya menjadikan suasana lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Kemampuan semua warga sekolah dalam pengambilan keputusan yang tepat tentunya berdampak positif di lingkungan sekolah yang nantinya akan menjadikan bekal siswa dalam menghadapi kehidupan bermasyarakat. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?
Perbedaan pandangan terhadap paradigma pendidikan tentunya menjadi tantangan utama dalam menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasuskasus dilema etika. Menyamakan pandangan terhapap paradigma pendididikan menurut Ki Hajar Dewantara merupakan langkah awal dalam membangun linghkungan pendidikan yang kondusif sehingga dalam setiap pengambilan keputusan, semua pihak mempunyai pandangan yang sama dalam menghadapi setiap kasuskasus dilema etika. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Pengambilan keputusan yang di ambil dengan menggunakan paradigma, prinsip pengambilan keputusan serta 9 langkah pengujian pengambilan keputusan tentu akan memberi pengaruh dalam memerdekakan muridmurid. Tujuan akhir dari proses pembelajaran yang kita lakukan adalah pembelajaran dengan konsep merdeka belajar. Dalam merdeka belajar, murid diberikan keleluasaan untuk berpikir, untuk memutuskan sesuai dengan kekuatan kodrat alam dan kodrat zamannya. Murid pun dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan dalam belajar sesuai dengan potensinya masing-masing. Sehingga keputusan yang kita ambil tidak akan merusak tatanan potensi diri mereka masing-masing. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusannya tentunya akan dapat memberi dampak positif bagi masa depan murid-muridnya. Setiap pengambilan keputusan yang dilakukan guru secara tepat dan bijak tentu akan mempengaruhi masa depan murid-murid. Mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, bisa diandalkan, dan mampu menggali potensi dan kekuatan mereka. Seperti halnya Ki Hadjar Dewantara umpamakan, jika murid-murid itu diibaratkan benih tanaman jagung dan guru sebagai petaninya. Tentunya sang petani harus merawat benih itu dengan baik. Petani dengan penuh rasa tanggung jawab akan memberi pupuk yang cukup, menyiangi serta menyiraminya dengan baik. Segala keputusan yang petani ambil murni demi menjaga dan merawat benih itu hingga tumbuh menjadi tanaman jagung yang bermanfaat bagi orang lain. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan muridmuridnya?
Pengambilan keputusan oleh seorang guru haruslah berlandaskan pada filosofi Ki Hajar Dewantara yaitu semboyan ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Pengambilan keputusan haruslah prinsip yakni Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (RuleBased Thinking), dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking) yang tentunya kembali pada nilai-nilai kebajikan yang kita anut. Aspek sosial emosional akan turut andil dalam menuntun seseorang mengambil keputusan. Guru sebagai pemimpin haruslah mampu mengenali dan mengasah keteramilan sosial emosionalnya. Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Pada akhirnya, pengambilan keputusan yang kita ambil merupakan keputusan yang dapat memerdekakan murid-murid kita. Kesimpulan akhir yang dapat saya ambil dari pembelajaran modul ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya adalah : Apakah kesimpulan akhir yang dapat m Anda tarik dari pembelajaran modul ateri ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Dilema etika merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan di mana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan. Sedangkan bujukan moral merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar atau salah. Dalam menghadapi situasi dilema etika kita dapat mengkategorikannya dalam 4 paradigma pengambilan keputusan untuk menentukan prinsip mana yang akan kita ambil diantara 3 Prinsip dalam Pengambilan Keputusan. Selanjutnya dalam proses pengambilan keputusan kita perlu menerapkan 9 langkah langkah pengambilan dan pengujian keputusan agar keputusan yang diambil merupakan keputusan yang tgerbaik. Pemahaman terhadap modul ini tentunya belum cukup untuk menjadi modal pengetahuan untuk implementasi dalam kondisi real pada lingkungan sekolah yang lebih lanjut. Latihan dan terus belajar, mencoba dan terus berbuat, bentindak dan terus merefleksikan setiap tindakan tersebut dengan berdasarkan ilmu yang telah dipahami dari modul ini. k Sejauh mana pemahaman Anda tentang m onsep-konsep yang telah Anda pelajari di mor odul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan 3 p al, 4 paradigma pengambilan keputusan, rinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Sebagai seorang guru, tidak jarang saya dihadapkan dengan sebuah kasus yang ternyata disebut dengan dilema etika, yaitu permasalahan yang menuntut sebuah keputusan antara benar lawan benar. Hanya saja pada saat itu saya belum mengenal yang disebut dengan prinsi pengambilan keputusan, langkah-langkah pengujian pengambilan keputusan dan paradigma tentang dilema etika. A S n ebelum mempelajari modul ini, pernahkah da menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral d dilema? Bilamana pernah, apa bedanya engan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Saya mempelajari konsep ini dengan mengikuti setiap alur kegiatan yang telah di tentukan. Kegiatan ini memberi pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman baru bagi saya. Semakin banyak perubahan yang dapat saya rasakan, terutama dalam hal pengembangan potensi kepemimpinan. Sebagai guru dalam menghadapi kasus dilema etikasering kali saya merasa tidak mampu memilih putusan mana yang lebih baik, melibatkan orang-orang tertentu untuk mampu mengambil sebuah keputusan. Namun pembelajaran modul ini memberi saya gambaran bagaimana keputusan itu dipertimbangakan, diuji dan di ambil serta memberi gambaran bilamana nanti saya terlibat dalam pengembangan sekolah. Tentu keterampilan pengambilan keputusan akan sangat saya butuhkan. B b ag u aimana dampak mempelajari konsep ini pad at Anda, perubahan apa yang terjadi a cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Setiap ilmu yang terkandung dalam modul PGP ini memiliki peran dan akan mmenuhi ruang-ruang kosong dalam diri saya dengan tujuan menjadi guru yang tidak hanya mampu berperan sebagai pemimpin pembelajaran namun juga pemimpin dalam pengembangan sekolah. Tentu modul ini menjadi sangat penting, karena banyak hal yang menarik dan diluar dugaan. Banyak hal yang dapat menjadi pemahaman baru dan bahan refleksi. Dengan harapan melalu setiap tahapan pada modul ini saya menjadi pembelajaran untuk menjadi pribadi yang lebih matang dan mampu mengambil keputusan yang sesuai dengan prinsip pengambalikan keputusan serta langkah-langkah pengujian pengambilan keputusan tersebut sesuai dengan nilai-nilai kebajikan, keberpihakkan kepada murid dan dapt dipertanggung jawabkan. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?