masyarakat, yang terdiri dari pemimpin keluarga dan beberapa anggota
              yang hidup bersama dalam satu atap dalam situasi ketergantungan.
3. Ciri-ciri Komunikasi Keluarga
              a. Keterbukaan (openness)
                     Sejauh mana orang ingin terlibat dengan orang lain secara terbuka
                     disebut sebagai keterbukaan.
              b. Empati (Empathy)
                     Empati adalah sensasi individu yang mirip dengan apa yang orang
                     lain rasakan tanpa benar-benar terlibat dalam perasaan atau
                     perilaku mereka..
              c. Dukungan
                     Adanya dukungan dapat mendorong seseorang untuk lebih
                     bersemangat dalam menyelesaikan tugas dan mencapai
                     tujuannya..
              d. Perasaan Positif (Positiveness)
                     Ketika seorang individu mendapat sentimen yang menyenangkan
                     tentang apa yang orang lain bicarakan tentang dia, ini disebut
                     sebagai perasaan..
              e. Kesamaan (Equality)
                     Ketika berbicara dan mendengarkan, orang memiliki banyak
                     kesamaan.
4. Aplikasi Komunikasi Terapeutik Pada Kelompok/Tenaga Kesehatan
       1. Komunikasi antara Perawat dengan Dokter
              Dalam hal memberikan dukungan kepada pasien, kemitraan perawat-
              dokter telah ada sejak lama. Perawat berkolaborasi dengan dokter
              dalam berbagai cara. Perawat dapat bekerja dalam pengaturan di mana
              sebagian besar asuhan keperawatan didasarkan pada perintah medis. Di
              unit perawatan kritis, perawat dapat mengikuti protokol standar yang
              ditetapkan yang memungkinkan mereka untuk beroperasi lebih bebas.
              Perawat dan dokter dapat berkolaborasi dalam penanganan pasien.
                                                46
Perawat dan dokter dapat berkomunikasi secara efektif jika
       mereka dapat berinteraksi satu sama lain daripada melakukan pekerjaan
       mereka sendiri. Perawat dan dokter merupakan satu kesatuan tenaga
       medis yang tidak dapat dipisahkan. Dokter membutuhkan bantuan
       perawat dalam memberikan data asuhan keperawatan, sedangkan
       perawat membutuhkan bantuan dokter dalam menegakkan diagnosis
       penyakit pasien dan memberikan pengobatan lebih lanjut. Semua ini
       dapat dicapai dengan komunikasi yang memadai antara perawat dan
       dokter.
2. Komunikasi antara Perawat dengan Perawat
       Komunikasi antar petugas kesehatan khususnya sesama perawat sangat
       penting dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pelanggan.
       Jika hubungan atau komunikasi antar perawat baik, kesinambungan
       informasi tentang klien dan rencana tindakan yang telah, sedang, dan
       akan dilakukan oleh perawat dapat dialihkan. Koneksi profesional,
       hubungan struktural, dan ikatan intrapersonal adalah tiga jenis
       hubungan yang ada antara perawat dan perawat yang memberikan
       pelayanan keperawatan.
3. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Terapi Respiratorik
       Terapis pernapasan ditugaskan untuk memberikan obat untuk
       membantu klien meningkatkan ventilasi atau oksigenasinya. Dalam
       upaya bersama, perawat dan terapis pernapasan bekerja sama. Seorang
       terapis (fisioterapis) memulai pengobatan, yang kemudian diikuti
       dengan evaluasi oleh perawat. Perawat dan fisioterapis berkolaborasi
       untuk menilai kemajuan klien dan untuk mengembangkan tujuan dan
       rencana pemulangan yang mencakup klien dan keluarganya. Perawat
       juga mengirim klien ke fisioterapis untuk terapi tambahan.
4. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Farmasi
       Seorang ahli farmasi atau apoteker adalah praktisi bersertifikat yang
       dapat mengembangkan dan mengeluarkan obat-obatan. Apoteker dapat
       bekerja terutama di apotek mungkin terlibat dalam konferensi
       perawatan klien atau pengembangan sistem pemberian obat.
                                         47
Perawat dapat membantu klien meningkatkan dan menjaga
       kesehatannya dengan mendorong mereka untuk mencari perawatan
       lebih awal jika mereka membutuhkannya. Perawat harus selalu
       menyadari pekerjaan, efek yang diinginkan, dosis yang tepat, dan efek
       samping dari semua obat yang diberikan. Jika perawat tidak dapat
       menemukan informasi dalam bahan referensi konvensional seperti
       buku teks atau formula rumah sakit, dia harus menemui apoteker.
       Ketika komunikasi terjadi, apoteker memberi tahu pasien tentang obat
       mana yang tepat dan dapat dicampur atau diberikan pada saat yang
       bersamaan. Jika perawat dan apoteker mengetahui dosis yang
       diberikan, kesalahan pemberian dosis obat dapat dihindari. Jika perawat
       memiliki keraguan tentang ketepatan dosis obat, ia dapat berkonsultasi
       kembali dengan tim medis. Selanjutnya, apoteker dapat mendidik
       perawat tentang obat bebas yang berpotensi berinteraksi negatif dengan
       resep resep, sehingga informasi ini dapat dimasukkan dalam rencana
       pemulangan.
5. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Gizi
       Kesehatan dan gizi sangat penting karena berdampak langsung pada
       kualitas sumber daya manusia (SDM). Pelayanan gizi rumah sakit
       merupakan hak yang dimiliki setiap orang dan memerlukan kriteria
       agar dapat memberikan pelayanan yang bermutu. Perawat harus
       menghubungi ahli gizi tentang obat yang digunakan pasien agar
       kepuasan nutrisi pasien sesuai dengan yang diinginkan; jika perawat
       tidak mengomunikasikannya, ahli gizi dapat memilih makanan yang
       membatasi penyerapan obat.
              Istilah "komunikasi terapeutik" mengacu pada komunikasi yang
digunakan atau dimaksudkan untuk digunakan untuk alasan terapeutik.
Empati, kepercayaan, kejujuran, validasi, kepedulian, dan mendengarkan
secara aktif adalah bagian atau elemen dari komunikasi terapeutik. Teknik –
teknik dalam komunikasi terapeutik menurut Stuart dan Sundeen, 1987,
hal.124, yakni: mendengarkan, pertanyaan terbuka, pengulangan, klarifikasi,
refleks, konsentrasi, berbagi kesan, mengenali "tema", ketenangan, informasi,
                                         48
dan rekomendasi adalah semua teknik yang mungkin digunakan. Melalui
hubungan perawat-pasien, komunikasi terapeutik mendorong dan
mengajarkan kolaborasi antara perawat dan pasien. Tujuan komunikasi
terapeutik adalah membantu klien dalam mengatasi masalah, mengurangi
beban perasaan dan pikiran, membantu klien/pasien dalam mengambil
tindakan yang tepat, meningkatkan pengalaman emosional klien, dan
mencapai tingkat pemulihan yang diantisipasi. Menurut Stuart, G.W, fase
pra-interaksi, fase pengenalan atau orientasi, masa kerja, dan fase terminasi
adalah empat fase komunikasi terapeutik. Ada tugas atau kegiatan yang harus
diselesaikan perawat dalam setiap langkah.
                                         49
DAFTAR PUSTAKA
Anjaswarni, T. (2016). Komunikasi dalam Keperawatan. Kementrian Kesehatan
         Republik Indonesia.
Gumilang, G. S. (2019). Identification of Self Position and Basic Attitude of
         Counselors By Semar Text. Journal of Guidance and Counseli, 50-57.
Muhith, A. &. (2018). Aplikasi komunikasi terapeutik nursing & health. Penerbit
         Andi.
Sela Setianing, S. K. (2019). Perubahan Kecemasan Pasien Pra Operasi Sectio
         Caesarea Dengan Pemberian Komunikasi Terapeutik Metode Helping
         Relationship di Rumah Sakit Bina Sehat Tahun 2018. Jurnal Pendidikan
         Kesehatan, 50-57.
                                                50