The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Strategi umpan balik buat guru

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by , 2021-01-12 05:35:53

UMPAN BALIK BERMAKNA

Strategi umpan balik buat guru

Keywords: Bahan diklat

MAKALAH ILMIAH

STRATEGI PEMBINAAN UMPAN BALIK BERMAKNA
DENGAN MATRIKS 3*3 DALAM PEMBELAJARAN
JARAK JAUH

DISAJIKAN DALAM FORUM ILMIAH
OLEH APSI PUSAT Tanggal 7 Agustus 2020

PENYUSUN : Dra. Lily Rosnawati,M.Pd
BIDANG PENGAWAS : Pengawas SMA
UNIT KERJA : Dinas Pendidikan Provinsi

Kepulauan Riau

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI KEPUAUAN RIAU
JL. SULTAN MANSYUR SYAH PULAU DOMPAK

TANJUNGPINANG

TAHUN 2020

HALAMAN PENGESAHAN

Karya tulis ilmiah berupa makalah prasaran dengan judul “Strategi
Pembinaan Umpan Balik Bermakna dengan Matriks 3*3 pada PJJ” ini

disusun oleh:

1. Nama : Dra. Lily Rosnawati, M.Pd

2. NIP : 19671024199403 2 012

3. NUPTK : 7356745647300023

4. Pangkat : Pembina Tk.I

Makalah ini disusun sebagai bentuk pengembangan profesi pengawas

disahkan oleh Koordinator Pengawas Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Provinsi Kepulauan Riau.

Batam, 6 Agustus 2020
Koordinator Pengawas Sekolah

Drs. Nur Erwin
NIP. 19601181985061 015

1

ABSTRAK

Rosnawati, Lily. 2020. Strategi Pembinaan Umpan Balik Bermakna

dengan Matriks 3*3 dalam Pembelajaran Jarak Jauh.

Tulisan ini menawarkan ide gagasan dalam kepengawasan sekolah
pada pembelajaran jarak jauh (PJJ) di masa Pandemi Covid-19 ini. Dari hasil
refleksi terhadap pembinaan guru selama ini terutama pada pembelajaran
jarak jauh ditemukan kelemahan guru dalam meberikan umpan balik yang
bermakna sebagai bagian penting dalam pembelajaran dan penilaian. Terlebih
lagi keluhan akan banyaknya tugas yang diberikan oleh guru tidak diimbangi
dengan kemampuan memberi umpan balik yang efektif untuk meningkatkan
hasil belajar. Ide gagasan yang dikemukakan adalah melakukan pembinaan
guru dalam menerapkan strategi pemberian umpan balik yang bermakna
dengan menggunakan instrumen matriks 3*3.

Instrumen matriks 3*3 memberikan arahan strategi guru memberikan
umpan balik mulai dari Feed Up ( mengarahkan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai), Feed Back ( capaian belajar saat ini) dan Feed Forward (
strategi mencapai tujuan). Arahan tersebut mencakup arahan bagi guru
sendiri, arahan guru terhadap teman sebaya siswa dan juga arahan guru
terhadap siswa itu sendiri. Pelaksanaan pembinaan oleh pengawas dapat
dilakukan dalam bentuk supervisi akademik maupun dilakukan dalam bentuk
bimbingan dan pelatihan.

Kemampuan guru yang masih lemah dalam memberikan umpan balik
bermakna pada PJJ diharapkan dapat meningkat dengan pembinaan dengan
memanfaatkan matriks 3*3 sebagai dasar refrensi pembinaan. Konsep umpan
balik kualitatif dan bermakna diterjemahkan secara operasional dengan
matriks 3*3 yang memuat indikator pelaksanaan umpan balik bermakna
sehingga lebih mudah diimplementasikan oleh guru.

Kata Kunci: Pembelajaran jarak jauh, Pembinaan, Umpan Balik
Bermakna, Matriks 3*3

A. PENDAHULUAN
Pada akhir tahun 2019 hingga saat makalah ini ditulis dunia dikejutkan

dengan kondisi luar biasa dengan meluasnya penyebaran Corona Virus
Disease 19 (Covid-19).. Di Indonesia sendiri kasus positif hingga minggu
terakhir bulan Juni 2020 terus bertambah. Agar perekonomian dan kehidupan
lain tetap dapat berlangsung Pemerintah Indonesia memberikan arahan untuk
menjalankan kelaziman-kelaziman baru dalam menjalankan kehidupan.
"Sekarang satu-satunya cara yang kita lakukan bukan dengan menyerah tidak
melakukan apapun, melainkan kita harus jaga produktivitas kita agar dalam
situasi seperti ini kita produktif namun aman dari COVID-19, sehingga
diperlukan tatanan yang baru," kata Achmad Yurianto, juru bicara
Penanganan Covid-19 Pusat dalam keterangannya di Graha BNPB, Kamis
(28/5/2020). Menurut Yuri, kelaziman-kelaziman yang baru berbasis pada
adaptasi untuk membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat. Kelaziman-
kelaziman baru membentuk tatanan baru hidup kita termasuk dalam dunia
pendidikan.

Pada tanggal 24 Maret 2020 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
mengeluarkan surat edaran No.4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan
Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19. Kebijakan dalam
surat edaran tersebut menyatakan bahwa (1) proses belajar mengajar
dilakukan dari rumah melalui pembelajaran daring atau jarak jauh. (2) Belajar
dari rumah dapat bervariasi antar siswa, sesuai minat dan kondisi masing-masing,
termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses/fasilitas belajar di rumah (3)
pelaksanaan ujian kenaikan kelas dilakukan dalam bentuk portofolio nilai rapor dan
prestasi yang diperoleh sebelumnya, penugasan, tes daring, dan/atau bentuk asesmen
jarak jauh lainnya (4) bukti atau produk aktivitas Belajar dari Rumah diberi umpan
balik yang bersifat kualitatif dan berguna dari guru, tanpa diharuskan memberi skor/
nilai kuantitatif.

Kesehatan lahir dan batin siswa, guru, kepala sekolah dan seluruh warga
sekolah menjadi pertimbangan utama dalam pelaksanaan kebijakan pendidikan
tersebut. Kebijakan pendidikan di atas juga diikuti oleh kebijakan di daerah yang

3

mengharuskan karyawan, guru dan kepala sekolah melakukan work from home
(WFH) dan siswa belajar dari rumah (BDR). Sementara itu data orang yang
terkonfirmasi positip Covid-19 terus bertambah dari sebelumnya pada saat
makalah ini ditulis. Kebijakan WFH dan BDR masih akan terus berlangsung
memasuki tahun pelajaran baru 2020/2021 hingga ada penurunan penyebaran
Covid-19 dan situasi kembali kondusif untuk melaksanakan tugas seperti
sebelumnya.

Dengan adanya kebijakan WFH dan BDR dilakukan secara daring
atau jarak jauh maka pengawas, kepala sekolah dan guru dituntut untuk bisa
melaksanakannya dengan baik. Di rumah tetapi tetap bisa bekerja dan belajar
merupakan tantangan yang menarik. Ditemui banyak kendala dalam
melaksanakan proses pembelajaran melalui moda daring dalam berbagai
aspek, diantaranya ketersediaan infrastruktur, keterbatasan kompetensi siswa
dan guru dalam penguasaan teknologi informasi, pembelajaran yang kurang
interaktif, sisw mengeluh terlalu banyak tugas hingga keterbatasan guru
dalam memberi feedback atau umpan balik terhadap proses dan hasil belajar
siswa serta relasi orang tua dalam proses Belajar Dari Rumah (BDR).
Disinilah letak peran pengawas dan kepala sekolah untuk mencari solusi
terhadap berbagai kendala yang dihadapi oleh guru, siswa dan orang tua
dalam proses BDR.

SE Mendikbud RI No.4 Tahun 2020 tersebut juga menyatakan bahwa
salah satu ketentuan melaksanakan proses belajar dari rumah adalah bukti atau
produk aktivitas Belajar dari Rumah diberi umpan balik yang bersifat kualitatif dan
berguna dari guru, tanpa diharuskan memberi skor/ nilai kuantitatif. Hal ini senada
dengan hasil penelitian Education Endowment Foundation yang menunjukkan
bahwa pemberian feedback kepada siswa memberikan dampak yang lebih besar
terhadap peningkatan prestasi belajar siswa dengan biaya lebih murah. Data ini
memberi informasi yang sangat menarik dan menginspirasi. Jika memberi feedback
kepada siswa lebih efektif dan biayanya lebih murah maka mengapa kita, pengawas,
kepala sekolah dan guru tidak memfokuskan pada hal tersebut?

4

Gambar 1. Source: Education Endowment Foundation/ Economist.com
Dari hasil pengamatan penulis sebagai pengawas sekolah, penilaian proses

dan hasil pembelajaran selama ini bahkan sebelum pandemi pun lebih bersifat
kuantitatif, berupa grading atau pemberian nilai angka maupun kategori
A,B,C,D,E. Guru jarang memberikan umpan balik yang bersifat kualitatif dan
bermakna. Umpan balik yang kualitatif umumnya terbatas pada pujian
singkat seperti good job, bagus, tingkatkan, lanjutkan dan sebagainya. Hasil
refleksi kepengawasan sebelumnya menunjukkan bahwa penulis sebagai
pengawas pun kurang memberi perhatian pada kemampuan guru dalam
memberi umpan balik yang bermakna. Berikut ini foto pemberian umpan
balik yang dilakukan oleh guru di sekolah binaan.

5

Gambar 2. Sumber dokumen SMA N 13 Batam
Pada pembelajaran tatap muka langsung pemberian umpan balik lebih

mudah dilakukan guru. Saat pembelajaran tatap muka langsung, guru dapat
mengamati langsung proses belajar siswa. Dengan demikian guru dapat
memberi umpan balik pada saat itu juga. Namun dari hasil pengamatan,
kemampuan guru memberi umpan balik yang bermakna belum optimal.
Pemberian umpan balik berupa grading atau angka kurang bermakna untuk
meningkatkan hasil belajar. Umpan balik kualitatif berupa pujian singkat juga
kurang bermakna untuk meningkatkan hasil belajar siswa

Peran pentingnya umpan balik yang bermakna lebih dibutuhkan lagi
pada pembelajaran jarak jauh. Guru tidak selalu dapat bertatap muka
langsung sehingga pemantauan proses belajar siswa tidak optimal. Ditambah
lagi dengan keterbatasan guru menguasai IT. Kemudian sebagian
pembelajarannya hanya dengan memberi tugas saja. Dan jika tugas hanya
diberi umpan balik berupa grading saja akan kurang bermakna bagi siswa
dalam meningkatkan hasil belajarnya. Sementara harapannya bahwa bukti
atau produk aktivitas Belajar dari Rumah diberi umpan balik yang bersifat
kualitatif dan berguna dari guru. Oleh karena itu guru harus meningkatkan
kemampuan memberi umpan balik yang bermakna untuk meningkatkan hasil
belajar siswa secara efektif.

Dalam melakukan tugas kepengawasannya kepada guru hendaknya
kemampuan guru memberi umpan balik yang bermakna dalam pembelajaran
dapat menjadi salah fokus perhatian pengawas. Dalam tulisan ini penulis
merumuskan permasalahan yang akan menjadi fokus pembahasan. Apakah
umpan balik yang telah dilakukan guru di sekolah binaan seperti pada gambar
di atas sudah cukup? Bagaimana strategi pemberian umpan balik kualitatif
dan bermakna tersebut? Dan bagaimana strategi pengawas melakukan
pembinaan guru untuk meningkatkan kemampuan memberi umpan balik
bermakna tersebut?

Pengawas dapat melakukan pembimbingan guru untuk meningkatkan
kemampuan memberi umpan balik yang bermakna melalui supervisi

6

akademik maupun bimlat. Dalam pembimbingan tersebut guru diberi strategi
atau tips serta contoh dalam memberi umpan balik yang bermakna dalam
pembelajaran dengan menggunakan matriks umpan balik sebagai
panduannya. .

Penulis mengharapkan dengan pengkajian strategi observasi
pemberian umpan balik yang bermakna ini dengan matriks 3*3 akan dapat
menjadi panduan bagi guru untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
Selain hal di atas, makalah ini juga bertujuan untuk mengoperasionalkan
konsep umpan balik bermakna dalam perannya pada pembelajaran dan
penilaian sehingga mudah diimplementasikan oleh guru. Dengan demikian
kemampuan guru memberi umpan balik yang bermakna dapat meningkat
terutama pada masa Pandemi Covid-19 dengan pembelajaran jarak jauh. Bagi
pengawas dan kepala sekolah diharapkan agar kemampuan memberi umpan
balik bermakna menjadi fokus perhatian dalam melakukan pembinaan kepada
guru-gurunya.

B. MASALAH UTAMA DAN PEMBAHASAN
1. PEMBELAJARAN JARAK JAUH

Pembelajaran jarak jauh memang bukanlah hal yang baru dalam
dunia pendidikan. Pendidikan jarak jauh adalah pendidikan yang
peserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya
menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi komunikasi,
informasi, dan media lain. Demikian menurut Pasal 1 UU Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Pasal 31 ayat 2
UU tersebut juga disebutkan, pendidikan jarak jauh berfungsi
memberikan layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang
tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau reguler. Lebih
lanjut lagi, yaitu di ayat 3 dinyatakan, pendidikan jarak jauh
diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang
didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang
menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan.

7

Sistem PJJ menjadi bagian yang yang menyatu dalam dunia pendidikan

di Indonesia terutama di perguruan tinggi. Namun demikian,
pembelajaran jarak jauh belum menjadi bagian di sekolah dasar dan

menengah. Baru di masa pandemi COVID-19 inilah pembelajaran jarak jauh
diterapkan di lingkungan sekolah dasar dan menengah bahkan pada PAUD.

Menurut Dohmen (1967) pembelajaran jarak jauh adalah suatu bentuk

pembelajaran mandiri yang terorganisir secara sistematis dimana konseling,
penyajian materi pembelajaran dan penyeliaan, serta pemantauan
keberhasilan siswa dilakukan oleh sekelompok tenaga guru yang memiliki

tanggung jawab yang saling berbeda. Pembelajaran dilaksanakan secara jarak
jauh dengan menggunakan bantuan media. Pembelajaran jarak jauh

merupakan pembelajaran yang diberikan kepada peserta atau siswa yang
tidak berkumpul bersama di satu tempat secara rutin untuk menerima

pelajaran secara langsung dari guru. Bahan-bahan dan instruksi-instruksi
detail yang bersifat khusus dikirimkan atau disediakan untuk para peserta

yang selanjutnya melaksanakan tugas-tugas yang akan dievaluasi oleh guru.
Pembelajaran jarak jauh dapat sangat efektif, khususnya bagi para

peserta yang lebih dewasa dan memiliki motivasi kuat untuk mengejar sukses

dan senang diberi kepercayaan melakukan proses belajar secara mandiri.
Namun demikian, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) bagi peserta didik yang usia
lebih muda bukanlah merupakan suatu pilihan yang mudah baik bagi guru

maupun peserta didik. Berikut ini beberapa kelebihan dan kekurangan pada
PJJ

Kelebihan Kekurangan

 Logistik yang mudah — yang  Waktu dan pekerjaan yang berkaitan

dibutuhkan adalah komunikasi dengan penyampaian proses

yang baik pembelajaran jarak jauh lebih
 Mengurangi
pengeluaran banyak daripada proses

tambahan, seperti untuk ruang pembelajaran secara tatap muka
 Dukungan administratif untuk
kelas dan staf pengajar
 Peserta didik dapat mengontrol proses pembelajaran jarak jauh

8

kapan mereka belajar dan pada dibutuhkan untuk melayani jumlah
peserta didik yang mungkin sangat
tahapan apa banyak
 Beberapa peserta merasa terasing
 Pembelajaran jarak jauh dapat karena jarak
 Kurangnya struktur dan kebutuhan
lebih dimungkinkan karena akan motivasi/inisiatif yang tinggi
dapat merupakan tantangan
peserta didik dapat (masalah) bagi para peserta

menyesuaikan pelajarannya

sambil bekerja

Proses pembelajaran jarak jauh dapat disampaikan dengan

menggunakan berbagai teknik dan teknologi. E-learning mungkin merupakan

bentuk pembelajaran jarak jauh yang paling mahal dan paling maju, namun

ada cara-cara penyampaian lainnya yang telah digunakan dengan berhasil

selama bertahun-tahun. Metode penyampaian tersebut antara lain:

 E-learning: penyampaian dengan komputer dan memanfaatkan teknologi

internet serta pemrograman yang memungkinkan para peserta didik untuk

berinteraksi dengan bahan-bahan pelajaran melalui chat room (ruang

komunikasi), notice board (papan pengumuman), video conferencing, dll.

 Program televisi: merupakan suatu seri program televisi yang dirancang

untuk menyampaikan teknik-teknik dan teori. Metode ini dapat berupa

penyiaran melalui saluran kabel atau saluran terestrial atau dengan

menyediakan video tape atau DVD.

 Bahan-bahan tertulis: kadangkala disebut kursus melalui surat

(correspondence courses), dimana bahan-bahan teks ditulis secara khusus

untuk kursus dengan proses belajar jarak jauh, misalnya buku kerja

(workbook) yang berisikan tugas-tugas dan latihan-latihan, dimana peserta

didik dapat mengerjakannya dengan tingkat kecepatan yang ditentukannya

sendiri.

Terdapat beberapa faktor penting keberhasilan pembelajaran jarak

jauh:

1. Guru harus semangat dan konsisten (committed)

9

2. Tim harus melibatkan dukungan administratif yang baik, tergantung
pada jenis bahan dan metode-metode penyampaian yang
dipergunakan, serta staf perancangan yang baik

3. Bahan-bahan ajar harus direncanakan dengan baik sehingga mereka
dapat diuji dan selalu tersedia. Sebagian besar pekerjaan dilakukan
sebelum bahan-bahan tersebut diterima oleh para peserta

4. Harus ada fasilitasi dan dorongan terhadap interaksi siswa baik
dengan guru maupun dengan para siswa sendiri

5. Guru harus tetap berkomunikasi secara rutin dengan semua peserta
didik

6. Kemampuan untuk menggunakan setiap teknologi yang digunakan
merupakan keharusan. Harus diujikan dan dijelaskan kepada para
peserta sepenuhnya sehingga mereka mereka mengenali dengan baik
dan merasa nyaman dengannya

7. Masalah-masalah komunikasi dan teknis harus diselesaikan begitu
muncul

8. Guru perlu menggunakan berbagai metode interaksi
dan feedback (misalnya komunikasi satu per satu conference
calls, snail-mails, e-mail, video dan komunikasi tatap muka
dengan menggunakan komputer (computer conferencing)

9. Para peserta dapat membuat jurnal harian mengenai pandangan-
pandangan mereka terhadap kemajuan dan isi dari pembelajaran dan
selanjutnya mengirimkan atau menyampaikan secara berkala

10. Sangat penting untuk dapat melakukan pembelajaran langsung tatap
muka paling tidak satu kali, yang akan lebih baik bila dilakukan
diawal dalam rangka membantu para peserta terbiasa dengan rutinitas
pembelajaran jarak jauh dan untuk memberikan beberapa arahan
mengenai teknik-teknik belajar
Berdasarkan data UNESCO, sejak 18 Maret 2020 ada 191 negara

dengan 1.576.021.818 siswa yang melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menilai

10

pembelajaran jarak jauh menjadi model yang relevan dalam kondisi pandemi
Covid-19 saat ini. Plt. Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar,
dan Pendidikan Menengah (PAUD Dikdasmen) Hamid Muhammad
mengatakan Covid-19 telah mengajarkan masyarakat banyak hal yaitu hidup
bersih dan sehat serta membuat kita beradaptasi menggunakan metode
pembelajaran jarak jauh. PJJ telah menjadi role model baru pembelajaran di
masa pandemi Covid-19 ini.

2. KETRAMPILAN PEDAGOGIK ABAD XXI
.Dalam era great shifting dimana terjadi perubahan yang luarbiasa

pada hampir semua bidang kehidupan membutuhkan sumber daya manusia
yang tangguh dan mampu beradaptasi terhadap perubahan tersebut. SDM
yang tangguh dan mampu beradaptasi tersebut haruslah SDM yang memiliki
ketrampilan 4 C (critical thinking, creative-inovative, collaboration,
communication skills). Penyiapan SDM seperti yang diharapkan melalui
jalur pendidikan formal menuntut Pengawas, kepala sekolah dan guru sebagai
tenaga ahli yang terlibat langsung dalam bidang tersebut wajib menguasai
ketrampilan pedagogic yang dibutuhkan abad XXI.

Diagram dibawah ini menunjukkan ketrampilan pedagogik yang harus
dimiliki oleh Pengawas, Kepala sekolah dan guru di abad XXI ini.

Gambar 3. Diagram Of 21st Century Pedagogy (https://www.teachthought.com)
11

Dalam ketrampilan pedagogik abad XXI dibutuhkan penguasaan dan
pengembangan teknologi (literacy ICT), kemampuan melakukan refleksi,
berkolaborasi, pembelajaran dan pengembangan berpikir kritis, problem
solving serta pembelajaran project based learning. Dalam melakukan
penilaian kepada siswa diharapkan siswa diberi umpan balik yang sesuai dan
tepat waktu, melakukan penilaian diri dan antar teman, penugasan yang
relavan serta target pembelajaran yang jelas dan transparan.

Pengawas sekolah dalam hal ini harus mendorong agar ketrampilan
pedagogik abad XXI menjadi fokus perhatian kepala sekolah dan guru.
Caranya yaitu dengan mengntegrasikan kompetensi-kompetensi pedagogik
abad XXI dalam fokus kepengawasan. Selain itu pengawas juga berperan
sangat penting sebagai role model dalam penerapan 21st century pedagogy
bagi guru dan kepala sekolah binaannya. Dalam pembahasan makalah ini
penulis memfokuskan pengembangan ketrampilan pedagogic abad XXI bagi
Kepala sekolah dan guru dalam melakukan penilaian kepada siswa dengan
pemberian umpan balik yang tepat dan bermakna.

3. PERAN UMPAN BALIK DALAM PEMBELAJARAN DAN
PENILAIAN
Ada satu hal dalam proses pembelajaran di sekolah yang merupakan

satu sisi terpenting untuk mendapatkan hasil maksimal dari prestasi belajar
siswa serta menumbuhkan sikap positif terhadap proses belajarnya, yakni
persoalan feedback (umpan balik) dalam pembelajaran. Dalam ilmu
komunikasi, umpan balik dianggap sebagai faktor terpenting dalam
menentukan keberhasilan pesan yang ingin disampaikan kepada penerima
pesan.

McKimm (2009) mendefinisikan peranan umpan balik dalam
pembelajaran sebagai berikut: ;“Feedback is a vital part of education and
training which, if carried out well, helps to motivate and develop learners’
knowledge, skills, and behaviours. It helps students to maximize their

12

potential and professional development at different stages of training, raise
their awareness of strengths and areas for improvement, and identify actions
to be taken to improve performance” (p.158).
Hal ini sejalan dengan Hattie (2009) yang mengemukakan bahwa umpan
balik merupakan salah satu strategi yang paling ampuh dalam meningkatkan
prestasi belajar peserta didik. Umpan balik digambarkan sebagai suatu proses
mengidentifikasi kesenjangan antara kinerja yang diinginkan dan yang nyata,
memberikan cara bagaimana siswa dapat menyelesaikan atau menghilangkan
kesenjangan tersebut (Joghin, 2009).

Dari beberapa kajian teori di atas dapat disimpulkan bahwa umpan
balik adalah informasi yang diberikan kepada siswa atau guru tentang
kinerja siswa yang dapat terdiri dari kekuatan maupun kelemahan yang
telah dicapai terhadap tujuan atau hasil pembelajaran. Umpan balik
bertujuan mengarah ke peningkatan dalam pembelajaran siswa. Umpan
balik mengarahkan atau memfokuskan kembali tindakan guru atau
siswa untuk mencapai tujuan, dengan menyelaraskan upaya dan
aktivitas dengan hasil. Umpan balik ini dapat berupa verbal atau tertulis,
atau dapat diberikan melalui tes atau melalui teknologi digital. Umpan balik
bisa diberikan oleh guru atau seseorang yang mengambil peran mengajar,
atau dari teman sebaya. Dengan demikian, menjadi jelas bahwa pemberian
umpan balik berperan penting dalam meningkatkan hasil belajar dan motivasi
siswa.

Demikian halnya pembelajaran dan penilaian adalah kegiatan yang
tidak dapat dipisahkan. Pada penilaian konvensional cenderung dilakukan
hanya untuk mengukur hasil belajar peserta didik. Dalam konteks ini,
penilaian diposisikan seolah-olah sebagai kegiatan yang terpisah dari proses
pembelajaran. Dalam perkembangannya penilaian tidak hanya mengukur
hasil belajar, namun yang lebih penting adalah bagaimana penilaian mampu
meningkatkan kompetensi peserta didik dalam proses pembelajaran. Oleh
karena itu penilaian perlu dilaksanakan melalui tiga pendekatan, yaitu
penilaian atas pembelajaran (assessment of learning), penilaian untuk

13

pembelajaran (assessment for learning), dan penilaian sebagai pembelajaran
(assessment as learning).
Perkembangan proporsi ketiga pendekatan penilaian digambarkan pada
piramida berikut.

Sumber: Western and Northern Canadian Protocol (WNCP)), 2006, Rethinking
Classroom Assessment
Gambar 4. Piramida Pendekatan Penilaian

Pada penilaian konvensional, assessment of learning paling dominan
dibandingkan assessment for learning dan assesment as learning. Penilaian
dalam Kurikulum 2013 diharapkan sebaliknya, yaitu lebih mengutamakan
assessment as learning dan assessment for learning dibandingkan assessment
of learning.
Assessment of learning merupakan penilaian yang dilaksanakan setelah
proses pembelajaran selesai. Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui
pencapaian hasil belajar setelah peserta didik selesai mengikuti proses
pembelajaran. Berbagai bentuk penilaian sumatif seperti ulangan akhir
semester, ujian sekolah, dan ujian nasional merupakan contoh assessment of
learning.

Assessment for learning dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung dan digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan proses
pembelajaran. Dengan assessment for learning guru dapat memberikan
umpan balik terhadap proses belajar peserta didik, memantau kemajuan, dan
menentukan kemajuan belajarnya. Assessment for learning merupakan

14

penilaian proses yang dapat dimanfaatkan oleh guru untuk meningkatkan
kinerjanya dalam memfasilitasi peserta didik. Berbagai bentuk penilaian
formatif, misalnya tugas-tugas di kelas, presentasi, dan kuis, merupakan
contoh-contoh assessment for learning.

Assessment as learning mirip dengan assessment for learning, karena
juga dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Bedanya,
assessment as learning melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan
penilaian. Peserta didik diberi pengalaman untuk belajar menilai dirinya
sendiri atau memberikan penilaian terhadap temannya secara jujur. Penilaian
diri (self assessment) dan penilaian antarteman (peer assessment) merupakan
contoh assessment as learning. Dalam assessment as learning peserta didik
juga dapat dilibatkan dalam merumuskan prosedur penilaian, kriteria, maupun
rubrik/pedoman penilaian sehingga mereka mengetahui dengan pasti apa
yang harus dilakukan agar memperoleh capaian belajar yang maksimal.

Berdasarkan deskripsi pendekatan penilaian di atas, maka jelas dapat
dilihat bahwa umpan balik merupakan bagian yang penting dalam
pelaksanaan pendekatan assesment for learning dan assessment as learning
untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu strategi pemberian
umpan balik bermakna oleh guru penting untuk menjadi fokus pembinaan
oleh pengawas dan kepala sekolah.

Berikut ini adalah peta konsep tentang umpan balik bermakna dan
perannya dalam pembelajaran dan penilaian hasil dari simpulan beberpa
kajian teori di atas.

15

Gambar 5. Umpanbalik bermakna dalam pembelajaran dan penilaian
Dalam pembelajaran jarak jauh, secara teknis lebih dituntut untuk

memberikan umpan balik yang tepat dan bermakna kepada peserta didik
daripada pembelajaran tatap muka langsung. Peserta didik dalam
pembelajaran jarak jauh membutuhkan dukungan dan umpan balik yang lebih
besar daripada pembelajaran tatap muka secara tradisional. Ada ancaman
potensial bahwa para siswa ini merasa terisolasi di dunia online mereka
sendiri dan mungkin tidak terlibat dengan lingkungan pembelajaran virtual ini
dengan benar. Dengan kata lain penilaian formatif akan kehilangan nilai
pembelajarannya jika tidak diikuti dengan mekanisme umpan balik
yang dirancang dengan baik. (Ahmed Halawa1&2,*, Ajay Sharma2&3,
Julie M Bridson2, Sarah Lyon2, Denise Prescott2, Arpan Guha2&3 &
David Taylor)

4. STRATEGI UMPAN BALIK TEPAT DAN BERMAKNA DENGAN
MATRIKS 3*3
Hasil penelitian Education Endowment Foundation menunjukkan

bahwa pemberian umpan balik kepada siswa sangat efektif meningkatkan
prestasi belajar siswa dengan biaya yang lebih murah ketimbang mengurangi

16

jumlah siswa per kelas hingga di bawah 20 orang dll. Umpan balik (feedback)
diartikan sebagai informasi yang disediakan oleh agen (seperti: guru, teman
sebaya, buku, orang tua, diri sendiri dan pengalaman) mengenai aspek
perbuatan atau pemahaman seseorang (Hattie dan Timperley, 2007: 81).
Melalui pemberian umpan balik diharapkan siswa dapat mengetahui
informasi yang benar untuk memperbaiki kinerjanya (Yaumi, 2013: 33) dan
dapat lebih termotivasi untuk giat belajar. Banyak penelitian menunjukkan
bahwa umpan balik naratif dipersepsikan dengan baik dibandingkan dengan
umpan balik dalam bentuk tanda numerik. Umpan balik naratif yang
diberikan kepada siswa harus spesifik dengan rencana tindakan yang jelas
(Rolfe & Mcpherson, 1995; Shute, 2008)

.

Gambar 5. Hattie and Timperley‟s (2007) Model of Feedback
Level umpan balik model Hattie dan Timperley (2007) memfasilitasi

pemberian umpan balik khusus kepada individu peserta didik dibedakan
tergantung pada kebutuhan belajar mereka. Setiap umpan balik dibedakan
menjadi empat level feedback : Task, Process, Self-regulatory dan self-level.

17

Umpan balik level Task difokuskan pada tujuan pembelajaran dan
persyaratan spesifik tugas tersebut. Umumnya menyangkut pengetahuan yang
bersifat pengetahuan bersifatk factual dan konseptual. Pemberian umpan
balik level Task digunakan untuk mengumpulkan lebih banyak informasi
tentang suatu pengetahuan baru dan membangun pengetahuan awal tentang
tugas yang sedang diselesaikan atau produk yang sedang dipelajari. Contoh
feedback task level : Anda harus menggunakan rumusan atau konsep yang
berbeda, ini belum benar”. Kadang-kadang disebut confirmatory atau
disconfirmatory feedback (Hattie, 2012).

Sementara umpan balik level process ditujukan pada proses,
keterampilan, strategi, dan pemikiran yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
tugas. Contoh yang termasuk feedback process level misalnya “Apakah ada
cara lain yang menghubungkan antara titik-titik yang berbeda ini?”. Umpan
balik pada level proses mengarahkan peserta didik agar dapat
menghubungkan atau memperluas tugas dan lebih efektif untuk
memperdalam pembelajaran daripada feedback Task Level (Hattie &
Timperley).

Umpan balik level self-regulatory mengharuskan siswa untuk
menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran yang lebih mendalam seperti
pemantauan diri untuk membandingkan dan menyesuaikan pekerjaan mereka
dengan standar, kriteria, atau tujuan yang akan dicapai. Contoh penerapan
umpan balik level Self-regulatory misalnya, “Bagaimana Anda menggunakan
bahasa yang menggugah untuk meyakinkan audiens Anda?”.

Umpan balik pada self level pada umumnya berupa pujian, namun
dalam hal ini tidak membawa dampak yang berarti pada pembelajaran
(Dweck, 2007; Hattie, 2009; Kluger & DeNisi, 1996). Contoh umpan balik
self-level misalnya “good job, bagus, luar biasa dll. Umpan balik seperti ini
belum memberi dampak pada peningkatan kualitas hasil pembelajaran.
Hattie dan Timperley (2007) mengidentifikasi tiga tingkat umpan balik yang
efektif: level Task; level Process; dan level Self-directory. Berdasarkan
kajian teori di atas bahwa jenis umpan balik yang bermakna untuk

18

meningkatkan hasil belajar siswa adalah level penugasan, level proses dan
level self regulatory.

Strategi feedback yang efektif membantu pendidik untuk menjawab
pertanyaan sebagai berikut:
a. Where am I going- Feed Up

Dengan diberikan terlebih dahulu instrumen atau rubrik yang berisi keriteria-
kriteria yang diharapkan, guru akan memahami kualitas atau target seperti apa
yang harus dicapai dari setiap hasil pekerjaannya.
b. How am I doing- Feed Back
Setelah mengetahui target yang harus dicapai, selanjutnya guru dapat merefleksi
sejauh mana strategi yang telah dilaksanakan dan kriteria yang sudah dicapai saat
ini dengan melakukan self-assesment terhadap hasil kerjanya.
c. Where to next- Feed Forward
Dengan mengetahui kesenjangan antara kriteria yang diharapkan dengan apa
yang telah dicapai, guru dapat mencari solusi atau strategi untuk mencapai
kriteria-kriteria yang diharapkan. Jadi feedback berperan mempersempit
kesenjangan anatara kondisi sekarang dengan kriteria ideal yang diharapkan.

Sebagaimana dipresentasikan oleh Bethum, Gulikers, de Jong, Mulder
(2013) dalam konfrensi The JURE di Munich, Jerman tentang desain
instrumen observasi praktik Assesement for learning , bahwa umpan balik
berperan sentral dalam praktik assessment for learning. Penerapan praktik
umpan balik dalam assessment for learning dapat dideskripsikan ke dalam
aspek pengamatan dalam matriks 3 * 3. Dalam matriks ini teman sebaya juga
dilibatkan dalam pemberian umpan balik.
Dalam matriks 3*3, pada baris 'guru', dijelaskan tentang kegiatan guru
tentang instruksi, observasi dan pemberian umpan balik. Dalam baris 'teman
sebaya', dijelaskan kegiatan guru dalam merangsang siswa untuk berfungsi
sebagai sumber belajar satu sama lain. Dalam baris 'siswa', dijelaskan
kegiatan guru untuk menjadikan siswa aktif dan merasakan memiliki
pembelajaran mereka sendiri. Pada tabel 1, disajikan instrumen observasi
pemberian umpan balik sebagai pelaksanaan praktik assesment for learning

19

dan as learning. Instrumen ini dilengkapi dengan contoh praktik yang diamati
pada setiap aspek untuk menggambarkan perilaku yang sesuai dengan aspek
tersebut.

Tujuan Kondisi belajar siswa Bagaimana mencapai

pembelajaran yang saat ini tujuan

akan dicapai siswa (Feed Back) ( Feed Forward)

(Feed Up)

Guru A1. Guru B1 Guru C1 Guru membantu siswa
membandingkan
menunjukkan tujuan pelaksanaan kegiatan untuk memahami
belajar siswa dengan
pembelajaran. kriteria penilaian. bagaimana pelaksanaan
"Apakah kamu membuat
Contoh : kemajuan?" kegiatan pembelajaran dapat
“Sasarannya adalah
B2 Guru menunjukkan ditingkatkan.
Anda tahu hewan bagian mana dari “Apakah Anda mengerti
kegiatan pembelajaran
mana yang kompeten yang dilakukan siswa tanggapan saya? Bagaimana
dengan baik atau kurang.
Anda tangani dan “Kamu bisa mengambil Anda bisa memperbaiki
binatang itu sedikit lebih
hewan mana yang kencang. Sisanya baik- bagian itu? "
baik saja. "
perlu Anda pelajari
B3 Guru menunjukkan
untuk menanganinya teori yang telah
diterapkan siswa untuk
dengan lebih baik. mencapai kinerja pada
tugas belajar.
A2 Guru “Saya perhatikan Anda C2 Guru membantu siswa
menerapkan teori tentang
menunjukkan kriteria pengejaan kata kerja untuk memahami
dalam tulisan Anda
penilaian. bagaimana mereka dapat
“Nilai B4 Guru
akan membandingkan perilaku menggunakan teori untuk
belajar yang dilakukan
ditentukan sesuai dengan perilaku belajar meningkatkan pelaksanaan
yang diminta untuk
kriteria di halaman menyelesaikan kegiatan kegiatan pembelajaran.
2.” belajar.
"Ketika nama tanaman latin

dimulai dengan huruf

kapital, Anda tahu itu nama

depan. Kata pertama dari

nama tanaman latin selalu

dimulai dengan huruf

kapital. "

A3 Guru menekankan C3 Guru menunjukkan

pentingnya kegiatan tentang cara melanjutkan

pembelajaran yang (waktu berikutnya) agar

sedang berlangsung. terjadi peningkatan nyata

"Penting bagi Anda "Bicaralah dengan binatang,

untuk itu bagian dari peternakan

memperhatikan,

karena ini adalah

latihan terakhir

sebelum penilaian."

A4 Guru memberikan C4 Guru menyesuaikan
instruksi berdasarkan hasil.
kriteria penilaian. "Saya perhatikan bahwa
“Anda akan dinilai sulit untuk menggunakan
teknik yang tepat dalam
berdasarkan„ rangkaian bunga Anda.
Mohon perhatikan, saya
kerjasama dan diskusi
‟. Apakah Anda

berdiskusi bersama,

20

apakah salah satu dari "Aku melihatmu akan menunjukkan
tekniknya lagi. ”
Anda melakukan membaca kriteria
semuanya ...? ” C5 Guru menginstruksikan
penilaian beberapa kali." siswa untuk bersama-sama
menyebutkan peningkatan
A5 Guru B5 Guru menunjukkan konkret untuk
melaksanakan kegiatan
menunjukkan perilaku belajar siswa pembelajaran.
"Diskusikan peningkatan di
perilaku belajar, yang yang diamati. masa depan untuk
melaksanakan tugas."
dibutuhkan untuk

menyelesaikan tugas Anda seharusnya
mengisi jadwal kerja
belajar. Anda bersama. Itu
“Sebelum memungkinkan saya
untuk berbicara
mulai, silakan baca dengan Anda tentang
pekerjaan Anda.
tugas dengan hati-hati
B6 Guru
Teman A6 Guru menginstruksikan siswa
sebaya untuk menggunakan
menginstruksikan kriteria penilaian untuk
menilai kinerja teman
siswa untuk bersama- sebaya.
“Rangkaian bunga Anda
sama menetapkan sudah siap? Oke, kalau
begitu kamu bisa
tujuan pembelajaran. menilainya dengan
“Diskusikan potensi temanmu, menggunakan
lembar penilaian. ”
tujuan pembelajaran

pribadi tambahan
selama kegiatan ini.”

A7 Guru B7 Guru C6 Guru menginstruksikan
menginstruksikan menginstruksikan siswa siswa untuk bersama-sama
siswa untuk bersama- untuk menyebutkan menyebutkan pengalaman
sama memperhatikan kekuatan dalam belajar mereka sebagai hasil
kriteria penilaian. pelaksanaan aktivitas dari kegiatan belajar.
"Bantu satu sama lain pembelajaran teman "Diskusikan apa yang telah
untuk mengawasi sebaya. Anda pelajari dari tugas
kriteria penilaian "Saat menilai hasil kerja ini."
untuk memeriksa rekan Anda, jangan lupa
apakah Anda masih menyebutkan
di jalur." kekuatannya."

B8 Guru C7 Guru membantu siswa
menginstruksikan siswa
untuk menyebutkan untuk memahami
peningkatan dalam bagaimana menilai kinerja
pelaksanaan aktivitas
pembelajaran teman teman sebaya mereka.
sebaya. “Saya ingin tahu bagaimana
“Ketika kamu berpikir
bahwa temanmu tidak Anda menilai pekerjaannya
menangani hewan dan mengapa…. Untuk
dengan benar. Katakan
padanya." (siswa jurusan teknik, saya akan
peternakan) memeringkatnya sedikit

lebih rendah karena oasis
masih terlihat. "

(siswa perkebunan)

Siswa A8 Guru B9 Guru C8 Guru menginstruksikan

21

menginstruksikan menginstruksikan siswa untuk menyebutkan
siswa untuk peningkatan konkret sendiri
menetapkan tujuan siswa untuk menilai untuk melaksanakan
belajar mereka kegiatan pembelajaran.
sendiri. kinerja mereka sendiri “Tuliskan kemungkinan
"Tetapkan tujuan peningkatan dalam tugas
belajar tambahan menggunakan kriteria
Anda sendiri dalam Anda sendiri.
kegiatan penilaian.
pembelajaran ini." “Nilai pekerjaan Anda
A9 Guru
menginstruksikan sendiri menggunakan
siswa untuk lembar penilaian”
memperhatikan
kriteria penilaian. B10 Guru C9 Guru menginstruksikan
Perhatikan kriteria menginstruksikan siswa siswa untuk menyebutkan
penilaian untuk untuk menyebutkan pengalaman belajar mereka
memeriksa apakah kekuatan mereka sendiri sendiri sebagai hasil dari
Anda masih di jalur. dalam bertindak dalam pembelajaran tersebut
kegiatan pembelajaran.
„Apa yang kamu pelajari
"Jangan lupa dari kegiatan belajar ini?”
menyebutkan
kekuatanmu sendiri!" C10 Guru membantu siswa
B11 Guru untuk memahami
menginstruksikan siswa bagaimana menilai kinerja
untuk menyebutkan mereka sendiri.
kelemahan mereka “Baca kriteria penilaian dan
sendiri dalam bertindak kritislah dalam menilai
pada kegiatan pekerjaan Anda sendiri.”
pembelajaran.
"Lihatlah dengan kritis
pada pekerjaan Anda
sendiri untuk
menyebutkan
kemungkinan perbaikan
dalam pekerjaan Anda."

Sumber : Designing an observation instrument for Assessment for Learning practice
(2013)
Tabel 1. Matriks 3*3

Matriks 3*3 berdasarkan hasil penelitian Bethum, Gulikers, de Jong,
Mulder (2013) efektif membantu guru melakukan assessment fo learning.
Sebagaimana telah dibahas oleh penulis di atas bahwa umpan balik merupakan salah
satu strategi yang dapat diterapkan dalam implementasi assessment for learning dan
assessment as learning. Matriks 3*3 juga menggunakan dasar penyusunan
berdasarkan teori Hattie tentang level umpan balik yang efektif untuk meningkatkan
hasil belajar siswa. Dengan demikian penulis menggagas ide bahwa matriks 3*3
dapat juga dijadikan panduan untuk membantu guru dalam memberikan umpan balik
kualitatif dan bermakna dan dapat digunakan untuk refrensi pembinaan terhadap
guru.

22

5. STRATEGI PEMBINAAN GURU DALAM PEMBERIAN UMPAN
BALIK BERMAKNA

Peran penting Pengawas dalam masa Pandemi seperti yang tertuang
dalam panduan pengawas di Masa Pandemi Covid-19 oleh LPPKS sebagai
berikut:

a. Membantu kepala sekolah, guru, siswa menghadapi ketidakpastian
yang disebabkan oleh pandemi

b. Melibatkan kepala sekolah, guru, siswa untuk terus belajar meskipun
kegiatan sekolah normal terganggu

c. Memastikan proses pembelajaran berlangsung

Agar pembelajaran jarak jauh dapat berlangsung dengan baik maka
pengawas perlu melakukan pembinaan terutama pada pemberian umpan balik yang
terasa lebih dibutuhkan saat kondisi ini. Kegiatan pembinaan terkait dengan
kemampuan guru memberikan umpan balik bermakna dapat dilakukan dalam
bentuk supervisi akademik maupun dengan kegiatan Bimbingan dan Pelatihan
(Bimlat) tergantung pada situasi dan kondisi pengawas dan sekolah binaannya.
Berikut adalah langkah dalam melakukan supervisi akademik umpan balik
bermakna sebagai berikut:
Tahap Perencanaan

a. Pengawas menyusun RPDA dengan focus pengamatan pada kemampuan
guru memberikan umpan balik bermakna

b. Pengawas menyiapkan instrumen observasi dengan merujuk pada refrensi
tentang umpan balik yang bermakna dan efektif yaitu instrumen matriks
3*3. Instrumen dapat disusun menggunakan Microsoft Form ataupun
Google Form.

c. Pengawas berkoordinasi dengan kepala sekolah secara daring sekaligus
melakukan sosialisasi kepada kepala sekolah tentang pentingnya
kemampuan guru memberikan umpan balik yang bermakna dalam
meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada PJJ

d. Pengawas melakukan temu awal daring sebagai langkah pra-observasi

23

dengan guru yang akan diobservasi dan menyampaikan tujuan observasi.
Pengawas mendiskusikan Rencana pembelajaran yang dilakukan serta
strategi umpan balik yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran
synchronize maya maupun asynchronize.
e. Pengawas dan guru mendiskusikan instrumen pemberian umpan balik
matriks 3*3 .
Tahap Pelaksanaan
f. Pengawas melakukan observasi pada proses pembelajaran baik secara daring
synchronize maupun asynchronize maupun yang dilaksanakan secara luring.
Alternatif lain observasi dapat dilakukan melalui rekaman video conference
pembelajaran. Pengamatan dapat dilakukan dengan melibatkan kepala
sekolah maupun guru senior.
Tahap Evaluasi
g. Pengawas dan guru berdiskusi terkait hasil observasi dan menyepakati solusi
perbaikan untuk meningkatkan kemampuan memberi umpan balik bermakna
kepada siswa

Alternatif lain adalah melakukan Bimlat umpan balik bermakna dengan
langkah sebagai berikut:
Tahap perencanaan

a. Pengawas menyusun Rencana Bimlat daring
b. Pengawas menyusun bahan dan lembar kerja Bimlat berupa materi

tentang umpan balik bermakna serta instrumen matriks 3*3
c. Pengawas Melakukan koordinasi dengan kepala sekolah
Tahap pelaksanaan
d. Melakukan video confenrence dengan menggunakan Ms.Teams.

mengapa Ms. Teams. Karena sekalian mengenalkan menu pemberian
umpan balik pada Ms. Teams.
e. Diskusi tentang konsep dan contoh umpan balik bermakna
f. Memberikan kuis singkat menggunakan Ms. Form tentang
pemahaman pemberian umpan balik bermakna
g. Melakukan latihan mengidentifikasi umpan balik bermakna dengan

24

menggunakan lembar kerja matriks 3*3 dengan mengamati video
rekaman pembelajaran salah satu guru serta hasil penugasan yang
diberikan kepada siswa.
h. Mendiskusikan dan menganalisis hasil lembar kerja yang telah dibuat
Tahap Evaluasi
i. Pengawas memberikan tugas guru untuk melakuan pemberian
umpanbalik yang bermakna dalam proses pembelajaran synchronize
maya maupun asyncohnize
j. Pengawas menindaklanjuti dengan melakukan supervise dengan focus
pengamatan pada pemberian umpan balik yang bermakna.
Hal penting yang harus diperhatikan bahwa umpan balik bermakna memuat
informasi mencakup 3 aspek ( feed up, feed back dan feed forward). Dengan
demikian capaian hasil pengamatan keterlaksanaan umpan balik bermakna
terhadap guru harus memperhatikan keseimbangan cakupan pada ke tiga
aspek yang terdapat pada instrumen matriks 3*3.. Misalnya jika hasil capaian
pengamatan pada pemberian umpan balik guru diperoleh skor 10, tetapi skor
10 itu hanya pada aspek feed up saja berarti umpan balik yang diberikan
belum cukup bermakna untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pada
instrumen tersebut penulis tidak mencantumkan grading tetapi berupa catatan
umpan balik kualitatif dari pengawas berdasarkan hasil analisis sebaran
keterlaksanaan pada 3 aspek umpan balik. Instrumen dari matriks 3*3 untuk
pembinaan guru dilampirkan pada tulisan ini.
C. PENUTUP
Pembinaan guru dalam memberikan umpan balik bermakna sangat
penting untuk menjadi fokus pembinaan terutama pada pembelajaran jarak
jauh di masa Pandemi Covid-19 ini. Kemampuan guru yang masih lemah
dalam memberikan umpan balik bermakna pada PJJ diharapkan dapat
meningkat dengan pembinaan yang berkesinambungan. Salah satu alternatif
solusi pembinaan yang dapat dilakukan pengawas dan kepala sekolah adalah
dengan memanfaatkan matriks 3*3 sebagai dasar refrensi pembinaan.
Pembinaan dapat dilakukan melalui supervisi akademik maupun dalam

25

bentuk bimbingan dan pelatihan (Bimlat) disesuaikan dengan situasi dan
kondisi pengawas dan sekolah binaannya.

Pemanfaatan matriks 3*3 membantu pengawas, kepala sekolah dan
guru sebagai panduan untuk mengimplementasikan pemberian umpan balik
yang bermakna bagi peningkatan hasil belajar siswa. Pemanfaatan matriks
3*3 dapat juga dipermudah dengan bantuan penggunaan teknologi seperti
pemanfaatan Google Form ataupun Microsoft Form. Pemberian umpan balik
dapat dilakukan secara verbal maupun tertulis.

DAFTAR PUSTAKA
Bethum,N., Gulikers,J., de Jong, F., Mulder,M. (2013).” Designing an

observation instrument for Assessment for Learning practice” Paper
presented at the JURE conference. Munich, Germany, August 2013

Boud, D., & Molloy, E. (2012). “Rethinking models of feedback for learning:
The challenge of design”. Assessment & Evaluation in Higher
Education (ahead-of-print), 1-15.

Brooks, C., Carroll, A., Gillies, R. M., & Hattie, J. (2019). “A Matrix of
Feedback for Learning”. Australian Journal of Teacher Education,
44(4), 14-32. .http://dx.doi.org/10.14221/ajte.2018v44n4.2

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. 2017. Panduan Penilaian oleh Pendidik dan Satuan
Pendidikan Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Kemendikbud

Fuady, Anies. 2016. Berfikir Reflektif dalam Pembelajaran Matematika
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, Volume 1 Nomor 2 ,104-112

Guroll, A. 2011. “Determining The Reflective Thinking Skills of PreService
Teacher in Learning and Teaching Process”. Energy Education
Science and Technology Part B : Social and Educational Studies.
Volume (issue) 3(3) : 387-402

Hattie,J.,& Timperley,H.(2007). “The Power of Feedback”. Review
of Educational Reserch, 77{I},81-112

Nicol, D. J., & Macfarlane‐Dick, D. (2006). “Formative assessment and self‐
regulated learning: A model and seven principles of good feedback

26

practice”. Studies in Higher Education, 31(2), 199-218.
https://doi.org/10.1080/03075070600572090
http://wje.sciedupress.com World Journal of Education Vol. 7, No. 4; 2017
Published by Sciedu Press 118 ISSN 1925-0746 E-ISSN 1925-0754
Reynolds, L. 20 Ways To Provide Effective Feedback For Learning Retrieved
from http://www.teachthought.com/pedagogy/assessment/20-ways-to-
provide-effective-feedback-for-learning/
University of Illinois. (2013). Strategies for Providing Feedback in Online
Courses. Retrieved from
http://www.ion.uillinois.edu/resources/tutorials/communication/feedb
ack.asp
Wiliam, D. (2011). What is assessment for learning? Studies In Educational
Evaluation, 37(1), 3-14. doi: 10.1016/j.stueduc.2011.03.001

27


Click to View FlipBook Version